ADAT BUDAYA SUNDA
Misteri Situs Candi Muara Takus, Kampar- Riau-Sumatra
Ahmad Yanuana Samantho

Menurut Penulis China Kuno, Itsing, apabila seseorang hendak belajar Hinduism dan Budhism ke Universitas Nalanda di India maka harus terlebih dulu kuliah/belajar di Nan Andala, (Mandala) Muara Takus, Kampar Riau, Sumatra ini.
https://translate.google.com/translate…
Prasasti Nalanda
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Prasasti Nalanda merupakan sebuah prasasti yang terdapat di Nalanda, Bihar, India.
Penafsiran teks
Prasasti ini berangka tahun 860 M, dari penafsiran manuskrip menyebutkan Sri Maharaja di Suwarnadwipa (Sumatra), Balaputradewa anak Samaragrawira, cucu dari Śailendravamsatilaka (mustika keluarga Śailendra) dengan julukan Śrīviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh), raja Jawa yang kawin dengan Tārā, anak Dharmasetu.[1]
Isi prasasti Nalanda adalah permintaan Raja Balaputradewa pada Raja Dewapaladewa. Dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa Balaputradewa adalah anak raja Jawa dari Dinasti Syailendra yaitu Raja Samaragrawira
Penjelasan:
Raja Balaputradewa meminta pada raja Dewapaladewa memberikan sebidang tanah yang digunakan untuk membangun asrama tempat tinggal pelajar agama Buddha dari Sriwijaya.
Dari
https://historia.id/…/tujuan-perjalanan-i-tsing-biksu-dari-… :
Tujuan Perjalanan I-Tsing, Biksu dari Tiongkok
Inilah hasil perjalanan I-Tsing, biksu Tiongkok, ke 30 negeri selama 25 tahun.
Tujuan Perjalanan I-Tsing, Biksu dari Tiongkok
Salah satu halaman cetakan buku Yi Jing dari masa Dinasti Sung. (Wikipedia).
DALAM perjalanannya menuju India, I-Tsing atau Yi Jing, seorang biksu Tiongkok, mampir tiga kali ke wilayah yang dia sebut Lautan Selatan. Dalam catatannya, dia memberikan imbauan bagi para biksu yang ingin belajar Buddha Dharma.
“Lautan Selatan itu mencakup Sumatra, Jawa, Bali,” kata Shinta Lee, penerjemah catatan perjalanan I-Tsing dari Komunitas Sudimuja & Jinabhumi, dalam acara Borobudur Writers and Cultural Festival, di Hotel Manohara, Magelang.
Yi Jing merupakan salah satu dari tiga peziarah terkenal dari Tiongkok. Pendahulunya adalah Fa Xian dan Xuan Zang.
Waktu itu, di Tiongkok sudah banyak interpretasi atas ajaran-ajaran Buddha. Yi Jing pun ingin mempelajari Buddha Dharma di negeri asalnya: India. “Dia sudah berguru sejak muda, ketika remaja berangan-angan mengunjungi India yang waktu itu pusat pembelajaran Buddha Dharma,” kata Shinta.
Pada 671 M, Yi Jing berangkat dari Guangzhou. Setelah berlayar selama 20 hari, dia mendarat di Fo-shi (Sriwijaya). Dia tinggal selama enam bulan untuk belajar Sabdavidya atau tata bahasa Sansekerta.
Shinta menjabarkan menurut catatan Yi Jing, semua biksu di Fo-shi mempelajari mata pelajaran yang sama dengan yang dipelajari di Nalanda. Misalnya, Pancavidya yang mencakup pelajaran tata bahasa, pengobatan, logika, seni, keterampilan kerajinan, dan ilmu mengelola batin.
“Beliau bahkan merekomendasikan jika biksu ingin ke Nalanda, yang konon susah sekali, baiknya belajar dulu di Sriwijaya,” kata Shinta.
Khusus pelajaran tata bahasa Sanskerta, menurut Yi Jing, jika dipelajari sejak kecil bisa mengatasi segala kesulitan mempelajari kitab-kitab Buddha Dharma. Ketika itu di Sriwijaya, dia menyontohkan untaian kisah Jataka selain dipelajari, juga dilantunkan, dan dipentaskan.
“Ini menunjukkan adanya penguasaan bahasa Sanskerta sebagai bahasa lokal. Jadi kisah Jataka bisa diwujudkan dalam bentuk lain (pementasan, red.),” kata Shinta.
Dari Sriwijaya, Yi Jing diantar olah raja ke Moluoyou (Melayu). Dia tinggal di sana selama dua bulan. Dari sana dia berangkat ke Jiecha (Kedah). Dari Kedah, pada 671 M, dia mengunjungi berbagai daerah hingga tinggal di Tamralipti, pelabuhan di pantai timur India pada 673 M. Dari sana dia mencapai Nalanda. Dia menetap dan belajar di Nalanda selama sepuluh tahun (675-685 M).
“Setelah mempelajari teks di sana, lalu kembali untuk kedua kalinya ke Melayu yang kemudian menurut beliau sudah jadi bagian dari Shili Foshi,” lanjut Shinta.
Padahal, pada awal kedatangan Yi Jing, di catatannya dia masih menyebut nama Malayu dan belum bernama Sriwijaya. Dalam hal ini, Shinta menyebutkan pernyataan Yi Jing dalam catatannya itu cocok bila dikaitkan dengan catatan sejarah. Prasasti Kedukan Bukit mencatat tanggal sebelum akhirnya Dapunta Hyang mendirikan Kota Sriwijaya pada 16 Juni 682 M.
“Jika dikaitkan dengan catatan sejarah, Prasasti Kedukan Bukit, Sri Dapunta Hyang mengadakan jaya sidayatra pawai kemenangan atas ditaklukkannya Melayu atas Sriwijaya. Ini cocok,” kata Shinta.
Baca juga: Inilah akta kelahiran Kerajaan Sriwijaya
Kedatangan Yi Jing yang kedua membuatnya menetap selama empat tahun. Pada 689 M, dia naik kapal dan bermaksud menitipkan surat untuk meminta kertas dan tinta yang akan digunakannya menyalin sutra. Namun, dia terbawa kapal itu dan tanpa sengaja kembali ke Tiongkok selama tiga bulan.
Padahal, 500 ribu sloka Tripitaka yang dia bawa dari India masih tertinggal di Sriwijaya. Dia kembali ke Sriwijaya dan tinggal selama lima tahun (akhir 689-695 M). Di sana, dia bertemu biksu bernama Da Jin. Kepadanya, Yi Jing menitipkan sutra dan sastra (ulasan) sebanyak 10 jilid, Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan (empat jilid), Riwayat Para Mahabiksu yang mengunjungi India dan Negeri-Negeri Tetangga untuk Mencari Ajaran di Masa Dinasti Tang (dua jilid).
Pada 695 M, Yi Jing pulang dan disambut meriah oleh Wu Zetian, kaisar perempuan. Dia membawa 400 teks Buddhis, 500 ribu sloka, dan peta lokasi Vajrasana Buddha. Itu hasil berkelana selama 25 tahun dan mengunjungi 30 negeri.
“Kalau Yi Jing bilang praktik Buddha Dharma di Sriwijaya sama seperti di India, maka Nalanda juga menjadi model bagi Swarnadwipa. Maka bangunannya memang mirip. Hanya iklimnya yang berbeda,” kata Agus Widiatmoko, arkeolog dari Kementerian Pendidikan dan Budaya.
UNIVÊRÇITĀ DHĀRMĀ PĀLĀ (by Santo Saba Salomo)
Situs muara takus,di duga adalah land mark dari sebuah kompleks area pendidikan pengajaran pembelajaran ajaran “Dharmic” …
Temuan dinding besar sebagai batas komplek sekolah,stempel, dan area luas untuk menampung para pelajar di perkirakan 6000 org dalam setiap angkatan
Area utama 4 km2,Area kedua 75 km2 area terluar 300km2 adalah perkiraan sementara di dapat berdasarkan sebaran temuan artefak di wilayah itu
Pengamatan pada budaya dan sistim tata adat yg masih ada di ndetikan dan di temukan area ini adalah area kedatuan dgn ring utama SOKO ring kedua PISOKO ring ke tiga LIMBAGO
Mengarah pada pendekatan analasia bahwa area ini adalah seperti pusat peradaban yg merupakan MPR …di sini tdk di temukan Raja atau Kerajaan tapi KE DATUAN …
SOKO ada kemungkinan SAKA,semoga dapat terungkap awal peradaban SAKA serta awal perhitungan tahun SAKA yang angka tahun tertera di semua Prasasti Nusantara
Pilisofi ajaran “Dharmic” terekam pada kata “DHOMO” ke mungkinan di pelajari di sini dan di kembangkan ke luar area…
Penemuan beberapa stempel atau cap,juga area pelataran komplek pendidikan pelatihan menguatkan dugaan bahwa ada pernah terjadi proses belajar dan mengajar di tambah di temukan hal yang mendukung nama dari pusat pembelajaran ini…
UNIVÊRÇITĀ DHĀRMĀ PĀLĀ
Sesuai dengan catatan I Tshing : Mereka yang tekun mempelajari “Dharma” akan pergi ke tanah svarnadvipa sebelum ke India…
Nama nama Sariputa,Dharmakitri,Sanjaya adalah nama yg tercantum dalam study ttg Dharmic oleh sejarawan eropa sebagai pembawa ajaran Non Budhis di tanah india,ajaran atau palsafah pilisofi “DHARMA” menurut studi sejarawan eropa yang mendasari agama agama timur…
Mari kita kaji ungkap sejarah benar negri ini…..
By : Santo saba piliang
WA only 0813 2132 9787
Menurur Dr. Abdul Latif, Budayawan Kampar dan Kurator Benda Bersejarah Kampar:
“Dalam ctt kuno bgs India, Tiongkok,Yunani, negeri ini ( Alam pulau poco( Pulau perca) atau Indo dunio ( Hindu dunia) atau Mutakui (Matankari ) = Muara takus yg terletak di titik 0 (aquator / Aquinok) disebut juga dengan negeri Seribu Candi atau Stupa atau Situs yang tersebar disepanjang jejeran koto koto di pinggir pantai dan perbukitan laut Ombun/ Embun .Laut Embun adalah cikal bakal dari Sungai Kampar kanan dan Kampar kiri. Laut ini terbentuk oleh patahan lempengan tektonik yg jadi tempat pertemuan lempengan tektonik Asia dan Australia yg pernah terjadi gempa tektonik yg menyebabkan gempa besar dan menjadi bencana global belasan ribu tahun silam. Setelah bencana global tersebut terjadilah perubahan besar terhadap Pulau Sumatera ,jawa, kalimantan, Riau kepulauan, Sulawesi dan Bali . Di pulau Sunatera khususnya Sumatera tengah ( Kampar) dan pesisir Pantai timur Sumatera terjadi perubahan yg mendasar baik secara Geo marphologys maupun struktur dasar tanah dan Pulau Sumatera. Pulau Sumatra hancur dan tinggal sepertiga saja lagi. Sedangkan 2/3 nya luluh lantak dilanda gelonbang Tsunami dan tepat digaris lempeng tektonik tsb buminya terjun kebawah dan membentuk Ngarai/lembah raksasa yang hampir2 memutus pulau sumatera, mulai dari bagian timur dan utara Sumatera tetus ke baguan tengah, dan sampai ke daerah Sumateta barat. Bukti yg dapat kita lihat berdasarkan penelitian yg kita lakukan selama puluhan tahun adalah terbentuk nya laut ombun akibat patahan tektoik tersebut mulai dari selat Malaka memanjang sampai ke 8 koto sitingkai, 4 koto di Tapung, Lima koto, terus ke XIII koto Kampar dan terus ke Sunateta barat dg bujti terbentuknya lembah Arau dejat kelok sembilan, Payakunbuh, terus ke lembah Anai dekat bukit tinggi. Dengan panjang lembahnya sepanjang belasan kilometer. Dan yang paling jelas bekasnya di Kampar Sumatera tengah adalah terbentuknya lembah raksasa depanjang puluhan kilometer di daerah Kampar kiri dekat desa Batu sasak, Lubuk bigau,Ludai, Batang kapas ,balung , dan sekitarnya . Diperkirakan akibat gempa tektonik dan diiringi gunung meletus itulah yg menyebabkan ratusan /ribuan stupa Candi/ situs yg ada di Alam Pulau Poco atau Kampar kuno menjadi tenggelam dan tertimbun. Dan sebagiannya lagi kemungkinan masih bisa ditemukan jejak2nya. Dalam tonmbo kuno ( Kampar) yg pernah diceritakan oleh Datuk Patuan kpd peneliti menyebutkan bhw:….dulu dulu kala pernah terjadi musibah gempa besar yg menghancurkan bumi. 1. Gempa yg tetjadi yg menyebabkan bumi terjun/jatuh sehingga kampung2 jatuh dan tenggelam kedalam bumi,…ikan ikan besar berjalan diatas darat, bumi gelap, terdengar ledakan dahsyat, setelah itu datang gelombang besar yg menelan kota2 dan kampung ,hutan dan gunung runtuh, semua jadi rata dan gundul tak satupun pohon yg bisa berdiri . semua disapu gelombang besar, kota ditelan laut, pulau Poco /sumatera tinggal sepertiga. Yang dulunya pulau Cumago hanya dipisahkan oleh sungai yg lebarnya satu lompatan kuda, kini telah dipisahkan oleh laut yg harus diseberangi dengan kapal ……… .yang ke2 adalah gempa dahsyat yang diawali dengan hujan lebat selama 40 hari terus menerus tampa henti. Sehingga menyebabkan cuaca sangat dingin selama berbulan lalu muncul banjir yg menyapu bumi dan segala isinya, kemudian datanglah gempa, bumi jatuh, banyak manusia yg mati. Setelah 8 tahun saya nencatat keterangan Datuk Patuan tsb, saya sangat terkejut setelah saya nembaca buku Prof. Arcyo Santos ( dua tahun lalu ) yg berjudul Atlantis the lost continent finally found yg menjelaskan buku plato th 1500 SM…. Kenapa bisa sama dengan cerita /Tombo Kampar????… Saya yakin ini bukan suatu kebetulan. Tapi betul2 kejadian, apalagi didukung oleh fakta2 alam yg kita temukan selama penelitian serta didukung oleh benda2 artefak kuno yg kita temukan baik berupa arca kuno, dari batu, dan tanah liat yg sdh membatu, maupun artefak2 kuno yg terbuat dari perunggu,serta fosil2 hewan purba dll. (Wassalam dari kami pimpinan Museum AMM. (A. Latif Malay Museum ) : DR Hc. A. Latif Hasyim. MM. Didukung oleh : Bpk. Ahmad Yanuana Samantho dan Bpk.Santo Saba.
Baca juga: Pertukaran pelajar antara Sriwijaya dan Nalanda
Simak lebih lanjut di Brainly.co.id – https://brainly.co.id/tugas/2425951#readmore
Rujukan
^ Cœdès, George (1996). The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-0368-X.
Pranala luar
Nalanda and the Southeast Asian connection
The Nalanda-Sriwijaya Centre at the Institute of Southeast Asian Studies, Singapore
Indo-sejarah.png




SEJARAH KERAJAAN DI JAWA NUSANTARA
Santiko Wijaya 陈海山 membagikan kiriman ke grup: MAJAPAHIT
Sejarah kerajaan di Nusantara .. kalo jaman now .. namanya akuisisi

Karena sejatinya leluhur kita adalah orang – orang hebat.
10000 SM – Kebudayaan Gunung Padang muncul di Cianjur.
9500 SM – Kebudayaan Goa Pawon muncul di Bandung.
7500 SM – Kebudayaan Pangguyangan muncul di Sukabumi.
4000 SM – Tahap kedua kebudayaan Gunung Padang.
3000 SM – Kebudayaan Cibedug muncul di Lebak.
2000 SM – Tahap ketiga kebudayaan Gunung Padang.
1000 SM – Kebudayaan Cipari muncul di Kuningan.
800 SM – Kebudayaan Pasir Angin muncul di Bogor.
500 SM – Cipari ditinggalkan.
400 SM – Gunung Padang ditinggalkan. Kebudayaan Buni muncul di Bekasi. Pasir Angin kemungkinan berkembang menjadi peradaban kuno Caringin Kurung.
100 M – Buni berkembang menjadi peradaban Sagara Pasir. Peradaban Teluk Lada muncul di Pandeglang.
130 M – Dewawarman, seorang perantau dari Pallawa mendirikan kerajaan Salakanagara di Teluk Lada.
132 M – Berita Cina menyebutkan tentang keberadaan Salakanagara.
150 M – Ptolemeus dari Yunani menyebutkan negeri Argyre dalam salah satu peta dunianya, yang kemungkinan merujuk pada Salakanagara.
300 M – Serangkaian peradaban awal tumbuh di timur Salakanagara.
358 M – Jayasinghawarman dari Shalankayana mendirikan kerajaan Tarumanagara di Bekasi.
362 M – Salakanagara menjadi bawahan Tarumanagara.
363 M – Santanu dari Gangga mendirikan kerajaan Indraprahasta di Cirebon.
395 M – Purnawarman naik tahta menjadi raja Tarumanagara.
397 M – Ibukota Tarumanagara dipindahkan ke Sundapura.
399 M – Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.
417 M – Prasasti Tugu.
434 M – Raja Purnawarman wafat. Wisnuwarman naik tahta menggantikan ayahnya.
437 M – Pemberontakan Cakrawarman.
456 M – Aji Saka, diperkirakan seorang perantau dari negeri Indo-Skithia (kerajaan Saka), tiba di Rembang dan mendirikan peradaban kuno Medang Kamulan. Ini menandai dimulainya peradaban di Bumi Jawa.
528 M – Tarumanagara mengirimkan utusan pertamanya ke negeri Cina (Dinasti Sui).
535 M – Suryawarman menaiki tahta Tarumanagara. Ia meninggalkan Sundapura dan mendirikan ibukota baru di timur. Sundapura lalu berkembang menjadi kerajaan bawahan bernama Sunda Sembawa.
536 M – Manikmaya mendirikan kerajaan Kendan di Nagreg, tanah yang dihadiahkan oleh Maharaja Tarumanagara kepadanya.
612 M – Wretikandayun, keturunan Manikmaya mendirikan kerajaan Galuh.
628 M – Linggawarman menaiki tahta Tarumanagara. Ia menikahkan kedua putrinya masing” kepada Tarusbawa (penguasa Sunda) dan Dapunta Hyang (penguasa Sriwijaya).
632 M – Kerajaan Kalingga muncul di Jepara, diperkirakan didirikan oleh seorang perantau bernama Bhanu dari Kalinga di India timur.
648 M – Kartikeyasinga menjadi raja Kalingga.
664 M – Seorang biksu Tang bernama Huining mengunjungi kerajaan Kalingga untuk menemui resi Jhanabhadra.
669 M – Tarumanagara runtuh dan terpecah menjadi dua, Sunda dan Galuh.
671 M – Prabu Wiragati mendirikan kerajaan Saunggalah di Kuningan sebagai bawahan Galuh.
674 M – Maharani Shima naik tahta di Kerajaan Kalingga.
686 M – Sriwijaya menaklukkan pesisir Tatar Sunda. Tarusbawa mundur ke selatan dan memindahkan ibukota kerajaan ke pedalaman Pakuan Pajajaran (Bogor), sementara kota pelabuhan di Banten dan Jakarta diduduki oleh Sriwijaya.
695 M – Ratu Shima membagi kerajaannya menjadi dua: Kalingga Utara (Mataram) dan Kalingga Selatan (Sambara).
702 M – Mandiminyak menaiki tahta Galuh.
709 M – Sena (Bratasena) menaiki tahta Galuh.
716 M – Kudeta di Galuh. Purbasora menggulingkan raja Sena dari tahtanya. Sena lolos dan meminta perlindungan kepada Tarusbawa di Pakuan.
721 M – Sanjaya, putra Sena dan cucu Shima menyerbu Galuh untuk membalaskan dendam ayahnya. Indraprahasta menjadi daerah pertama yang ia taklukkan.
722 M – Sanjaya menaklukkan Saunggalah (Kuningan).
723 M – Sanjaya menyerbu istana Galuh, menewaskan Purbasora. Ia kemudian menobatkan dirinya menjadi raja Galuh. Pada tahun yang sama, Tarusbawa menikahkan putrinya dengan Sanjaya. Sanjaya otomatis menjadi penguasa Sunda dan Galuh sekaligus, menyatukan kedua negeri tersebut.
732 M – Ratu Shima wafat. Sanjaya mendirikan kerajaan Mataram. Ia menunjuk Tamperan sebagai penguasa Sunda-Galuh, dan Demunawan sebagai penguasa Saunggalah.
739 M – Galuh memerdekakan diri dari Sunda setelah serangkaian peristiwa besar (kudeta, perang, dan perjanjian). Manarah menjadi penguasa Galuh dengan gelar Prabu Jayaprakosa sementara putra Tamperan, Banga menjadi raja Sunda. Keduanya kemudian menjadi bawahan Sriwijaya.
752 M – Sriwijaya menaklukkan Kalingga.
759 M – Raja Banga memerdekakan Sunda dari kekuasaan Galuh.
760 M – Panangkaran naik tahta menggantikan Sanjaya. Gajayana mendirikan kerajaan Kanjuruhan di Jawa Timur.
770 M – Dinasti Sailendra berkuasa di Mataram.
775 M – Dharanindra menaiki tahta Mataram. Sailendra menjadi penguasa di Sriwijaya. Candi Borobudur mulai dibangun.
778 M – Pembangunan Candi Kalasan dan Candi Sari.
782 M – Prasasti Kelurak.
787 M – Sailendra menyerang Champa di Vietnam Selatan dan Chenla di Kamboja
789 M – Gajayana wafat. Kanjuruhan bersatu dengan Mataram.
792 M – Samaratungga menaiki tahta Mataram. Kompleks percandian Candi Sewu selesai dibangun.
798 M – Prabu Jayaprakosa wafat.
802 M – Penguasa Kamboja Jayawarman II memerdekakan diri dari kekuasaan Wangsa Sailendra dan mendirikan kerajaan Khmer.
819 M – Rakyan Wuwus naik tahta di Sunda bergelar Prabu Gajah Kulon. Ia menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Galuh dalam satu pemerintahan.
825 M – Candi Borobudur selesai dibangun.
847 M – Wangsa Sailendra terusir dari Jawa. Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya menaiki tahta Mataram. Candi Prambanan dibangun.
856 M – Balaputradewa, seorang pangeran Sailendra dari Jawa menjadi Maharaja Sriwijaya. Dyah Lokapala (Kayuwangi) menaiki tahta Mataram.
880 M – Peristiwa Wuatan Tija.
882 M – Gunung Merapi meletus.
899 M – Dyah Balitung menaiki tahta Mataram.
900 M – Mataram menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan Hindu di Filipina. Kebudayaan maju muncul di Blambangan.
905 M – Mataram menaklukkan Bali.
924 M – Dyah Wawa naik tahta di Mataram.
927 M – Sriwijaya memulai invasi terhadap Mataram.
929 M – Perang Sriwijaya-Mataram usai. Sisa prajurit Mataram pimpinan Mpu Sindok dibantu oleh rakyat Nganjuk berhasil mengalahkan pasukan Sriwijaya di desa Anjuk Ladang. Mpu Sindok mendirikan kerajaan Medang dan dinasti Isyana yang berpusat di Jawa Timur.
937 M – Prasasti Anjuk Ladang. Mpu Sindok mendirikan tugu di Nganjuk sebagai ungkapan kemenangan melawan pasukan Sriwijaya.
960 M – Gunung Merapi meletus.
985 M – Dharmawangsa Teguh menaiki tahta Medang.
986 M – Ketut Wijaya, seorang pangeran Mataram mendirikan kerajaan Wengker.
988 M – Medang menyerang kota Palembang di Sriwijaya.
990 M – Medang kembali menyerang Palembang dan berhasil mendudukinya.
992 M – Pasukan Sriwijaya merebut kembali kota Palembang.
996 M – Epos Mahabharata diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno untuk pertama kalinya.
997 M – Prasasti Hujung Langit. Medang menduduki Lampung.
1016 M – Peristiwa Mahapralaya. Serangan Raja Wurawari dari negeri Lwaram (Ngloram) yang menewaskan Raja Dharmawangsa dan sebagian besar bangsawan Medang. Kerajaan Medang otomatis musnah.
1019 M – Airlangga mendirikan istana Watan Mas di Pasuruan.
1025 M – Invasi Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya. Airlangga mulai memperluas wilayah kekuasaan negerinya.
1028 M – Rajendra Chola menunjuk Sri Dewa sebagai raja baru Sriwijaya dibawah Dinasti Chola.
1030 M – Airlangga menaklukkan Hasin, Wuratan, dan Lewa. Sri Jayabupati menaiki tahta Sunda. Ia memerdekakan kerajaannya dari jajahan Sriwijaya.
1031 M – Airlangga menaklukkan Wengker. Lewa memberontak, namun berhasil ditumpas.
1032 M – Ratu Tulodong penguasa Lodoyong menyerang Airlangga dan menghancurkan istana Watan Mas. Airlangga berhasil lolos dan membangun ibukota baru di Kahuripan. Ia kemudian menundukkan Lwaram, membalaskan dendam Dharmawangsa.
1035 M – Mpu Kanwa menggubah naskah Arjunawiwaha. Pemberontakan raja Wengker.
1036 M – Airlangga membangun Asrama Sri Wijaya.
1037 M – Pemberontakan Wengker berhasil ditumpas. Airlangga berhasil menaklukkan seluruh Bumi Jawa.
1042 M – Airlangga memindahkan ibukota ke Dahanapura (Daha). Ia kemudian membagi Kahuripan masing-masing kepada kedua putranya: Samarawijaya di Panjalu dan Garasakan di Janggala. Airlangga kemudian pergi menyepi. Lodoyong menjadi negara yang merdeka kembali.
1044 M – Perang saudara antara Janggala dan Panjalu.
1049 M – Airlangga wafat dalam pertapaannya.
1052 M – Panjalu menjadi bawahan Janggala.
1066 M – Sriwijaya merdeka dari Chola.
1088 M – Sriwijaya menjadi bawahan kerajaan Melayu Dharmasraya (Mauli).
1100 M – Janggala menaklukkan Madura.
1104 M – Panjalu merdeka dari Janggala.
1116 M – Lodoyong menjadi bawahan Panjalu.
1135 M – Sri Jayabaya naik tahta di Panjalu. Ia berhasil menaklukkan Janggala. Panjalu berganti nama menjadi Kediri.
1157 M – Kakimpoi Bharatayudha ditulis, sebagai kiasan kemenangan Kediri atas Janggala.
1159 M – Prabu Jayabaya wafat. Terjadi perebutan tahta antara kedua putranya. Janggala mengambil kesempatan ini untuk memerdekakan diri.
1175 M – Darmasiksa naik tahta di Sunda. Putranya, Jayadarma menikah dengan putri Jawa bernama Dyah Lembu Tal. Kelak keduanya memiliki putra bernama Wijaya, seorang tokoh besar dalam beberapa dekade ke depan.
1183 M – Dinasti Mauli berkuasa sepenuhnya di Sumatra, mengakhiri dominasi Sriwijaya.
1185 M – Janggala dan Kediri kembali bersatu, melalui jalur pernikahan.
1190 M – Kertajaya naik tahta di Kediri.
1193 M – Pasukan Janggala menyerbu Kediri dan berhasil menduduki kota dan istana Daha. Kertajaya terpaksa mengungsi dari istananya.
1194 M – Kertajaya memimpin pasukan Kediri menggempur dan menaklukkan Janggala.
1205 M – Ken Arok menjadi penguasa Tumapel dan memerdekakan diri dari kekuasaan Kediri.
1221 M – Pertempuran Ganter. Prabu Kertajaya tewas di tangan Ken Arok.
1222 M – Kediri menjadi bawahan Tumapel. Ken Arok menjadi penguasa tertinggi di Bumi Jawa.
1227 M – Ken Arok tewas diracun oleh Anusapati, yang kemudian menggantikannya sebagai raja Tumapel.
1248 M – Wisnuwardhana menjadi raja Tumapel.
1250 M – Kediri disatukan kembali dengan Tumapel.
1252 M – Erupsi gunung Merapi.
1254 M – Tumapel berganti nama menjadi Singhasari.
1255 M – Prasasti Mula Malurung.
1257 M – Erupsi dahsyat gunung Samalas di pulau Lombok.
1258 M – Perubahan iklim akibat erupsi gunung Samalas. Sebagian besar Bumi mengalami musim dingin berkepanjangan. Gerhana Bulan total terjadi pada bulan Mei.
1263 M – Iklim Bumi kembali normal.
1268 M – Kertanegara menaiki tahta Singhasari.
1275 M – Singhasari memulai ekspedisi penaklukkan Tanah Melayu. Armada besar pimpinan Kebo Anabrang berangkat ke Sumatra.
1284 M – Pasukan Singhasari pimpinan Wijaya (menantu Kertanegara dan seorang pangeran Sunda) menundukkan Bali.
1286 M – Penaklukkan Melayu selesai. Kertanegara menghadiahkan arca Amoghapasa kepada penguasa Dharmasraya.
1289 M – Dinasti Yuan mengirim utusan yang meminta agar Singhasari tunduk pada kekuasaan Mongol. Kertanegara dengan tegas menolak dan memotong telinga sang utusan.
1292 M – Pemberontakan Jayakatwang. Kertanegara tewas di tangan Jayakatwang (adipati Kediri), menandai runtuhnya Singhasari dan kembali bangkitnya Kediri. Wijaya bersedia tunduk lalu mendirikan desa Majapahit sebagai bawahan Kediri. Di tahun yang sama, pasukan Mongol mendarat di pesisir utara Jawa Timur dan menduduki kota-kota pelabuhan dari Tuban hingga Ujung Galuh (Surabaya).
1293 M – Aliansi Mongol-Majapahit menghancurkan Kota Daha. Jayakatwang ditangkap dan menjadi tawanan Mongol. Wijaya kemudian mengusir pasukan Mongol saat mereka lengah dan mendirikan kerajaan Majapahit. Dalam perjalanan kembali ke Khanbaliq, pasukan Mongol membunuh Jayakatwang yang menjadi tawanan mereka.
1295 M – Ranggalawe, salah satu pendiri Majapahit yang menjabat sebagai adipati Tuban tewas dalam suatu konspirasi oleh Mahapati, seorang licik yang berambisi menjadi mahapatih Majapahit. Ia tewas di tangan Kebo Anabrang (mantan panglima ekspedisi Pamalayu), yang langsung dibunuh saat itu juga oleh Lembu Sora, paman Ranggalawe. Arya Wiraraja, penguasa Lumajang dan ayah Ranggalawe memerdekakan negerinya dari Majapahit.1300 M – Pemberontakan Lembu Sora.
1309 M – Wijaya wafat. Sahabatnya, Nambi mengundurkan diri dari jabatan mahapatih Majapahit dan menjadi raja di Lumajang. Tahta diserahkan kepada Jayanagara, putra Wijaya dengan Dara Petak, seorang putri Dharmasraya.
1313 M – Gajah Mada menjadi kepala pasukan khusus Bhayangkara.
1316 M – Nambi, salah satu pendiri Majapahit tewas akibat difitnah oleh Mahapati dan Jayanagara. Lumajang dianeksasi oleh Majapahit.
1319 M – Pemberontakan Dharmaputra Winehsuka pimpinan Ra Kuti. Trowulan berhasil diduduki, namun berhasil direbut kembali oleh pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada. Jabatannya dinaikkan menjadi patih.
1321 M – Odorico da Pordenone dari Venesia mengunjungi Majapahit.
1325 M – Majapahit mengirim Adityawarman sebagai duta besar ke Khanbaliq untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Yuan.
1328 M – Jayanagara dibunuh oleh Ra Tanca, seorang anggota Dharmaputra. Tanca kemudian langsung dibunuh oleh Gajah Mada saat itu juga. Tahta Majapahit diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi.
1329 M – Pemberontakan Keta. Dapat ditumpas oleh Gajah Mada.
1331 M – Pemberontakan Sadeng. Dapat ditumpas oleh Gajah Mada dan Adityawarman.
1332 M – Adityawarman kembali pergi ke Khanbaliq sebagai duta besar Majapahit.
1334 M – Hayam Wuruk lahir.
1336 M – Ratu Tribhuwana mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih, yang kemudian mengucapkan Sumpah Palapa.
1337 M – Wang Dayuan, seorang pengelana Yuan-Mongol mengunjungi Majapahit dan melaporkan tentang adanya sisa-sisa pasukan Mongol yang menetap dan membentuk komunitas Muslim Hui di lembah Gelam, Sidoarjo.
1339 M – Majapahit menaklukkan negeri-negeri di Sumatra dan Malaya. Adityawarman diangkat sebagai gubernur Sumatra.
1343 M – Gajah Mada dan Adityawarman memimpin pasukan Majapahit menaklukkan Bali dan Lombok.
1344 M – Ekspedisi militer pertama Majapahit atas Dompu di Sumbawa. Mengalami kegagalan.
1350 M – Hayam Wuruk menaiki tahta Majapahit. Majapahit menguasai Bawean.
1357 M – Perang Bubat. Raja Sunda tewas dalam suatu kesalahpahaman oleh Gajah Mada. Hayam Wuruk yang kecewa kemudian mencabut jabatan sang mahapatih dan mengasingkannya ke Madakaripura. Ekspedisi militer kedua atas Dompu berakhir dengan kemenangan Majapahit.
1359 M – Gajah Mada diangkat kembali sebagai mahapatih, namun memerintah dari Madakaripura. Hayam Wuruk mengunjungi Malang.
1364 M – Gajah Mada wafat.
1365 M – Puncak kejayaan Majapahit di bawah pimpinan Prabu Hayam Wuruk. Kakimpoi Nagarakretagama selesai ditulis oleh Mpu Prapanca, yang menuliskan daftar wilayah kekuasaan Majapahit serta negara-negara sahabatnya.
1371 M – Prabu Niskala Wastukancana naik tahta di Sunda.
1376 M – Wijayarajasa mendirikan keraton Majapahit Timur (Blambangan), namun masih sebagai bawahan Majapahit pusat. Adityawarman wafat.
1377 M – Pemberontakan negeri-negeri di Sumatra: Pagaruyung, Palembang, dan Dharmasraya. Berhasil ditumpas oleh Majapahit, namun berakibat lepasnya Pagaruyung.
1382 M – Wastukancana membagi Tatar Sunda kepada kedua putranya. Sunda pun kembali terpecah menjadi Sunda dan Galuh.
1389 M – Hayam Wuruk wafat. Wikramawardhana naik tahta menggantikannya.
1398 M – Majapahit menaklukkan Tumasik.
1404 M – Perang Paregreg, perang sipil Majapahit dimulai. Wirabhumi memerdekakan Majapahit Timur dari keraton Majapahit Barat pimpinan Wikramawardhana. Sunan Gresik mendirikan Walisongo, sebuah majelis dakwah Islam.
1405 M – Ekspedisi laut Dinasti Ming pimpinan Laksamana Cheng Ho mengunjungi kedua keraton Majapahit.
1406 M – Keraton Majapahit Timur diserbu dan diduduki. Seluruh penghuni keraton termasuk sejumlah besar utusan Tionghoa anggota ekspedisi Dinasti Ming tewas dalam serangan itu. Wirabhumi sendiri berhasil lolos namun kemudian dikejar dan dibunuh oleh Raden Gajah. Perang Paregreg pun berakhir.
1408 M – Armada Cheng Ho kembali mengunjungi Majapahit, kali ini untuk menagih hutang atas terbunuhnya utusan Ming saat Perang Paregreg.
1419 M – Sunan Gresik wafat.
1427 M – Wikramawardhana wafat. Suhita naik tahta sebagai ratu Majapahit.
1430 M – Pangeran Walangsungsang alias Cakrabuana, putra sulung Siliwangi mendirikan kesultanan Cirebon sebagai bawahan Galuh.
1442 M – Raden Paku alias Sunan Giri lahir.
1448 M – Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati lahir.
1450 M – Raden Said alias Sunan Kalijaga lahir.
1475 M – Raden Patah mendirikan kesultanan Demak sebagai bawahan Majapahit.
1477 M – Semarang menjadi bawahan Demak.
1478 M – Kudeta di Trowulan. Raja Majapahit terakhir yang sah, Brawijaya V tewas terbunuh dalam serangan yang dilancarkan oleh Girindrawardhana dari Daha, keturunan Wirabhumi. Raden Patah, putra mahkota Majapahit yang sah memerdekakan Demak dan menyerbu Daha, namun menemui kegagalan.
1479 M – Sunan Gunung Jati menggantikan kedudukan Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon.
1482 M – Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi naik tahta di Sunda. Ia kembali menyatukan Sunda dan Galuh ke dalam satu pemerintahan, serta merebut Lampung dari Majapahit. Kerajaan Sunda kemudian berganti nama menjadi Pajajaran. Di tahun yang sama, Sunan Gunung Jati memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dari Pajajaran.
1487 M – Sunan Giri mendirikan pesantren Giri Kedaton di Gresik, yang berkembang menjadi pusat pendidikan Islam dan negara-kota pelabuhan yang kaya.
1506 M – Sunan Giri wafat.
1511 M – Demak melancarkan ekspansi ke wilayah sekitarnya. Sedayu, Tegal, dan Kudus berturut-turut jatuh ke dalam kekuasaannya. Di Malaya, Portugis menguasai Malaka. Kesultanan Malaka runtuh dan Portugis resmi menjadi pengendali Selat Malaka.
1512 M – Di Sumatra, Portugis menguasai Pasai.
1513 M – Tome Pires, seorang pengelana Portugis mengunjungi pulau Jawa dan mencatatkan perjalanannya tersebut di dalam bukunya, Suma Oriental. Panglima Demak, Pati Unus mengirim ekspedisi militer ke Malaka, namun menemui kegagalan. Majapahit beraliansi dengan Klungkung dari Bali untuk menyerbu Demak, namun dapat dipukul mundur.
1515 M – Cirebon menjadi bawahan Demak.
1517 M – Majapahit menjalin hubungan diplomatik dengan Portugis.
1518 M – Raden Patah wafat. Pati Unus naik tahta sebagai sultan Demak menggantikannya. Ia kemudian memimpin penaklukkan Demak atas Jepara.
1521 M – Demak kembali menyerbu Malaka, namun kembali menemui kegagalan dan Pati Unus gugur. Trenggana naik tahta sebagai sultan Demak menggantikan kakaknya. Pada tahun yang sama, Prabu Siliwangi mengirim utusan ke Malaka Portugis untuk menjalin hubungan persahabatan. Tak lama kemudian, sang Prabu wafat. Tahta Pajajaran diserahkan kepada Surawisesa, putra sekaligus utusan yang sebelumnya ia kirim ke Malaka Portugis.
1522 M – Perjanjian Sunda Kalapa antara Pajajaran-Portugis. Surawisesa memperbolehkan Portugis membangun benteng di Sunda Kalapa dengan jaminan kerajaannya diberi bantuan militer. Sunan Drajat wafat.
1525 M – Sunan Bonang wafat.
1526 M – Kesultanan Cirebon dan Demak beraliansi untuk menggempur kerajaan Pajajaran. Sunan Gunung Jati mendirikan kesultanan Banten sebagai bawahan Cirebon.
1527 M – Majapahit runtuh. Demak menyerbu kota Tuban dan Daha, pertahanan terakhir kerajaan Majapahit pimpinan Girindrawardhana. Sang Prabu berhasil meloloskan diri ke Panarukan dan menjadi raja Blambangan. Demak juga menyerbu dan menduduki pesisir utara Pajajaran, termasuk Sunda Kalapa yang kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta oleh Fatahillah, panglima militer Demak. Ratna Kencana, putri Sultan Trenggana mendirikan kerajaan Kalinyamat sebagai bawahan Demak.
1528 M – Perang Palimanan antara Cirebon dengan Galuh, kerajaan bawahan Pajajaran. Rajagaluh dianeksasi oleh Cirebon. Demak menundukkan Wirosari dan Wirasaba. Blambangan pimpinan Girindrawardhana mengirimkan utusan ke Malaka Portugis.
1529 M – Pangeran Cakrabuana wafat. Demak menundukkan kadipaten Purbaya dan Gegelang di Madiun.
1530 M – Demak menundukkan Medangkungan di Blora dan Jogorogo di Ngawi. Perang Palimanan berakhir dengan kekalahan Galuh dan dianeksasinya wilayah itu ke dalam kekuasaan Cirebon.
1531 M – Demak menundukkan Surabaya. Perjanjian damai antara Pajajaran dengan aliansi Cirebon-Demak.
1533 M – Prasasti Batutulis.
1535 M – Ratu Dewata menaiki tahta Pajajaran. Seorang raja yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk bertapa dan menyepi.
1536 M – Toyib, seorang ulama Aceh tiba di Jepara untuk menyebarkan Islam. Ia kemudian menikah dengan Ratu Kalinyamat dan diberi gelar Sultan Hadlirin.
1541 M – Demak berturut-turut menundukkan Lamongan dan Blitar.
1543 M – Ratu Sakti naik tahta di Pajajaran menggantikan Ratu Dewata. Berbanding terbalik dengan ayahnya, Sakti adalah seorang raja yang lalim dan kejam.
1545 M – Sultan Trenggana menyerbu Blambangan dan berhasil merebut Pasuruan. Trenggana juga menaklukkan kerajaan Sengguruh di Malang.
1546 M – Trenggana wafat dalam pertempuran melawan Blambangan di Panarukan. Sunan Prawoto naik tahta sebagai sultan Demak menggantikannya. Kalinyamat melepaskan diri dari Demak setelah Sultan Hadlirin tewas terbunuh dalam suatu konspirasi oleh Prawoto dan Arya Penangsang. Ratna Kencana kembali menjadi Ratu Kalinyamat.
1548 M – Sunan Prapen ditunjuk menjadi pemimpin Giri Kedaton.
1549 M – Prawoto tewas di tangan Arya Penangsang, yang kemudian menggantikannya sebagai sultan Demak. Jaka Tingkir mendirikan kerajaan Pajang dan bergelar Hadiwijaya. Sunan Kudus mendirikan Masjid Menara Kudus.
1550 M – Sunan Kudus wafat. Ratu Kalinyamat bekerjasama dengan kesultanan Johor menggempur Malaka Portugis. Meski sempat menduduki sebagian besar kota Malaka, namun aliansi Johor-Kalinyamat ini akhirnya dapat dipukul mundur oleh pasukan Portugis.
1552 M – Sunan Gunung Jati mengangkat putranya, Maulana Hasanuddin menjadi sultan Banten. Banten pun merdeka dari Cirebon, lalu menundukkan Lampung.
1554 M – Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan yang memimpin pasukan pemberontak suruhan Hadiwijaya dari Pajang. Kesultanan Demak pun resmi runtuh. Pajang muncul sebagai penguasa baru di Jawa. Demak, Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang.
1556 M – Hadiwijaya menghadiahkan tanah Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang. Sunan Kalijaga wafat.
1560 M – Portugis mendirikan pos dagang di Panarukan.
1567 M – Prabu Suryakancana naik tahta sebagai raja terakhir Pajajaran.
1568 M – Sunan Prapen mengadakan pertemuan antara Hadiwijaya dengan para penguasa di Jawa Timur pimpinan Panji Wiryakrama dari Surabaya. Seluruh Jawa Timur kecuali Blambangan dan Madura pun resmi bersatu dengan Pajang. Sunan Gunung Jati wafat. Fatahillah diangkat sebagai sultan Cirebon menggantikannya.
1570 M – Fatahillah wafat. Maulana Hasanuddin wafat. Maulana Yusuf diangkat menjadi Sultan Banten menggantikan ayahnya.
1574 M – Ratu Kalinyamat kembali mengirim armada perang untuk menyerbu Malaka Portugis. Kali ini bekerjasama dengan Aceh. Meski sempat membuat Portugis kewalahan, serangan ini juga gagal merebut Malaka.
1575 M – Ki Ageng Pemanahan wafat. Sutawijaya menggantikan ayahnya sebagai penguasa Mataram.
1576 M – Kesultanan Banten melancarkan agresi besar-besaran terhadap Pajajaran. Kota Pakuan dikuasai oleh pasukan Banten. Prabu Suryakancana dan keluarganya meloloskan diri ke pedalaman Pandeglang.
1579 M – Kerajaan Pajajaran runtuh setelah Pandeglang dikuasai sepenuhnya oleh kesultanan Banten. Prabu Suryakancana wafat dalam pertempuran. Banten pun menjadi penguasa tertinggi di Tatar Sunda. Prabu Geusan Ulun menerima mahkota pajajaran, naik tahta di kerajaan Sumedang Larang dan memerdekakannya dari Cirebon. Ratu Kalinyamat wafat. Pangeran Arya Jepara, keponakan sang ratu sekaligus putra sultan Banten, diangkat sebagai penguasa Kalinyamat. Ia berhasil menanamkan kekuasaaan di pulau Bawean.
1582 M – Hadiwijaya wafat. Daerah-daerah bawahan di Jawa Timur pimpinan Surabaya melepaskan diri dari kekuasaan Pajang.
1583 M – Arya Pangiri naik tahta sebagai sultan Pajang setelah menyingkirkan Pangeran Benawa.
1586 M – Benawa bersekutu dengan Sutawijaya untuk menggempur Pajang. Arya Pangiri dilengserkan dan Benawa menjadi sultan Pajang. Sutawijaya kemudian menyerbu Madiun untuk menundukkan Purbaya.
1587 M – Erupsi gunung Merapi.
1588 M – Sutawijaya memerdekakan Mataram dari Pajang. Ia menjadi penguasa bergelar Panembahan Senopati. Benawa wafat. Pajang pun bersatu dengan Mataram. Senopati kemudian menyerbu Surabaya yang tak ingin tunduk, sebelum didamaikan oleh Sunan Prapen.
1590 M – Perang Mataram-Purbaya berakhir dengan takluknya Purbaya. Mataram juga menaklukkan Madiun, kemudian menyerbu Jepara namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kalinyamat.
1591 M – Perebutan tahta di Kediri.
1596 M – Bangsa Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jawa. Mereka mendarat di Banten, namun masih sebatas berdagang. Benteng Kuta Raja Cirebon dibangun sebagai simbol persahabatan antara Cirebon dengan Mataram.
1599 M – Peristiwa Bedhahe Kalinyamat. Mataram melancarkan invasi besar-besaran terhadap Jepara dan berhasil menguasainya. Kerajaan Kalinyamat pun runtuh.
1600 M – Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola. Berhasil ditumpas oleh putra mahkota Mataram, Raden Mas Jolang.
1601 M – Panembahan Senopati wafat. Raden Mas Jolang naik tahta di Mataram menggantikan ayahnya dan bergelar Panembahan Hanyakrawati. Selat Muria diperkirakan lenyap akibat pendangkalan berkepanjangan. Pulau Muria pun bersatu dengan Jawa.
1602 M – Pemberontakan Demak pimpinan Pangeran Puger. Perang sipil Mataram-Demak dimulai. Belanda resmi membentuk VOC, sebuah kongsi dagang internasional. VOC kemudian mendirikan pos dagang pertamanya di Gresik dan Jaratan.
1603 M – VOC mendirikan pos dagang di Banten.
1605 M – Pangeran Puger ditangkap dan dibuang ke Kudus. Demak kembali menjadi bagian dari Mataram.
1607 M – Pemberontakan Ponorogo pimpinan Jayaraga, adik Hanyakrawati. Berhasil dipadamkan dan Jayaraga dibuang ke Nusakambangan.
1610 M – Mataram menyerbu Surabaya, namun mengalami kegagalan.
1611 M – VOC mendirikan pos dagang di Jayakarta.
1613 M – Mataram kembali menyerbu Surabaya, namun kembali gagal. Pos-pos VOC di Gresik dan Jaratan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Sultan Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Hanyakrawati kemudian wafat dalam kecelakaan saat berburu kijang di hutan Krapyak. Raden Mas Rangsang naik tahta dan bergelar Panembahan Hanyakrakusuma.
1614 M – Mataram menaklukkan Malang dan Lumajang. VOC mengirim duta besar pertamanya ke Mataram untuk menjalin kerja sama namun ditolak oleh Hanyakrakusuma.
1615 M – Patih Mataram, Ki Juru Martani wafat. Kedudukannya digantikan oleh Tumenggung Singaranu. Mataram menaklukkan Wirasaba. Surabaya membalas dengan mengirim pasukan ke Wirasaba.
1616 M – Pasukan Mataram mengalahkan pasukan Surabaya di desa Siwalan. Mataram kemudian lanjut menaklukkan Lasem.
1617 M – Pemberontakan Pajang pimpinan Ki Tambakbaya. Berhasil dipadamkan dan Tambakbaya melarikan diri ke Surabaya. Mataram menaklukkan Pasuruan. Cirebon menjadi bawahan Mataram.
1618 M – Mataram menaklukkan Galuh.
1619 M – VOC menaklukkan kota Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia. Markas VOC yang semula di Ambon pun dipindah ke Batavia. Jan Pieterszoon Coen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal VOC. Pendudukan Belanda di pulau Jawa pun dimulai. Mataram menaklukkan Tuban.
1620 M – Invasi Mataram ke Surabaya dimulai. Pasukan Mataram membendung Sungai Mas untuk menghentikan suplai air. Kerajaan Sumedang Larang bergabung di bawah Mataram
1621 M – Mataram mulai menjalin hubungan diplomatik dengan VOC.
1622 M – Mataram menaklukkan kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat.
1624 M – Mataram menaklukkan Madura. Hanyakrakusuma mendapatkan gelar baru, Sultan Agung.
1625 M – Surabaya dilanda bencana kelaparan akibat suplai pangan terputus oleh invasi Mataram. Jayalengkara akhirnya menyerah dan bersedia menjadikan Surabaya sebagai bagian dari Mataram.
1627 M – Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola, sepupu Sultan Agung. Berhasil ditumpas.
1628 M – Invasi Mataram ke Batavia dimulai. Pasukan Mataram berhasil menduduki sebuah benteng VOC, namun kemudian terpukul mundur akibat kekurangan perbekalan.
1629 M – Mataram kembali menyerbu Batavia, namun kembali mengalami kekalahan. Walaupun begitu, pasukan Mataram berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung yang mengakibatkan wabah kolera melanda Batavia. Gubernur Jenderal VOC pertama, JP Coen tewas menjadi korban wabah tersebut.
1630 M – Sultan Agung mengirim utusan ke Gresik agar Giri Kedaton bersedia menjadi bawahan Mataram, namun ditolak oleh Sunan Kawis Guwa, penguasanya saat itu. Akibatnya, Mataram menyerbu Giri Kedaton. Pertempuran besar terjadi hingga enam tahun berikutnya.
1631 M – Pemberontakan Sumedang.
1632 M – Cirebon yang setia pada Mataram berhasil memadamkan pemberontakan Sumedang.
1633 M – Mataram menyerang Blambangan. Sultan Agung menciptakan Tahun Jawa dan memberlakukannya pada negerinya.
1636 M – Perang Mataram-Giri Kedaton berakhir. Giri Kedaton takluk dan dianeksasi oleh Mataram. Di tahun yang sama, Mataram menundukkan kesultanan Palembang di Sumatra Selatan. Mataram akhirnya juga dapat menaklukkan Blambangan setelah berperang 3 tahun lamanya.
1641 M – Sultan Agung menggubah Serat Nitipraja.
1645 M – Sultan Agung wafat. Sebelumnya, ia memerintahkan pembangunan Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga bangsawan kesultanan Mataram. Raden Mas Sayidin naik tahta menggantikan ayahnya dan bergelar Sultan Amangkurat I.
1646 M – Mataram kembali menjalin hubungan dengan VOC.
1647 M – Ibukota Mataram dipindah ke Plered.
1649 M – Sultan Cirebon, Panembahan Girilaya diundang oleh Amangkurat I untuk mengunjungi Mataram. Sesampainya di sana, ia dan kedua putranya justru dilarang kembali ke Cirebon dan dipaksa untuk tinggal di Mataram. Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai wali sultan karena ayahnya tak kunjung kembali.
1651 M – Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta di Banten.
1652 M – Mataram menyerahkan wilayah Bekasi kepada VOC. Tawang Alun naik tahta di Blambangan.
1659 M – VOC menduduki Palembang. Kekuasaan Mataram di Sumatra pun lenyap. Blambangan bekerja sama dengan Bali untuk melepaskan diri dari Mataram. Pertempuran terjadi dan berakhir dengan dikuasainya ibukota Blambangan oleh pasukan Mataram. Sang Prabu Tawang Alun dan pengikutnya mundur ke Bali.
1661 M – Putra mahkota Mataram, Raden Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta setelah terlibat perselisihan dengan sang ayah, namun mengalami kegagalan.
1674 M – Trunojoyo, seorang bangsawan Madura memerdekakan wilayah tersebut dari kekuasaan Mataram.
1676 M – Laskar Madura pimpinan Trunojoyo berturut-turut menduduki Lasem, Rembang, Demak, Semarang, dan Pekalongan. Tawang Alun memerdekakan Blambangan dari jajahan Mataram.
1677 M – Trunojoyo berturut-turut menduduki Tegal, Cirebon, dan Banyumas, hingga akhirnya berhasil menguasai dan menjarah ibukota Mataram. Amangkurat pun terpaksa meninggalkan keraton dan kemudian wafat dalam pelariannya di Tegalwangi. Mas Rahmat naik tahta sebagai sultan Mataram bergelar Amangkurat II. Ia mengadakan perjanjian dengan VOC di Jepara untuk mengalahkan Trunojoyo. Pangeran Wangsakerta mengadakan seminar sejarah Gotrasawala di Cirebon dengan para sejarawan dari beberapa negara di Nusantara saat itu. Cirebon kehilangan wilayah Rangkas Sumedang (Karawang-Purwakarta-Subang) yang direbut oleh Belanda.
1679 M – Pemberontakan Trunojoyo berhasil ditumpas oleh pasukan aliansi VOC-Mataram yang dibantu oleh armada Bugis pimpinan Arung Palakka. Ibukota Mataram berhasil direbut kembali. Namun sebagai imbalannya, Mataram harus menyerahkan pesisir utara Jawa kepada VOC. VOC pun mulai terlibat dalam suksesi pemerintahan di Mataram dan juga Madura. Sultan Ageng Tirtayasa membagi Cirebon menjadi dua untuk menghindari perpecahan keluarga, yaitu keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman.
1680 M – Puncak kejayaan kesultanan Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Trunojoyo dihukum mati oleh Amangkurat II. VOC menyerbu dan menghancurkan Giri Kedaton, sekutu terakhir yang loyal terhadap Trunojoyo. Ibukota Mataram dipindah ke Kartasura.
1681 M – Cornelis Speelman ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal VOC. VOC mengadakan perjanjian monopoli dagang dengan Cirebon.
1682 M – Kapitan Francois Tack memimpin pasukan VOC melancarkan ekspedisi pelayaran ke Banten. VOC berhasil merebut dan memonopoli perdagangan lada di Banten dan mengusir bangsa Eropa lain yang telah lama berdagang di sana.
1683 M – Pasukan VOC menyerbu Banten dan berhasil menduduki istana Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap. Banten kemudian menjadi bawahan VOC.
1684 M – Speelman wafat di Batavia.
1686 M – Kapitan Francois Tack tewas di tangan Untung Surapati, seorang buronan VOC setelah berduel dengannya di Kartasura. Amangkurat II kemudian merestui Surapati untuk merebut Pasuruan. Setelah berhasil, ia pun diangkat menjadi bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara.
1691 M – Prabu Tawang Alun wafat. VOC melaporkan pemandangan mencengangkan saat prosesi pembakaran jenazah sang Prabu, di mana sebanyak 271 dari total 400 istri Tawang Alun ikut membakar diri ke dalam kobaran api.
1697 M – Kerajaan Buleleng dari Bali menyerang dan berhasil menaklukkan Blambangan.
1698 M – Pangeran Wangsakerta dan para sejarawan di seminar Gotrasawala merampungkan penyusunan naskah Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara dan beberapa karya sejarah lainnya.
1703 M – Amangkurat II wafat. Perebutan tahta antara Amangkurat III dengan Pangeran Puger.
1704 M – Perang Tahta Mataram Pertama dimulai. VOC mengangkat Pangeran Puger sebagai sultan Mataram bergelar Pakubuwono I, sementara Amangkurat III diusir.
1705 M – Bersama Surapati, Amangkurat III mendirikan pemerintahan pengasingan di Pasuruan. VOC merebut Priangan Timur dan Cirebon.
1706 M – Pasuruan diserbu oleh VOC dan sekutunya. Surapati tewas setelah bentengnya diduduki oleh VOC. Amangkurat III melarikan diri.
1708 M – Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Sri Lanka oleh VOC.
1719 M – Perang Tahta Mataram Kedua dimulai. Pakubuwono I wafat dan digantikan oleh Amangkurat IV.
1740 M – Peristiwa Geger Pecinan. Tentara VOC melancarkan genosida terhadap etnis Tionghoa di Batavia. Tak kurang dari 10.000 orang yang tewas dalam pembantaian massal ini. Sisanya melarikan diri ke timur menyusuri pesisir utara Jawa. Dalam perjalanan, mereka menyerang sebuah pos VOC di Tangerang.
1741 M – Pelarian Tionghoa dari Batavia bekerja sama dengan prajurit Mataram menyerang dan menduduki pos-pos VOC berturut-turut di Lasem, Rembang, Juwana, Jepara, dan Semarang.
1743 M – VOC menduduki pulau Bawean.
1746 M – Mataram mengadakan perjanjian dengan VOC, hasilnya Pakubuwono II bersedia menyerahkan kembali Madura dan pesisir utara Jawa yang sebelumnya dikuasai aliansi Mataram-Tionghoa kepada VOC. Pangeran Mangkubumi melancarkan pemberontakan menuntut tahta Mataram. Perang Tahta Mataram Ketiga dimulai.
1749 M – VOC melantik Raden Mas Suryadi sebagai sultan Mataram bergelar Pakubuwono III. Patih Mataram, Raden Mas Said memberontak, ikut menuntut tahta Mataram.
1750 M – Raden Panji Margono bekerjasama dengan laskar Tionghoa dan laskar santri melancarkan pemberontakan terhadap VOC di Lasem. Dapat dipadamkan oleh VOC.
1754 M – Gubernur VOC atas wilayah Jawa Utara Hartingh mengadakan pertemuan tertutup dengan Pangeran Mangkubumi mengenai pembagian Mataram.
1755 M – Perjanjian Giyanti, mengakhiri Perang Tahta Mataram. Mataram secara resmi dibagi menjadi dua pemerintahan: Yogyakarta dan Surakarta. Mangkubumi diangkat sebagai penguasa Yogyakarta bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I, sementara Pakubuwono III menjadi penguasa Surakarta. Kedua negeri pecahan ini pun menjadi bawahan VOC.
1757 M – Perjanjian Salatiga. Raden Mas Said yang terdesak akhirnya menyerahkan diri. Ia kemudian diangkat sebagai penguasa di Mangkunegaran bergelar Mangkunegara I.
1767 M – VOC menyerbu Blambangan dan berhasil menduduki ibukotanya.
1771 M – Perang Puputan Bayu. Rakyat, prajurit, dan bangsawan Blambangan melakukan bela pati mempertahankan tanah air mereka dari rongrongan VOC. Diperkirakan lebih dari separuh populasi Blambangan musnah dalam pertempuran ini.
1772 M – Blambangan sepenuhnya ditaklukkan oleh VOC.
1788 M – Pakubuwono III wafat dan digantikan putranya yang bergelar Pakubuwono IV.
1800 M – VOC secara resmi dibubarkan. Belanda dikuasai oleh Kekaisaran Prancis pimpinan Napoleon Bonaparte. Koloni-koloni Belanda di luar Eropa pun secara tidak langsung jatuh ke tangan Prancis.
Makna “Dharma” dalam “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hanna Dharma Mangrwa”
Dharma dalam Kitab Suci Agama-agama.
By: Menachem Ali
Airlanggga University
The Yeshiva Institute
Empu Tantular dalam salah satu sloka dari kitab Kakawin Sutasoma berbahasa Jawa Kuna menjelaskan tentang esensi “Dharma.” Pada bagian dari teks sloka tersebut berbunyi demikian: “Bhinneka Tunggal Ika tan hana Dharma mangrwa”(berbeda-beda tetapi tetap satu tiada Dharma yang mendua). Itulah sebabnya sebenarnya “Dharma” memang satu, tunggal, tak mendua, dan tak berubah. Dengan demikian, esensi dari “Dharma” sebagaimana yang termaktub dalam kitab-kitab suci itu juga bersifat kekal abadi dan inklusif.
Kitab suci semua agama bukanlah sebuah teks sakral yang berdiri sendiri. Namun, kitab suci semua agama menegaskan semacam mata rantai yang menyadarkan kita tentang adanya konsep “One Word Many Versions” atau “Satu Pewahyuan dalam Kebhinekaan.” Begitu juga Quran sebagai kitab suci umat Islam ternyata memiliki mata rantai dengan kitab-kitab suci berbagai agama, khususnya berkaitan dengan persoalan Dharma. Dalam kitab suci Quran, khususnya ayat yang berbunyi:
اذا جاء نصر الله والفتح. ورايت الناس يدخلون في دين الله افواجا. فسبح بحمد ربك واستغفره انه كان توابا. سورة النصر 110: 1-3
“Apabila telah datang pertolongan ALLAH dan kemenangan, dan kamu lihat seluruh manusia masuk ke dalam Din ALLAH dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat (al-Nashr 110:1-3).
Dalam bahasa Italia (Modern Latin), istilah دين (Din) diterjemahkan “religione” sebagaimana teks yang termaktub dalam Quran (An-Nashr 110:1-2); istilah tersebut sejajar dengan istilah “Religion” dalam bahasa Inggris. Dalam kitab suci Quran terjemahan bhs Italia, teks Quran (An-Nashr 110:1-2) tertulis demikian:
“Quando verra l’ausilio di ALLAH e la vittoria, e vedrai le genti entrare in massa nella religione di ALLAH.”
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, istilah دين (Din) sering diterjemahkan “agama”, Istilah دين (Din) dalam bahasa Arab sebagaimana yang termaktub dalam kitab suci Quran, ternyata ada kesejajaran dengan istilah דינה (Dina) dalam bahasa Aram, sebagaimana yang termaktub dalam kitab agama Yahudi yakni kitab תלמוד בבלי (Talmud Bavli) yang teksnya berbunyi: דינה דמלכותא דינה (Dina de-malkhuta Dina, yakni “Hukum Langit yang mencerminkan Kebenaran”), see Talmud Bavli, masekhet Nedarim 28a, Baba Kama 113a-b. Dengan demikian, makna دين (Din) ataupun דינה (Dina) sejatinya menegaskan adanya “Hukum kekal sorgawi”, yang disebut “Agama” yang meniscayakan nilai “Kebenaran.”
Itulah sebabnya, ayat yang berbunyi ورايت الناس يدخلون في دين الله افواجا (wa ra’aitan nasa yadkhuluna fi Dinillahi afwaja), ternyata dalam Quran versi terjemahan bahasa Hindi, terbitan Dar As-Salam, Saudi Arabia (2005) justru istilah دين (Din) maknanya disejajarkan dengan Dharma, yang dalam Quran terjemahan versi bahasa Hindi tertulis demikian: aur tu logon ko ALLAH ke Dharma ki taraf jhudha ke jhudha ata dekha le.
Secara lengkap, teks Qs. Al-Nashr 110:1-3 terjemahan versi bahasa Hindi berbunyi demikian:
1. Jab ALLAH ki madad aur vijay hasil ho jaye.
2. Aur tu logon ko ALLAH ke Dharma ki taraf jhudha ke jhudha ata dhekha le.
3. To tu apne Rab ko mahima (tasbih) aur tarif karne men lag, aur us se mafi ki dua kar, besak waha maf karne wala hai.
Lihat karya Maulana Mochammad Junandhi. Mukhtashar Tafsir Ahsan Al-Bayan bi al-Lughah al-Hindiyyah (Medinah, Saudi Arabia: Dar as-Salam, 2005), p. 1148
Sementara itu, Sri Krishna bersabda kepada Arjuna dalam kitab suci Bhagavad-gita, canto 4.7-8 disebutkan demikian:
“Yadā yadā hi dharmasya
glānir bhavati bhārata
abhyutthānam adharmasya
tadātmanam srjāmy aham
paritrānāya sādhūnām
vināśāya ca duskrtām
dharma samsthāpanarthāya
sambavāmi yuge yuge”
(Bhagavad Gītā, 4.7-8).
(“Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan Dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma merajalela – pada waktu itulah Aku sendiri turun menjelma, wahai putera keluarga Bharata (Arjuna). Untuk menyelamatkan orang-orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip Dharma, Aku sendiri muncul pada setiap zaman”, see AC. Bhaktivedanda Swami Prabhupada. Bhagavad-gita Menurut Aslinya (Jakarta: The Bhaktivedanta Book Trust, 1973), pp. 222-224
Dalam teks asli berbahasa Sanskrit, kitab suci Bhagavad-gita menegaskan adanya keberpihakan dan pembelaan Sri Krishna terhadap prinsip Dharma, yang tidak bisa dikompromikan dengan tindakan adharma, demi melindungi para Sadhu (orang Saleh), sebagaimana yang termaktub dalam teks Bahagavad-gita versi bahasa Indonesia. Menariknya, teks Bhagavad-gita versi bahasa Arab, ternyata istilah Dharma dalam bahasa Vedic Sanskrit disepadankan dengan istilah الدين (ad-Din) dalam bahasa Arab, dan istilah adharma dalam bahasa Vedic Sanskrit disejajarkan dengan istilah الكفر (al-Kufr) dalam bahasa Arab, yang artinya “kafir” dalam terjemahan Indonesia. Dalam teks Bhagavad-gita 4.7 versi bahasa Arab disebutkan demikian:
كلما وحيثما هناك انخفاض ممارسة الشعاءر الدينية يا سليل بهرت ويسود الكفر في ذلك الوقت انزل بذاتي.
Lihat karya AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Al-Bhagavad-gita Kama Hiya. Ni’matul Ilahiyyah. (Tel-Aviv, Israel: The Bhaktivedanta Book Trust, 2018), p. 218
In his writings, Srila Prabupada often translates “dharma” simply as “religion” (dalam tulisan-tulisannya, Srila Prabhupada sering menerjemahkan istilah “dharma” secara sederhana sebagai “agama”, lihat AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada dkk. Veda: Secrets from the East. An Anthology (Watford UK: ISKCON Reader Services, 2011), hlm. 358
Begitu juga dalam kitab suci Dhammapada, bab Pandhita Vagga IV. 78-79 Sang Budha juga bersabda mengenai tegaknya prinsip Dhamma, dan bergaul dengan purisuttame (orang baik, orang saleh), dan bukan bergaul dengan purisadhame (orang jahat). Dalam teks Dhammapada bahasa Pali, Sang Budha bersabda demikian:
Na bhaje papake mitte
Na bhaje purisadhame
Bhajetha mitte kalyane
Bhajetha purisuttame.
Dhammapiti sukham seti
Vippasannena cetasa
Ariyappavedite dhamme
Sada ramati pandhito.
Janganlah berteman dengan teman-teman yang jahat, janganlah bergaul dengan orang-orang jahat; bertemanlah dengan teman-teman yang baik, bergaullah dengan orang-orang baik. Ia yang mengerti Dhamma hidup berbahagia dengan pikiran yang jernih dan tenang. Orang bijaksana selalu berbahagia dalam Dhamma yang telah dibabarkan oleh para Ariya, see R. Surya Widya. Dhammapada. Kitab Suci Agama Buddha. Khudakka Nikaya (Jakarta: Yayasan Abdi Dhamma Indonesia, 2002), pp. 30-31
Dalam kitab suci Dhammapada, Pandhita Vagga IV. 78-79 versi bahasa Jawa dan bahasa Mandarin disebutkan demikian:
Aja kekancan karo wong candhala, , aja kekancan karo wong nistha; ananging srawunga karo wong kang becik bebudine, srawunga karo wong kang luhur bebudene.
Dheweke kang wawuh Dhamma bakal begja uripe sarta tentrem pikire. Manungsa kang wicaksana tansah suka gembira sajroning ajaran kang kababarake dening Para Minulya.
Mo I ok yu ciau, mo yu pei bii ce, Ing I san yu siau, ing yu kau sa ng sek.
Teh yin fa (swui) che, hsin chin er an lok.
(Lihat Willy S. Kitab Suci Dhammapada (Mojokerto: Maha Wihara Mojopahit, 1989), pp. 78-79
Term “Dharma” dalam bahasa Sanskrit, memang secara filologis sejajar dengan istilah “Religione” dalam bahasa Italia, dan sejajar pula dengan kata “Religion” dalam bahasa Inggris. Itulah sebabnya AC. Bhaktivedanta Srila Prabupada menyatakan: “Dharma translated as “Religion” is intended to mean truly spiritual religion, which is eternal, changeless“, see Veda: Secrets from the East, p.358
Dengan demikian, semua kitab suci ada semacam common heritage (warisan bersama) yang kekal abadi, terutama berkaitan dengan prinsip Kebenaran, yakni Dharma dalam bahasa Sanskrit/ Hindi, atau pun Dhamma dalam bahasa Pali, yang sejajar dengan الدين (ad-Din) dalam bahasa Arab, atau pun דינה (Dina) dalam bahasa Aram. Tentu saja tegaknya prinsip Dharma tersebut terkait pula dengan keniscayaaan hadirnya keberadaan orang-orang benar, atau orang-orang saleh, yang disebut dalam berbagai kitab suci dengan sebutan Sadhunam, Purisuttame, As-Shalihun (الصلحون), atau pun Ztadiqim (צדיקים), yang semua istilah yang termaktub dalam kitab-kitab suci tersebut faktanya merujuk kepada “orang-orang benar” yang hidup dalam Kebenaran (Dharma). Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam kitab Mazmur 37:29, see Harav Yosef Yitzhaq. Sefer Tehilim: Ohel Yosef Yitzhaq (Brooklyn: Kehot Publication Society, 1992), p. 46
צדיקים יירשו ארץ וישכנו לעד עליה. תהלים 37:29
“Orang-orang benar mewarisi bumi dan mereka akan tinggal selama-lamanya di bumi” (Tehilim 37:29).
Kitab suci Quran juga menyebutkan ayat yang sejajar, yang meneguhkan pernyataan kitab Mazmur dan sekaligus mengkonfirmasinya, yakni berkaitan dengan keberadaan orang-orang benar, atau pun orang-orang saleh. Qs. Al-Anbiya 21:105 menyebutkan demikian:
ولقد كتبنا في الزبور من بعد الذكر ان الارض يرثها عبادى الصلحون
Ayat ini sekaligus menegaskan bahwa hanya orang-orang saleh saja yang disebut “as-Shalikhun” (الصلحون) yang memiliki karakter kenabian. Itulah sebabnya ayat yang berkaitan dengan “orang-orang saleh” ternyata terletak pada surat Al-Anbiya’ (lit. “Nabi-nabi”). Menariknya, dalam “Serat Wedhatama“, KGPAA Mangkunegara IV juga menyebutkan keberadaan orang-orang benar atau orang-orang saleh tsb. Beliau menulis dalam bentuk tembang, genre Pangkur, larik ke-3 dinyatakan:
Nggugu karsane priyangga,
nora nganggo peparah lamun angling,
lumuh ingaran balilu,
uger guru aleman,
nanging janma ingkang wus waspadeng semu, sinamun ing samudana, sasadhon ingadu manis
(hanya menuruti kehendak pribadi, tidak memakai aturan jikalau berucap, tidak mau dikatakan tidak cerdas, sukanya selalu disanjung-sanjung, adapun manusia yg sudah memahami pasemon, sesuatu yg disamarkan, maka segala perkataannya akan disamarkan dalam bentuk ungkapan yg utama, yang indah).
Lihat karya Yusro Edy Nugroho. Serat Wedhatama: Sebuah Masterpiece Jawa dalam Respons Pembaca (Semarang: Mimbar – The Ford Foundation, 2001), p. 125.
Istilah “Sasadhon” dalam bahasa Jawa memang berasal dari istilah Sadhu, dari bahasa Kawi (Jawa Kuno), yang ternyata juga diadopsi dari bahasa Sanskrit. Istilah Sadhu dalam bahasa Sanskrit memang bermakna sama dengan istilah Sadhu dalam bahasa Kawi yang berarti “utama”, “mulia”, “berbudi”, atau “baik hati”, see Prof. Dr. S. Wojowarsito. Kamus Kawi – Indonesia (Bandung: CV Pengarang, 1977), p. 229. Dengan demikian, Serat Wedhatama menyuarakan hal yang sama tentang karakter kesalehan seseorang dalam hal mengedepankan keutamaan/ kesucian perkataan dan tindakan, sebagimana karakter seorang Sadhu. Itulah hakekat kemanusiaan kita.
Manu Smrti-Veda dan Hukum Nuh.
Kita semua dari berbagai latar agama yang bermacam-macam, dan kita sebenarnya berasal dari keturunan orang yang saleh, yang naik ke bahtera Nuh. Itulah sebabnya kita dapat berkata: אנחנו בני אב אחד – Anahnu b’nei Av echad (Kita berasal dari Bapa yang satu), yakni Nuh atau Manu, dan dialah sebenarnya nenek moyang kita semua, yang saat itu selamat dari peristiwa banjir besar yang melanda seluruh permukaan bumi, dan semua yang tidak beriman dan melakukan tindakan yang tidak saleh, tak seorang pun diselamatkan, semuanya tenggelam.
Dalam kitab agama Hindu, yakni kitab Manu Smriti-veda yang populer disebut kitab Manawa Dharmasastra, Pratamodyayah. 65 tertulis ayat demikian “Ratrih svapnaya bhutanam cestayai karma yanamahah” (malam untuk beristirahat dan siang untuk bekerja bagi makhluk hidup). Ayat suci Hindu ini ternyata ada kesejajaran dengan Qs. Al-Rum 30:23. Ini adalah kesejajaran antara ayat suci kedua agama besar, yakni Hindu dan Islam.
“Manu Smriti-veda, name of the most important text on the social and religious obligations (dharma) of Hindus. The work was composed in Sanskrit, probably about the first century B.C.E. or first century C.E. and has some 2,685 verses… Almost half the verses of this text attributed to the sage Manu are found also in the Mahabharata’s twelfth and thirteenth books, though it is unclear which text has borrowed from the other”, see Bruce M. Sullivan. The A to Z of Hinduism (New Delhi: Vision Books Pvt. Ltd., 2003), p. 128
Berdasarkan penjelasan Bruce M. Sullivan tersebut di atas, maka kitab Manu Smriti-veda merupakan kitab suci Hindu yang berkaitan dengan kitab hukum yang mengatur persoalan sosial dan kewajiban keagamaan. Menariknya, kitab Manu Smriti-veda ini ternyata ada relasi teks dengan kitab suci Mahabharata. Padahal berdasarkan latar sejarah, peristiwa dan penulisan kitab Mahabharata ternyata jauh lebih tua dibanding latar sejarah kelahiran ketokohan Abraham. Dan ini berarti agama-agama Abrahamik yang merujuk pada 3 agama besar, yakni Yahudi, Kristen dan Islam faktanya memang belum lahir dalam pentas sejarah. Fakta ini akan lebih menarik lagi bila dikaji berdasarkan pembuktian studi manuskrip tertua antara manuskrip berbahasa Ibrani yang secara filologis dapat dibandingkan dengan manuskrip berbahasa Sanskrit. Salah satu fakta tekstual terkait dengan kisah mengenai Abraham dan kisah Nuh yang berkaitan dengan peristiwa banjir besar, ternyata justru termaktub dalam Sefer Bereshit, kitab ini ditemukan di gua Qumran yang disebut sebagai bagian dari the Dead Sea Scrolls. Usia manuskrip Sefer Bereshit atau pun Genesis Apocryphon berdasar calibrated age range melalui uji Carbon-14 sekitar 209 – 117 BCE atau 73 B.C.E – 14 C.E. dan ini ternyata tidak lebih dari the first century BCE. or the first century C.E., see Philip R. Davies. The Complete World of the Dead Sea Scrolls (London: Thames & Hudson Ltd., 2011), p. 74
Kitab Manu Smriti-veda sebagai kitab hukum memang diwahyukan TUHAN dan diterima oleh Manu pasca peristiwa banjir besar yang menenggelamkan seluruh bumi. Manu saat itu mempunyai 3 orang putra; dalam teks Vedic Sanskrit namanya disebut Charma, Sharma, dan Yapeti; dan dalam teks Latin Vulgata – nama mereka disebut dengan nama Cham, Sem, Iapheth. Sementara itu, dalam kitab تنوير المقباس من تفسير ابن عباس (Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni ‘Abbas) nama-nama bertradisi Arya tersebut juga ada kesejajarannya dalam versi tradisi Arab-Islam, yakni حام (Cham), سام (Sam) dan يافث (Yafats). Tatkala membahas teks Quran khususnya ayat dari QS. Hud 11:48 maka Ibnu ‘Abbas berkata:
وكان معه ثلاتة بنين سام وحام ويافث
“Wa kana ma’ahu tsalastah banin Sam, wa Cham wa Yafats” (dan Nuh disertai 3 putranya yakni Sam, Cham dan Yafats), see al-Fayruzabadi (ed.), Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas (Lubnan: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2011), hlm. 237
Manu diperintahkan TUHAN untuk menaiki bahtera besar sehingga hanya Manu dan orang-orang suci saja yang selamat dari banjir besar tersebut. Peristiwa banjir besar ini merupakan “pralaya” atau “total destruction.” Catatan mengenai peristiwa banjir besar yang melanda seluruh permukaan bumi tersebut diabadikan dalam teks suci Hindu. Hal ini sebagaimana yang tercatat dalam kitab suci Srimad Bhagavatam Purana. I.3.15.
rupam sa jagrhe matsyam
caksusodadhi-samplave
navy aropya mahi-mayyam
apad vaivastavam manum.
“When there was a complete inundation after the period of the Caksusa Manu and the whole world was deep within water, THE LORD accepted the form of a fish and protected Vaivasvata Manu – the father of man, keeping him up on an Ark”, see AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam of Krishna Dvaipayana Vyasa. First Canto. (Mumbai, India: the Bhaktivedanta Book Trust, 1995), pp. 146-147
“Ketika terjadi banjir bandang pasca periode Caksusa Manu dan seluruh dunia tenggelam. Tuhan berinkarnasi sebagai ikan dan melindungi Vaivasvata Manu, dengan menempatkan beliau ke atas kapal.” Lihat AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana). Skanda Satu – Jilid 1 “Ciptaan” (Jakarta: Hanuman Sakti, 2015), hlm. 205-206
Dalam kitab Srimad Bhagavatam Purana VIII.24.41 tertulis demikian:
tata samudra udvelah
sarvatah plavayan mahim
vardhamano maha-meghair
varsadbhih samadrsyata
“Thereafter, gigantic clouds pouring incessant water swelled the ocean more and more. Thus the ocean began to overflow onto the land and inundate the entire world.” see AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam. Eighth Canto-Part Three (New York: the Bhaktivedanta Book Trust, 1976), pp. 253-254.
“Kemudian, awan-awan mahabesar mencurahkan hujan mahadahsyat yang membuat permukaan lautan terus semakin meninggi. Demikianlah kemudian lautan mulai meluap membanjiri daratan di seluruh dunia.” Lihat AC. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Srimad Bhagavatam (Bhagavata Purana) Skanda VIII Jilid 3 “Peleburan Ciptaan Alam Semesta” (Jakarta: Hanuman Sakti, 2015), hlm. 288.
Itulah sebabnya, kitab hukum yang diterima Manu ini disebut juga kitab Manu Smriti-veda atau disebut kitab Manawa Dharmasastra. Menariknya, nama Manu seakar dengan penyebutan “Man” atau “human” dalam bahasa English, yang satu rumpun dengan bahasa Sanskrit, dan dari istilah Manu inilah kita semua disebut “Manusia”, sebab kita semua adalah keturunan Manu yang selamat dari perisitwa banjir besar tersebut. Menariknya, istilah Manu dalam bahasa Sanskrit bermakna “berpikir” atau “kecerdasan”, dan itulah sebabnya “manusia” dalam dunia filsafat disebut “animale rationale.” Sementara itu, dalam tradisi agama-agama Abrahamic bertradisi Semitik, tokoh Manu ini ternyata sejajar dan identik dengan figur Nuh (نوح) ataupun Noach (נוח), yang juga diperintahkan oleh TUHAN untuk membuat bahtera besar. Pasca peristiwa banjir besar itulah maka akhirnya TUHAN memberikan hukum Nuh (Noach) yang kemudian disebut Noachic Laws, sebagaimana yang tercatat dalam kitab Mishnah, sebagai Torah she be’al phe bagi penganut agama Yahudi.
(by Menachgem Ali, 2019)
Situs (Candi) Mura Takus: Universitas Dharma Asli Nusantara
SITUS MUARA TAKUS,KAMPAR
by Santo Saba Salomo
Pertanyaan ,Apakah benar falsafah asli Nusantara berasal dari india..?
Catatan Tiongkok:
1.Shih Fa-hian atau Faxian (400 M)
2.Sung Yun (518 M) mencatat adanya kekuasaan yg di sebut nya “Śaka kṣatrapas” dari indentifikasi koin di duga telah ada sekitar tahun 225 M
3.Hiuen Tsiang atau Xuanzang (629 M)
Mereka berlayar selama sembilan puluh hari lebih, ketika mereka tiba di sebuah tempat bernama Ye-po-ti (Svarnadvipa)di tanah ini hukum dan falsafah yg di pelajari para brahmana.
Menyeberangi lautan ribuan li ke barat. Meninggalkan negara Ta-lo-pi-ch’a (Drāvida) dan melakukan perjalanan ke utara,kami tiba di sebuah pulau besar yang terdapat batu-batu berharga atau Mahāratnadvīpa.
Orang-orang disini bertubuh kecil dan berkulit hitam; mereka memiliki dagu persegi dan dahi tinggi mereka sangat kuat dan pemberani.
Mereka suka belajar dan menghargai kebajikan sangat menghormati suatu ajaran tatanan adat yg sudah tersistem baik,tempat ini awalnya disebut Pāo-chu (Ratnadvīpa),karena ada permata berharga yang ditemukan di sana.
“Pulau permata” ini disebut oleh orang-orang Arab abad kesembilan (Yule, op. Cit., P. 255)
Luas wilayah nya sekitar 7000 li di bagian pusat kotanya sekitar 40 li putaran Tanahnya kaya dan subur, iklimnya panas pohon ditanam secara teratur bunga dan buah diproduksi berlimpah.
Yule meragukan apakah nama Ceylon atau Seilan adalah Siṃhala Srilangka saat ini (Marco Polo, ii. Hal. 254, note 1) Childers melacak derivasi dari kata Elu untuk nama ini Sīhala (Catatan tentang Bahasa Sinhala). Lihat Ind. Ant., Vol. xiii.hlm. 33 dst
Cermati Catatan I Tshing :
Seorang brāhmin dari Suvarṇadvīpa bernama Kin fa(Suvarṇakeśa) salah satu dari enam guru besar non-Buddhis Sanjaya Datang ke Rājagṛha dan bertemu dengan Upatiṣya/Sariputra dia berasal dari Suvarṇadvīpa (Kin tcheou)
Enam guru besar non-Buddhis yg datang ke india… dia berasal dari Suvarṇadvīpa (Kin tcheou)..Di mana lokasi tepat pusat nya enam guru besar non-Buddhis belajar dan mendapat ilmu apa mereka itu…?
Sebelum nya kita fahami ini….
Ajaran asli Nusantara maju terdahulu tidak dari luar Nusantara,ajaran “Dharma” sudah ada jauh lebih dahulu ada dari Agama samawi, terindentifikasi oleh sejarawan eropa dengan kata “Dharmic”
Inti pola dasar ajaran adalah,Berbuat baik dan benar yang dilandasi oleh kelembutan rasa welas asih,di sebut dengan “Dharma”
Ajaran ini menyebar ke penjuru dunia hampir 3/4 muka bumi,tumbuh di india menjadi agama pada abad 5 SM dan baru pada abad 9 M lahir nama lain untuk pembeda dari 2 ajaran yang lahir terdahulu juga tidak Islam di india
Falsafah luhur Nusantara “Dharma” lalu di kembangkan oleh Mahaguru Agung Luhur Rhçi Shakyamuni Sidharta Gautama seorang putra mahkota yang di hormati, Juga Mahavira tokoh Jainsm
Jadi ajaran asli Nusantara bukan ajaran dari luar Nusantara, juga bukan Anisme Dinamisme,Tidak.
Ajaran dan Falsafah ini divisulisasikan dengan arca posisi orang duduk bersila Topo/Tapa di situs “Vhwana Sakha Pala”,Borobudur
Berkaitan dengan ini…
Telah di temukan sebuah area luas yg di mengarah pada kesimpulan adanya komplek universitas besar dengan sarana dan prasarana proses belajar mengaja.
Situs Muara Takus Kampar, Riau Sumatra,adalah land mark dari sebuah kompleks area pusat pendidikan pengajaran pembelajaran ajaran “Dharmic” …
Temuan dinding besar sebagai batas komplek sekolah, stempel, dan area luas untuk menampung para brahman yg mempelajari “Dharma” sekitar 6000 pelajar setiap angkatan.
Area utama 4 km2,Area kedua 75 km2 area terluar 300 km2 berdasarkan sebaran temuan artefak di wilayah itu,bersesuaian dgn catatan dari tiongkok
Pengamatan pada budaya dan sistim tata adat yg masih ada di indetifikasikankan adalah area “Kedatuan” area ring utama di sebut SOKO atau Saka.
Jadi…di tanah inilah pusat pembelajaran pengajaran ilmu pengetahuan tinggi leluhur kita pernah berlangsung……
….dan ajaran asli Nusantara terdahulu lah yg mendasari dan mewarnai tanah india…tidak sebalik nya
TRUE BACK HISTORY
By : Santo Saba Piliang
santosaba234@gmail.com
WA 0813 2132 9787
(mohon tidak telpon)
Sinkronisasi Situs Gunung Padang Cianjur dengan Pusat Galaksi?
Jadi, dapatkah kita sampai pada kesimpulan bahwa situs gunung padang atau piramida jawa sinkron dengan Pusat Galaksi?
(Korespondensi Saya Ahmad Y. samantho dengan Dr.Hugo Kennes di Jejaring Bumi di Piramida Gunung Padang)
“Ahmad, terima kasih telah menjadi teman. Saya memiliki minat terbesar dalam Institut Penelitian Anda, jauh lebih banyak daripada di Earthgrid, Anda tahu. Saya datang secara tidak sengaja dalam penelitian earthgrids, dan beberapa minggu yang lalu mengusulkan Dan Shaw dari Vortexmaps untuk membuat grup Face Book tentang semua keberpihakan yang ditemukan orang-orang ini berkat Google Earth.
Kami tidak tahu pembuat keputusan dan arsitek atau geomancer mana di balik semua groundgeometry suci ini di masa lalu atau hari ini (gerakan esoterik). Ini adalah teka-teki yang hebat, hari ini kami hanya dapat mengumpulkan data sebanyak mungkin.” (Hugo Brussels)
Jawaban Ahmad Y. Samantho:
“Senang bertemu Anda, Tn. Hugo Kennes, ya, kami memiliki minat yang sama untuk melakukan penelitian tentang misteri kuno, yang memiliki akar yang sama, mungkin dari peradaban Atlanten atau Lemurian, atau mungkin alien kuno?
Bisakah saya belajar lebih banyak tentang kisi-kisi vektor, kisi-kisi (grid) vortex dunia? Hal ini terkait dengan elektromagnetisme bumi (tingkat gravitasi)?”
Hugo Kennes Brussel:
“Ahmed, yang sepenuhnya merupakan misteri, bagi saya dan banyak orang lain yang berusaha menemukan asal usulnya dan fisika ilmiah di belakangnya. Itulah alasan utama kami menyiapkan Grup Face Book ini dengan harapan dapat menggumpulkan sebanyak mungkin keberpihakan penasaran tokoh lokal di seluruh dunia yang mungkin cocok dengan beberapa UVG, enigma UVGS Multileyered.
Hasil gambar untuk vortex grid
Pada tahun 1950 (pasca Perang Dunia 2), Buckminster Fuller memberikan UVG (disebut Dymaxion) yang disejajarkan dengan TEPE – mount Ararat, pada 1980 Hagens-Beckers sebuah UVG yang disejajarkan dengan Gizeh – NP. Mereka menerima grid dari Chris Bird yang menerimanya dari Makarov di Uni Soviet. Sementara itu tampaknya teknik kisi berbentuk bola ini digunakan untuk pendaratan di bulan dan penjelajahan, kisi-kisi tersebut juga dapat disejajarkan dengan Antena Eltanin (kisi UFO Bruce Cathie), berdasarkan apa yang disebut antena UFO 5000 m di dalam air; ditransposisikan di Mars itu sesuai pendaratan dan eksplorasi Mars yang sesuai. Banyak yang sudah ada di E – News, dan DALAM gambar dari gambar – pesan tetap di atas FB Group! Saya mengirimi Anda lebih banyak lagi …
23 November 2013 11:37 malam
“Yang terhormat, saya akan mencoba mengirimkan Anda sesegera mungkin informasi latar belakang tentang teknik UVG (salah satu dari worldgrids) (saya harus tetap membuat pengantar teks yang lebih baik untuk halaman layanan saya E – News Earthgrids News) The Prof. Hagens UVG kisi (kisi vektor bersatu bulat) yang menghubungkan piramida Indonesia ke piramida Benua Amerika dapat diunduh sebagai hamparan Google Earth (untuk dibuka di Google Earth) dengan perintah simulator UVG http://www.montalk.net/cgi-bin/coordinates .py? shape = beckerhagens & lat1 = 4.386961 & lon1 = 89.562089 & lat2 = 5.386961 & lon2 = 89.562089 & kirim = Klik + untuk + menerima + unduh + tautan +
Saat mengunduh, ekstensi file “.kml” harus ditambahkan ke nama file yang Anda pilih, lalu buka di Google Earth. Tolong beri tahu saya jika berhasil, maka saya mengirim simulasi tambahan pada Stonehenge dan Beaghmore (bukan tidak mungkin di sekitar Atlantik, dan di sekitar Pasifik, dua budaya besar berkembang; saya sama sekali bukan seorang sejarawan dan belum memiliki yang baik lihat apa yang saat ini orang sebut Atlantis, atau Lemuria?
Saya juga berpikir bencana bumi dan banjir, dan permukaan laut naik sangat rusak atau tenggelam beberapa kali peradaban awal multi benua . Selalu siap melayani Anda untuk penjelasan apa pun. Hugo Brussels PS Saya juga berpikir banyak informasi yang benar tentang pendekatan earthgrids yang disembunyikan, dan tentu saja UVG (cerita yang sangat aneh, saya bahkan berpikir beberapa teknik jaringan yang dikenal di internet adalah keberpihakan yang keliru untuk menyesatkan opini publik, jauh dari grid yang diuji secara fisik dalam domain industri-militer-astronautis.
18 Februari, 16:50
AYS:
Hallo Yang Terhormat Tuan Hugo
“Sayang, saya sebutkan lagi di E – News Situs web Anda yang luar biasa dan logo terkait yang mencerminkan tradisi yang sangat sakral dan inti dari semua agama. Saya harap saya bisa? …
sumber asli gambar itu adalah http://www.sacredscience.org
blog saya didedikasikan untuk menyatukan kemanusiaan di bawah satu keluarga besar di bawah Tuhan.
Tapi itu tidak berfungsi lagi; tetapi memang para ilmuwan positif tingkat lanjut menyimpulkan tentang mistisisme, ya itulah mistisisme sejati yang sesungguhnya
Mistisisme adalah kunci umum dalam kebanyakan agama, semua Mistikus menunjukkan hal yang sama.aya minta maaf ini adalah alamat yang benar dari situs web itu http://www.centerforsacredsciences.org/
Pusat Ilmu Suci
http://www.centerforsacredsciences.org
http://www.centerforsacredsciences.org/index.php/publications/the-mystical-core-of-the-great-traditions.htm
http://www.centerforsacredsciences.org/index.php/publications/science-and-mysticism-in-the-twentieth-century.htm
“Terima kasih saya akan melihat segera, dan akhirnya menambahkan beberapa elemen pada E (nergy) – Berita (hanya mencoba untuk mengisyaratkan orang-orang di begitu banyak situs web fantastis di internet yang terkait dengan Selalu) sama sama
27 Februari, 3:39 siang
saya menyelesaikan Zitman di E – News: 7 halaman tentang teka-teki ini untuknya: cheops atau khufu far east: Tapi siapa itu Khufu
Svarna Dwipa, Negeri Kepulauan Emas
Swarna Dvipa = negeri kepulauan Emas
The Influence Vedic Philosophy Had on Nikola Tesla’s Idea of Free Energy
The Influence Vedic Philosophy Had on Nikola Tesla’s Idea of Free Energy By Science and Nonduality
Properti Ruang
Sains bekerja paling baik ketika selaras dengan alam. Jika kita menyatukan keduanya, kita bisa menemukan teknologi hebat yang hanya bisa terjadi ketika kesadaran planet ini siap merangkulnya. Salah satu contoh adalah “energi bebas,” juga dikenal sebagai “energi titik-nol,” yang memanfaatkan zat yang ada di sekitar kita dan mengubahnya menjadi energi yang dapat digunakan. Ini akan memberi kita sumber energi tanpa batas, dan secara praktis akan menghapuskan semua kemiskinan di planet ini.
Sifat-sifat ruang telah dipostulasikan oleh banyak orang, mulai dari filsafat Veda kuno, Mistik Timur, berbagai peradaban kuno sepanjang sejarah manusia hingga Descartes, Einstein, Newton dan banyak lagi. Manusia adalah makhluk yang ingin tahu, dan pencarian kita untuk menemukan “apa adanya” tidak akan pernah berakhir.
“Dan mereka mengizinkan Apollonius untuk bertanya; dan dia bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka pikir kosmos disusun; tetapi mereka menjawab; “Dari elemen.” “Apakah ada empat?” Tanyanya. “Bukan empat,” kata Larchas, “tapi lima.” “Dan bagaimana mungkin ada yang kelima,” kata Apollonius, “di samping air, udara, tanah, dan api?” “Ada eter,” jawab yang lain, “jawab yang lain,” yang harus kita anggap sebagai benda-benda yang dibuat para dewa; karena sama seperti semua makhluk fana menghirup kawat, demikian juga kodrat abadi dan ilahi menghirup eter. “” Apakah aku, “kata Appollonius,” untuk menganggap alam semesta sebagai makhluk hidup? “” Ya, “kata yang lain. ~ Kehidupan Apollonius dari Tyana, Philostratus, 220 AD
Ilmu pengetahuan sekarang tahu bahwa alam semesta material sebagai fondasi dari apa yang kita anggap sebagai dunia material fisik kita bukanlah kasusnya. Saat ini, fisikawan menyadari bahwa atom fisik sebenarnya terdiri dari vortisitas energi yang terus berputar dan bergetar. Pada tingkat terkecil yang dapat diamati, materi adalah energi, dan energi yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan dan mungkin digunakan untuk menghasilkan daya.
Fisika kuantum telah membuat banyak ilmuwan bingung, sekali lagi, penemuan bahwa realitas material fisik kita tidak benar-benar fisik sama sekali bisa sangat membingungkan. Para ilmuwan mulai mengeksplorasi hubungan antara energi dan struktur materi pada pergantian abad ke-19, ini kira-kira saat ketika gagasan tentang alam semesta materi Newton dijatuhkan dari jantung pengetahuan ilmiah, dan digantikan oleh fakta bahwa materi tidak lain hanyalah ilusi, bahwa segala sesuatu di alam semesta terbuat dari energi.
“Jika mekanika kuantum belum mengejutkan Anda, Anda belum memahaminya. Segala sesuatu yang kita sebut nyata terbuat dari hal-hal yang tidak dapat dianggap sebagai nyata. “~ Niels Bohr
Sekali lagi, jika Anda mengamati komposisi atom dengan mikroskop, Anda akan melihat tornado kecil yang tak terlihat seperti pusaran, dengan sejumlah pusaran energi yang sangat kecil yang disebut quark dan foton. Inilah yang membentuk struktur atom. Ketika Anda fokus semakin dekat pada struktur atom, Anda tidak akan melihat apa-apa, Anda akan mengamati kekosongan fisik. Atom tidak memiliki struktur fisik, kita tidak memiliki struktur fisik, benda-benda fisik benar-benar tidak memiliki struktur fisik apa pun. Atom terbuat dari energi tak kasat mata, bukan materi berwujud.
“Terlepas dari keberhasilan empiris yang tak tertandingi dari teori kuantum, saran bahwa itu mungkin benar secara harfiah sebagai deskripsi alam masih disambut dengan sinisme, ketidakpahaman dan bahkan kemarahan.” (T. Folger, “Quantum Shmantum”; Temukan 22:37 -43, 2001)
“Lupakan saja, dan terima kesimpulan yang tidak bisa dibantah. Alam semesta tidak material-mental dan spiritual. ”~ R.C. Henry, Profesor Fisika dan Astronomi di Universitas Johns Hopkins
Tesla dan Filosofi Veda Kuno dan Properti Ruang
Kami telah melihat tren yang sangat menarik (terutama dalam dekade terakhir) dari ilmu pengetahuan modern mengejar pemahaman kuno tentang sifat sebenarnya dari realitas, susunannya, bagaimana fungsinya dan bagaimana kita dapat bekerja dengannya untuk membawa tentang perubahan di planet kita. Bagi siapa pun yang menyebut penggabungan ‘spiritualitas’ dan sains sebagai pseudosain berarti mereka belum menyelidikinya dengan benar. Konsep spiritual dari dunia kuno kita secara langsung terjalin dengan sains modern, lebih dari fisika kuantum, dan Nikola Tesla sangat menyadari hal ini.
“Semua materi yang kasat mata berasal dari substansi utama, atau ketahanan melebihi konsepsi, mengisi semua ruang, akasha atau eter yang bercahaya, yang ditindaklanjuti oleh kehidupan yang memberi Prana atau kekuatan kreatif, menyerukan keberadaan, dalam siklus tanpa akhir segala sesuatu dan fenomena. “~ Nikola Tesla, Prestasi Terbesar Manusia, 1907 1 2
Seperti yang dapat Anda lihat, Tesla sadar akan konsep-konsep kuno dan korelasinya dengan sains yang sedang dikerjakannya – menggunakan dunia bahasa Sansekerta seperti “akasha,” dan “prana” untuk menggambarkan kekuatan dan materi yang ada di sekitar kita. Kata-kata ini berasal dari Upanishad (kumpulan teks Veda):
“Aakaash tidak dapat dirusak, itu adalah substrat absolut primordial yang menciptakan materi kosmik dan karenanya sifat aakaash tidak ditemukan dalam sifat material yang dalam arti relatif. Aakaash adalah realitas superfluid yang selalu ada selamanya, untuk mana penciptaan dan kehancuran tidak dapat diterapkan. “~ (Idham thadhakshare parame vyoman. Parame vyoman) ~ Paramahamsa Tewari, Insinyur, Fisikawan, dan Penemu
Nikola Tesla berkorelasi dengan Swami Vivekananda (1863-1902), yang merupakan salah satu pemimpin spiritual paling terkenal dan berpengaruh dari filosofi Vedanta (salah satu dari enam aliran filsafat Hindu, istilah yang awalnya disebut upanishad, kumpulan dari teks filosofis dalam agama Hindu) dan Yoga. Dia adalah murid utama Ramakrishna Paramahamsa dan pendiri Ramakrishna Math dan Ramakrishna Mission. Dia adalah tokoh raksasa dalam sejarah gerakan reformasi hindu.
Vivekananda menulis kemudian untuk Tesla di akhir 1800-an yang menyatakan:
“Bapak. Tesla berpikir dia dapat menunjukkan secara matematis bahwa kekuatan dan materi dapat direduksi menjadi energi potensial. Saya akan pergi dan menemuinya minggu depan untuk mendapatkan demonstrasi matematika baru ini. Dalam hal ini kosmologi Vedantic akan ditempatkan pada dasar-dasar yang paling pasti. Sekarang saya banyak bekerja pada kosmologi dan eskatologi Vedanta. Saya jelas melihat penyatuan sempurna mereka dengan sains modern, dan penjelasan yang satu akan diikuti oleh yang lain. “~ Swami Vivekananda (Karya Lengkap, VOL. V, Edisi Kelima, 1347, hal. 77) 1
Tesla mulai menggunakan kata-kata Sanskerta setelah bertemu dengan Swami, dan setelah mempelajari pandangan Timur tentang sifat sejati dari kenyataan, tentang mekanisme yang menggerakkan dunia material. Akhirnya, itu membawanya ke dasar untuk transmisi nirkabel daya listrik, yang dikenal sebagai Tesla Coil Transformer. Selama tahun ini ia membuat komentar berikut selama pidatonya di hadapan Institut Insinyur Listrik Amerika (diberikan sebelum ia membiasakan diri dengan Veda yang tulus dari negara-negara paskah di India, Tibet, dan Nepal):
“Setelah beberapa generasi berlalu, mesin kita akan digerakkan oleh kekuatan yang dapat diperoleh di titik mana pun di alam semesta. Gagasan ini bukan novel … Kami menemukannya dalam mitos Antheus yang menyenangkan, yang memperoleh kekuasaan dari bumi; kami menemukannya di antara spekulasi halus dari salah satu ahli matematika hebat Anda … Di seluruh ruang ada energi. Apakah energi ini statis, atau kinetik? Jika statis harapan kita sia-sia; jika kinetik – dan ini kita tahu, pasti – maka itu hanyalah masalah waktu ketika manusia akan berhasil menempelkan mesin mereka ke roda yang sangat alami. “~ Nikola Tesla
Veda adalah kelompok tulisan yang terdiri dari nyanyian pujian, doa, mitos, akuntansi sejarah, sains dan sifat realitas. Mereka sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu, dan tidak jauh berbeda dari teks-teks kuno lainnya yang menyelami masalah yang sama dari seluruh dunia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sanskerta dan asalnya tidak diketahui.
“Swami Vivekananda berharap Tesla akan dapat menunjukkan bahwa apa yang kita sebut materi hanyalah energi potensial karena itu akan merekonsiliasi ajaran Veda dengan ilmu pengetahuan modern. Swami menyadari bahwa dalam kasus itu, kosmologi Vedantic (akan) diletakkan di atas fondasi yang paling pasti. Tesla memahami terminologi dan filsafat Sanskerta dan menemukan bahwa itu adalah sarana yang baik untuk menggambarkan mekanisme fisik alam semesta seperti yang terlihat melalui matanya. Itu akan mendorong mereka yang berusaha memahami sains di balik penemuan Nikola Tesla untuk mempelajari filsafat Sanskerta dan Veda. ”~ Toby Grotz, Presiden, Teknik Nirkabel
Rupanya, Tesla tidak dapat menunjukkan identitas energi dan materi, ini tidak datang sampai Albert Einstein menerbitkan makalahnya tentang relativitas, yang dikenal di Timur selama 5000 tahun terakhir.
“Semua kekuatan di alam semesta sudah menjadi milik kita. Kitalah yang meletakkan tangan di depan mata dan menangis bahwa gelap. ”~ Swami Vivekananda
Visi Tesla tentang transmisi nirkabel listrik dan energi gratis telah ditunda selama hampir seratus tahun sekarang. Yang membawa kita ke topik selanjutnya.
Yang Kami Ketahui Sekarang (Hari Ini) Tentang Energi Gratis
“Konsep-konsep ini telah terbukti di ratusan laboratorium di seluruh dunia, namun mereka belum benar-benar melihat cahaya hari. Jika teknologi ini akan dibebaskan di seluruh dunia, perubahannya akan mendalam, itu akan berlaku di mana-mana. Teknologi ini benar-benar hal terpenting yang pernah terjadi dalam sejarah dunia. “~ Brian O’Laryary, Mantan Astronot NASA dan Profesor Fisika Princeton
Di bawah ini adalah video dari Fisikawan terkenal dunia Harold E. Puthoff. Fisikawan Amerika yang meraih gelar Ph.D dari Stanford University. Saya paling akrab dengan karyanya melalui deklasifikasi program pengamatan jarak jauh yang dilakukan oleh CIA dan NSA bersama dengan Universitas Stanford. (sumber [1], [2] dan [3]). Dia adalah direktur Dia adalah direktur Institute for Advanced Studies di Austin, dan telah melayani berbagai lembaga pemerintah selama bertahun-tahun.
Ini bukan hanya pinggiran ilmuwan dengan ide fiksi ilmiah. Mereka adalah gagasan arus utama yang diterbitkan dalam jurnal fisika arus utama dan dianggap serius oleh penyandang dana militer dan NASA jenis utama. Saya telah dibawa keluar dengan kapal induk oleh Angkatan Laut dan ditunjukkan apa yang harus kami ganti jika kami memiliki sumber energi baru untuk menyediakan metode bahan bakar baru. “~ Dr. Harold E. Puthoff
“Pada sekitar tahun 1964, seorang peneliti di Laboratorium Hughes dengan nama Robert L. Forward menunjukkan bahwa ada efek tertentu, yang disebut Efek Casimir, yang menunjukkan bahwa energi ini dapat direkam.” ~ Dr. Harold E. Puthoff
Untuk melihat beberapa penelitian aktual, makalah penelitian dan demonstrasi visual beberapa mesin dengan rencana untuk perangkat, klik di sini.
Inilah yang dibicarakan Tesla ketika dia mengatakan bahwa manusia akan “menempelkan mesin mereka ke roda alam”.
Saatnya Untuk Berubah
Metode kami saat ini untuk mengekstraksi energi menghancurkan Bumi. Ini menghancurkan lingkungan, orang-orangnya dan menciptakan konflik. Kami dengan cepat mendekati waktu (jika belum pada waktu itu) di mana kami perlu menerapkan sistem untuk menghilangkan penggunaan bahan bakar fosil. Saya harap artikel ini, dan yang tertaut di dalamnya, menunjukkan kepada Anda bahwa ini mungkin. Jika Anda lebih tertarik pada subjek ini, Anda dapat melihat Michael Faraday, Bruce DePalma, Paramahamsa Tewari dan banyak lagi.
Transisi sumber energi tidak terjadi dalam semalam. Kami membutuhkan 100 tahun untuk mentransfer dari kayu ke batu bara, dan 100 tahun lagi untuk beralih dari batu bara ke minyak. Tetapi transisi energi berikutnya harus terjadi lebih cepat daripada yang sebelumnya, dan itu harus memasukkan energi bebas.
“Tidak ada pesimis yang pernah menemukan rahasia bintang-bintang atau berlayar di tanah yang belum dipetakan, atau membuka pintu baru dari roh manusia.” ~ Helen Keller
“Pada hari ilmu pengetahuan mulai mempelajari fenomena non-fisik, itu akan membuat lebih banyak kemajuan dalam satu dekade daripada di semua abad sebelumnya keberadaannya.” ~ Nikola Tesla
Sumber:
(1) http://www.teslasociety.com/tesla_and_swami.htm
(2) Perburuan, Inez dan Draper. Wanetta, W., Petir Di Tangannya, Kisah Kehidupan Nikola Tesla, Omni Publications, Hawthorne, CA, 1981.
(3) O’Neal, John, J., Genius yang Hilang, Kehidupan Nikola Tesla, Ives Washington, Inc., 1944. Anderson, Leland, komunikasi pribadi. Lihat juga Anderson, L.I., dan Ratzlaff, J.T., Daftar Pustaka Dr. Nikola Tesla, Ragusan Press, 936 Industrial Avenue, Palo Alto, CA 94303, 1979.
http://www.tewari.org/Books/SpititFoundations/SF%20R12702.htm
Sumber yang digunakan dari artikel lain, tertanam dalam artikel ini:
http://www.nature.com/nature/journal/v457/n7226/edsumm/e090108-01.html
http://link.springer.com/article/10.1023/A%3A1012369318404
https://dbx6c2burld74.cloudfront.net/migration/1551192735-ebdf89472a8a49a0ad077c7eb516372b.pdf
http://pra.aps.org/abstract/PRA/v39/i5/p2333_1
http://www.scientificexploration.org/journal/jse_10_1_puthoff.pdf
http://pre.aps.org/abstract/PRE/v48/i2/p1562_1
http://pra.aps.org/abstract/PRA/v40/i9/p4857_1
http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=darpa-casimir-effect-research
http://physics.aps.org/story/v2/st28
Semua sumber lain disorot di seluruh artikel.
Artikel ini awalnya muncul di http://www.collective-evolution.com, ditulis oleh Arjun Walia.
Ini pertama kali diterbitkan di sini pada Desember 2014
Menjembatani Agama dan Budaya
Menjembatani Agama dan Budaya24/5/2017 KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat
Ketua Dewan Syura IJABI
![]()
Sebagai anggota parlemen, kami adalah corong konstituen yang kami wakili. Sejujurnya, Kami dibayar untuk berbicara. Kami memiliki pekerjaan yang sangat baik. Semua yang harus Kami lakukan adalah berbicara saja. Dan kami dibayar dengan baik, bahkan untuk kebohongan dan gertakan, untuk semua yang kami sampaikan baik itu kebenaran maupun kebohongan. Seperti kata Trump, kebenaran sebenarnya adalah berita palsu dan hoax adalah realitas alternatif. Saya tidak akan membicarakan apa yang sedang kita diskusikan. Bagaimanapun, hasil pertemuan kami di Bali harus tetap saya rahasiakan. Tapi hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda sekarang adalah, bagaimana para anggota parlemen menyampaikan salam mereka dan membuka pidato mereka. Mereka semua sama. Di setiap tempat di Indonesia, Anda akan mendengar setiap kali seorang politisi berbicara, mereka akan berbicara seperti ini: Salamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (ucapan salam umat Islam) Meski dengan ucapan salam yang panjang tersebut, ternyata itu masih belum cukup. Mengapa? Karena ada penganut agama-agama tertentu yang disalami secara khusus, sementara banyak kelompok agama, termasuk beragam kepercayaan lokal dan kelompok etnis khusus, biasanya hanya disalami dengan ucapan yang bersifat umum. Dedi Mulyadi mungkin akan merasa sedikit kecewa. Pasalnya, ucapan favorit beliau yakni Sampurasun, sebagai ucapan salam khas orang Sunda, tidak disebutkan untuk mewakili budaya Sunda. Padahal beliau bahkan sudah memperkenalkannya di dunia internasional. Kang Dedi, sapaan akrab beliau, sudah sering menyampaikan salam seperti ini di berbagai forum internasional. Suatu hari, Sampurasun Kang Dedi menyinggung Front Pembela Islam (FPI), sebuah kelompok yang terkenal karena serangannya terhadap siapapun yang mereka anggap sesat, menghujat atau ingkar terhadap ajaran agama Islam. FPI dipimpin oleh Habib Rizieq. Faktanya, Habib Rizieq adalah seorang tokoh kelompok Islam yang baru-baru ini melarikan diri ke Saudi untuk menghindari kasus yang sedang diusut oleh polisi. Atau, kembali ke kata-kata Trump, sebagai realitas alternatif, dia akan melancarkan sebuah revolusi putih untuk menjatuhkan pemerintah dari tanah suci. Rizieq suatu waktu menyampaikan pidato di Purwakarta, di tempat Kang Dedi sendiri. Mereka memanggil bupati “Dedi Dajjal Sunda” (dengan ejaan yang buruk), yang berarti Dedi adalah “Dajjal”, tokoh jahat dalam eskatologi Islam. Mereka mengubah Sampurasun menjadi Campur racun! “Berbicara secara pribadi, itu tidak masalah bagi saya,” balas Dedi. “Saya telah terbiasa dengan hinaan. Tapi ketika mereka mengolok-olok warisan orang-orang Sunda, yang diwariskan oleh nenek moyang kita, saya merasa terhina.” Kang Dedi kemudian menceritakan tentang perjumpaannya dengan kelompok Islam garis keras. Dari kelompok itu ada seseorang yang berjabat tangan dengannya, tetapi secepat mungkin mencuci tangannya karena menganggap telah dikotori oleh Dajjal. Kang Dedi juga dipanggil si Cepot, seorang pelawak jelek di tradisi Wayang (boneka wayang Jawa dan Sunda) karena selalu memakai tutup kepala khas masyarakat Sunda. Rizieq, yang disebut Imam Besar oleh para pengikutnya, memobilisasi sejumlah besar orang untuk membanjiri Jakarta dengan beratus-ratus ribu – mereka mengatakan tujuh juta orang – untuk memenjarakan Gubernur Jakarta saat itu, Ahok. Mereka menuduh Ahok menghujat Quran ketika berpidato di Kepulauan Seribu saat dia mengatakan bahwa orang-orang “dibohongi” oleh Al-Maidah ayat 51. Di depan Presiden dia berteriak keras, “Kita harus menegakkan syariah di negara kita. Kita harus mendirikan sebuah negara Islam. Hukum Tuhan ada di atas segalanya.” Apa yang terjadi disini? Apakah ini sebuah kebangkitan Islam atau benturan peradaban? Atau apakah Islam di Indonesia telah miring ke kanan atau … apapun namanya? Saya ingin mengikuti Olivier Roy, seorang ilmuwan politik Prancis. Dia telah menulis artikel dan buku tentang Islam dan globalisasi. Dia memiliki pandangan yang berbeda tentang Islam Radikal. Menurutnya, alih-alih komunitas Muslim yang saleh dan benar-benar mengikuti ajaran Islam, Islam Radikal sebenarnya adalah komunitas Muslim yang tidak mengenal pokok ajaran Islam, kebarat-baratan, dan bahkan bersifat maya. Islam Radikal, menurutnya, lahir saat Agama dan Budaya berselisih jalan. Itulah sub judul dari buku terbarunya – The Holy Ignorance (Kebodohan Yang Suci). Saya ingin merangkum buku itu dengan cara sederhana, sesuai dengan pikiran sederhana saya. Apa yang terjadi ketika agama dan budaya berselisih jalan, apa yang terjadi bila agama terlepas dari budaya, apa yang terjadi bila pernikahan yang berlangsung lama antara budaya dan agama kemudian diceraikan? Izinkan saya membahas tiga efek pemisahan ini, dalam tiga kata besar – dekulturasi, deteritorialisasi, dan dekontekstualisasi. Sebuah agama, apakah lahir dalam budaya tertentu ataupun diimpor dari budaya lain – tidak akan menjadi entitas yang vakum. Agama akan mengalami inkulturasi di dalam suatu budaya. Agama dan budaya akan mengalami pembauran secara harmonis. Penanda agama adalah penanda budaya juga. Antropolog telah mengemukakan keseluruhan konsep untuk mengungkapkan hubungan ini: akulturasi, hibridisme, sinkretisme, percampuran … Islam tidak lagi monolitik. Kita memiliki Islam Persia, Islam Maroko, bahkan Islam Jawa, Islam Sunda. Islam bergantung pada budaya dimana ia berkembang. Cara orang Muslim melantunkan salam kepada Nabi Saw, atau Shalawat, berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Ini adalah contoh yang jelas. Saya akan coba menyanyikan salah satu contoh shalawat dalam Bahasa Arab tapi berlogat Sunda, mohon maaf jika suara saya tidak begitu merdu: Ya Rabbi bil Musthafa Sekarang, shalawat ini dimiliki oleh tempat dimana ia berada. Membaca shalawat dengan cara tertentu adalah bagian dari budaya, bagian dari daerah tertentu. Disinilah kita kemudian masuk ke deterritorialization. Untuk istilah ini, saya ingin mengutip Oliver Roy: Deteritorialisasi tidak hanya terkait dengan pergerakan orang (yang hanya mempengaruhi sebagian kecil populasi global), namun juga dengan peredaran gagasan, objek budaya, informasi dan cara pemahamannya yang umumnya berada di ruang non-teritorial. Tapi agar bisa bersirkulasi, objek religius harus tampil universal, terputus dari budaya tertentu, yang harus dipahami agar pesannya tersampaikan. Kemudian muncul kebutuhan akan standarisasi. Disini kita menggunakan istilah Nisbett tentang globalisasi. Menurutnya, selama ini telah ada upaya untuk membakukan tiga F: Food (makanan), Fashion (mode), dan Fun (Hiburan). Saya ingin menambahkan satu F lagi: Faith (iman). Penanda budaya dipisahkan dari penanda agama. Ketika seorang teman saya dari Indonesia membaca takbir dengan cara Sunda, seorang ulama dari Saudi mendekatinya dan menegurnya karena dianggap melakukan bid’ah. Konsekuensi deterritorialisasi adalah dekulturasi atau ekskulturasi. Agama memisahkan diri dari budaya. Agama kaum akomodasionis berubah menjadi agama kaum fundamentalis. Bagi para akomodasionis, mereka percaya bahwa mereka bisa berbagi budaya dan nilai bersama dengan orang-orang kafir. Bagi kaum fundamentalis, kriteria pemisahan adalah iman: Anda hanya berbagi dengan orang dengan iman yang sama. (Mengutip Roy lagi) Jadi agama berbalik melawan budaya sekitarnya yang tidak lagi dianggap sekuler, tapi sebagai kafir. Akomodasi yang berada di antara keduanya juga hilang. Godaan yang muncul adalah keinginan untuk mendefinisikan kemurnian agama (saya lagi-lagi mengutip Roy). Hanya ada satu kebenaran tunggal, satu interpretasi, satu Islam. Bahkan teks pun terputus dari konteksnya. Mereka mengabaikan fakta bahwa Islam awalnya lahir dan tumbuh dalam budaya Arab yang awal. Apa yang mereka anggap sebagai Islam murni pada dasarnya adalah enkulturasi Islam awal. Selanjutnya, konsekuensi ketiga ketika agama dipisahkan dari budaya adalah dekontekstualisasi. *) Diterjemahkan oleh Mustamin Al-Mandary dari makalah berjudul “Bridging Religion and Culture” yang disampaikan KH DR Jalaluddin Rakhmat sebagai Keynote Speech pada acara World Tolerance Conference, 23 Mei 2017, di Purwakarta. |
Hubungan Nikola Telsa dan Swami Vivekanda
Swami Vivekananda (bahasa Sansekerta:, Svāmi Vivekānanda) (12 Januari 1863 – 4 Juli 1902), yang nama pra-monastiknya adalah Narendranath Dutta (Narendranath Dut-tta), adalah salah satu pemimpin spiritual paling terkenal dan berpengaruh dari filosofi-filosofi dari Vedanta dan Yoga. Dia adalah murid utama Ramakrishna Paramahamsa dan pendiri Ramakrishna Math dan Ramakrishna Mission. Dia adalah tokoh utama dalam sejarah gerakan reformasi Hindu.
Sementara ia secara luas dipuji karena telah mengangkat bangsanya sendiri, India, ia secara bersamaan memperkenalkan Yoga dan Vedanta ke Amerika dan Inggris dengan ceramah-ceramahnya yang seminal dan ceramah pribadi tentang filsafat Vedanta. Vivekananda adalah Sage Hindu pertama yang dikenal untuk datang ke Barat, di mana ia memperkenalkan pemikiran Timur di Parlemen Agama Sedunia, sehubungan dengan Pekan Raya Sedunia di Chicago, pada tahun 1893. Di sini, ceramah pertamanya, yang dimulai dengan baris ini “Sisters dan Brothers of America, “([1] – bukan suaranya) membuat penonton bertepuk tangan selama dua menit hanya ke alamat, karena sebelum pidato mani ini, penonton selalu terbiasa dengan pidato pembukaan ini:” Ladies and Gentlemen “. Pidato inilah yang melambungkan namanya menjadi terkenal oleh khalayak luasnya di Chicago dan kemudian di tempat lain di Amerika, termasuk tempat-tempat yang jauh seperti Memphis, Boston, San Francisco, New York, Los Angeles, dan St. Louis.
Masyarakat Peringatan Tesla New York mengucapkan terima kasih kepada Robert E. Wilkinson karena telah mengirimkan artikel ini kepada kami di bawah ini melalui email:
Nikola Tesla dan Swami Vivekananda
oleh Mr. Toby Grotz, Presiden, Teknik Nirkabel
Swami Vivekananda, pada akhir tahun 1895 menulis dalam sepucuk surat kepada seorang teman Inggris, “Tn. Tesla berpikir dia dapat menunjukkan secara matematis bahwa kekuatan dan materi dapat direduksi menjadi energi potensial. Saya akan pergi dan menemuinya minggu depan untuk mendapatkan matematika baru ini Dalam hal itu, kosmoloqy Vedanta akan ditempatkan pada dasar-dasar yang paling pasti. Saya sekarang bekerja dengan baik pada kosmologi dan eskatologi Vedanta. Saya dengan jelas melihat penyatuan sempurna mereka dengan sains modern, dan penjelasan dari kehendak satu orang. diikuti oleh yang lain. ” (Karya Lengkap, Vol. V, Edisi Kelima, 1347, hlm. 77).
Di sini Swamiji menggunakan istilah force and matter untuk istilah Sansekerta Prana dan Akasha. Tesla menggunakan istilah Sanskerta dan tampaknya memahaminya sebagai energi dan massa. (Pada zaman Swamiji, seperti dalam banyak kamus yang diterbitkan pada paruh pertama abad ini, kekuatan dan energi tidak selalu berbeda. Energi adalah terjemahan yang lebih tepat dari istilah bahasa Sanskerta Prana.)
Rupanya Tesla gagal dalam usahanya untuk menunjukkan identitas massa dan energi. Tampaknya dia mengerti bahwa ketika kecepatan meningkat, massa harus menurun. Dia tampaknya berpikir bahwa massa mungkin “diubah” menjadi energi dan sebaliknya, daripada bahwa mereka identik dalam beberapa cara, seperti yang ditunjukkan dalam persamaan Einstein. Bagaimanapun, Swamiji tampaknya telah merasakan di mana kesulitan terletak dalam bergabung dengan peta ilmu pengetahuan Eropa dan Advaita Vedanta dan mengatur Tesla untuk menyelesaikan masalah. Rupanya dengan harapan Tesla akan berhasil dalam hal ini maka Swamiji mengatakan, “Dalam hal ini kosmologi Vedantic akan ditempatkan pada dasar-dasar yang paling pasti.” Sayangnya Tesla gagal dan solusinya tidak datang sampai sepuluh tahun kemudian, dalam sebuah makalah oleh Albert Einstein. Tetapi pada saat itu Swamiji sudah pergi dan menghubungkan peta-peta itu tertunda.
Pengaruh Filosofi Veda pada
Pemahaman Nikola Tesla tentang Energi Gratis
Sebuah Artikel oleh Toby Grotz
Publikasi Web oleh Mountain Man Graphics, Australia – Musim Gugur Selatan 1997
Abstrak …
Nikola Tesla menggunakan terminologi bahasa Sansekerta kuno dalam deskripsi tentang fenomena alam. Pada awal 1891 Tesla menggambarkan alam semesta sebagai sistem kinetik yang diisi dengan energi yang dapat dimanfaatkan di lokasi mana pun. Konsep-konsepnya selama tahun-tahun berikutnya sangat dipengaruhi oleh ajaran Swami Vivekananda. Swami Vivekananda adalah yang pertama dari suksesi yogi timur yang membawa filsafat dan agama Veda ke barat. Setelah bertemu dengan Swami dan setelah melanjutkan studi tentang pandangan Timur tentang mekanisme yang menggerakkan dunia material, Tesla mulai menggunakan kata-kata Sansekerta Akasha, Prana, dan konsep eter yang bercahaya untuk menggambarkan sumber, keberadaan, dan konstruksi materi. Makalah ini akan melacak perkembangan pemahaman Tesla tentang Ilmu Veda, korespondensinya dengan Lord Kelvin mengenai hal-hal ini, dan hubungan antara Tesla dan Walter Russell dan para ilmuwan lain pergantian abad mengenai pemahaman lanjutan fisika. Akhirnya, setelah dikaburkan selama bertahun-tahun, penulis akan memberikan deskripsi tentang apa yang ia yakini sebagai prasyarat untuk sistem energi bebas yang dibayangkan oleh Tesla.
Deskripsi Earler Tesla tentang Alam Fisik
Pada tahun 1891, Nikola Tesla telah menemukan banyak perangkat yang berguna. Ini termasuk sistem penerangan busur (1886), motor arus bolak-balik, pembangkit listrik dan sistem transmisi (1888), sistem konversi dan distribusi listrik oleh pelepasan osilasi (1889), dan generator arus frekuensi tinggi (1890), untuk sebutkan beberapa. Pusat paten paling terkenal di sekitar inspirasi yang terjadi saat berjalan dengan seorang teman di sebuah taman di Budapest, Hungry. Saat mengamati matahari terbenam, Tesla memiliki visi tentang bagaimana memutar medan elektromagnetik dapat digunakan dalam bentuk baru motor listrik. Hal ini menyebabkan sistem distribusi daya arus bolak-balik yang terkenal. Namun pada tahun 1891, Tesla mematenkan apa yang suatu hari bisa menjadi penemuannya yang paling terkenal. Ini adalah dasar untuk transmisi nirkabel daya listrik dan dikenal sebagai Tesla Coil Transformer. Itu selama tahun ini bahwa Tesla membuat komentar berikut saat berpidato di hadapan American Institute of Electrical Engineers:
“Setelah beberapa generasi berlalu, mesin kita akan digerakkan oleh kekuatan yang dapat diperoleh di titik mana pun di alam semesta. Gagasan ini bukan novel … Kita menemukannya dalam mitos Antheus yang menyenangkan, yang memperoleh kekuasaan dari bumi; kita menemukannya di antara spekulasi halus dari salah satu matematikawan hebat Anda … Di seluruh ruang ada energi. Apakah energi ini statis atau kinetik? Jika statis harapan kita sia-sia; jika kinetik – dan ini kita tahu, pasti – maka itu hanyalah masalah waktu ketika manusia akan berhasil menempelkan mesin mereka ke roda alam. ” [1]
Deskripsi mekanisme fisik alam semesta ini diberikan sebelum Tesla menjadi akrab dengan ilmu Veda dari negara-negara timur India, Tibet, dan Nepal. Ilmu ini pertama kali popualized di Amerika Serikat dan barat selama kunjungan tiga tahun Swami Vivekananda.
Ilmu Veda dan Swami Vivekananda
Veda adalah kumpulan tulisan yang terdiri dari nyanyian pujian, doa, mitos, akuntansi sejarah, disertasi tentang sains, dan sifat realitas, yang telah ada sejak 5.000 tahun yang lalu. Sifat materi, antimateri, dan susunan struktur atom dijelaskan dalam Veda. Bahasa Veda dikenal sebagai bahasa Sansekerta. Asal usul bahasa Sansekerta tidak sepenuhnya dipahami. Sarjana Barat menyarankan bahwa itu dibawa ke Himalaya dan kemudian ke selatan ke India oleh migrasi selatan dari budaya Arya. Namun Paramahansa Yogananda dan sejarawan lainnya tidak menganut teori itu, menunjukkan bahwa tidak ada bukti di India untuk mendukung klaim semacam itu. [2]
Ada kata-kata dalam bahasa Sanskerta yang menggambarkan konsep yang benar-benar asing bagi pikiran barat. Kata tunggal mungkin memerlukan paragraf lengkap untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Setelah mempelajari bahasa Sansekerta untuk periode singkat selama akhir 70-an, akhirnya terpikir oleh penulis ini bahwa penggunaan istilah Veda oleh Tesla dapat memberikan kunci untuk memahami pandangannya tentang elektromagnetisme dan sifat alam semesta. Tetapi dari mana Tesla belajar konsep-konsep Veda dan terminologi Sanskerta? Sebuah ulasan tentang biografi terkenal oleh Cheney, Hunt and Draper, dan O’Neil [3], [4], [5], tidak menyebutkan pengetahuan Tesla tentang bahasa Sanskerta. Namun O’Neal menyertakan kutipan berikut dari sebuah artikel yang tidak diterbitkan yang disebut Man’s Greatest Achievement:
“Ada yang memanifestasikan dirinya dalam wujud yang sepenuhnya berkembang, Manusia, hasrat yang misterius, tidak dapat dipahami, dan tak tertahankan: untuk meniru alam, menciptakan, mengerjakan sendiri keajaiban yang ia rasakan …. Dahulu ia menyadari bahwa semua benda yang dapat dilihat berasal dari primer. substansi, atau daya tahan di luar konsepsi, mengisi semua ruang, Akasha atau eter luminiferous, yang ditindaklanjuti oleh kehidupan yang memberi Prana atau kekuatan kreatif, menyerukan keberadaan, dalam siklus tanpa akhir segala sesuatu dan fenomena. Zat utama, dilemparkan ke sangat kecil pusaran kecepatan luar biasa, menjadi materi kotor; gaya mereda, gerakan berhenti dan materi menghilang, kembali ke substansi utama. ”
Menurut Leland Anderson, artikel itu ditulis 13 Mei 1907. Anderson juga menyarankan bahwa melalui asosiasi dengan Swami Vivekananda, Tesla mungkin telah melakukan kontak dengan terminologi bahasa Sanskerta dan bahwa John Dobson dari San Francisco Sidewalk Astronom Association Association telah meneliti asosiasi itu. [6]
Swami Vivekananda dilahirkan di Calcutta, India pada tahun 1863. Ia terinspirasi oleh gurunya, Ramakrishna untuk melayani manusia sebagai manifestasi nyata dari Tuhan. Pada tahun 1893 Swami Vivekananda memulai tur ke barat dengan menghadiri Parlemen Agama yang diadakan di Chicago. Selama tiga tahun ia melakukan tur keliling Amerika Serikat dan Eropa, Vivekananda bertemu dengan banyak ilmuwan terkenal saat itu termasuk Lord Kelvin dan Nikola Tesla. [7] Menurut Swami Nikhilananda:
Nikola Tesla, ilmuwan besar yang berspesialisasi dalam bidang listrik, sangat terkesan mendengar dari Swami penjelasannya tentang kosmogoni Samkhya dan teori siklus yang diberikan oleh umat Hindu. Dia terutama dikejutkan oleh kemiripan antara teori Samkhya tentang materi dan energi dan fisika modern. Swami juga bertemu di New York, Sir William Thompson, setelah itu Lord Kelvin, dan Profesor Helmholtz, dua wakil terkemuka ilmu pengetahuan barat. Sarah Bernhardt, aktris Prancis yang terkenal melakukan wawancara dengan Swami dan sangat mengagumi ajarannya. [8]
Itu di sebuah pesta yang diberikan oleh Sarah Bernhardt bahwa Nikola Tesla mungkin pertama kali bertemu Swami Vivekananda. [9] Sarah Bernhardt memainkan peran ‘Iziel’ dalam drama dengan nama yang sama. Itu adalah versi Prancis tentang kehidupan Bhudda. Aktris setelah melihat Swami Vivekananda di antara hadirin, mengatur pertemuan yang juga dihadiri oleh Nikola Tesla. Dalam sebuah surat kepada seorang teman, tertanggal 13 Februari 1896, Swami Vivekananda mencatat hal-hal berikut:
…Bapak. Tesla terpesona mendengar tentang Vedantic Prana dan Akasha dan Kalpa, yang menurutnya adalah satu-satunya teori sains modern yang dapat menghibur ….. Mr Tesla berpikir dia dapat menunjukkan bahwa secara matematis kekuatan dan materi dapat direduksi menjadi energi potensial. Saya akan pergi menemuinya minggu depan untuk mendapatkan demonstrasi matematika ini. [10]
Swami Vivekananda berharap Tesla akan dapat menunjukkan bahwa apa yang kita sebut materi hanyalah energi potensial karena itu akan merekonsiliasi ajaran-ajaran Veda dengan sains modern. Swami menyadari bahwa “Dalam hal ini, kosmologi Vedantic [akan] ditempatkan pada dasar-dasar yang pasti”. Harmoni antara teori Vedantic dan dan ilmu pengetahuan barat dijelaskan oleh diagram berikut:
BRAHMAN = YANG MUTLAK
| |
| |
MAHAT ATAU ISHVARA = ENERGI KREATIF UTAMA
| |
+ ——— + + ——— +
PRANA dan AKASHA = ENERGI dan MASALAH
Tesla memahami terminologi dan filsafat Sanskerta dan menemukan bahwa itu adalah sarana yang baik untuk menggambarkan mekanisme fisik alam semesta seperti yang terlihat melalui matanya. Ini akan mendorong mereka yang berusaha memahami sains di balik penemuan Nikola Tesla untuk mempelajari filsafat Sanskerta dan Veda.
Rupanya Tesla gagal menunjukkan identitas energi dan materi. Jika dia punya, tentu Swami Vivekananda akan merekam kesempatan itu. Bukti matematika dari prinsip itu muncul sampai sekitar sepuluh tahun kemudian ketika Albert Einstein menerbitkan makalahnya tentang relativitas. Apa yang telah dikenal di Timur selama 5.000 tahun terakhir kemudian diketahui Barat.
Brahman didefinisikan sebagai satu-satunya roh impersonal yang eksis; Esensi Ilahi, dari mana semua hal berasal, dengan mana mereka dipertahankan, dan untuk mana mereka kembali. Perhatikan bahwa ini sangat mirip dengan konsep Roh Hebat sebagaimana dipahami oleh budaya asli Amerika. Ishvara adalah Penguasa Tertinggi; konsepsi tertinggi yang Mutlak, yang melampaui semua pikiran. Mahat secara harfiah berarti Yang Agung, dan juga ditafsirkan sebagai makna pikiran universal atau kecerdasan kosmik. Prana berarti energi (biasanya diterjemahkan sebagai kekuatan hidup) dan Akasha berarti materi (biasanya diterjemahkan sebagai eter). Dobson menunjukkan bahwa terjemahan yang lebih umum untuk Akasha dan Prana tidak cukup benar, tetapi Tesla benar-benar mengerti arti sebenarnya.
Pertemuan dengan Swami Vivekananda sangat merangsang minat Nikola Tesla dalam Ilmu Pengetahuan Timur. Swami kemudian berkomentar dalam sebuah ceramah di India, “Saya sendiri telah diberitahu oleh beberapa pemikir ilmiah terbaik saat itu, betapa luar biasanya rasional kesimpulan Vedanta. Saya mengenal salah satu dari mereka secara pribadi, yang hampir tidak punya waktu untuk makan makanannya, atau keluar dari laboratoriumnya, tetapi siapa yang akan berdiri berjam-jam untuk menghadiri kuliah saya di Vedanta, karena, ketika ia mengungkapkannya, mereka sangat ilmiah, mereka begitu tepat selaras dengan aspirasi zaman dan dengan kesimpulan di mana sains modern akan datang pada saat ini “. [11]
Tesla dan Lord Kelvin
William S. Thompson adalah salah satu ilmuwan dan insinyur terkemuka tahun 1800-an. Dia mengembangkan analogi antara panas dan listrik dan karyanya memengaruhi teori yang dikembangkan oleh James Clerk Maxwell, salah satu pendiri teori elektromagnetik. Thompson mengawasi pemasangan Kabel Trans Atlantik yang sukses dan untuk itu pekerjaannya adalah gelar bangsawan Lord Kelvin. Kelvin telah mendukung teori-teori Tesla dan mengusulkan sistem untuk transmisi nirkabel daya listrik. [12] FootNOTE- Grotz PACE
Tesla terus belajar filsafat Hindu dan Veda selama beberapa tahun seperti yang ditunjukkan oleh surat berikut yang ditulis kepadanya oleh Lord Kelvin.
15, Eaton Place
London, S.W.
20 Mei 1902
Tuan Tesla yang terhormat,
Saya tidak tahu bagaimana saya bisa cukup berterima kasih atas
surat paling baik tanggal 10 Mei, yang saya temukan di kabin saya di
Lucania, dengan buku-buku indah yang paling baik kamu kirimkan
saya bersama dengan itu: – “The Buried Temple”, “The Gospel of
Bhudda “, Les Grands Inities”, edisi indah dari
“Rumah Kehidupan” Rossetti, dan yang terakhir
Century Magazine untuk Juni, 1900 dengan indah dan
foto-foto yang luar biasa di halaman 176, 187, 190, 191, 192, penuh dengan
pelajaran listrik.
Kami memiliki bagian paling indah melintasi Atlantik, banyak
yang terbaik yang pernah saya miliki. Saya berusaha keras hampir semua
cara, tetapi cukup berhasil, untuk menemukan sesuatu yang pasti
untuk fungsi eter sehubungan dengan polos, kuno
daya tarik. Proposal ini, saya telah menginstruksikan
penerbit, Tuan Macmillan, untuk mengirim Anda ke Waldorf a
salinan buku saya (Koleksi Makalah Terpisah) di
Elektrostatik dan Magnet. Saya akan senang jika Anda mau
menerimanya dari saya sebagai tanda terima kasih yang sangat kecil kepada Anda
untuk kebaikanmu. Anda mungkin menemukan sesuatu
menarik dalam artikel tentang Listrik Atmosfer yang
itu mengandung.
Lady Kelvin bergabung dengan saya dengan hormat, dan saya tetap,
Hormat selalu,
Kelvin
Terima kasih juga untuk bunga-bunga indah [13]
Tesla dan Russell
Walter Russell adalah salah satu seniman, pemahat, penulis, dan ilmuwan paling sukses abad ini. Bagan periodik unsur-unsurnya secara akurat meramalkan lokasi dan karakteristik empat unsur tahun sebelum ditemukan di laboratorium. Ini sekarang dikenal sebagai Deuterium, Tritium, Neptunium, dan Plutonium. Russell rupanya memasuki tingkat kesadaran yang tinggi setelah disambar petir. Dia mulai beberapa minggu menggambar dan menulis tentang sifat dasar dan membentuk alam semesta fisik. Keluarga Russells akhirnya memanggil dokter keluarga untuk menentukan apakah Russell harus berkomitmen ke rumah sakit jiwa. Dokter, setelah melihat hasil kerja Russells selama berminggu-minggu, mengatakan bahwa dia tidak tahu apa yang dilakukan Russell, tetapi dia jelas tidak marah.
Meskipun waktu dan kesempatan pasti pertemuan mereka belum ditentukan, Nikola Tesla dan Walter Russell bertemu dan mendiskusikan kosmologi masing-masing. 14 Tesla mengakui kebijaksanaan dan kekuatan pengajaran Russells dan mendesak Russell untuk mengunci pengetahuannya di tempat yang aman selama 1.000 tahun sampai manusia siap untuk itu. [15]
Penampilan Energi Gratis
Atau Mengapa Energi Bebas belum Terjadi
Komentar, Kemungkinan dan Implikasi Sosial Ekonomi
Meskipun Tesla tidak menerima banyak dari penyewa teori relativitas dan kuantum dan tidak pernah membuat hubungan antara materi dan energi, ia mengakui kemungkinan energi bebas dan tidak terbatas seperti yang ditunjukkan oleh pernyataan berikut.
Bisakah Manusia mengendalikan [yang] termegah, paling menakjubkan dari semua proses di alam? … Jika dia bisa melakukan ini, dia akan memiliki kekuatan yang hampir tak terbatas dan supernatural … Dia dapat menyebabkan pesawat bertabrakan dan menghasilkan matahari dan bintangnya, panas dan cahayanya. Dia dapat memulai dan mengembangkan kehidupan dalam segala bentuknya yang tak terbatas …. [Kekuatan-kekuatan seperti itu] akan menempatkannya di samping penciptanya, membuatnya memenuhi takdir utamanya. [16]
Kami melihat bahwa Tesla mengajukan pertanyaan, berspekulasi, mencari jawaban. Jika Tesla telah mengembangkan sumber energi gratis atau belajar bagaimana memanipulasi ruang waktu dan gravitasi, selama masa-masa paling publik dan produktifnya (hingga sekitar tahun 1920), ia akan memiliki jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu.
Penemuan Tesla yang paling disalahpahami ini dikenal sebagai “Sinar Kematian”. Itu hanyalah senjata sinar partikel yang ia usulkan pada tahun 1937 dan dibuat berdasarkan kontrak dengan Alcoa Aluminium dan pemerintah Inggris dan Italia. [17] Ini menggunakan teknik propulsi elektrostatik dan perangkat serupa sedang dikembangkan hari ini oleh Strategic Defense Initiative Organization (SDIO) dan Komando Pertahanan Strategis Angkatan Darat AS. [18]
Jadi kita melihat bahwa manusia belum memanfaatkan kekuatan tak terbatas dari alam semesta seperti yang dibayangkan oleh Nikola Tesla. Pertanyaannya tetap, mengapa tidak?
Perangkat energi gratis, jika layak, bukan tentang sirkuit mikro yang lebih kecil lebih cepat atau perangkap tikus yang lebih besar dan lebih baik. Ini adalah teknologi yang dapat merevolusi status quo sosial-ekonomi di planet Bumi. Pada saat ini kue besar dibagi secara tidak merata. Seperempat populasi di batu ini, batu ketiga dari matahari, menghabiskan tiga perempat dari hasil sumber daya tahunan. Seperti yang dapat disimpulkan dengan mudah, dari studi singkat tentang urusan dunia, ada sekitar tiga miliar orang yang baru saja merasakannya dengan skenario ini. Ada perang kelaparan dan perselisihan di setiap sudut dan celah planet ini. Jadi apa yang kita lakukan?
Earth Spaceship Earth Membutuhkan Rencana Penerbangan
Entah kita membagi pai lebih merata atau kita membuat pai lebih besar. Opsi pertama mengharuskan standar hidup kita harus jatuh sehingga standar kehidupan di dunia ketiga dapat meningkat. Opsi kedua memungkinkan kita untuk mempertahankan standar hidup kita sementara kita membantu meningkatkan standar hidup negara-negara di bawah istimewa. Ini harus kita lakukan. Ini adalah takdir kita. Itu adalah tanggung jawab kita. Ini adalah ujian terakhir kami.
Tiga puluh ribu orang mati kelaparan setiap hari di planet ini, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. Bangsa memerangi bangsa, perang adalah bagian dari hidup kita. Apa yang menggerakkan perekonomian kita di dunia barat, memungkinkan kita menikmati standar hidup yang tinggi, kehidupan yang menyenangkan dibandingkan dengan tetangga kita di selatan garis imajiner yang disebut perbatasan? Banyak jawaban baik ekonomi, sosial, politik, dan spiritual dapat diberikan. Kita tahu bahwa standar kehidupan yang dinikmati oleh suatu negara secara langsung berkaitan dengan konsumsi energi.
Energi menggerakkan ekonomi negara-negara dan tujuan hidup Tesla yang panjang adalah untuk membuat tenaga listrik sama-sama tersedia bagi semua orang di mana pun di planet ini. Dia terus mempromosikan rencananya untuk transmisi nirkabel daya dalam wawancara tahunan yang dia berikan pada hari ulang tahunnya selambat-lambatnya tahun 1940. [19] Tenaga listrik memungkinkan pengolahan bahan mentah di tempat. Tenaga listrik dapat menjalankan pompa dari sumur air di daerah yang terkena kekeringan. Tenaga listrik yang dikirim ke daerah-daerah yang dilanda kemiskinan di dunia dapat membuat pai menjadi lebih besar, dapat membantu mewujudkan kesetaraan ekonomi yang dibutuhkan yang merupakan hak lahir kita.
Mengapa kekuatan tidak tersedia secara merata untuk semua orang dan negara? Mengapa perangkat energi bebas yang banyak digembar-gemborkan seperti dijelaskan oleh Tom Bearden, John Bedini, Bruce DePalma, dan lainnya belum pernah terwujud? Mungkin karena “hal-hal mudah jarang dilakukan karena alasan yang sama bahwa hal-hal yang mustahil jarang dilakukan: tidak ada yang akan membayar untuk apa pun yang diyakini mudah atau tidak mungkin”. [20] Mungkin karena ketika kita berbicara tentang kekuasaan, ada lebih banyak hal daripada yang pada awalnya akan divisualisasikan. Yang kita bicarakan adalah kekuatan pribadi, kekuatan nasional, kekuatan planet, kekuatan karma dan kekuatan cinta.
Orang bijak memberi tahu kita bahwa untuk menikmati kekuatan kita harus melepaskan kekuasaan, untuk mengalahkan diri kita sendiri. Sebagai contoh, penulis ini dapat menggambarkan salah satu pengalaman terakhirnya. Setelah simposium yang sangat sukses merayakan tahun ke-100 setelah Nikola Tesla tiba di Amerika Serikat 21, sebuah perusahaan nirlaba, 501 (c) (3), dibentuk secara khusus untuk mendorong dan mengejar penelitian ke dalam penemuan dan penemuan Nikola Tesla. Dua tahun kemudian, setelah simposium kedua, beberapa anggota pendiri mendekati dewan direksi dengan proposal untuk memvalidasi klaim Tesla bahwa transmisi daya nirkabel dimungkinkan. Anggota dewan menyarankan agar izin diperoleh dari FCC, pernyataan dampak lingkungan diajukan kepada EPA, dan kita harus membentuk “perusahaan nirlaba kita sendiri”. Diputuskan juga bahwa karena tidak ada prosedur untuk meliput penelitian, organisasi tidak dapat terlibat.
Tujuan lain dari organisasi itu adalah mendirikan museum yang dinamai Museum Sains dan Teknologi Nikola Tesla. Kami mengusulkan bahwa sejak 60 -70 miliar dolar diberikan kepada organisasi nirlaba setiap tahun, kami memiliki peluang yang sama baiknya dengan organisasi lain untuk mendapatkan dana, untuk museum atau penelitian. Kami beralasan bahwa:
“Karena hanya 16% dari museum di negara ini adalah museum sains, museum ini untuk menghormati Nikola Tesla akan membantu mendidik masyarakat di bidang teknologi. Dengan kebutuhan untuk revitalisasi ekonomi industri di Colorado, 1986 adalah waktu untuk mulai mendukung ilmiah pendidikan wilayah kita Dengan statistik saat ini yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat tertinggal di belakang dunia secara teknologi, upaya untuk mendidik masyarakat menjadi lebih penting, dan gelombang kesadaran publik akan penemuan-penemuan Nikola Tesla membuatnya menjadi senama yang tepat untuk ilmu pengetahuan. dan museum teknologi. ” [23]
Dewan pindah ke meja proposal kami tanpa batas.
Apa yang sudah terjadi? Dari 15 – 20 orang yang telah memulai organisasi, hanya empat yang tersisa sebagai bagian dari badan pengatur. Tiga dari anggota itu menentang penelitian. Pikiran kolektif dewan direksi telah menjadi antitesis dari momentum yang diperoleh Tesla di masa hidupnya. Tidak seperti penemu independen dan pengusaha, dewan sekarang terdiri dari anggota yang birokrat dan biang kertas untuk perusahaan-perusahaan Fortune 500. Tesla adalah seorang vegetarian, semua anggota dewan makan daging. Tesla tidak meminta izin untuk menjadi inventif dan memulai petualangan baru yang berani, dewan membutuhkan persetujuan dari sumber yang lebih tinggi. Dikotomi itu tidak ada habisnya.
Visi Tesla telah tertunda selama 89 tahun. Pertengkaran dimulai dengan Thomas Edison, J.P. Morgan dan Nikola Tesla sendiri. 24 Ini berlanjut hingga hari ini. Mungkin alasan keterlambatan transmisi daya nirkabel atau perangkat energi gratis terletak lebih dalam di dalam jiwa manusia. Mungkinkah kita dapat membandingkan kisah Tesla dengan kisah alkitabiah? Bruce Gordan berpikir begitu. Dalam analisis Gordan, upaya Tesla membangun prototipe pembesar paralel dengan Kejadian 11: 1-9. [25]
“Pesannya; keingintahuan manusia dan penolakan teknologi membuat Tuhan gugup; Tuhan menghancurkan proyek, mengacaukan bahasa”. Gordan lebih lanjut menguraikan skenario sebagai berikut:
“Ketika semuanya sempurna, waktu yang tepat muncul.” [26] Ini setara dengan mengatakan, “Pengetahuan absolut di tangan orang yang hatinya belum lunak, akan menjadi senjata yang mengerikan. [27] Kita mungkin berpendapat bahwa perkembangan teknologi tidak terjadi sampai planet ini siap. Baru-baru ini pemeriksaan teori Gaia memuji Bumi dengan kecerdasan. “Ribuan tahun yang lalu, dengan cara melihat, ahli sihir menjadi sadar bahwa Bumi adalah sentimental dan bahwa kesadarannya dapat mempengaruhi kesadaran manusia.” [28] Dengan implikasi dari timbal balik sebaliknya mungkin benar. Kelompok atau ketidaksadaran kolektif masih berjuang dengan hasil dari teori kuantum dan relativitas. Kita sebagai ras siap untuk tenaga nuklir, semua hal sempurna dan waktu yang tepat muncul. Segera kita akan menempatkan teknologi untuk digunakan dengan baik atau meninggalkannya untuk memastikan kelangsungan hidup kita sebagai spesies.
JADI, APA YANG ANDA LAKUKAN?
ENERGI GRATIS: MENCIPTAKAN GAGASAN YANG WAKTU DATANG
Transmisi nirkabel kekuatan dan energi bebas belum terjadi, mungkin kita belum siap, mungkin Bumi belum siap. Pogo mengatakan yang terbaik, “kita telah bertemu musuh dan ini adalah kita.” Dalam pandangan Jung tentang ketidaksadaran kolektif, hal-hal terjadi ketika waktunya tepat, kita mendapatkan apa yang kita setujui. Kami membutuhkan rencana penerbangan. Dan rencana itu harus menyadari bahwa:
KETIKA KEKUATAN CINTA
MENGATASI
CINTA KEKUATAN
AKAN DAMAI
[Sumber; Gadis Lavatory, Boulder High School, Boulder, Colorado]
Digambarkan sebagai “Post Industrial, neo-teknis, grafiti usia remaja.”
“Begitu mencengangkan fakta-fakta dalam hubungan ini, sehingga seolah-olah Sang Pencipta, dirinya sendiri yang secara elektris merancang planet ini ….”
Nikola Tesla menggambarkan apa yang sekarang dikenal sebagai Schumann Resonance (7,8 Hz) dalam “Transmisi Energi Listrik Tanpa Kabel Sebagai Sarana Memajukan Perdamaian Dunia”, Dunia Listrik dan Insinyur, 7 Januari 1905, PP 21-24.
Catatan kaki …
1. Ratzlaff, John, Tesla Said, Perusahaan Buku Tesla, PO Box 1649, Greenville, TX 75401, 1984.
2. Yogananda, Paramahansa, Autobiografi seorang Yogi, Persatuan Penyadaran Diri ,, 3880 San Rafael Ave., Los Angeles, CA 90065, 1985.
3. Cheney, Margaret, Man Out of Time, Prentice Hall, 1981.
4. Hunt, Inez dan Draper. Wanetta, W., Petir Di Tangannya, Kisah Kehidupan Nikola Tesla, Omni Publications, Hawthorne, CA, 1981.
5. O’Neal, John, J., Genius yang Hilang, Kehidupan Nikola Tesla, Ives Washington, Inc., 1944.
6. Anderson, Leland, komunikasi pribadi. Lihat juga Anderson, L.I., dan Ratzlaff, J.T., Daftar Pustaka Dr. Nikola Tesla, Ragusan Press, 936 Industrial Avenue, Palo Alto, CA 94303, 1979.
7. Nikhilananda, Swami, Vivekananda, The Yogas dan Karya Lainnya, Pusat Ramakrishna-Vivekananda, New York, 1973.
8. Nikhilananda, Swami.
9. Dobson, John, komunikasi pribadi.
7. Dobson, John, Advaita Vedanta dan Ilmu Pengetahuan Modern, Vedanta Book Center, 5423 S. Hyde Park, Chicago, IL 60615, 1979.
10. Nikhilananda, Swami.
11. Burke, Marie Louise, Swami Vivekananda di Barat, Penemuan Baru, Guru Dunia, Advaita Ashrama, Mayavati, India, 1985, hlm. 500
12. Grotz, T., “Resonansi Dirangsang Artifisial dari Waveguide Rongga Schumann Bumi”, Prosiding Simposium / Pameran Teknologi Energi Baru Internasional Ketiga, 25-28 Juni 1988, Hull, Quebec, Asosiasi Planet untuk Energi Bersih, 191 Promenade du Portage / 600, Hull, Quebec J8X 2K6 Kanada
13. Dari koleksi pribadi L. Anderson.
14. Russell, Lao. komunikasi pribadi.
15. Universitas Sains dan Filsafat, Swannanoa, Waynesboro, VA 22980, (703) 942-5161.
16. Pertama kali ditulis oleh Tesla pada 13 Mei 1907, untuk “Actors Fair Fund”, teks yang ditranskripsi dari A.L.S. dalam koleksi Perpustakaan Bakken Listrik dalam Kehidupan. Artikel itu kemudian muncul di “New York American”, 6 Juli 1930, hal. 10.
17. Tesla, Nikola, Seni Baru Memproyeksikan Konsentrasi Energi Non-Dispersif Melalui Media Alami, Prosiding Simposium Centennial Tesla, Grotz, T. & Rauscher, E., Editor, 1984.
18. Turchi, PJ, Conte, D., Seiler, S., Akselerasi Elektrostatik Mikroproyek ke Ultrahypervelocities, “Prosiding Konferensi Kekuatan Berdenyut Ketujuh”, 12-14 Juni, Monterey, California, Disponsori Bersama oleh DOD, DOE, dan Masyarakat Perangkat Elektron IEEE.
19. “Sinar Kematian untuk Pesawat”, New York Times, 20 September 1940.
20. Pawlicki, T.B., Exploring Hyperspace, 848 Fort Street, Victoria, B.C., Kanada, buku elektronik pada floppy disk, 1988, (Masuk ke TESLA BBS di (719) 486-2775 untuk salinan file teks ASCII)
21. Broad, William J., “Tesla a Genius Aneh, Mendapatkan Kembali Aura of Greatness”, New York Times, 28 Agustus 1984
22. Dihapus
23. Grotz, T., & Sheppard, J., Museum Sains dan Teknologi Nikola Tesla diserahkan kepada Dewan Direksi 12 Desember 1986. [Tersedia sebagai file teks ASCII pada TESLA BBS (719) 486-2775]
24. Cheney, Margaret, Tesla, Manusia Kehabisan Waktu, Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, NJ, 1981.
25. Gordan, Bruce, komunikasi pribadi, 1988.
26. Arguelles, Jose & Lloydine, komunikasi pribadi.
27. Hercules, Michael, The Circle of Love, diterbitkan oleh penulis.
28. Castenada, Carlos, The Power of Silence, Pelajaran Selanjutnya dari don Jaun, Simon and Schuster, New York, 1987, Hal. 120.
INFORMASI LEBIH LANJUT TENTANG TESLA
TESLA BBS: Ini adalah layanan Papan Buletin komputer berfitur lengkap untuk akses ke informasi tentang penelitian saat ini dan kehidupan serta waktu Nikola Tesla. Subbagian dari Colorado Mountain College BBS, dapat dihubungi menggunakan komputer dan 300/1200/2400 modem baud di (719) 486-2775.
Masyarakat Peringatan Tesla Asosiasi Pembuat Tesla Coil
% Nicholas Kosanovich, Harry Goldman
453 Martin Road RD # 6 Kotak 181
Lackawanna, NY 14218 Glenns Falls, NY 12801
(716) 822-0281 (518) 792-1003
Perusahaan Buku Tesla Tegangan Tinggi Tekan
PO Box 1649 PO Box 532
Greenville, TX 75401 Claremont, CA 91711
(214) 454-6819
Tentang Penulis…
Tn. Toby Grotz, Presiden, Teknik Nirkabel adalah insinyur kelistrikan dan memiliki 16 tahun pengalaman di bidang geofisika, dirgantara dan penelitian dan desain industri. Ketika bekerja untuk Divisi Layanan Geofisika dari Texas Instruments dan di University of Texas di Dallas, Mr. Grotz diperkenalkan dan bekerja dengan konsep-konsep geofisika yang penting untuk transmisi daya nirkabel. Sebagai Insinyur Senior di Martin Marietta, Mr. Grotz merancang dan mengawasi pembangunan sistem kontrol proses industri dan merancang dan membangun perangkat dan peralatan untuk digunakan dalam penelitian dan pengembangan dan untuk pengujian perangkat keras penerbangan ruang angkasa. Grotz juga bekerja untuk industri utilitas publik yang memasang polutan berbasis komputer mini untuk mengukur sistem perolehan data di pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan sebagai insinyur hasil di pembangkit listrik tenaga nuklir. Bapak Grotz mengorganisir dan memimpin Simposium Centennial Tesla 1984 dan Simposium Tesla Internasional 1986 dan merupakan presiden Masyarakat Tesla Internasional, sebuah perusahaan nirlaba yang dibentuk sebagai hasil simposium pertama. Sebagai Manajer Proyek untuk Proyek Tesla, Mr. Grotz membantu dalam desain dan konstruksi rekreasi peralatan yang digunakan Nikola Tesla untuk transmisi nirkabel percobaan daya pada tahun 1899 di Colorado Springs. Mr. Grotz menerima gelar B.S.E.E. dari University of Connecticut pada tahun 1973.
Reinkarnasi Vs Pewarisan Genetik (Gen Resesif):
by Arif Budi Utomo
Menyadari kekurangan, menyadari kekosongan, bersiap untuk mengisi. Menuliskannya kembali dari sebelah kanan. Semoga dalam ridho-Nya. Selengkapnya..di www.http://pondokcinde.blogspot.co.id/
Kisah Spiritual Mas Dikonthole, ‘Misteri Para Penjaga Nusantara’
26 Juli 2012 16:38 Diperbarui: 26 Juli 2012 16:38
Siklus yang berulang
Hukum Heriditas Mendel menjelaskan bahwa jika bunga merah di kawinkan dengan bunga putih, (pada bunga pukul empat; Meribillis sp). Akan banyak menghasilkan keturunan yang berwarna-warni. Dan pada keturunan yang kesekian kalinya akan ada alel (keturunan) yang akan kembali kepada galur murninya. Artinya bahwa keturunan kesekian kali dari perkawinan tersebut akan menghasilkan anakkan dengan DNA yang sama persis dengan Sang Ayah atau sang Ibu leluhurnya. Membawa keseluruhan heriditas milik induk asalnya. Sehingga akan kembali menjadi bunga merah dan bunga putih, yang persis sama dengan induk asalnya.
Itulah hukum yang ingin dijadikan referensi oleh Mas Dikontole untuk menjelaskan mengapa orang Jawa sering mendapatkan ‘titisan’ dari leluhurnya. Leluhur orang Jawa akan ‘menitis’ kepada raga manusia yang memiliki DNA yang sama. Mas Dikontole bahkan meyakini bahwa hal ini berlaku umum pada semua makluk hidup. Kadang pemahaman ini, disandingkan dengan pemahaman reinkarnasi.
Memang faktanya, Mas Dikontole menemukan beberapa kesamaan dalam kebetulan yang bisa diterima akal sehatnya. Dia terhenyak mendapatkan kenyataan ini. Apakah ini sebuah kepastian ?. Dia sendiri belum mampu menjawabnya. Siapakah sebenarnya yang ‘menitis’ , Entitas yang manakah ?. Ada jiwa, ruh, akal (ilmu), ada raga ?!. Semua memiliki potensi yang sama untuk ‘menitis’ !. Dia juga harus meng-eksplorasi lebih jauh untuk menguak kebenarannya.
Orang yang mendapatkan ‘titisan’leluhurnya disebut sebagai orang masa lalu. Inilah pemahaman baru bagi Mas Dikontole. Yaitu manusia yang keberadaanya konon ‘fotokopi’ orang dari masa lalu. Sebab terdapat DNA yang nyaris hampir sama dengan leluhurnya tersebut. Baik dari genotipnya maupun fenotipnya (tampilan luar) semuanya nyaris sama . Hanya nanti yang membedakan adalah pengajaran lingkungan dan orang tua, yang akan membentuk perilaku dan kepribadiannya.
Kejadian ini bukan suatu kebetulan. Adalah sebuah siklus alam. Yang akan terjadi 500 hingga 700 tahun sekali, siklus yang akan selalu berulang. Bahkan mungkin lebih cepat dari itu. Seperti yang terjadi pada contoh bunga Mirabilis sp, yang diteliti Mendel. Dan Mas Dikontole percaya bahwa hal ini terjadi juga pada makhluk hidup lainnya. Namun kembali kepada pertanyaan, entitas apakah yang menitis ?
Tidak selalu orang-orang masa lalu akan menitis kepada anak keturunannya dengan garis keturunan yang lurus, lebih banyak kadang malahan ‘menitis’ kepada garis keturunan yang menyamping. Ini disebabkan karena garis keturunan yang lurus biasanya banyak mewarisi harta dan tahta. Oleh karenanya raga mereka banyak dikotori nafsu dunia. Raga yang kotor sulit untuk ditinggali mereka. Maka mereka memilih menyamping, ‘menitis’ kepada raga-raga yang masih tergolong bersih.
Para leluhur yang menitis, mereka terhijab di dalam raga-raga masa kini. Keadaan ini sering menimbulkan frustasi tersendiri.. Banyaknya informasi, pemaknaan syariat masuknya agama perihal akidah dan tauhid, membuat keraguan tersendiri. Pemaknaan dan penghayatan yang keliru, mengakibatkan keberadan mereka ini terabaikan. Diabaikan oleh raga baru mereka sendiri. Padahal sejatinya, mereka adalah bagian dari hidup manusia itu sendiri, sebuah instrumen yang melengkapi. Ibarat pesawat tempur, maka merekalah persenjataannya.
Nah, bagaimana ceritanya jika ada sebuah pesawat tempur, dimana sang pilot tidak mengetahuicara menggunakan atau mengoperasikan system persenjataannya ?. Bahkan ironisnya lagi, sekedar memahami jenis pesawatnya saja, sang pilot sering kesulitan. Maka akibatnya- terlihat- nampak dalam tampilan luarnya, orang-orang ini sering dalam ‘galau’nya sendiri-sendiri. Mereka seperti terjebak dan berada di kehidupan masa kini dan masa lampau. Banyak dari mereka mengalami krisis kepercayaan diri. Mereka kehilangan orientasi , sehingga berdampak kepada karir mereka di kehidupan real. Hal inilah yang mesti di antisipasi.
Ketika badan halus ‘orang-orang masa lalu’ masuk ke dalam raga masa kini. Mereka akan kehilangan jatidirinya, mereka kehilangan sebagian besar memory-nya. Inilah hukumnya, yang menyebabkan orang-orang masa lalu tidak mampu berkiprah sebagaiamana dahulu semasa dia hidup. Sebagaimana sifat cahaya ketika cahaya memasuki materi, maka cahaya akan kehilangan sifat gelombangnya. Padahal gelombang memiliki kemampuan menyimpan data base informasi. Persis ketika kita download melalui bloetooth. Maka jika sifat gelombangnya tidak ada , cahaya akan kehilangan kemampuan menyimpan informasi, sebagian besar memorynya akan hilang.
Mereka menjadi lupa siapa nama dirinya. Bahkan sebagian ilmu kesaktiannya juga banyak yang hilang. Oleh karenanya perlu dibantu orang lain yang mengenalinya. Menunjukan siapa jatidirinya sesungguhnya. Sehingga diperlukan orang yang memiliki kemampuan untuk menunjukan siapa mereka.
Selain kehilangan memory-nya mereka juga kehilangan banyak kemampuan, seperti ilmu kesaktian dan lainnya. Untungnya hal ini tidak menetap, . informasi masih bisa dipanggil kembali. Seperti jika kita membuang folder kita ke kotak sampah (recyclebin) maka kita masih bisa memanggilnya lagi. Sayangnya ini tidak berlaku jikalau mereka sudah reinkarnasi berkali-kali. Terlalu banyak memory yang lost.
Dari kebiasaan-kebiasaan mereka, dari cerita-cerita mereka, dan juga rahsa-rahsa yang terus mengikuti jiwa mereka. Ungkapan makna, dan ketinggian budi bahasa. Serta yang paling utamanya, adalah dari frekuensi energy –nya. Mereka akan bisa dikenali. Seperti mengenali jenis gula, banyak jenis gula, ada glukosa, maltose, sukrosa, dan lain-lain. Namun hal ini memerlukan ‘ experience’. Jangan sekali-kali mencobanya, sebab jika tidak kuat bisa berbalik energy meerka akan menyerang kita. Dan jantung bisa mendadak berhenti. Perlu latihan pengolahan jiwa, memperkuat batin terlebih dahulu. Untuk mampu bertemu mereka. Maka karena inilah para penempuh jalan spiritual, diharapkan tidak berlama-lama di wilayah ini.
Mereka datang dengan rahsa mendominasi menguasai tampilan mereka. Sebagaimana keadaan saat dia meninggal. Jika mereka meninggal dalam kondisi jiwa yang merana, sebab cinta, kekuasaan, pengkhianatan, dalam kesedihan yang amat sangat. Maka mereka akan senantiasa dalam kesedihannya, energy ini begitu kuat memapar kita, seperti efek radiasi saja. Kita tak akan mampu menolaknya, jiwa kita yang tidak terlatih akan terhempas karenanya. Sehingga kita pun kan diaduk-aduk rahsa, bila mengikuti rahsa mereka ini.
Dan bagi raga barunya, hal ini sangat menyiksa sekali. Saya ibaratkan, raga baru semisal bohlam kapasitas 5 watt. Bayangkan jika energy yang masuk bisa 10 ribu watt. Bagaimana keadaannya jika arus listrik 10 ribu watt tiba-tiba menghantam bohlam yang hanya memiliki kapasitas 5 watt ?. Kalau tidak terbakar ya pasti putus. Maka banyak sekali yang kemudian menjadi gila, jika sembarangan memangil mereka masuk ke raga, tanpa kekuatan batin yang memadai.
Oleh karenanya, raga barunya ini perlu di tempa, dilatih terus oleh mereka sebelum mereka benar-benar mampu menyatu di dalam raga barunya ini. Hal inilah yang membuat orang terbanting-banting. Sehingga raga baru seringkali tersungkur tanpa daya, tanpa mengerti kenapa keadaan dirinya bisa seperti itu. Keadaan dirinya seperti terbelenggu, dalam ketakmengertian mereka sendiri.
Mengungkap misteri orang-orang masa lalu
Penyusuran dan pengamatan Mas Dikontole benar-benar melelahkan untuk mengungkapkan siapa sesungguhnya jatidiri sang Penjaga ini. Banyak sekali pemahaman agama menentang usaha eksplorasi ini. Label bid’ah, syirik, kafir dan atribut lainnya yang senada dengan itu, banyak disematkan kepada dirinya yang sedang melakukan eksplorasi.
Pemahaman setiap agama seperti bertentangan. Bahkan seperti saling menafikan. Namun realitas ini di masyarakat benar-benar nyata dan banyak sekali orang yang mau bersaksi tentang hal ini. Bagi orang yang mengalami keadaan ini merupakan suatu kebenaran. Meskipun bagi penentangnya hanya dianggap sebagai ilusi ataupun penyakit psikologis belaka. Pemahaman Islam paling keras menolak adanya fenomena ini. Sungguh aneh bagi Mas Dikontole, bukankah banyak disebutkan di ayat al qur an atas fenomena ini. Mengapakah mayoritas muslim enggan untuk menjadi saksi atas kebenaran kitabnya sendiri. Bahkan mereka menafikan dan menolak keras keberadaan mereka-mereka ini.
Keberadaan kesadaran ini malahan diakomodasi oleh pemahaman Hindu dan Kejawen. Jika kesadaran mereka yang Kejawen saja berani dan mampu menjadi saksi, berarti ada kebenaran dalam mitos di kesadaran masyarakat perihal adanya sang Penjaga ini. Sebab tidak mungkin suatu hal bisa menetap kuat dalam kesadaran kolektif manusia, jika tidak ada kebenarannya. Inilah keyakinan Mas Dikontole.
Pemahaman Hindu menyebutnya sebagai fenomena reinkarnasi. Pemahaman kejawen menyebutnya sebagai ‘menitis’. Mengapakan Islam tidak mengakomodasi keadaan ini. Ataukah kita yang tidak mampu memaknai ?. Malahan asyik memperebutkan kebenaran, tanpa mau bersusah payah untuk menjadi saksi atas kebenaran itu sendiri ?. Mas Dikontole berkutat dengan pikirannya sendiri. Namun akhirnya Mas Dikontole mampu menarik benang merah dari semua pemahaman baik agama maupun kaum spiritualis.
Teologi Islam mengakui adanya fenomena bahwa setiap diri di ciptakan berpasangan. Saya akan berpijak dari sini. Maka dalam setiap kelahiran manusia selalu saja ada dua pasangan bayi yang dilahirkannya. Manusia akan melahirkan bayi sebagaimana bayi manusia biasa dan disisi lainnya adalah pasangannya yaitu bayi (ghaib). Bayi ghaib ini diberikan tanda kutip terlebih dahulu. Dari golongan apakah bayi ini, termasuk golongan Jin kah atau lainnya. Baik nanti kita ulas tersendiri. Maka pemahaman antara Islam dan Kejawen tidak bertentangan.
Kedua bayi ini benar-benar kembar identik. Seperti pasangan siang dan malam. Panas dan dingin. Positip dan negatip. Keduanya saling mengisi dan juga saling tarik menarik. Mereka besar berbarengan layaknya bayi-bayi biasa. Apa yang dimakan saudaranya dimakan pula oleh saudara lainnya. Apa yang disuka saudaranya disuka pula oleh saudara lainnya. Mereka dalam tubuh yang satu, namun hakekatnya dua jiwa.
Mereka berdua begitu seterusnya, mereka belajar ilmu bersama, mereka mengolah batin bersama, mereka menikah bersama. Jika saudara kembarnya yang manusia belajar kesaktian, maka diapun belajar juga, sehingga mereka memiliki ilmu yang sama. Pendek kata apapun yang dilakukan manusia, maka diapun mampu melakukannya. Mereka menyerap apapun yang dipelajari saudaranya. Masalah muncul ketika memasuki pemahaman spiritual mengenai hakekat ketuhanan.
Ketika raga mati, maka kedua saudara ini akan berpisah. Jika amal kebaikan mereka sedikit dan jiwa tidak mampu tenang saat kematiannya. Jiwa manusianya akan menuju kepada pengadilan azab kubur. Sementara jiwa saudaranya ini akan reinkarnasi. Inilah hukuman bagi orang yang berdosa di dunia.
Namun jika sebaliknya. jika saat meninggal jiwa mampu tenang, jika amal kebaikannya bagus, tingkat spiritualnya tinggi. Maka jiwa manusia-nya akan seperti di tidurkan saja dan akan dibangunkan saat hari pembalasan nanti. Sementara saudaranya yang satunya lagi akan menuju ke kahyangan tempat tinggal mereka di dunia. Biasanya tempat-tempat mereka di puncak-puncak gunung yang indah. Kadang mereka sering kangen melihat anak keturunannya yang ada di dunia.
Jika manusia amalnya jelek. Maka saudara kembarnya ini, harus menanggung karma, dia harus mengalami penyucian jiwa lagi di kehidupan berikutnya, dengan raga barunya, dia yang akan mengalami reinkarnasi. Dan akan terus begitu sampai dia berhasil moksa, atau pulang menuju ke kahyangan.
Tak jarang akibat jiwa rendahnya, bahkan saking rendahnya, mereka harus menjalani reinkarnasi di batu, pohon, pada binatang, dan lain sebagainya. Bagaimana keadaan saat kematian mereka itulah yang akan memberikan perbedaan besar. Objek berfikir mereka kemana kita ruh mereka ditarik. Jika objek berfikir ke binatang maka mereka akan reinkarnasi menjadi binatang. Sungguh keadaan saudaranya ini mengenaskan sekali. Dia harus berjuang sendiri untuk terbebas dari siklus karmanya.
Sementara jiwa manusianya harus menghadapi alam kubur. Kedua saudara ini sama-sama menempuh jalannya masing-masing setelah meninggal. Namun tanggung jawab terbesar adalah pada jiwa manusia. Sebab jika saudara kembarnya ini nantinya merajelala kembali setelah reinkarnasi, jiwa manusia-nya tetap akan memikul beban dosa-nya. Hal ini disiyaratkan oleh surah yasin;
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang telah mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuhz) (QS. Yassin; 12)
Al qur an selalu up to date. Pernyataannya akan berlaku untuk waktu dahulu, waktu sekarang ini ataupun waktu kejadian nanti baik di dunia maupun di akherat. Hukum-hukum ini tetap tidak akan berubah. Maka dengan pemahaman ini, kita akan mampu memaknai bahwa ada entitas manusia yang di hidupkan kembali setelah mati (reinkarnasi). Masalahnyanya entitas yang mana ?. Karena ayat tersebut menggunakan satu kata ganti saja , yaitu ‘orang-orang’.
Nah, dari rangkaian pemahaman yang ada, menjadi jelas sekarang siapakah yang reinkarnasi dari dua saudara tersebut. Dari pemahaman Mas Dikontole, ayat ini menerangkan bahwa jiwa satunya akan terus di hidupkan, menjalanireinkarnasi. Menjalani karma atas perbuatan sewaktu di dunia. Sementara jiwa yang manusia-nya lah yang akan dimintai pertanggung jawaban atas bekas-bekas yang nanti ditinggalkanoleh saudara ghaibnya ini. Semua perbuatan dua saudara ini akan di catat di dalam kitab yang nyata.
Maka dengan memaknai seperti ini, nampak tidak ada kerancuan dalam pemahaman di agama satu dan yang lainnya. Wolohualam.
Berdasarkan uraian ini, sudah dapat kita tarik kepada masa sekarang. Bahwasanya Orang-orang masalalu adalah merupakan entitas kembar leluhur. Bukan hakekat sejati dari leluhur manusia tersebut. Mereka adalah jiwa kembar pasangan ghaib leluhur yang harus menjalani karma. Untuk menyelesaikan sklus karmapala-nya. Maka karenanya mereka reinkarnasi.
Mereka semua harus melakukan amal kebaikan. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka di masa lalu. Maka bagi manusia yang ‘dititisi’ oleh orang masa lalu, mempunyai kewajiban cukup berat, selain untuk dirinya sendiri, dia juga harus membantu mereka, mengajarkan kebaikan, agar mereka semua bisa kembali ke kahyangan. Tidak kembali kepada siklus karma-nya. Sungguh kasihan sekali leluhur-leluhur mereka itu. Maka dalam setiap kedatangan mereka, sering membawa kesedihan yang luar biasa hebatnya. Selalu kesedihan yang luar biasa.
Maka dapat dimengerti kenapa orang-orang masa lalu sangat berkepentingan atas keselamatan anak cucunya ini. Sebab mereka membutuhkan raga mereka untuk menjalani takdir mereka, dalam siklus karmapalanya.
Suatu hubungan yang bersimbiosis mutualisme. Manusia yang dititisi akan memiliki kemampuan sebagaimana leluhur mereka itu, jika mampu di optimalkan maka akan sangat banyak manfaatnya, bagi diri manusia itu. Disisi sebaliknya maka manusia itu juga harus mampu menyucikan dirinya. Menjaga seluruh amal perbuatannya, sehingga orang-orang masa lalu mampu melakukan amal kebaikan juga. Dengan demikian mereka akan berhenti ber reinkarnasi.
Nah, akhir dari tulisan ini. Benarkah mereka termasuk golongan jin ?. Termasuk dimanakah orang-orang masa lalu itu ?. Mas Dikontole tidak berani berspekulasi. Dunia ghaib penuh misteri. Yang jelas mereka bukanlah dari golongan jin seperti yang kita kenal. Dan mereka juga bukan dari golongan manusia sejati. Al qur an hanya menyebutkan namanya QORIN. Suatu ras diantara jin dan manusia. Yang mampu memasuki alam jin dan manusia sama mudahnya. QORIN menjadi jahat atau baik tergantung kepada didikan manusia yang menjadi saudara kembarnya. Mas Dikontole menandaskan bahwa inipun dalam dimensi keyakinannya saja. Maka tidak perlu diperdebatkan siapa jatidri mereka.
Qorin yang sudah lulus menjalani reikarnasi menjadi manusia setengah Dewa, yang kadang mereka masih mau diundang dan menampakan dirinya pada anak keturunannya. Mereka bertempat di kahyangan, masih di dunia. Diatas puncak-puncak gunung yang tak terjaga. Di Kalimantan salah satunya. Mereka akan turut membantu manusia, dalam keadaan tertentu. Nah, merekalah yang akan turun, ikut membantu sang Sabdopalon. Raja Danyang Gunung se-nusantra. Maka akibatnya alam akan bergolak, mencari keseimbangan baru. Bumi akan mengalami penyucian, maka tidak akan lama lagi akan banyak air tergenang dimana-mana (banjir) dalam tahun 2012 ini. Bumi akan berguncang di beberapa tempat, dan gunung-gunung menunjukan sikap tak bersahabat lagi dengan manusia. Itulah wangsit yang diterima Mas Dikontole dari leluhurnya.
Wolohualam
salam
KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL filsafat humaniora
REKOMENDASI
Ali Mochtar Ngabalin Pulangkan Habib Rizieq Shihab
Disponsori[Pics] She Sees A Pregnant Beggar, But Then Realizes Something Is OffWorld Lifestyle
Mardani Mengakui Menunggangi PA 212 untuk Memenangkan…
Disponsori10 common asthma triggersHealthgrades
Recommended by
KOMENTAR
SELANJUTNYA
KIRIM
TERBARU
Review Lasiatic Si Pegagan Ekstrak, Bener Gak Bisa Bikin Anak Naik Peringkat ?astridrani87
0
Puisi | Kisah di Bukit RantauRofinus D Kaleka
0
Puisi | Sudah Saatnya Kita Sadar DiriRudy Yuswantoro
0
Catatan Mingguan: “Heat Wave”AANG JUMPUTRA
2
HEADLINE
Kisah Tribun Sunyi dan Potensi Tiga Gelar di Japan OpenHadi Santoso
318
Kiriman Orangtua Lebih Besar dari Gaji Sebulan, Mau Kerja Apa?Abanggeutanyo
967
Mengatasi Si “Trouble Maker” yang Merusak Team WorkSigit Eka Pribadi
152
Apakah Harus Selalu “Twisted Ending” agar Pembaca Merinding?Mim Yudiarto
85
TENTANG KOMPASIANA
SYARAT DAN KETENTUAN
FAQ KOMPASIANA
KONTAK KAMI
JARINGAN
© 2018 KOMPASIANA.COM. A SUBSIDIARY OF KG MEDIA.
ALL RIGHTS RESERVED
NULIS
KETIKA EMAS DAN UANG BERTEMU — Catatan Harta Amanah Soekarno
*Kemakmuran Indonesia* *EMAS DAN UANG BERTEMU* _”Setidaknya ada 14 lokasi tempat rahasia penyimpanan emas di Indonesia. Ia bersifat ada tapi tiada. Hanya orang tertentu yang tau. Ia berada pada dimensi yang berbeda. Tak mungkin bisa dipahami orang awam. Bukan magic dan bukan mistik. Tapi ia realistik. Begitu juga gudang uang berlimpah di Indonesia. Hanya Kementerian […]
via KETIKA EMAS DAN UANG BERTEMU — Catatan Harta Amanah Soekarno
Seminar Internasional Gerakan Kebangkitan Nusantara
Bendera Merah Putih Amanat Rasulullah Muhammad SAW
Bendera Merah Putih Amanat Rasulullah
Melalui Mimpi Guru Tua
KH Adnan Anwar mengatakan bahwa konsepsi NKRI sudah disiapkan para ulama jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal ini dibuktikan dengan salah satu dokumen tahun 1783 hasil batsul masail di Masjid Baiturahman Aceh yang isinya jika Nusantara ini menjadi negara, maka namanya adalah Al Jumhuriyah Al Indonesia.
“Saya sudah melacak berbagai dokumen dari Aceh sampai Pattani Thailand, bahkan ke perpustakaan di Berlin menemui Profesor Bastian bahwa nama Indonesia baru ditemukan oleh Barat tahun 1892. Padahal nama Indonesia sudah ada pada tahun 1783 dan dibentuk oleh ulama-ulama di Aceh,” ungkapnya.
KH Adnan Anwar juga menambahkan bahwa NKRI sudah sangat islami karena bangunan dan konsepsi NKRI banyak ulama terlibat di dalamnya. “Habib Idrus Salim Al Jufri, pendiri Al Khairaat di Kota Palu (Sulawesi Tengah) yang juga adik kelas Mbah Hasyim Asyari pernah mengatakan bahwa beliau pernah bermimpi Nabi Muhammad SAW dan pesan dalam mimpi itu adalah nanti kalau Indonesia merdeka benderanya adalah Merah Putih,” tambahnya.
Bahkan Muktamar NU tahun 1937 atas pesan Habib Idrus Salim Aljufri, Mbah Hasyim Asyari mengusulkan bahwa bendera Indonesia adalah Merah Putih dan Soekarno adalah pemimpinnya. “Ulama-ulama kita sangat cinta NKRI.
Mbah Hasyim Asyari sering menangis ketika menyanyikan Indonesia Raya. Bahkan, pencipta lagu Padamu Negeri adalah habib atau ulama. Makanya jika ada yang ingin mengganti Indonesia dengan negara Islam atau khilafah, maka sesungguhnya mereka tidak belajar sejarah dan mengingkari perjuangan dari ulama-ulama Nusantara,”
Diketahui Guru Tua (Habib Idrus) memang memiki kecintaan yang tinggi terhadap bangsa Indonesia. Hal itu pernah ditunjukkan melalui syair-syairnya. Salah satu Syairnya tentang Indonesia yaitu, ketika menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia:
إن يوم طلوعها يوم فخر * عظمته الأبآء والأبنآء
Sungguh hari kebangkitannya ialah hari kebanggaan | orang-orang tua dan anak-anak memuliakannya
راية العز رفرفي في سمآء * أرضها وجبالها خضرآء
Bendera kemuliaan berkibar di angkasa | hijau daratan dan gunung-gunungnya
كل عام يكون لليوم ذكرى * يظهر الشكر فيها والثنآء
Tiap tahun hari itu menjadi peringatan | muncul rasa syukur dan pujian-pujian padanya
يا سوكارنو حييت فينا سعيدا * بالدواء منك زال عنا الدآء
Wahai Sukarno!Tlah kau jadikan hidup kami bahagia|dengan obat dirimu hilang sudah penyakit kami
أيها الرئيس المبارك فينا * عندك اليوم للورى الكميآء
Wahai Presiden yg penuh berkah bagi kami | engkau hari ini laksana kimia bagi masyarakat
باليراع وبالسياسة فقتم * ونصرتم بذا جائت الأنبآء
Dengan perantara pena dan politikmu kau unggul | telah datang berita engkau menang dengannya
لا تبالوا بأنفس وبنين * في سبيل الأوطان نعم الفدآء
Jangan hiraukan jiwa dan anak-anak | demi tanah air alangkah indahnya tebusan itu
فستلقى من الرعايا قبولا * وسماعا لما تقوله الرؤسآء
Pasti kau jumpai dari rakyat kepercayaan | dan kepatuhan pada apa yang diucapkan para pemimpin
واعمروا للبلاد حسا ومعنى * وبرهنوا للملا أنكم أكفآء
Makmurkan untuk Negara pembangunan materiil dan spirituil | buktikan pada masyarakat bahwa kau mampu
أيد الله ملككم وكفاكم * كل شر تحوكه الأعدآء
Semoga Allah membantu kekuasaanmu dan mencegahmu | dari kejahatan yang direncanakan musuh-musuh.
Sumber:
LDNU Kec. Mojowarno
Warisan Filosofis-Ideologis Peradaban Atlantis Nusantara
WARISAN FILOSOFIS-IDEOLOGIS DAN SPIRITUALITAS ATLANTIS NUSANTARA
Oleh: Ahmad Y. Samantho
Konteks Keindonesiaan: Warisan Filosofis, Kenabian dan Spiritualitas Atlantis
Secara umum, setelah mengkaji sekitar belasan tahun, penulis sampai pada suatu hipotesis bahwa secara filosofis dan historis, apa yang telah dirumuskan oleh para Founding Fathers Republik Indonesia menjadi Panca Sila, baik secara langsung atau tidak, kemungkinan besar juga terinspirasi atau ada kemiripan (paralelisme) dengan konsep teoritis Plato tentang “Negara Ideal” yang tertulis dalam karyanya “Republic”.
Konsep Plato tentang sistem kepemimpinan masyarakat dan siapa yang berhak memimpin bangsa, bukanlah berdasarkan sistem demokrasi formal-prosedural one man one vote yang liberal ala demokrasi Barat (Amerika) seperti saat ini. Secara sederhana konsep kepemimpinan Platonis adalah “King Philosopher” atau “Philospher King”. Konsep Plato ini ia dapatkan dari kisah tentang sistem pemerintahan dan negara Atlantis (Sundaland/Nusantara), yaitu konsep kepemimpinan masyarakat Sundaland: “Tritangtu di Buana”, Reshi-Ratu-Rama Hyang (Si-Tu-Ma-Ng).
Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala-nya” (oleh akal sehat, ilmu pengetahuan, fisafat /Rasionalitas dan hati nuraninya), dan bukan oleh orang yang dipimpin oleh orientasi “otot dan dada” (arogansi kekuatan fisikal), bukan pula oleh “perut” (ambisi keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa nafsu).
Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya (akal sehatnya), yaitu para pecinta kebenaran dan hikmah kebijaksanaan-lah yang layak dan dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun, atau seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa). Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.
Dr. Jalaluddin Rakhmat, Cendikiawan Muslim menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir Islam, istilah Philosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologi Hikmah dalam al-Quran. Yang kemudian digunakan dalam rumusan sila keempat Pancasila. Istilah Hikmah terkait dengan Hukum (hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Quran al-Karim, dan Sunnah Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para Nabi dan Rasul Allah sebelumnya, maupun hukum buatan manusia berakal sehat dan ber-nurani ilahiyah yang terpimpin oleh HIkmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan).
Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah (pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Istilah/kata Hikmah, Hukum, Hakim, Hukumah (pemerintahan) adalah mempunyai genesis satu akar kata (masdar): h-k-m. artinya mempunyai makna yang saling terkait satu sama lain dalam kesatuan Hikmah.
Maka NKRI adalah RechtStaat (negara Hukum), bukan negara kekuasaan semata (machstaat). Kekuasaan negara harus dijalankan berdasarkan hukum yang terpimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan.
Maka semakin jelaslah mengapa konsep kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep kepemimpinan negara versi Plato, karena ia mengambilnya dari peradaban tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan para bijak keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME: Allah SWT. Yang kini , lokasinya adalah diketemukan di Nusantara (Asia Tenggara) pada zaman yang sangat kuno ( sekitar 70.000 -10.000 tahun lalu).
Filsafat dan Tradisi Kenabian
Seyyed Hossein Nasr ketika ia menulis dalam kata pengantar bukunya yang berjudul: Islamic Philosophy from Its Origin to the Present, Philosophy in the Land of Propphecy, tentang hubungan antara Filsafat dan Kenabian menjelaskan: “Dalam iklim budaya saat ini di Barat serta bagian lain dari dunia yang dipengaruhi oleh modernisme dan postmodernisme, filsafat dan kenabian dipandang sebagai dua hal yang sangat yang berbeda, dan di mata banyak orang, itu adalah pendekatan yang bertentangan dengan pemahaman sifat realitas.
Hal tersebut sebenarnya bukanlah masalah pada berbagai peradaban tradisional sebelum kedatangan dunia modern. Juga bukanlah masalah bahkan untuk hari ini sepanjang pandangan dunia tradisional masih selamat.
Tak perlulah dikatakan, dengan “Kenabian/Nubuwah” kita tidak bermaksud meramalkan masa depan, tetapi membawa pesan dari Tatanan yang lebih tinggi atau realitas yang lebih dalam dari “Kenabian/Nubuwah” yang jelas telah terbukti dalam dunia seperti pada Peradaban Mesir kuno, Yunani klasik, dan Hindu, untuk tidak hanya berbicara pada lingkungan Monoteisme Ibrahim di mana peran kenabian sangatlah sentral. Jika kita tidak membatasi pemahaman kita tentang kenabian hanya pada agama-agama Ibrahimik itu, kita dapat melihat adanya kenabian dalam setiap di hampir semua lingkungan agama-agama yang sangat beragam, yang tidak hanya mengenai signifikansi hukum, etika dan spiritual, tetapi juga mengenai suatu kebijaksanaan yang bersangkutan dengan ilmu pengetahuan.
Kita melihat realitas di dunia Rhesi di India dan dukun Shaman pada agama-agama Shamanisme dan kearifan asli Leluhur Nusantara yang beragam serta dalam para bijak agama Yunani dan ajaran abadi dari Taoisme, dalam pencerahan Sang Buddha dan kemudian pada master Zen Buddhis yang telah mengalami pencerahan (iluminasi) atau satori ,sebagaimana juga pada para nabi dari agama-agama Iran seperti Zoroaster dan tentu saja di Nabi Ibrahim AS. Akibatnya di seluruh dunia ini, kapanpun dan di mana pun filsafat dalam arti universal telah berkembang, telah berhubungan erat dengan kenabian dalam berbagai cara.”
Bahkan jika kita membatasi definisi Filsafat dengan aktivitas intelektual di Yunani kuno yang dikenal dengan nama itu, suatu kegiatan yang oleh sejarah pemahaman Barat modern dianggap sebagai asal spekulasi filosofis, hubungan antara filsafat dan kenabian dapat dilihat menjadi sangat dekat pada saat kelahiran filsafat Yunani. Kami juga menyadari bahwa keduanya hanya berpisah di masa di kemudian hari, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain di awal tradisi filsafat Yunani.

Pythagoras (lahir sekitar tahun 570 SM – meninggal sekitar tahun 495 SM)
Mari kita hanya mempertimbangkan tiga tokoh yang paling penting mengenai tokoh pemikiran spekulasi filosofis asal Yunani. Pythagoras, yang dikatakan memiliki menciptakan istilah Filsafat, tentu bukanlah filsuf biasa seperti Descartes atau Kant. Dia dikatakan memiliki kekuatan kenabian yang luar biasa dan dia sendiri seperti nabi, yang mendirikan suatu komunitas religius baru. Bahkan kaum Muslim menyebutnya sebenarnya sebagai monoteis (muwahhid) dan beberapa orang menyebutnya sebagai nabi.
Orang yang sering disebut sebagai “Bapak logika Barat dan Filsafat” yaitu Parmenides. Yang biasanya ditampilkan sebagai seorang rasionalis yang kebetulan telah menulis puisi yang berkualitas biasa-biasa saja. Tetapi sebuah kajian brilian baru-baru ini dari Peter Kingsley telah jelas menunjukkan, jauh dari sekedar menjadi rasionalis dalam pengertian modern, ia telah terbenam dalam dunia kenabian dalam arti agama Yunani dan merupakan peramal dan visioner. Dalam puisinya, yang berisi pesan-pesan filosofisnya, Parmenides dibimbing ke dunia lain oleh Putri Matahari yang datang dari Mansion Cahaya terletak pada derajat terjauh dari keberadaan. Jawaban untuk Pertanyaan mengenai bagaimana perjalanan ini terjadi adalah “inkubasi”, “latihan spiritual terkenal dalam agama Yunani, suatu di mana seseorang masih akan beristirahat sepenuhnya sampai jiwanya akan dibawa ke tingkat yang lebih tinggi dari realitas, dan misteri keberadaan akan terungkap.

Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM
Jadi Parmenides melakukan perjalanan batin sampai ia bertemu dengan dewi yang mengajarkan kepadanya segala sesuatu yang penting, yaitu, mengajarkan kepadanya apa yang dianggap menjadi asal atas pemikiran filsafat Yunani. Sungguh luar biasa bahwa ketika dewi menghadapi Parmenides, ia tunjuk dia sebagai Kouros, Artinya, anak muda. Fakta ini luar biasa dan menarik karena dalam tradisi Islam yang sangat panjang untuk ksatria rohani (Futuwwah dalam bahasa Arab, dan jawãnmardi di Persia) dikaitkan dengan kata untuk pemuda (fata / jawãn), dan ini adalah ksatria rohani yang dikatakan telah ada sebelum Islam serta telah diberikan kehidupan baru dalam Islam di mana sumbernya dikaitkan dengan Syayidina ‘Ali, yang menerimanya dari Nabi Muhammad dan di mana disiplin keruhanian itu diintegrasikan ke dalam tasawuf. Selanjutnya, Syayidina ‘Ali telah dikaitkan dengan sumber-sumber Islam tradisional dengan berdirinya metafisika Islam.

Epimenides dari Knossos (Kreta) (bahasa Yunani: Ἐπιμενίδης) adalah penyair, filsuf, dan peramal Yunani abad ke-6 SM yang semi-mitologis
Tokoh Yunani lain yang diberi gelar Kouros adalah Epimenides dari Kreta yang juga berangkat ke dunia lain di mana dia bertemu Keadilan (Justice) dan membawa kembali hukum ke dunia ini. Seperti Parmenides, ia juga menulis puisi.
Sekarang Epimenides dikenal sebagai nabi-penyembuh atau iatromantis untuk segala sesuatu yang telah diwahyukan melalui inkubasi, sementara ia berbaring tak bergerak di gua selama bertahun-tahun (Tapa Brata, dalam Tradisi Nusantara).
Parmenides dikaitkan dengan tradisi ini. Sebuah perjalanan iatromantis ke dunia lain seperti para dukun Shamans dan tidak hanya menggambarkan perjalanan mereka, tetapi juga menggunakan bahasa sedemikian rupa untuk membuat perjalanan ini mungkin dilakukan bagi yang lain. Mereka menggunakan mantra (doa-doa) dalam puisi mereka yang kami juga lihat pada Parmenides. Mereka juga memperkenalkan cerita dan legenda Timur bahkan sejauh Tibet dan India (terutama Hindia Kepulauan Timur/Indonesia), yang sangat menarik karena masyarakat Parmenides di Italia selatan itu sendiri awalnya berasal dari Timur di Anatolia di mana dewa Apollo diberi penghargaan khusus sebagai model ilahiyah dari iatromantis yang mana ia terinspirasi sebagai nabi yang menulis puisi hipnosis yang mengandung pengetahuan tentang Realitas.

Dewa Apolo
Pada penggalian arkeologis dalam beberapa dekade terakhir di Velia di Italia Selatan, pada situs yang merupakan rumah Parmenides, telah menyingkapkan prasasti (inskripsi) yang menghubungkan dia langsung ke Apollo dan iatromantis. Sebagaimana yang Kingsley tulis, “Kami sedang ditunjuki bahwa Parmenides adalah anak dewa Apollo, yang bersekutu dengan tokoh penyair iatromantis misterius yang ahli dalam penggunaan puisi incantory dan membuat perjalanan ke dalam dunia spiritual.” Jika kita ingat, berbicara secara esoteris, ” bahwa Apollo bukanlah Dewa Cahaya tetapi Cahaya Tuhan Allah, “menjadi jelas seberapa dalam filsafat, sebagaimana yang diuraikan oleh Bapak Filsafat Yunani Parmenides ini, terkait dengan genesis kenabian, bahkan yang dikandung dalam hal tradisi agama Abrahamik yang kita tahu, kita tidak dapat mengabaikan makna batin kenabian yang kita akan bahas. Tradisi para “imam penyembuh”sebagaimana terciptakan dalam pelayanan Oulios Apollo (Apollo Penyembuh), yang mana Parmenides adalah pendirinya. Sangat menarik untuk dicatat bahwa meskipun aspek Parmenides ini kemudian dilupakan di Barat, mereka malah diingat baik dalam tradisi filsafat Islam di mana sejarawan Muslim tergabung dalam asosiasi filsafat, tidak hanya filsafat Islam tetapi juga filsafat Yunani erat dengan kenabian (Nubuwah). Kita harus ingat di sini, Hikmah dalam bahasa Arab yang terkenal yaitu diktum “yanba ‘Mishkat al-nubuwwah”, yaitu “isu-isu filsafat dari ceruk kenabian.”
Juga menarik untuk dicatat bahwa guru Parmenides dikatakan hidup sangat sederhana, miskin dan bahwa apa yang diajarkan di atas segalanya kepada para mahasiswanya adalah menegnai keheningan atau hesychia. Hal ini begitu penting, sehingga kemudian tokoh seperti Plato, yang berusaha untuk memahami Parmenides menggunakan istilah hesychia yang lebih daripada kata lain untuk menggambarkan memahami realitas terakhir. “Parmenides melalui keheningan bahwa untuk itu kita datang ke dalam keheningan. Melalui keheningan kita mengerti keheningan. Melalui praktek keheningan kita sampai mengalami realitas yang ada di luar dunia indera ini “Sekali lagi. Ada hal yang menarik yang luar biasa untuk mengingat penggunaan hesychia terkait dengan mewujudkan ajaran esoteris Gereja Ortodoks, ajaran yang tujuannya adalah pencapaian kesucian dan gnosis. “Mengheningkan Cipta” sangat lekat dengan tradisi kebatinan Jawa-Sunda (Hening-Suwung).
Dalam puisi Parmenides ia menyatakan secara eksplisit telah mengambil apa yang telah diajarkan oleh Dewa kembali ke dunia dan menjadi utusan-Nya. Kingsley menjelaskan apa arti utusan dalam konteks ini. “Ada satu nama tertentu yang baik untuk menggambarkan jenis Rasul Utusan Parmenides menemukan dirinya menjadi: Nabi (Prophet). Arti sebenarnya dari ‘nabi’ (propechy), kata ini tidak ada hubungannya dengan kemampuan melihat (meramal) ke masa depan. Dalam asal makna kata itu hanya berarti seseorang yang tugasnya adalah untuk berbicara atas nama Kekuatan Yang Maha Besar, dari seseorang atau sesuatu fungsi kenabian yang lain.
Kinerja Parmenides mencakup tidak hanya menjadi filsuf, penyair, dan penyembuh tapi seperti Epimenides, seorang pembawa risalah hukum.
Hubungan antara Parmenides dan kenabian, bagaimanapun, tidak terutama mengenai hal sosial, hukum, dan hal eksoteris tetapi lebih ke dalam aspek batin dan esoterik. puisi-puisi-Nya, jika benar dipahami, itu sendiri adalah inisiasi ke dunia lain, dan “semua adalah tanda bahwa hanya orang bodoh yang memilih untuk kehilangan spirit ini, adalah bahwa ini adalah teks untuk memulai perjalan batin (Spiritual Traveling).”
Dalam hal ini ia baik Filsafat Pythagoras maupun filsafat Empedokles, juga ditujukan hanya untuk orang mampu menerima pesannya dan itu berbicara benar terhubung dengan aspek esoteris (kebatinan), ketimbang dimensi eksoteris (syariat formal) agama Yunani, yang lebih membutuhkan inisiasi bagi pemahaman penuh. Sungguh bagaimana luar biasa lagi dalam pertanyaan ini menyerupai filsafat Islam dalam begitu banyak visi filsafat dari tokoh-tokoh pra-Socrates seperti Pythagoras, Parmenides, dan Empedokles, semuanya sangat dihormati oleh filsuf Islam, khususnya dari mazhab Isyaqiyahĩ (pencerahan/ illuminationism).

Empedokles lahir di Agrigentum, pulau Sisilia, pada abad ke-5 SM (495-435 SM). https://id.wikipedia.org/wiki/Empedokles
Kembali ke sosok Empedokles yang misterius, sekali lagi kita melihat seorang filsuf yang juga seorang penyair serta tabib penyembuh dan yang dianggap oleh banyak orang sebagai juga nabi. “Selain sebagai seorang ahli ilmu ghaib, dan penyair, ia juga seorang Nabi dan penyembuh. Salah satu nabi penyembuh- yang aku telah berbicara tentangnya.” Empedokles juga menulis tentang kosmologi dan ilmu alam seperti fisika, tetapi bahkan dalam hal ini domain karya-karya ini tidak ditulis hanya untuk memberikan fakta-fakta tapi “untuk menyelamatkan jiwa,” sangat mirip dengan kosmologi dari sejumlah filsuf Islam, termasuk Suhrawardi dan Ibnu Sina bahkan dalam resital visioner nya. Apa yang penting adalah untuk mewujudkan hampir semua yang Empedokles melihat dirinya sebagai seorang nabi dan puisi nya sebagai sebuah karya esoteric.
Hal yang menarik untuk menyebutkan bahwa ketiga tokoh yang datang dari asal tradisi filsafat Yunani ini juga penyair (satrawan) . Hal tersebut merupakan karakteristik dari banyak filsafat yang berkembang selama berabad-abad di bawah matahari kenabian. Orang hanya perlu mengingat tokoh bijak Hindu kuno yang penyair dan juga Bapak pemikiran filsafat Hindu dalam arti tradisional atau banyak tokoh bijak Cina yang menyatakan ekspresi dirinya dalam puisi. Dalam dunia monoteisme Ibrahimik ini harus terlihat di antara sejumlah filsuf Yahudi dan Kristen tetapi lagi untuk dapat ditemukan terutama di kalangan filsuf Islam dari Ibnu Sina, Nasir-I Khusraw, Khayyam, dan Suhrawardi untuk Afdal al-Din Kashani, Mir Damad, Mulla Sadra, dan Haji Mulla Hadi Sabziwari, yang hidup pada abad ketiga belas.
Dalam dunia seperti di mana kita hidup sekarang ini di mana filsafat direduksi menjadi rasionalisme atau lebih berupa irrationalisme, dan di mana tidak hanya esoterisme tetapi agama itu sendiri pun ditolak atau terpinggirkan, penafsiran yang diberikan di atas satu pendiri Filsafat Barat ini akan ditolak dalam banyak lingkungan, dan perhubungan antara filsafat dan kenabian pada umumnya. Dan filsafat, puisi (sastra) dan esoterisme dalam tertentu akan diberhentikan atau dianggap sebagai konsekuensi kecil saja.
Tapi anehnya bagi pembaca Barat hubungan antar filsafat, kenabian dan esoterisme, ditegaskan oleh sejumlah sarjana Barat kontemporer, yang ditemukan di pusat tradisi filsafat Islam yang pada sebagian besar buku ini akan bersangkutan. Kita telah memasukkan pembahasan angka-angka Yunani di sini untuk menunjukkan bahwa hubungan antara filsafat dan kenabian, meskipun terputus semakin besar untuk sarjana di Barat dari akhir Abad Pertengahan dan seterusnya, adalah sangat penting tidak hanya untuk memahami Filsafat Islam tetapi juga untuk pemahaman yang lebih dalam tentang asal-usul filsafat Barat sendiri, asal-usul saham filsafat Barat dengan filsafat Islam, tetapi yang telah datang untuk dipahami dengan cara yang sangat berbeda dengan dua aliran pemikiran sebagai filsafat Barat telah datang untuk menjauhkan diri untuk semakin besar baik para sarjana dari filsafat abadi (perennial) dan teologi Kristen.
Tentu saja ada berbagai modus dan fakta derajat kenabian yang kita sadari kalau kita mempelajari berbagai tradisi agama dan bahkan jika kita membatasi diri ke tradisi tunggal seperti yang kita lihat dalam Yudaisme dan Islam di mana peran kenabian Daniel Yunus atau tidak sama seperti Nabi Musa atau Nabi Muhammad SAW. Namun ada unsur-unsur umum dalam berbagai pemahaman kenabian sejauh tantangan pose filsafat yang bersangkutan.
Pertama semua kenabian menyiratkan tingkat realitas apakah ini dipandang sebagai tujuan atau hirarki subjektif. Jika ada itu harus hanya satu tingkat realitas objektif yang terkait dengan dunia jasmani dan subjektif dengan kesadaran biasa kita dianggap sebagai satu-satunya bentuk yang sah dan diterima kesadaran, kenabian sebagai fungsi pembawa pesan dari dunia lain atau tingkat kesadaran yang lain, akan menjadi tidak berarti karena akan ada dunia lain atau tingkat kesadaran, dan setiap klaim terhadap keberadaan mereka akan ditolak dan dianggap sebagai halusinasi subyektif. Hal tersebut sebenarnya terjadi dengan saintisme modern dan umumnya pandangan dunia desacralization, baik dalam perspektif mereka yang mengecualikan Realitas transenden dan tingkat yang lebih tinggi dari keberadaan vis-à-vis dunia ini, serta Diri imanen dan tingkat kesadaran yang lebih dalam daripada biasanya. Tetapi dalam semua dunia di mana realitas kenabian telah bekerja dalam satu mode atau lainnya, penerimaan tingkat realitas yang lebih tinggi dan / atau tingkat kesadaran yang lebih telah diambil untuk diberikan sebagai cara yang benar memahami sifat realitas total di mana manusia hidup. Dirumuskan dalam cara ini, pernyataan ini termasuk tauhid Ibrahim bersama dengan agama-agama India (termasuk Hindia Timur/Indonesia), Taoisme dan Konfusianisme serta Mediterania kuno dan agama Iran, dan Shamanisme bersama dengan Buddhisme, yang menekankan tingkat kesadaran daripada derajat eksistensi objektif.
Dalam semua dunia kenabian ini, yang merupakan realitas sentral, yang harus berurusan menciptakan konsekuensi dengan filsafat. Kenabian memberikan hukum dan ajaran moral bagi masyarakat yang harus selalu mempertimbangkan filsafat etika, politik, dan hukum. Selain itu, klaim kenabian memberikan pengetahuan tentang hakikat realitas, termasuk pengetahuan tentang Asal atau Sumber dari segala sesuatu, tentang penciptaan kosmos dan struktur atau kosmogoni dan kosmologi, dan tentang sifat jiwa manusia, yang akan mencakup apa harus tepat disebut “pneumatologi” dan psikologi tradisional dan hal-hal akhirat atau eskatologi. Buah dari kenabian adalah pengetahuan tentang semua aspek utama realitas yang dialami atau tentang spekulasi manusia, termasuk tentang sifat waktu dan ruang, bentuk dan substansi, kausalitas (sebab-akibat), takdir, dan isu-isu lain pada umumnya yang juga banyak bersangkutan dengan filsafat.
Selain itu, bentuk-bentuk tertentu dari kenabian harus dilakukan dengan pengetahuan batin, dengan esoterisme dan mistik, dengan visi realitas tingkat lain yang tidak dimaksudkan bagi masyarakat luas. Kita telah melihat hubungan asal-usul filsafat Yunani ke dalam dimensi esoterik agama Yunani, dan kita bisa menemukan contoh lain di tradisi lain termasuk Buddhisme dan terutama Islam di mana filsafat menjadi terkait lebih dalam dimensi batin wahyu Quran di abad kemudian. Hubungan antara filsafat dan esoterisme, yang merupakan dimensi kenabian sebagaimana didefinisikan di sini dalam arti universal, juga memiliki sejarah panjang di Barat yang berlangsung sampai gerakan Romantis Jerman.
Dari abad ketujuh belas filsafat Barat merasa dipaksa maju untuk berfilosofi tentang pandangan dunia yang dilukis oleh ilmu pengetahuan modern dan menjadi lebih dan lebih merupakan hamba ilmu pengetahuan modern, terutama dengan teori Kant dan mencapai puncaknya dengan banyak filsafat Anglo-Saxon abad kedua puluh, yang lebih sedikit berupa logika yang terkait dengan pandangan dunia ilmiah.
Dalam cara yang analog, di berbagai dunia tradisional di mana realitas kenabian dan wahyu adalah pusat, apakah perwujudan dari kenabian ini telah menjadi buku/kitab atau bentuk lain dari pesan yang dibawa dari langit/surga atau utusan dirinya seperti dalam kasus avatar Hindu, Buddha, atau Kristus, filsafat memiliki pilihan selain mengambil realitas pusat menjadi pertimbangan. Filosof harus berfilsafat tentang sesuatu, dan di dunia tradisional pertanyaan bahwa sesuatu telah selalu disertakan sebagai realitas yang dinyatakan melalui kenabian, yang berkisar dalam bentuk dari iluminasi (pencerahan) dari Resi Hindu dan Buddha, sebagaimana Tuhan Allah kepada berbicara kepada Musa di Gunung Sinai atau malaikat Jibriel mengungkapkan Quran kepada Nabi Muhammad SAW.
Di dunia tradisional tersebut, filsafat tidak hanya berupa teologi sebagai mana beberapa pendapat orang, terkecuali satu dalam kasus batasan bahwa definisi filosof modern positivistik tidak ada ada dalam realitas filsafat non-Barat atau dalam hal filsafat Barat Abad Pertengahan tidak membicarakannya. Tetapi jika kita menerima definisi filsafat yang diberikan oleh tokoh Pythagoras yang dikatakan pertama kali yang telah menggunakan istilah filsafat – dan melihatnya sebagai bermakna“cinta kepada kebijaksanaan/Shopia”, atau jika kita menerima definisi menurut menurut filsafat Plato sebagai “praktek persiapan kematian” mencakup baik aktivitas intelektual dan praktek spiritual, maka tentu ada banyak mazhab filsafat di berbagai dunia tradisional, beberapa yang ada sampai sekarang ini yang disebarkan hanya dalam bentuk lisan seperti salah satu bangsa pribumi Australia (Aborigin) dan penduduk asli Amerika (Indian), sementara lain yang memiliki banyak volume yang dihasilkan tulisan filosofis selama berabad-abad.
Bahkan jika ada orang yang memutuskan untuk hanya berurusan dengan karya-karya filsafat yang ditulis, orang bisa menulis jilid pada subjek filsafat di tanah kenabian berurusan dengan Tao dan Konfusianisme dalam tradisi filsafat Cina, dengan orang-orang Tibet dan Buddha Mahayana termasuk sekolah-sekolah (mazhab) di Jepang, semua yang memiliki karakteristik tersendiri, dan tentu saja dengan tradisi filosofis yang sangat kaya yaitu Hindu India dan Indonesia. Kita juga bisa dapat melihat ke dunia Ibrahim dan menulis di sekolah/mazhab filsafat Yahudi, Kristen dan Islam dari perspektif kegiatan filosofis dalam dunia yang didominasi oleh kenabian. Juga tidak akan perawatan semacam ini harus benar-benar paralel untuk tiga adik tradisi Ibrahimik meski terkenal kesamaan- karena sementara konsepsi kenabian dan kitab suci Yahudi dan Islam yang berdekatan, bahwa agama Kristen, di mana pendiri agama dilihat sebagai inkarnasi dari Ketuhanan/Divinity, berbeda dalam banyak hal materi, baik dari orang Yahudi dan pandangan Islam. Perbedaan filosofis sangat penting ini seperti yang kita lihat dalam perlakuan inkarnasi filosofis dalam filsafat Kristen dan “filsafat kenabian” dalam konteks Islam nya.
Dari abad ketujuh belas filsafat Barat maju merasa dipaksa untuk berfilosofi tentang gambaran dunia yang dilukis oleh ilmu pengetahuan modern dan menjadi lebih dan lebih merupakan hamba ilmu pengetahuan modern terutama dengan Kant dan mencapai puncaknya dengan banyak filsafat abad kedua puluh Anglo-Saxon, yang sedikit lebih dari logika terkait dengan pandangan dunia ilmiah. Dalam cara yang analog, di berbagai dunia tradisional di mana realitas nubuat dan wahyu adalah pusat, apakah perwujudan dari nubuat ini telah menjadi buku atau bentuk lain dari pesan yang dibawa dari surga atau utusan dirinya seperti dalam kasus avatar Hindu, Buddha, atau Kristus, filsafat memiliki pilihan selain mengambil realitas pusat menjadi pertimbangan. Filsafat harus berfilsafat tentang sesuatu, dan di dunia tradisional di pertanyaan bahwa sesuatu telah selalu disertakan realitas dinyatakan melalui nubuat, yang berkisar dalam bentuk dari iluminasi dari Resi Hindu dan Buddha, kepada Allah Berbicara kepada Musa di Gunung. Sinai atau malaikat Gabriel mengungkapkan dalam Quran kepada Nabi Islam.
Di dunia tradisional tersebut, filsafat tidak hanya teologi sebagai beberapa telah berpendapat kecuali satu filosofi batasan definisi modern positivistik dalam kasus ada dalam realitas tidak ada filsafat non-Barat atau dalam hal filsafat Barat Abad Pertengahan untuk berbicara off. Tetapi jika kita menerima definisi filsafat yang diberikan oleh orang yang dikatakan telah pertama kali menggunakan-istilah yang Pythagoras – dan melihatnya sebagai cinta kepada Shopia, atau jika kita menerima definisi menurut Plato sebagai “praktek kematian” menurut filsafat mencakup baik aktivitas intelektual dan praktek spiritual, maka tentu ada banyak sekolah filsafat di berbagai dunia tradisional, beberapa yang ada sampai sekarang hanya dalam bentuk lisan sebagai salah satu pribumi Australia dan penduduk asli Amerika, sementara lain yang memiliki volume yang dihasilkan tulisan filosofis selama berabad-abad.
Bahkan jika ada orang yang memutuskan untuk hanya berurusan dengan karya-karya filsafat yang ditulis, orang bisa menulis jilid pada subjek filsafat di tanah nubuatan berurusan dengan Tao dan Konfusianisme tradisi filsafat Cina, dengan orang-orang Tibet dan Buddha Mahayana termasuk sekolah-sekolah di Jepang, semua yang dimiliki karakteristik tersendiri, dan tentu saja dengan tradisi filosofis yang sangat kaya Hindu India. Satu juga bisa mengubah ke dunia Ibrahim dan menulis di sekolah filsafat Yahudi, Kristen dan Islam dari perspektif kegiatan filosofis dalam dunia yang didominasi oleh nubuat. Juga tidak akan perawatan semacam ini harus benar-benar paralel untuk tiga adik Ibrahim tradisi-meski terkenal kesamaan-karena sementara konsepsi Yahudi dan Islam nubuat dan kitab suci yang berdekatan, bahwa agama Kristen, di mana pendiri agama dilihat sebagai inkarnasi dari Divinity, berbeda dalam banyak hal baik dari orang Yahudi dan pandangan Islam materi. Perbedaan ini sangat penting filosofis seperti yang kita lihat dalam perlakuan filosofis inkarnasi dalam filsafat Kristen dan “filsafat kenabian” dalam konteks Islam nya.
Jejak Kearifan Perennial Atlantis:
Falsafah Hikmah dan Spiritualitas Ketuhanan
Mulai terungkap Misteri Peradaban Atlantis, setelah ribuan tahun menjadi pusat perhatian dan kajian banyak ilmuwan, filosof dan para peneliti, kemudian memunculkan hipotesa dan penemuan para peniliti sejarah filsafat-budaya dan peradaban, tentang adanya benang merah kebijaksanaan yang oleh para filosof kemudian disebut sebagai Sophia Perennialis (Kearifan/kebijaksaan abadi).
Pada sisi inilah sebenarnya concern utama penyusun lebih tercurah untuk mengungkap realitas warisan filsafat dan mysticism (kebatinan/spiritualitas) perennial yang universal, lintas zaman (abadi) dan lintas peradaban, yang diwariskan secara turun temurun dan dikembangkan melalui akal sehat dan pewahyuan serta berbagai tradisi kebudayaan-peradanan umat manusia sepanjang zaman.
Seperti yang kita percayai dalam Agama Islam, bahwa kebenaran dan kebijaksanaan (yaitu al-Hikmah, dalam bahasa Al-Qur’an atau Sophia dalam bahasa Latin) yang dapat dipahami oleh pemikiran dan kesadaran manusia, itu sebenarnya berasal dari sumber yang sama dan abadi ( perennial ) yaitu Sumber Ilahiyah, Tuhan (Allah) Yang Maha Mengetahui, The Ultimate Knowledgeable. Tentang keyakinan itu, kita bisa mengeksplorasi kebenaran faktanya di sepanjang sejarah filsafat, sejak zaman pra-Yunani (peradaban Bizantium), zaman Yunani Kuno dan Peradaban Islam dalam The Medieval sampai Sekarang.
Prof. Dr Mulyadi Kartanegara, MA, salah seorang dosen ahli sejarah filsafat dan tasawuf dari UIN Syarif Hidayatullah dan ICAS Jakarata, secara ringkas mengatakan bahwa Pythagoras (filosof Yunani yang hidup pada 570-497 SM) telah belajar banyak hal kearifan dan hikmah dari “Shahabat Nabi & Raja Sulaeman” (The Best Friends of Prophet & King Solomon). Dan pengikutnya, Empedokles (495-435 SM) juga belajar dari Lukman al-Hakim (Orang yang ‘Bijaksana’ yang disebutkan dalam al-Qur’an); dan Socrates (469-399 BC) belajar banyak tentang kebijaksanaan-kearifan hikmah dan ilmu pengetahuan dari Hermes (nama lain dari Nabiyullah Idris as,)
Oleh karena itu, kita dapat memahami mengapa sangat banyak filsuf dan ilmuwan Islam dapat menerima dan menyerap beberapa pemikiran tertentu (filsafat) dari para Filsuf Yunani Kuno, mengadopsinya, mencampurkanya, melakukan sintesa dan mengembangkan dengan ‘ajaran Islam’ (Al Qur’an & Sunnah Rasulullah Muhammad SAW ).
Jadi, kita dapat melihat adanya mata rantai para filosof sepanjang sejarah menunjukan adanya “benang merah” yang mempersatukan mereka, sejak para filosof Yunani Kuno seperti Hermes, Pythagoras, Empedocles, Socrates, Plato, Aristoteles, Plotinus, Al-Kindi, Ibnu Sina (Aviciena), Ibn Rusdh (Averous), Al-Farabi, Ibn Arabi, Ibnu Khaldun, Sukhrawardi, Mulla Shadra, Thabatabaei, Ayatullah Imam Khomeini, Murthada Muthahari, Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Medi Hairi Yazdi, dll.
Untuk memperkuat hipotesa atau teori di atas, dalam buku ini, saya ingin menunjukkan dan memperlihatkan jejak langkah filsafat mistikal atau benang merah agama-agama dan falsafah ketuhanan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, sepanjang sejarah umat manusia, melalu tulisan guru filsafat dan spiritual saya: Dr. Haidar Bagir di bawah ini. (Bersambung)
Kontroversi Keislaman Prabu Siliwangi
KONTROVERSI KEISLAMAN PRABU SILIWANGI,
RAJA TERKEMUKA PAKUAN PAJAJARAN
By Ahmad Yanuana Samantho
Arif Supriadi dari Padepokan Ki Munajat Sedjati, menyatakan bahwa Prabu Siliwangi yang dikenal juga ketika mudanya sebagai Pangeran Pamanah Rasa, adalah seorang Muslim. Ia di-islamkan oleh Syekh Hasanuddin atau lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Quro (seorang ulama besar yang lahir sebelum era Wali Sembilan, yang berperan penting dalam Islamisasi di Jawa Barat) saat hendak menikahi Nyi Subang Larang. Subang Larang tak lain sebagai santri di pesantren yang dipimpin Syaikh Quro di Karawang, Dalam naskah kuno diceritakan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim, bersumberkan Buku Carita Purwaka Caruban Nagari, yang ditulis Pangeran Arya Cirebon (1720), Prabu Siliwangi masuk Islam saat hendak menikahi Subang Larang.
Meluruskan mitos atau opini yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, bahwa Prabu Siliwangi penganut Hindu. Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim yang berasal dari agama Sunda Wiwitan, dan Pajajaran bukanlah kerajaan Hindu, melainkan kerajaan yang secara turun temurun mewariskan nilai Sunda Wiwitan atau Jati Sunda. Masifnya islamisasi Tatar Sunda tak lain berkat dukungan penuh Prabu Siliwangi, yang membebaskan putra putrinya untuk belajar Islam, melakukan dakwah ke seluruh pelosok “Tatar Sunda” atau bahkan mendirikan kesultanan baru yang mandiri dari Pajajaran sebagai “keraton”. Berkat kuatnya pengaruh gerakan islamisasi yang dilakukan dinasti Siliwangi di Jawa Barat, kini mayoritas masyarakat setempat menjadi penganut Islam yang taat. Nyaris sulit menemukan adanya orang Jawa Barat menganut agama selain Islam, sehingga muncullah istilah “Islam Sunda” dan “Sunda Islam.” Bentuk akulturasi antara Islam dengan budaya lokal (Sunda). Islam dan budaya Sunda perlu selaras dan berdampingan dalam upaya membimbing dan mencerahkan kehidupan masyarakat Tatar Sunda dalam bingkai kebangsaan.
Prabu Siliwangi merupakan nama gelar, karena masyarakat Jawa Barat pada umumnya sungkan untuk langsung menyebut nama sang tokoh. Prabu Siliwangi kecil bernama “Pangeran Pamanah Rasa”, yang lahir di Keraton Surawises Kawali, Kabupaten Ciamis, sekitar tahun 1411 dan wafat pada akhir Desember 1521 di Pakuan (Kota Bogor sekarang). Ia bertahta sebagai Raja Sunda Galuh (Pakuan Pajajaran) selama 39 tahun, yaitu mulai tahun 1482 hingga 1521, berkedudukan di Pakuan. Prabu Siliwangi tercatat sebagai raja yang adil dan bijaksana. Masa kepemimpinannya, dikenal sebagai era keemasan Pajajaran. Rakyat Pajajaran hidup kamkmur, damai dan sejahtera. Wilayah Pajajaran membentang dari pegunungan Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, seluruh Jawa Barat, Selat Sunda hingga sebagian Lampung.
Dari aspek ekonomi, simbol utama kebesaran Pajajaran terletak di Pelabuhan Niaga Sunda Kalapa (Jakarta sekarang), yang merupakan pusat perniagaan terbesar dan tersibuk di seluruh Nusantara saat itu. Sunda Kalapa menjadi lalu lintas perdagangan dan jalur migrasi bangsa-bangsa asing ke Pulau Jawa. Selain itu, Pajajaran juga memiliki pelabuhan-pelabuhan lain di pantura Jawa Barat, yaitu Banten, muara Cisadane, Karawang, muara Cimanuk, dan Cirebon.
Menurut catatan Tom Pires, seorang penjelajah asal Portugis, yang bersama empat buah kapal dagang Portugis singgah di Pajajaran tahun 1513, Kerajaan Sunda Pajajaran adalah negeri para ksatria dan pahlawan laut, sehingga para pelautnya telah mampu berlayar ke berbagai negara mancanegara hingga ke Kepulauan Maladewa di Srilanka.
Dalam catatan Tom Pires, Prabu Siliwangi, para pemangku dan warga Pajajaran adalah orang-orang yang jujur, ramah, dan sopan. “…. The Kingdom of Sunda is Justtly Governed…” Prabu Siliwangi adalah seorang maharaja Sunda yang adil dan bijaksana dalam memerintah segenap rakyat kerajaannya.[1]
Betapa beratnya merubah pandangan dan pengetahuan masyarakat yang sudah mendarah daging tentang sesuatu. Demikian kuatnya sehingga hal-hal yang baru akan dianggapnya sebagai sebuah penyimpangan yang mungkin akan menghancurkan kemapanan. Tetapi aku betul-betul yakin dalam masyarakatku masih banyak orang-orang yang berhati bersih, ihlas mendengarkan dan menyimak dengan cermat sebelum mereka memutuskan sesuatu itu benar, kurang tepat atau malah salah besar. Salah satu soal yang menggodaku sehingga aku rindu untuk segera menyampaikannya adalah ‘sejarah umat Islam di Indonesia’ dan ‘umat Islam dalam sejarah’.
Yang pertama berkaitan dengan realitas dan fakta penulisan sejarah umat Islam yang ada sekarang, menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah dan karenanya pastilah telah lama membentuk pola pikir pada sebagian masyarakat Indonesia. Yang kedua berkaitan dengan fakta yang benar benar faktuil tentang peran umat Islam selama ratusan tahun dalam kehidupan masyarakat yang sebagian besar tidak tercatat dalam buku-buku sejarah, atau sengaja dikaburkan.
Penulisan sejarah memang sarat dengan kepentingan politik. Bagaimana sejarah itu ditulis bisa jadi alat melanggengkan kekuasaan seseorang atau suatu rezim. Contohnya adalah apa yang dilakukan Eugene Dubois. Setelah melakukan penelitian di pulau Jawa, khususnya di Mojokerto dan Kediri, ia berpendapat bahwa manusia yang pernah hidup di Indonesia adalah pithecantrophus erectus alias manusia kera yang berdiri tegak. Manusia jenis ini juga ditemukan di wilayah Afrika dan Asia lainnya. Sementara penelitian di Eropa menemukan jenislain, yaitu homo sapiens bascilus atau manusia yang sudah bisa berfikir. Sudah bisa diduga bagaimana kesimpulannya : manusia eropa atau berkulit putih lebih pintar dan lebih maju dibandingkan orang Asia atau Afrika. Wajar saja kalau orang Eropa menjadi kaum penjajah, dan orang Asia dan Afrika menjadi kaum terjajah. Karena misi utama penjajahan adalah memper-adabkan manusia pribumi. Itulah contoh sikap hipokrit orang Eropa. Mengatasnamakan kajian ilmiah tetapi maksud utamanya adalah membenarkan penjajahan.
Monstesquieu yang terkenal karena teori Trias Politica-nya malah beranggapan bahwa tidak mungkin Tuhan memberikan ruh kepada orang Negro yang hitam kelam. Dan karena itu musustahil bagi kita untuk bisa berbelaskasihan pada mereka. Mereka hanya cocok menjadi budak budak belian. Rudyar Kipling bahkan menyebut mereka half devil and half child (setengah setan dan setengah kanak-kanak). Jadi penjajahan merupakan tugas orang kulit putih memanusiakan bangsa pribumi. Aduh, kurang ajar betul... Nah, di Indonesia Timur Belanda menemukan etnis kulit hitam yang mirip orang Afrika, mereka menamainya Papua, yang artinya daerah hitam tempat perbudakan. Menurutyan Hasanuddin Malik: “Sayang sekali nama Papua dianggap lebih keren ketimbang nama Irian yang berarti sinar yang menghalau kabut.” [2] Dalam kaitan dengan bagimana umat Islam dalam sejarah, sejak lama penjajah melakukan pendistorsian atas sejarah. Mereka ingin menggambarkan betapa bangsa Indonesia menjadi maju tatkala diperintah raja-raja Hindu dan Budha. Datangnya Islam tidaklah menghapuskan kehinduan mereka. Bahkan dalam kondisi zaman sekarang pun kehinduan itu tetap eksis. Contohnya adalah penulisan sejarah Prabu Siliwangi, raja orang Sunda yang dianggap punya kesaktian luar biasa, dan demi mempertahankan keyakinan hindunya, ia berubah menjadi harimau, sering muncul di hutan larangan yang bernama Hutan Sarongge di gunung Salak, sedangkan keturunannya seperti Suryakancana menguasai gunung Gede, menikahi jin (entah bagaimana wujud manusia ketururunannya yang hasil blasteran manusia dan jin ini), bahkan melalui tapa brata dan ritual-ritual khusus Prabu Siliwangi atau eyang Suryakancana ini bisa diundang datang, mungkin menghadiri resepsi atau syukuran atas maksud-maksud tertentu. Demikian cerita seterusnya berkembang dalam tradisi lisan dan dongeng orang Sunda.
Tahukah anda, dalam buku Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, bersumberkan buku Carita Purwaka Caruban Nagari yang ditulis Pangeran Arya Cirebon (1720), Prabu Siliwangi (PS) ternyata masuk Islam. Ia menikah dengan seorang wanita bernama Nyai Subang Larang, seorang santri putri Syekh Hasanudin yang dikenal sebagai Syekh Qura. Nah dari pernikahannya ini lahirlah tiga orang anak : Walang Sungsang (lk), Nyai Rara Santang (pr), dan Raja Sangara (lk). Nyai Rara Santang dinikahi Maulana Sultan Mahmud atau Syarif Abdullahpun, seorang Arab turunan Bani Ismail, kemudian berputera yang diberi nama Syarif Hidayatullah yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Jadi salah seorang wali sanga itu ternyata cucu PS. Dengan demikian tidaklah benar cerita yang menyatakan PS sebagai seorang Hindu, bahkan rela meninggalkan istananya hanya untuk mempertahankan kehinduannya. Cerita ini sesungguhnya berasal dari penjajah Belanda. Bertujuan mengaburkan peran Islam dalam sejarah bangsa Indonesia karena keengganan menerima kenyataan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara-cara damai, di antaranya melalui pernikahan campuran, hidup penuh sikap toleran bersama-sama umat Hindu serta berpengaruh besar dalam pembentukan tatanan sosial dan kultural bangsa ini.
Alunan Suara Ngaji Qur’an Nyai Subang Larang Meluluhkan Hati Prabu Siliwangi
Pada Tahun 1409 Ki Gedeng Tapa dan anaknya nyai Subang Larang, penguasan Syahbandar Muara Jati Cirebon, menyambut kedatangan pasukan angkatan laut Tiongkok pimpinan Laksamana Muslim Cheng Ho ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo (Dinasti Ming 1363-1644) memimpin misi muhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah dan Nusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000 dengan 62 kapal.
Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukan perampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan bantuan membangun sesuatu yang diperlukan oleh wilayah yang didatanginya. Seperti Cirebon dengan mercusuarnya. Oleh karena itu, kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon. Di Cirebon Laksmana Cheng Ho membangun mercusuar.
Dalam Armada Angkatan Laut Tiongkok itu, rupanya juga diikutsertakan seorang ulama Syekh Hasanuddin adalah putra seorang ulama besar Perguruan Islam di Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaluddin serta Syekh Jalaluddin, ulama besar Makkah masih keturunan dari Sayidina Hussen Bin Sayidina Ali Ra.dan Siti Fatimah putri Rosulullah SAW. Syeh Hasanuddin, seorang ulama yang hafidz Al-qur’an serta ahli Qiro’at yang sangat merdu suaranya untuk mengajar Agama Islam di Kesultanan Malaka,

Makan Syekh Quro ?
Dikisahkan pula bahwa setelah Syekh Hasanuddin menunaikan tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau pulang ke Campa dengan menempuh perjalanan melewati ke daerah Martasinga, Pasambangan, dan Jayapura hingga melalui pelabuhan Muara Jati. Di Muara Jati Syeh Hasanuddin berkunjung kembali ke Ki Gedeng Tapa, Syahbandar Cerbon yang dulu pernah dikunjunginya bersama Laksamana Cheng Ho.
Kedatangan ulama besar yag ahli Qiro’at tersebut, disamping karena perubahan tatanan dunia politik dan ekonomi yang dipengaruhi oleh Islam seperti sangat banyak kapal niaga muslim yang berlabuh di pelabuhan Cirebon, kapal niaga dari India Islam, Timur Tengah Islam dan Cina Islam. memungkinkan tumbuhnya rasa simpati Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon terhadap Islam. Karenanya kedatangan Syekh Hasanuddin disambut baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati yang memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat.
Ketika kunjungan yang cukup lama itu berlangsung, Ki Gedeng Tapa dan anaknya Nyai Subang Larang serta masyarakat Syahbandar Muara Jati merasa tertarik dengan Suara lantunan ayat Qur’an serta ajarannya yang dibawa Syekh Hasanuddin, hingga akhirnya banyak warga yang memeluk Islam.
Penyebaran agama Islam yang disampaikan oleh syekh Hasanuddin di Muara Jati Cirebon, yang merupakan bawahan dari Kerajaan Pajajaran, rupanya sangat mencemaskan raja Pajaran Prabu Anggalarang, sehingga pada waktu itu,penyebaran agama Islam dperintahkan agar dihentikan. Perintah dari Raja Negeri Pajajaran tersebut dipatuhi oleh Syekh Hasanuddin. Beberapa saat kemudian Syekh Hasanuddin mohon diri kepada Ki Gedeng Tapa. Sebagai sahabat, Ki Gedeng Tapa sendiri sangat prihatin atas peristiwa yang menimpa ulama besar itu, Sebab ia pun sebenarnya masih ingin menambah pengetahuannya tentang Agama Islam. Oleh karena itu, sebagai wujud kesungguhannya terhadap agama Islam, putri Ki Gedeng Tapa yang bernama Nyai Subang Karancang atau Nyai Subang Larang dititipkan ikut bersama ulama besar ini untuk belajar mengaji dan Agama Islam di Campa.
Beberapa waktu lamanya berada di Campa, kemudian Syekh Hasanuddin membulatkan tekadnya untuk kembali ke wilayah negeri Pajajaran. Dan untuk keperluan tersebut, maka telah disiapkan dua perahu dagang yang memuat rombongan para santrinya adalah Syekh Abdul Rahman.Syekh Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom.termasuk Nyai Subang Larang.
Sekitar tahun 1416 Masehi, setelah rombongan ini memasuki Laut Jawa, dan Sunda Kelapa lalu memasuki Kali Citarum,yang waktu itu di Kali tersebut ramai dipakai Keluar masuk para pedagang ke Negeri Pajajaran, akhirnya rombongan perahu singgah di Pura Dalam atau Pelabuhan Karawang. dimana kegiatan Pemerintaahan dibawah kewenangan Jabatan Dalem. Karena rombongan tersebut,sangat menjunjung tinggi peraturan kota Pelabuhan,sehingga aparat setempat sangat menghormati dan,memberikan izin untuk mendirikan Mushola ( 1418 Masehi) sebagai sarana Ibadah sekaligus tempat tinggal mereka. Setelah beberapa waktu berada di pelabuahan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan Dakwah-dakwahnya di Mushola yang dibangunya ( sekarang Mesjid Agung Karawang ).dari urainnya mudah dipahami dan mudah diamalkan,ia beserta santrinya juga memberikan contoh pengajian Al-Qur’an menjadi daya tarik tersendiri di sekitar karawang.
Ulama besar ini sering mengumandangkan suara Qorinya yang merdu bersama murid-muridnya,Nyi Subang Larang,Syekh Abdul Rohman,Syekh Maulana Madzkur dan santri lainnya seperti ,Syekh Abdiulah Dargom alias Darugem alias Bentong bin Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi (sayidina Usman bin Affan).karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syeh Hasanuddin yang kemudian masyarakat Pelabuhan Karawang memanggilnya dengan Syekh Quro, rupanya telah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ini tiba di tempat tujuan, rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. Putra Mahkota (yang setelah dilantik menjadi Raja Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi) itu pun mengurungkan niatnya untuk menutup Pesantren Quro, dan tanpa ragu-ragu menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyi Subang Larang yang cantik dan halus budinya.
Pinangan tersebut diterima tapi,dengan syarat mas kawinnya yaitu Lintang Kerti Jejer Seratus yang di maksud itu adalah simbol dari Tasbeh yang merupakan alat untuk berwirid yang berada di Mekkah. permohonan Nyi Subang Larang disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa.Atas petunjuk Syekh Quro,Prabu Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.
Di tanah suci Mekkah, Prabu Pamanah Rasa disambut oleh Syekh Maulana Jafar Sidik. Prabu Pamanah Rasa merasa keget,ketika namanya di ketahui oleh seorang syekh. Dan Syekh itu, bersedia membantu untuk mencarikan Lintang Kerti Jejer Saratus dengan syarat harus mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Sang Prabu Pamanah Rasa mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.yang makna pengakuan pada Allah SWT,sabagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan, Muhammad adalah utusannya.
Semenjak itulah, Prabu Pamanah Rasa masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbeh, mulai dari itu,Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Pajajaran untuk melangsungkan pernikahannya keduanya dengan Nyi Subang Larang waktu terus berjalan maka pada tahun 1422 M, pernikahan di langsungkan di Pesantren Syekh Quro dan dipimpin langsung oleh Syekh Quro. Beberapa lama setelah menikah Prabu Pamanahah Rasa dinobatkan sebagai Raja Pakuan Pajajaran dengan gelar Prabu Siliwangi.
Kerajaan Pakuan Pajajaran biasa disebut kerajaan Pajajaran saja (1482 – 1579 M). Pada masa kejayaannya kerajaan Prabu Pamanah Rasa terkenal dengan sebutan Sri Baduga Maharaja dengan gelar Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai raja pada usia 18 tahun. Meski sudah masuk agama Islam ternyata Prabu Siliwangi tetap menjadikan agama “resmi” kerajaan yang dianut saat itu tetap “Sunda Wiwitan” yakni “ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan”. Konon agama Sunda memang tidak mensyaratkan untuk membangun tempat peribadatan khusus, oleh karena itu maka sisa-sisa peninggalan yang berupa bangunan candi hampir tidak ditemukan di Jawa Barat.
Prabu Siliwangi seorang raja besar dari Pakuan Pajajaran. Putra dari Prabu Anggalarang dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh. Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati. Istri pertama adalah Nyi Ambetkasih, sepupunya sendiri, yang merupakan putri dari Ki Gedeng Sindangkasih, putra ketiga Wastu Kancana dari Mayangsari, yang menjadi raja muda di Surantaka (Sekitar Majalengka sekarang). Dengan pernikahan ini dia ditunjuk menjadi pengganti Ki Gedeng Sindangkasih sebagai raja muda Surantaka. Dari Ambetkasih dia tidak mendapat keturunan. Istri kedua, Nyai Subang Larang putri dari Ki Gedeng Tapa. Istri Ketiga, adalah Kentring Manik Mayang Sunda, adik dari Amuk Murugul. Kentring Manik Mayang Sunda, dinikahkan kepadanya untuk menyatukan kembali kekuasaan Sunda-Galuh yang sempat terpecah menjadi dua. Keturunan Kentring Manik Mayang Sunda dan Prabu Siliwangi inilah yang dianggap paling sah menduduki tahta Pajajaran. Istri keempatnya Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang, seorang panglima perang dari Cina yang menjadi nakhoda kapal Laksamana Cheng Ho.
Pernikahan kedua di Musholla yang senantiasa mengagungkan alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. memang telah membawa hikmah yang besar, dan Syekh Quro memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Sebab para putra-putri yang dikandung oleh Nyai Subang Larang yang muslimah itu, memancarkan sinar IMAN dan ISLAM bagi umat di Negeri Pajajaran. Nyai Subang Larang sebagai isteri kedua seorang raja memang harus berada di Istana Pakuan Pajajaran, dengan tetap memancarkan Cahaya Islamnya.
Perbedaan yang mencolok antara Ibu Subang Larang dengan istri-istri Prabu Siliwangi lainnya adalah keunggulan mendidik anak-anaknya yang mencerminkan sosok ibu yang idealnya seperti seorang ibu bahkan bagi sebagian orang Bogor, Ibu Subang Larang-lah yang biasa disebut dengan nama Ibu Ratu bukan Nyai Roro Kidul seperti yang diyakini sebagian masyarakat.
Hasil dari pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang tersebut mereka dikarunai tiga anak Ideal yaitu: 1.Raden Walangsungsang (1423 Masehi); 2.Nyi Mas Rara Santang ( 1426 Masehi) ; 3.Raja Sangara ( 1428 Masehi).
Melihat kondisi Pakuan Pajajaran yang menganut keyakinan “Sunda Wiwitan” Subang Larang tidak mungkin mengajari Islam putra putrinya sendiri di istana Pakuan Pajajaran. Diizinkan Putra pertama yang laki-laki bernama Raden Walangsungsang setelah melewati usia remaja, maka bersama adiknya yang bernama Nyimas Rara Santang, meninggalkan Istana Pakuan Pajajaran dan mendapat bimbingan dari ulama Syekh nur Kahfi adalah muballigh asal Baghdad memilih pengajian di pelabuhan Muara Jati, yaitu Perguruan Islam Gunung Jati Cirebon. Setelah kakak beradik ini menunaikan ibadah Haji, maka Raden Walangsungsang, dengan restu Prabu Siliwangi menjadi Pangeran Cakrabuana mendirikan kerajaan dibawah Pajajaran dan memimpin pemerintahan Nagari Caruban Larang, Cirebon.
Sedangkan Nyi Mas Rara Santang Di tempat pengajian Gunung Jati Cirebon tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Penerus raja Caruban Larang yang menurut cerita versi Pajajaran beliau yang mendirikan asal muasal kota Cirebon.
Sedangkan Raja Sangara menuntut ilmu Islam mengembara hingga ke Timur Tengah. Kemudian menyebarkan agama Islam di tatar selatan dengan sebutan Prabu Kian Santang (Sunan Rohmat), wafat dan dimakamkan di Godog Suci Garut.
Adapun kegiatan Pesantren Quro, Kemudian para santri yang telah berpengalaman disebarkan ke pelosok pedesaan untuk mengajarkan agama Islam, terutama di daerah Karawang bagian selatan seperti Pangkalan. Demikian juga ke pedesaan di bagian utara Karawang yang berpusat di Desa Pulo Kalapa dan sekitarnya.
Setelah wafat, Syekh Quro dimakamkan di Dusun Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Lokasi makam penyebar agama Islam tertua, yang konon lebih dulu dibandingkan Walisongo tersebut, berada sekitar 30 kilometer ke wilayah timur laut dari pusat kota Lumbung Padi di Jawa Barat itu.
Dalam sebuah dokumen surat masuk ke kantor Desa Pulokalapa tertanggal 5 November 1992, ditemukan surat keterangan bernomor P-062/KB/PMPJA/XII/11/1992 yang dikirim Keluarga Besar Putra Mahkota Pangeran Jayakarta Adiningrat XII. Surat tersebut ditujukan kepada kepala desa, berisi mempertegas keberadaan makam Syekh Quro yang terdapat di wilayah Dusun Pulobata Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemah Abang bukan sekedar petilasan Syekh Quro tetapi merupakan tempat pemakaman Syekh Quro. Selain itu, di Dusun Pulobata juga terdapat satu makam yang diyakini warga Karawang sebagai makam Syekh Bentong atau Syekh Darugem, yang merupakan salah seorang santri utama Syekh Quro.[3]
Silsilah Prabu Siliwangi ;
(12) Prabu Siliwangi (11) Prabu Anggalarang, (10) Prabu Mundingkati (9) Prabu Banyakwangi (8) Banyaklarang (7) Prabu Susuk tunggal (6) Prabu Wastukencana (5) Prabu Linggawesi (4) Prabu Linggahiyang (3) Sri Ratu Purbasari (2) Prabu Ciungwanara (1) Maharaja Adimulia.
Menelusuri Jejak Nyi Subang Larang, Istri Prabu Siliwangi
Usep Husaeni dari Koran Radar Bandung menulis: Kawasan Teluk Agung yang terletak di Desa Nanggerang Kecamatan Binong Kabupaten Subang ramai para pejabat tinggi negara pada Kamis lalu (30/6, 2013).
Nyi Subang Larang Pernah Berguru pada Qyeikh Qurra’ dan Mendirikan Pesantren Besar di Kawasan Teluk Agung yang terletak di Desa Nanggerang Kecamatan Binong Kabupaten Subang. Tempat yang awalnya sepi mendadak ramai dikunjungi orang-orang dan para pejabat tinggi negara pada Kamis lalu (30/6). Ternyata, kawasan yang juga dikenal Astana Panjang atau Muara Jati ini merupakan saksi sejarah riwayat perjalanan hidup seorang tokoh legendaris wanita tatar Pasundan (kini Jawa Barat—red) pada sekitar abad 16-17 masehi yang juga merupakan istri Prabu Siliwangi, yakni Nyi Subang Larang.
Uniknya, ternyata istri Prabu Siliwangi ini seorang Muslimah dan pendiri pesantren besar di masanya. Berdasarkan data-data sejarah, di kawasan ini pula Nyi Subang Larang diyakini dimakamkan. Bagaimana sesungguhnya sosok Nyi Subang Larang ini?
Berdasarkan riwayat sejarah, Nyi Subang Larang merupakan putri Ki Gedeng Tapa yang merupakan pendiri Kerajaan Japura yang pernah mendapat cinderamata berupa mercusuar dari Laksaman Ceng Ho, pemimpin pasukan Kerajaan dari negeri China. Nyi Subang Larang bernama asli Kubang Kencana Ningrum. Ketika beliau berguru kepada seorang tokoh penyebar Islam dari Pulau Bata Kabupaten Karawang, Syeikh Qurra’, namanya kemudian diganti oleh Syeikh Qurra’ menjadi “Sub Ang” yang bermakna “Pahlawan Berkuda”.
“Subang Larang merupakan satu dari dua tokoh srikandi atau pejuang (pahlawan) wanita Tatar Sunda pada masa itu dimana beliau merupakan figur seorang muslimah (penganut agama Islam—red). Beliau merupakan murid Syeikh Qurra’ yang juga tokoh penyebar Islam setingkat wali yang menyebarkan Islam di wilayah Karawang. Tokoh srikandi lainnya adalah Dewi Parwati”, papar sesepuh Kabuyutan dari Bogor, Abah H. Dasep Arifin pada acara penemuan situs Subang Larang di Desa Nanggerang Kecamatan Binong, Kamis lalu (30/6).
Sepulangnya berguru kepada Syeikh Qurra’, Nyi Subang Larang lantas mendirikan pesantren besar bernama “Kobong Amparan Alit” di kawasan Teluk Agung yang kini berada dilingkungan Desa Nanggerang Kecamatan Binong. Belakangan nama “Kobong Amparan Alit” berubah menjadi “Babakan Alit” yang juga berada di sekitar kawasan Teluk Agung Desa Nanggerang.
Selanjutnya, Nyi Subang Larang menikah dengan Pamanah Rasa yang bergelar Prabu Siliwangi dan melahirkan beberapa orang keturunan yang kelak menjadi orang-orang besar, diantaranya Raden Kian Santang yang bergelar Pangeran Cakra Buana yang merupakan pendiri cikal bakal Kerajaan Cirebon. Raden Kian Santang sendiri merupakan seorang muslim sekaligus tokoh penyebar Islam. Demikian halnya, kerajaan Sumedang Larang, Pakuan Pajajaran dan kerajaan Sunda lainnya tidak mungkin dilepaskan dari perjalanan Nyi Subang Larang.
“Tidak akan ada Cirebon, kalau tidak ada Nyi Subang Larang. Sebab sejarah tatar Sunda tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan hidup seorang Subang Larang”, ujar Abah Dasep.
Pada saat menikah dengan Prabu Siliwangi, Subang Larang lantas diboyong oleh sang suami untuk tinggal di Bogor yang ketika itu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran. Namun, meskipun tinggal di Bogor, Subang Larang kerap mengunjungi pesantrennya di kawasan Teluk Agung yang sekarang terletak di Desa Nanggerang Kecamatan Binong. Dan ketika beliau wafat, jasad atau layon-nya kemudian dibawa oleh para abdi dalemnya untuk dimakamkan di kawasan Teluk Agung tersebut. Di antara abdi dalem yang membawa jasad Nyi Subang Larang adalah tokoh yang kini dimakamkan di kawasan makam keramat Gelok yang terletak di Kp. Cipicung Desa Kosambi Kecamatan Cipunagara Subang.
“Berdasarkan bukti dan penuturan sejarah yang saya terima, maka saya berkeyakinan bahwa di kawasan Teluk Agung Desa Nanggerang inilah Nyi Subang Larang pernah hidup, mendirikan pesantren besar dan dimakamkan di akhir hayatnya. Karena itu, situs bersejarah Subang Larang ini merupakan asset bangsa yang sangat berharga dan tiada ternilai, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan oleh semua pihak”, pungkas H. Dasep.
Berkaitan dengan penemuan situs Subang Larang ini pula, Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar siap mengucurkan anggaran 500 juta rupiah untuk revitalisasi dan pemeliharaan kawasan situs serta pemberdayaan ekonomi warga sekitar.
“Pemprov Jabar siap kucurkan anggaran 500 juta rupiah untuk revitalisasi dan pemeliharaan kawasan situs Subang Larang”, ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Herdiwan.[4]***
Kisah Cinta Prabu Siliwangi dan Nyi Subang Larang[5]
Pada Tahun 1409 Ki Gedeng Tapa dan anaknya Nyai Subang Larang, penguasan Syahbandar Muara Jati Cirebon, menyambut kedatangan pasukan angkatan laut Tiongkok pimpinan Laksamana Muslim Cheng Ho ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo (Dinasti Ming 1363-1644) memimpin misi muhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah dan Nusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000 dengan 62 kapal.
Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukan perampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan bantuan membangun sesuatu yang diperlukan oleh wilayah yang didatanginya. Seperti Cirebon dengan mercusuarnya. Oleh karena itu, kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon. Di Cirebon Laksmana Cheng Ho membangun mercusuar.
Dalam Armada Angkatan Laut Tiongkok itu, rupanya juga diikutsertakan seorang ulama Syekh Hasanuddin adalah putra seorang ulama besar Perguruan Islam di Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaluddin serta Syekh Jalaluddin, ulama besar Makkah masih keturunan dari Sayidina Hussen Bin Sayidina Ali Ra.dan Siti Fatimah putri Rosulullah SAW. Syeh Hasanuddin, seorang ulama yang hafidz Al-qur’an serta ahli Qiro’at yang sangat merdu suaranya untuk mengajar Agama Islam di Kesultanan Malaka,
Dikisahkan pula bahwa setelah Syekh Hasanuddin menunaikan tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau pulang ke Campa dengan menempuh perjalanan melewati ke daerah Martasinga, Pasambangan, dan Jayapura hingga melalui pelabuhan Muara Jati. Di Muara Jati Syeh Hasanuddin berkunjung kembali ke Ki Gedeng Tapa, Syahbandar Cerbon yang dulu pernah dikunjunginya bersama Laksamana Cheng Ho.
Kedatangan ulama besar yag ahli Qiro’at tersebut, disamping karena perubahan tatanan dunia politik dan ekonomi yang dipengaruhi oleh Islam seperti sangat banyak kapal niaga muslim yang berlabuh di pelabuhan Cirebon, kapal niaga dari India Islam, Timur Tengah Islam dan Cina Islam. memungkinkan tumbuhnya rasa simpati Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon terhadap Islam. Karenanya kedatangan Syekh Hasanuddin disambut baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati yang memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat.
Ketika kunjungan yang cukup lama itu berlangsung, Ki Gedeng Tapa dan anaknya Nyai Subang Larang serta masyarakat Syahbandar Muara Jati merasa tertarik dengan Suara lantunan ayat Qur’an serta ajarannya yang dibawa Syekh Hasanuddin, hingga akhirnya banyak warga yang memeluk Islam.
Penyebaran agama Islam yang disampaikan oleh syekh Hasanuddin di Muara Jati Cirebon, yang merupakan bawahan dari Kerajaan Pajajaran, rupanya sangat mencemaskan raja Pajaran Prabu Anggalarang, sehingga pada waktu itu,penyebaran agama Islam dperintahkan agar dihentikan. Perintah dari Raja Negeri Pajajaran tersebut dipatuhi oleh Syekh Hasanuddin. Beberapa saat kemudian Syekh Hasanuddin mohon diri kepada Ki Gedeng Tapa. Sebagai sahabat, Ki Gedeng Tapa sendiri sangat prihatin atas peristiwa yang menimpa ulama besar itu, Sebab ia pun sebenarnya masih ingin menambah pengetahuannya tentang Agama Islam. Oleh karena itu, sebagai wujud kesungguhannya terhadap agama Islam, putri Ki Gedeng Tapa yang bernama Nyai Subang Karancang atau Nyai Subang Larang dititipkan ikut bersama ulama besar ini untuk belajar mengaji dan Agama Islam di Campa.
Beberapa waktu lamanya berada di Campa, kemudian Syekh Hasanuddin membulatkan tekadnya untuk kembali ke wilayah negeri Pajajaran. Dan untuk keperluan tersebut, maka telah disiapkan dua perahu dagang yang memuat rombongan para santrinya adalah Syekh Abdul Rahman.Syekh Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom.termasuk Nyai Subang Larang.
Sekitar tahun 1416 Masehi, setelah rombongan ini memasuki Laut Jawa, dan Sunda Kelapa lalu memasuki Kali Citarum, yang waktu itu di Kali tersebut ramai dipakai Keluar masuk para pedagang ke Negeri Pajajaran, akhirnya rombongan perahu singgah di Pura Dalam atau Pelabuhan Karawang. Di mana kegiatan Pemerintaahan dibawah kewenangan Jabatan Dalem. Karena rombongan tersebut, sangat menjunjung tinggi peraturan kota Pelabuhan, sehingga aparat setempat sangat menghormati dan,memberikan izin untuk mendirikan Mushola ( 1418 Masehi) sebagai sarana Ibadah sekaligus tempat tinggal mereka. Setelah beberapa waktu berada di pelabuahan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwah-dakwahnya di Mushola yang dibangunya (sekarang Mesjid Agung Karawang), dari urainnya mudah dipahami dan mudah diamalkan, ia beserta santrinya juga memberikan contoh pengajian Al-Qur’an menjadi daya tarik tersendiri di sekitar karawang.
Ulama besar ini sering mengumandangkan suara Qorinya yang merdu bersama murid-muridnya,Nyi Subang Larang, Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur dan santri lainnya seperti, Syekh Abdiulah Dargom alias Darugem alias Bentong bin Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi (Sayidina Usman bin Affan).karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syeh Hasanuddin yang kemudian masyarakat Pelabuhan Karawang memanggilnya dengan Syekh Quro, rupanya telah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ini tiba di tempat tujuan, rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. Putra Mahkota (yang setelah dilantik menjadi Raja Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi) itu pun mengurungkan niatnya untuk menutup Pesantren Quro, dan tanpa ragu-ragu menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyi Subang Larang yang cantik dan halus budinya.
Pinangan tersebut diterima tapi,dengan syarat mas kawinnya yaitu Lintang Kerti Jejer Seratus yang di maksud itu adalah simbol dari Tasbeh yang merupakan alat untuk berwirid yang berada di Mekkah. Permohonan Nyi Subang Larang disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa.Atas petunjuk Syekh Quro,Prabu Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.
Di tanah suci Mekkah, Prabu Pamanah Rasa disambut oleh Syekh Maulana Jafar Sidik. Prabu Pamanah Rasa merasa keget, ketika namanya di ketahui oleh seorang syekh. Dan Syekh itu, bersedia membantu untuk mencarikan Lintang Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Sang Prabu Pamanah Rasa mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.yang makna pengakuan pada Allah SWT,sabagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan, Muhammad adalah utusannya.
Semenjak itulah, Prabu Pamanah Rasa masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbeh, mulai dari itu,Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Pajajaran untuk melangsungkan pernikahannya keduanya dengan Nyi Subang Larang waktu terus berjalan maka pada tahun 1422 M,pernikahan di langsungkan di Pesantren Syekh Quro dan dipimpin langsung oleh Syekh Quro. Beberapa lama setelah menikah Prabu Pamanahah Rasa dinobatkan sebagai Raja Pakuan Pajajaran dengan gelar Prabu Siliwangi.
Kerajaan Pakuan Pajajaran biasa disebut kerajaan Pajajaran saja (1482 – 1579 M). Pada masa kejayaannya kerajaan Prabu Pamanah Rasa terkenal dengan sebutan Sri Baduga Maharaja dengan gelar Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai raja pada usia 18 tahun. Meski sudah masuk agama Islam ternyata Prabu Siliwangi tetap menjadikan agama “resmi” kerajaan yang dianut saat itu tetap “Sunda Wiwitan” yakni “ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan”. Konon agama Sunda memang tidak mensyaratkan untuk membangun tempat peribadatan khusus, oleh karena itu maka sisa-sisa peninggalan yang berupa bangunan candi hampir tidak ditemukan di Jawa Barat.
Prabu Siliwangi seorang raja besar dari Pakuan Pajajaran. Putra dari Prabu Anggalarang dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh. Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati. Istri pertama adalah Nyi Ambetkasih, sepupunya sendiri, yang merupakan putri dari Ki Gedeng Sindangkasih, putra ketiga Wastu Kancana dari Mayangsari, yang menjadi raja muda di Surantaka (Sekitar Majalengka sekarang). Dengan pernikahan ini dia ditunjuk menjadi pengganti Ki Gedeng Sindangkasih sebagai raja muda Surantaka.
Dari Ambetkasih dia tidak mendapat keturunan. Istri kedua,Nyai Subang Larang putri dari Ki Gedeng Tapa. Istri Ketiga, adalah Kentring Manik Mayang Sunda, adik dari Amuk Murugul. Kentring Manik Mayang Sunda, dinikahkan kepadanya untuk menyatukan kembali kekuasaan Sunda-Galuh yang sempat terpecah menjadi dua. Keturunan Kentring Manik Mayang Sunda dan Prabu Siliwangi inilah yang dianggap paling sah menduduki tahta Pajajaran. Istri keempatnya Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang, seorang panglima perang dari Cina yang menjadi nakhoda kapal Laksamana Cheng Ho.
Pernikahan kedua di Musholla yang senantiasa mengagungkan alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. memang telah membawa hikmah yang besar, dan Syekh Quro memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Sebab para putra-putri yang dikandung oleh Nyai Subang Larang yang muslimah itu, memancarkan sinar IMAN dan ISLAM bagi umat di Negeri Pajajaran. Nyai Subang Larang sebagai isteri kedua seorang raja memang harus berada di Istana Pakuan Pajajaran, dengan tetap memancarkan Cahaya Islamnya.
Perbedaan yang mencolok antara Ibu Subang Larang dengan istri-istri Prabu Siliwangi lainnya adalah keunggulan mendidik anak-anaknya yang mencerminkan sosok ibu yang idealnya seperti seorang ibu bahkan bagi sebagian orang Bogor, Ibu Subang Larang-lah yang biasa disebut dengan nama Ibu Ratu bukan Nyai Roro Kidul seperti yang diyakini sebagian masyarakat.
Hasil dari pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang tersebut mereka dikarunai tiga anak Ideal yaitu: 1.Raden Walangsungsang ( 1423 Masehi) ; 2.Nyi Mas Rara Santang (1426 Masehi) ; 3.Raja Sangara (1428 Masehi).
Melihat kondisi Pakuan Pajajaran yang menganut keyakinan “Sunda Wiwitan” Subang Larang tidak mungkin mengajari Islam putra putrinya sendiri di istana Pakuan Pajajaran. Diizinkan Putra pertama yang laki-laki bernama Raden Walangsungsang setelah melewati usia remaja, maka bersama adiknya yang bernama Nyimas Rara Santang, meninggalkan Istana Pakuan Pajajaran dan mendapat bimbingan dari ulama Syekh nur Kahfi adalah muballigh asal Baghdad memilih pengajian di pelabuhan Muara Jati, yaitu Perguruan Islam Gunung Jati Cirebon. Setelah kakak beradik ini menunaikan ibadah Haji, maka Raden Walangsungsang, dengan restu Prabu Siliwangi menjadi Pangeran Cakrabuana mendirikan kerajaan dibawah Pajajaran dan memimpin pemerintahan Nagari Caruban Larang, Cirebon.
Sedangkan Nyi Mas Rara Santang Di tempat pengajian Gunung Jati Cirebon tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Penerus raja Caruban Larang yang menurut cerita versi Pajajaran beliau yang mendirikan asal muasal kota Cirebon.
Sedangkan Raja Sangara menuntut ilmu Islam mengembara hingga ke Timur Tengah. Kemudian menyebarkan agama Islam di tatar selatan dengan sebutan Prabu Kian Santang (Sunan Rohmat), wafat dan dimakamkan di Godog Suci Garut.
Adapun kegiatan Pesantren Quro, Kemudian para santri yang telah berpengalaman disebarkan ke pelosok pedesaan untuk mengajarkan agama Islam, terutama di daerah Karawang bagian selatan seperti Pangkalan. Demikian juga ke pedesaan di bagian utara Karawang yang berpusat di Desa Pulo Kalapa dan sekitarnya.
Setelah wafat, Syekh Quro dimakamkan di Dusun Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Lokasi makam penyebar agama Islam tertua, yang konon lebih dulu dibandingkan Walisongo tersebut, berada sekitar 30 kilometer ke wilayah timur laut dari pusat kota Lumbung Padi di Jawa Barat itu.
Dalam sebuah dokumen surat masuk ke kantor Desa Pulokalapa tertanggal 5 November 1992, ditemukan surat keterangan bernomor P-062/KB/PMPJA/ XII/11/1992 yang dikirim Keluarga Besar Putra Mahkota Pangeran Jayakarta Adiningrat XII. Surat tersebut ditujukan kepada kepala desa, berisi mempertegas keberadaan makam Syekh Quro yang terdapat di wilayah Dusun Pulobata Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemah Abang bukan sekedar petilasan Syekh Quro tetapi merupakan tempat pemakaman Syekh Quro. Selain itu, di Dusun Pulobata juga terdapat satu makam yang diyakini warga Karawang sebagai makam Syekh Bentong atau Syekh Darugem, yang merupakan salah seorang santri utama Syekh Quro.
Silsilah Prabu Siliwangi:
(12) Prabu Siliwangi (11) Prabu Anggalarang, (10) Prabu Mundingkati (9) Prabu Banyakwangi (8) Banyaklarang (7) Prabu Susuk tunggal (6) Prabu Wastukencana (5) Prabu Linggawesi (4) Prabu Linggahiyang (3) Sri Ratu Purbasari (2) Prabu Ciungwanara (1) Maharaja Adimulia.
‘Mahkota Emas Raja Pajajaran dan perlengkapannya yang masih tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.
Setelah Pakuan berhasil dihancurkan oleh Pasukan Banten, para keturunan, pejabat-pejabat kerajaan dan pengikut mengungsi ke Sumedang yang jaraknya sekitar 150 kilometer dari ibukota Pajajaran tersebut. Dengan membawa serta mahkota dan pusaka-pusaka kerajaan, kedatangan mereka disambut oleh Prabu Geusan Ulun, Raja dari Sumedanglarang.
Hingga kini keberadaan mahkota, pusaka, perlengkapan, barang-barang serta artefak peninggalan kerajaan Pajajaran yang berhasil diselamatkan dari serangan pasukan Banten masih bisa dilihat di Museum Prabu Geusan Ulun di Sumedang.
Pola kepemimpinan Prabu Siliwangi
Rubiyana di dalam blognya menulis: ”Di tengah krisis kepemimpinan di Nusantara saat ini, teringat akan sosok seorang raja Sunda yang kharismanya sampai menembus ranah sejarah, mitologi, sampai dengan ontologi. Begitu dikaguminya beliau sampai-sampai ada sebagian kalangan yang menantikan kehadiran kembali beliau. Namanya bahkan diabadikan dalam nama jalan,universitas,kodam (komando daerah militer),stadion. Siapa beliau? Beliau adalah Prabu Siliwangi (Siliwangi sebenarnya bukan nama seseorang, tapi gelar raja Sunda, sebagaimama Brawijaya di Majapahit).[6]
Pada tahun 1987 Drs Saleh Danasasmita dkk. menerbitkan buku alih bahasa dari Sang Hyang Siksa Kanda’ng Karesian (selanjutnya disingkat SSKK), sebuah naskah kuno yang sedikit menyingkap sejarah masa lalu tanah Pasundan. Ditulis dengan aksara Sunda kuna pada 7 lembar daun lontar yang bertitimangsa 1518 M sedangkan penulisnya tidak diketahui. Naskah aslinya dapat ditemui di Museum Nasional no. Kropak 630.
Dalam SSKK tertulis sebuah paradigma kepemimpinan yang disebut ‘Parigeuing’. Menurut naskah tersebut, kepemimpinan akan berkaitan dengan tugas dan fungsi pemimpin,kemampuan management dan karakter pemimpin. Di dalamnya disebutkan bahwa tugas pemimpin adalah “ngertakeun bumi lamda” yang artinya mensejahterakan semesta dunia kehidupan.
Pemimpin berdasarkan fungsi kedudukannya adalah ‘Tri Tangtu di buana’ yang berarti tiga ketentuan/yang menentukan di dunia, dikenal juga dengan pola SITUMANG (yang dilambangkan dengan anjing) sebuah akronim dari Resi-Ratu-Rama-Hyang, sebuah pola yang menjadi cikal bakal sistem kerajaan/keratuan/keraton di dunia dimana berlaku Tri Tantu dio Buana (semacam Trias Politica khas asli Sunda).
Resi: legislatif, perwakilan daerah, para cendekiawan, tempatnya disebut karesian/kedatukan/kedaton
Rama: yudikatif, mengatur hukum dan keamanan,tempatnya disebut keramat
Ratu: eksekutif, pemimpin pemerintahan tempatnya disebut keratuan/keraton
(Sistem pemerintahan Nusantara pada jaman dahulu mirip seperti sistem persemakmuran Inggris saat ini, dimana ada kerajaan induk membawahi kerajaan-kerajaan yang otonom. Kerajaan induk berpindah sesuai masa dan kecakapan pemimpinnya)
Dalam SSKK disebutkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengatur dengan menjalankan azas Dasa Pasanta, artinya sepuluh panenang yang berarti cara memberi perintah yang baik agar orang yang diberi perintah bisa menjalankan tugasnya dengan optimal, yang diantaranya:
- Guna, yaitu suatu perintah harus jelas manfaat dan kegunaannya
- Ramah, memberi perintah harus dengan santun
- Hook, perintah harus disertai dengan penghargaan terhadap yang diperintah.
- Pesok, perintah harus bisa menimbulkan kebanggaan dan kepercayaan diri bagi yang diperintahnya, sehingga muncul motivasi dalam menjalankannya.
- Asih, setiap memberi perintah harus dilakukan penuh kasih saying.
- Karunia, perintah harus terasa sebagai wujud kasih sayang atau kepercayaan dari pemimpin kepada yang diperintah.
- Mukpruk, pemimpin harus mampu menentramkan hati para bawahannya, sehingga merasa nyaman dan memiliki semangat kerja yang tinggi.
- Ngulas, pemimpin selalu melakukan evaluasi setiap hasil pekerjaan dan memberikan koreksi dengan santun terhadap hasil pekerjaan yang kurang memuaskan.
- Nyecep, pemimpin harus memberi perhatian baik berupa moral maupun material.
- Ngala angen, pemimpin mampu memberikan pengaruh yang baik.
Konsep Dasa pasanta berjalan berdasarkan kualitas hubungan antar manusia, dimana pemimpin bersifat melayani bukan ingin dilayani.
Seorang pemimpin untuk mampu menjalankan Dasa Pasanta harus memiliki karakter kepemimpinan yang disebut ‘Pangimbuhning Twah’, ada 12 unsur di dalamnya, yaitu:
1. Emet : hemat
2. Imeut : teliti/cermat
3. Rajeun : rajin
4. Leukeun : tekun
5. Paka pradana : beretika
6. Morogol-rogol : beretos kerja
7. Purusa ning sa : berjiwa pahlawan
8. Widagda : bijaksana
9. Gapitan : berprinsip,berintegritas
10. Karawaleya : dermawan
11. Cingceung : gesit,cekatan
12. Langsitan : multitalenta
[1] https://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/06/20/prabu-siliwangi-adalah-muslim/
- https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/temuan-perabotan-nyi-subang-larang-di-kebun-jati-di-subang/
- https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/menelusuri-jejak-nyi-subang-larang-istri-prabu-siliwangi/
- https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/alunan-suara-nyai-subang-larang-yang-meluluhkan-keras-hatinya-prabu-siliwangi/
- https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/menelusuri-jejak-nyi-subang-larang-istri-prabu-siliwangi/
- https://ahmadsamantho.wordpress.com/2014/10/24/hubungan-kekerabatan-keluarga-prabu-siliwangi-dengan-raden-wijaya-majapahit-dan-keturunannya-yang-ada-sekarang-ahmad-yanuana-samantho/
- https://ahmadsamantho.wordpress.com/2014/02/01/16406/
- http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/282556/20131123200729-mengintip-makam-kramat-ratu-galuh-di-kebun-raya-bogor-002-debby-restu-utomo.html
[2] (http://yanhasanudinmalik. blogspot.com/2010/05/meluruskan-sejarah-1.html)
[3] Sumber:
- http://groups.yahoo.com/group/bmg2006_sukses/message/3107
- http://www.pelitakarawang.com/2010/03/sekilas-sejarah-makam-syekh-quro.html
- http://indo.hadhramaut.info/view/1941.aspx
- http://su.wikipedia.org/wiki/Obrolan:Prabu_Siliwangi
- http://www.forumbebas.com/printthread.php?tid=20951
- http://www.asalcageur.co.cc/2009/06/sejarah-sunda-bagian-6.htm
[4] Sumber http://www.radarbandung.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=59642
[5] Dirangkum dari Sumber:
http://groups.yahoo.com/group/bmg2006_sukses/message/3107
http://www.pelitakarawang.com/2010/03/sekilas-sejarah-makam-syekh-quro.html
http://indo.hadhramaut.info/view/1941.aspx
http://su.wikipedia.org/wiki/Obrolan:Prabu_Siliwangi
http://www.forumbebas.com/printthread.php?tid=20951
http://www.asalcageur.co.cc/2009/06/sejarah-sunda-bagian-6.htm
[6] http://nayabiru.mywapblog.com/pola-kepemimpinan-prabu-siliwangi.xhtml
Syekh Quro, Guru Ngaji Nyi Subang Larang dan Prabu Siliwangi
Syekh Quro Karawang “QUROTUL ‘AIN”
Keberadaan di Karawang
Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah berada di Pelabuhan Bunut Kertayasa ( Kampung Bunut Kelurahan Karawang Kulon Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang sekarang ini ). Di Karawang dikenal sebagai Syekh Quro karena dia adalah seorang yang hafal Al-Quran (hafidz) dan sekaligus qori yang bersuara merdu. Sumber lain mengatakan bahwa Syekh Quro datang di Jawa tepatnya di Karawang pada 1418 Masehi dengan menumpang armada Laksamana Cheng Ho yang diutus Kaisar Tiongkok Cheng Tu atau Yung Lo (raja ketiga jaman Dinasti Ming). Tujuan utama perjalanan Cheng Ho ke Jawa dalam rangka menjalin persahabatan dengan raja-raja tetangga Tiongkok di seberang lautan. Armada tersebut membawa rombongan prajurit 27.800 orang yang salah satunya terdapat seorang ulama yang hendak menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Mengingat Cheng Ho seorang muslim, permintaan Syekh Quro beserta pengiringnya menumpang kapalnya dikabulkan. Syekh Quro beserta pengiringnya turun di pelabuhan Pura Dalem Karawang, sedangkan armada Tiongkok melanjutkan perjalanan dan berlabuh di Pelabuhan Muara Jati Cirebon.
Di Kabupaten Karawang pada tahun 1340 Saka (1418 M) mendirikan pesantren dan sekaligus masjid di Pelabuhan Bunut Kertayasa, Karawang Kulon Karawang Barat sekarang, diberi nama Pondok Quro yang artinya tempat untuk belajar Al Quran.
Syekh Quro adalah penganut Mahzhab Hanafi (?), yang datang bersama para santrinya antara lain : Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur, dan Nyai Subang Larang. Syekh Quro kemudian menikah dengan Ratna Sondari putrinya dari Ki Gedeng Karawang dan lahir seorang putra yang bernama Syekh Akhmad yang menjadi penghulu pertama di Karawang. Syekh Quro juga memiliki salah satu santri yang sangat berjasa dalam menyebarkan ajaran Agama Islam di Karawang yaitu bernama Syech Abdiulah Dargom alias Syech Darugem bin Jabir Modafah alias Syech Maghribi keturunan dari Sayyidina Usman bin Affan r. a. Yang kelak disebut dengan nama Syekh Bentong alias Tan Go. Syekh Bentong memiliki seorang istri yang bernama Siu Te Yo dan dia mempunyai seorang putri yang diberi nama Siu Ban Ci.
Keterkaitan Syekh Quro dengan Raden Pamanah Rasa
Keterkaitan Syekh Quro dengan Raden Patah
Keterkaitan Syekh Quro dengan Syekh Nurjati
Referensi
- Syehk Quro Karawang Disparbud Prov. Jabar
- Biografi Syekh Nurjati IAIN Cirebon
- Sejarah Makam Syekh Quro Lemah Gandu
- Biografi Syekh Nurjati H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah, M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon : Zulfana Cierbon
Kisah Para Wali Ulama Islam dan Trah Pajajaran
Kisah Makam Keramat Istri Kedua Prabu Siliwangi, Nyi Kentring Manik di Tengah Kebun Raya Bogor
Pusara Makam Ratu Galuh, istri Prabu Siliwangi (Dewi/detikTravel)
Dewi Kania – dari media online detikTravel Bogor menulis – “Siapa sangka, bahwa di tengah objek wisata Kebun Raya Bogor rada sebuah kuburan yang dikeramatkan. Inilah makam yang diyakini sebagai Ratu Galuh, istri Prabu Siliwangi. Seperti apa kisahnya?”
Jika mendengar kata makam, kadang terbayang kesan mistis atau keramat. Di kawasan kompleks Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, terdapat sebuah makam keramat. Di dalam area makam tersebut diyakini terdapat makam Ratu Galuh Mangkualam yang merupakan istri kedua dari Prabu Siliwangi.
Abdurrahman, sang penjaga makam menceritakan sedikit sejarah makam ini kepada detikTravel saat mengunjungi lokasi, Rabu (1/5/2013) kemarin. Menurut dia, makam Ratu Galuh ini ada sejak 600 tahun lalu. Situs makam ini ditemukan pada tahun 1946 oleh H Rahmat yang tidak lain adalah ayahanda dari Abdurrahman sang juru kunci.
Dulunya, kondisi makam ini belum bagus seperti sekarang. Makam mulai ditata dengan rapi pada tahun 1978 oleh nenek Abdurrahman yang menurut pengakuannya adalah keturunan Brawijiya. Makam tersebut tidak pernah sepi pengunjung, baik itu untuk berwisata ataupun berziarah.
Lokasi makam tersebut berdekatan dengan Jembatan Gantung yang merupakan salah satu ikon Kebun Raya Bogor. Dari tahun ke tahun pengunjung yang datang terus bertambah dengan tujuan yang sama yaitu berziarah ke makam Ratu Galuh.
“Pengunjung makam ini asalnya dari sekitar Kota Bogor, tapi ada juga turis asing yang tahu sejarah makam ini sering datang,” tutur Abdurrahman.
Seperti yang dikatakan Nadi, peziarah asal Bogor, ia datang kesini sudah sering mengajak keluarga serta teman untuk berdoa di makam Ratu Galuh. Ada juga Muhtadin, pengunjung lain yang sengaja datang bersama rekan-rekannya dari Jakarta Pusat.
Makam Ratu Galuh Mangku Alam (Kentring Manik)
Tampak depan pintu masuk area makam Ratu Galuh
di Kebun Raya Bogor (Foto: Dewi/detikTravel)
Sumber gambar: http://www.kotabogor.go.id/pariwisata/sejarah-bogor
Lokasi Makam Ratu Galuh Mangku Alam berada di dalam kompleks Kebun Raya Bogor, di dekat Jembatan Merah yang melintas di atas Kali Ciliwung. Sosok Ratu Galuh dipercayai sebagai istri Sri Baduga Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran.
Di dalam kompleks yang sama terdapat makam Mbah Japra, panglima perang Prabu Siliwangi, serta makam Mbah Baul, patih Prabu Siliwangi. Keberadaan tiga makam itu dijadikan semacam bukti akan adanya Kerajaan Pajajaran di wilayah Bogor.
Kompleks Makam Ratu Galuh telah dilindungi pagar besi berwarna hijau dan diberi pintu. Makam Ratu Galuh berada paling dekat dengan pintu pagar, dimana terdapat tempat bersimpuh berlapis keramik yang cukup lega. Pada nisan makamnya terdapat mahkota berwarna keemasan, menandai statusnya sebagai seorang ratu.
Makam Mbah Japra berada di lokasi yang lebih tinggi, dengan nisan berbentuk trisula dan tameng, menandai perannya sebagai panglima perang. Sedangkan makam Mbah Baul, yang posisinya tidak sejajar dengan kedua makam yang lain, berhias tangkai cangkul dan nasi tumpeng, mungkin sebagai penanda bahwa tugas patih adalah memakmurkan rakyatnya.
Pengunjung biasanya ditanya oleh juru kunci akan maksud kedatangannya. Juru kunci Makam Ratu Galuh adalah Abdurrahman (47), dengan perawat makam bernama Atmawijaya dan Ugan. Konon dahulunya di area Kebun Raya Bogor terdapat Taman Sipatahunan, semacam taman sari dari Kerajaan Galuh Pakuan.
Kisah Para Wali Islam dan Trah Pajajaran[1]
- Syekh Jumadil Kubro
Syekh Jumadil Qubro adalah tokoh yang sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah (Persia/Iran). Terdapat beberapa versi babad yang meyakini bahwa ia adalah keturunan ke-10 dari Husain bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Martin van Bruinessen (1994) menyatakan bahwa ia adalah tokoh yang sama dengan Jamaluddin Akbar (lihat keterangan Syekh Maulana Akbar di bawah).
Sebagian babad berpendapat bahwa Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudera Pasai. Dengan demikian, beberapa Walisongo yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya; sedangkan Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah cicitnya. Hal tersebut menyebabkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis Uzbek yang dominan di Asia Tengah, selain kemungkinan lainnya yaitu etnis Persia, Gujarat, ataupun Hadramaut.
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.[2]
Makam Mbah Dalem, di Batutulis Bogor Juga diyakini sebagai “maqam” (tempat petilasan Tafakurnya dan Musholanya Syekh Jumadil Qubro dan murid-muridnya).
- Syekh Maulana Akbar
Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syekh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan hyper-correct atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.[3]
Silsilah Syekh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari Nabi Muhammad SAW umumnya dinyatakan sebagai berikut: Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).
Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syekh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar (dinamakan masyarakat setempat makam Kramat Mekkah), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.
- Syekh Quro
Syekh Quro adalah pendiri pesantren pertama di Jawa Barat, yaitu pesantren Quro di Tanjungpura, Karawang pada tahun 1428.[4]
Nama aslinya Syekh Quro ialah Hasanuddin. Beberapa babad menyebutkan bahwa ia adalah muballigh (penyebar agama} asal Mekkah, yang berdakwah di daerah Karawang. Ia diperkirakan datang dari Champa atau kini Vietnam selatan. Sebagian cerita menyatakan bahwa ia turut dalam pelayaran armada Cheng Ho, saat armada tersebut tiba di daerah Tanjung Pura, Karawang.
Syekh Quro sebagai guru dari Nyai Subang Larang, anak Ki Gedeng Tapa penguasa Cirebon. Nyai Subang Larang yang cantik dan halus budinya, kemudian dinikahi oleh Raden Manahrasa dari wangsa Siliwangi, yang setelah menjadi raja Kerajaan Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Pangeran Kian Santang yang selanjutnya menjadi penyebar agama Islam di Jawa Barat.
Makam Syekh Quro terdapat di desa Pulo Kalapa, Lemahabang, Karawang.
- Syekh Datuk Kahfi
Syekh Datuk Kahfi adalah muballigh asal Baghdad memilih markas di pelabuhan Muara Jati, yaitu kota Cirebon sekarang. Ia bernama asli Idhafi Mahdi.
Majelis pengajiannya menjadi terkenal karena didatangi oleh Nyai Rara Santang dan Kian Santang (Pangeran Cakrabuwana), yang merupakan putra-putri Nyai Subang Larang dari pernikahannya dengan raja Pajajaran dari wangsa Siliwangi. Di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Makam Syekh Datuk Kahfi ada di Gunung Jati, satu komplek dengan makam Sunan Gunung Jati.
- Syekh Khaliqul Idrus
Syekh Khaliqul Idrus adalah seorang muballigh Parsi yang berdakwah di Jepara. Menurut suatu penelitian, ia diperkirakan adalah Syekh Abdul Khaliq, dengan laqob Al-Idrus, anak dari Syekh Muhammad Al-Alsiy yang wafat di Isfahan, Parsi.
Syekh Khaliqul Idrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh Maulana Akbar yang kemudian melahirkan Raden Muhammad Yunus. Raden Muhammad Yunus kemudian menikahi salah seorang putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong Agung Jepara. Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan putri Majapahit di Jepara ini kemudian melahirkan Raden Abdul Qadir yang menjadi menantu Raden Patah, bergelar Adipati Bin Yunus atau Pati Unus. Setelah gugur di Malaka 1521, Pati Unus dipanggil dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. [5]
Teori Keturunan Hadramaut
Walaupun masih ada pendapat yang menyebut Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum Sayyid atau Syarif (Keturunan Alul Bayt Nabi Muhammad SAW). Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al-Baqir, dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa para Walisongo adalah keturunan Hadramaut Yaman.
L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l’archipel Indien (1886)[6] mengatakan:
”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
Van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal 192-204):
”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt (Hadramaut) membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya.”
Pernyataan Van den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian besar Walisongo di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga Hadramaut lainnya.
Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di Srilangka, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab Hanafi.
Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi’i bercorak tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Kitab fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin Al Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi. Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait.
Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath ulama besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.
Teori Keturunan Cina
Sejarawan Slamet Muljana mengundang kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan bahwa Walisongo adalah keturunan Tionghoa Indonesia.[rujukan?] Pendapat tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa Walisongo adalah keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah Orde Baru sempat melarang terbitnya buku tersebut.[rujukan?]
Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Walisongo berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun, Resident Poortman hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck Hurgronje dan L.W.C. van den Berg. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.
Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan [7].
Sumber tertulis tentang Walisongo
- Terdapat beberapa sumber tertulis masyarakat Jawa tentang Walisongo, antara lain Serat Walisanga karya Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab Walisongo karya Sunan Dalem (Sunan Giri II) yang merupakan anak dari Sunan Giri, dan juga diceritakan cukup banyak dalam Babad Tanah Jawi.
- Mantan Mufti Johor Sayyid `Alwî b. Tâhir b. `Abdallâh al-Haddâd (meninggal tahun 1962) juga meninggalkan tulisan yang berjudul Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: Al-Maktab ad-Daimi, 1957). Ia menukil keterangan diantaranya dari Haji `Ali bin Khairuddin, dalam karyanya Ketrangan kedatangan bungsu (sic!) Arab ke tanah Jawi sangking Hadramaut.
- Dalam penulisan sejarah para keturunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar Sakran, ‘Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams al-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman Al-Masyhur; juga terdapat pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.[2]
Syekh Quro atau Syekh Qurotul Ain Pulobata adalah pendiri pesantren pertama di Jawa Barat, yaitu Pesantren Quro di Tanjung Pura, Karawang pada tahun 1428.
Nama asli Syekh Quro ialah Syekh Hasanuddin atau ada pula yang menyebutnya Syekh Mursahadatillah. Beberapa babad menyebutkan bahwa ia adalah muballigh (penyebar agama) penganut madzhab Hanafi yang berasal dari Makkah, yang berdakwah di daerah Karawang dan diperkirakan datang ke Pulau Jawa melalui Champa atau kini Vietnam selatan.
Dalam menyampaikan ajaran Islam, Syekh Quro melakukannya melalui pendekatan yang disebut Dakwah Bil Hikmah, sebagaimana firman ALLAH dalam Al-Qur’an Surat XVI An Nahl ayat 125, yang artinya : “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan pelajaran yang baik, dan bertukar pikiranlah dengan mereka dengan cara yang terbaik”.
Sebagian cerita menyatakan bahwa pada Tahun 1409, Kaisar Cheng Tu dari Dinasti Ming memerintahkan Laksamana Haji Sampo Bo untuk memimpin Armada Angkatan Lautnya dan mengerahkan 63 buah Kapal dengan prajurit yang berjumlah hampir 25.000 orang untuk menjalin persahabatan dengan kesultanan yang beragama Islam.
Dalam Armada Angkatan Laut Tiongkok itu rupanya diikutsertakan Syekh Hasanuddin dari Campa untuk mengajar Agama Islam di Kesultanan Malaka, Sebab Syekh Hasanuddin adalah putra seorang ulama besar Perguruan Islam di Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaluddin serta Syekh Jalaluddin, ulama besar Makkah.
Bahkan menurut sumber lain, garis keturunannya sampai kepada Sayyidina Husein bin Sayyidina Ali r.a., menantu Rasulullah SAW.
Adapun pasukan angkatan laut Tiongkok pimpinan Laksamana Sam Po Bo lainnya ditugaskan mengadakan hubungan persahabatan dengan Ki Gedeng Tapa, Syahbandar Muara Jati Cirebon dan sebagai wujud kerjasama itu maka kemudian dibangunlah sebuah menara di pantai pelabuhan Muara Jati.
Dikisahkan pula bahwa setelah Syekh Hasanuddin menunaikan tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau mengadakan kunjungan ke daerah Martasinga, Pasambangan, dan Jayapura melalui pelabuhan Muara Jati. Kedatangan ulama besar tersebut disambut baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati putra bungsu Prabu Wastu Kancana, Syahbandar di Cerbon Larang (yang menggantikan Ki Gedeng Sindangkasih yang telah wafat). Ketika kunjungan berlangsung, masyarakat di setiap daerah yang dikunjungi merasa tertarik dengan ajaran Islam yang dibawa Syekh Quro, sehingga akhirnya banyak warga yang memeluk Islam.
Kegiatan penyebaran Agama Islam oleh Syekh Hasanuddin rupanya sangat mencemaskan penguasa Pajajaran waktu itu, yaitu Prabu Wastu Kencana atau Prabu Angga Larang yang menganut ajaran Hindu. Sehingga beliau diminta agar penyebaran agama tersebut dihentikan.
Oleh Syekh Hasanuddin perintah itu dipatuhi. Kepada utusan yang datang kepadanya ia mengingatkan, bahwa meskipun dakwah itu dilarang, namun kelak dari keturunan Prabu Angga Larang akan ada yang menjadi seorang Waliyullah. Beberapa saat kemudian Syekh Hasanuddin mohon diri kepada Ki Gedeng Tapa.
Sebagai sahabat, Ki Gedeng Tapa sendiri sangat prihatin atas peristiwa yang menimpa ulama besar itu, Sebab ia pun sebenarnya masih ingin menambah pengetahuannya tentang Agama Islam. Oleh karena itu, sewaktu Syekh Hasanuddin kembali ke Malaka, putrinya yang bernama Nyai Subang Karancang atau Nyai Subang Larang dititipkan ikut bersama ulama besar ini untuk belajar Agama Islam di Malaka.
Beberapa waktu lamanya berada di Malaka, kemudian Syekh Hasanuddin membulatkan tekadnya untuk kembali ke wilayah Kerajaan Hindu Pajajaran. Dan untuk keperluan tersebut, maka telah disiapkan 2 perahu dagang yang memuat rombongan para santrinya termasuk Nyai Subang Larang.
Sekitar tahun 1418 Masehi, setelah rombongan ini memasuki Laut Jawa, kemudian memasuki Muara Kali Citarum yang pada waktu itu ramai dilayari oleh perahu para pedagang yang memasuki wilayah Pajajaran. Selesai menyusuri Kali Citarum ini akhirnya rombongan perahu singgah di Pura Dalam atau Pelabuhan Karawang. Kedatangan rombongan ulama besar ini disambut baik oleh petugas Pelabuhan Karawang dan diizinkan untuk mendirikan musholla yang digunakan juga untuk belajar mengaji dan tempat tinggal.
Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwahnya di musholla yang dibangunnya dengan penuh keramahan. Uraiannya tentang agama Islam mudah dipahami, dan mudah pula untuk diamalkan, karena ia bersama santrinya langsung memberi contoh. Pengajian Al-Qur’an memberikan daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syeh Hasanuddin (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Syekh Quro) di pelabuhan Karawang rupanya telah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ini tiba di tempat tujuan, rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. Putra Mahkota (yang setelah dilantik menjadi Raja Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi) itu pun mengurungkan niatnya untuk menutup Pesantren Quro, dan tanpa ragu-ragu menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyi Subang Larang yang cantik itu dan halus budinya.
Lamaran tersebut rupanya diterima oleh Nyai Subang Larang dengan syarat mas kawinnya haruslah berupa “Bintang Saketi”, yaitu simbol dari “tasbih” yang berada di Negeri Makkah.
Sumber lain menyatakan bahwa hal itu merupakan kiasan bahwa sang Prabu haruslah masuk Islam, dan patuh dalam melaksanakan syariat Islam. Selain itu, Nyai Subang Larang juga mengajukan syarat, agar anak-anak yang akan dilahirkan kelak haruslah ada yang menjadi Raja. Semua hal tesebut rupanya disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa, sehingga beberapa waktu kemudian pernikahan pun dilaksanakan, bertempat di Pesantren Quro (atau Mesjid Agung sekarang) dimana Syekh Quro sendiri bertindak sebagai penghulunya.
Pernikahan di musholla yang senantiasa menganggungkan asma ALLAH SWT itu memang telah membawa hikmah yang besar, dan Syekh Quro memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Sebab para putra-putri yang dikandung oleh Nyai Subang Larang yang muslimah itu, memancarkan sinar IMAN dan ISLAM bagi umat di sekitarnya. Nyai Subang Larang sebagai isteri seorang raja memang harus berada di Istana Pakuan Pajajaran, dengan tetap memancarkan Cahaya Islamnya.
Putra pertama yang laki-laki bernama Raden Walangsungsang setelah melewati usia remaja, maka bersama adiknya yang bernama Raden Rara Santang, meninggalkan Istana Pakuan Pajajaran kemudian mendapat bimbingan dari ulama besar yang bernama Syekh Dzatul Kahfi di Paguron Islam di Cirebon. Setelah kakak beradik ini menunaikan ibadah Haji, maka Raden Walangsungsang menjadi Pangeran Cakrabuana memimpin pemerintahan Nagari Caruban Larang, Cirebon.
Sedangkan Raden Rara Santang sewaktu di Makkah diperistri oleh Sultan Mesir yang bernama Syarif Abdullah. Adik Raden Walangsungsang yang bungsu adalah laki-laki bernama Raden Sangara atau Pangeran Kian Santang, pada masa dewasanya menjadi Muballigh untuk menyebarkan agama Islam di daerah Garut.
Adapun kegiatan Pesantren Quro yang lokasinya tidak jauh dari pelabuhan Karawang, rupanya kurang berkembangnya karena tidak mendapat dukungan dari pemerintah kerajaan Pajajaran. Hal tersebut rupanya dimaklumi oleh Syekh Quro, sehingga pengajian di pesantren agak dikurangi, dan kegiatan di masjid lebih dititik beratkan pada ibadah seperti shalat berjamaah. Kemudian para santri yang telah berpengalaman disebarkan ke pelosok pedesaan untuk mengajarkan agama Islam, terutama di daerah Karawang bagian selatan seperti Pangkalan. Demikian juga ke pedesaan di bagian utara Karawang yang berpusat di Desa Pulo Kalapa dan sekitarnya.
Dalam semaraknya penyebaran agama Islam oleh Wali Songo, maka masjid yang dibangun oleh Syekh Quro, kemudian disempurnakan oleh para ulama dan Umat Islam yang modelnya berbentuk “joglo” beratap 2 limasan, hampir menyerupai Masjid Agung Demak dan Cirebon.
Pengabdian Syekh Quro dengan para santri dan para ulama generasi penerusnya adalah “menyalakan pelita Islam”, sehingga sinarnya memancar terus di Karawang dan sekitarnya.
Makam Syekh Quro terdapat di Dusun Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Lokasi makam penyebar agama Islam tertua, yang konon lebih dulu dibandingkan Walisongo tersebut, berada sekitar 30 kilometer ke wilayah timur laut dari pusat kota Lumbung Padi di Jawa Barat itu.
Dalam sebuah dokumen surat masuk ke kantor Desa Pulokalapa tertanggal 5 November 1992, ditemukan surat keterangan bernomor P-062/KB/PMPJA/ XII/11/1992 yang dikirim Keluarga Besar Putra Mahkota Pangeran Jayakarta Adiningrat XII. Surat tersebut ditujukan kepada kepala desa, berisi mempertegas keberadaan makam Syekh Quro yang terdapat di wilayah Dusun Pulobata Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemah Abang bukan sekedar petilasan Syekh Quro tetapi merupakan tempat pemakaman Syekh Quro.
Selain itu, di Dusun Pulobata juga terdapat satu makam yang diyakini warga Karawang sebagai makam Syekh Bentong atau Syekh Darugem, yang merupakan salah seorang santri utama Syekh Quro.
[1] * Dirangkum oleh Pa’e Daffa dari berbagai sumber.
[2] Dikutip dari http://www.sohiblagi.blogspot.com
Mesjid-mesjid lama di Indonesia
Kampar, Tanah Al Hind di Equator, Pusat Peradaban Timur
KAMPAR TANAH AL HIND EQUATOR,
PUSAT KOTA PERADABAN TIMUR
——————————————————
by Indra Zoeniyadi Piliang
Tak diragukan lagi bahwa Solon mengunjungi Mesir. Alasan kepergiannya dari Athena, selama 10 tahun, dijelaskan lengkap oleh Plutarch. Dia menetap, kata Plutarch.
“Di pantai Canopian, dekat muara Nil yang dalam.”
Di sana dia bertentangan pada poin filsafat dan sejarah dengan sebagian besar pendeta terpelajar Mesir. Dia adalah pria dengan kekuatan dan penetrasi pikiran luar biasa, begitu pula hukum dan perkataannya, yang telah dipertahankan untuk kita, menjadi saksi. Tidak ada improbabilitas dalam pernyataan yang dia mulai dalam sejarah dan deskripsi puitik Atlantis, yang belum rampung di saat kematiannya; dan tak perlu imajinasi luas untuk percaya bahwa manuskrip ini sampai ke tangan suksesor dan keturunannya, Plato; seorang terpelajar, pemikir, dan sejarawan sebagaimana dirinya, dan, sebagaimana dirinya, merupakan salah satu pemikir terbesar di dunia kuno.
Pendeta Mesir berkata kepada Solon, “Kau tak punya kekunoan sejarah, begitu pun sejarah kuno”; dan Solon pasti menyadari penuh pentingnya catatan yang memuat kembali sejarah manusia, tak hanya ribuan tahun sebelum era peradaban Yunani, tapi bahkan beribu-ribu tahun sebelum pendirian kerajaan Mesir; dan dia ingin sekali mempertahankan rekaman masa lalu tak ternilai ini untuk kawan sebangsanya yang masih setengah beradab. Tak ada cara lebih baik untuk memulai sebuah buku tentang Atlantis dibanding memberikan catatan lengkap yang diabadikan oleh Plato.
.
Dulu cerita tentang pengiriman ekspedisi oleh Fir’aun Necho untuk mengelilingi Afrika sangat diragukan, karena para penjelajahnya menyatakan bahwa setelah mereka mencapai jarak tertentu, matahari berada di utara dari mereka; posisi tersebut, yang pada saat itu diragukan, kini membuktikan pada kita bahwa para navigator Mesir benar-benar telah melewati khatulistiwa, dan—setelah 2.100 tahun—telah diantisipasi oleh Vasco da Gama.
.
Seandainya saya berhasil menunjukkan kebenaran proposisi menakjubkan yang saya kemukakan, maka itu hanya akan terjadi jika saya dapat mempertemukan petunjuk-petunjuk mengenai Atlantis dari berbagai penelitian para ilmuwan di berbagai bidang pemikiran modern. Saya yakin, investigasi dan penemuan lebih jauh akan bisa memperkuat kebenaran kesimpulan yang telah saya ambil.
.
Kepulauan Hindia (Indonesia) merupakan sebuah bangsa besar dan pernah memimpin peradaban dunia. Bangsa ini pernah menjadi pemimpin bagi dunia dagang dunia, di mana para pedagang Cina misalnya sangat tergantung pada pelaut-pelaut dari Kepulauan Hindia (Indonesia). Bahkan sebuah literatur klasik Yunani era 70 M, telah menulis suatu daerah bernama Chryse sebuah nama Yunani untuk “Pulau Emas” atau dalam bahasa Sanskrit bernama “Swarna Dwipa”nama lain bagi Pulau Sumatera.
.
Dick Read meyakini bahwa sistem pelayaran, termasuk perahu-perahu, dari para pelaut dari kepulauan Hindia (Indonesia) lah yang menjadi acuan bagi sistem dan bentuk perahu banyak negeri-negeri lain di dunia. Keyakinan ini diamini oleh sejumlah arkeolog dan sejarawan senior seperti Dr. Roland Oliver.
.
Kepulauan Hindia (Indonesia) merupakan gugusan belasan ribu pulau yang terletak di lokasi paling strategis di dunia dipandang dari sudut manapun.
.
Ats-Tsa’labi mengatakan, Kemudian Allah mewahyukan kepada Adam, Pindahlah dari negeri Hind ke Mekkah; thawaf-lah di sekitar tempat Baitullah dan mintalah pengampunan dari-Ku, tentu Aku akan mengampuni kesalahanmu.
.
Diriwayatkan,…Adam berjalan dan bumi dilipatkan untuknya. Setiap tempat yang terinjak oleh kakinya menjadi sebuah kampung. Dan setelah Adam memasuki Mekkah, Allah mewahyukan kepadanya untuk thawaf di tempat yang akan menjadi Baitullah tersebut. Dia mengerjakan thawaf sebanyak 7 kali…. Setelah Adam mengerjakan itu, Allah mengampuni kesalahannya dan menerima tobatnya. Thawafnya menjadi pelebur dosa….Setelah Adam bertobat, dia disuruh Allah untuk pergi ke Arafah. Adam pun pergi ke Arafah dan berdiam di sana. Tiba-tiba Hawa berjalan ke arah Adam. Mereka berkumpul di gunung tersebut. Sejak saat itu, diam (wuquf) di gunung tersebut dijadikan salah satu bagian dari ritus ibadah. Tempat tersebut diberi nama Arafah karena Adam dan Hawa saling kenal di tempat itu. Kemudian Adam tinggal sebentar di Mekkah, dan kemudian pergi ke tanah Hind bersama Hawa…


Komentar
-
Ronny Astar Lah bisa di editor buku cu?Sembunyikan atau laporkan ini
-
Santiago Al Qarni Ahmad Map nya salah… seharusnya 2 amerika itu di sebelah kanan..
dan setelah itu kita harus melihat dari posisi terbalik… amerika dikiri sebagai barat dan afrika di kanan sebagai timur.Sembunyikan atau laporkan ini