Quantcast
Channel: Bayt al-Hikmah Institute
Viewing all 1300 articles
Browse latest View live

Melacak Makna dan Kejayaan Nusantara

$
0
0

Penulis : M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)

Jujur saja. Uraian Ghuzilla Humied, Network Associate Global Future Institute (GFI), Jakarta, berjudul PERADABAN NUSANTARA (Sebuah Catatan yang Hilang) di http://www.theglobal-review.com, selain membikin gundah hati di satu sisi, tetapi di sisi lain malah mengusik naluri keinginan-tahu saya serta hasrat untuk melacak mengapa sejarah nusantara kok bisa hilang, lalu dimana simpul atau titik putusnya?

Selanjutnya menyimak tautan soal “Pentingnya Sejarah” di dinding facebook Dina Y. Sulaeman (1/10/2013), mahasiswa program doktoral bidang Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran,  Bandung, yang juga sebagai Research Associate di GFI, agaknya gundah hati ini sedikit terobati, setidak-tidaknya bisa dimaklumi —walau sedikit— kenapa sejarah peradaban suatu bangsa dapat menghilang, terputus atau bahkan lenyap.

Kata-kata kunci terputusnya sejarah nusantara —dugaan sementara penulis—mungkin disebabkan oleh dua faktor. Pertama “kolonisasi”. Kedua “filologi”. Mari kita lanjutkan catatan tak ilmiah ini.

Ya. Filologi merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, dan lazimnya memang dari zaman kuno. Pertanyaannya sederhana: mengapa di Iran tidak diajarkan tentang filologi, kenapa bidang studi naskah-naskah lama tidak ditemui pada setiap universitas di Negeri Para Mullah? Jawabannya menarik: hal itu terjadi karena kalangan akademisi Iran tidak pernah mendapatkan kesulitan berarti ketika berhadapan dengan naskah-naskah lama Iran. Artinya, bahasa dan aksara dalam naskah yang berusia seribu tahun pun misalnya, masih dengan mudah dapat dibaca oleh masyarakat terpelajar di zaman sekarang, apapun bidang studi mereka. Luar biasa!

Mengapa Indonesia perlu filologi? Dina menjelaskan, karena naskah-naskah lama nusantara adalah sesuatu yang betul-betul asing, baik bahasa ataupun aksaranya. Jangankan seribu tahun, seratus tahun saja sudah terasa sangat aneh. Tugas filolog adalah menguak isi naskah kuno dalam rangka memahami nilai-nilai yang ada di dalamnya, untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat zaman sekarang. Inilah perbedaaan mencolok antara Indonesia dan Iran dalam hal pembelajaran bab-bab sejarah bangsanya.

Satu poin penting yang bisa ditarik dari cerita ini: masyarakat Indonesia zaman sekarang sangat teralienasi dari masa lalu. Padahal, yang dimaksud kuno dalam konteks Nusantara tidaklah lama-lama amat. Cukup 100 tahun yang lalu sudah dianggap kuno. Tapi berapa banyak dari kita yang mampu membaca naskah berusia 100 tahun? Di Iran, kitab syair berusia 1000 tahun pun masih bisa dibaca anak-anak muda zaman sekarang.

Dina menduga, keterasingan memang secara sengaja dibuat oleh “kolonial” demi kepentingan keberlanjutan kolonialisme. Keterasingan ini membuat masyarakat Indonesia menjadi bangsa dengan kadar softpower sangat rendah. Mudah diguncang dan diobok-obok, gampang ditakut-takuti, kebersamaannya sangat rapuh, karena tak banyak yang mereka ingat dari masa lalu sebagai SUMBER kebanggaan.

Ketika Arysio Santos dari Brazil mengungkap hasil penelitiannya selama 30 tahun dalam buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization”, ia menampilkan 33 perbandingan seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, cara bertani, dll kemudian menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia, ternyata justru di republik ini hampir tak dijumpai geliat para arkeolog dan geologis untuk membuat penelitian lanjutan secara gegap gempita. Entah kenapa. Faktor filologi, atau karena lainnya?

Penjelasan serupa juga dikemukakan penulis Inggris, Prof. Stephen Oppenheimer, dalam buku “Eden in The East: The Drowned Continent of Southeast Asia” (1998). Dia menulis suatu benua yang tenggelam akibat banjir bandang, dan naiknya permukaan air laut sekitar 7.000 hingga 14.000 tahun yang lampau. Wilayah yang tenggelam itu berada di wilayah yang kini disebut sebagai Asia Tenggara.

Ia menyebut benua tenggelam itu sebagai Sundaland. Para penghuni yang selamat saat itu lalu menyebar ke berbagai tempat hingga ke Eropa, membawa budaya dan pola hidup mereka. Itu sebabnya Oppenheimer berasumsi asal-usul ras Euroasia di Eropa bisa ditelusuri di Asia.

Oppenheimer pun yakin bahwa para penghuni Sundaland saat itu punya peradaban maju dari wilayah-wilayah lain. “Mereka sudah mengembangkan pola menyambung hidup, dari sekadar berburu binatang menjadi bertani, berkebun, mencari ikan, bahkan perdagangan melintas laut. Semua itu sudah dilakukan sebelum 5.000 tahun yang lampau,” demikian penggalan asumsi profesor Oxford tersebut.

Sejarah selama ini, hanya mencatat induk peradaban manusia modern berasal dari Mesir, Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, menurut dia, nenek moyang dari induk peradaban manusia modern justru berasal dari tanah Melayu yang sering disebut Sundaland, atau Indonesia. Buktinya?

“Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia,” kata Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya di Jakarta, Oktober 2010. Tentu, pendapat ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Universitas Oxford itu, memberi paradigma berbeda dari yang ada selama ini dikatakan bahwa peradaban paling awal berasal dari Barat.

Ada keluhan seorang anak bangsa tentang pengaburan sejarah nusantara ini oleh kaum kolonial: “Begitu seringnya bangsa ini dibodohi. Ketika pada 1920-an Prof. C.C Berg dari Leiden membawa naskah —hasil editnya—Kidung Sundayana (cerita Perang Bubat) ke Jawa, orang-orang Sunda dan Jawa tanpa kritik tanpa selidik dan langsung mengamini. Maka sejak saat itu, cerita konflik antara Sunda-Jawa diturun-temurunkan dalam nada penuh kebencian. Kita secara tak sadar, masuk perangkap C.C Berg yang tak lain adalah akademisi peliharaan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Sejarah memang tak cukup dibaca saja, tapi harus dianalisa, dipikirkan dan dikritisi” (status di Facebook Hendi Jo, 26/9/2013).

Pointers diskusi terbatas di Global Future Institute (GFI), Jakarta (17/1/2013), pimpinan Hendrajit, dengan merujuk beberapa literatur dan artikel sejarah, memang menjumpai tahapan penting dalam sebuah kolonisasi, yaitu “pengaburan atau pembengkokan sejarah di negara-negara koloni”.

Adapun langkah pengaburan sejarah tadi melalui beberapa tahap. Pertama, penghancuran bangunan fisik bangsa terjajah agar generasi baru tidak dapat menyaksikan bukti-bukti kejayaan nenek moyangnya, otomatis selain tak mampu menarik hikmah dan nilai-nilai emas histori, juga tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Kedua, terputusnya hubungan histori dengan leluhur melalui penciptaan stigma dan opini bahwa leluhurnya itu bodoh, tidak beradab, primitif, dan lain-lain. Ketiga, dibuat sejarah baru versi penjajah. Agaknya inilah pola yang berulang hampir di setiap kolonisasi.

Sekali lagi, tampaknya pola kolonisasi dan filologi sebagai faktor penyebab kenapa sejarah sebuah bangsa menjadi kabur, bahkan bisa dibengkokkan oleh kaum kolonial. Tak bisa tidak. Inilah yang terjadi di Indonesia. Akan tetapi setelah membaca ulasan Humied, hati ini berbunga sedikit, karena setidak-tidaknya Indonesia telah memiliki “sumber kebanggaan” untuk kembali mengukir dirinya sebagai bangsa yang kuat, besar, maju dan modern sebagaimana nenek moyangnya dahulu.

Inilah uraian sederhana Humied tentang tahap, masa atau era daripada kejayaan para leluhur dulu, dimana hasil penelitian Santos dan Oppenheimer pun menganggap Indonesia adalah nenek moyang bangsa-bangsa di dunia.

Era Wangsa Keling  

Apakah Wangsa Keling itu? Wangsa itu artinya bangsa, sedangkan Keling artinya kuat. Dengan demikian, Wangsa Keling itu maksudnya adalah “bangsa yang kuat”. Konon dahulu, ia mampu menjajah hingga ke Kamboja, Vietnam (Indochina), Thailand, Burma, Srilangka, India hingga ke Madagaskar.

Raja yang terkenal kala itu bernama Sailendra. Tulisan yang digunakan adalah huruf Pallawa, dimana modelnya menyerupai huruf Mesir Kuno (dan Israel). Memang ada kesamaan mencolok antara huruf Pallawa dan Mesir Kuno. Sedangkan pusat pemerintahannya terletak di sekitar daerah Yogyakarta sampai ke wilayah Dieng. Maka ketika Israel menyebut dirinya masih keturunan Moria, tidak ada lain maksudnya ialah gunung Muria yang ada di Dieng. Sedangkan Dieng itu sendiri itu artinya penguasa. Dari kata Dieng bergeser namanya menjadi Dah Nyang (Dayang) yang berarti Dah Hyang atau Penguasa.

Konon setelah itu Wangsa Keling ‘menghilang’ beberapa abad, ditengarai munculnya situs Dieng di atas, maupun bangunan Candi Borobudur. Habisnya masa Wangsa Keling ditandai dengan bangunan Baqa’ atau Baqi’ yang artinya kuburan atau berakhir, ditandai dengan berdirinya Candi Boko (Baqo’).

Era Medang Kamulyan

Medang artinya Kemajuan dan Kamulyan artinya Kemuliaan (kejayaan). Bahwa Medang Kamulyan artinya zaman atau era kemajuan, terutama bidang keagamaan.  Betapa agama lebih dititikberatkan dalam sistem pendidikan terpadu mulai dari tingkat (lingkup) kecil sampai lingkup besar (kongres). Istilahnya, sekolah pada agama. Atau ajaran agama yang dilembagakan dalam pendidikan? Sudah barang tentu, dahulu belum dikenal sekolah modern sebagaimana era kini.

Rajanya yang terkenal adalah Ratu Boko yang di masa itu merupakan cikal bakal munculnya huruf-huruf  SANGSEKERTA (sansekerta) yang kali pertama dikenalkan oleh Aji Saka. Sedangkan Aji Saka itu sendiri merupakan gabungan dari kata Aji dan Saka. Aji artinya sesuatu yang dihormati, dan Saka itu berasal dari bahasa jawa kuno yang artinya tiang/cagak/penyangga. Bila bergeser ke China menjadi TIAN atau Tuhan. Jadi Aji Saka artinya “sesuatu yang dihormati karena Tuhan”, atau segala sesuatunya mengacu pada Tuhannya yang sangat dihormatinya.

Kemudian huruf-huruf tadi akhirnya menjadi BAHASA Sangsekerta. Dengan demikian, sansekerta itu asli (murni) berasal dari bumi Indonesia, bukan berasal dari India. Kenapa demikian, di India tidak ada kata-kata “SANG”. Bahkan jika berbasis kata SANG, justru sebenarnya lebih dekat ke China. Contohnya Chiang Kai Sek, dimana Chiang oleh bangsa China dibaca “Sang”. Tak boleh dipungkiri, “Sang” itu sesungguhnya bahasa asli Indonesia dulu, yakni bahasa Saka.

Huruf-huruf yang dipakai di era Ratu Boko adalah “SANGSEKERTA”. Ya. KERTA itu artinya “empat”, sedangkan SANG asal kata dari wangsa (bangsa). Jadi sansekerta itu maksudnya adalah Empat Bangsa, yang meliputi antara lain:

Pertama, bangsa China meliputi selain China itu sendiri, Vietnam, Laos dan juga Kamboja. Mereka dikenal sebagai bangsa “Chin”. Kedua, Birma hingga Thailand  terkenal dengan sebutan bangsa “Thai”. Ketiga, Madagaskar, Srilangka, India dan seterusnya hingga Mesir terkenal dengan sebutan bangsa Afrika. Dan terakhir (keempat), Jawa, Sumatera, Papua sampai kepulauan Polinesia dan Hawai yang dikenal dengan sebutan Bani Jawa.

Dari keterangan diatas maka jelaslah bahwa Sansekerta sangat kuat pengaruhnya di wilayah Srilangka maupun India hingga saat ini. Dari keempat bangsa tersebut, penguasa yang terkenal ialah Ratu Boko. Dan jika keempat unsur bangsa itu digabungkan menjadi satu, maka timbullah istilah NUSANTARA atau Nuswantoro. Ya. Nusa artinya pulau dan Antara artinya jarak. Maka makna NUSANTARA ialah bangsa yang hidup di pulau-pulau yang tersebar mulai dari kepulauan Polinesia di ujung timur hingga wilayah Madagaskar atau Afrika.

Era Kahuripan

Dari masa Medang Kamulyan lalu berganti ke era Bangsa Kahuripan. Kahuripan itu artinya Kehidupan. Yang ditengarai dengan raja yang terkenal yaitu Hayam Wuruk (Brawijaya III) yang juga dikenal dengan sebutan JUMADIL KUBRO sebagaimana makamnya di Troyolo, Trowulan, Mojokerto. Maksud dari kata Jumadil adalah Jum’ah atau juma’at yang artinya berkumpul (bersatu) dan Kubro yang artinya Besar. Jadi Jumadil Kubro makna tersiratnya adalah “berkumpulnya sesuatu yang besar”. Atau istilah Sansekerta disebut SUMPAH PALAPA.

Agaknya dengan Sumpah Palapa, Hayam Wuruk berhasrat membangun kembali kerajaan (nusantara)-nya sebagaimana dulu pernah gemilang di Era Medang Kamulyan. Ia ingin menyatukan Nuswantoro yang telah tercerai berai menjadi beberapa kerajaan atau wilayah kecil. Dan patihnya yang melegenda saat itu adalah Gajah Mada. Hal yang tidak tercatat (dihilangkan?) oleh sejarah modern adalah guratan (ukiran) pada batu “Sumpah Palapa”-nya Gajah Mada ternyata berlafadzkan Laa Ilaha Illallah, artinya Tiada Tuhan kecuali Allah.

Terimakasih

http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?

 

 



Puluhan Ilmuwan Asing Kagumi Penelitian Gunung Padang

$
0
0

Puluhan ilmuwan dan peneliti dari berbagai universitas di dunia telah memberikan ucapan selamat dan menyampaikan kekaguman mereka terhadap penelitian yang dilakukan di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, dalam dua tahun terakhir ini.

Penelitian ini menemukan fakta bahwa apa yang seharusnya disebut sebagai situs Gunung Padang bukan hanya permukaan tanah seluas 900 meter per segi bersama bebatuan di atasnya. Melainkan meliputi keseluruhan bangunan yang diduga kuat ada dan tertimbun di bawahnya.

Berbagai media dalam dan luar negeri pun telah mempublikasikan hasil penelitian tersebut.

Keberadaan bangunan yang tertimbun itu diketahui dari pengujian georadar dan geolistrik sebagai bagian dari penelitian di kawasan potensi bencana patahan Cimandiri. Belakangan uji carbon dating yang dilakukan laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan lanboratorium di Miami, Amerika Serikat, memperlihatkan usia sample yang diperoleh dari coring di sejumlah titik di kawasan itu lebih tua dari dari 11 ribu tahun.

Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief mengatakan, selema ini dirinya menahan diri untuk tidak mempublikasikan ucapan-ucapan selamat dan kekaguman dari peneliti-peneliti asing itu. Ini dilakukan karena ia merasa bahwa penelitian di Gunung Padang harus dilikakukan oleh ilmuwan dalam negeri.

“Karena ini adalah bukti bahwa bangsa kita memiliki masa lalu yang gemilang, jauh lebih gemilang daripada yang diceritakan dan dikisahkan selama ini,” ujarnya.

Tetapi belakangan Andi Arief kecewa karena upayanya menggalang persatuan di kalangan ilmuwan kebumian di tanah air digagalkan oleh sekelompok peneliti yang selama ini menguasai jagad penelitian, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Untuk mementahkan hasil penelitian yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri yang dimotori DR. Danny Hilman Natawidjaja dan kawan-kawan, Puslit Arkenas menggunakan hasil penelitian yang patut diduga bodong dan manipulatif, serta menghabiskan uang negara.

Selain Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan, Andi Arief juga menuding dua kementerian lain, yakni Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya sekadar melakukan copy paste dalam penelitian yang mereka lakukan untuk mementahkan hasil penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri.

“Tentu di sebuah paper tiga Kementerian itu bisa berbohong. Tapi 12 doktor dari berbagai bidang ilmu di Tim Terpadu Riset Mandiri yang sudah menemukan banyak bukti dengan berbagai metode yang dapat dipertanggungjawabkan, merasa tiga Kementerian ini tak bersungguh-sungguh mengurus dunia riset Indonesia,” ujar Andi Arief.

Dia juga mengatakan Puslit Arkenas dengan sepengetahuan Wamendikbud telah bersekongkol menggelar pertemuan dua hari lalu dan tanpa dasar yang jelas menyatakan riset Tim Terpadu Riset Mandiri tidak ilmiah.

Sumber :m.rmol.co


Menyibak Tabir Misteri Nusantara

$
0
0

Menyibak Tabir Misteri Nusantara

February 28, 2014 at 12:06pm

Tulisan ini saya persembahkan untuk seluruh rakyat nusantara sebagai ungkapan rasa keprihatinan atas carut marut yang sedang terjadi di bumi pertiwi ini. Berawal dari komunikasi intensif saya dengan bapak Tri Budi Marhaen Darmawan (penulis Surat Terbuka kepada SBY) telah membawa saya kepada pencerahan cakrawala pemahaman tentang apa dan bagaimana kejadian yang tengah berlangsung dan prediksi yang akan terjadi di negeri ini. Bahkan tidak berlebihan kalau saya katakan bahwa ini merupakan suatu upaya membedah warisan leluhur yang sarat dengan perlambang sehingga sedikit demi sedikit terkuak tabir misteri jagad nusantara ini. Sangat luar biasa. Hal ini sepatutnya bisa dipahami oleh seluruh anak cucu leluhur bangsa ini sebagai pewaris sah tataran tanah surgawi yang bernama Nusantara.Hasil kajian spiritual bapak Budi Marhaen berusaha saya pahami dengan “rasa naluri” yang mendalam dengan tanpa mengabaikan logika berpikir sehat. Memang banyak hal sulit ditelusuri melalui referensi buku-buku sejarah atau dengan bukti-bukti empiris yang ada, namun dengan semangat menguak tabir misteri untuk lebih memahami fenomena yang terjadi saat ini, maka segala sesuatunya yang dapat saya cerna berusaha saya ungkapkan secara sederhana apa adanya di dalam blog/buku ini. Ibarat mencari mata rantai yang hilang (missing link), nampaknya misteri yang ditinggalkan pasca keruntuhan Majapahit (500 tahun yang lalu) mulai terlihat secara samar-samar. Sayapun mulai memahami apa makna yang tersirat dari saran bapak Budi Marhaen kepada SBY di dalam Surat Terbukanya kepada SBY :

“Kumpulkanlah ahli-ahli Thoriqoh negeri ini yaitu mursyid / syeh-syeh yang telah mencapai maqom ma’rifat “Mukasyafah”, Pedanda-pedanda sakti agama Hindu, Bhiksu-bhiksu agama Budha yang telah sempurna, serta kasepuhan waskito dari Keraton Jogja, Solo & Cirebon, untuk bersama-sama memohon petunjuk kepada Allah SWT mencari siapa sosok orang yang mampu mengatasi keadaan ini dan mencari jawab dari misteri ramalan para leluhur di atas. Gunakan 4 point panduan saya untuk memandu mereka. Insya Allah, jika Allah Azza wa Jalla memberikan ijin dan ridho-Nya akan diketemukan jawabannya.”

 

Walaupun Surat Terbuka tersebut tidak mendapat tanggapan dari yang bersangkutan presiden SBY, namun saya memiliki keyakinan bahwa beliau bapak Budi Marhaen “mengetahui” sangat banyak tentang fenomena yang sedang terjadi di jagad nusantara ini.Tanpa berniat mengundang perdebatan, semoga ungkapan saya dapat menjadi bahan perenungan kita bersama guna menyongsong fajar kejayaan Nusantara yang kita cintai.

 

Memahami Makna Karya Warisan Leluhur Nusantara

Terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih kepada bapak Budi Marhaen atas pemberian referensi-referensinya berupa naskah : Bait-bait syair terakhir Ramalan Joyoboyo, Serat Musarar Joyoboyo, Uga Wangsit Siliwangi, Serat Darmagandhul, dan Ramalan Ronggowarsito. Setelah saya membaca dan berusaha memahami dengan segala perenungan, maka sayapun menjadi takjub dibuatnya akan karya-karya beliau para leluhur kita. Antara satu dengan lainnya walaupun berbeda masa/periode yang jauh berselang, namun ternyata di dalam perlambangnya memiliki saling keterkaitan. Suatu perlambang dalam suatu karya menunjuk kepada perlambang atau karakter yang lain di dalam karya leluhur yang berbeda. Saya merasakan bahwa tanpa intervensi kemampuan spiritual yang tinggi akan sangat sulit memahami keterkaitan perlambang-perlambang ini. Dan fenomena ini membuktikan bahwa hanya dengan mengandalkan akal penalaran saja akan mengantarkan kita kepada jalan buntu. Akhirnya menyerah pada keputusasaan dengan menganggap bahwa ini semua merupakan sekedar ramalan yang tidak berguna dan out of date (usang). Masing-masing orang bisa saja menafsirkan hal tersebut dengan penafsiran yang berbeda-beda. Tidak ada yang melarang. Bebas-bebas saja. Benar tidaknya kembali kepada diri kita masing-masing. Inilah tabir misteri. Kebenaran sejati adanya di dalam nurani yang suci dan bersih. Dalam buku ini referensi-referensi tersebut dapat dibaca secara lengkap pada bagian lampiran.

 

 

 

Uga Wangsit Siliwangi

Membaca naskah Uga Wangsit Siliwangi terasa mengandung hakekat yang sangat tinggi bila telah memahaminya. Karena di dalamnya digambarkan situasi kondisi sosial beberapa masa utama dengan karakter pemimpinnya dalam kurun waktu perjalanan panjang sejarah negeri ini pasca kepergian Prabu Siliwangi (ngahiang/menghilang). Peristiwa itu ditandai dengan menghilangnya Pajajaran. Dan sesuai sabda Prabu Siliwangi bahwa kelak kemudian akan ada banyak orang yang berusaha membuka misteri Pajajaran. Namun yang terjadi mereka yang berusaha mencari hanyalah orang-orang sombong dan takabur. Seperti diungkapkan dalam naskah tersebut berikut ini :

 

”Ti mimiti poé ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay. Sabab bukti anu kari, bakal réa nu malungkir! Tapi engké jaga bakal aya nu nyoba-nyoba, supaya anu laleungit kapanggih deui. Nya bisa, ngan mapayna kudu maké amparan. Tapi anu marapayna loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu arédan heula.”

  • “Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Namun dalam naskah Wangsit Siliwangi ini dikatakan bahwa pada akhirnya yang mampu membuka misteri Pajajaran adalah sosok yang dikatakan sebagai ”Budak Angon” (Anak Gembala). Sebagai perlambang sosok yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi sebagai orang yang baik perangainya.

 

”Sakabéh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu hadé laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadéngé. Mémang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancagé haténa, ka nu weruh di semu anu saéstu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu hadé laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi méré céré ku wawangi.”

  • ”Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri de­ngan wewangian.”

Selanjutnya dikatakan juga apa yang dilakukan oleh sosok ”Budak Angon” ini sbb:

 

”Aya nu wani ngoréhan terus terus, teu ngahiding ka panglarang; ngoréhan bari ngalawan, ngalawan sabari seuri. Nyaéta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna? Lain kebo lain embé, lain méong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.”

  • ”Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala; Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui, tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”

Dari bait di atas digambarkan bahwa sosok ”Budak Angon” adalah sosok yang misterius dan tersembunyi. Apa yang dilakukannya bukanlah seperti seorang penggembala pada umumnya, akan tetapi terus berjalan mencari hakekat jawaban dan mengumpulkan apa yang menurut orang lain dianggap sudah tidak berguna atau bermanfaat. Dalam hal ini dilambangkan dengan ranting daun kering dan tunggak pohon. Sehingga secara hakekat yang dimaksudkan semua itu sebenarnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan sejarah kejadian (asal-usul/sebab-musabab) termasuk karya-karya warisan leluhur seperti halnya yang kita baca ini. Dimana hal-hal semacam itu karena kemajuan jaman oleh generasi digital sekarang ini dianggap sudah usang/kuno tidak berguna dan bermanfaat. Pada akhirnya yang tersirat dalam hakekat perjalanan panjang sejarah negeri ini adalah berputarnya roda Cokro Manggilingan (pengulangan perjalanan sejarah).

 

Gambaran situasi jaman dalam naskah Wangsit Siliwangi diawali dengan lambang datangnya ”Kerbau Bule” dan juga ”Monyet-monyet” yang kemudian ganti menyerbu selepas Kerbau Bule pergi. Ilustrasi ini melambangkan saat datangnya para penjajah yang berdatangan ke negeri ini, baik itu Portugis maupun Belanda. Dengan politik adu domba mereka maka terjadi peperangan antar saudara. Sejarah banyak yang hilang dan diputarbalikkan. Seperti yang tertulis berikut ini :

 

”Daréngékeun! Nu kiwari ngamusuhan urang, jaradi rajana ngan bakal nepi mangsa: tanah bugel sisi Cibantaeun dijieun kandang kebo dongkol. Tah di dinya, sanagara bakal jadi sampalan, sampalan kebo barulé, nu diangon ku jalma jangkung nu tutunjuk di alun-alun. Ti harita, raja-raja dibelenggu. Kebo bulé nyekel bubuntut, turunan urang narik waluku, ngan narikna henteu karasa, sabab murah jaman seubeuh hakan.Ti dinya, waluku ditumpakan kunyuk; laju turunan urang aya nu lilir, tapi lilirna cara nu kara hudang tina ngimpi. Ti nu laleungit, tambah loba nu manggihna. Tapi loba nu pahili, aya kabawa nu lain mudu diala! Turunan urang loba nu hanteu engeuh, yén jaman ganti lalakon ! Ti dinya gehger sanagara. Panto nutup di buburak ku nu ngaranteur pamuka jalan; tapi jalan nu pasingsal!Nu tutunjuk nyumput jauh; alun-alun jadi suwung, kebo bulé kalalabur; laju sampalan nu diranjah monyét! Turunan urang ngareunah seuri, tapi seuri teu anggeus, sabab kaburu: warung béak ku monyét, sawah béak ku monyét, leuit béak ku monyét, kebon béak ku monyét, sawah béak ku monyét, cawéné rareuneuh ku monyét. Sagala-gala diranjah ku monyét. Turunan urang sieun ku nu niru-niru monyét. Panarat dicekel ku monyet bari diuk dina bubuntut. Walukuna ditarik ku turunan urang keneh. Loba nu paraeh kalaparan. ti dinya, turunan urang ngarep-ngarep pelak jagong, sabari nyanyahoanan maresék caturangga. Hanteu arengeuh, yén jaman geus ganti deui lalakon.”

  • ”Dengarkan! yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara waktu: tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah negara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. Semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!Yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecahan diserbu monyet! keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, sebab ternyata, pasar habis oleh penyakit, sawah habis oleh penyakit, tempat padi habis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh penyakit. semuanya diserbu oleh penyakit. Keturunan kita takut oleh segala yang berbau penyakit. Semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah semakin parah. yang mengerjakannya masih bangsa sendiri. Banyak yang mati kelaparan. Semenjak itu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membuka lahan. Mereka tidak sadar bahwa jaman sudah berganti cerita lagi.”

Kemudian akhirnya masuk pada masa Perang Dunia II dengan datangnya pasukan Jepang yang dilambangkan dengan gemuruh yang datang dari ujung laut utara. Dimana masa penjajahan Jepang menandai berakhirnya penindasan di negeri ini. Terutama peristiwa jatuhnya bom atom di Nagasaki dan Hiroshima oleh Amerika, sebagai perlambang dalam naskah Wangsit Siliwangi bahwa situasi carut marut yang terjadi ada yang menghentikan yaitu orang seberang.

 

”Laju hawar-hawar, ti tungtung sagara kalér ngaguruh ngagulugur, galudra megarkeun endog. Génjlong saamparan jagat! Ari di urang ? Ramé ku nu mangpring. Pangpring sabuluh-buluh gading. Monyét ngumpul ting rumpuyuk. Laju ngamuk turunan urang; ngamukna teu jeung aturan. loba nu paraéh teu boga dosa. Puguh musuh, dijieun batur; puguh batur disebut musuh. Ngadak-ngadak loba nu pangkat nu maréntah cara nu édan, nu bingung tambah baringung; barudak satepak jaradi bapa. nu ngaramuk tambah rosa; ngamukna teu ngilik bulu. Nu barodas dibuburak, nu harideung disieuh-sieuh. Mani sahéng buana urang, sabab nu ngaramuk, henteu beda tina tawon, dipaléngpéng keuna sayangna. Sanusa dijieun jagal. Tapi, kaburu aya nu nyapih; nu nyapihna urang sabrang.”

  • ”Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi! sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana sini. Lalu keturunan kita mengamuk: mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman; yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri. yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Yang mengamuk tambah berkuasa; mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. Seluruh nusa dihancurkan dan dikejar. Tetapi, ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang seberang.”

Lalu selanjutnya terdapat suatu masa yang digambarkan dengan munculnya seorang pemimpin negeri ini dengan gambaran sbb :

”Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar hésé apes ku rogahala!”

  • ”Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan raja dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja; penguasa baru susah dianiaya!”

Siapakah sosok yang dimaksud dalam bait ini? Dia adalah Soekarno, Presiden RI pertama. Ibunda Soekarno adalah Ida Ayu Nyoman Rai seorang putri bangsawan Bali. Ayahnya seorang guru bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo. Namun dari penelusuran secara spiritual, ayahanda Soekarno sejatinya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul Koesno. Beliau termasuk ”anak ciritan” dalam lingkaran kraton Solo. (Silakan dibuktikan..) Pada masa kepemimpinan Soekarno banyak terjadi upaya pembunuhan terhadap diri beliau, namun selalu saja terlindungi dan terselamatkan.

Selanjutnya setelah berganti masa digambarkan bahwa semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Kondisi ini melambangkan pemimpin yang tidak mau mengerti penderitaan rakyat. Memerintah tidak dengan hati tapi segala sesuatunya hanya mengandalkan akal pikiran/logika dan kepentingan pribadi ataupun kelompok sebagai berhalanya. Sehingga yang terjadi digambarkan banyak muncul peristiwa di luar penalaran. Menjadikan orang-orang pintar hanya bisa omong alias pinter keblinger, seperti yang dikatakan sbb :

 

”Mingkin hareup mingkin hareup, loba buta nu baruta, naritah deui nyembah berhala. Laju bubuntut salah nu ngatur, panarat pabeulit dina cacadan; da nu ngawalukuna lain jalma tukang tani. Nya karuhan: taraté hépé sawaréh, kembang kapas hapa buahna; buah paré loba nu teu asup kana aseupan. Da bonganan, nu ngebonna tukang barohong; nu tanina ngan wungkul jangji; nu palinter loba teuing, ngan pinterna kabalinger.”

  • ”Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omong­an, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri. Sudah pasti: bunga teratai hampa sebagian, bunga kapas kosong buahnya, buah pare banyak yang tidak masuk kukusan. Sebab yang berjanjinya banyak tukang bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi pintar keblinger.”

Lalu dalam situasi dan kondisi tersebut yang tidak berbeda dengan saat ini kemudian muncul sosok orang yang dikatakan dalam naskah Wangsit Siliwangi sbb :

”Ti dinya datang budak janggotan. Datangna sajamang hideung bari nyorén kanéron butut, ngageuingkeun nu keur sasar, ngélingan nu keur paroho. Tapi henteu diwararo! Da pinterna kabalinger, hayang meunang sorangan. Arinyana teu areungeuh, langit anggeus semu beureum, haseup ngebul tina pirunan. Boro-boro dék ngawaro, malah budak nu janggotan, ku arinyana ditéwak diasupkeun ka pangbérokan. Laju arinyana ngawut-ngawut dapur batur, majarkeun néangan musuh; padahal arinyana nyiar-nyiar pimusuheun.Sing waspada! Sabab engké arinyana, bakal nyaram Pajajaran didongéngkeun. Sabab sarieuneun kanyahoan, saenyana arinyana anu jadi gara-gara sagala jadi dangdarat. Buta-buta nu baruta; ming­kin hareup mingkin bedegong, ngaleuwihan kebo bulé. Arinyana teu nyaraho, jaman manusa dikawasaan ku sato!”

  • ”Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam sambil menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar keblinger, maunya menang sendiri. Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian. Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukan ke penjara. Lalu mereka mengacak-ngacak tanah orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan.Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Sebab takut ketahuan, bahwa me­reka yang jadi gara-gara selama ini. Penguasa yang buta, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan.”

Sosok ”Pemuda Berjanggut” di atas adalah lambang laki-laki sejati yang sangat kuat prinsip dan akidahnya serta selalu eling (dilambangkan dengan baju serba hitam). Dan dia juga seorang yang tekun dan taat beribadah serta kuat dalam memegang ajaran leluhur (dilambangkan dengan menyanding sarung tua). Digambarkan bahwa di tengah situasi negeri yang panas membara (carut marut) dimana manusia dipenuhi nafsu angkara, ”Pemuda Berjanggut” datang mengingatkan yang pada lupa untuk kembali eling. Namun tidak dianggap.

Lalu pada alinea menjelang akhir dikatakan :

 

”Jayana buta-buta, hanteu pati lila; tapi, bongan kacarida teuing nyangsara ka somah anu pada ngarep-ngarep caringin reuntas di alun-alun. Buta bakal jaradi wadal, wadal pamolahna sorangan. Iraha mangsana? Engké, mun geus témbong budak angon! Ti dinya loba nu ribut, ti dapur laju salembur, ti lembur jadi sanagara! Nu barodo jaradi gélo marantuan nu garelut, dikokolotan ku budak buncireung! Matakna garelut? Marebutkeun warisan. Nu hawek hayang loba; nu boga hak marénta bagianana. Ngan nu aréling caricing. Arinyana mah ngalalajoan. Tapi kabarérang.”

  • ”Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mu’jizat datang untuk mereka. Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri. Kapan waktunya? Nanti, saat munculnya Anak Gembala! Di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar, dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.”

Situasi tersebut di atas adalah gambaran apa yang terjadi sekarang ini. Kalau kita perhatikan dengan cermat alinea ini, maka memang saat ini seluruh rakyat sedang berharap-harap menunggu datangnya mu’jizat di tengah-tengah carut marut yang sedang berlangsung di negeri ini. Lebih-lebih utamanya rakyat korban lumpur Lapindo yang kian hari makin kian sengsara. Bencana datang bertubi-tubi. Huru-hara terjadi di mana-mana. Dan akhir-akhir ini banyak sekali terjadi kasus perebutan tanah. Fenomena paling tragis dalam perebutan tanah pada masa ini (2007) ditandai dengan kasus Pasuruan yang membawa 4 korban tewas rakyat kecil di tangan aparat. Pemuda Gendut merupakan lambang orang yang rakus dan serakah serta memiliki kepentingan pribadi.Dalam bait ini dikatakan bahwa penguasa tersebut akan tumbang pada saat munculnya “Budak Angon”. Dimana kemunculannya ditandai dengan banyak terjadi huru-hara yang bermula di daerah lalu meluas ke seluruh negeri.

Dalam mengkaji Wangsit Siliwangi ini kita telah menemui lelakon atau pemeran utama yang dikatakan dengan istilah ”Budak Angon” (Anak Gembala) dan ”Budak Janggotan” (Pemuda Berjanggut). Coba mari kita simak alinea berikut :

 

”Nu garelut laju rareureuh; laju kakara arengeuh; kabéh gé taya nu meunang bagian. Sabab warisan sakabéh béak, béakna ku nu nyarekel gadéan. Buta-buta laju nyarusup, nu garelut jadi kareueung, sarieuneun ditempuhkeun leungitna nagara. Laju naréangan budak angon, nu saungna di birit leuwi nu pantona batu satangtung, nu dihateup ku handeuleum ditihangan ku hanjuang. Naréanganana budak tumbal. sejana dék marénta tumbal. Tapi, budak angon enggeus euweuh, geus narindak babarengan jeung budak anu janggotan; geus mariang pindah ngababakan, parindah ka Lebak Cawéné!”

  • ”Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari Budak Angon, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi Budak Angon sudah tidak ada, sudah pergi bersama Budak Janggotan, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!”

Perselisihan yang terjadi adalah sia-sia belaka. Karena selalu saja pihak penguasa membantu yang kuat, berdiri angkuh di atas yang lemah. Ada saat dimana ”wong cilik” sebagai lambang ”si lemah yang tertindas” mencari penuh harap sosok ”Budak Angon dan Budak Janggotan.” Namun yang dicari sulit ditemukan karena telah pergi ke Lebak Cawéné. Dimanakah Lebak Cawéné ? Lebak Cawéné adalah suatu lembah seperti cawan, yang dikatakan di dalam Serat Musarar Joyoboyo sebagai Gunung Perahu. Tempat itu digambarkan sebagai suatu lembah atau bukit dimana permukaannya cekung seperti tertumbuk perahu besar. Dikatakan oleh bapak Budi Marhaen, secara gambaran spiritual, di tempat itu terdapat 2 sumber air besar dan ditandai dengan 3 pohon beringin (Ringin Telu).

Lebih lanjut dikatakan :

 

”Nu kasampak ngan kari gagak, keur ngelak dina tutunggul. Daréngékeun! Jaman bakal ganti deui. tapi engké, lamun Gunung Gedé anggeus bitu, disusul ku tujuh gunung. Génjlong deui sajajagat. Urang Sunda disarambat; urang Sunda ngahampura. Hadé deui saka­béhanana. Sanagara sahiji deui. Nusa Jaya, jaya deui; sabab ngadeg ratu adil; ratu adil nu sajati. Tapi ratu saha? Ti mana asalna éta ratu? Engké ogé dia nyaraho. Ayeuna mah, siar ku dia éta budak angon! Jig geura narindak! Tapi, ulah ngalieuk ka tukang!”

  • ”Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan berganti lagi, tapi nanti, setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati. Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, carilah Anak Gembala. Segeralah pergi. Tapi ingat, jangan menoleh ke belakang!”

Perlambang gagak berkoar di dahan mati bermakna situasi dimana banyak suara-suara tanpa arti. Rakyat menjerit-jerit, penguasa mengumbar janji-janji kosong. Sedangkan negara digambarkan banyak ditimpa bencana. Sekarang ini banyak gunung di nusantara sedang aktif bahkan beberapa gunung telah meletus. Ribut seluruh bumi merupakan lambang keresahan dunia internasional dewasa ini terhadap perubahan iklim dunia dan pemanasan global. Hal ini ditandai dengan banyak bencana yang terjadi di banyak negara.Nampaknya kita sedang memasuki tahapan situasi ini. Mari kita renungkan dan perhatikan dengan apa yang sedang terjadi di seluruh negeri ini. Gunung-gunung telah mulai aktif, banyak terjadi bencana dengan unsur Air, Api, Angin dan Tanah dimana-mana, banyak pula terjadi huru-hara (demonstrasi/kerusuhan) sebagai lambang ketidakpuasan di berbagai tempat. Apakah ini terjadi secara kebetulan ? Tentu bagi yang memahami, ini semua adalah merupakan skenario langit.Lalu, siapakah ”Budak Angon” itu ? Dari bait tersebut diperlambangkan bahwa budak angon adalah orang sunda atau berdarah sunda. Hal ini akan kita bedah lagi setelah sampai pada kesimpulan setelah kita mengkaji karya-karya leluhur lainnya.

 

Serat Musarar Joyoboyo

Di dalam uraian ini saya akan mengawali dengan menandai suatu masa atau periode dalam Sinom bait 18 yang berbunyi :

 

”Dene jejuluke nata, Lung gadung rara nglingkasi, Nuli salin gajah meta, Semune tengu lelaki, Sewidak warsa nuli, Ana dhawuhing bebendu, Kelem negaranira, Kuwur tataning negari, Duk semana pametune wong ing ndesa.”

  • ”Nama rajanya Lung gadung rara nglikasi kemudian berganti gajah meta semune tengu lelaki. Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga tenggelam negaranya dan hukum tidak karu-karuan. Waktu itu pajaknya rakyat adalah..”

Lung gadung rara nglikasi memiliki makna yaitu pemimpin yang penuh inisiatif (cerdas) namun memiliki kelemahan sering tergoda wanita. Perlambang ini menunjuk kepada presiden pertama RI, Soekarno. Sedangkan Gajah meta semune tengu lelaki bermakna pemimpin yang kuat karena disegani atau ditakuti namun akhirnya terhina atau nista. Perlambang ini menunjuk kepada presiden kedua RI, Soeharto. Dalam bait ini juga dikatakan bahwa negara selama 60 tahun menerima kutukan sehingga tidak ada kepastian hukum. Ingat, usia kemerdekaan NKRI di tahun 2007 saat ini adalah 62 tahun.

Dalam bait 20 dikatakan :

 

”Bojode ingkang negara, Narendra pisah lan abdi, Prabupati sowang-sowang, Samana ngalih nagari, Jaman Kutila genti, Kara murka ratunipun, Semana linambangan, Dene Maolana Ngali, Panji loro semune Pajang Mataram.”

  • ”Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri sendiri-sendiri. Kemudian berganti jaman Kutila. Rajanya Kara Murka. Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram.”

Bait ini menggambarkan situasi negara yang kacau. Pemimpin jauh dari rakyat, dan dimulainya era baru dengan apa yang dinamakan otonomi daerah sebagai implikasi bergulirnya reformasi (Jaman Kutila). Karakter pemimpinnya saling jegal untuk saling menjatuhkan (Raja Kara Murka). Perlambang Panji loro semune Pajang – Mataram bermakna ada dua kekuatan pimpinan yang berseteru, yang satu dilambangkan dari trah Pajang (Joko Tingkir), dan yang lain dilambangkan dari trah Mataram (Pakubuwono). Hal ini menunjuk kepada era Gus Dur dan Megawati.

Lalu pada bait 21 tertulis :

”Nakoda melu wasesa, Kaduk bandha sugih wani, Sarjana sirep sadaya, Wong cilik kawelas asih, Mah omah bosah-basih, Katarajang marga agung, Panji loro dyan sirna, Nuli Rara ngangsu sami, Randha loro nututi pijer tetukar.”

  • ”Nakhoda ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya. Sarjana (orang pandai) tidak berdaya. Rakyat kecil sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu, randha loro nututi pijer tetukar.”

Situasi negara dalam bait ini digambarkan bahwa kekuatan asing memiliki pengaruh yang sangat besar. Orang pandai berpendidikan tinggi dilambangkan tidak berdaya (pinter keblinger). Kondisi rakyat kecil makin sengsara saja. Perlambang Rara ngangsu, randha loro nututi pijer tetukar bermakna seorang pemimpin wanita yang selalu diintai oleh dua saudara wanitanya seolah ingin menggantikan. Perlambang ini menunjuk kepada Megawati, presiden RI kelima yang selalu dibayangi oleh Rahmawati dan Sukmawati.

Pada bait 22 dikatakan :

”Tan kober paes sarira, Sinjang kemben tan tinolih, Lajengipun sinung lambang, Dene Maolana Ngali, Samsujen Sang-a Yogi, Tekane Sang Kala Bendu, Ing Semarang Tembayat, Poma den samya ngawruhi, Sasmitane lambang kang kocap punika.”

  • ”Tan kober paes sarira, Sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.”

Perlambang Tan kober paes sarira, Sinjang kemben tan tinolih bermakna pemimpin yang tidak sempat mengatur negara karena direpotkan dengan berbagai masalah. Ini menunjuk kepada presiden RI keenam saat ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan perlambang Semarang Tembayat merupakan tempat dimana tempat seseorang memahami dan mengetahui solusi dari apa yang terjadi. Semarang Tembayat merupakan tempat yang masih misteri dimana di dalam Surat Terbuka kepada SBY bapak Budi Marhaen menggambarkan sbb :

”Jawaban dan solusi guna mengatasi carut marut keadaan bangsa ini ada di ”Semarang Tembayat” yang telah diungkapkan oleh Prabu Joyoboyo. Guna membantu memecahkan misteri ini dapatlah saya pandu sebagai berikut :

  1. Sunan Tembayat adalah Bupati pertama Semarang. Sedangkan tempat yang dimaksud adalah lokasi dimana Kanjeng Sunan Kalijaga memerintahkan kepada Sunan Tembayat untuk pergi ke Gunung Jabalkat (Klaten). Secara potret spiritual, lokasi itu dinamakan daerah “Ringin Telu” (Beringin Tiga), berada di daerah pinggiran Semarang.
  2. Semarang Tembayat juga bermakna Semarang di balik Semarang. Maksudnya adalah di balik lahir (nyata), ada batin (gaib). Kerajaan gaib penguasa Semarang adalah “Barat Katiga”. Insya Allah lokasinya adalah di daerah “Ringin Telu” itu.
  3. Semarang Tembayat dapat diartikan : SEMARANG TEMpatnya BArat DaYA Tepi. Dapat diartikan lokasinya adalah di Semarang pinggiran arah Barat Daya.”

Kemudian pada bait 27 berbunyi :

“Dene besuk nuli ana, Tekane kang Tunjung putih, semune Pudhak kasungsang, Bumi Mekah dennya lair, Iku kang angratoni, Jagad kabeh ingkang mengku, Juluk Ratu Amisan, Sirep musibating bumi, Wong nakoda milu manjing ing samuwan,”

  • “Kemudian kelak akan datang Tunjung putih semune Pudak kasungsang. Lahir di bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.”

Perlambang Tunjung putih semune Pudak kasungsang memiliki makna seorang pemimpin yang masih tersembunyi berhati suci dan bersih. Inilah seorang pemimpin yang dikenal banyak orang dengan nama “Satrio Piningit”. Lahir di bumi Mekah merupakan perlambang bahwa pemimpin tersebut adalah seorang Islam sejati yang memiliki tingkat ketauhidan yang sangat tinggi.

Sedangkan bait 28 tertulis :

“Prabu tusing waliyulah, Kadhatone pan kekalih, Ing Mekah ingkang satunggal, Tanah Jawi kang sawiji, Prenahe iku kaki, Perak lan gunung Perahu, Sakulone tempuran, Balane samya jrih asih, Iya iku ratu rinenggeng sajagad.”

  • “Raja utusan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.”

Bait ini menggambarkan bahwa pemimpin tersebut adalah hasil didikan atau tempaan seorang Waliyullah (Aulia) yang juga selalu tersembunyi. Berkedaton di Mekah dan Tanah Jawa merupakan perlambang yang bermakna bahwa pemimpin tersebut selain ber-Islam sejati namun juga berpegang teguh pada kawruh Jawa (ajaran leluhur Jawa tentang laku utama). Sedangkan gunung Perahu seperti telah disinggung di atas adalah Lebak Cawéné. Kembali lagi, dimana tempatnya ? Kita telah membaca bait 22 di atas. Ya di Semarang Tembayat itulah tempatnya. Sedangkan tempuran adalah pertemuan dua sungai di muara yang biasanya digunakan untuk tempat bertirakat ”kungkum” bagi orang Jawa. Namun di sini tempuran bermakna ”watu gilang” sebagai tempat pertemuan alam fisik dan alam gaib. Dalam budaya spiritual Jawa keberadaan watu gilang sangat lekat dengan eksistensi seorang raja. Insya Allah.. Pemimpin tersebut akan mampu memimpin Nusantara ini dengan baik, adil dan membawa kepada kesejahteraan rakyat, serta menjadikan Nusantara sebagai ”barometer dunia” (istilah Bung Karno : ”Negara Mercusuar”).

 

Bait-bait Terakhir Ramalan Joyoboyo

Dalam bait-bait terakhir ramalan Joyoboyo digambarkan suasana negara yang kacau penuh carut marut serta terjadi kerusakan moral yang luar biasa. Namun dengan adanya fenomena tersebut kemudian digambarkan munculnya seseorang yang arif dan bijaksana yang mampu mengatasi keadaan. Berikut adalah cuplikan bait-bait tersebut yang menggambarkan ciri-ciri atau karakter seseorang itu :

159.selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu; bakal ana dewa ngejawantah; apengawak manungsa; apasurya padha bethara Kresna; awatak Baladewa; agegaman trisula wedha; jinejer wolak-waliking zaman; …

  • selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun (sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu); akan ada dewa tampil; berbadan manusia; berparas seperti Batara Kresna; berwatak seperti Baladewa; bersenjata trisula wedha; tanda datangnya perubahan zaman; …

160.…; iku tandane putra Bethara Indra wus katon; tumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa

  • …; itulah tanda putra Batara Indra sudah nampak; datang di bumi untuk membantu orang Jawa

162.…; bala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garis; tan kasat mata, tan arupa; sing madhegani putrane Bethara Indra; agegaman trisula wedha; momongane padha dadi nayaka perang perange tanpa bala; sakti mandraguna tanpa aji-aji

  • …; pasukan makhluk halus sama-sama berbaris, berebut garis yang benar, tak kelihatan, tak berbentuk; yang memimpin adalah putra Batara Indra, bersenjatakan trisula wedha; para asuhannya menjadi perwira perang; jika berperang tanpa pasukan; sakti mandraguna tanpa azimat

163.apeparap pangeraning prang; tan pokro anggoning nyandhang; ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang; …

  • bergelar pangeran perang; kelihatan berpakaian kurang pantas; namun dapat mengatasi keruwetan banyak orang; …

164.…; mumpuni sakabehing laku; nugel tanah Jawa kaping pindho; ngerahake jin setan; kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda; landhepe triniji suci; bener, jejeg, jujur; kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong

  • …; menguasai seluruh ajaran (ngelmu); memotong tanah Jawa kedua kali; mengerahkan jin dan setan; seluruh makhluk halus berada di bawah perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda; tajamnya tritunggal nan suci; benar, lurus, jujur; didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong

166.idune idu geni; sabdane malati; sing mbregendhul mesti mati; ora tuwo, enom padha dene bayi; wong ora ndayani nyuwun apa bae mesthi sembada; garis sabda ora gentalan dina; beja-bejane sing yakin lan tuhu setya sabdanira; tan karsa sinuyudan wong sak tanah Jawa; nanging inung pilih-pilih sapa

  • ludahnya ludah api, sabdanya sakti (terbukti), yang membantah pasti mati; orang tua, muda maupun bayi; orang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhi; garis sabdanya tidak akan lama; beruntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanya; tidak mau dihormati orang se tanah Jawa; tetapi hanya memilih beberapa saja

167.waskita pindha dewa; bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira; pindha lahir bareng sadina; ora bisa diapusi marga bisa maca ati; wasis, wegig, waskita; ngerti sakdurunge winarah; bisa pirsa mbah-mbahira; angawuningani jantraning zaman Jawa; ngerti garise siji-sijining umat; Tan kewran sasuruping zaman

  • pandai meramal seperti dewa; dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda; seolah-olah lahir di waktu yang sama; tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati; bijak, cermat dan sakti; mengerti sebelum sesuatu terjadi; mengetahui leluhur anda; memahami putaran roda zaman Jawa; mengerti garis hidup setiap umat; tidak khawatir tertelan zaman

168.mula den upadinen sinatriya iku; wus tan abapa, tan bibi, lola; awus aputus weda Jawa; mung angandelake trisula; landheping trisula pucuk; gegawe pati utawa utang nyawa; sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan; sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda

  • oleh sebab itu carilah satria itu; yatim piatu, tak bersanak saudara; sudah lulus weda Jawa; hanya berpedoman trisula; ujung trisulanya sangat tajam; membawa maut atau utang nyawa; yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain; yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan

170.ing ngarsa Begawan; dudu pandhita sinebut pandhita; dudu dewa sinebut dewa; kaya dene manungsa; …

  • di hadapan Begawan; bukan pendeta disebut pendeta; bukan dewa disebut dewa; namun manusia biasa; …

171.aja gumun, aja ngungun; hiya iku putrane Bethara Indra; kang pambayun tur isih kuwasa nundhung setan; tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh; hiya siji iki kang bisa paring pituduh marang jarwane jangka kalaningsun; tan kena den apusi; marga bisa manjing jroning ati; ana manungso kaiden ketemu; uga ana jalma sing durung mangsane; aja sirik aja gela; iku dudu wektunira; nganggo simbol ratu tanpa makutha; mula sing menangi enggala den leluri; aja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelu; beja-bejane anak putu

  • jangan heran, jangan bingung; itulah putranya Batara Indra; yang sulung dan masih kuasa mengusir setan; turunnya air brajamusti pecah memercik; hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk tentang arti dan makna ramalan saya; tidak bisa ditipu; karena dapat masuk ke dalam hati; ada manusia yang bisa bertemu; tapi ada manusia yang belum saatnya; jangan iri dan kecewa; itu bukan waktu anda; memakai lambang ratu tanpa mahkota; sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati; jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuh; keberuntungan ada di anak cucu

172.iki dalan kanggo sing eling lan waspada; ing zaman kalabendu Jawa; aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa; cures ludhes saka braja jelma kumara; aja-aja kleru pandhita samusana; larinen pandhita asenjata trisula wedha; iku hiya pinaringaning dewa

  • inilah jalan bagi yang ingat dan waspada; pada zaman kalabendu Jawa; jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa; yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga; jangan keliru mencari dewa; carilah dewa bersenjata trisula wedha; itulah pemberian dewa

173.nglurug tanpa bala; yen menang tan ngasorake liyan; para kawula padha suka-suka; marga adiling pangeran wus teka; ratune nyembah kawula; angagem trisula wedha; para pandhita hiya padha muja; hiya iku momongane kaki Sabdopalon; sing wis adu wirang nanging kondhang; genaha kacetha kanthi njingglang; nora ana wong ngresula kurang; hiya iku tandane kalabendu wis minger; centi wektu jejering kalamukti; andayani indering jagad raya; padha asung bhekti

  • menyerang tanpa pasukan; bila menang tak menghina yang lain; rakyat bersuka ria; karena keadilan Yang Kuasa telah tiba; raja menyembah rakyat; bersenjatakan trisula wedha; para pendeta juga pada memuja; itulah asuhannya Sabdopalon; yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur; segalanya tampak terang benderang; tak ada yang mengeluh kekurangan; itulah tanda zaman kalabendu telah usai; berganti zaman penuh kemuliaan; memperkokoh tatanan jagad raya; semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi

Sampai di sini kita akan dapat mulai memahami siapakah yang dikatakan oleh Prabu Joyoboyo dengan istilah “Putra Betara Indra” itu ? Bait-bait tersebut telah mengurai secara rinci tentang ciri-ciri dan karakter orang tersebut. Putra Betara Indra tidak lain dan tidak bukan adalah Waliyullah (aulia) yang tertulis di dalam sinom bait 28 pada Serat Musarar Joyoboyo. Perlambang paras Kresna dan watak Baladewa bermakna satria pinandhita. Karena hakekat dua bersaudara Kresna dan Baladewa (Krishna Balarama) melambangkan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dimana Kresna melambangkan pencipta, sedangkan Baladewa melambangkan potensi kreativitas­nya. Dua bersaudara Kresna dan Baladewa menghabiskan masa kanak-kanaknya sebagai penggembala sapi. Dengan hakekat ini setidaknya kita dapat meraba bahwa Putra Betara Indra adalah juga “Budak Angon” (Anak Gembala) yang telah dikatakan oleh Prabu Siliwangi di dalam Uga Wangsit Siliwangi.

 

 

Ramalan Satrio Piningit Ronggowarsito

Di dalam ramalan Ronggowarsito dipaparkan ada tujuh Satrio Piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang di kemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah “bekas” kerajaan Majapahit, yaitu : Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu. Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai berikut :

  1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO.Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagaiSoekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.
  2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR.Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.
  3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR.Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.
  4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME.Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000.
  5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH.Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004.
  6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO.Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampumensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkhisme seiring prahara yang terus terjadi akan memandulkan kebijakan yang diambil.
  7. SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU.Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.

Selain masing-masing satrio itu menjadi ciri-ciri dari masing-masing pemimpin NKRI pada setiap masanya, ternyata tujuh satrio piningit itu melambangkan tujuh sifat yang menyatu di dalam diri seorang pandhita yang telah kita tahu adalah Putra Betara Indra yang juga Budak Angon seperti telah diungkap di atas. Berikut ini adalah sifat-sifat “Satrio Piningit” sejati hasil bedah hakekat bapak Budi Marhaen terhadap apa yang telah ditulis oleh R.Ng. Ronggowarsito :

  1. Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoromelambangkan orang yang sepanjang hidupnya terpenjara namun namanya harum mewangi. Sifat ini hanya dimi­liki oleh orang yang telah menguasai Artadaya (ma’rifat sebenar-benar ma’rifat). Diberikan anugerah kewaskitaan atau kesaktian oleh Allah SWT, namun tidak pernah menampakkan kesaktiannya itu. Jadi sifat ini melambangkan orang berilmu yang amat sangat tawadhu’.
  2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesamparmelambangkan orang yang kaya akan ilmu dan berwibawa, namun hidupnya kesandung kesampar, artinya penderitaan dan pengorbanan telah menjadi teman hidupnya yang setia. Tidak terkecuali fitnah dan caci maki selalu menyertainya. Semua itu dihadapinya dengan penuh kesabaran, ikhlas dan tawakal.
  3. Satrio Jinumput Sumelo Aturmelambangkan orang yang terpilih oleh Allah SWT guna melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjalankan missi-Nya. Hal ini dibuktikan dengan pemberian anugerah-Nya berupa ilmu laduni kepada orang tersebut.
  4. Satrio Lelono Topo Ngramemelambangkan orang yang sepanjang hidupnya melakukan perjalanan spiritual dengan melakukan tasawuf hidup (tapaning ngaurip). Bersikap zuhud dan selalu membantu (tetulung) kepada orang-orang yang dirundung kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya.
  5. Satrio Hamong Tuwuhmelambangkan orang yang memiliki dan membawa kharisma leluhur suci serta memiliki tuah karena itu selalu mendapatkan pengayoman dan petunjuk dari Allah SWT. Dalam budaya Jawa orang tersebut biasanya ditandai dengan wasilah memegang pusaka tertentu sebagai perlambangnya.
  6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuromelambangkan orang yang melakukan hijrah dari suatu tempat ke tempat lain yang diberkahi Allah SWT atas petunjuk-Nya. Hakekat hijrah ini adalah sebagai perlambang diri menuju pada kesempurnaan hidup (kasampurnaning ngaurip). Dalam kaitan ini maka tempat yang ditunjuk itu adalah Lebak Cawéné = Gunung Perahu = Semarang Tembayat.
  7. Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyumelambangkan orang yang memiliki enam sifat di atas. Sehingga orang tersebut digambarkan sebagai seorang pinandhita atau alim yang selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Maka hakekat Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu adalah utusan Allah SWT atau bisa dikatakan seorang Aulia (waliyullah).

Serat Kalatidha Ronggowarsito

Guna memperlengkapi wacana kita tentang sifat dan karakter “Satrio Piningit” yang telah diurai di atas, ada baik­nya kita cermati pula Serat Kalatidha karya Ronggowarsito yang tertuang dalam Serat Centhini jilid IV (karya Susuhunan Pakubuwono V) pada Pupuh 257 dan 258. Kutipan berikut ini menggambarkan situasi jaman yang terjadi dan akhirnya muncul sang Satrio yang dinanti :

Pupuh 257 (tembang 28 s/d 44) :

Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.

  • Para pemimpinnya berhati jahil, bicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.

Keh wahyuning eblislanat kang tamurun, apangling kang jalma, dumrunuh salin sumalin, wong wadon kang sirna wiwirangira.

  • Wahyu yang turun adalah wahyu dari iblis dan sulit bagi kita untuk membedakannya, para wanitanya banyak yang kehilangan rasa malu.

Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata, akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyase nalangsa.

  • Rasa persaudaraan meluntur, tidak saling memberi berita dan banyak orang miskin beraneka macam yang sangat menyedihkan kehidupannya.

Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga.

  • Banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan / perampokan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.

Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.

  • Alampun ikut terpengaruh dengan banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.

Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.

  • Angin ribut dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan seperti perang yang tidak ketahuan mana musuhnya yang menyebabkan tidak mungkin ada rasa tenteram di hati.

Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar silastuti titi tata.

  • Kewibawaan negara tidak ada lagi, semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.

Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda.

  • Para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah / kesulitan.

Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pra nayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak-cakrak.

  • Para pemimpin mengatakan seolah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.

Nging tan dadya, paliyasing Kalabendu, mandar sangking dadra, rubeda angrubedi, beda-beda hardaning wong sanagara.

  • Yang menjadi pertanda zaman Kalabendu, makin lama makin menjadi kesulitan yang sangat, dan berbeda-beda tingkah laku / pendapat orang se-negara.

Katatangi tangising mardawa-lagu, kwilet tays duhkita, kataman ring reh wirangi, dening angupaya sandi samurana.

  • Disertai dengan tangis dan kedukaan yang mendalam, walaupun kemungkinan dicemooh, mencoba untuk melihat tanda-tanda yang tersembunyi dalam peristiwa ini.

Anaruwung, mangimur saniberike, menceng pangupaya, ing pamrih melok pakolih, temah suha ing karsa tanpa wiweka.

  • Berupaya tanpa pamrih.

Ing Paniti sastra wawarah, sung pemut, ing zaman musibat, wong ambeg jatmika kontit, kang mangkono yen niteni lamampahan.

  • Memberikan peringatan pada zaman yang kalut dengan bijaksana, begitu agar kejadiannya / yang akan terjadi bisa jadi peringatan.

Nawung krida, kang menangi jaman gemblung, iya jaman edan, ewuh aya kang pambudi, yen meluwa edan yekti nora tahan.

  • Untuk dibuktikan, akan mengalami jaman gila, yaitu zaman edan, sulit untuk mengambil sikap, apabila ikut gila/edan tidak tahan.

Yen tan melu, anglakoni wus tartamtu, boya keduman, melik kalling donya iki, satemahe kaliren wekasane.

  • Apabila tidak ikut menjalani, tidak kebagian untuk memiliki harta benda, yang akhirnya bisa kelaparan.

Wus dilalah, karsane kang Among tuwuh, kang lali kabegjan, ananging sayektineki, luwih begja kang eling lawan waspada.

  • Sudah kepastian, atas kehendak Allah SWT, yang lupa untuk mengejar keberuntungan, tapi yang sebetulnya, lebih beruntung yang tetap ingat dan waspada (dalam perbuatan berbudi baik dan luhur).

Wektu iku, wus parek wekasanipun, jaman Kaladuka, sirnaning ratu amargi, wawan-wawan kalawan memaronira.

Pada saat itu sudah dekat berakhirnya zaman Kaladuka.

Pupuh 258 (tembang 1 s/d 7) :

Saka marmaning Hayang Sukma, jaman Kalabendu sirna, sinalinan jamanira, mulyaning jenengan nata, ing kono raharjanira, karaton ing tanah Jawa, mamalaning bumi sirna, sirep dur angkaramurka.

  • Atas izin Allah SWT, zaman Kalabendu hilang, berganti zaman dimana tanah Jawa/Indonesia menjadi makmur, hilang kutukan bumi dan angkara murkapun mereda.

Marga sinapih rawuhnya, nata ginaib sanyata, wiji wijiling utama, ingaranan naranata, kang kapisan karanya, adenge tanpa sarana, nagdam makduming srinata, sonya rutikedatonnya.

  • Kedatangan pemimpin baru tidak terduga, seperti muncul secara gaib, yang mempunyai sifat-sifat utama.

Lire sepi tanpa srana, ora ana kara-kara, duk masih keneker Sukma, kasampar kasandhung rata, keh wong katambehan ika, karsaning Sukma kinarya, salin alamnya, jumeneng sri pandhita.

  • Datangnya tanpa sarana apa-apa, tidak pernah menonjol sebelumnya, pada saat masih muda, banyak mengalami halangan dalam hidupnya, yang oleh izin Allah SWT, akan menjadi pemimpin yang berbudi luhur.

Luwih adil paraarta, lumuh maring branaarta, nama Sultan Erucakra, tanpa sangakan rawuhira, tan ngadu bala manungsa, mung sirollah prajuritnya, tungguling dhikir kewala, mungsuh rerep sirep sirna.

  • Mempunyai sifat adil, tidak tertarik dengan harta benda, bernama Sultan Erucakra (pemimpin yang memiliki wahyu), tidak ketahuan asal kedatangannya, tidak mengandalkan bala bantuan manusia, hanya sirullah prajuritnya (pasukan Allah) dan senjatanya adalah se-mata2 dzikir, musuh semua bisa dikalahkan.

Tumpes tapis tan na mangga, krana panjenengan nata, amrih kartaning nagara, harjaning jagat sadaya, dhahare jroning sawarsa, denwangeni katahhira, pitung reyal ika, tan karsa lamun luwiha.

  • Semua musuhnya dimusnahkan oleh sang pemimpin demi kesejahteraan negara, dan kemakmuran semuanya, hidupnya sederhana, tidak mau melebihi, penghasilan yang diterima.

Bumi sakjung pajegira, amung sadinar sawarsa, sawah sewu pametunya, suwang ing dalem sadina, wus resik nir apa-apa, marmaning wong cilik samya, ayem enake tysira, dene murah sandhang teda.

  • Pajak orang kecil sangat rendah nilainya, orang kecil hidup tentram, murah sandang dan pangan.

Tan na dursila durjana, padha martobat nalangas, wedi willating nata, adil asing paramarta, bumi pethik akukutha, parek lan kali Katangga, ing sajroning bubak wana, penjenenganin sang nata.

  • Tidak ada penjahat, semuanya sudah bertobat, takut dengan kewibawaan sang pemimpin yang sangat adil dan bijaksana.

Dari gambaran yang tertulis di dalam Serat Kalatidha di atas, maka kita akan mendapatkan gambaran yang sama dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Percaya atau tidak, kenyataannya semua yang telah digambarkan para leluhur nusantara ini telah terjadi dan sedang berlangsung serta insya allah akan terjadi, baik lambat ataupun cepat. Karena apa yang telah dituangkan para leluhur kita dalam bentuk karya sastra adalah hasil “olah batin” ataupun “perjalanan spiritual” beliau-beliau di dalam menangkap lambang-lambang-Nya di alam nyata maupun gaib. Inilah yang diistilahkan dalam kawruh jawa sebagai Sastrajendra Hayuningrat (sastra tanpa wujud – papan tanpa tulis, tulis tanpa papan). Sehingga dalam mengungkapkannya penuh dengan perlambang (pasemon ataupun sanepan). Semuanya hanya ingin mengingatkan kita anak cucu leluhur nusantara ini untuk senantiasa Eling dan Waspada. ( Nurahmad )

 

Sumber : http://sabdopalon.wordpress.com/menyibak-tabir-misteri-nusantara/

 

https://www.facebook.com/ari.harmedi?and=ganesha.nurahmad

 


Budak Angon di Ramalan Satrio Piningit Ronggowarsito

$
0
0

Ramalan Satrio Piningit Ronggowarsito

trio Lelono Topo Ngrame, Satrio Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu. Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai berikut :

  1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO.Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagaiSoekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.
  2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR.Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.
  3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR.Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.
  4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME.Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000.
  5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH.Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004.
  6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO.Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampumensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkhisme seiring prahara yang terus terjadi akan memandulkan kebijakan yang diambil.
  7. SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU.Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.

Selain masing-masing satrio itu menjadi ciri-ciri dari masing-masing pemimpin NKRI pada setiap masanya, ternyata tujuh satrio piningit itu melambangkan tujuh sifat yang menyatu di dalam diri seorang pandhita yang telah kita tahu adalah Putra Betara Indra yang juga Budak Angon seperti telah diungkap di atas. Berikut ini adalah sifat-sifat “Satrio Piningit” sejati hasil bedah hakekat bapak Budi Marhaen terhadap apa yang telah ditulis oleh R.Ng. Ronggowarsito :

  1. Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoromelambangkan orang yang sepanjang hidupnya terpenjara namun namanya harum mewangi. Sifat ini hanya dimi­liki oleh orang yang telah menguasai Artadaya (ma’rifat sebenar-benar ma’rifat). Diberikan anugerah kewaskitaan atau kesaktian oleh Allah SWT, namun tidak pernah menampakkan kesaktiannya itu. Jadi sifat ini melambangkan orang berilmu yang amat sangat tawadhu’.
  2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesamparmelambangkan orang yang kaya akan ilmu dan berwibawa, namun hidupnya kesandung kesampar, artinya penderitaan dan pengorbanan telah menjadi teman hidupnya yang setia. Tidak terkecuali fitnah dan caci maki selalu menyertainya. Semua itu dihadapinya dengan penuh kesabaran, ikhlas dan tawakal.
  3. Satrio Jinumput Sumelo Aturmelambangkan orang yang terpilih oleh Allah SWT guna melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjalankan missi-Nya. Hal ini dibuktikan dengan pemberian anugerah-Nya berupa ilmu laduni kepada orang tersebut.
  4. Satrio Lelono Topo Ngramemelambangkan orang yang sepanjang hidupnya melakukan perjalanan spiritual dengan melakukan tasawuf hidup (tapaning ngaurip). Bersikap zuhud dan selalu membantu (tetulung) kepada orang-orang yang dirundung kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya.
  5. Satrio Hamong Tuwuhmelambangkan orang yang memiliki dan membawa kharisma leluhur suci serta memiliki tuah karena itu selalu mendapatkan pengayoman dan petunjuk dari Allah SWT. Dalam budaya Jawa orang tersebut biasanya ditandai dengan wasilah memegang pusaka tertentu sebagai perlambangnya.
  6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuromelambangkan orang yang melakukan hijrah dari suatu tempat ke tempat lain yang diberkahi Allah SWT atas petunjuk-Nya. Hakekat hijrah ini adalah sebagai perlambang diri menuju pada kesempurnaan hidup (kasampurnaning ngaurip). Dalam kaitan ini maka tempat yang ditunjuk itu adalah Lebak Cawéné = Gunung Perahu = Semarang Tembayat.
  7. Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyumelambangkan orang yang memiliki enam sifat di atas. Sehingga orang tersebut digambarkan sebagai seorang pinandhita atau alim yang selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Maka hakekat Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu adalah utusan Allah SWT atau bisa dikatakan seorang Aulia (waliyullah).

Serat Kalatidha Ronggowarsito

Guna memperlengkapi wacana kita tentang sifat dan karakter “Satrio Piningit” yang telah diurai di atas, ada baik­nya kita cermati pula Serat Kalatidha karya Ronggowarsito yang tertuang dalam Serat Centhini jilid IV (karya Susuhunan Pakubuwono V) pada Pupuh 257 dan 258. Kutipan berikut ini menggambarkan situasi jaman yang terjadi dan akhirnya muncul sang Satrio yang dinanti :

Pupuh 257 (tembang 28 s/d 44) :

Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.

  • Para pemimpinnya berhati jahil, bicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.

Keh wahyuning eblislanat kang tamurun, apangling kang jalma, dumrunuh salin sumalin, wong wadon kang sirna wiwirangira.

  • Wahyu yang turun adalah wahyu dari iblis dan sulit bagi kita untuk membedakannya, para wanitanya banyak yang kehilangan rasa malu.

Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata, akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyase nalangsa.

  • Rasa persaudaraan meluntur, tidak saling memberi berita dan banyak orang miskin beraneka macam yang sangat menyedihkan kehidupannya.

Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga.

  • Banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan / perampokan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.

Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.

  • Alampun ikut terpengaruh dengan banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.

Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.

  • Angin ribut dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan seperti perang yang tidak ketahuan mana musuhnya yang menyebabkan tidak mungkin ada rasa tenteram di hati.

Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar silastuti titi tata.

  • Kewibawaan negara tidak ada lagi, semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.

Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda.

  • Para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah / kesulitan.

Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pra nayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak-cakrak.

  • Para pemimpin mengatakan seolah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.

Nging tan dadya, paliyasing Kalabendu, mandar sangking dadra, rubeda angrubedi, beda-beda hardaning wong sanagara.

  • Yang menjadi pertanda zaman Kalabendu, makin lama makin menjadi kesulitan yang sangat, dan berbeda-beda tingkah laku / pendapat orang se-negara.

Katatangi tangising mardawa-lagu, kwilet tays duhkita, kataman ring reh wirangi, dening angupaya sandi samurana.

  • Disertai dengan tangis dan kedukaan yang mendalam, walaupun kemungkinan dicemooh, mencoba untuk melihat tanda-tanda yang tersembunyi dalam peristiwa ini.

Anaruwung, mangimur saniberike, menceng pangupaya, ing pamrih melok pakolih, temah suha ing karsa tanpa wiweka.

  • Berupaya tanpa pamrih.

Ing Paniti sastra wawarah, sung pemut, ing zaman musibat, wong ambeg jatmika kontit, kang mangkono yen niteni lamampahan.

  • Memberikan peringatan pada zaman yang kalut dengan bijaksana, begitu agar kejadiannya / yang akan terjadi bisa jadi peringatan.

Nawung krida, kang menangi jaman gemblung, iya jaman edan, ewuh aya kang pambudi, yen meluwa edan yekti nora tahan.

  • Untuk dibuktikan, akan mengalami jaman gila, yaitu zaman edan, sulit untuk mengambil sikap, apabila ikut gila/edan tidak tahan.

Yen tan melu, anglakoni wus tartamtu, boya keduman, melik kalling donya iki, satemahe kaliren wekasane.

  • Apabila tidak ikut menjalani, tidak kebagian untuk memiliki harta benda, yang akhirnya bisa kelaparan.

Wus dilalah, karsane kang Among tuwuh, kang lali kabegjan, ananging sayektineki, luwih begja kang eling lawan waspada.

  • Sudah kepastian, atas kehendak Allah SWT, yang lupa untuk mengejar keberuntungan, tapi yang sebetulnya, lebih beruntung yang tetap ingat dan waspada (dalam perbuatan berbudi baik dan luhur).

Wektu iku, wus parek wekasanipun, jaman Kaladuka, sirnaning ratu amargi, wawan-wawan kalawan memaronira.

Pada saat itu sudah dekat berakhirnya zaman Kaladuka.

Pupuh 258 (tembang 1 s/d 7) :

Saka marmaning Hayang Sukma, jaman Kalabendu sirna, sinalinan jamanira, mulyaning jenengan nata, ing kono raharjanira, karaton ing tanah Jawa, mamalaning bumi sirna, sirep dur angkaramurka.

  • Atas izin Allah SWT, zaman Kalabendu hilang, berganti zaman dimana tanah Jawa/Indonesia menjadi makmur, hilang kutukan bumi dan angkara murkapun mereda.

Marga sinapih rawuhnya, nata ginaib sanyata, wiji wijiling utama, ingaranan naranata, kang kapisan karanya, adenge tanpa sarana, nagdam makduming srinata, sonya rutikedatonnya.

  • Kedatangan pemimpin baru tidak terduga, seperti muncul secara gaib, yang mempunyai sifat-sifat utama.

Lire sepi tanpa srana, ora ana kara-kara, duk masih keneker Sukma, kasampar kasandhung rata, keh wong katambehan ika, karsaning Sukma kinarya, salin alamnya, jumeneng sri pandhita.

  • Datangnya tanpa sarana apa-apa, tidak pernah menonjol sebelumnya, pada saat masih muda, banyak mengalami halangan dalam hidupnya, yang oleh izin Allah SWT, akan menjadi pemimpin yang berbudi luhur.

Luwih adil paraarta, lumuh maring branaarta, nama Sultan Erucakra, tanpa sangakan rawuhira, tan ngadu bala manungsa, mung sirollah prajuritnya, tungguling dhikir kewala, mungsuh rerep sirep sirna.

  • Mempunyai sifat adil, tidak tertarik dengan harta benda, bernama Sultan Erucakra (pemimpin yang memiliki wahyu), tidak ketahuan asal kedatangannya, tidak mengandalkan bala bantuan manusia, hanya sirullah prajuritnya (pasukan Allah) dan senjatanya adalah se-mata2 dzikir, musuh semua bisa dikalahkan.

Tumpes tapis tan na mangga, krana panjenengan nata, amrih kartaning nagara, harjaning jagat sadaya, dhahare jroning sawarsa, denwangeni katahhira, pitung reyal ika, tan karsa lamun luwiha.

  • Semua musuhnya dimusnahkan oleh sang pemimpin demi kesejahteraan negara, dan kemakmuran semuanya, hidupnya sederhana, tidak mau melebihi, penghasilan yang diterima.

Bumi sakjung pajegira, amung sadinar sawarsa, sawah sewu pametunya, suwang ing dalem sadina, wus resik nir apa-apa, marmaning wong cilik samya, ayem enake tysira, dene murah sandhang teda.

  • Pajak orang kecil sangat rendah nilainya, orang kecil hidup tentram, murah sandang dan pangan.

Tan na dursila durjana, padha martobat nalangas, wedi willating nata, adil asing paramarta, bumi pethik akukutha, parek lan kali Katangga, ing sajroning bubak wana, penjenenganin sang nata.

  • Tidak ada penjahat, semuanya sudah bertobat, takut dengan kewibawaan sang pemimpin yang sangat adil dan bijaksana.

Dari gambaran yang tertulis di dalam Serat Kalatidha di atas, maka kita akan mendapatkan gambaran yang sama dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Percaya atau tidak, kenyataannya semua yang telah digambarkan para leluhur nusantara ini telah terjadi dan sedang berlangsung serta insya allah akan terjadi, baik lambat ataupun cepat. Karena apa yang telah dituangkan para leluhur kita dalam bentuk karya sastra adalah hasil “olah batin” ataupun “perjalanan spiritual” beliau-beliau di dalam menangkap lambang-lambang-Nya di alam nyata maupun gaib. Inilah yang diistilahkan dalam kawruh jawa sebagai Sastrajendra Hayuningrat (sastra tanpa wujud – papan tanpa tulis, tulis tanpa papan). Sehingga dalam mengungkapkannya penuh dengan perlambang (pasemon ataupun sanepan). Semuanya hanya ingin mengingatkan kita anak cucu leluhur nusantara ini untuk senantiasa Eling dan Waspada


Prabu Jaya Baya Pernah Tafakur ke Gunung Padang Cianjur

$
0
0

Prabu Jayabaya tercatat di manuskrip kuno pernah mampir ke
Piramida Gunung Padang cianjur jabar

by Mbah Subowo bin Sukaris

12592-1467187_10152195217262354_660008389_nGunung Padang yang berada di Cianjur, Jabar, masih penuh diliputi misteri. Sebagian pakar ilmiah berpendapat bahwa usia situs itu pada antara 3000 s/d 11000 Sebelum Masehi, atau usianya hingga saat ini di antara 5000 tahun hingga 13000 tahun yang silam.

Gunung Padang hingga awal abad keduapuluh satu ini masih menyimpan peninggalan masa silam yang luar biasa, dan situs itu pun rupanya tidak luput dari perhatian Raja Kediri Sri Aji Jayabaya yang memerintah Kediri pada abad keduabelas masehi atau sembilan abad yang silam.
Sebagai bukti mengenai hal di atas dapat dijumpai pada naskah Kitab Musarar Jayabaya.

Tan adangu nulya prapti, Apan
ta lajeng binekta,
Mring kang rama ing lampahe,
Minggah dhateng ardi Padhang,
Kang putra lan keng rama,
Sakpraptanira ing gunung,
Minggah samdyaning arga.
(Kitab Musarar, Asmarandana bait 12)

Prabu Jayabaya memanggil seorang putranya, setelah sang putra menghadap, sang prabu bertitah kepada putranya dan mengajak menempuh perjalanan jauh ke Gunung Padang. Tiba-tiba di istana kerajaan terjadi kesibukan luar biasa. Selanjutnya tidak berapa lama serombongan besar dari istana Kediri berangkat menuju Gunung Padang di Jawa Kulon.

Setibanya Gunung Padang beberapa hari kemudian ayah dan putra itu selanjutnya berdua saja mulai mendaki ke gunung itu.
Perjalanan dari Kediri menuju Gunung Padang ditempuh Raja Jayabaya melalui jalur laut. Kapal Angkatan Laut kerajaan kediri mancal dari Ujung Galuh dan mengarungi Laut Jawa kemudian mendarat di sekitar Cimalaya dan selanjutnya rombongan
kerajaan menempuh perjalanan darat lurus ke Selatan.

Gunung Padang di Cianjur pada abad keduabelas masehi keadaannya masih cukup baik dari luar tampak sebagai  bangunan yang luar biasa rapi bentuknya seperti satu sisi piramida di Mesir. Bedanya di bagian dalam piramida Gunung Padang adalah sebuah bukit alami. Selanjutnya gunung itu dilapisi melingkar dengan balok batu alam sehingga di satu sisi gunung tampak sebagai  penampang satu sisi sebuah piramida raksasa. Sementara di sisi lain dibiarkan alami seperti sediakala dan menjadi hutan
belantara yang setiap waktu akan merambat menutupi bangunan itu.

Prabu Jayabaya sejak tetirah di Gunung Padang itu setibanya kembali di pusat kerajaan Kediri beliau langsung saja memerintahkan untuk mendirikan goa Selomangleng yang merupakan replika mini dari situs Gunung Padang, keduanya sama terbuat dari batu alami. Mengapa Goa Selomangleng tidak ambruk selama hampir seribu tahun dibandingkan situs Gunung Padang yang seribu tahun yang silam masih kokoh berdiri seperti yang disaksikan oleh Jayabaya bersama sang putranya? Jawabannya ialah Piramida Gunung Padang tidak mendapat perawatan semestinya, hal itu terjadi mengingat lokasinya yang berada di tengah hutan belantara dan di daerah yang rawan bencana alam (gempa bumi) dan juga tertutup hutan lebat pada akhirnya merusak struktur bangunan tersebut.

Bandingkan dengan piramida di Mesir yang berada di tengah padang pasir tentu tidak mendapat gangguan apapun selain cuaca dan sinar matahari. Goa Selomangleng yang terbuat dari batu besar ungkul walau berada di tengah hutan lebat selama ribuan tahun tidak menjadi rusak karena adanya perawatan teratur dari kerajaan Kediri yang jaraknya hanya sepelemparan batu antara goa Selomangleng dan istana Kediri.
______
Gunung Padang, Gunung yang terang benderang.

1920473_10201720312188958_834802114_n

Prabu Jayabaya tercatat di manuskrip kuno pernah mampir ke<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Piramida Gunung Padang cianjur jabar</p><br /><br /><br /><br /><br />
<p>by Mbah Subowo bin Sukaris</p><br /><br /><br /><br /><br />
<p>Gunung Padang yang berada di<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Cianjur, Jabar, masih penuh<br /><br /><br /><br /><br /><br />
diliputi misteri. Sebagian pakar<br /><br /><br /><br /><br /><br />
ilmiah berpendapat bahwa usia<br /><br /><br /><br /><br /><br />
situs itu pada antara 3000 s/d<br /><br /><br /><br /><br /><br />
11000 Sebelum Masehi, atau<br /><br /><br /><br /><br /><br />
usianya hingga saat ini di<br /><br /><br /><br /><br /><br />
antara 5000 tahun hingga<br /><br /><br /><br /><br /><br />
13000 tahun yang silam.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Gunung Padang hingga<br /><br /><br /><br /><br /><br />
awal abad keduapuluh satu ini<br /><br /><br /><br /><br /><br />
masih menyimpan peninggalan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
masa silam yang luar biasa, dan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
situs itu pun rupanya tidak<br /><br /><br /><br /><br /><br />
luput dari perhatian Raja Kediri<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Sri Aji Jayabaya yang<br /><br /><br /><br /><br /><br />
memerintah Kediri pada abad<br /><br /><br /><br /><br /><br />
keduabelas masehi atau<br /><br /><br /><br /><br /><br />
sembilan abad yang silam.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Sebagai bukti mengenai hal<br /><br /><br /><br /><br /><br />
di atas dapat dijumpai pada<br /><br /><br /><br /><br /><br />
naskah Kitab Musarar Jayabaya.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Tan adangu nulya prapti, Apan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
ta lajeng binekta,<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Mring kang rama ing lampahe,<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Minggah dhateng ardi Padhang,<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Kang putra lan keng rama,<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Sakpraptanira ing gunung,<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Minggah samdyaning arga.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
(Kitab Musarar, Asmarandana<br /><br /><br /><br /><br /><br />
bait 12)<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Prabu Jayabaya memanggil<br /><br /><br /><br /><br /><br />
seorang putranya, setelah sang<br /><br /><br /><br /><br /><br />
putra menghadap, sang prabu<br /><br /><br /><br /><br /><br />
bertitah kepada putranya dan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
mengajak menempuh<br /><br /><br /><br /><br /><br />
perjalanan jauh ke Gunung<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Padang.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Tiba-tiba di istana kerajaan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
terjadi kesibukan luar biasa.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Selanjutnya tidak berapa lama<br /><br /><br /><br /><br /><br />
serombongan besar dari<br /><br /><br /><br /><br /><br />
istana Kediri berangkat menuju<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Gunung Padang di Jawa Kulon.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Setibanya Gunung Padang<br /><br /><br /><br /><br /><br />
beberapa hari kemudian ayah<br /><br /><br /><br /><br /><br />
dan putra itu selanjutnya<br /><br /><br /><br /><br /><br />
berdua saja mulai mendaki ke<br /><br /><br /><br /><br /><br />
gunung itu.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Perjalanan dari Kediri menuju<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Gunung Padang ditempuh Raja<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Jayabaya melalui jalur laut. Kapal<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Angkatan Laut<br /><br /><br /><br /><br /><br />
kerajaan kediri mancal dari<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Ujung Galuh dan mengarungi<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Laut Jawa kemudian mendarat<br /><br /><br /><br /><br /><br />
di sekitar Cimalaya dan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
selanjutnya rombongan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
kerajaan menempuh perjalanan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
darat lurus ke Selatan.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Gunung Padang di Cianjur<br /><br /><br /><br /><br /><br />
pada abad keduabelas masehi<br /><br /><br /><br /><br /><br />
keadaannya masih cukup baik<br /><br /><br /><br /><br /><br />
dari luar tampak sebagai<br /><br /><br /><br /><br /><br />
bangunan yang luar biasa rapi<br /><br /><br /><br /><br /><br />
bentuknya seperti satu sisi<br /><br /><br /><br /><br /><br />
piramida di Mesir. Bedanya di<br /><br /><br /><br /><br /><br />
bagian dalam piramida Gunung<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Padang adalah sebuah bukit<br /><br /><br /><br /><br /><br />
alami. Selanjutnya gunung itu<br /><br /><br /><br /><br /><br />
dilapisi melingkar dengan balok<br /><br /><br /><br /><br /><br />
batu alam sehingga di satu sisi<br /><br /><br /><br /><br /><br />
gunung tampak sebagai<br /><br /><br /><br /><br /><br />
penampang satu sisi sebuah<br /><br /><br /><br /><br /><br />
piramida raksasa. Sementara di<br /><br /><br /><br /><br /><br />
sisi lain dibiarkan alami seperti<br /><br /><br /><br /><br /><br />
sediakala dan menjadi hutan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
belantara yang setiap waktu<br /><br /><br /><br /><br /><br />
akan merambat menutupi<br /><br /><br /><br /><br /><br />
bangunan itu.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Prabu Jayabaya sejak tetirah<br /><br /><br /><br /><br /><br />
di Gunung Padang itu setibanya<br /><br /><br /><br /><br /><br />
kembali di pusat<br /><br /><br /><br /><br /><br />
kerajaan Kediri beliau langsung<br /><br /><br /><br /><br /><br />
saja memerintahkan untuk<br /><br /><br /><br /><br /><br />
mendirikan goa Selomangleng<br /><br /><br /><br /><br /><br />
yang merupakan replika mini<br /><br /><br /><br /><br /><br />
dari situs Gunung Padang,<br /><br /><br /><br /><br /><br />
keduanya sama terbuat dari<br /><br /><br /><br /><br /><br />
batu alami. Mengapa Goa<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Selomangleng tidak ambruk<br /><br /><br /><br /><br /><br />
selama hampir seribu tahun<br /><br /><br /><br /><br /><br />
dibandingkan situs Gunung<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Padang yang seribu tahun yang<br /><br /><br /><br /><br /><br />
silam masih kokoh berdiri<br /><br /><br /><br /><br /><br />
seperti yang disaksikan oleh<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Jayabaya bersama sang<br /><br /><br /><br /><br /><br />
putranya? Jawabannya ialah<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Piramida Gunung Padang tidak<br /><br /><br /><br /><br /><br />
mendapat perawatan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
semestinya, hal itu terjadi<br /><br /><br /><br /><br /><br />
mengingat lokasinya yang<br /><br /><br /><br /><br /><br />
berada di tengah hutan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
belantara dan di daerah yang<br /><br /><br /><br /><br /><br />
rawan bencana alam (gempa<br /><br /><br /><br /><br /><br />
bumi) dan juga tertutup hutan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
lebat pada akhirnya merusak<br /><br /><br /><br /><br /><br />
struktur bangunan tersebut.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Bandingkan dengan piramida<br /><br /><br /><br /><br /><br />
di Mesir yang berada di<br /><br /><br /><br /><br /><br />
tengah padang pasir tentu<br /><br /><br /><br /><br /><br />
tidak mendapat gangguan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
apapun selain cuaca dan sinar<br /><br /><br /><br /><br /><br />
matahari. Goa Selomangleng<br /><br /><br /><br /><br /><br />
yang terbuat dari batu besar<br /><br /><br /><br /><br /><br />
ungkul walau berada di tengah<br /><br /><br /><br /><br /><br />
hutan lebat selama ribuan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
tahun tidak menjadi rusak<br /><br /><br /><br /><br /><br />
karena adanya perawatan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
teratur dari<br /><br /><br /><br /><br /><br />
kerajaan Kediri yang jaraknya<br /><br /><br /><br /><br /><br />
hanya sepelemparan batu<br /><br /><br /><br /><br /><br />
antara goa Selomangleng dan<br /><br /><br /><br /><br /><br />
istana Kediri.<br /><br /><br /><br /><br /><br />
______<br /><br /><br /><br /><br /><br />
Gunung Padang, Gunung<br /><br /><br /><br /><br /><br />
yang terang benderang.” src=”<a href=https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-frc1/t1/1902930_10202719325957292_242524032_n.jpg&#8221; width=”200″ height=”157″ />

Ini Daftar Gunung yang Diekploitasi Perusahaan Tambang Asing

$
0
0

Posted on Mar 7, 2014 in ArtikelBerita | 0 comments

Ini Daftar Gunung yang Diekploitasi Perusahaan Tambang Asing

Kita boleh berbangga dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, tetapi kita juga pasti menangis jika melihat kenyataan bahwa kekayaan alam kita dikuasai oleh asing. Sumber kekayaan alam Indonesia dieksploitasi hanya untuk memenuhi kebutuhan industri Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang dan China. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah Indonesia mendapatkan apa dari penglolaan kekayaan alam yang dilakukan oleh asing? Di negeri sendiri rakyat Indonesia hanya dijadikan sebagai penonton atau sapi perahan pendukung eksploitasi SDA.

Berdasarkan catatan Badan Pemeriksa keuangan (BPK) dominasi asing di sektor Migas 70%, batu bara, bauksit, nikel dan timah 75%, tembaga dan emas sebesar 85% serta diperkebunan sawit sebesar 50%. Jumlah ini menunjukkan bahwa betapa lemahnya posisi pemerintah untuk melindungi aset Negara. Selain itu peran pemerintah untuk mencegah terjadinya konflik agraria di sektor pertambangan juga sangat lemah. Pada tahun 2013 Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat ada 38 konflik di sektor pertambangan dengan luas konflik 197.365,90 ha.

Indonesia ada beberapa gunung yang dikuasai oleh asing dan dijadikan area pertambangan. Pertama,  Gunung Tembagapura yang ada di Mimika, Papua dikuasai oleh Freeport sejak 1967. Kedua Gunung Meratus yang ada di Kalimantan Selatan dikuasai oleh PT Antang Gunung Meratus (AGM) sejak 1999. Ketiga Gunung Salak yang ada dibogor dikuasai oleh PT Chevron. Keempat, Gunung Pongkor yang dikuasai PT Aneka Tambang (Antam). Kelima adalah Gunung Ceremai yang ada di Jawa Barat yang dikuasai Chevron baru-baru ini.

 1.   Gunung Tembagapura

Dalam artikel Lisa Pease, “JFK, Indonesia, CIA and Freeport”  menceritakan bahwa Freeport Sulphur  sempat mengalami kebangkrutan pada 1959. Fidel Castro yang berhasil menggulingkan rezim Baptista melakukan nasionaslisasi di Kuba. Freeport Sulphur yang ingin melakukan pengapalan produksi nikel terkendala. Namun kondisi Freeport Sulphur terselamatkan setelah presiden Soeharto memberikan ijin pengelolaan tambang tembaga yang ada di Tembagapura, Papua tahun 1967.

Kehadiran Freeport  yang ada di Tembagapura, Papua bagaikan sebuah kutukan. Pasalnya adalah sejak lahan seluas 178.000 ha dikuasai Freeport masyarakat tidak pernah merasakan manfaat perusahan tersebut. Malahan masyarakat adat yang sudah mendiami lahan tersebut secara turun-temurun tergusur. Sejak 1995 Freeport mengeruk 2 miliar ton emas dan tahun 2007 keuntungan perusahaan ini adalah $ 6.255 miliar (Muhaedhir abuchai). Setelah tembaga dan emas di Gunung Tembaga habis maka Freeport akan mengeruk keuntungan uranium yang harganya jauh lebih mahal dari emas.

Saham PT Freeport Indonesia dikuasai oleh Freeport Mc Mo Ran Cooper & Gold Inc 81,28%, sedangkan sisanya PT. Indocopper Investama Corporation 9,36% dan Indonesia 9,36% (Witrianto). Jadi sangat wajar kehidupan di Papua tidak sejahtera karena hasil tambangnya sebagian besar dibawa ke Amerika. Selain dari ketidak pedulian Freeport terhadap masyarakat sekitar, perusahaan asing tersebut juga tidak memperhatikan lingkungan. Sisa penambangan emas yang dilakukan olehFreeport telah meninggalkan lubang yang sangat besar. Proses penambangan yang selama ini dilakukan oleh freeport hanya memberikan kerugian, baik materi maupun kerusakan lingkungan serta konflik terhadap masyarakat adat.

Foto:Jakarta Greater, kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan freeport.

 2.   Gunung Meratus

PT Antang Gunung Meratus yang bergerak dalam pertambangan batubara mulai beroperasi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan sejak dikeluarkannya  keputusan menteri pertambangan dan energi nomor 50/28/SJNT/1999. Luas kawasan pertambangan PT AGM adalah 22.433 ha yang ada di empat kabupaten (Banjar, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan). Dari hasil keputusan ini PT AGM mengelola pertambangan batu bara dengan luas 1,767 ha dengan produksi 1,5 juta ton per tahun selama delapan tahun. Namun pada perpanjangan ijin pertambangan PT AGM mendapat ijin pengelolaan lahan pertambangan selama 26 tahun sejak 2002.

Jumlah kemiskinan di Kalimantan Selatan pada tahun 2011 berjumlah 194.623 jiwa. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,07% dari tahun sebelumnya (181.960 jiwa). Ini menunjukkan keberadaan PT AGM tidak memiliki dampak yang positif kepada masyarakat Kalimantan Selatan. Hal ini memang sangat disayangkan karena hanya segelintir orang yang menikmati hasil tambang di Kalimantan Selatan.

3.   Gunung Salak

Di sekitar Gunung Salak terdapat perusahaan besar, yaitu PT Chevron yang membangun Gheothermal. Sebelum Chevron melakukan kegiatan geothermal lahan tersebut dikuasai oleh Perhutani yang mengelola hutan produksi. Namun pada tahun 1997 sejak Chevron masuk maka lahan tersebut berubah menjadi areal pertambangan geothermal. Petani yang pada awalnya menggarap lahan Perhutani berubah statusnya menjadi perambah hutan sehingga Perhutani mempunyai alasan untuk menggusur mereka.

Tambang geothermal yang dibangun oleh Chevron bertujuan untuk mengaliri listrik ke PLN. Saat ini Chevron yang ada di Gunung Salak sedang mengelola 69 sumur dengan suhu temperatur rata-rata 220-315oC. Fungsi geothermal yang bertujuan untuk memasok listrik ke PLN tidak sampai kepada masyarakat. Buktinya sampai saat ini di Bogor ada 6.000 orang yang belum menikmati listrik bahkan desa Leuwikaret belum pernah masuk listrik. Selain itu pemadaman listrik secara bergilir masih sering terjadi di kota Bogor. Listrik yang dihasilkan oleh geothermal Gunung Salak ditujukan untuk mengaliri listrik tambang minyak milik Chevron yang tersebar di tanah air. Aktivitas Chevron yang ada di Sukabumi telah merusak 500 unit rumah warga Kecamatan Kalapanunggal. Sampai saat ini ganti rugi bangunan warga belum selesai.

foto:masyarakat menggugat Chevron, Sukabumi.

 4.   Gunung Pongkor

Gunung Pongkor merupakan surga bagi PT Aneka Tambang (Antam) karena gunung tersebut menghasilkan 200 kg/bulan. Cadangan emas seluas 6.047 ha yang dikuasai oleh Antam akan habis pada tahun 2019. Jika tidak ada lagi temuan baru, wilayah tersebut akan dijadikan tempat objek wisata tambang, sejarah dan keanekaragaman hayati.

Hasil 200 kg emas setiap bulan tidak bisa menuntaskan kemiskinan yang ada di Kebupaten Bogor. Pada tahun lalu berdasarkan data BPS angka kemiskinan sebesar 446.040 jiwa. Tentu yang menjadi pertanyaan kita adalah kemana hasil tambang emas yang dikelola oleh Antam? Pengelolaan tambang yang ada di Bogor, baik geothermal maupun tambang emas membuktikan bahwa swasta dan negara gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal serupa juga terjadi pada masyarakat Pongkor, yaitu hasil tambang hanya dinikmati segelintir orang.

5.   Gunung Ceremai

Baru-baru ini kita dikagetkan dengan berita tentang penjualan Gunung Ceremai kepada Chevron. Jika berita ini benar, kita tidak perlu terkejut karena sekarang ini pemerintah memang sudah menjadi kaki tangan pemodal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Empat contoh gunung di atas yang dijual kepada swasta maupun dikelola oleh Negara tidak memiliki manfaat positif bagi peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Gunung-gunung tersebut dieksploitasi tanpa memperhatikan kondisi sosial masyarakat.

Tidak mengherankan jika jumlah rakyat miskin di Indonesia mancapai 31,02 juta jiwa. Pemerintah membuka peluang yang cukup besar kepada pemilik modal untuk menguasai sumber agraria secara berlebih. Dampaknya, masyarakat yang tidak mampu mengelola kekayaan alam karena kerterbatasan modal dan pengetahuan menjadi tergilas. Untuk melindungi kepentingan para investor maka pemerintah melibatkan aparat yang terlatih dalam penyelesaian konflik di masyarakat.

Demikian yang terjadi di Gunung Ceremai, berdasarkan penuturan Sekda Kuningan, Yosep Setiawan bahwa tender pengelolaan panas bumi (geothermal) telah dimenangkan oleh Chevron. Nasib masyarakat yang ada di Gunung Ceremai tidak akan berbeda dengan masyarakat yang ada Gunung Salak. Masyarakat hanya akan mendapat dampak negatif dari pembangunan geothermal tersebut, seperti kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan, pengkaplingan lahan yang melarang aktivitas pertanian dan non pertanian disekitar area pertambangan serta manfaat listrik dari geothermal tidak akan dirasakan masyarakat.

Untuk itu sangat tepat jika ada seruan dari rakyat Indonesia, khususnya sekitar Ceremai untuk mengusir Chevron. Pola pembangunan pertambangan yang dikelola oleh swasta sangat berorientasi pada keuntungan sehingga kepentingan masyarakat terabaikan. Dalam mengelola kekayaan alam yang paling berhak adalah rakyat Indonesia. Wujudnya bisa diwakili oleh Negara ataupun kumpulan individu yang berasal dari warga sekitar. Inisiatif untuk melakukan nasionalisasi aset Negara bisa dimulai oleh rakyat yang terkena dampak langsung dari pembangunan pertambangan. Rakyat tidak pernah merasakan hasil pertambangan dari FreeportChevron maupun perusahaan swasta lainnya, jadi keberadaan mereka di negeri ini menyimpang dari amanat konstitusi Pasal 33 dan UUPA dimana, reforma agraria menjadi kerangka utama pembangunan ekonomi nasional. Mari periksa, apa gunung di wilayah anda sudah dibidik, diincar bahkan telah dijamah kaki tangan asing untuk diekspolitasi? SEMOGA TIDAK! (AP)

SUMBER :

http://www.kpa.or.id/?p=3265&preview=true


Siapa yang akan Memenangkan Gunung Ceremai?

$
0
0

Posted on Mar 4, 2014 in ArtikelBerita | 0 comments

Siapa yang akan Memenangkan Gunung Ceremai?

Selama LIMA tahun (atau lebih ?) telah diketahui ada benda yang bernilai tinggi di bawah permukaan tanah kawasan Provinsi Jawa Barat. Ekonomi politik deposit panas bumi Gunung Ciremai telah memicu perdebatan. Pada tahun 2007 Chevron menyatakan ekspansi termasuk ke Jawa Barat, Indonesia (lokasi pengeboran gas kelas dunia lainnya untuk Chevron – sebelumnya Caltex – terletak di Provinsi Riau). Setahun kemudian, Ciremai terdaftar di antara lima lokasi eksplorasi yang diusulkan di provinsi tersebut. Pada tahun 2011 dilaporkan bahwa AS tertarik beroperasi di Ciremai karena ” kawasan itu belum dikelola optimal”. Antara 2012-2013 dari berbagai situs berita terungkap Chevron ingin segera mulai bekerja, karena telah memenangkan tender. Pemerintah Daerah Jawa Barat mengakui hal ini. Pada satu sesi presentasi di Eropa bulan April 2012 sekelompok akademisi http://derwinirawan.files.wordpress.com/2012/04/slide-egu2012-erwin-24-04b1.pdf dalam acara yang antara lain didukung oleh Chevron menjelaskan bahwa Gunung Ciremai dan sekitarnya mengandung akuifer vulkanik, ada sekitar 160 lokasi mata air di kedua lereng sebelah Timur dan Barat.


Pada tahap ini, di media lokal dan nasional kita membaca berbagai posisi pemerintah pusat maupun Pemprov dan Pemkab Jabar: pemerintah diharapkan mulai memproses izin eksplorasi, pemerintah menegaskan dukungannya terhadap rencana pembangunan, pemerintah menginformasikan bahwa proyek panas bumi sangat penting untuk dieksploitasi karena menguntungkan penduduk setempat. Studi lebih lanjut pun dilakukan. Seperti biasa kami melihat bahwa masyarakat kurang banyak terlibat, tidak terinformasikan tentang apa yang terjadi dan dampaknya, sehingga mereka terjebak antara ya atau tidak pada rencana itu. Tidak ada banyak yang kita tahu dari sikap masyarakat, sedikit sekali berita tentang protes. Hingga datanglah berita yang mengejutkan baru-baru ini bahwa Ciremai dijual ke Chevron seharga 60 Trilyun. Seorang ahli dari LIPI / Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Jan Sopaheluwakan, ahli geologi, menekankan dalam sebuah wawancara bahwa sebenarnya ada dampak merusak dari proyek tersebut. Sebuah masalah riil sebagai inti perhatian dari mereka yang menolak eksplorasi Ciremai, namun disangkal oleh Gubernur Jawa Barat. Berikut adalah beberapa tautan berita terkait.

2007

http://www.intellasia.net/chevron-expands-geothermal-operations-in-indonesia-70212

2008

http://www.intellasia.net/five-sites-proposed-for-geothermal-plants-in-indonesias-west-java-82221

2011

http://sokoria.blogspot.com/2011/12/3-izin-hutan-geothermal-akan-terbit.html

http://m.koran-sindo.com/node/370413

http://www.youtube.com/watch?v=UD7X3iidiGc

2012

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/panas-bumi-jasa-daya-chevron-menangi-tender-pltp-ciremai

http://en.indonesiafinancetoday.com/read/21230/Chevron-May-Bag-Ciremai-Geothermal-Concession-Area-

http://ugmsc.files.wordpress.com/2010/08/one-day-course_geologi.pdf

http://derwinirawan.files.wordpress.com/2012/04/slide-egu2012-erwin-24-04b1.pdf

https://www.academia.edu/4176922/Igniting_the_Ring_of_Fire_a_Vision_for_Developing_Indonesias_Geothermal_Power

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/pltp-ciremai-pemkab-kuningan-minta-saham-10

2013

http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/eksplorasi-panas-bumi-dikhawatirkan-rusak-sda

ttps://www.ipotnews.com/index.php?jdl=Chevron_Tak_Kunjung_Garap_Proyek_Geothermal_di_Gunung_Ciremai__Tunggu_Izin_Pemda&level2=newsandopinion&id=2286037&img=level1_topnews_5

http://geothermalresourcescouncil.blogspot.com/2013/12/indonesia_16.html

http://nasional.sindonews.com/read/2013/04/19/13/739976/kejagung-tolak-hentikan-kasus-chevron

http://sinarharapan.co/index.php/news/read/20588/memiskinkan-warga-tolak-keberadaan-tngc.html

2014:

http://thinkgeoenergy.com/archives/17465

http://indonesia-update.com/lihat.php?id=422402

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/ini-daftar-kerusakan-lingkungan-di-jawa-barat

http://kuningannews.com/berita-pemkab-kuningan-siap-tolak-proyek-geothermal-chevron.html

http://setaranews.com/?p=4471

http://bisnis.liputan6.com/read/2017647/chevron-belum-dapat-izin-mengebor-panas-bumi-di-gunung-ciremai

http://www.antaranews.com/en/news/92982/ciremai-national-park-center-denies-sales-to-chevron

http://antarajawabarat.com/lihat/berita/47645/Dinas-ESDM-Jabar-Chevron-Hanya-Peserta-Tender-PLTP-Ciremai

http://www.pksmajalengka.org/2014/03/isu-ciremai-dan-geothermal-oleh-dr.html

http://harianterbit.com/2014/03/03/panas-bumi-dieksploitasi-keluarkan-gas-beracun/

http://www.merdeka.com/peristiwa/aher-proyek-geothermal-di-ciremai-ramah-lingkungan.html

http://www.sayangi.com/politik1/read/19146/ini-kata-istana-soal-isu-penjualan-gunung-ciremai-ke-chevron

http://bandung.okezone.com/read/2014/03/03/527/949161/komentar-kepala-taman-nasional-soal-gunung-ciremai-dijual-rp60-t

http://setaranews.com/?p=4471

kiriman: Irine Gayatri (LIPI)


Alumni ITB Rumuskan Konsep NeoBerdikari

$
0
0

Alumni ITB Rumuskan Konsep NeoBerdikari

Selasa, 04 Maret 2014, 18:50 WIB
ITB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) merumuskan konsep neoberdikari sebagai pembaruan atas ajaran Presiden I Soekarno tentang berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) untuk mewujudkan negara berdaulat dan berdaya saing unggul.

“Karena itu diperlukan perumusan kembali untuk mandat nasionalisme berdikari secara terbarukan dan bersifat implementatif tanpa mengabaikan hakikat yang dinginkan oleh Bung Karno,” kata Anggota Dewan Pengarah IA-ITB Pusat Syahganda Nainggolan di Jakarta, Selasa.

Perumusan itu akan diuraikan dalam seminar nasional bertajuk “Neoberdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Berdaya Saing, dan Menyejahterakan Rakyat” di Jakarta, Rabu (5/3).

Forum seminar itu sebagai antitesis terhadap neoliberalisme yang berkembang di Indonesia.dan dimaksudkan untuk menggali semangat terhadap pemikiran maupun konsep nasionalisme yang pernah dikenalkan oleh Bung Karno melalui agenda berdikari.

“Konsep yang menjadi populer dari pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1965, itu tentu amat relevan dengan kondisi kekinian,” kata Syahganda yang juga Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC).


Menurut dia, Bung Karno meletakkan tiga pilar berdikari guna membangun karakter kemandirian bangsa yaitu di bidang politik, ekonomi, serta kebudayaan.

Ketiga pilar itu, kata Syahganda, jelas memiliki relevansi dengan upaya menciptakan kepribadian masa depan Indonesia yang berdaulat, berdaya saing tinggi, sekaligus dapat menyejahterakan kehidupan rakyat baik kini ataupun ke depan.

Ia menjelaskan upaya mengukuhkan neoberdikari itu juga merupakan kritik atau antitesis atas berlakunya model pembangunan Indonesia yang sejauh ini justru berciri neoliberalistik, dengan mengutamakan peran dan modal kapitalisme asing namun terbukti hanya membuat kesengsaraan nasib seluruh rakyat.

“Bahkan, karena kita berkiblat pada sikap yang neoliberal terkait pembangunan ekonomi nasional, kemiskinan dan kesengsaraan rakyat terus bertambah dari waktu ke waktu, sehingga rakyat praktis tidak dihargai dan dilibatkan keberadaaanya,” ujarnya.

Syahganda menyebutkan kemajuan ekonomi dan potensi atas sumber-sumber ekonomi bangsa terus dikuasai oleh pihak asing yang bekerja sama dengan segelintir elit nasional.

“Jadi, yang menikmati semata-mata kekuatan asing atau sekadar menguntungkan kapitalisme internasional, termasuk menjadikan sedikit orang yang ikut mengeruk keuntungan di tanah air tetapi dengan melupakan kemajuan harkat ekonomi rakyat dan bangsa,” katanya.

Seminar neoberdikari IA ITB Pusat ini akan diisi pembicara utama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin. Sedangkan pembicara yang diundang di antaranya Ketua Komisi IV DPR RI R yang juga Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI Tjatur Sapto Edy, pengusaha Hilmi Panigoro, serta dua pakar meliputi manajemen dan ekonomi asal ITB yakni Mathiyas Thaib dan Perdana Wahyu Santosa.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/03/04/n1wu8w-alumni-itb-rumuskan-konsep-neoberdikari

Alumni ITB Rumuskan Kembali Konsep Neoberdikari untuk Hadapi Gelombang Neolib
Selasa, 04 Maret 2014 , 16:30:00 WIB

Laporan: Yayan Sopyani Al Hadi
SYAHGANDA/NET

RMOL. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, merupakan jargon sekaligus konsep bernegara yang digelorakan Bung Karno saat memperingati Kemerdekaan 17 Agustus 1965. Tahun berganti, era bergulir, konsep itu ternyata masih relevan hingga kini.

“Karena itu diperlukan perumusan kembali untuk mandat nasionalisme berdikari secara terbarukan dan bersifat implementatif, tanpa mengabaikan hakikat yang dinginkan oleh Bung Karno sendiri,” kata Dewan Pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB), Syahganda Nainggolan, dalam keterangan beberapa saat lalu (Selasa, 4/3).

Dengan dasar pemikiran itu, lanjut Syahganda, Rabu besok (5/3), IA ITB akan menggelar seminar nasional mengenai pembangunan bangsa bertajuk “Neoberdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Berdaya Saing, dan Menyejahterakan Rakyat”. Forum seminar ini sebagai antitesis terhadap neoliberalisme yang berkembang di Indonesia.

Menurut Syahganda, seminar tersebut dimaksudkan untuk menggali semangat terhadap pemikiran maupun konsep nasionalisme, terutama yang pernah dikenalkan oleh Bung Karno. Bung Karno meletakkan tiga pilar berdikari untuk membangun karakter kemandirian bangsa yaitu di bidang politik, ekonomi, serta kebudayaan.

“Ketiga pilar itu, jelas memiliki relevansi dengan upaya menciptakan kepribadian masa depan Indonesia yang berdaulat, berdaya saing tinggi, sekaligus dapat menyejahterakan kehidupan rakyat baik ini ataupun ke depan,” ungkap Syahganda.

Syahganda menjelaskan, upaya mengukuhkan neoberdikari itu juga merupakan kritik atau antitesis atas berlakunya model pembangunan Indonesia yang sejauh ini justru berciri neoliberalistik, dengan mengutamakan peran dan modal kapitalisme asing namun terbukti hanya membuat kesengsaraan nasib seluruh rakyat.

“Bahkan, karena kita berkiblat pada sikap yang neoliberal terkait pembangunan ekonomi nasional, kemiskinan dan kesengsaraan rakyat terus bertambah dari waktu ke waktu, sehingga rakyat praktis tidak dihargai dan dilibatkan keberadaaanya,” ujarnya.

Akibat itu pula, Syahganda menyebutkan kemajuan ekonomi dan potensi atas sumber-sumber ekonomi bangsa terus dikuasai oleh pihak asing yang bekerjsama segelintir elit nasional.

“Jadi, yang menikmati semata-mata kekuatan asing atau sekadar menguntungkan kapitalisme internasional, termasuk menjadikan sedikit orang yang ikut mengeruk keuntungan di tanah air tetapi dengan melupakan kemajuan harkat ekonomi rakyat dan bangsa,” ungkapnya.

Seminar neoberdikari IA ITB Pusat ini akan diisi pembicara utama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin. Sedangkan pembicara yang diundang di antaranya Ketua Komisi IV DPR RI R yang juga Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI Tjatur Sapto Edy, pengusaha Hilmi Panigoro, serta dua pakar meliputi manajemen dan ekonomi asal ITB yakni Mathiyas Thaib dan Perdana Wahyu Santosa.

[ysa] http://www.rmol.co/read/2014/03/04/146101/Alumni-ITB-Rumuskan-Kembali-Konsep-Neoberdikari-untuk-Hadapi-Gelombang-Neolib-

Alumni ITB rumuskan Neoberdikari

Selasa, 4 Maret 2014 19:04 WIB | 2607 Views

Pewarta: Budi Setiawanto

Galeri Terkait
Video Terkait

Sum Memimpin IA ITB 2011-2015Sum Memimpin IA ITB 2011-2015 Jakarta (ANTARA News) – Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) merumuskan konsep neoberdikari sebagai pembaruan atas ajaran Presiden I Soekarno tentang berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) untuk mewujudkan negara berdaulat dan berdaya saing unggul.

“Karena itu diperlukan perumusan kembali untuk mandat nasionalisme berdikari secara terbarukan dan bersifat implementatif tanpa mengabaikan hakikat yang dinginkan oleh Bung Karno,” kata Anggota Dewan Pengarah IA-ITB Pusat Syahganda Nainggolan di Jakarta, Selasa.

Perumusan itu akan diuraikan dalam seminar nasional bertajuk “Neoberdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Berdaya Saing, dan Menyejahterakan Rakyat” di Jakarta, Rabu (5/3).

Menurut Syahganda, Bung Karno meletakkan tiga pilar berdikari guna membangun karakter kemandirian bangsa yaitu di bidang politik, ekonomi, serta kebudayaan.

Ia menjelaskan upaya mengukuhkan neoberdikari itu juga merupakan kritik atau antitesis atas berlakunya model pembangunan Indonesia yang sejauh ini justru berciri neoliberalistik, dengan mengutamakan peran dan modal kapitalisme asing namun terbukti hanya membuat kesengsaraan nasib seluruh rakyat.

“Bahkan, karena kita berkiblat pada sikap yang neoliberal terkait pembangunan ekonomi nasional, kemiskinan dan kesengsaraan rakyat terus bertambah dari waktu ke waktu, sehingga rakyat praktis tidak dihargai dan dilibatkan keberadaaanya,” ujarnya.

Syahganda menyebutkan kemajuan ekonomi dan potensi atas sumber-sumber ekonomi bangsa terus dikuasai oleh pihak asing yang bekerja sama dengan segelintir elit nasional.

Seminar neoberdikari IA ITB Pusat ini akan diisi pembicara utama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Pembicara yang diundang di antaranya Ketua Komisi IV DPR RI R yang juga Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI Tjatur Sapto Edy, pengusaha Hilmi Panigoro, serta dua pakar meliputi manajemen dan ekonomi asal ITB yakni Mathiyas Thaib dan Perdana Wahyu Santosa.

]Editor: Aditia Maruli

http://www.antaranews.com/berita/422185/alumni-itb-rumuskan-neoberdikari

Link Terkait :

http://www.beritasatu.com/nasional/169459-kritik-neoliberalisme-alumni-itb-seminarkan-pembangunan-neoberdikari.html

‘Indonesia Harus Berdikari’

Rabu, 05 Maret 2014, 18:15 WIB
Komentar : 0
 
Map of Indonesia and Singapore (in orange circle)
Map of Indonesia and Singapore (in orange circle)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dalam segala bidang, seperti ekonomi, politik, dan budaya.

“Indonesia harus percaya diri untuk berdikari tidak hanya dalam bidang ekonomi namun di bidang politik dan budaya,” katanya dalam diskusi seri ke-I bertajuk “Neo Berdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Bedaya Saing dan Menyejahterakan Rakyat” di Jakarta, Rabu (5/3).

Diskusi tersebut diadakan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung dan direncakan hingga seri ke-X.
Din mengatakan saat ini ada kritik pada peradaban global dari kelompok mantan kepala negara dan kepala pemerintahan yaitu menyimpulkan dunia menghadapi kerusakan global bersifat akumulatif.

Dia menjelaskan kelompok itu menyimpulkan terlalu banyak kebebasan menjadi penyebab kerusakan global sehingga perlu kontrol atas kerusakan itu. “Kelompok ini mengajukan adanya tanggung jawab. Saat ini yang terjadi di dunia terjadi arus liberalisasi di bidang ekonomi, politik, dan budaya,” ujarnya.

Menurut dia saat ini di bidang ekonomi ada ratifikasi perdagangan bebas yang menyeret negara berkembang pada pola perdagangan tidak adil. Hal itu menurut dia menyebabkan munculnya negara superior dan inferior yang memunculkan ketidak adilan global.

“Ada fakta dan gejala negara gagal sehingga ditunggu adanya pemikiran alternatif,” ujarnya.

Din mengatakan kiritik ideologi kapitalis sudah muncul dan mendesak kehadiran peran negara dalam semua sisi kehidupan masyarakat. Negara menurut dia harus memberi perlindungan dan menjadi pelayan bagi masyarakat.

“Negara tidak boleh tidak hadir dan jangan buka lebar kapitalisme karena berbahaya,” tegasnya

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/05/n1ym30-indonesia-harus-berdikari



Silsilah Ahmad Yanuana Samantho via Maulana Malik Ibrahim

$
0
0

Sunan Gresik or Maulana Malik Ibrahim (1419 M / 882 H) . is Yanuana Samantho’s 7th great aunt’s grandmother’s husband’s first cousin twice removed!

Yanuana SamanthoYou→R.R. Lieke Sri Suryaningsih your mother→

Rd. Hussein Martoseputro her father → Martoseputro his father →

Ngabehi Martodirjo his father →Njai Ageng Semali in Pabelan his mother →

Kjai Sastrodinonggo in Semali her father → R Arjo GondoKoesoemo in Semali Muntilan his father →

K. Pangeran Poerbojo I in Semali Muntilan his father →

Kanjeng Panembahan Senopati or Raden Sutawijaya or Sultan Mataram I (1584-1601) d. 1601 . his father →

SINUHUN SULTAN PRABU HADI HANYOKROWATI Kanjeng Sunan Seda Krapyak or Mas Jolang or Sultan Mataram II (1601-1613) . his son →

Sunan Giri . his father → Maulana Ishak . his father →Ibrahim Zainal Akbar . his father → Barkat Zainal Abidin . his brother→

Sunan Gresik or Maulana Malik Ibrahim (1419 M / 882 H) .
his son

Maulana Malik Ibrahim keturunan Rasulullah MUhammad SAW
sunan kang maksudna
coba akang liat anak siapa Maulana Malik Ibrahim
Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW, melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim,[5][6][7][8] yang berarti ia adalah keturunan orang Hadrami yang berhijrah.
Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar) itu punya anak namanya Syek Ali Nur Alam
Syek Ali Nur Alam adalah Kakek Sunan Gunung Jati.

AYS: Subhanallah, ada informasi baru yang pelu diteliti lagi bahwa ternyata SYEKH ALI NUR ALAM adalah Raden Aria Patih Gajah Mada, Perdana Mentri Kerajaan Majapahit. Lihat di  http://kebunketereh.com/wp-content/uploads/2010/01/Banner-LG-31.jpg


Tentara Nasional Indonesia (Paling Update): Waspada Aksi AS dalam Hilangnya Pesawat MAS

$
0
0

Mungkin kalian udah pada tau soal hilangnya pesawat Malaysia Airlines Boeing 777-200 Sabtu kemarin. Sampai sekarang, belum ada tanda-tanda ditemukannya pesawat naas ini. Kita berdoa yang terbaik untuk seluruh penumpang dan keluarga mereka. Semoga simpang siur ilangnya pesawat ini bisa segera menemukan jawabannya.

Ya, simpang siur. Simpang siur karena nasib pesawat belum jelas. Beberapa ada yang berspekulasi pesawat meledak di udara. Ada juga yang bilang pesawat jatuh ke lautan dalam. Tapi yang menghebohkan adalah isu yang mengaitkan hilangnya pesawat ini dengan aksi teroris.

Aneh. Beberapa saat setelah berita pesawat MAS ilang, muncul kabar bahwa dua penumpangnya menggunakan paspor palsu. Dua penumpang tercatat menggunakan paspor warga negara Austria dan Italia. Padahal si empunya paspor mengaku tidak pernah ikut penerbangan pesawat MAS tersebut.
Maka, Amerika Serikat sang polisi dunia; jihadis teroris; segera berspekulasi ‘ada teroris di balik hilangnya pesawat MAS’. Tanpa diminta, mereka pun menyiapkan pasukan FBI guna meneliti kasus tersebut. Dalihnya, AS mengklaim bahwa di antara penumpang pesawat tersebut ada beberapa warga negara AS. Pernyataan itu didukung oleh sebuah perusahaan semikonduktor yang berbasis di Texas, AS, yang mengatakan bahwa 20 orang karyawannya dipastikan menjadi penumpang pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370 yang hilang.

Tak tanggung-tanggung, Angkatan Laut AS juga sudah mengirimkan satu kapal perang, USS Pinckney, untuk membantu mencari pesawat Boeing 777-200 Malaysia Airlines (MAS) yang hilang. FYI, kapal yang dikirim tersebut adalah Kapal kelas Arleigh Burke alias kapal perusak.

Ada apa di balik semua tindakan AS tersebut?

Boeing 777-200 adalah pesawat terbaik yang pernah dibuat dan beroperasi saat ini. Pesawat ini juga dilengkapi alat bernama emergency locator trasmitter dan emergency beacon. Dua alat ini berfungsi memberitahukan lokasi pesawat atau seseorang. Todd Curtis, mantan teknisi keamanan Boeing, mengatakan, jika pesawat mengalami kecelakaan, kejadian harus sangat cepat sehingga pilot tak sempat meminta pertolongan. Jika ada kerusakan mesin, pilot seharusnya masih bisa minta pertolongan lewat radio.

Nah, kejadian cepat apa yang mungkin terjadi di udara sehingga pilot tak sempat memberikan info lewat radio? Jawaban mengerucut pada kemungkinan meledak di udara. Jika memang begitu, siapa yang mampu melakukan tindakan itu dan apa motifnya? Jawaban lagi-lagi mengerucut kepada aksi teroris. Lalu siapa lagi yang paling getol kalo sudah berhubungan dengan terorisme? Bukti lain terkait teroris beredar belakangan ini bahwa pada saat-saat terakhir terbang, pesawat melaju ke arah 25. Namun, tiba-tiba pesawat berputar ke arah 40.

Nah jika semua setuju ini adalah tindakan terorisme, maka ucapkan selamat datang pada pasukan AS yang sudah siap berbaris sambil memegang spanduk ‘Demi Keamanan Dunia’. Imbasnya, AS bisa dikatakan sah melakukan apa saja di wilayah yang dianggap tempat kejadian aksi terorisme.

Hal yang mengherankan lagi adalah fakta bahwa jalur penerbangan MAS Boeing 777-200 ramai oleh radar penangkap sinyal pesawat, di antaranya Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Tapi semua ATC di negara tersebut kehilangan kontak/sinyal dari MAS 777-200. Bagaimana ini bisa terjadi?

Untuk menjawabnya, kita awali dengan asal pesawat Boeing 777-200 MAS. Pesawat ini dibeli dari perusahaan perakitan Boeing di AS. Bukan cuma Malaysia Airlines yang menggunakannya, melainkan juga maskapai seperti United dan American Airlines. Garuda Indonesia juga menggunakan keluarga pesawat Boeing 777, yakni Boeing 777-300ER. Logikanya, jika Anda membeli sebuah barang elektronik rakitan dari toko tertentu, siapa yang paling tau soal barang elektronik Anda tersebut? Siapa yang mampu membuat Boeing 777-200 lolos dari pantauan semua menara di tiga negara yang dilewatinya?

Lalu kenapa jika terorisme?

AS sebagai polisi dunia, penjaga keamanan global, satu-satunya musuh besar terorisme akan mendapatkan legitimasinya dalam mengerahkan pasukan ke Laut China Selatan karena Malaysia akan dianggap tak mampu menjaga keamanan wilayahnya dari ancaman teroris. Terbukti, sehari setelah berita pesawat MAS 777-200 berkembang, Juru Bicara US National Transportation Safety Board, Kelly Nantel, menegaskan bahwa Amerika Serikat akan memimpin proses investigasi.

Bisa dibayangkan, AS akan membuka biro khusus investigasi MAS Boeing 777-200 entah di Malaysia atau di mana pun yang mereka suka karena proses pencarian hingga menemukan penyebab kecelakaan pesawat rata-rata memakan waktu 3 – 6 bulan. Selama dalih investigasi hilangnya pesawat MAS, AS akan dengan mudah mengumpulkan informasi soal sengketa Laut China Selatan, atau bahkan pemilihan umum yang tak lama lagi akan dilangsungkan oleh Indonesia dan Malaysia.

Lalu apa motif mereka? Secara ekonomis tentun kita tau Laut China Selatan kaya akan minyak sehingga sejak lama sudah diperebutkan Malaysia, Vietnam, Filipina, dan China. Tidak mentutup kemungkinan AS ingin masuk dalam arena perebutan itu. Tapi, tentu AS tidak bisa masuk seenaknya. Harus ada alasan logis yang diterima semua pihak yang akan jadi ‘pintu masuk’ AS ke gelanggang perebutan. Dan, satu-satunya yang paling mungkin sepertinya hanya isu terorisme.

Selain itu, siapa yang bisa menolak jika AS juga ingin lebih banyak dan detail mendapatkan informasi kejadian politik yang akan berlangsung di Malaysia dan Indonesia dalam pemilihan umum tak lama lagi. Keuntungan buat AS? Banyak! AS berkewajiban menjaga kepentingannya tetap pada jalur yang telah direncanakan. Karena kita tahu, pemilu merupakan momen penentu arah kebijakan, termasuk kebijakan luar negeri sebuah negara.

Jadi tak ada salahnya sedikit waspada terkait aksi lanjutan AS yang mendompleng momen naas ini.

Unlike · · Share · 6 hours ago

Top Comments
You and 207 others like this.

58 shares
Ahmad Yanuana Samantho

Bambang Aribowo analisa yg masuk akal jg… hhhhhmmmm. pokoknya NKRI harga mati. dahulu para org tua kami, guru-guru kami, para saudara-saudara kami, para kyai kami telah mempertahankan NKRI dgn darah, harta dan segalanya. maka kami akan menjaga nya sampai titik darah penghabisan
Unlike · Reply · 12 · 5 hours ago

Edward Tambunan jangan souzon, apalagi anda ini (secara tidak langsung) mengatasnamakan kluarga bsar TNI (walaupun sebenarnya tidak), ini pendapat anda pribadi, jgn diposting di page ini seolah2 ini statement TNI
Like · Reply · 5 · 5 hours ago

Iwan Si Pajokka paranoid akut sama mamarika,ya bgni deh..

terlalu kecanduan konspirasi si admin
Like · 1 · 4 hours ago
Ahmad Yanuana Samantho

Iswanto Karso semua serba mungkin, dan bagi yang mengamati perkembangan dalam negri indonesia secara serius,maka mereka akan mendapatkan data bahwa: pelan tapi pasti, para pemilik kekuatan ( ulama dan tokoh militer), sudah mulai mendukung penegakkan syariah islam di indonesia yang bisa mengusir semua kepentingan mega bisnis amerika di indonesia. itulah kenapa kedubes 10 lantai (4,2 triliun rupiah) di jakarta sangat di paksakan dan 13 pangkalan militer amerika sudah ada di sekitar indonesia. dan juga kenapa harus sekitar indonesia?…karena potensi kekuatan yang ada di asia tenggara yang paling di takuti amerika adalah indonesia yang pada jaman sukarno dan suharto masih mampu di kontrol tapi sekarang meskipun menempatkan militer (sby) di kekuasaan tertinggi, namun kepercayaan itu tidak ada……….; isu lain adalah pelan tapi pasti militer indonesia juga menjalin kerjasama dengan china yang bisa di lihat dari kunjungan panglima TNI ke china, maka jadilah perebutan kekuasaan antar negara adidaya yang selalu mencari celah untuk bisa masuk ke wilayah yang di incar……
Unlike · Reply · 5 · 4 hours ago · Edited

Anna Viva Lnc malu’y saya membaca semua comment.. Yang seperti ini yg membuat indonesia makin bobrok. Maaf ya teman setanah air, siapa sih yg mau kejadian seperti itu terjadi. Bukan’y berfikir maju malah berfikir mundur. Semua peduli untuk mengungkab malah yang saya lihat disini bukan sesuatu yg positif tapi yg menebarkan permusuhan. Ingat ya saudaraku semua yang terjadi itu sebagai warga indonesia. Tegakkan merah putih dan tunjukkan indonesia itu cinta damai bukan seperti komen yang saya lihat disini. Maaf bila teman2 yang comment merasa tersinggung dengan comment saya. Saya begini karena saya generasi indonesia yang cinta damai bukan pembangun permusuhan. Trimakasih
Like · Reply · 4 · 5 hours ago

3 Replies · 3 hours ago

Ariny Hataul Doakan sj biar cpt dpt jawaban sebenarnya
Like · Reply · 3 · 5 hours ago

Victoryl Adi Weleh. AS pinter amat buat strategi
Like · Reply · 3 · 6 hours ago

Bernadmarlen Butarb Utar Comment2 yg tidak berbobot & berbibit..lebih baik kita mempelajari dahulu apa yg tlah terjadi setelah itu..untuk menemukan jawaban pesawat boing 777-200 itukan perlu dgan waktu 3 – 6 bulan.sebab imformasinya masih simpang siur sana sini blm ada kepasti…See More
Like · Reply · 2 · 3 hours ago

Dedi Jamil Akan datang masa di mana pohon dan batu pun berbicara di belakang ku ada yahudi bersembunyi maka bunuhlah dia… Dunia ini bukan apa2
Unlike · Reply · 3 · 4 hours ago

Zubaidy Syahri Aza Btul.. Waspdalah dg yahudi & nasrani laknatullah alaih
Unlike · Reply · 3 · 4 hours ago

Edy Nasruddin Pesawat tersebut mungkin digiring kepangkalan militernya di philifina atau pangkalan lainya di daerah tersebut..motifnya bisa apa saja. Bisa krisis Rusia – Ukraiana. Atau bisa motif apa saja sesuai kebutuhan mereka..
Like · Reply · 2 · 5 hours ago

Dandi Winex Risnandar jangan2 pesawat malaysia ini sengaja ditembak jatuh pesawat siluman as #negatif_thinking
Like · Reply · 2 · 5 hours ago

Penantian Panjangku Ooooh …bisa jadi ya bisa terjadi kemungkinan besar seperti itu . ngikut z lah
Like · Reply · 2 · 5 hours ago

Orgonite Maker Indonesia runyam bkn krn negara lain, tpi krn para koruptor.. dripda memikirkan negara lain,pkirin gmn dngan diri sndri sudah baik kah?
Like · Reply · 1 · about an hour ago

Arya Jaka Hahaha bodo amaaaat ,,, emang gwe pikirin,,,
kalo dah urusan nkri baru gwe pikirin dah
Like · Reply · 1 · 3 hours ago

Yudhistira Boymountain NKRI HARGA MATI titik gak ada koma.
Like · Reply · 1 · 4 hours ago

Stephano da Santos sembarangan lho bawa bawa nama TNI..
Like · Reply · 1 · 4 hours ago

Jadco Agung Analisis saya yg pertama, mengatakan AS akan menyelamatkan hasil Investigasi atas jatuhnya pesawat MAS agar tidak merugikan Boing dalam pasar utama dunia,jadi apapun hasil Investigasi pasti menyelamatkan Industri Pesawat terbang AS tsb, padahal bisa ja…See More
Like · Reply · 1 · 4 hours ago

Anwars AbuGhizan IRANia astuti???
Like · about an hour ago
Ahmad Yanuana Samantho

Robert Sampouw Ini bukan masalah pro kontra. Ini masalah analisa dan pendapat bung.

Dibalik lepasnya timtim dan kasus opm adalah orng indonesia sendiri bung….See More
Like · Reply · 1 · 4 hours ago

Robert Sampouw Mengerikan sekali analisanya. Dan yg komen bnyk yg mengiyakan. Ahli intelejen yah? Atau strategi as yg terlalu lemah sehingga gampang dianalisa, atau admin cuma tebak2an? Toh kalo salah ya ga ada urusan ini. Hahaha
Like · Reply · 1 · 5 hours ago

Yem Isfahra Bisa juga tu min,,,tidak bisa dipungkiri kalau ASu tu licik
Like · Reply · 1 · 5 hours ago

Nevi Munaf Yg plg dikhawatirkan adalah pswt mas sengaja dikorbankan agar leluasa yg berkepentingan leluasa masuk malaysia. Dgn dalih membantu investigasi dll. Mudah2an apa yg ada dipikiran saya , salah.
Like · Reply · 1 · 5 hours ago

Chi Mudz Jgan percya dulu gan, ada baik nya juga asu tu, kan ada cina yang pantau dari kejauhan, mcam” tinggal dor asu .
Like · Reply · 1 · 5 hours ago

Andriansyah Zoldickes Cerdas sekali kamu min? Bisa jdi tu?
Like · Reply · 1 · 6 hours ago

Dani Kim Young Super jet 100, di gnggu sm asu…
Like · Reply · 1 · 6 hours ago

Mythink Exe Ketemu dulu tu korban sama pesawat itu prioritas utama, janga cuma bisa goyang kaki dan nyebar berita yg bukan bukan.. gw buka dukung amerika tapi gw dukung pencarian pesawat dan korbannya.. emang sumbangsih lo untuk pencarian korban ada? Lain kali otak di pake dikit ya
Like · Reply · 2 · 3 hours ago

Dodit Dfb Yang perang itu Boeing vs Airbus
Like · Reply · 13 minutes ago

Muri Abdi pesawat nya masuk area 36 yg ada di lautan
Like · Reply · 21 minutes ago

Deky Sukiy ‘Power of nuke’
Like · Reply · 55 minutes ago

Anna Ahmad wah, analisa tak jauh dgn ap yg ada dibenakku tapi msh sy simpan ternyata anda sdh memuntahkan’y. Masuk diakal…..hehe….
Like · Reply · about an hour ago

Orgonite Maker Berfikir yg baik2 saja ^^
Like · Reply · about an hour ago

Izoer Zuur Waspada sah sah saja tp yg pasti..SEMUANYA ATAS KEHENDAK DAN KUASA-NYA..!!
Like · Reply · about an hour ago

Danu Suprandito Saya kira AS itu orangnya cerdas & ahli dibidangnya. Namun kenyataan yg ada di otak AS adlh TERORIS.
Like · Reply · 2 hours ago

Winda Haswindaa No comen!!!!!!
Like · Reply · 2 hours ago

Lulu A Kurnia Wangsadirja tapi ironisnya… mengapa masih main dengan negara begitu yah… mmmmm
Like · Reply · 2 hours ago

Fitroh D. Ace ƲψψλάάЋЋ,, :s ini baru prajurit cerdas…!
Like · Reply · 3 hours ago

Ratno Giarto Yahudi itu terkenal pintar dan sangat licik..waspadalah
Like · Reply · 3 hours ago

Yendri Rovyenza Mht ngomong doank , kalau udah perang kalang kabur
Like · Reply · 4 hours ago

Yendri Rovyenza Mht bisa jadi
Like · Reply · 4 hours ago

Didik Rachmanto Nyimak ae…
Like · Reply · 4 hours ago

Fey Brut mbok ya yg slow motions saja,udah ada tugas tanggng jawab masing 2 kakak..biar team yg bekerja.yg gak tau cukup berdoa saja,malah enak enteng di pikiran,gak nyeleseinn kok malah rame dewe…di support saja team yg bekerja.boleh semangat tapi sesuai kapasitas saja malah enjoy..tapi tetep nkri bertahan dan maju jaya
Like · Reply · 4 hours ago

Ahmad Moestangin II turunan kera dan babi kaum yahudi,sangat cerdas dan berwatak licik.kita harus waspada juga hati2 menjaga NKRI.
Like · Reply · 4 hours ago

Hadi Hidayat Bravo TNI
Like · Reply · 4 hours ago

Firman Chandra Ah. . . . . . . . ? Sudah lah itu, udah takdir x x x x x x x. . . . . . !
Like · Reply · 4 hours ago

Joery Nelson Dan amerika akan membantu memenangkan sesama anggota freemasonry saat pemilu di indonesia dan malaysia …. doa’in kiamat aja lah dunia ini
Like · Reply · 4 hours ago

Akeng Barep Bisa jg meledak diudara… Krn terjadi hub listrik arus pendek didlm tangki pesawat..
Like · Reply · 5 hours ago

Elmi Yami Amerika itu dajjal
Like · Reply · 5 hours ago

Rajasa Indra Putra Buat yg komentar anti/kontra
INGAT….Siapa dibalik lepasnya timor timur
Dan sekarang masalah opm dipapua…See More
Like · Reply · 5 hours ago

Muhammad Rosyid Ridho mungkin ada hubungannnya dengan “laut cina selatan”
Like · Reply · 5 hours ago


Simbol Artefak Budaya Sunda

$
0
0

Raden Wiraatmadja

 

“Kita tidak dapat membangun masa depan tanpa mempertimbangkan akar. Karena akar itulah kekuatan kita. Hidup tanpa akar akan tumbang”. Masyarakat di Nusantara mempunyai akar budaya yang berbeda di wilayahnya masing-masing dan semua ini harus bersatu. Dan persatuan itu adalah perkawinan nilai-nilai. Sama saja seperti pada Kebudayaan Barat apabila sudah berbicara falsafah hidup mereka akan meghadirkan kembali pemikiran-pemikiran Aristoteles, Socrates, Plato, dll. yang hidup Sebelum Masehi.

Jacob Sumardjo mencoba menggali kembali akar budaya Sunda melalui struktur pantun dan memberitahukan kepada generasi masa kini nilai-nilai apa yang terkandung di dalamnya Apa yang dilakukan oleh Jakob Surnardjo adalah bukan saja wajar tetapi terpuji. Pengkajian yang bersemangat terhadap seni pantun Sunda rnernbuktikannya sebagai ilrnuwan sejati, yang bekerja tanpa pamrih eksternal, rnelainkan sernata-rnata keinginan tahu ilmiah terhadap sasaran yang dikaji.

Disarnping itu, pengkajian yang dilakukannya rnernperkuat pula sifat universal dari ilmu pengetahuan, dalarn arti bahwa apapun yang ditemukan dari suatu bidang dari kebudayaan apa pun, akan punya hubungan dengan hasil penelitian di bidang yang sama dari kebudayaan lain. bahwa apa yang ditemukannya dalam seni pantun Sunda akan ikut menjelaskan berbagai segi di bidang yang sarna di dalarn kebudayaan-kebudayaan suku lain, bahkan bangsa lain. (Saini K.M.) Penafsiran pantun selama ini dilakukan secara signifikan. Pemaknaan berdasarkan pengetahuan manusia zaman sekarang dan untuk kepentingan manusia sekarang. Kadang pemaknaan demikian itu berdasarkan pengetahuan filsafat Barat.

Di kalangan masyarakat Sunda, seni pantun merupakan jenis pertunjukan teater tutur yang memperlihatkan kemampuan bercerita dari “sang juru pantun” dengan diiringi kacapi pantun. Pagelarannya diselenggarakan sejak pukul 20.00 sampai menjelang subuh sekitar pukul 04.30. Ceritanya pada umumnya berkisar tentang lakon makhluk-makhluk suci atau keramat atau mempunyai hubungan dengan Raja dan putra-putra Raja Kerajaan Pajajaran. Beberapa cerita pantun, seperti Lutung Kasarung, Ciung Wanara, Mundinglaya, dan Nyi Sumur Bandung, dianggap sebagai keramat.Untuk memainkannya, banyak persyaratan yang harus dipenuhi, baik pada saat akan dimulai maupun menjelang akhir pagelaran dengan menyampaikan rajah.

Rajah artinya sama dengan jampi-jampi atau permohonan pagelaran berlangsung lancar, baik pada saat diselenggarakan maupun sesudahnya.  Dalam pantun Priangan biasanya rajah tidak panjang, namun terdapat sebuah frase yang akan diulang-ulang diseluruh pantun. Frase rajah itu berbunyi demikian: Bul kukus mendung kamanggungkamanggung neda papayungka dewata neda maafka pohaci neda sucikuring rek diajar ngidung nya ngidung carita pantunngahudang carita wayangnyilokakeun nyukcruk lakunyukcruk laku nu bahayumapay langkah nu baheula.Lutung tujuh nu ngabandungkadalapan keur di sorangbisina terus narutusbisini narajang alaspalias terus narutuspalias narajang alasda puguh ngaluring caturngembat papatah carita ti mendi papasinieun?Ti mana picaritaeun?Tetep mah ti kahiyanganDitandean cupu manikCupu manik astaginaDiwadahan sarattanganDituruban ku mandepunDiteundeun dijalan gedeDibuka kunu ngaliwatKu nu weruh disemunaKu nu terang dijaksanaKu nu rancage di hateDibuka patinghaleuangNu menta dilalakonkeun Dalam kajian Jakob Sumardjo tentang seni pantun Sunda, kita akan diajak memahami tentang cara berfikir dan cara suku Sunda lama memandang dunia. Karena suku-suku di Nusantara meiliki banyak persamaan sejarah dan kebudayaan, niscaya pengetahuan tentang salah satu sisi suku Sunda ini akan pula menjelaskan tentang sisi tertentu dari suku-suku di Indonesia.

  

  •  
    You and Prabu Iman Sitompul like this.
  •  
    Raden Wiraatmadja “Kita tidak dapat membangun masa depan tanpa mempertimbangkan akar. Karena akar itulah kekuatan kita. Hidup tanpa akar akan tumbang”. 
    Masyarakat di Nusantara mempunyai akar budaya yang berbeda di wilayahnya masing-masing dan semua ini harus bersatu. Dan persatuan itu adalah perkawinan nilai-nilai. Sama saja seperti pada Kebudayaan Barat apabila sudah berbicara falsafah hidup mereka akan meghadirkan kembali pemikiran-pemikiran Aristoteles, Socrates, Plato, dll. yang hidup Sebelum Masehi.

Cara Liberalisme-Kapitalisme Merampas Negara

$
0
0

Cara Liberalisme-Kapitalisme Merampas Negara

Tadinya, agak enggan memasukkan artikel ini, tapi mengingat nasihat guru, kalau manusia itu harus berkumpul ditengah-tengah realitas kehidupan, jika seorang sufi berada di perbukitan, dia bukan manusia tapi bagian dari gunung dan bebatuan…! Nikmati dan jalani sajalah diri ini sebagai ‘sufi melek’..! Supaya kita beragama tidak kecanduan, asyik dlm ritus-ritus individu yang egoistik dan bersikap ‘dingin’  atas problema sosial & derita pilu masyarakat…? (Ama, May 2010)

—————————————————————-

Tulisan lama yang saya rasa masih bermanfaat dan sangat relevan bagi kondisi bangsa kita saat ini. Sekadar info, buku ini bisa didonlot gratis di gigapedia.

“Siapa pun yang ingin mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di dunia, mesti segera membaca buku ini.”

Itulah komentar majalah Rolling Stone tentang buku “The Shock Doctrine; The Rise of Disaster Capitalism” karangan wartawati Kanada, Naomi Klein, yang diterbitkan Penguin Books, London, Inggris (2007).

Buku setebal 558 halaman yang struktur kisahnya rapi dan dinilai koran “The Observer” sebagai buah dari riset mahasempurna ini menyingkap muslihat kaum kapitalis yang secara menyeramkan menggasak aset negara, tak peduli jutaan orang mati dan jatuh melarat karenanya.

Para kapitalis ini mengarsiteki sekaligus mensponsori kudeta-kudeta berdarah di seluruh dunia, swastanisasi aset dan sistem pelayanan publik, krisis moneter, merger dan akuisisi perusahaan pasca krisis, liberalisasi perdagangan, invasi Irak, bahkan gerakan demokratisasi.

Selain mewujud dalam perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs), mereka mengotaki Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bahkan organisasi-organisasi bantuan internasional seperti Badan Bantuan Pembangunan Internasional AS (USAID).

Mereka melekat pada lembaga-lembaga “think tank” terkenal seperti American Enterprise Institute, Heritage Foundation dan Cato Institute, sementara ruhnya bersemayam dalam sejumlah universitas Barat yang menjadi tempat berkuliah para teknokrat negara berkembang yang belajar karena biaya asing.

Kaum kapitalis ini tak peduli sebuah rezim zalim atau tidak, demokratis atau tidak, korup atau tidak, yang penting menguntungkan mereka, persis pepatah mantan pemimpin RRC Deng Xioping, “Tak penting kucing itu putih atau hitam, yang penting bisa menangkap tikus.”

Kaum yang disebut Naomi neoliberal ini sangat anti kepemilikan publik dan berupaya membuat pemerintahan di banyak negara lumpuh sehingga merekalah yang sesungguhnya berkuasa atas negara dan sistem transaksi sosial, ekonomi dan politik antar-bangsa.

“Saya ingin postur pemerintah dikerdilkan sampai saya bisa menyeretnya ke kamar mandi untuk kemudian membenamkannya dalam bak mandi,” kata Grover Norquist, pelobi kepentingan bisnis MNCs terkenal di AS sekaligus pembela fanatik neoliberal.

Untuk mengerdilkan pemerintah, mereka mempunyai modus, yaitu mengacaubalaukan negara dengan menciptakan situasi krisis sampai kesadaran nasional negara itu hilang, terutama berkaitan dengan konsep dasar pengelolaan ekonominya.

Negara itu lalu dipaksa menelan resep ekonomi propasar dalam dosis tinggi nan beruntun, tak peduli rakyatnya bakal sengsara. Hal terpenting, negara itu menjadi amat tergantung pada modal asing(kapitalis) sehingga setiap saat bisa dieksploitasi oleh kaum kapitalis itu.

Metode membuat syok nasional sehingga negara tak sadar telah dikuasai kapitalis ini disebut Naomi Klein sebagai “Shock Doctrine.”

Naomi menganalogikan terapi syok ekonomi ini dengan doktrin militer AS “kejutkan dan takutkan” (shock and awe) dan metode cuci otak ala dinas intelijen AS (CIA), “kubark counter intelligence interrogation.”

Lewat “kubark”, CIA membunuh karakter manusia dengan teknik interogasi mengerikan sehingga memori manusia hilang untuk kemudian diganti karakter baru jadi-jadian, seperti dalam kisah trilogi “Bourne” yang dibintangi aktor Hollywood, Matt Damon.

Dalam format berbeda, para ekonom neoliberal mengaplikasikan metode dekarakterisasi ala CIA ini ke tingkat negara dengan membuat negara berada dalam suasana krisis, sehingga gampang dipaksa untuk menelan resep kebijakan ekonomi prokapitalis yang formula dasarnya adalah liberalisasi pasar, penghapusan subsidi, dan swastanisasi aset publik.

Penggagas terapi syok itu adalah ekonom Universitas Chicago, Milton Friedman, seorang penentang intervensi negara dalam pengelolaan ekonomi yang dulu disarankan ekonom besar pasca-Perang Dunia II, John Maynard Keynes.

Friedman percaya bahwa perekonomian harus diserahkan sepenuhnya pada pasar dan ia ingin dunia mempraktikannya tanpa kecuali.

Terinspirasi sukses Mafia Berkeley di Indonesia akhir 1960-an dan junta militer Brazil pimpinan Castello Branco yang mengakhiri ekonomi kerakyatannya, Presiden Joao Gullart pada 1964, Friedman membidik Chile sebagai kelinci percobaan pertamanya.

Chile awal 1970-an diperintah Salvador Allende yang mengusung sistem ekonomi sosialis yang tak mengharamkan kepemilikan swasta, namun mengharuskan negara melindungi kepentingan publik. Ekonomi sosialis Chile berbeda dari komunisme, seperti diklaim AS, bahkan mirip azas demokrasi ekonominya Mohammad Hatta di Indonesia.

Karena ingin menasionalisasi perusahaan asing, maka sosialisme Allende itu lalu dipandang korporasi-korporasi multinasional asal AS sebagai ancaman. Salah satu yang terancam, American Telephone & Telegraph (AT&T), mendesak pemerintah AS untuk mencungkil Allende dari kekuasaannya.

Sebelum mendongkel Allende, AS mendidik mahasiswa-mahasiswa Chile di Universitas Chicago di bawah asuhan Milton Friedman dengan tujuan mengimbangi popularitas para ekonom sosialis pimpinan Pedro Vuskovic Bravo yang menjadi arsitek kebijakan ekonomi Allende.

Untuk mengaburkan intervensi, pemerintah AS bersembunyi dibalik Ford Foundation, yang juga mensponsori para mahasiswa Indonesia berkuliah di Universitas California, Berkeley, pada 1956 hingga menjadi teknokrat Orde Baru.

Para mahasiswa Chile yang dibiasakan mempelajari ekonomi neoliberal ini disiapkan sebagai teknokrat pasca Allende.

Pada 1973, Allende akhirnya digulingkan oleh Jenderal Augusto Pinochet dukungan CIA.

Selagi Pinochet menebarkan teror hingga rakyat Chile syok dalam ketakutan, para ekonom Friedmanis menyuntikan resep propasar(prokapitalis) dalam dosis tinggi hingga Chile terperangkap utang dan kekuasaan asing.

Paparan Chile ini adalah awal cerita horor pasar bebas yang menjadi isi utama buku yang disebut Dow Jones sebagai salah satu literatur ekonomi terbaik abad 21 ini.

Horor berlangsung hingga era pemerintahan George Bush yang disebut sebagai puncak kebrutalan pasar bebas hingga dunia pun muak sampai-sampai Amerika Latin alergi dengan apa pun yang berbau Friedmanis seperti IMF.

“Tuan-tuan, kami ini berdaulat. Kami ingin melunasi utang kami, tapi maaf-maaf saja jika kami harus membuat kesepakatan lagi dengan IMF,” kata Presiden Argentina, Nestor Kirchner.

Sambil membopong diktator dan rezim sokongannya, kaum kapitalis mensponsori para ekonom didikan kampus-kampus neoliberal untuk menyiapkan karpet merah bagi kapitalisme dengan menyusun kebijakan ekonomi reformis propasar, satu eufemisme dari kebijakan prokapitalis.

Afrika Selatan pasca-Nelson Mandela, Rusia di bawah Boris Yeltsin, dan Polandia pasca-komunis adalah beberapa contoh.

Negara-negara yang semula khidmat mendengarkan rekomendasi para ekonom reformis bimbingan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) itu kemudian sadar telah dibohongi para ekonom dan birokrat bimbingan Barat yang ternyata para calo swastanisasi negara.

Para penyusun kebijakan reformasi ekonomi tersebut memang kerap berperan menjadi mulut korporasi asing, bahkan konsep kebijakan swastanisasi Bolivia semasa Presiden Gonzalo Sanchez de Lozada disusun para analis keuangan perusahaan asing, seperti Salomon Brothers dan ExxonMobil.

Nelson Mandela adalah salah satu yang kecewa karena cita-cita memakmurkan warga kulit hitam, seperti dipesankan Piagam Perdamaian tak tercapai, justru karena orang dekatnya, Tabo Mbeki, menyusun kebijakan pro-kapitalis sehingga mayoritas rakyat Afsel terpinggirkan.

Polandia juga menyesal mematuhi nasihat pialang George Soros dan ekonom Jeffrey Sachs, seorang Friedmanis dari Universitas Harvard, sehingga aset-aset strategis Polandia jatuh ke tangan asing, justru ketika Partai Solidaritas memerintah negeri itu.

Demikian pula Rusia, yang kehilangan aset-aset strategisnya setelah ekonom reformis Yegor Gaidar, seorang Friedmanis di bawah bimbingan IMF, mempromosikan kebijakan propasar. Vladimir Putin kemudian mengoreksi kesalahan itu, dan mengakhiri hubungan mesra Rusia dengan IMF.

Buku tersebut juga menyebut krisis moneter Asia 1997 sebagai hasil desain kaum kapitalis karena mereka ingin menguasai aset-aset strategis di kawasan itu, mencaplok aset-aset perusahaan nasional Asia yang tumbuh meraksasa, dan hendak menggulingkan rezim-rezim yang berubah kritis, seperti Soeharto di Indonesia.

Menurut Naomi, di masa tuanya, Soeharto yang pro-Barat itu bosan diperah korporasi asing, sehingga ia “berkhianat” dengan membagikan aset nasional kepada kroninya yang berakibat korporasi asing itu berang, lalu merancang pembalasan dengan membesarkan skala krisis moneter Asia.

Ketika Indonesia dan Asia akhirnya lunglai karena krisis moneter, IMF datang menawarkan obat dengan syarat liberalisasi pasar, sebuah formula klasik ala Friedman. Semua Asia menerima resep itu, hanya Malaysia yang menampik formula rente itu.

Hanya dalam 20 bulan, perusahaan-perusahaan multinasional asing berhasil menguasai perekonomian Indonesia, Thailand, Korea Selatan, Filipina dan juga Malaysia lewat 186 merger dana kuisisi perusahaan-perusahaan besar di negara-negara ini.

“Ini adalah pengalihan aset dari domestik ke asing terbesar dalam limapuluh tahun terakhir,” kata ekonom Robert Wade.

Tak puas di situ, para kapitalis merancang serangan ke Irak setelah Presiden Saddam Hussein memberi keleluasaan pada Rusia menambang minyak di Irak.

Perusahaan-perusahaan minyak seperti Shell, Halliburton, BP dan ExxonMobil lalu mengipasi pemerintah AS dan Inggris untuk mencaplok Irak.

Namun, saat Irak sulit digenggam karena masalah terlalu kompleks, negeri itu disulap menjadi lahan bisnis keamanan sehingga para pedagang senjata, konsultan keamanan perusahaan di wilayah krisis, tentara bayaran dan para spesialis teknologi keamanan mendadak bergelimang uang.

Kemudian, saat kaum kapitalis itu membutuhkan relaksasi setelah penat berburu laba, maka sejumlah lokasi dibidik menjadi situs wisata eksotis, diantaranya Srilangka.

Namun, para nelayan miskin yang mendiami pantai-pantai indah Srilangka tak mau hengkang sampai tsunami menghantam Asia bagian Selatan pada 2004.

Bertopengkan bantuan rekonstruksi pascabencana dan bergerak dalam kerudung USAID, para kapitalis menyandera pemerintah Srilangka, agar “menukarkan” pantai indah Srilangka dengan bantuan tsunami. Situasi serupa berlaku di Thailand dan New Orleans pasca-badai Katrina.

Intinya, kaum kapitalis telah membisniskan perang, teror, anarki, situasi krisis dan bencana alam. Naomi Klein menyebutnya, “kapitalisme bencana”. (ditulis oleh Oleh A. Jafar M. Sidik, antara)

Sumber: 

http://muhsinlabib.wordpress.com/2008/08/06/cara-kapitalis-merampas-negara/#more-2185

http://kampoengsufi.wordpress.com/2010/05/18/cara-liberalisme-kapitalisme-merampas-negara/


Economic Hit-men : Agen Perampok Ekonomi

$
0
0

Economic Hit-men : Perampok Ekonomi

6 Juli 2011

“Secara jujur saya katakan bahwa kami para economic hit men(perampok ekonomi) telah berhasil menciptakan imperium global pertama di dunia; yang sebenarnya sebuah imperium rahasia.” – John Perkins, ‘mantan economic hit-man‘.

Kami melakukannya dalam berbagai cara, tapi prinsipnya, kami mengidentifikasi sebuah negara yang memiliki sumber daya yang diidamkan para perusahaan, seperti minyak; mengatur pinjaman yang besar untuk negara itu dari Bank Dunia atau salah satu saudaranya. Uang itu sebenarnya tidak pernah diterima negara; tapi pergi ke perusahaan kami sendiri untuk membangun proyek infrastruktur di negara itu yang membantu sedikit orang kaya, tapi tidak menguntungkan mayoritas rakyat, yang terlalu miskin untuk membeli listrik atau memiliki mobil untuk berkendara di jalan raya. Tapi, mereka meninggalkan utang yang sangat besar yang tidak bisa mereka bayar.

Jadi ada saatnya kami kembali dan mengatakan, “Kamu tahu, kamu tidak bisa membayar utang. Beri kami setengah kilo daging. Jual minyak kamu yang sangat murah itu kepada perusahaan kami. Pilih kami di pemilihan penting PBB nanti. Izinkan kami untuk membangun pangkalan militer di halaman kamu.” Sesuatu semacam itu.

Ketika kami gagal… serigala (jakal) masuk dan menggulingkan atau membunuh para pemimpin ini. Jika serigala juga gagal, seperti di Irak, maka kami kirim pasukan militer.

Saya kira ini bukan kegagalannya kapitalisme. Saya kira ini jenis khusus dari kapitalisme yang kami kembangkan dalam tiga puluh atau empat puluh tahun terakhir. Bentuk mutan dari kapitalisme ini, yang saya pikir sebuah bentuk predator dari kapitalisme, telah menciptakan sebuah dunia yang sangat tidak stabil berkepanjangan, tidak adil, dan sangat-sangat berbahaya.

Kita harus memahami bahwa salah satu akar penyebab terorisme—saya sendiri tidak suka dengan kata “terorisme”, karena saya pikir itu bukan yang sebenarnya—ia sejumlah kelompok beraneka ragam di seluruh dunia. Tapi dalam setiap—hampir setiap kasus, ia muncul dari rasa lapar, dari rasa putus asa. Saya bertemu banyak teroris. Saya wawancarai mereka untuk sejumlah buku. Saya tidak pernah bertemu seseorang yang ingin menjadi teroris.

Saya belum pernah bertemu siapapun yang ingin menjadi seorang teroris. Mereka orang-orang yang kehilangan harapan. Kalau kita ingin menyingkirkan terorisme, kita harus menyingkirkan akar penyebab, yaitu kanker yang menghancurkan seluruh sistem kita.

Saya pikir sangat penting bahwa kita memahami hari ini; kita tidak bisa memiliki tanah air yang aman kecuali kita memahami bahwa seluruh bumi ini adalah tanah air kita.

Ama @Posted by 

Sumber : http://kampoengsufi.wordpress.com/2011/07/06/economic-hit-men-perampok-ekonomi/


`Teori Konspirasi` Piramida Giza: Dibangun Alien-Orang Atlantis?

$
0
0

 

  • Kamis, 20 Februari 2014 00:01

 


Elin Yunita Kristanti



 


Piramida Besar Giza adalah piramida tertua dan terbesar dari tiga piramida yang ada di Nekropolis Giza. Dibangun selama 20 tahun dan diperkirakan berlangsung pada sekitar tahun 2560 SM. Merupakan satu-satunya bangunan Tujuh Keajaiban Dunia.

Dunia Kuno yang masih tersisa hingga saat ini. Namun, kontroversi masih melingkupi pembangunannya. Piramida Giza terus menerus menjadi fokus teori konspirasi — di mana sejumlah orang berpendapat bahwa tak mungkin manusia yang membangun struktur raksasa dengan presisi sesempurna itu di masa teknologi belum berkembang.

Ada lagi yang menghubung-hubungkannya pengaturan kompleks Piramida Giza dengan rasi gugus bintang Orion — yang identik dengan Osiris. Pun dengan spekulasi keberadaan ruangan di bawah Sphinx (Hall off Records) — yang diyakini sebuah perpustakaan mistis yang menyimpan gulungan papirus berisi rahasia Mesir dan sejarah Atlantis yang Hilang.

Dengan dalih untuk membuktikan teori alternatif tersebut, dua pria Jerman, Dominique Goerlitz dan Stefan Erdmann, mengunjungi Piramida Mesir pada April 2013 lalu. Di tengah kondisi pariwisata Mesir yang menurun drastis akibat kerusuhan sosial dan politik. Para operator tur, bahkan lembaga pemerintah, kerap nekat melanggar aturan demi orang asing yang bersedia membayar mahal.

Bersama seorang pembuat film asal Jerman, mereka masuk ke bagian dalam Piramida Agung Giza yang tak boleh diakses publik — hanya sedikit arkeolog dan ahli Mesir yang dibolehkan.

Di sana, mereka dilaporkan mengambil sejumlah item dari piramida, termasuk sampel cartouche — mirip plakat nama dari batu berbentuk oval yang mengidentifikasikan Firaun Khufu atau Cheops.

Kini mereka diperkarakan atas tuduhan vandalisme. Goerlitz dan Erdmann, yang bukan arkeolog, juga diduga menyelundupkan artefak keluar Mesir. Melanggar UU barang antik yang ketat pemberlakuannya.

Selain 3 warga Jerman, 6 warga Mesir juga ditahan dalam kasus tersebut — termasuk penjaga dan inspektur Kementerian Barang Antik Mesir yang mengizinkan mereka masuk ke dalam piramida.

Pemerintah Jerman mengutuk apa yang dilakukan 3 warganya. Menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan tak ada kaitannya dengan Institut Arkeologi Jerman.

Teori Konspirasi

Dominique Goerlitz dan Stefan Erdmann mengakui tindakan mereka. Bahkan, merekam tindakan yang dikategorikan merusak situs arkeologi dalam foto dan video.

Namun, keduanya berdalih, tujuan mereka mulia: untuk membuktikan “alternatif sejarah”, teori konspirasi mereka, bahwa piramida itu tidak dibangun oleh orang Mesir kuno .

Goerlitz dan Erdmann yakin, cartouche yang mengidentifikasi Khufu sebagai pencipta Piramida Agung di Giza adalah palsu. Mereka berniat melakukan analisis sampel cartouche, membuktikan bahwa prasasti nama itu tak setua piramida itu sendiri. Intinya, mereka menduga, Firaun Khufu mengklaim piramida yang telah dibangun ribuan tahun sebelumnya — oleh orang-orang dari kota legendaris Atlantis — sebagai idenya.

Mereka juga menuding, para arkeolog sengaja menutupi atau mengabaikan bukti yang mengarahkan bahwa piramida itu berasal dari era pra-Mesir, sebelum Mesir.

Teori-teori konspirasi Goerlitz dan Erdmann tidak muncul dalam ruang hampa. Pendapat itu sebelumnya dipopulerkan sejumlah orang, termasuk oleh penulis buku laris Erich von Daniken dalam karyanya “Chariots of the Gods?” yang kali pertama dipublikasikan pada 1968.

Sejumlah penulis juga mengklaim, pembangun Piramida Agung Giza bukan Bangsa Mesir  Kuno melainkan makhluk ekstrateresterial atau penduduk Atlantis.

“Penghinaan…”

Jadi siapa yang membangun piramida Mesir?  Teori liar Goerlitz dan Erdmann tentang orang Atlantis, bisa dipatahkan dengan fakta bahwa eksistensi kota yang konon berperadaban maju itu belum terbukti nyata. Tak ada bukti sahih.

Atlantis kali pertama dideskripsikan dalam dua dialog Plato — “Timaeus” dan “Critias” yang ditulis sekitar tahun 330 Sebelum Masehi. Atlantis yang didiskusikan oleh Plato tidak merujuk pada sebuah kekaisaran kuno.

Selain itu, ada bukti nyata bahwa Bangsa Mesir kuno lah yang membangun Piramida Giza.

Ken Feder, dosen arkeologi dan antropologi Central Connecticut State University, sekaligus penulis “Frauds, Myths, and Mysteries: Science and Pseudoscience in Archaeology” punya bukti soal itu.

“Bangsa Mesir kuno lah yang membangun piramida,” kata Feder kepada LiveScience. “Kontras dengan pendapat mereka yang percaya fantasi — bahwa keterampilan teknologi yang diperlukan untuk membangun piramida tidak dikuasai orang-orang Mesir kuno. Kenyataannya, Piramida Agung Giza adalah puncak dari proses evolusi yang panjang multigenerasi.

Para arkeolog menemukan sejumlah bukti kegagalan membangun piramida. “Usaha awal membangun sebuah bangunan piramid geometris menghasilkan piramida gagal yang kolaps,” kata Feder. “Upaya lain menghasilkan retakan yang muncul di bagian bawah piramida, karena lereng terlalu curam, atau salah satu sudut piramida diposisikan dasar berpasir yang rapuh,” kata dia.

Bukti lain soal Piramida Giza, jelas dia, para pekerja kadang-kadang menorehkan tanggal di balok batu pembentuk piramida. “Juga ada satu bagian dari graffiti dalam ruang di Piramida Besar yang mengandung kalimat., “Kami melakukannya dengan kebanggaan demi Firaun Agung Khnum-Khuf (nama lain Firaun Khufu),” tambah dia.

Feder mengatakan, sejatinya tak ada kontroversi terkait siapa yang membangun piramida. Siapa pun yang tertangkap karena mencoba untuk menulis ulang sejarah, melalui pencurian atau akal-akalan, tidak sedang melakukan penelitian arkeologi.

“Mereka melanggar hukum dan menghina kerja keras dari ribuan pekerja dan  buruh yang menghasilkan salah satu keajaiban dunia kuno,” kata Feder. (Ein/Riz)

SUMBER : http://news.liputan6.com/read/831897/teori-konspirasi-piramida-giza-dibangun-alien-orang-atlantis

Baca juga:

Gempa Kuno di Yerusalem Jelaskan Misteri `Kain Kafan Yesus`?
Ditemukan Makam Firaun Mesir `Terlupakan` dengan Jasad Terputus
Keanehan Mumi Firaun Tutankhamun: Kemaluan Tegak, Jantung Hilang


Serial Video Pencerahan dari Gunung Padang Cianjur

$
0
0

Written by  | March 1, 2014 | 0

70gunung-padang-cianjur-indocropcircles.wordpress.com

1920473_10201720312188958_834802114_n

Andi Arief Dua: “BUNG KARNO–Beberapa kali Soekarno melakukan kunjungan hanya didampingi ajudan,  mengasingkan diri ke daerah gunung padang. Sampai daerah berpenduduk terakhir ajudannya diminta melepas tonggak bendera Indonesia yang terpasang di mobil dan menyerahkannya ke kepolisian setempat. Tujuannya sebagai pertanda bahwa presiden masih dilingkungan tersebut. Jika pengasingan selesai bendera diambil kembali, pertanda Soekarno sudah keluar dari daerah tersebut. Selama berada di sana ajudan diminta membeli makanan dari penduduk. Kisah ini disampaikan JAJ Bolang, ajudan pertama Bung Karno yang dahulu juga wakil kepala sekolah AMN Tanggerang yang dikepalai oleh Daan Mogot, yang juga adalah tempat di mana gugurnya beberapa pejuanh melawan serbuan Jepang ke AMN Tanggerang.

Kehadiran Guruh Sukarno Putra di acara ekspose Ilmiah di LIPI Bandung mengingatkan pada bagaimana Bung Karno memandang penting tempat itu. Sebelumnya Megawati sedikitpun tak mengubris saran untuk ke sana atau bertemu dengan tim Peneliti. Mungkin kesibukannya memaksa Ibu Mega tak ada waktu. Walaupun dipastikan Ibu Megawati pernah mengunjungi Gunung Padang sebelum tahun 2004. Apa yg dikatakan Jupel Pak Asep bahwa orang tuanya bernama Pak Cece bukan info yang keliru. Pak Ceve sering juga mendampingi Bung Karno berkunjung. Banyak tokoh kalangan TNI dan pejuang yang menyempatkan diri ke sana. Gunung Padang, sekali lagi harus dipertahankann untuk persatuan. Tempat kita belajar karakter bangsa yang sesungguhnya.

http://youtu.be/58EU05ppMlA



Putin Membuat ‘New World Order’ Takut Tuhan

$
0
0

Putin Membuat ‘New World Order’ Takut Tuhan

Putin Membuat 'New World Order' Takut Tuhan
 MAHDI-NEWS - Setelah referendum kemerdekaan Crimea,  Hillary Clinton mengatakan Presiden Rusia Putin adalah ” Hitler baru.” Zbigniew Brezezinski  mantan Penasihat Keamanan Nasional setuju,  menyebut Putin tidak hanya sebagai Hitler,  tetapi juga preman, pengancaman,  seorang gangster Mafia,  dan Mussolini.  Media mainstream Barat pun menyebarluaskan serangan kekanak-kanakan ini.

 Mengapa semua pembuat kebijakan luar negeri Barat begitu takut terhadap Putin ?

Karena Putin tegak melawan agresi Barat – tidak hanya di Ukraina, tetapi juga di Suriah dan Iran.  Barat yang sedang mengacaukan wilayah ini dan negara-negara lainnya adalah  contoh terbaru dari pola agresi mereka yang telah berusia puluhan tahun.  Tujuan jangka panjang mereka adalah : merusakkan semua tradisi dan nilai-nilai negara,  dan menciptakan suatu kediktatoran global  dalam  tatanan dunia baru [New World Order].

Sejak 1953 CIA – MI6  mendorong kudeta di Iran,  Barat menggunakan cara yang sama menggulingkan pemimpin yang sah  yang tidak kooperatif : Pertama mereka sabotase perekonomian negara itu.  Kemudian menyuap perwira militer yang korup dan preman  serta membayar  massa untuk melakukan kekacauan. Berikutnya ( langkah ini opsional ) menghasut kekerasan dengan membayar penembak jitu untuk menembak ke kerumunan –  atau mungkin meledakkan beberapa bom.  Akhirnya mereka,  mengirim unit militer yang korup dan gangster untuk menggulingkan pemimpin yang sah dari sebuah negara, lalu membunuhan atau memenjarakan para pendukungnya,  selanjutnya menjadikan mereka boneka Barat.”

CIA melakukannya  hal itu di Iran  dimana  Perdana Menteri Mossadegh yang terpilih secara demokratis pada tahun 1953,  juga kepada Presiden Indonesia Soekarno pada tahun 1965,  dan Perdana Menteri  Chile Allende pada tanggal 11 September 1973.  Mereka telah melakukan hal yang sama kepada presiden sah Ukraina,  Viktor Yanukovych,  beberapa waktu lalu.  Neocon rezim – perubahan apparatchik Victoria Nuland ( Asisten sekretaris negara AS), mengakui bahwa AS telah menghabiskan lima miliar dolar untuk menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Ukraina, dan kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mendengar rekaman pembahasan tentang “berita” bahwa penembak jitu di Maidan square, merupakan bagian dari kudeta yang disponsori AS.

Orang-orang Ukraina khawatir, kudeta yang disponsori AS bisa berubah cepat menjadi sangat berdarah.

Kudeta CIA tahun 1965 di Indonesia adalah salah satu sejarah holocaust terbesar dalam sejarah. Menurut  ahli sejarah profesor Bradley Simpson dari Univesitas Princeton, seperti yang dikutip dari The Jakarta Globe : “AS dan pemerintah Inggris dengan kekuasaannya melakukan dan meyakinkan tentara Indonesia untuk melaksanakan pembunuhan massal” lebih dari satu juta orang turut melakukan kudeta terhadap Sukarno.  Sebagian besar korban disiksa sebelum mereka dibunuh. Daftar nama-nama orang yang akan disiksa dan dibunuh disediakan oleh CIA untuk preman Indonesia yang mereka pekerjakan. Sementara ditempat inilah Barrack Obama lima tahun tinggal di Indonesia bersama ayah tirinya Lolo Soetoro, yang bekerja untuk para pembunuh massal, Amerika.

Itu benar : ayah tiri Obama adalah seorang pelaku holocaust.

Pada tahun 1971,  setelah kudeta CIA di Chili,  antek Amerika Pinochet membunuh 3.000 orang dan 30.000 disiksa.  Tindakan ini sepenuhnya didukung oleh sponsor Pinochet Amerika, yang terlatih dan membayar preman untuk penyiksaan.

Pembantaian di Suriah,  juga adalah sebagai satu lagi upaya kudeta yang disponsori AS.

NWO yang dimotori  Amerika dan sekutu Baratnya telah membunuh puluhan juta dalam kudeta ini, intervensi, kampanye destabilisasi, dan perang dideklarasikan. Menurut André Vltchek dan buku Noam Chomsky Tentang Western Terorisme, jumlah yang tewas lebih dari 50 juta sejak Perang Dunia II.  Jika kita menambahkan ini dengan jumlah orang yang disiksa,  dipenjara,  dipaksa mengungsi,  atau yang hidupnya hancur oleh terorisme Barat,  jumlah korbannya bisa mencapai ratusan juta.

Hari ini , para teroris Amerika dan sekutunya NATO  tampak kurang tertarik untuk membuat pemerintah boneka tetapi lebih tertarik melakukan kekacauan. CIA-NATO mengkudeta Gaddafi untuk menghancurkan Libya sebagai negara dan bangsa yang modern.  Bendera palsu teror yang didukung Barat di Irak telah menceraiberaikan negara itu. Suriah sedang dihancurkan oleh militan yang didukung Barat untuk menggulingkan Assad.  Venezuela juga sedang tidak stabil oleh upaya kudeta yang didukung CIA.

Singkatnya,  New World Order – sebuah kelompok bayangan oligarki perbankan global yang bertekad untuk membangun kediktatoran dunia – mencoba untuk menggulingkan setiap pemimpin di bumi yang menolaknya. Presiden Rusia Putin menolak, itulah sebabnya mengapa mesin propaganda Barat menyebut namanya.

Perlu dicatat bahwa Rusia dan Iran – dua negara yang paling berhasil menolak perubahan rezim NWO – yang melakukannya atas nama Tuhan.

Menurut intelektual Katolik E. Michael Jones, Revolusi Iran 1979 adalah awal reaksi global melawan perusakan sekularisme terhadap nilai-nilai tradisional.  Seperti tahun 1980 pemilihan Ronald Reagan yang (didorong oleh revolusi seksual yang menjijikan di Amerika ) dan munculnya gerakan Solidaritas Polandia (yang menentang ateisme komunis), pendirian Republik Islam Iran adalah peristiwa penting yang menandakan berakhirnya gelombang  sekularisme  dan ateisme abad ke-20, dan sebagai kebangkitan agama tradisional.

Presiden Putin menikmati popularitas besar di Rusia karena pembelaannya pada nilai-nilai keagamaan tradisional. Dalam pidato kenegaraaan Desember lalu, Putin mengatakan : “Banyak negara-negara Euro- Atlantik sudah tercabut dari akarnya,  termasuk  didalamnya nilai-nilai Kristen… Kebijakan yang argumentatif perlu dalam pendekatan dalam banyak hal, keluarga besar, seks sesama jenis, iman kepada Tuhan dan percaya pada setanisme.”

Setanisme yang Putin katakan adalah sebagai teguran dan itu menunjuk pada elit New World Order, yang meskipun mereka mendorong untuk memerangi sekularisme pada masyarakat,  tetapi kenyataannya mereka merusak.

NWO  bertentangan dengan agama dan tradisi neokonserfatif (Rusia dan Iran). Teroris Gladio Michael Ledeen [neokonserfatif zionos, pent) menjelaskan : “Destrukif  kreatif adalah sebutan kami, baik di dalam atau di luar negeri,   Kami meruntuhkan orde lama setiap hari,  dari bisnis,  ilmu pengetahuan,  sastra,  seni,  arsitektur,  politik dan hukum .. kita harus menghancurkan mereka untuk memajukan misi sejarah kita.”

Putin menghentikan New World Order  yang akan melakukan “destruksi  kreatif” di Suriah dan Ukraina.  Dia adalah bagian dari koalisi yang berkembang menentang NWO – bukan hanya tradisionalis agama,  tetapi juga kekuatan anti-globalisasi progresif, termasuk Hugo Chavez yang terinspirasi oleh anti-imperialis di Amerika Latin.

Kami menghadapi sebuah perjuangan epik antara mereka yang mendukung nilai-nilai sakral seperti keadilan dan kecukupan dengan mereka yang ingin menghancurkan semua nilai-nilai.

Semoga Tuhan memberkati Presiden Putin,   yang telah menempatkan rasa takut akan Tuhan ke dalam New World Order. (PressTV/AM/IR/MAHDI-NEWS)

Oleh : Dr. Kevin Barrett

Sumber:

http://www.mahdi-news.com/index.php/berita/berita-international/item/1322-putin-membuat-new-world-order-takut-tuhan


Pidato BK Di saat Senja (Bagian IV.Tamat)

$
0
0

Tidak banyak diketahui umum bahwa tahun 1965-1967 Presiden Soekarno sempat berpidato paling sedikit sebanyak 103 kali. Yang diingat orang hanyalah pidato pertanggungjawabannya, Nawaksara, yang ditolak MPRS tahun 1967. Dalam memperingati 100 tahun Bung Karno, tahun 2001 telah diterbitkan kumpulan pidatonya. Namun, hampir semuanya disampaikan sebelum peristiwa G30S 1965.

Kumpulan naskah ini diawali pidato 30 September 1965 malam (di depan Musyawarah Nasional Teknik di Istora Senayan, Jakarta) dan diakhiri pidato 15 Februari 1967 (pelantikan beberapa Duta Besar RI). Pidato-pidato Bung Karno (BK) selama dua tahun itu amat berharga sebagai sumber sejarah. Ia mengungkapkan aneka hal yang ditutupi bahkan diputarbalikkan selama Orde Baru. Dari pidato itu juga tergambar betapa sengitnya peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Di pihak lain, terlihat pula kegetiran seorang presiden yang ucapannya tidak didengar bahkan dipelintir. Soekarno marah. Ia memaki dalam bahasa Belanda.

Konteks pidato

Periode 1965-1967 dapat dilihat sebagai masa peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Dalam versi pemerintah, masa ini dilukiskan sebagai era konsolidasi kekuatan pendukung Orde Baru (tentara, mahasiswa, dan rakyat) untuk membasmi PKI sampai ke akarnya serta pembersihan para pendukung Soekarno.

Mulai tahun 1998 di Tanah Air dikenal beberapa versi sejarah yang berbeda. Selain menonjolkan keterlibatan pihak asing seperti CIA, juga muncul tudingan terhadap keterlibatan Soeharto dalam “kudeta merangkak”, yaitu rangkaian tindakan dari awal Oktober 1965 sampai keluarnya Supersemar (Surat perintah 11 Maret 1966) dan ditetapkannya Soeharto sebagai pejabat Presiden tahun 1967. “Kudeta merangkak” terdiri dari beberapa versi (Saskia Wieringa, Peter Dale Scott, dan Subandrio) dan beberapa tahap.

Substansi pidato

Setelah peristiwa G30S, Soekarno berusaha mengendalikan keadaan melalui pidato-pidatonya.

“Saya komandokan kepada segenap aparat negara untuk selalu membina persatuan dan kesatuan seluruh kekuatan progresif revolusioner. Dua, Menyingkirkan jauh-jauh tindakan-tindakan destruktif seperti rasialisme, pembakaran-pembakaran, dan perusakan-perusakan. Tiga, menyingkirkan jauh-jauh fitnahan-fitnahan dan tindakan-tindakan atas dasar perasaan balas dendam.”

Ia juga menyerukan “Awas adu domba antar-Angkatan, jangan mau dibakar. Jangan gontok-gontokan. Jangan hilang akal. Jangan bakar-bakar, jangan ditunggangi”. Dalam pidato ia menyinggung Trade Commission Republik Rakyat Tiongkok di Jati Petamburan yang diserbu massa karena ada isu Juanda meninggal diracun dokter RRT. Padahal, beliau wafat akibat serangan jantung. Soekarno menentang rasialisme yang menjadikan warga Tionghoa sebagai kambing hitam.

Dalam pidato 20 November 1965 di depan keempat panglima Angkatan di Istana Bogor BK mengatakan, “Ada perwira yang bergudul. Bergudul itu apa? Hei, Bung apa itu bergudul? Ya, kepala batu.” Tampaknya ucapannya itu ditujukan kepada Soeharto. Pada kesempatan yang sama Soekarno menegaskan, “Saya yang ditunjuk MPRS menjadi Panglima Besar Revolusi. Terus terang bukan Subandrio. Bukan Leimena…. Bukan engkau Soeharto, bukan engkau Soeharto, dan seterusnya (berbeda dengan nama tokoh lain, Soeharto disebut dua kali dan secara berturut-turut).

Mengapa Soekarno tak mau membubarkan PKI, padahal ini alasan utama kelompok Soeharto menjatuhkannya dari presiden. Karena dia konsisten dengan pandangan sejak tahun 1925 tentang Nas (Nasionalisme), A (Agama), dan Kom (Komunisme). Dalam pidato ia menegaskan, yang dimaksudkan dengan Kom bukanlah Komunisme dalam pengertian sempit, melainkan Marxisme atau lebih tepat “Sosialisme”. Meskipun demikian Soekarno bersaksi “saya bukan komunis”. Bung Karno juga mengungkapkan keterlibatan pihak asing yang memberi orang Indonesia uang Rp 150 juta guna mengembangkan “the free world ideology”. Ia berseru di depan diplomat asing di Jakarta, “Ambassador jangan subversi.”

Tanggal 12 Desember 1965 ketika berpidato dalam rangka ulang tahun Kantor Berita Antara di Bogor, Presiden mengatakan tidak ada kemaluan yang dipotong dalam peristiwa di Lubang Buaya. Demikian pula tidak ada mata yang dicungkil seperti ditulis pers.

Peristiwa pembantaian di Jawa Timur diungkapkan Soekarno dalam pidato di depan HMI di Bogor 18 Desember 1965. Soekarno mengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan sadis, orang bahkan tidak berani menguburkan korban.

“Awas kalau kau berani ngrumat jenazah, engkau akan dibunuh. Jenazah itu diklelerkan saja di bawah pohon, di pinggir sungai, dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati.”

Dalam kesempatan sama, Bung Karno sempat bercanda di depan mahasiswa itu, “saya sudah 65 tahun meski menurut Ibu Hartini seperti baru 28 tahun. Saya juga melihat Ibu Hartini seperti 21 tahun.”

Gaya bahasa Soekarno memang khas. Ia tidak segan memakai kata kasar tetapi spontan. Beda dengan Soeharto yang memakai bahasa halus tetapi tindakannya keras. Di tengah sidang kabinet, di depan para Menteri, Presiden Soekarno tak segan mengatakan “mau kencing dulu” jika ia ingin ke belakang . Ketika perintahnya tidak diindahkan, ia berteriak “saya merasa dikentuti”. Pernah pula ia mengutip cerita Sayuti Melik tentang kemaluannya yang ketembak. Namun, di lain pihak ia mahir menggunakan kata-kata bernilai sastra, “Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”

Dalam pidato 30 September 1965 ia sempat mengkritik pers yang kurang tepat dalam menulis nama anak-anaknya. Nama Megawati sebetulnya Megawati Soekarnaputri, bukan Megawati Soekarnoputri. Demikian pula dengan Guntur Soekarnaputra.

Di balik pidato

Apa yang disampaikan Soekarno dalam pidato-pidatonya merupakan bantahan atas apa yang ditulis media. Monopoli informasi sekaligus monopoli kebenaran adalah causa prima dari Orde Baru. Umar Wirahadikusumah mengumumkan jam malam mulai 1 Oktober 1965, pukul 18.00 sampai 06.00 pagi, dan menutup semua koran kecuali Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha. Koran-koran lain tidak boleh beredar selama seminggu. Waktu sepekan ini dimanfaatkan pers militer untuk mengampanyekan bahwa PKI ada di belakang G30S.

Meski masih berpidato dalam berbagai kesempatan, pernyataan BK tidak disiarkan oleh koran-koran. Bila Ben Anderson di jurnal Indonesia terbitan Cornell mengungkapkan hasil visum et repertum dokter bahwa kemaluan jenderal tidak disilet dalam pembunuhan di Lubang Buaya 1 Oktober 1965, jauh sebelumnya Soekarno dengan lantang mengatakan, 100 silet yang dibagikan untuk menyilet kemaluan jenderal itu tidak masuk akal.

Dalam pidatonya terdengar keluhan. Misalnya, di Departemen P dan K orang-orang yang mendukung BK dinonaktifkan. Sebetulnya seberapa drastiskah merosotnya kekuasaan yang dipegangnya?

Presiden Soekarno masih sempat melantik taruna AURI dan berpidato dalam peringatan 20 tahun KKO. Paling sedikit Angkatan Udara, Marinir, dan sebagian besar tentara Kodam Brawijaya masih setia kepada Bung Karno. Tetapi kenapa ia hanya sekadar berseru “jangan gontok-gontokan antarangkatan bersenjata”. Kenapa ia tidak memerintahkan tentara yang loyal kepadanya untuk melawan pihak yang ingin menjatuhkannya?

Soekarno tidak ingin terjadi pertumpahan darah sesama bangsa. Dalam skala tertentu, yang tidak diharapkan Bung Karno itu telah terjadi setelah ia meninggal . Demikian pula yang kita lihat hari ini di Aceh. Sebuah wilayah yang pada tahun 1945 para ulamanya menyerukan rakyat mereka untuk berdiri di belakang Bung Karno

  • You and 4 others like this.
  • Raden Wiraatmadja ”Anakku, simpan segala yang kau tahu. Jangan ceritakan deritaku dan sakitku kepada rakyat, biarlah aku yang menjadi korban asal Indonesia tetap bersatu. Ini kulakukan demi kesatuan, persatuan, keutuhan, dan kejayaan bangsa. Jadikanlah deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seseorang Presiden ada batasnya karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan yang Maha Esa”.
  • Ade Gunawan Kang Raden , ijin “copas“ , nuhun

Redupnya Cahaya Putera Sang Fajar

$
0
0
Raden Wiraatmadja

Redupnya Cahaya Putera Sang Fajar

Jatuhnya Soekarno dari kursi kepresidenan RI merupakan peristiwa politik cukup menarik dan sangat bersejarah. Dimulai dengan Supersemar yang memberi “mandat” kepada Jenderal Soeharto untuk memulihkan keamanan dan politik yang saat itu sangat kacau, sampai ditolaknya Pidato Nawaksara yang disampaikan oleh Presiden Soekarno.

Mengenai Surat Perintah Sebelas Maret, menurut sebuah sumber, itu merupakan mandat atau perintah untuk menyelamatkan revolusi. Dan bukan pelimpahan kekuasaan, melainkan pelimpahan tugas. Menurut sumber itu pula, sebagai orang yang diperintahkan pemegang supersemar berkewajiban melaporkan kepada Soekarno apa yang dikerjakannya sesuai perintah itu.

Berikut ini adalah kronologis kejatuhan Soekarno yang dikutip dari berbagai sumber, dan sebagian besar, dikutip dari buku “Proses Pelaksanaan Keputusan MPRS No.5/MPRS/ 1996 Tentang Tanggapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Republik Indonesia Terhadap Pidato Presiden/Mandataris MPRS di Depan Sidang Umum Ke-IV MPRS Pada Tanggal 22 Djuni 1966 Yang Berdjudul Nawaksara,” dimulai dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Tanggal 11 Maret 1966  

Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Revolusi/ Mandataris MPRS, mengeluarkan Supersemar, yang isinya antara lain: “Memutuskan dan memerintahkan: Kepada Letnan Jenderal Soeharto, Menteri Panglima Angkatan Darat untuk atas nama Presiden/Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi.

  1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
  2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah dengan panglima-panglima Angkatan lain dengan sebaik-baiknya.
  3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut-paut dalam tugas dan tanggung-jawabnya seperti tersebut diatas.”

16 Maret 1966

Pangkopkamtib —atas nama Presiden RI— mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sejumlah 15 menteri yang diduga terlibat G-30 S/PKI.

27 Maret 1966

Dilakukan perombakan terhadap Kabinet Dwikora. Sementara presiden tidak setuju kabinet itu dirombak. Banyak wajah-wajah baru yang dianggap kurang dekat dengan Presiden Soekarno. Tapi, tiga hari kemudian, kabinet itu pun dilantik.

21 Juni 1966

Jenderal TNI AH Nasution terpilih sebagai Ketua MPRS dalam sidang MPRS. Sidang tersebut berlangsung sampai dengan 6 Juli 1966.

22 Juni 1966

Presiden Soekarno membacakan Pidato Nawaksara di depan Sidang Umum ke-IV MPRS, dan pimpinan MPRS melalui keputusannya No. 5/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966, meminta Presiden Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.

6 Juli 1966

Sidang MPRS ditutup, dan mengeluarkan 24 Ketetapan, Sebuah keputusan, dan satu Resolusi. Salah satu diantaranya, Tap MPRS No. IX/MPRS/1966, yang menegaskan tentang kelanjutan dan perluasan penggunaan Supersemar.

17 Agustus 1966

Presiden Soekarno melakukan pidato dalam rangka peringatan hari Proklamasi yang dikenal dengan Pidato Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Pidato Jas Merah tersebut mencerminkan sikap Presiden sebagai Mandataris MPR, yang tidak bersedia untuk aturan yang ditetapkan oleh MPRS. Sehingga, hal itu menimbulkan reaksi masyarakat, dan diwarnai aksi demonstrasi dari masyarakat maupun mahasiswa.

1-3 Oktober 1966

Massa KAMI, KAPPI, dan KAPI, melakukan demonstrasi di depan istana merdeka. Mereka menuntut agar presiden memberi pertanggung-jawaban tentang peristiwa G-30-S/PKI. Kejadian ini mengakibatkan terjadinya bentrokan fisik dengan pasukan Garnizun, sehingga memakan korban.

22 Oktober 1966

Pimpinan MPRS mengeluarkan Nota, Nomor: Nota 2/Pimp/MPRS/1966, yang meminta kepada Presiden Soekarno untuk melengkapi laporan pertanggungjawaban sesuai keputusan MPRS No.5/MPRS/1966.

30 Nopember 1966

KAPPI kembali melakukan demonstrasi ke DPR, dengan tuntutan yang sama seperti demonstrasi sebelumnya.

9-12 Desember 1966

Sekitar 200 ribu mahasiswa mendesak agar presiden Soekarno diadili.

20 Desember 1966

KAMI, KAPPI, KAWI, KASI, KAMI Jaya, KAGI JAYA, serta Laskar Ampera Arif Rahman Hakim (ARH) menyampaikan fakta politik kepada MA mengenai keterlibatan Presiden Soekarno dalam G-30-S/PKI

21 Desember 1966

ABRI mengeluarkan pernyataan keprihatinan, yang antara lain berbunyi butir ke-2), “ABRI akan mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun, pihak mana pun, golongan mana pun yang akan menyelewengkan Pancasila dan UUD 1945 seperti yang pernah dilakukan PKI Pemberontakan Madiun, Gestapu PKI, DI-TII, Masjumi, PRRI-Permesta serta siapa pun yang tidak mau melaksanakan Keputusan-keputusan Sidang Umum ke-IV MPRS.”

31 Desember 1966

Pimpinan MPRS mengadakan musyawarah yang membahas situasi pada saat itu, khususnya menyangkut pelaksanaan Keputusan MPRS Nomor 5/MPRS/1966 tersebut diatas, dan suara serta pendapat dalam masyarakat yang timbaul setelah adanya sidang-sidang Mahmillub yang mengadili perkara-perkara ex. Wapredam I dan ex. Men/Pangau.

6 Januari 1967

Pimpinan MPRS mengeluarkan surat nomor A9/1/5/MPRS/1967, ditujukan kepada Jenderal TNI Soeharto sebagai pengemban Ketetapan MPRS IX/Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Surat itu menegaskan seputar permintaan bahan-bahan yuridis/hasil penyidikan. Isinya antara lain: “Pimpinan MPRS mengkonstatasikan bahwa setelah berlangsungnya Sidang-sidang Mahmillub yang mengadili perkara-perkara ex-Waperdam I dan ex-Men/Pangau, telah timbul berbagai suara dan pendapat dalam masyarakat yang berkisar pada dua hal pokok, yaitu: – Tuntutan penyidikan hukum untuk menjelaskan/menjernihkan terhadap peranan Presiden dalam hubungannya dengan peristiwa kontra revolusi G-30-S/PKI. – Tuntutan dilaksanakannya Keputusan MPRS Nomor 5/MPRS/1966.”

10 Januari 1967

Presiden Soekarno menyampaikan Pidato Pelangkap Nawaksara, yang isinya antara lain: “Untuk memenuhi permintaan Saudara-saudara kepada saya mengenai penilaian terhadap peristiwa G-30.S, maka saya sendiri menyatakan:

  1. G.30.S ada satu “complete overrompeling” bagi saya.
  2. Saya dalam pidato 17 Agustus 1966, dan dalam pidato 5 Oktober 1966 mengutup Gestok. 17 Agustus 1966 saya berkata “sudah terang Gestok kita kutuk. Dan saya, saya mengutuknya pula; Dan sudah berulang-ulang kali pula saya katakan dengan jelas dan tandas, bahwa “Yang bersalah harus dihukum! Untuk itu kubangunkan MAHMILLUB”
  3. Saya telah autorisasi kepada pidato Pengemban S.P. 11 Maret yang diucapkan pada malam peringatan Isro dan Mi’radj di Istana Negara j.l., yang antara lain berbunyi:

“Setelah saya mencoba memahami pidato Bapak Presiden pada tanggal 17 Agustus 1966, pidato pada tanggal 5 Oktober 1966 dan pada kesempatan-kesempatan yang lain, maka saya sebagai salah seorang yang turut aktif menumpas Gerakan 30 September yang didalangi PKI, berkesimpulan, bahwa Bapak Presiden juga telah mengutuk Gerakan 30 September/PKI, walaupun Bapak Presiden menggunakan istilah “Gestok””(Gestok: Gerakan Satu Oktober, istilah Soekarno, Red)

10 Januari 1967

Pimpinan MPRS mengeluarkan Catatan Sementara tentang Pelengkap Pidato Nawaksara yang diumumkan Tanggal 10 Januari 1967. Catatan Sementara tersebut berisikan, antara lain: (a) bahwa Presiden masih meragukan keharusannya untuk memberikan pertanggungan-jawab kepada MPRS sebagaimana ditentukan oleh Keputusan MPRS No.5/MPRS/1966. (b) Perlengkapan Nawaksara ini bisa mengesankan seolah-olah dibuat dengan konsultasi Presidium Kabinet Ampera dan para Panglima Angkatan Bersenjata”.

20 Januari 1967

MPRS mengeluarkan Press Release Nomor 5/HUMAS/1967 tentang Hasil Musyawarah Pimpinan MPRS tanggal 20 Januari 1967, yang isinya (terdiri empat point besar) antara lain (poin ke-4): “Perlu diterangkan bahwa dalam menghadapi persoalan-persoalan penting yang sedang kita hadapi, soal Nawaksara, soal penegakan hukum dan keadilan, soal penegakan kehidupan konstitusional, Pimpinan MPRS sejak beberapa lama telah mengadakan tindakan-tindakan dan usaha-usaha koordinatif dengan Pimpinan DPR-GR, Presiden Kabinet Khususnya Pengemban Ketetapan MPRS No. IX, dan lembaga-lembaga negara maupun lembaga-lembaga masyarakat lainnya…”

21 Januari 1967

Mengeluarkan Hasil Musyawarah Pimpinan MPRS Lengkap, yang terdiri dari tiga butir besar, antara lain (poin II), “Bahwa Presiden alpa memenuhi ketentuan-ketentuan konstitusional sebagai ternyata dalam surat beliau No. 01/Pres/67, khususnya yang termaktub dalam angka Romawi I: “Dalam Undang-Undang Dasar 1945, ataupun dalam Ketetapan dan Keputusan MPRS sebelum sidang Umum ke-IV, tidak ada ketentuan, bahwa Mandataris harus memberikan pertanggungan jawab atas hal-hal yang “cabang”. Pidato saya yang saya namakan Nawaksara adalah atas kesadaran dan tanggungjawab saya sendiri, dan saya maksudkannya sebagai semacam “progress-report sukarela” tentang pelaksanaan mandat MPRS yang telah saya terima terdahulu”. Yang berarti mengingkari keharusan bertanggung-jawab pada MPRS dan hanya menyatakan semata-mata pertanggungan jawab mengenai Garis-garis Besar Haluan Negara saja…” dst.

1 Februari 1967

Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Jenderal Soeharto, dengan nomor surat R.032/1967, sifatnya rahasia, dengan lampiran 2 (dua) berkas, serta perihal: Bahan-bahan yuridis/hasil penyudikan. Petikan laporan Team, pada bagian Pendahuluan itu, antara lain sebagai berikut: “Tujuan penyusunan naskah laporan ini untuk menyajikan data dan fakta yang telah dapat diperoleh selama dalam persidangan MAHMILLUB semenjak perkara NJONO dan SASTROREDJO, yang dalam pengumpulannya ditujukan untuk memperoleh bahan gambaran yang selengkap-lengkapnya terhadap PERTANGGUNGAN-DJAWAB YURIDIS PRESIDEN DALAM PERISTIWA G-30-S/PKI. Berdasarkan hasil-hasil persidangan tadi, maka PRESIDEN harus mempertanggung-jawabkan segala pengetahuan, sikap dan tindakannya, baik terhadap peristiwa G-30-S/PKI itu sendiri maupun langkah-langkah penyelesaian yang merupakan kebijaksanaan PRESIDEN selaku KEPALA NEGARA dan PANGLIMA TERTINGGI ABRI di dalam menjalankan pemerintahan negara dimana kekuasaan dan tanggung-jawab ada di tangan PRESIDEN, sesuai ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945 beserta penjelasannya.”

9 Februari 1967

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) mengeluarkan Resolusi tentang Persidangan Instimewa MPRS, yang meminta kepada MPRS untuk mengundang dan menyelenggarakan Sidang Istimewa MPRS selambat-lambatnya bulan Maret 1967, serta meminta kepada Pemerintah c.q. Ketua Presidium Kabinet Ampera selaku Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban/Pengembangan Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966 untuk memberikan keterangan dan bahan-bahan dalam Sidang Istimewa tersebut untuk menjelaskan peranan Presiden dalam hubungannya dengan peristiwa Kontra Revolusi G-30-S/PKI untuk dapat dijadikan pegangan dan pedoman para Wakil Rakyat dalam menggunakan wewenang dan kewajibannya dalam Sidang Istimewa MPRS.

9 Februari 1967

DPR-GR mengeluarkan Penjelasan Atas Usul Resolusi DPR-GR tentang Sidang Istimewa MPRS. Pada tanggal yang sama DPR-GR mengeluarkan Memorandum mengenai Pertanggungan-jawab dan Kepemimpinan Presiden Soekarno dan Persidangan Istimewa MPRS.

11 Februari 1967

Empat panglima angkatan di tubuh ABRI bertemu Presiden Soekarno di Bogor, menyampaikan pendiriannya agar Presiden menghormati konstitusi dan Ketetapan MPRS pada Sidang Umum ke-IV.

12 Februari 1967

Presiden bertemu kembali dengan keempat Panglima tersebut, dan saat itu presiden meminta untuk melakukan pertemuan kembali esoknya.

13 Februari 1967

Para panglima mengadakan rapat membahas masalah pendekatan Presiden Soekarno tersebut. Sesudah bertemu dengan presiden, kemudian mereka sepakat untuk tidak lagi melakukan pertemuan selanjutnya.

16 Februari 1967

Pimpinan MPRS mengeluarkan Keputusan No. 13/B/1967 tentang Tanggapan Terhadap Pelengkapan Pidato Nawaksara, yang isinya: MENOLAK PELENGKAPAN PIDATO NAWAKSARA YANG DISAMPAIKAN DENGAN SURAT PRESIDEN NO. 01/PRES./’67 TANGGAL 10 JANUARI 1967, SEBAGAI PELAKSANAAN KEPUTUSAN MPRS NO.5/MPRS/1966. Dan pada tanggal yang sama dikeluarkan pula Keputusan MPRS No.14/B/1967 tentang Penyelenggaran dan Acara Persidangan Istimewa MPRS.

19 Februari 1967

Para Panglima dan Jenderal Soeharto bertemu dengan Presiden Soekarno di Istana Bogor. Pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesimpulan.

20 Februari 1967

Presiden Soekarno memberikan Pengumuman, yang isinya antara lain: KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/MANDATARIS MPRS/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA, Setelah menyadari bahwa konflik politik yang terjadi dewasa ini perlu segera diakhiri demi keselamatan Rakyat, Bangsa dan Negara, maka dengan ini mengumumkan: Pertama: Kami, Presiden Republik Indonesia/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, terhitung mulai hari ini menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966, dengan tidak mengurangi maksud dan jiwa Undang-undang Dasar 1945. Kedua: Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 melaporkan pelaksanaan penyerahan tersebut kepada Presiden, setiap waktu dirasa perlu. Ketiga: Menyerukan kepada seluruh Rakyat Indonesia, para Pemimpin Masyarakat, segenap Aparatur Pemerintahan dan seluruh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia untuk terus meningkatkan persatuan, menjaga dan menegakkan revolusi dan membantu sepenuhnya pelaksanaan tugas Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 seperti tersebut diatas. Keempat: Menyampaikan dengan penuh rasa tanggung-jawab pengumuman ini kepada Rakyat dan MPRS. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi Rakyat Indonesia dalam melaksanakan cita-citanya mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila.” Pengumuman ini ditandatangani pada tanggal 20 Februari 1967 oleh Presiden Republik Indonesia/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI, Soekarno.

23 Februari 1967

Jenderal Soeharto, Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/1996, melakukan Pidato melalui Radio Republik Indonesia. Sianya antara lain, memberi penegasan soal penyerahan kekuasaan oleh Presiden Soekarno kepada dirinya. Pada tanggal yang sama, 23 Februari 1967, (juga) DPR-GR mengeluarkan Resolusi No.724 tentang pemilihan Pejabat Presiden Republik Indonesia, beserta penjelasan terhadap resolusi tersebut.

24 Februari 1967

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia membuat pernyataan yang isinya antara lain, mengenai penyerahan kekuasaan pemerintah, dan menegaskan bahwa Angkatan Bersenjata akan mengamakan terselenggaranya Sidang Istimewa MPRS. Serta juga ditegaskan bahwa ABRI akan mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun dan golongan manapun yang tidak mentaati pelaksanaan kekuasaan pemerintahan, setelah berlakunya Pengumuman Presiden tanggal 20 Februaru 1967.

25 Februari 1967

Pemerintah mengeluarkan Keterangan Pers, mengenai telah dilakukannya penyerahan kekuasaan pemerintahan negara oleh Soekarno kepada Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966, yakni Jenderal Soeharto.

7 Maret 1967

MPRS mengadakan sidang istimewa dengan menghasilkan 26 Ketetapan. Ketika sidang MPRS itu dilakukan, Mandataris duduk di barisan pimpinan MPRS yakni di sebelah kanan Ketua MPRS, tidak seperti biasanya duduk berhadapan dengan MPRS. Hasilnya, antara lain (seperti dituangkan dalam TAP MPR No. XXXIII/MPRS/1967), yakni Mencabut Kekuasaan Pemerintah dari Presiden Soekarno, dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden hingga dilaksanakannya Pemilu.

Salam: Soekarno

 


Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

$
0
0
Raden Wiraatmadja

Sukarno ialah dengan menamakannya seorang yang maha‐pencinta. Ia mencintai negerinya, ia mencintai rakyatnya, ia mencintai wanita, ia mencintai seni dan melebihi daripada segala‐galanya ia cinta kepada dirinya sendiri. Sukarno adalah seorang manusia perasaan. Seorang pengagum. Ia menarik napas panjang apabila menyaksikan pemandangan yang indah.

Jiwanya bergetar memandangi matahari terbenam di Indonesia. Ia menangis dikala menyanyikan lagu spirituil orang negro. Orang mengatakan bahwa Presiden Republik Indonesia terlalu banyak memiliki darah seorang seniman. “Akan tetapi aku bersyukur kepada Yang Maha Pencipta, karena aku dilahirkan dengan perasaan halus dan darah seni. Kalau tidak demikian, bagaimana aku bisa menjadi Pemimpin Besar 

Revolusi, sebagaimana 105 juta rakyat menyebutku? Kalau tidak demikian, bagairnana aku bisa memimpin bangsaku untuk merebut kembali kemerdekaan dan hak‐asasinya, setelah tiga setengah abad dibawah penjajahan Belanda? Kalau tidak demikian bagaimana aku bisa mengobarkan suatu revolusi di tahun 1945 dan menciptakan suatu Negara Indonesia yang bersatu, yang terdiri dari pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bagian lain dari Hindia Belanda? Irama suatu‐revolusi adalah menjebol dan membangun.

Pernbangunan menghendaki jiwa seorang arsitek. Dan di dalam jiwa arsitek terdapatlah unsur‐unsur perasaan dan jiwa seni. Kepandaian memimpin suatu revolusi hanya dapat dicapai dengan rnencari ilham dalam segala sesuatu yang dilihat. Dapatkah orang memperoleh ilham dalam sesuatu, bilamana ia bukan seorang manusia‐perasaan dan bukan manusia‐seni barang sedikit ? Namun tidak setiap orang setuju dengan gambaran Sukarno tentang diri Sukarno.

Tidak semua orang menyadari, bahwa jalan untuk mendekatiku adalah semata‐mata melalui hati jang ikhlas. Tidak semua orang menyadari, bahwa aku ini tak ubahnya seperti anak kecil. Berilah aku sebuah pisang dengan sedikit simpati yang keluar dari lubuk‐hatimu, tentu aku akan mencintaimu untuk selama‐lamanja. Akan tetapi berilah aku seribu juta dollar dan disaat itu pula engkau tampar mukaku dihadapan umum, maka sekalipun ini nyawa tantangannya aku akan berkata kepadamu, “Persetan !” Manusia Indonesia hidup dengan getaran perasaan.

Kamilah satu‐satunya bangsa di dunia yang mempunyai sejenis bantal yang dipergunakan sekedar untuk dirangkul. Di setiap tempat‐tidur orang Indonesia terdapat sebuah bantal sebagai kalang hulu dan sebuah lagi bantal kecil berbentuk bulatpanjang yang dinamai guling. Guling ini bagi kami gunanya hanya untuk dirangkul sepanjang malam. Aku menjadi orang yang paling menyenangkan didunia ini, apabila aku merasakan arus persahabatan, sirnpati terhadap persoalan‐persoalanku, pengertian dan penghargaan datang menyambutku. Sekalipun ia tak diucapkan, ia dapat kurasakan. Dan sekalipun rasa‐tidak senang itu tidak diucapkan, aku juga dapat merasakannya.

Dalam kedua hal itu aku bereaksi menurut instink. Dengan satu perkataan yang lembut, aku akan melebur. Aku bisa keras seperti baja, tapi akupun bisa sangat lunak. Seorang diplomat tinggi Inggris masih belum menyadari, bahwa kunci menuju Sukarno akan berputar dengan mudah, kalau ia diminyaki dengan perasaan kasih sayang. Dalam sebuah suratnya belum lama berselang yang ditujukan ke Downing Street 10 ia menulis, “Presiden Sukarno tidak dapat dikendalikan, tidak dapat diramalkan dan tidak dapat dikuasai. Dia seperti tikus yang terdesak. “Suatu ucapan yang sangat bagus bagi seseorang yang telah mempersembahkan seluruh hidupnya kepangkuan tanah airnya, orang yang 13 tahun lamanya meringkuk dalam penjara dan pembuangan, karena ia mengabdi kepada suatu cita‐cita. Mungkin aku tidak sependapat dan sependirian dengan dia tetapi seperti seekor tikus? Jantungku berhenti mendenyut ketika surat itu sampai ditanganku. Ia mengakhiri suratnya dengan mengatakan, bahwa ia telah mengusahakan agar Sukarno mendapat perlakuan yang paling buruk dalam surat‐surat kabar.

“Aku tidak tidur selama enam tahun. Aku tak dapat lagi tidur barang sekejap. Kadang‐kadang, dilarut tengah malam, aku menelpon seseorang yang dekat denganku seperti misalnya Subandrio, Wakil Perdana Menteri Satu dan kataku, “Bandrio, datanglah ketempat saya, temani saya, ceritakan padaku sesuatu yang ganjil, ceritakanlah suatu lelucon, berceritalah tentang apa saja asal jangan mengenai politik. Dan kalau saya tertidur, ma’afkanlah.” Aku membaca setiap malam, berpikir setiap malam dan aku sudah bangun lagi jam lima pagi. Untuk pertamakali dalam hidupku aku mulai makan obat‐tidur. Aku lelah. Terlalu lelah. Aku bukan manusia yang tidak mempunyai kesalahan. Setiap makhluk membuat kesalahan.

Di hari‐hari keramat aku minta ma’af kepada rakyatku dimuka umum atas kesalahan yang kutahu telah kuperbuat, dan atas kekeliruan‐kekeliruan yang tidak kusadari. Barangkali suatu kesalahanku ialah, bahwa aku selalu mengejar suatu cita‐cita dan bukan persoalan‐persoalan yang dingin. Aku tetap mencoba untuk menundukkan keadaan atau menciptakan lagi keadaan‐keadaan, sehingga ia dapat dipakai sebagai jalan untuk mencapai apa yang sedang dikejar. Hasilnya, sekalipun aku berusaha begitu keras bagi rakyatku, aku menjadi korban dari serangan‐serangan yang jahat. Orang bertanya, “Sukarno, apakah engkau tidak merasa tersinggung bila orang mengeritikmu?” Sudah tentu aku merasa tersinggung. Aku benci dimaki orang. Bukankah aku bersifat manusia seperti juga setiap manusia lainnya? Bahkan kalau engkau melukai seorang Kepala Negara, ia akan lemah. Tentu aku ingin disenangi orang. Aku mempunyai ego. Itu kuakui. Tapi tak seorangpun tanpa ego dapat menyatukan 10.000 pulau‐pulau menjadi satu Kebangsaan. Dan aku angkuh. Siapa pula yang tidak angkuh? Bukankah setiap orang yang membaca buku ini ingin mendapat pujian?.

Aku teringat akan suatu hari, ketika aku menghadapi dua buah laporan yang bertentangan tentang diriku. Kadang‐kadang seorang Kepala Pemerintahan tidak tahu, mana yang harus dipercayainya. Yang pertama berasal dari majalah “Look”. “Look” menyatakan, bahwa rakyat Indonesia semua menentangku. Majalah ini memuat sebuah tulisan mengenai seorang tukang becak yang mengatakan seakan‐akan segala sesuatu di Indonesia sangat menyedihkan keadaannya dan orang‐orang kampung pun sekarang sudah muak terhadap Sukarno.

Kusudahi membaca artikel itu pada jam lima sore dan tepat pada waktu aku telah siap hendak berjalanjalan selama setengah djam, seperti biasanya kulakukan dalam lingkungan istana, inilah satu‐satunya macam gerak badan bagiku seorang pejabat polisi yang sangat gugup dibawa masuk. Sambil berjalan kutanyakan kepadanya, apa yang sedang dipikirkannya. “Ya, Pak,” ia memulai, “Sebenarnya kabar baik.” “Apa maksudmu dengan sebenarnya kabar baik?” tanyaku. “Ya,” katanya, “Rakyat sangat menghargai Bapak. Mereka mencintai Bapak. Dan terutama rakyat jelata. Saya mengetahui, karena saya baru menyaksikan sendiri suatu keadaan yang menunjukkan penghargaan terhadap Bapak. Kemudian ia berhenti. “Teruslah,” desakku, “Katakan padaku. Darimana engkau dan siapa yang kautemui dan apa yang mereka lakukan?” “Begini, Pak,” ia mulai lagi. “Kita mempunyai suatu daerah, dimana perempuan‐perempuan lacur semua ditempatkan secara berurutan.

Kami memeriksa daerah itu dalam waktu‐waktu tertentu, karena sudah menjadi tugas kami untuk mengadakan pengawasan tetap. Kemarin suatu kelompok memeriksa keadaan mereka dan Bapak tahu apa yang mereka temui ‐Mereka menyaksikan potret Bapak, Pak. Digantungkan di dinding.” “Dimana aku digantungkan?” tanyaku kepadanya. “Ditiap kamar, Pak. Ditiap kamar terdapat, sudah barang tentu, sebuah tempat tidur. Dekat tiap ranjang ada meja dan tepat diatas meja itu disitulah gambar Bapak digantungkan. “Dengan gugup ia mengintai kepadaku sambil menunggu perintah. “Pak, kami merasa bahagia karena rakyat kita memuliakan Bapak, tapi dalam hal ini kami masih ragu apakah wajar kalau gambar Presiden kita digantungkan di dinding rumah pelacuran. Apa yang harus kami kerdjakan? Apakah akan kami pindahkan gambar Bapak dari dinding‐dinding itu?” “Tidak,” djawabku. “Biarkanlah aku disana. Biarkan mataku yang tua dan letih itu memandangnya! “Tidak seorangpun dalam peradaban modern ini yang menimbulkan demikian banyak perasasn pro dan kontra seperti Sukarno. Aku dikutuk seperti bandit dan dipuja bagai Dewa. Tidak jarang kakek‐kakek datang berkunjung kepadaku sebelum mereka mengakhiri hajatnya. Seorang nelayan yang sudah tua, yang tidak mengharapkan pujian atau keuntungan, berjalan kaki 23 hari lamanya sekedar hanya untuk sujud dihadapanku dan mencium kakiku. Ia menyatakan, bahwa ia telah berjanji pada dirinya sendiri, sebelum mati ia akan melihat wajah Presidennya dan menunjukkan kecintaan serta kesetiaan kepadanya.

Banyak yang percaya bahwa aku seorang Dewa, mempunyai kekuatan‐kekuatan sakti yang menyembuhkan. Seorang petani kelapa yang anaknya sakit keras bermimpi, bahwa ia harus pergi kepada Bapak dan minta air untuk anaknya. Hanya air ledeng biasa dan yang diambil dari dapur. Ia yakin, bahwa air ini, yang kuambil sendiri, tentu mengandung zat‐zat yang menjembuhkan. Aku tidak bisa bersoal jawab dengan dia. karena orang Jawa adalah orang yang percaya kepada ilmu kebatinan, dan ia yakin bahwa ia akan kehilangan anaknya kalau tidak membawa obat ini dariku. Kuberikan air itu kepadanya. Dan seminggu kemudian anak itu sembuh kembali. Aku senantiasa mengadakan perjalanan ke pelbagai pelosok tanah air dari Sabang, negeri yang paling utara dari pulau Sumatra, sampai ke Merauke di Irian Barat dan yang paling timur.

Beberapa tahun yang lalu aku mengunjungi sebuah desa kecil di Jawa Tengah. Seorang perempuan dari desa itu mendatangi pelayanku dan membisikkan, “Jangan biarkan orang mengambil piring Presiden. Berikanlah kepada saya sisanya. Saya sedang mengandung dan saya ingin anak laki‐laki. Saya mengidamkan seorang anak seperti Bapak. Jadi tolonglah, biarlah saya memakan apa‐apa yang telah dijamah sendiri oleh Presidenku.” Di pulau Bali orang percaya, bahwa Sukarno adalah penjelmaan kembali dari Dewa Wishnu, Dewa Hujan dalam agama Hindu. Karena, bilamana sajapun Bapak datang ke tempat istirahat yang kecil, yang kurencanakan dan kubangun sendiri di luar Denpasar, bahkan sekalipun di tengah musim kemarau, kedatanganku bagi mereka berarti hujan. Orang Bali yakin, bahwa aku membawa pangestu kepada mereka. Dikala terakhir aku terbang ke Bali disana sedang berlangsung musim kering.

Tepat setelah aku sampai di sana, langit tercurah. Berbicara secara terus‐terang, aku memanjatkan‐do’a syukur kehadirat Yang Maha Pengasih manakala turun hujan selama aku berada di Tampaksiring. Karena, kalaulah ini tidak terjadi, sedikit banyak akan mengurangi pengaruhku.Namun, dunia hanya membaca tentang satu orang tukang becak. Dunia hanya tahu, bahwa Sukarno bukan ahli ekonomi. Itu memang benar. Aku bukan ahli ekonomi. Tapi apakah Kennedy ahli ekonorni? Apakah Johnson ahli ekonomi? Apakah itu suatu alas an bagi majalah‐majalah Barat untuk menulis bahwa negeriku sedang menuju kepada keruntuhan ekonomi? Atau bahwa kami adalah “bangsa yang bobrok”. Atau untuk menjuduli sebuah cerita: “Mari kita bergerak menentang Sukarno?” Kalau para wartawan membenci Jepang atau Filipina, mereka dapat menyebut suatu daerah di sana, dimana seluruh keluarga — ibu, bapak dan anak‐anaknya—bunuh diri, karena menderita kelaparan. Ini semua sudah diketahui orang. Tapi tidak! Hanya mengenai “Orang Jahat dari Asia” mereka membuat foto‐foto dari penderitaan rakyat, karena kekurangan makanan oleh musim kering dan hama tikus, sementara dilatarbelakangnya digambarkan hotelku yang indah. Lalu kepala karangannya: “Indonesia kepunyaan Sukarno”. Tapi itu BUKAN Indonesia kepunyaan Sukarno. Indonesia kepunyaan Sukarno sekarang adalah suatu bangsa yang 10051 bebas buta huruf di bawah umur 45 tahun.

Pada waktu Negara kami dilahirkan duapuluh tahun yang lalu hanya 6% dari kami yang pandai baca tulis. Indonesia kepunyaan Sukarno sekarang adalah suatu bangsa yang dua inci lebih tinggi daripada generasi terdahulu. Apakah masuk diakal, anak‐anak bisa tumbuh lebih subur dalam keadaan kelaparan?. Akan tetapi wartawan‐wartawan terus saja menulis, bahwa aku ini seorang “Budak Moskow”. Marilah kita perbaiki ini sekali dan untuk selama‐lamanya. Aku bukan, tidak pernah dan tidak mungkin menjadi seorang Komunis. Aku menyembah ke Moskow? Setiap orang yang pernah mendekati Sukarno mengetahui, bahwa egonya terlalu besar untuk bisa menjadi budak seseorang—kecuali menjadi budak dari rakyatnya. Namun para wartawan tidak menulis tentang apa‐apa yang baik dari Sukarno. Pokok pokok yang dibicarakan hanya tentang yang jelek dari Sukarno.Mereka suka memperlihatkan Hotel Indonesiaku yang penuh gairah dan di belakangnya gambar‐gambar daerah pinggiran yang miskin. Alasan dari “orang yang menghamburkan uang” mendirikan gedung itu ialah, untuk memperoleh devisa yang tidak dapat kami cari dengan jalan lain. Kami menghasilkan dua juta dollar Amerika setelah hotel itu berjalan selama setahun. Aku sadar, bahwa kami masih mempunyai daerah pinggiran yang miskin dekat itu. Akan tetapi negeri‐negeri yang kayapun punya hotel yang gemerlapan, empuk dari yang harganya jutaan dollar, sedang di sudutnya terdapat bangunan‐bangunan yang tercela penuh dengan kotoran, busuk dan jelek. Aku melihat orang‐orang kaya dengan segala kemegahannya berjalan dengan sedansedan yang mengkilap, akan tetapi aku juga melihat mereka‐mereka yang malang mencakar‐cakar dalam

tong sampah mencari kulit kentang. Memang ada daerah pinggiran yang miskin di seluruh kota di dunia. Bukan hanya di Jakarta kepunyaan Sukamo. Barat selalu menuduhku terlalu memperlihatkan muka manis kepada Negara‐Negara Sosialis. “Ooohh,” kata mereka, “Lihatlah Sukarno lagi‐lagi bermain‐main sahabat dengan Blok Timur.” Yah, mengapa tidak? Negara‐Negara Sosialis tak pernah mengizinkan seorangpun mengejekku dalam pers mereka. Negara‐Negara Sosialis selalu memujiku. Mereka tidak membikin aku malu ke seluruh dunia ataupun tidak memperlakukanku di muka umum seperti seorang anak yang tercela dengan menolak memberikan lebih banjak jajan sampai aku menjadi anak yang manis. Negara‐Negara Sosialis selalu mencoba untuk merebut hati Sukarno. Krushchov mengirimi aku jam dan pudding dua minggu sekali dan memetikkan appel, gandum dan hasil tanaman lain dari panennya yang terbaik. Jadi, salahkah aku kalau berterima‐kasih kepadanya? Siapakah yang takkan ramah terhadap seseorang yang bersikap ramah kepadanya? Aku mengejar politik netral, ya! Akan tetapi dalam hati kecilnya siapa yang menyalahkanku, jika aku berkata, “Terimakasih rakyat‐rakyat Negara Blok Timur, karena engkau selalu memperlihatkan kepadaku tanda persahabatan.

Terima‐kasih rakyat‐rakyat Negara Blok Timur, karena engkau berusaha tidak menyakiti hatiku. Terimakasih, karena engkau telah menyampaikan kepada rakyatmu bahwa Sukamo setidak‐tidaknya mencoba sekuat tenaganya berbuat untak negerinya. Terima‐kasih atas pemberianmu.” Apa yang kuucapkan itu adalah tanda terima‐kasih, bukan Komunisme! Aku dicela dalam berbagai soal. Mengapa dia ‐terlalu banyak mengadakan perjalanan, musuh‐musuhku selalu bertanya.

Di bulan Juni 1960, pada waktu aku mengadakan perlawatan selama dua bulan empat hari ke India, Hongaria, Austria, RPA, Guinea, Tunisia, Marokko, Portugal, Cuba, Puerto Rico, San Francisco, Hawaii dan Jepang, kepadaku ditujukan kata‐kata baru yang dikarang buat diriku. Aku malahan tidak tahu apa maksud “Have 707 Will Travel” hingga seorang sahabat bangsa Amerika menerangkannya. Memang benar, bahwa aku adalah satu‐satunya Presiden yang mengadakan demikian banyak perlawatan. Aku sudah kemana‐mana kecuali ke London, sekalipun Ratu Inggris sudah dua kali mengundangku untuk berkunjung. Aku mengharapkan, di satu saat dapat menerima keramahannya itu. Ada sebabnya aku mengadakan perlawatan itu. Aku ingin agar Indonesia dikenal orang. Aku ingin memperlihatkan kepada dunia, bagaimana rupa orang Indonesia. Aku ingin menyampaikan kepada dunia, bahwa kami bukan “Bangsa yang pandir” seperti orang Belanda berulang‐ulang kali mengatakan kepada kami. Bahwa kami bukan lagi “Inlander goblok hanya baik untuk diludahi” seperti Belanda mengatakan kepada kami berkali‐kali. Bahwa kami bukanlah lagi penduduk kelas kambing yang berjulan menyuruk nyuruk dengan memakai sarung dan ikat kepala, merangkak‐rangkak seperti yang dikehendaki oleh majikan‐majikan kolonial dimasa yang silam.

Setelah Republik Rakyat Tiongkok, India, Uni Soviet, dan Amerika Serikat, maka kami adalah bangsa yang ke lima di dunia dalam hal jumlah penduduk. 3000 dari pulau‐pulau kami dapat didiami. Tapi tahukah Saudara berapa banyak rakyat yang tidak mengetahui tentang Indonesia? Atau dimana letaknya? Atau tentang warna kulitnya, apakah kami sawomatang, hitam, kuning atau putih?. Yang mereka ketahui hanya nama Sukarno. Dan mereka mengenal wajah Sukarno. Mereka tidak tahu, bahwa negeri kami adalah rangkaian pulau yang terbesar di dunia. Bahwa negeri kami terhampar sepanjang 5.000 kilometer atau menutupi seluruh negeri‐negeri Eropa sejak dari pantai Barat benuanya sampai keperbatasan paling ujung di sebelah Timur. Mereka tidak tahu, bahwa kami sesudah Australia adalah negara keenam terbesar, dengan luas tanah sebesar dua juta mil persegi. Mereka umumnya tidak menyadari, bahwa kami terletak antara dua benua, benua Asia dan Australia, dan dua buah Samudra raksasa, Lautan Teduh dan Samudra Indonesia. Atau, bahwa kami menghasilkan kopi yang paling baik didunia; dari itu timbulnya ucapan: “A cup of Java”. Bahwa setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet maka Indonesialah penghasil minyak yang terbesar di Asia Tenggara dan penghasil timah yang kedua terbesar di dunia, negara terkaya di alam semesta dalam hal sumber alam. Atau, bahwa satu dari empat buah ban mobil, Amerika dibuat dari karet Indonesia. Namun apa yang mereka mau tahu hanya nama Sukarno.

Departemen Luar Negeri kami menyatakan kepadaku, bahwa satu kali kunjungan Sukarno sama artinya dengan sepuluh tahun pekerjaan Duta. Dan itulah alasan, mengapa aku mengadakan perlawatan dan mengapa aku selalu memberikan kenyataan‐kenyataan tentang tanah airku dalam setiap pidato yang kuucapkan di setiap penjuru dunia. Aku hendak mengajar orang‐orang asing dan memberikan pandangan pertama selintas lalu tentang negeriku, yang terhampar menghijau dan tercinta ini laksana untaian zamrud yang melingkar di sepanjang katulistiwa.Pada suatu hari sekretarisku menyerahkan sebuah surat yang beralamat singkat “Presiden Sukarno, Indonesia, Asia Tenggara”. Penulis surat ini berkata, ia mendengar bahwa aku ini mengekang kemerdekaan pers dan apakah itu benar dan kalau memang demikian alangkah kejamnya aku ini! Orang yang menulis surat picisan ini menamakan aku seorang yang

angkara. Dia mengejek kepadaku, tapi ini tidak kupedulikan. Tahukah engkau apa yang membuat aku gusar? Kenyataan bahwa dia menganggap kantor pos tidak tahu dimana letak Indonesia. Dan oleh sebab itu dia menambahkan kata‐kata “Asia Tenggara” pada alamatnya! Pendapat manusia berjalan bagai gelombang. Dalam tahun ’56 ketika aku pertamakali berkundjung ke Amerika Serikat, setiap orang menyukaiku. Sekarang arusnya menjadi terbalik, menentang Sukarno. Betapapun, aku telah dijadikan bulan‐bulanan.

Baru‐baru ini diserahkan kepadaku sebuah majalah remaja Amerika. Majalah itu memperlihatkan gadis striptease setengah telanjang, yang hanya memakai celana dalam dan berdiri di samping Sukarno berpakaian seragam militer lengkap. Ini adalah kombinasi yang ditempelkan menjadi satu supaya kelihatan seolah‐olah satu foto dari seorang gadis penari telanjang membuka pakaiannya dihadapan Presiden Republik Indonesia. Kedua foto ini ditempelkan satu dengan yang lain. Ini adalah perbuatan kotor yang dilakukan terhadap seorang Kepala Negara. Apakah aku harus mencintai Amerika, kalau ia melakukan perbuatan seperti itu terhadap diriku? Aku memperbincangkan muslihat semacam ini dengan Presiden Kennedy yang sangat kuhormati. John F. Kennedy dan aku saling menyukai pergaulan kami satu sama lain. Dia berkata, “Presiden Sukarno, saya sangat mengagumi Tuan. Seperti saya sendiri, Tuan mempunyai pikiran yang senantiasa menyelidiki dan bertanya‐tanya. Tuan membaca segala‐galanya. Tuan sangat banyak mengetahui.” Lalu dia membicarakan cita‐cita politik yang kupelopori dan mengutip bagian‐bagian dari pidato‐pidatoku. Kennedy mempunyai cara untuk mendekati seseorang melalui hati manusia. Kami banyak mempunyai persamaan. Kennedy adalah orang yang sangat ramah dan menunjukkan persahabatan terhadapku. Dia membawaku ke tingkat atas, ke kamar tidurnya sendiri dan disanalah kami bercakap‐cakap. Kukatakan kepadanya, “Tuan Kennedy, apakah Tuan tidak menyadari, bahwa sementara Tuan sendiri memadu hubungan persahabatan, seringkali Tuan dapat merusakkan hubungan dengan negara‐negara lain dengan membiarkan ejekan, serangan makian dan mengizinkan kritik‐kritik secara tetap terhadap pemimpin mereka dalam pers Tuan? Kadang‐kadang kami lebih condong untuk bertindak atau memberikan reaksi lebih keras, oleh karena kami dilukai atau dibikin marah. Sesungguhnya apakah pergaulan internasional itu bukan pergaulan antar manusia dalam hubungan yang lebih besar? Penggerogotan terus‐menerus semacam ini merobek‐robek keseimbangan dan mempertegang lebih hebat lagi hubungan yang sulit antara negara lain dengan negeri Tuan.” Saya setuju dengan Tuan, Presiden Sukarno. Sayapun telah mendapat kesukaran dengan para wartawan kami,” dia mengeluh. “Apakah kami beruntung atau tidak, namun kemerdekaan pers merupakan satu bagian dari pusaka peninggalan Amerika.” Ketika Alben Barkley menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat, ia mengunjungi tanah air saya,” kataku. Dan saya sendiri berdiri dekat beliau di waktu beliau dicium oleh serombongan anak‐anak gadis cantik remadja.” Saya yakin, tentu Wakil Presiden Barkley sangat bersenang hati,” kata Kennedy dengan ketawa yang disembunyikan. Sekalipun demikian tak satupun surat kabar Indonesia mau menyiarkannya.

Dan disamping itu mereka tak berani mengambil resiko untuk menimbulkan kesusahan terhadap seorang negarawan ke seluruh dunia. Barkley adalah seorang yang gembira dan barangkali tidak peduli bila gambarnya itu dimuat. Akan tetapi bukanlah itu soalnya. Yang pokok adalah bahwa kami berkeyakinan perlunya para pemimpin dunia dilindungi di negeri kami. “Kennedy sangat seperasaan denganku mengenai soal ini dan berkata kepadaku dengan penuh kepercayaan, “Tuan memang benar sekali, tapi apa yang dapat saya lakukan? Sedangkan saya dikutuk di negeri saya sendiri.” Karena itu kataku, “Ya, itulah sistem Tuan. Kalau Tuan dikutuk di rurnah sendiri, saya tidak dapat berbuat apa‐apa. Akan tetapi saya kira saya tidak perlu menderita penghinaan seperti itu di negeri Tuan, dimana Kepala Negaranya sendiri harus menderita sedemikian. Majalah Tuan “Time” dan “Life” terutama sangat kurang ajar terhadap saya. Coba pikir, “Time” menulis, “Sukarno tidak bisa melihat rok wanita tanpa bernafsu”. Selalu mereka menulis yang jelek‐jelek. Tidak pernah hal‐hal yang baik yang telah saya kerdjakan. “Sekalipun Presiden Kennedy dan aku telah mengadakan pertemuan pendapat, persetujuan dalam lingkungan kecil ini tidak pernah tersebar dalam pers Amerika Serikat. Masih saja, hari demi hari, mereka menggambarkanku sebagai pengejar cinta. Ya, ya, ya, aku mencintai wanita. Ya, itu kuakui. Akan tetapi aku bukanlah seorang anak pelesiran sebagaimana mereka tudukkan padaku. Di Tokyo aku telah pergi dengan kawan‐kawan ke suatu Rumah Geisha. Tiada sesuatu yang melanggar susila mengenai Rumah Geisha itu. Orang sekedar duduk, makan‐makan, bercakap‐cakap dan mendengarkan musik. Hanya itu. Akan tetapi dalam majalah‐majalah Barat digembar‐gemborkan seolaholah aku ini Le Grand Seducteur. Tanpa hiburan‐hiburan kecil ini aku akan mati. Aku mencintai hidup. Orang‐orang‐asing yang mengunjungi istanaku menyatakan, bahwa aku menyelenggarakan, “suatu istana yang menyenangkan.” Ajudan‐ajudanku mempunyai wajah‐wajah yang senyum. Aku berkelakar dengan mereka, menyanyi dengan mereka. Bila aku tidak memperoleh kegembiraan, nyanyian dan sedikit hiburan kadang‐kadang, aku akan dibinasakan oleh kehidupan ini. Umurku sudah 64 tahun. Menjadi Presiden adalah pekerjaan yang membikin orang lekas tua. Dan kalau orang menjadi tua, tentu tidak baik bagi seseorang. Karena itu, sesekali aku harus lari dari keadaan ini, supaya aku dapat hidup seterusnya. Banyak kesenangan‐kesenangan yang sederhana telah dirampas dariku. Misalnya, di masa kecilku aku telah mengelilingi pulau Jawa dengan sepeda. Sekarang perjalanan semacam itu tidak dapat kulakukan lagi, karena tentu tidak sedikit orang yang akan mengikutiku.

Di Hollywood aku diberi kesempatan untuk rnelihat‐lihat di sekitar studio‐studio film. Waktu meninggalkan halaman studio aku melihat seorang anak pengantar surat lewat dengan sepeda, lalu menghentikan sepedanya untuk sesaat. Tiba‐tiba aku merasa senang dan pikiranku terbuka, karena itu aku naik dan pergi. Aku bukan hendak memberi kesan kepada siapapun. Hanya karena merasa senang. Yah, gema dan gambarku ini tersebar ke seluruh dunia ini. Di negeriku sendiripun aku tak dapat lagi menikmati kesenangan yang paling memuaskan hati, yaitu menggeledahi toko‐toko kesenian, melihatlihat benda yang akan dikumpulkan, lalu menawarnya. Kemanapun aku pergi, rakyat berkumpul berbondong‐bondong. Dokterku telah memperhatikan, bahwa kegembiraan memang mutlak perlu buat menjaga kesehatanku. Dengan demikian aku bisa terlepas sedikit dari diriku sendiri dan dari penjaraku. Karena begitulah keadaanku. Seorang tawanan. Tawanan dari tata cara serba resmi. Tawanan dari tata cara kesopanan. Tawanan dari perilaku yang baik. Setiap orang harus mencari suatu kesenangan supaya terlepas dari segala tata laku ini. Presiden Ayub Khan main golf, Kennedy berperahu layar, Pangeran Norodom Sihanouk mengarang musik, Raja Muang Thai main saxophone, Lyndon Johnson mempunyai tempat peternakan. Akupun memerlukan kesenangan. Karena itu, bila aku mengadakan perjalanan, aku mengizinkan diriku sendiri dengan kesenangan menjalankan tugas dalam mengejar kebahagiaan. Sesuai dengan Undang‐Undang Dasar Amerika Serikat setiap orang berhak mengejarnja. Menjadi Presiden karena diperlukan menyebabkan orang menjadi terasing. Kecakapan dan sifat‐sifat yang memungkinkan orang menduduki jabatan Presiden itu adalah kecakapan dan sifat itu juga yang menyebabkan ia diasingkan. Akan tetapi, di mata orang luar aku selalu gembira. Pembawaanku adalah demikian, sehingga perasaan susah yang teramat sangat tidak pernah memperlihatkan diri. Sekalipun perasaanku hancur luluh di dalam, orang tak dapat menduganya. Bukankah Sukarno terkenal dengan “senjumnya”? Apapun juga persoalanku— Malaysia, kemiskinan, lagi‐lagi percobaan pembunuhan—Sukarno dari luar senantiasa gembira. Seringkali aku duduk‐duduk seorang diri di beranda Istana Merdeka. Beranda itu tidak begitu indah. Setengah tertutup dengan layar untuk menghambat panas dan cahaya matahari. Perabotnya terdiri dari korsi rotan yang tidak dilapis dan tidak dicat dan meja beralas kain batik halus buatan negeriku. Suatu keistimewaan yang kuperoleh karena jabatan tinggi adalah sebuah kursi yang menyendiri pakai bantal. Itulah yang dinamakan “Kursi Presiden”. Dan aku duduk disana. Merenung. Dan memandang keluar ke taman indah yang menghilangkan kelelahan pikiran, taman yang kutanami dengan tanganku sendiri. Dan batinku merasa sangat sepi. Aku ingin bercampur dengan rakyat. Itulah yang menjadi kebiasaanku. Akan tetapi aku tidak dapat lagi berbuat demikian. Seringkali aku merasakan badanku seperti akan lemas, napasku akan berhenti, apabila aku tidak bisa keluar dan bersatu dengan rakyat jelata yang melahirkanku. Kadang‐kadang aku menjadi seorang Harun al Rasyid. Aku berputar‐putar keliling kota. Seorang diri. Hanya dengan seorang ajudan berpakaian preman di belakang kendaraan. Terasa olehku kadang‐kadang, bahwa aku harus terlepas dari berbagai persoalan untuk sesaat dan merasakan irama denyut jantung tanah airku. Namun persoalan‐persoalan selalu mengikutiku bagai bayangan besar dan hitam dan yang datang dengan samar menakutkan di belakangku. Aku takkan bisa lepas daripadanya. Aku takkan keluar dari genggamannya. Aku takkan dapat maju dengannya. Ia bagai hantu yang senantiasa mengejar‐ngejar. Pakaian seragam dan peci hitam merupakan tanda pengenalku. Akan tetapi adakalanya kalau hari sudah malam aku menukar pakaian pakai sandal, pantalon dan kalau hari terlalu panas aku hanya memakai kemeja. Dan dengan kacamata berbingkai tanduk rupaku lain samasekali. Aku dapat berkeliaran tanpa dikenal orang dan memang kulakukan. Ini kulakukan karena ingin melihat kehidupan ini. Aku adalah kepunyaan rakyat. Aku harus melihat rakyat, aku harus mendengarkan rakyat dan bersentuhan dengan mereka. Perasaanku akan tenteram kalau berada diantara mereka. Ia adalah roti kehidupan bagiku. Dan aku merasa terpisah dari rakyat jelata. Kudengarkan percakapan mereka, kudengarkan mereka berdebat, kudengarkan mereka berkelakar dan bercumbu‐kasih. Dan aku merasakan kekuatan hidup mengalir keseluruh batang tubuhku.

Kami pergi dengan mobil kecil tanpa tanda pengenal. Adakalanya aku berhenti dan membeli sate di pinggiran jalan. Kududuk seorang diri di pinggir trotoar dan menikmati jajanku dari bungkus daun pisang. Sungguh saat‐saat yang menyenangkan. Rakyat segera mengenalku apabila mendengar suaraku. Pada suatu malam aku pergi ke Senen, di sekitar gudang kereta api, dengan seorang Komisaris Polisi. Aku berputar‐putar di tengah‐tengah rakyat dan tak seorangpun memperhatikan kami. Akhirnya, untuk sekedar berbicara aku bertanya kepada seorang laki‐laki, “Dari mana diambil batu bata ini dan bahan konstruksi yang sudah dipancangkan ini?” Sebelum ia dapat memberikan jawaban, terdengar teriakan, “Hee,” teriak suara perempuan, “Itu suara Bapak Ya, suara.., Elapak Hee, orang‐orang, ini Bapak Bapak “Dalam beberapa detik ratusan kemudian ribuan rakyat datang berlari‐lari dari segala penjuru. Dengan cepat Komisaris itu membawaku keluar dari situ, masuk mobil kecil kami dan menghilang. Ditinjau secara keseluruhan maka jabatan Presiden tak ubahnya seperti suatu pengasingan yang terpencil. Memang ada beberapa orang kawanku. Tidak banyak. Seringkali pikiran oranglah yang berubah‐ubah, bukan pikiranmu. Mereka memperlakukanmu lain. Mereka turut menciptakan pulau kesepian ini disekelilingku. Karena itulah, apabila aku terlepas dari penjaraku ini, aku menyenangkan diriku sendiri.

Di Tokyo aku bisa pergi ke Kokusai Gekijo, dimana mereka mempertunjukkan di atas panggung sekaligus empat ratus gadis‐gadis jelita. Ditahun 1963 aku baru tahu, bahwa Duta Besar Indonesia untuk Jepang di waktu itu tidak pernah mengunjungi panggung ini. Aku mengumpatnya, “Hei, Bambang Sugeng, engkau ini Duta Besar yang malang. Seorang diplomat harus mengecap setiap jenis kehidupan negeri dimana dia ditempatkan. Hayo, Mari kita pergi melihat gadis‐gadis itu. “Akupun mengajak seorang Indonesia yang bersusila kawakan, yang kaget apabila Presidennya mempercakapkan wanita. Orang ini mengerling pada gadis‐gadis yang cantik ini, kemudian bangkit dan berkata, “Saya tidak dapat menyaksikannya. Saya akan pergi saja. Terlalu menegangkan pikiran saya.” Dia seorang munafik. Aku benci orang‐orang munafik. Sudah barang tentu lagi‐lagi reputasiku menyebabkan aku menjadi korban keadaan. Di Filipina di tahun 1964, Presiden Diosdado Macapagal menyambutku di lapangan terbang. Beliau mengiringkanku ke Laurels Mansion dimana aku menginap. Disana tinggal Tuan Laurels bekas Presiden Filipina, isterinya dan anak cucunya. Untuk lebih memeriahkan kedatanganku mereka mendatangkan Bayanihan Cultural

Ensemble, suatu perkumpulan paduan suara, yang menyambutku dengan Tari Lenso sebagai tanda penghormatan. Dua orang wanita muda tampil dari dalam kelompok ensemble itu dan meminta kepadaku untuk turut menari. Sukar untuk menolaknya, karena itu aku mulai menari dan GEGER! Kilat lampu! Jepretan karnera! Dan induk karangannya: “Lihat Sukarno pengejar cinta mulai lagi”. Aku menyukai gadis gadis yang menarik di sekelilingku, karena gadis‐gadis ini bagiku tak ubahnya seperti kembang yang sedang mekar dan aku senang memandangi kembang. Di tahun 1946, di hari‐hari yang berat itu semasa revolusi fisik, isteri dari sekretaris duaku datang setiap pagi hanya sekedar untuk membelah telor untuk sarapanku. Ah, sebenarnya aku sendiri bisa memecahkannya, akan tetapi isteriku tak pernah bangun begitu pagi dan aku merasa lebih tenang dan kuat disaat‐saat yang tegang seperti itu apabila melihat barang sesuatu tersenyum disekitarku. Aku merasa terhibur oleh wanita‐wanita muda di sekeliling kantorku. Apabila para tetamu menyiasati tentang ajudan‐ajudan wanitaku yang masih muda belia, aku berkelakar kepada mereka, “Perempuan tak ubahnya seperti pohon karet. Dia tidak baik lagi setelah tigapuluh tahun.” Katakanlah, aku bereaksi lebih baik terhadap wanita. Wanita lebih mengerti. Wanita lebih bisa turut merasakan. Kuanggap mereka memberikan kesegaran. Justru wanitalah yang dapat memberikan ini kepadaku. Sekali lagi, aku tidak berbicara dalam arti jasmaniah. Aku hanya sekedar tertarik pada suatu pandangan yang lembut atau sesuatu yang kelihatan indah. Sebagai seorang seniman, aku tertarik menurut pembawaan watak kepada segala apa yang menyenangkan pikiran. Bila hari sudah larut aku merasa lelah. Seringkali aku kehabisan tenaga, sehingga sukar untuk menggerakkan persendian. Dan apabila seorang sekretaris laki‐laki berbadan besar, tidak menarik, buruk dan botak datang membawa setumpukan tinggi surat‐surat untuk ditandatangani, aku akan berteriak kepadanya supaya dia segera pergi dan membiarkanku seorang diri. Sepihan‐sepihan kulitnya akan rontok dari badannya karena kaget. Aku akan menggeledek kepadanya. Aku akan bangkitkan petir diatas kepalanya. Akan tetapi bilamana yang datang seorang gadis sekretaris berbadan ramping, dengan dandan yang rapi dan meluapkan bau harum menyegarkan tersenyum manis dan berkata kepadaku dengan lunak, “Pak, silahkan!”, tahukah

engkau apa yang terjadi? Bagaimanapun keadaan hatiku, aku akan menjadi tenang. Dan aku akan selalu berkata, “Baik”. Di tahun ’61 aku sakit keras. Di Wina para ahli mengeluarkan batu dari ginjalku. Waktu itu adalah saat memuncaknya perjuangan kami merebut kembali Irian Barat dan dalam kalangan lawan lawan kami timbul kegembiraan. Tidak guna lagi mengutuk Sukarno dan meminta‐minta supaya dia mati, karena Sukarno sekarang sedang menuju kematiannya. Karena itu para dokter melakukan perawatan yang lebih teliti terhadap diriku. Mereka membujuk hatiku, “Jangan kuatir, Presiden Sukarno, kami akan memberikan perawat‐perawat yang berpengalaman untuk menjaga Tuan.” Hehhhh!! Ketika hal ini disampaikan kepadaku, keadaanku menjadi lebih payah daripada sewaktu aku mula‐mula masuk. Aku tahu apa yang akan kuhadapi. Aku tidak berkata apa‐apa, karena aku tidak mau menentang dokter. Pendeknya di hari berikut ia melakukan pembedahan dan aku ingin agar hatinya senang terhadapku selama ia menjalankan pembedahan itu. Akan tetapi sementara itu aku berpikir dalam hatiku sendiri, “Aku akan lebih cepat sembuh dengan gadisgadis perawat yang tidak berpengalaman, karena yang sudah punya pengalaman 40 tahun tentu setidaktidaknya sekarang sudah berumur 55 ! “Orang mengatakan, bahwa Sukarno suka melihat perempuan cantik dengan sudut matanya. Kenapa mereka berkata begitu? Itu tidak benar. Sukarno suka memandangi perempuan cantik dengan seluruh bola matanya. Akan tetapi ini bukanlah suatu kejahatan. Sedangkan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam mengagumi keindahan. Dan sebagai seorang Islam yang beriman aku adalah pengikut Nabi Muhammad yang mengatakan, “Tuhan yang dapat menciptakan makhluk‐makhiuk yang cantik seperti wanita adalah Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Pengasih.” Aku setuju dengan ucapan beliau. Seperti yang dikisahkan, Muhammad mempunyai seorang budak bernama Said. Said, orang yang pertama‐tama masuk Islam, mempunjai isteri yang sangat cantik bernama Zainab. Ketika Muhammad melihat Zainab, beliau mengucapkan “Allahu Akbar”, Tuhan Maha Besar. Tatkala murid‐muridnya bertanya, mengapa beliau mengucapkan Allahu Akbar ketika melihat Zainab, maka beliau menjawab, “Aku memuji Tuhan karena telah menciptakan makhluk‐makhluk yang cantik seperti perempuan ini.” Aku menjunjung Nabi Besar. Aku mempelajari ucapan‐ucapan beliau dengan teliti. Jadi, moralnya bagiku adalah: bukanlah suatu dosa atau tidak sopan kalau seseorang mengagumi seorang perempuan yang cantik. Dan aku tidak malu berbuat begitu, karena dengan melakukan itu pada hakekatnya aku memuji Tuhan dan memuji apa yang telah diciptakan‐Nya. Aku hanya seorang pencinta kecantikan yang luar biasa. Aku mengumpulkan benda‐benda perunggu karya seni dari Budapest, seni pualam dari Italia, lukisan‐lukisan dari segala penjuru. Untuk Istana Negara di Jakarta aku sendiri berbelanja membeli kandil kristal yang berat dan kursi beludru cukilan emas di Eropa. Aku memungut permadani di Iraq. Aku membuat sendiri rencana meja kantorku dari satu potong kayu jati Indonesia yang utuh. Aku merencanakan meja ruang makan Negara dari satu potong kayu jati Indonesia. Aku menggantungkan setiap kain hiasan dinding, memilih setiap barang, merencanakan dimana harus diletakkan setiap pot bunga atau karya seni pahat. Kalau aku melihat sepotong kertas di lantai, aku akan berhenti dan memungutnya. Anggota Kabinet tertawa melihat bagaimana aku, di tengah‐tengah persoalan yang pelik, datang kepada mereka dan meluruskan dasinya. Aku senang bila makanan diatur secara menarik di atas meja. Aku mengagumi keindahan dalam segala bentuk.

Dalam perkunjungannya ke Istana Negara di Bogor, seorang Texas terpikat hatinya pada salah satu benda seniku. “Tuan Presiden,” katanya tiba‐tiba. “Saya akan menyampaikan apa yang hendak saya kerjakan untuk Tuan. Saya akan menyerahkan sebuah Cadillac sebagai ganti ini.” Kukatakan kepadanya “Yah, tak soal kata‐kata apa yang telah kuucapkan kepadanya. Tapi pokoknya adalah “Tidak”. Tidak satupun dari benda‐benda indah yang telah kukumpulkan dapat ditukar dengan Cadillac. Kalau aku senang kepadamu, engkau akan kuberi sebuah lukisan atau barang tenunan sebagai hadiah. Akan tetapi untuk menjualnja, tidak, sekali‐kali tidak. Semua itu akan kuwariskan kepada rakyat Indonesia, bilamana aku pergi. Biarlah rakyatku memasukkannya ke dalam Museum Nasional. Kemudian, apabila mereka lelah atau pikirannya kacau, biarlah mereka duduk dihadapan sebuah lukisan dan meneguk keindahan dan ketenangannya, sehingga mengisi seluruh kalbu mereka dengan kedamaian seperti ia juga terjadi terhadap diriku. Ya, aku akan mewariskan hasil‐hasil seni ini kepada rakyatku. Untuk dijual? Jangan kira! Seorang orang asing yang mengerti kepadaku adalah Duta besar Amerika di Indonesia, Howard Jones. Ia sudah lama ditempatkan di Jakarta dan menjabat sebagai Ketua dari Korps Diplomatik. Kami sering terlibat dalam perdebatan‐perdebatan sengit dan pahit, akan tetapi aku semakin memandangnya sebagai seorang kawan yang tercinta. Uraian Howard tentang diri pribadiku adalah: “Suatu perpaduan antara Franklin Delano Roosevelt dan Clark Gable.” Apakah orang heran, apabila aku menyebutnya sebagai seorang kawan yang tercinta? Di suatu hari Minggu beberapa tahun yang silam, ia dengan isterinya Marylou makan bersama‐sama denganku dan isteriku Hartini di pavilyun kecil karni di Bogor. Bogor adalah tempat di daerah pegunungan yang sejuk di luar kota Jakarta. Berlainan dengan dugaan orang

bahwa aku mempunyai kran‐kran dari emas murni seperti sepantasnya bagi Yang Dipertuan di daerah Timur, maka aku tidak tinggal di Istana Negara yang besar itu. Di pekarangannya kami mempunyai sebuah bungalow kecil yang besarnya kira‐kira sama dengan yang dipunyai oleh seorang pejabat biasa. Bungalow ini terdiri dari beberapa kamar‐tidur, suatu ruang makan kecil dan ruang duduk yang sangat kecil. Ia tidak mewah. Sederhana sekali. Akan tetapi menyenangkan dan itulah rumahku. Selagi makan Howard berkata, “Tuan Presiden, saya kira sudah waktunya bagi Tuan untuk melihat kembali jalan‐jalan dalam sejarah. Menurut pendapat saya sudah tepat waktunya bagi Tuan untuk menuliskan sejarah hidup Tuan. “Seperti biasa, apabila seseorang menyebut‐nyebut tentang otobiografi, aku menjawab, “Tidak”. Insya Allah, jika Tuhan mengizinkan, saatnya masih 10 atau 20 tahun lagi. Bagaimana saya bisa mengetahui apa yang akan terjadi terhadap diriku? Siapa yang dapat menceriterakan, bagaimana jalannya kehidupan saya? Itulah sebabnya mengapa saya selalu menolak hal ini, karena saya yakin bahwa buruk baiknya kehidupan seseorang hanya dapat dipertimbangkan setelah ia mati.” “Terkecuali Presiden Republik Indonesia,” jawabnya. “Disamping telah menjadi Kepala Negara selama 20 tahun, ia telah dipilih sebagai Presiden seumur hidup. Ia adalah orang yang paling banyak diperdebatkan dan dikritik di jaman kita ini. Ia “mempunyai banyak rahasia,” kataku dengan senyum yang disembunyikan. “Akan tetapi dialah satu‐satunya orang yang dapat memberanikan diri untuk mengguratkannya dan disamping itu menjawab serangan‐serangan dari para pengeritiknya dan kawan‐kawannya. “Pertemuan ini merupakan pertemuan kekeluargaan yang tidak formil. Aku pakai baju sport dan tidak bersepatu. Hartini membuat nasi goreng, karena dia tahu bahwa keluarga Jones sangat doyan pada nasi goreng ayam dan Presiden makan puluk — artinya makan dengan tangan—dan kami duduk disekitar meja bersama‐sama menikmati saat‐saat istirahat yang menyenangkan, yang hanya dapat dilakukan diantara kawan‐kawan lama. “Untuk membuat otobiografi yang sesungguhnya si penulis hendaknya dalam keadaan yang susah seperti Rousseau ketika dia menulis pengakuan‐pengakuannya dan pengakuan yang demikian ternyata sukar bagi saya. Banyak tokoh yang masih hidup akan menderita, apabila saya menceriterakan semuanya. Dan banyak pemerintahan‐pemerintahan, dengan mana saya sekarang mempunyai hubungan yang baik, akan mendapat serangan sejadi‐jadinya apabila saya menyatakan beberapa hal yang ingin saya ceriterakan.” “Walaupun bagaimana, Tuan Presiden, orang‐orang asing merubah pendirian mereka setelah bertemu dengan Tuan dan jatuh kedalam kekuatan pribadi Bung Karno yang terkenal dan menarik seperti besi berani. Kalau Tuan terus maju dengan daya penarik pribadi Tuan itu, maka saya yakin kritikus yang paling tajampun kemudian akan berkata, “Hee, dia sesungguhnya tidak bernapaskan asap dan api seperti naga. Dia sangat menyenangkan.” “Itulah sebabnya saya pada dasarnya ingin berkawan, “kuterangkan kepadanya. “Saya menyukai orang Timur, saya menyukai orang Barat bahkan Tengku Abdul Rahman sendiri dan orang Inggris. Pun juga orang‐orang yang membenci saya. Setiap saat apabila mereka ingin bersahabat, saya lebih ingin lagi dari itu. Suatu kali saya mengetahui bahwa De Gaulle tidak senang kepada saya. Sekalipun demikian saya bertemu dengan dia di Wina. Setelah itu sikapnya berubah. “Itulah maksud saya,” Jones melanjutkan. “Tuan tidak bisa mendatangi sendiri seluruh rakyat di dunia, akan tetapi Tuan dapat datang kepada mereka dengan melalui halaman‐halaman buku. Tuan menawan hati sejuta pendengar di lapangan terbuka. Mengapa Tuan tidak menghendaki jumlah pendengar yang lebih besar lagi. “Percakapan ini berlangsung terus sampai makan perabung, berupa pisang rebus kesukaanku. “Begini,” kataku. “Suatu otobiografi tidak ada harganya, kecuali jika si penulis merasa kehidupannya tidak berguna apa‐apa. Kalau dia menganggap dirinya seorang besar, karyanya akan menjadi subjektif. Tidak objektif. Otobiografiku hanya mungkin jika ada perimbangan dari kedua‐duanya. Sekian banyak yang baik‐baik supaya dapat menenangkan egoku dan sekian banyak yang jelek‐jelek sehingga orang mau membeli buku itu. Kalau dimasukkan hanya yang baik‐baik saja orang akan menyebutmu egois, karena memuji diri sendiri. Memasukkan hanya yang jelek‐jelek saja akan menimbulkan suasana mental yang buruk bagi rakyatku sendiri. Hanya setelah mati dunia ini dapat ditimbang dengan judjur, ‘Apakah; Sukarno manusia yang baik ataukah manusia yang buruk? ‘ Hanya di saat itulah dia baru dapat diadili. “Bertahun‐tahun lamanya orang mendesakku untuk menuliskan kenang‐kenanganku. Press Officerku, Nyonya Rochmulyati Hamzah, selalu menjadi perantara. Satu kali aku betul‐betul membentak‐bentak

Roch yang manis itu. Di tahun 1960, ketika Krushchov sedang berkunjung kemari, ada seratus orang wartawan asing berkerumun dibawah tangga. Disatu saat dia berkata, “Ma’af, Pak, Bapak jangan marah, karena kami sendiripun tidak mengetahui sejarah hidup Bapak. Dan Bapak sedikit sekali memberikan wawancara. Oleh karena itu dapatkah Bapak menenteramkan hati saya barang sedikit dan menerima seorang wartawan CBS yang ramah sekali dan ingin menulis riwayat hidup Bapak?” Aku berpaling kepadanya dan menyembur. “Berapa kali aku harus mengatakan kepadamu, T‐I‐D‐A‐K !! Pertama, aku tidak mengenalnya, akan tetapi kalau aku pada satu saat menulis riwayat hidupku, aku akan kerjakan dengan seorang perempuan. Sekarang jauh‐jauhlah dari penglihatanku. Engkau seperti pesurah wartawan asing.” Roch berlari keluar dan pulang kerumahnya. Kemudian aku merasa menyesal. Ajudanku menelpon Roch dan. memberitahukan, bahwa aku hendak bertemu dengan dia. Lalu kukirimi kendaraan untuk menjemputnya. Dia datang dan mengira bahwa akan menerima semprotan lagi, akan tetapi sebaliknya, Presidennja hendak minta ma’af kepadanya. “Ma’afkanlah aku, Roch,” kataku. “Kadang‐kadang aku berteriak dan menyebut nama‐nama buruk, akan tetapi sebenarnya akulah itu. Jangan masukkan kata‐kata itu dalam hatimu. Kalau aku meradang, itu berarti aku mencintaimu. Aku menyemprot kepada orang‐orang yang terdekat dan paling kusayangi. Hanya mereka yang menjadi papan suaraku.” Kemudian kucium dia dipipinya, cara yang biasa kulakukan sebagai salam pertemuan dan perpisahan dengan anak‐anak perempuan sekretarisku—dan dia pergi dengan hati yang senang sekali. Itu sebabnya, mengapa persoalan‐persoalan Asia harus diselesaikan dengan cara Asia. Caraku bukanlah sesungguhnya gaya Barat, kukira. Aku tak dapat membayangkan seorang Perdana Menteri Inggris memeluk sekretaris wanitanya sebagai ucapan selamat pagi atau ucapan ma’af, setelah mana perempuan itu lari keluar dan membiarkan dia sendiri. Aku tidak menduga, tidak lama setelah kejadian ini aku bertemu dengan Cindy Adams. Cindy, seorang wartawan wanita, berada di Jakarta di tahun 1961 dengan suaminya pelawak Joey Adams, yang memimpin Missi Kesenian Presiden Kennedy ke Asia Tenggara. Wanita Amerika yang riang dan rapi ini, dengan pembawaannya yang suka berkelakar, menyebabkan aku seperti kena pukau. Wawancara dengan Cindy menyenangkan sekali dan tidak menyakitkan hati. Tulisannya jujur dan dapat dipercaya sepen~nja. Bahkan dia nampaknya dapat merasakan sedikit tentang Indonesia dan persoalan persoalannya dan, yah, dia adalah seorang penulis yang paling menarik yang pernah kujumpai! Kami orang jawa bekerja dengan instink. Setahun lamanya aku mencari‐cari seorang wanita yang akan menjabat sebagai press officer, akan tetapi ketika aku melihat Roch aku segera mengetahui, bahwa dialah yang kucari. Kupekerjakan dia segera. Begitupun halnya dengan Cindy. Pada kesempatan lain, ketika Howard Jones memulai lagi pokok pembicaraan tentang sejarah hidupku, aku memberikan ‘surprise’ kepadanya. Aku meringis. “Dengan satu syarat. Bahwa aku mengerjakannya dengan Cindy Adams. “Dan apakah akhirnya yang menyebabkan aku mengambil keputusan untuk mengerjakan sejarah hidupku? Yah, mungkin juga benar, sudah mendekat waktu aku harus rnenyadari, bahwa aku sudah tua. Sekarang, mataku yang sudah tua dan malang itu berair. Aku harus memandang gambaran ini dengan alasan. Disatu pagi yang lain seorang kemenakan datang menemuiku. Aku biasa memangkunya ketika dia masih kecil. Sekarang beratnya 70 kilo. Aku menyadari dengan tiba‐tiba, bahwa aku tidak dapat memangkunya lagi diatas lututku. Mungkin dia akan mematahkan kakiku yang tua dan lelah itu. Memang wanita cantik dapat membikin hatiku menjadi muda lagi, akan tetapi bila aku menginsyafi bahwa anak itu sekarang menjadi ibu dari beberapa orang anak, tahulah aku bahwa aku sudah berangsur tua juga. Dan begitulah, waktunya sudah datang. Kalau aku hendak menuliskan kisahku, aku harus mengguratkannya sekarang. Mungkin aku tidak mempunyai kesempatan nanti. Aku tahu, bahwa orang ingin mengetabui, apakah Sukarno seorang kolaborator Jepang semasa Perang Dunia Kedua. Kukira hanya Sukarno yang dapat menerangkan periode kehidupannya itu dan karena itu ia bersedia menerangkannya. Bertahuntahun lamanya orang bertanya‐tanya, apakah Sukarno seorang Diktator, apakah dia seorang Komunis; mengapa dia tidak membenarkan kemerdekaan pers; berapa banyak isterinya; mengapa dia membangun departemen store‐departemen store yang baru, sedangkan rakyatnya dalam keadaan compang‐amping ……… Hanya Sukarno sendiri yang dapat menjawabnya. Ini adalah pekerjaan yang sukar bagiku. Suatu otobiografi adalah ibarat pembedahan mental bagiku. Sungguh berat. Menyobek plester pembalut luka luka dari ingatan seseorang dan membuka luka‐luka itu, memang sakit, sekalipun banyak diantaranya yang sudah mulai sembuh. Tambahan lagi, aku akan melakukannya dalam bahasa Inggris, bahasa asing bagiku. Terkadang aku membuat kesalahan dalam tata bahasa dan seringkali aku terhenti karena merasa agak kaku. Akan tetapi, mungkin juga aku wajib menceritakan kisah ini kepada tanah airku, kepada bangsaku, kepada anak‐anakku dan kepada diriku sendiri. Karenanya kuminta kepadamu, pembaca, untuk mengingat bahwa, lebih daripada bahasa kata‐kata yang tertulis adalah bahasa yang keluar dari lubuk hati. Buku ini tidak ditulis untuk mendapatkan simpati atau meminta supaya setiap orang suka kepadaku. Harapanku hanyalah, agar dapat menambah pengertian yang lebih baik tentang Sukarno dan dengan itu menambah pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia yang tercinta.

  • You and 3 others like this.
  • Raden Wiraatmadja Buku ini tidak ditulis untuk mendapatkan simpati atau meminta supaya setiap orang suka kepadaku. Harapanku hanyalah, agar dapat menambah pengertian yang lebih baik tentang Sukarno dan dengan itu menambah pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia yang tercinta.

NUBUAT IMAM ALI BIN ABI THALIB AS TENTANG BANGSA DAN NEGARA ARAB DI AKHIR ZAMAN

$
0
0

Nubuat Imam Ali bin Abi Thalib as tentang Bangsa dan Negara Arab di Akhir Zaman!

M3
the-zionist-arab-states-council-1

Sebelum saya mulai mengutip nubuat Imam Ali as yang fenomenal ini tentang kondisi bangsa dan negara-negara Arab di Akhir Zaman, maka ada yang perlu kita garis bawahi terlebih dulu dan mengapa saya hanya fokus kepada bangsa dan negara-negara Arab yang lokasi geografisnya terletak di Peninsula Arabia atau lebih dikenal dengan nama Hijaz.

the-zionist-arab-states-council-4-640x480

Perlu kita pahami bersama bahwa pada era Imam Ali as, peta Timur Tengah seperti yang kita kenal pada zaman kita sekarang belum terbentuk.

Pada saat ini, bangsa dan negara-negara Arab sudah sedemikian meluas dan besar hingga ke Maroko di wilayah paling Timur benua Afrika Utara, kemudian di wilayah Afrika Tengah atau Selatan Mesir, seperti Somalia, Sudan, Djibouti dan wilayah timur, yaitu Irak.

Walaupun demikian, kita juga tahu bahwa sebagian dari negara-negara yang saat ini sudah resmi menjadi bangsa Arab, sejatinya pada era dulu bukanlah bangsa yang secara biologis keturunan Arab atau Bani Ismail. Tapi mereka adalah bangsa ajam (non-Arab) yang sejak era penyebaran Islam purba dan pada periode-periode selanjutnya secara resmi telah mengadopsi bahasa dan budaya Arab ke dalam sistem kebangsaan mereka, seperti bangsa Mesir, Berber, Palestina, Syria, Irak dan seterusnya. Dominasi keturunan bangsa Arab di wilayah-wilayah ini sejak era penyebaran Islam pada akhirnya telah semakin kuat dan bercampur dengan kultur lokal dari bangsa-bangsa tersebut.

Oleh sebab itu, penjelasan sekilas ini penting dipahami karena tujuannya untuk memberikan gambaran umum kepada kita semua bahwa pada saat Imam Ali as menyampaikan nubuatnya ini, maka tentu yang dimaksud oleh beliau pertama kali adalah keturunan Ibrahim yang berasal dari Bani Ismail, atau yang lebih dikenal dengan bangsa Arab di wilayah Hijaz. Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa nubuat yang Imam Ali as sampaikan ini bisa meliputi seluruh bangsa dan negara-negara Arab yang kita kenal dengan sebutan Timur Tengah pada zaman sekarang. Artinya, meskipun nubuat ini bisa tertuju bagi seluruh bangsa dan negara-negara Arab yag kita kenal sekarang, maka pada saat yang sama, kita juga tidak mungkin mengecualikan wilayah Semenanjung Arabia yang justru menjadi sentra Timur Tengah di zaman kita sekarang dan tentu saja pada saat Imam Ali as menyampaikan nubuat-nubuatnya tersebut.

Atas pertimbangan inilah saya fokuskan muatan-muatan nubuat Imam Ali as ini terlebih dulu kepada “jantung” wilayah Timur Tengah yang berada di Peninsula Arabia yang saat ini terdiri dari beberapa negara, seperti Yaman, Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar dan Oman.

Terkait dengan Yaman yang merupakan wilayah bangsa Arab di Selatan Semenanjung Arabia, maka sudah maklum kepada kita semua bahwa Syam dan Yaman adalah dua wilayah di Timur Tengah yang pernah mendapat doa keselamatan dari Rasulullah saww, seperti pada hadis yang pernah disampaikan oleh Nabi saww sebagai berikut:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wa Aalihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]

Terkait tentang Syam, tentu terlepas dari tanggung jawab analisa kita kali ini, meski seperti saya katakan di atas tadi bahwa nubuat Imam Ali as ini bisa saja diterapkan secara umum ke seluruh wilayah Timur Tengah yang terbentang dari Maroko sampai Irak dan dari Syam hingga Yaman. Akan tetapi, seperti yang artikel ini ingin ungkapkan secara khusus bahwa sentra Timur Tengah pada saat Imam Ali as menyampaikan nubuatnya, bahkan hingga saat kita sekarang adalah wilayah Hijaz atau yang lebih dikenal dengan nama Semenanjung Arabia.

Dalam kesempatan ini juga, saya juga tidak akan membodoh-bodohi diri saya sendiri atau menghabiskan waktu untuk menjelaskan dimana wilayah Najd berada, karena hanya orang-orang yang “gagap-geografi” saja yang tidak bisa menemukan dimana Najd itu berada dan apa saja sejarah Najd sejak awal abad 19? Namun bila anda termasuk di antara orang-orang tersebut (God Forbid!) dan masih mencari-cari dimana wilayah Najd itu di muka bumi ini, maka banyak artikel yang terkait dengan wilayah Najd yang bisa dijadikan referensi pembahasan anda.

1. Sejarah Wilayah Najd dan Para Amirnya.

2. Sejarah Kerajaan Najd dan Hijaz.

3. Sejarah Kerajaan Najd dan Hasa.

4. Sejarah Najd.

Kesimpulannya, nubuat Imam Ali as ini sejatinya mesti pertama kali terkait dengan bangsa dan negara-negara Arab yang berada di wilayah semenanjung Arabia terlebih dulu sebelum ingin dilihat melampaui scope tersebut. Pada saat nubuat Imam Ali as dituangkan, maka Anda akan bisa memahami alasan-alasannya.

Walhasil dengan mengecualikan wilayah Syam dan Yaman atas dasar keberadaan doa Nabi saww pada hadis di atas, maka wilayah yang tersisa di Semenanjung Arabia adalah Najd yang menjadi sentra asal-muasal dan juga induk kekuasaan Kerajaan Saudi Arabia sejak awal berdirinya dan juga keberadaan beberapa negara-negara Arab kecil di sekitarnya selain Saudi Arabia, yaitu: Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab dan Oman. Di Era sekarang, negara-negara Arab ini lebih akrabnya disebut sebagai negara-negara Teluk dan telah membentuk persekutuan “keluarga” bersama yang disebut Gulf Cooperation Council alias GCC.

map-of-arabia-1914
LordOfArabia-map06-[1]
Hadis Tentang Kemunculan Tanduk Setan di Najd!

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wa Aalihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najdkami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]

Hadis Tentang Kemunculan Kelompok dari Bani Tamim yang menyimpangkan Islam

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri Ra berkata: “Saat Rasulullah saww sedang membagi-bagikan ghanimah (rampasan perang), datanglah seseorang dari Bani Tamim dengan pakaian yang pendek (bagian bawahnya), di antara kedua matanya ada tanda bekas sujud yang menghitam, lalu ia berkata: “Berbuat adillah wahai Rasulullah!”

Rasulullah Saw bersabda: “Celakalah engkau, siapa yang akan berbuat adil jika aku tidak berbuat adil? Maka engkau akan binasa dan rugi jika aku sendiri tidak berlaku adil.”

Lalu Rasulullah Saww bersabda: “Akan datang suatu kaum kelak seperti dia, baik perkataannya, tapi buruk kelakuannya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk. Mereka mengajak kepada Kitabullah, tetapi mereka sendiri tidak mengambil darinya sedikitpun.

Mereka membaca Al Quran, tetapi tidak melebihi kerongkongannya. Kalian akan mendapatkan bacaan Al-Qur’an mereka lebih baik dari kalian dan shalat dan puasa mereka lebih baik dari kalian. Mereka akan melesat meninggalkan Islan sebagaimana anak panah melesat dari busurnya. Mereka mencukur kepala serta mencukur kumisnya, pakaian mereka hanya sebatas setengah betis mereka.” Setelah Rasulullah Saww menjelaskan ciri-ciri mereka, Rasulullah Saww bersabda: “Mereka akan membunuh para pemeluk Islam dan melindungi penyembah berhala!”

[Diriwayatkan dalam kitab: Bukhari fi kitab dad’ al-khalq Bab "Alamah An-Nubuwwah", An-Nisai’ fi khasa-is hal 43, 44, Muslim fi Kitab Az-Zakah Bab At-Tahdzir Min Zinah Ad-Dun-ya, Musnad Imam Ahmad juz I hal 78, 88, 91)

Nubuat Imam Ali as di dalam Kitab al-Jafr tentang kondisi bangsa dan negara-negara Arab ini sungguh luar biasa! Karena gambaran nubuat yang Imam Ali as beritakan sudah semakin searah dengan apa yang Nabi saww sendiri peringatkan kepada umatnya. Bahkan realitanya dengan kondisi kita di zaman sekarang sudah kian tampak sebagai kenyataan yang selayaknya menjadi fokus dan perhatian bagi kita sebagai Umat Nabi Muhammad saww.

Berikut ini saya akan mulai mengutip nubuat Imam Ali as tentang kondisi bangsa dan negara-negara Arab di Akhir Zaman. Imam Ali as bersabda:

“Sungguh sangat aneh, tetapi bagiku tiada yang lebih aneh dari kelompok-kelompok kecil Arab. Berbagai macam dalih mereka termasuk soal agama mereka. Mereka tidak mengikuti jejak Nabi saww, tidak mencontoh perbuatan seorang wali (imam), tidak mengimani yang gaib dan tidak memaafkan kesalahan. Para penguasa hanya mengenal hukum yang berlaku dan tidak mentolerir kebenaran suatu perkataan, kecuali orang yang dirahmati Allah.

Kemungkaran adalah apa yang mereka ingkari dan pendapat adalah menurut apa yang mereka katakan. Mereka menghimpun pasukan dari kaum-kaum mereka dan dengan pasukan itu mereka menghantam kaum-kaum mereka sendiri. Setiap orang dari mereka adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Fitnah-fitnah seperti bagian-bagian malam yang gulita, menimpa dan mengendalikan mereka, sampai sebagian mereka dilanda kematian yang mengerikan, sebagian ditimpa busung lapar dan sebagian lagi dilanda bahan bakar (kobaran api) yang tidak kunjung padam. Lahir generasi buruk yang tidak diturunkan hujan oleh Allah …

Sebagian mereka (bangsa Arab) meludahi wajah sebagian yang lain. Lidah mereka menjadi api bagi yang lain di tengah kelemahan yang tersebar, menyenangkan hati Israel dan pemimpinnya…”

Kemudian Imam Ali as kembali bersabda:

“… Mereka berjalan di belakang si pendusta Israel, dan di antara mereka adalah para pemimpin kesesatan dan para penyeru kepada neraka. Para raja dan amir yang menjadikan mereka para penguasa, menaiki kendaraan mereka. Bersama merekalah para kepala (pemimpin) ini makan dunia… Di zaman mereka, Masjid Al-Aqsha terabaikan … Setiap daerah terjadi perselisihan besar. Darah membanjiri Tanah Suci Allah secara merata. Bangsa Timur dan bangsa Barat bersiteru, termasuk penduduk Kiblat (bisa jadi maksud khususnya adalah warga Mekah dan umumnya adalah Kaum MusliminM3).

Umat manusia ditimpa rasa takut oleh sebuah kekuatan yang dahsyat. Mereka larut dalam kondisi demikian, sampai ada penyeru dari langit. Maka apabila ada penyeru mereka berhamburan.

Demi Allah, aku seolah melihat ia (al-Mahdi) di antara rukun dan maqam, membaiat orang-orang dengan perkara baru,pemerintahan baru, keputusan baru, dan langkah baru. Ia sangat keras terhadap bangsa Arab…”

—– oOo —–

Demikianlah sedikit dari kutipan Nubuat Imam Ali bin Abi Thalib as dari Kitab al-jafr. Nubuat di atas dikutip dari buku Ramalan Akhir Zaman Imam Ali bin Abi Thalib as – Kondisi Akhir Zaman & Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi, karya Sayyid Ali Asyur, edisi bahasa Indonesia. Penerbit Zahra, 2012.

Gedung, Logo & Emblem Kemiliteran, Keamanan, Kesehatan dan Keamanan Kerajaan Saudi Arabia

  • the-zionist-arab-states-council-30-640x480
SUMBER :

Viewing all 1300 articles
Browse latest View live