Quantcast
Channel: Bayt al-Hikmah Institute
Viewing all 1300 articles
Browse latest View live

Komplek Makam istri Prabu Siliwangi

$
0
0

Komplek Makam istri Prabu Siliwangi

5 Tempat angker di Kebun Raya Bogor

Merdeka.com - Saat malam, komplek Makam Ratu Galuh selalu dihindari satpam Kebun Raya. Bukan karena jauh atau gelap, tetapi nuansa berbeda dirasakan ketika melangkahkan kaki menuju makam yang berada dekat dengan Jembatan Merah ini.

Boim mengatakan pernah ada seorang peziarah yang datang tengah malam untuk berdoa di makam istri Prabu Siliwangi ini. Tapi niat itu harus diurungkan, karena ada dua hewan putih dengan loreng hitam menjaga jalan menuju makam.

“Itu sih katanya harimau putih punyanya Prabu Siliwangi,” ujar Boim kepada merdeka.com, Sabtu (23/11).

Bukan hanya itu, Boim menceritakan pernah ada satpam dikejar kelelawar raksasa di area komplek makam tersebut. “Sayapnya kalau dilebarkan bisa sampai enam meter, selebar jalan lebih. Gedenya aja hampir sama kaya orang,” terangnya.

Kini sudah tidak ada lagi penampakkan dari Ratu Galuh di komplek makam. Pasalnya, Boim pernah mendapatkan cerita dari orangtuanya, dimana Ratu Galuh sering nampak di komplek makamnya.

“Orang sekarang udah gak suci lagi niatnya kalau mau ke makam. Dulu katanya Ratu Galuh sering nampak menggunakan pakaian kebaya, layaknya seorang ratu,” pungkasnya.

Ratu Galuh Mangkualam merupakan istri kedua Prabu Siliwangi. Lokasi makam Ratu Galuh berada tak jauh dari jembatan gantung di Kebun Raya Bogor.

http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/282556/mengintip-makam-kramat-ratu-galuh-di-kebun-raya-bogor-003-debby-restu-utomo.html

http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/282556/mengintip-makam-kramat-ratu-galuh-di-kebun-raya-bogor-003-debby-restu-utomo.html



PERANG DUNIA III

Prof. Dr. Abdul Hadi Wiji Muthahari di mata putrinya.

$
0
0
 
Orang yang paling berjasa mengantarkan aku ke dunia pemikiran dan aktivitas seperti sekarang adalah ayahku. Sekalipun ayahku dibesarkan sebagai seorang Muhammadiyah, ikut mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tahun 1964, dan dalam keluarganya yang Muhammadiyah tidak mengadakan tahlilan, tetapi ayahku adalah orang yang paling pluralis, paling liberal, dan paling modernis sekaligus paling tradisional yang pertama kali kukenal dalam hidupku.
Ayah mertuanya adalah seorang penganut Kejawen dan sebelumnya tidak taat solat lima waktu; mereka biasa berdiskusi panjang lebar tentang filsafat, budaya dan sastra; dan sekarang seluruh buku filsafat dan budaya milik kakekku diwariskan kepadanya. Keluarga ibuku melakukan tahlilan, seperti kebanyakan orang Jawa, dia mengikuti majlis taklim ala NU; sepulang dari sekolah di SD Muhammadiyah, aku dipanggilkan guru mengaji berlatarbelakang NU.

Kata ayahku, kakek buyutnya adalah pengikut tarekat Sufi aliran Abdul Qadir Jaelani, sedangkan kakeknya sendiri adalah salah satu pendiri cabang Muhammadiyah di Sumenep. Itulah sebabnya ayahku sangat tertarik kepada sufisme atau tassawuf; dan kemudian mendalaminya. Ayahnya sendiri selain saudagar atau pedagang, juga adalah seorang guru bahasa Jerman. Konon, kakeknya yang Muhammadiyah sering mendapat “wangsit”; di antaranya pernah disuruh berjalan kaki jauh sampai di suatu tempat lalu berhenti disuruh membangun mesjid di situ. Soal “wangsit” ini juga menurun pada ayahku, konon begitu, ayahku sering bermimpi dan menjadi kenyataan. Pernah juga ayahku menderita sakit aneh yang menghilangkan suaranya sebagai penyair. Dia kemudian bermimpi dan diajarkan membuat ramuan aneh untuk diminum. Dia mengikuti mimpi itu dan suaranya pun kembali.

Pada waktu aku masih SD, dan ayahku menjadi ketua di Dewan Kesenian Jakarta, aku ingat rumahku selalu ramai dikunjungi tamu pada malam hari. Seniman, sastrawan, kyai, mahasiswa dari berbagai aliran dan ideologi datang ke rumahnya. Gus Dur di antaranya. Setiap lebaran ayahku akan mengajak kami bertandang ke rumah tiga sastrawan sahabatnya: Mottinggo Busye, sahabatnya yang seorang Syiah taat, Slamet Sukirnanto sahabatnya yang Muhammadiyah, dan Taufiq Ismail yang semua orang tahu kepenyairannya yang kuat Islam-nya. Mottinggo dan ayahku saling mengatakan kalau mereka adalah sahabat dunia dan akhirat.

Salah satu adik ayahku adalah seorang pencari kebenaran yang serius, mereka konon sering bertengkar, tetapi ayahku sebenarnya sangat mencintai dia. Almarhum adik ayahku ini bahkan pernah menjadi anggota Ahmadiyah; tetapi apakah ayahku pernah mengatakan bahwa dia menjadi orang yang sesat dan kafir? Tentu saja tidak! Bahkan, walaupun adik ayahku kemudian bercerai dengan istrinya yang juga seorang Ahmadiyah, ayahku terus mencari keberadaan mantan adik iparnya ini untuk mengetahui keadaan keponakannya. Setelah bertahun-tahun akhirnya bertemu, dan ayahku sayang sekali kepada sepupuku dan anak-anaknya, tak peduli mazhab mereka apa.

Ayahku juga tidak terlalu suka ketika aku bertengkar dengan sepupuku seorang manhaj salafi. Katanya, biarkan saja. Sepupuku ini adalah anak dari adiknya ibuku. Setiap orang bebas memeluk mazhab apa pun katanya. Jadi, seingatku, ayahku ini tidak pernah sekalipun mengkafirkan atau menyesatkan Muslim dari aliran apapun. Prinsipnya inilah yang juga jadi peganganku.

Waktu aku dikirim ke Roma, Italia, tentu ayahku senang sekali. Tetapi, dia juga lebih bangga waktu adikku mendapat beasiswa di Perancis untuk kuliah “bidang yang sekuler”, dan adik bungsuku bisa bolak-balik dikirim ke China karena fasih berbahasa Mandarin. Pada waktu kami kecil, dia bersikeras adikku harus bisa bahasa Mandarin, dan aku diharapkan bisa berbahasa Arab. Tetapi, sayang aku ini orang yang tidak serius belajar.

Beberapa waktu lalu, ketika penerimaan Habibie Award, ayahku bertemu dengan Romo Magnis, dan walau baru sekali itu mereka bertemu, ayahku langsung memeluknya. Aku ingat ayahku dari dulu selalu datang ke rumah saudara kami yang merayakan Natal. Tidak pernah ada ribut-ribut soal mengucapkan selamat Natal. Aku ingat ayahku bercerita tentang kenangan masa kecilnya melihat pesta Imlek. Malah waktu SD, salah satu buku pemberian ayahku berisi Hari Raya dari berbagai agama dari berbagai negara; buku itu sangat membuatku penasaran untuk mengetahui hari raya berbagai agama di dunia. Sikap ayahku sangat inklusif tentu saja, walaupun dia sendiri tidak mau ada anak atau anggota keluarganya yang memeluk agama lain. Tetapi, kepada saudara yang berbeda agama, dia tidak pernah sekali pun mengajarkan kepada kami untuk menjelek-jelekkan apalagi menjauhi mereka.

Sebagai seorang yang dibesarkan di Muhammadiyah, ayahku bahkan sekarang sangat dekat dengan Iran, dan menjadi ketua perhimpunan persahabatan Indonesia-Iran. Banyak yang mengira ayahku telah memeluk Syiah, sampai kemudian ada yang melihat foto ayahku ketika sholat yang kupotret. Ayahku selalu bilang kalau nenek buyutnya ada yang berdarah Yunnan, jadi ada yang berdarah Persia dan Turki. Pantas jika ayahku sangat senang mendalami kebudayaan Persia, selain juga China.

Jadi, ayahku ini selalu menekankan untuk mengingat leluhur walaupun jaraknya sudah jauh sekali. Dia juga tidak pernah melarang aku bergaul dengan siapapun; tidak pernah melarang aku terpengaruh oleh pemikiran manapun; karena dia sendiri tidak pernah menghina atau mencela berbagai pemikir Islam, baik yang dianggap sebagai Muslim liberal maupun Muslim fundamentalis. Ayahku bersahabat dengan almarhum Cak Nur; tetapi dia tidak pernah meneladankan sikap padaku untuk menghina orang-orang seperti Abu Bakar Ba’asyir. Misalnya, pada kasus Mesir, ayahku tidak mau menyerang pihak Ikhwanul Muslimin; orang yang tidak paham akan kesulitan membaca sikap ayahku sebenarnya dia berada pada pihak yang mana.

Dia punya teman baik para habaib, juga para syaikh dan para pejabat; kalau dia mau dia bisa juga tercatat dalam kekeluargaan sebuah keluarga bangsawan kerajaan. Dia pernah juga pada tahun 1999 mencalonkan diri sebagai caleg PPP di Jawa Timur, tetapi sekarang dia menjauh dari hangar binger politik yang keras. Akan tetapi, dari kecil dia mengajarkan kepadaku bahwa setiap manusia itu sederajat, tidak ada keturunan yang lebih mulia daripada yang lainnya. Sikapnya yang demikian mengajarkan aku untuk tidak mudah taklid buta dan menghormati secara wajar kepada sesama manusia, sekalipun dia seorang keturunan ningrat, ulama, guru besar atau tokoh hebat. Ayahku juga tidak pernah menegur atau marah kepadaku kalau aku mengkritik sahabat, teman, atau tokoh dari afiliasinya, seperti PPP, seperti Suryadharma Ali.

Jadi, ayahku benar-benar memberikan suatu sikap dan keteladanan kepadaku untuk berpikir rasional dan bebas; memberikan ruang bagi kami untuk mempunyai pendapat kami masing-masing; memberikan kebebasan kepada kami untuk memilih Jalan kami masing-masing. Di waktu yang sama, juga mengajarkan untuk menghormati dan bersikap baik penuh kasih-sayang kepada setiap orang apapun keyakinan dan pilihan agamanya. Terutama, kepada sesama Muslim, sesama Muslim itu bersaudara, apapun mazhab mereka. Walau berbeda pendapat dan pandangan, tidak boleh saling mengkafirkan.

— with Abdul Hadi WM.

 
Unlike ·  · Share · 5 hours ago

Petisi Selamatkan Situs Istana Pajajaran

$
0
0

Petisi Selamatkan Situs Istana Pajajaran

PDF Print

Written by Mang Kabayan

Wednesday, 05 June 2013 01:51
Berawal dari Email Kang Herwig Zahorka Etnobotanist dan penulis Buku The Sunda Kingdoms of West Java tentang kondisi Situs Arkeologi Istana Pakuan Pajajaran yang dalam kondisi kritis pondasi batunya longsor tergerus air dan tidak ada plang/ tanda informasi bahwa disana merupakan Situs Bersejarah yang dikirim ke Pak Upu dan kemudian Pak Upu mengirimkan ke Milist Kota-Bogor@yahoogroups. com lalu Mamang memforward informasi tersebut ke Milis Urang Sunda, Baraya Sunda dan Kisunda mendapat respon cukup positif dari beberapa komunitas Urang Sunda lalu Mamang dan Kang Yuyun mengontak Kang Herwig untuk bertemu dan melihat langsung situsnya. Tgl 2 Juni 2013 satu hari menjelang Hari Jadi Kota Bogor yang ke- 531 dimana pada tgl 3 Juni 531 tahun yang lalu Siliwangi dilantik menjadi Raja Pakuan Pajajaran.Kang Yuyun, Kang Hendra, Kang Hadi, Kang Dudi, Kang Indra, Kang Jeri, dan Mamang kemudian bertemu Kang Herwig di rumahnya dan melalukan napak tilas ke Benteng Pakuan beberapa Situs Kerajaan Sunda dan terakhir ke lokasi Istana Pakuan Pajajaran. Beberapa Situs sudah ada plangnya seperti foto terlampir namun situs Istana Pakuan belum ada yang merawat dan memberikan plangnya. Kami lalu berinisiatif untuk membuat Petisi untuk menyelamatkan Situs tersebut dan rencananya petisi ini akan disampaikan oleh Kang Yuyun langsung ke Walikota & Bupati Bogor, DPRD Kota & Kabupaten Bogor, dan Dinas Kebudayaan Kota Bogor. Mamang berserta Komunitas Urang Sunda mengajak rekan- rekan semua untuk menyelamatkan Situs tersebut untuk dijadikan cagar budaya Bangsa Indonesia. Silahkan klik link PETISI ini rekan- rekan hanya perlu mengisi nama dan alamat email saja dan rekan-2 semua sudah berpartisipasi dalam penyelamatan Situs Bersejarah.http://www.change.org/id/petisi/kementrian-kebudayaan-dan-pemkot-bogor-selamatkan-situs-bersejarah-istana-prabu-siliwangi-pakuan-pajajaran

Bung Karno our founding father mengatakan “Jasmerah”, jangan sekali- kali melupakan sejarah, bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai sejarah dan para leluhurnya. Bung Karno mengajarkan pentingnya kita sebagai anak bangsa untuk menghargai sejarah yang ditinggalkan para pendahulu kita untuk bekal menjalani masa depan yang lebih baik. Saat ini Kondisi Situs Bersejarah Dinding Pondasi Istana Prabu Siliwangi Pakuan Pajajaran sedang dalam kondisi kritis tergerus longsor, terabaikan tidak ada yang merawat dan lahannya dimiliki oleh perseoangan/ pribadi bukan milik negara serta tidak ada tanda/ plang informasi yang menunjukan areal tersebut merupakan areal yang bersejarah.

Kerajaan-kerajaan Sunda dari mulai Tarumanagara sampai ke Pakuan Pajajaran merupakan salah satu bukti Sejarah & Arkeologi Bangsa Indonesia. Dalam buku yg ditulis oleh Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor, Over 1000 years of Prosperity and Glory, Kerajaan-kerajaan Sunda mencapai masa keemasan dan kemakmuran lebih dari 1000 tahun, tentunya banyak yang dapat dipelajari dari peninggalan- peninggalan dan kearifan lokal/ nilai- nilai universal sejarah Sunda tersebut yang dapat diaplikasikan pada kehidupan saat ini.

Berawal dari email Herwig Zahorka yang menyampaikan tentang kondisi dinding pondasi Istana Prabu Siliwangi Raja Pakuan Pajajaran yang dalam kondisi kritis karena tergerus erosi padahal dinding pondasi tersebut merupakan bukti sejarah dan arkeologi bangsa ini yang sangat berharga untuk anak cucu kita. Berikut ini penggalan email Herwig Zahorka yang dikirim ke Pak Sulaiman Datuk (Pak Upu) dan Pak Upu mengirimnya ke milis: kota-bogor@yahoogroups.com , “The remaining foundation of the over 500 years old former Istana Pakuan in Bogor, Jl. Raya Batu Tulis, is totally neclected by the responsible authority. There is no sign to show that it is a archeological site. Last week the bottom of the wall at one side started to break off. Some stones are already lost. If it gets not repaired immediately, the whole wall would fell down within short time. I am very despaired. I don’t know who of the city is responsible or which office could give order to repair the wall. That’s why I ask you whether you can do anything to save this important archaeological artifact from decay. I hope you know the city’s office for kebudaya and you can convince the responsible officers to start repair work immediately.

Email tersebut kemudian disebarkan ke beberapa mailing list diantaranya Baraya_Sunda@yahoogroups.com,  UrangSunda@yahoogroups.com  dan Kisunda@yahoogroups.com dan mendapatkan respon yang positif diantaranya beberapa anggota Komunitas Urang Sunda pada tanggal 2 Juni 2013 hari Minggu bertemu dengan Herwig Zahorka di rumahnya untuk membahas mengenai Kondisi dan Lokasi Istana Pakuan Pajajaran. Komunitas Urang Sunda yang datang waktu itu adalah Kang Yuyun Hernawan, Mang Asep Kabayan, Kang Hendra M Astari, Kang Hadi Darajat, Kang Dudi Herlianto, Kang Narayana Indra, Kang Jeri Loeis, dll. Kami bersama- sama Herwig Zahorka kemudian mengunjungi beberapa peninggalan Arkeologi Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran dan mendapati dinding pondasi batu Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran dalam kondisi kritis batu-batunya sebagian lepas karena longsor terbawa arus air.

Kondisi Situs Lahan Istana Pakuan Pajajaran pun dalam kondisi yang terabaikan tidak ada tanda / plang yang menginformasikan bahwa disana merupakan daerah bersejarah/ arkeologi yang perlu dilindungi dan dijaga sesuai dengan Peraturan & Hukum yang berlaku di Indonesia. Beberapa Situs Sejarah Sunda disekitarnya sudah ada tanda dan plang pengenalnya seperti Situs Arca Purwa Kalih, Situs Batutulis, dan Situs Batu Congkrang namun Situs Lokasi Istana Pakuan Pajajarannya sendiri belum ada tanda informasi apa-apa.

Menurut informasi warga sekitar lahan lokasi tempat Istana Pakuan Pajajaran  tersebut dimiliki oleh perseorangan/ warga masyarakat Kota Bogor sehingga perlu kiranya pemerintah melalui Kementerian Pendidikan & Kebudayaan dan atau Pemerintah Kota Bogor membeli lahan tersebut dari warga masyarakat pemilik lahan tersebut dan menjadikannya Cagar Budaya / Sejarah yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.

500 tahun lalu tepatnya 1513 Masehi, Tom Pires seorang saudagar dan ahli farmasi dari Portugis datang ke Bogor melalui Sunda Kalapa dan mendeskripsikan/ menuliskan tentang Istana Pakuan Pajajaran sebagai berikut, “the king’s house has three hundreds and thirty pillars as thick as a wine cask, and five fathoms high, and beautiful timberwork on the top of the pillars, and a very welll built house. The city is two day’s journey from the chief port , which is called Calapa”. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta Pemerintah Kota Bogor dapat membuat miniatur Istana Pakuan Pajajaran dengan merekonstruksinya dari berbagai informasi yang ada saat ini sehingga generasi yang akan datang anak & cucu kita nanti dapat mengenal secara lebih baik peninggalan bersejarah Istana Siliwangi Pakuan Pajajaran.

Melalui PETISI DUKUNGAN ini, kami mengajak Bapak, Ibu, Saudara, Kawan, dan Rekan semua untuk memberikan dukungan untuk meminta kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta Pemerintah Kota Bogor untuk menyelamatan Bukti Sejarah/ Arkeolog yaitu Lahan / Lokasi Situs Istana Prabu Siliwangi Sribaduga Maharaja Jaya Dewata Raja Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang Istananya diberi nama Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati dengan cara menandatangani PETISI ini.

Demi pelestarian sejarah dan budaya Bangsa Indonesia dan demi kemakmuran dan kejayaan Indonesia mari kita bersatu dalam petisi untuk Menyelamatkan Situs Bersejarah Istana Pakuan Pajajaran.

Atas perhatian dan dukungannya menyelamatkan Situs Bersejarah Istana Pakuan Pajajaran kami ucapkan terima kasih.

Pun sapun kaluluhuran, salam sejahtera untuk seluruh Bangsa Indonesia.

Foto Kang Herwig di lokasi Situs Istana Pakuan Kang Herwig sedang menerangkan kondisi batuan pondasi yang mulai tergerus longsor.

Foto Kang Herwig dirumahnya bersama Komunitas Urang Sunda sedang menerangkan peta lokasi Istana Pakuan

Foto bersama Kang Herwig di Situs Prasasti Batutulis dari Kiri ke Kanan Kang Dudi, Kang Hendra, Kang Herwig, Mamang, Kang Yuyun, dan Kang Indra

Foto Kang Herwig sedang menerangkan berdasarkan bukunya dan referensi dari Sejarawan Saleh Danasasmita di mana Lokasi Istana Pakuan

Foto Kang Herwig sedang menerangkan lokasi dan pondasi Istana Pakuan kepada Komunitas Urang Sunda dan perwakilan masyarakat sekitar

Foto Kang Herwig sedang menerangkan Peta Lokasi Istana dan Benteng Pakuan ke Kang Yuyun

Foto Kang Herwig sedang menunjukan dimana lokasi persisnya Istana Pakuan kepada Kang Yuyun dan Mamang

Foto Kang Herwig sedang menunjukan koleksi Etnobotanist-nya dari berbagai wilayah di Indonesia, sebagian besar dari Suku Dayak

Kang Herwig sedang menunjukan lokasi dinding pondasi batas- batas benteng Pakuan

Salah satu foto lokasi benteng pakuan

Situs Arca Purwakalih menurut Kang Herwig Arca Purwakalih merupakan Simbol Batara Tunggal dan Batara Cikal, secara konsep Batara Tunggal merupakan Tuhan Semesta Alam dan Batara Cikal adalah manusia pertama di muka bumi. Ketika Mamang tanya mengapa konsepnya mirip dengan konsep dalam Agama Islam yaitu Batara Tunggal ~ Alloh SWT dan Batara Cikal ~ Nabi Adam AS menurut Kang Herwig karena “it came from the same source”, berawal dari sumber yang sama.

Kang Herwig sedang menunjukan lokasi Situs Arca Purwakalih

Beberapa Batu di Situs Batutulis Lokasi dahulu yang pernah digali oleh Menteri Agama dianggap memiliki harta karun, padahal Harta Karun yang sesungguhnya menurut Kang Herwig adalah Sejarah & Kearifan Lokal dan nilai- nilai Universal yang terkandung dari Situs Bersejarah tersebut.

Masyarakat yang sedang mengunjungi Situs Batutulis, Situs Batutulis ini dibuat oleh Prabu Surawisesa Upacara 12 tahun meninggalnya Ayahnya yaitu Prabu Siliwangi Sribaduga Maharaja Jaya Dewata.

Foto Bersama Kang Herwig di Situs Batutulis

Foto Kang Herwig sedang jalan kaki dari Situs Batutulis menuju Situs Istana Pakuan sambil membawa daun Hanjuang, menurut Kang Herwig daun Hanjuang digunakan oleh Shaman/ Dukun di Dayak sebagai Pedang untuk mengusir Roh- roh Jahat. Ada kesamaan prinsip di Tatar Sunda masyarakat percaya menanam pohon hanjuang sebagai pagar untuk melindungi tanah/ rumah sekitarnya. Di Situs Batutulis masih tertanam pohon Hanjuang.

Kondisi Pondasi Situs Istana Pakuan Pajajaran dimana batu- batu-nya sebagian sudah disemen dan sebagian sudah terkelupas tergerus air. Perlu segera diselamatkan oleh Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk memberi tanda dan membenahi kondisi batu-batu yang sudah lepas tersebut.

Pondasi dinding Istana Pakuan yang sudah mulai tergerus air, perlu penyelamatan segera.

Kang Herwig menunjukan buku bahwa hari ini bulan Juni tahun 2013 tepat 500 tahun yang lalu dimana pada tahun 1513 Tom Pires orang Portugis datang ke Istana Pakuan dan melihat langsung kondisi Istana yang saat itu masih berdiri. Tom Pires menuliskan tentang kondisi Istana Pakuan dalam Bukunya Suma Oriental.

Kang Herwig menunjukan lokasi tangga & gerbang menuju Istana Pakuan Pajajaran

Kondisi Lahan Istana Pakuan Pajajaran berupa lahan kosong yang tidak terawat dan dimiliki oleh Masyarakat Kota Bogor, Perlu kiranya Pemerintah Kota Bogor atau Kabupaten Bogor membeli tanah tersebut dan menjadikannya Cagar Budaya.

Masyarakat sekitar yang merupakan rekan Kang Hendra menerangkan kepada Kang Herwig mengenai kondisi tanah kosong yang merupakan Situs Istana Pakuan Pajajaran

Kang Herwig dan Kang Yuyun sedang melihat Situs Batu Congkrang yang lokasinya tidak jauh dari Lokasi Istana Pakuan Pajajaran

Plang/ Tanda Informasi dari Pemkot Bogor yang menerangkan Situs Batu Congkrang, Perlu Kiranya Pemkot Bogor juga membuat plang yang sama untuk Situs Istana Pakuan Pajajaran.

Kang Herwig sedang menunjukan lokasi Istan Pakuan Pajajaran dirumahnya

SUMBER : http://www.kasundaan.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=222:istana-pakuan&catid=1:berita&Itemid=85


MISTERI LELUHUR BANGSA SUNDA-JAWA

$
0
0
MISTERI LELUHUR BANGSA JAWA

Photo: MISTERI LELUHUR BANGSA JAWA</p>
<p>Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalahBatara BrahmaatauSri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.<br />
Selain itu, namaBatara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dariNabi Adamyang berputeraNabi Syits, kemudianNabi SyitsmenurunkanSang Hyang Nur Cahya, yang menurunkanSang Hyang Nur Rasa.Sang Hyang Nur Rasakemudian menurunkanSang Hyang Wenang, yang menurunkanSang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkanBatara Guru, yang menurunkanBatara Brahma.<br />
Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa,Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.</p>
<p>Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim</p>
<p>Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisanIbnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunanNabi Ibrahim.<br />
Bani Jawi sebagai keturunanNabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat27% Variant Mediterranaen(merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).<br />
Variant Mediterranaensendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.<br />
Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwaBrahmayang terdapat di dalam Metologi Jawaindentik dengan Nabi Ibrahim.<br />
Brahma adalah Nabi Ibrahim<br />
MitosatauLegenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.<br />
Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).<br />
Dan kita telah sama pahami bahwa,Nabi Ibrahimberasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).<br />
Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :<br />
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernamaSara, sementara Brahma pasangannya bernamaSaraswati.<br />
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernamaIsmail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernamaAtharva(Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…<br />
3.Brahmaadalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementaraNabi Ibrahimadalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.<br />
Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :<br />
Yajurveda Ch. 32 V. 3menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah<br />
Yajurveda Ch. 40 V. 8menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci<br />
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar<br />
Yajurveda Ch. 32 V. 3menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan<br />
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu<br />
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”<br />
DalamBrahama Sutradisebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.<br />
Sumber :<br />
<a href=http://rkhblog.wordpress.com /2007/09/10/hindu-dan-islam- ternyata-sama/
AjaranMonotheismedi dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadimakna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.
4.Nabi Ibrahimmendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementaraBrahmamembangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat kediaman malaikat ini, mempunyaidelapan putarandansembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.
Maknadelapan putaranadalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.
Sementarasembilan pintuterdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme Ibrahim
PeninggalanNabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaranMonotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.
Suku Jawasudah sejak dahulu, mereka menganutmonotheisme, seperti keyakinan adanyaSang Hyang WidhiatauSangkan Paraning Dumadi.
Selain suku Jawa, pemahamanmonotheismejuga terdapat di dalam masyarakatSunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada KeyakinanSunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritasBani Jawi(khususnya masyarakat Jawa) menerimaIslamsebagai keyakinannya. Karena padahakekatnya,Islamadalah penyempurna dari ajaranMonotheisme (Tauhid)yang di bawa olehleluhurnya Nabi Ibrahim.

Waullahua’lam bishowaab. . . . !
Sumber :
Forum Kaskus” src=”https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn2/t1/1622740_513366672113431_1920950614_n.jpg&#8221; />Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalahBatara BrahmaatauSri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, namaBatara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dariNabi Adamyang berputeraNabi Syits, kemudianNabi SyitsmenurunkanSang Hyang Nur Cahya, yang menurunkanSang Hyang Nur Rasa.Sang Hyang Nur Rasakemudian menurunkanSang Hyang Wenang, yang menurunkanSang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkanBatara Guru, yang menurunkanBatara Brahma.
Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa,Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.

Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim

 

Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisanIbnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunanNabi Ibrahim.
Bani Jawi sebagai keturunanNabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat27% Variant Mediterranaen(merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).
Variant Mediterranaensendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.
Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwaBrahmayang terdapat di dalam Metologi Jawaindentik dengan Nabi Ibrahim.
Brahma adalah Nabi Ibrahim
MitosatauLegenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.
Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).
Dan kita telah sama pahami bahwa,Nabi Ibrahimberasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).
Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernamaSara, sementara Brahma pasangannya bernamaSaraswati.
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernamaIsmail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernamaAtharva(Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…
3.Brahmaadalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementaraNabi Ibrahimadalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.
Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :
Yajurveda Ch. 32 V. 3menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah
Yajurveda Ch. 40 V. 8menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar
Yajurveda Ch. 32 V. 3menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”
DalamBrahama Sutradisebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.
Sumber :
http://rkhblog.wordpress.com/ /2007/09/10/hindu-dan-islam- ternyata-sama/
AjaranMonotheismedi dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadimakna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.
4.Nabi Ibrahimmendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementaraBrahmamembangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat kediaman malaikat ini, mempunyaidelapan putarandansembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.
Maknadelapan putaranadalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.
Sementarasembilan pintuterdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme Ibrahim
PeninggalanNabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaranMonotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.
Suku Jawasudah sejak dahulu, mereka menganutmonotheisme, seperti keyakinan adanyaSang Hyang WidhiatauSangkan Paraning Dumadi.
Selain suku Jawa, pemahamanmonotheismejuga terdapat di dalam masyarakatSunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada KeyakinanSunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritasBani Jawi(khususnya masyarakat Jawa) menerimaIslamsebagai keyakinannya. Karena padahakekatnya,Islamadalah penyempurna dari ajaranMonotheisme (Tauhid)yang di bawa olehleluhurnya Nabi Ibrahim.

Waullahua’lam bishowaab. . . . !
Sumber :
Forum Kaskus

— with Andi Arief Dua and 15 others.

Photo: MISTERI LELUHUR BANGSA JAWA</p>
<p>Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalahBatara BrahmaatauSri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.<br />
Selain itu, namaBatara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dariNabi Adamyang berputeraNabi Syits, kemudianNabi SyitsmenurunkanSang Hyang Nur Cahya, yang menurunkanSang Hyang Nur Rasa.Sang Hyang Nur Rasakemudian menurunkanSang Hyang Wenang, yang menurunkanSang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkanBatara Guru, yang menurunkanBatara Brahma.<br />
Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa,Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.</p>
<p>Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim</p>
<p>Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisanIbnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunanNabi Ibrahim.<br />
Bani Jawi sebagai keturunanNabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat27% Variant Mediterranaen(merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).<br />
Variant Mediterranaensendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.<br />
Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwaBrahmayang terdapat di dalam Metologi Jawaindentik dengan Nabi Ibrahim.<br />
Brahma adalah Nabi Ibrahim<br />
MitosatauLegenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.<br />
Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).<br />
Dan kita telah sama pahami bahwa,Nabi Ibrahimberasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).<br />
Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :<br />
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernamaSara, sementara Brahma pasangannya bernamaSaraswati.<br />
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernamaIsmail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernamaAtharva(Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…<br />
3.Brahmaadalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementaraNabi Ibrahimadalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.<br />
Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :<br />
Yajurveda Ch. 32 V. 3menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah<br />
Yajurveda Ch. 40 V. 8menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci<br />
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar<br />
Yajurveda Ch. 32 V. 3menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan<br />
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu<br />
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”<br />
DalamBrahama Sutradisebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.<br />
Sumber :<br />
<a href=http://rkhblog.wordpress.com /2007/09/10/hindu-dan-islam- ternyata-sama/
AjaranMonotheismedi dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadimakna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.
4.Nabi Ibrahimmendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementaraBrahmamembangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat kediaman malaikat ini, mempunyaidelapan putarandansembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.
Maknadelapan putaranadalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.
Sementarasembilan pintuterdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme Ibrahim
PeninggalanNabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaranMonotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.
Suku Jawasudah sejak dahulu, mereka menganutmonotheisme, seperti keyakinan adanyaSang Hyang WidhiatauSangkan Paraning Dumadi.
Selain suku Jawa, pemahamanmonotheismejuga terdapat di dalam masyarakatSunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada KeyakinanSunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritasBani Jawi(khususnya masyarakat Jawa) menerimaIslamsebagai keyakinannya. Karena padahakekatnya,Islamadalah penyempurna dari ajaranMonotheisme (Tauhid)yang di bawa olehleluhurnya Nabi Ibrahim.

Waullahua’lam bishowaab. . . . !
Sumber :
Forum Kaskus” src=”https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn2/t1/1622740_513366672113431_1920950614_n.jpg&#8221; width=”314″ height=”192″ />

Unlike ·  · Promote · Share

RENCANA ODED YINON STRATEGI ISRAEL MENCIPTAKAN KONFLIK INTERNAL ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN SALAFI WAHABI SEBAGAI PION

$
0
0

RENCANA ODED YINON STRATEGI ISRAEL MENCIPTAKAN KONFLIK INTERNAL ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN SALAFI WAHABI SEBAGAI PION

Sejak tahun 1970, ahli strategi Israel, telah merancang sebuah cara agar keberlangsungan Negara Israel tetap eksis dan jauh dari serangan musuh-musuh Israel. Taktik yang digunakan adalah dengan menciptakan konflik sektarian ditubuh kaum muslimin agar mereka disibukan untuk saling berkelahi satu sama lain. Israel tak dapat bermain sendiri, perlu pion yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan Oded Yinon, adalah Amerika Serikat yang memainkan peran untuk memainkan sekutu dekat Amerika yang di ikat dalam anzuz treaty.

Adalah Saudi Arabia yang memiliki potensi besar sebagai garda terdepan dalam memuluskan Rencana Oded Yinon, Saudi memiliki idiologi wahabi dengan pengikut militan yang menamakan dirinya sebagai kelompok salafi. Dan gerakan salafi yang “tak sadar telah dimainkan oleh Israel” menjadi boneka-boneka oded yinon dengan dalih pemurnian akidah islam menghantam gerakan Islam baik dari kalangan Madzahb ahlu sunnah maupun madzhab syiah.

Puncak efektifnya operasi oded yinon adalah provokasi Amerika Serikat terhadap Sadam Husain agar melancarkan serangan kepada Republik Islam Iran di tahun 1980 an. Sadam Husain yang notabene adalah anggota Partai Baath yang komunis mendadak menjadi orang yang meneriakan ketertindasan ahlu sunnah (padahal dalam kenyataan ulama ahlu sunnah banyak yang membela Republik Islam Iran), lalu dunia menyaksikan koalisi mencengankan yang belum pernah terjadi dimuka bumi di sepanjang sejarah umat manusia. Sejarah menyaksikan Poros Rukun Komunis-Liberalis-Wahabi Salafi.
——————–
Dalam diskusi Desk Strategis Wirakartika

Dibawah adalah Mapp dari goal (tujuan) dari operasi Oded Yinon yang dikemudian hari disempurnakan terus menerus oleh para perancang strategis dalam Bentuk Netanyahu Plan dan operasi Bendera Palsu Israel.


Ancient City Found in India, Irradiated from Atomic Blast

$
0
0
Ancient City Found in India, Irradiated from Atomic Blast

Radiation still so intense, the area is highly dangerous. A heavy layer of radioactive ash in Rajasthan, India, covers a three-square mile area, ten miles west of Jodhpur. Scientists are investigating the site, where a housing development was being built.

For some time it has been established that there is a very high rate of birth defects and cancer in the area under construction. The levels of radiation there have registered so high on investigators’ gauges that the Indian government has now cordoned off the region. Scientists have unearthed an ancient city where evidence shows an atomic blast dating back thousands of years, from 8,000 to 12,000 years, destroyed most of the buildings and probably a half-million people. One researcher estimates that the nuclear bomb used was about the size of the ones dropped on Japan in 1945.

be_harappa_granary.jpg
The ruins of Harappa

The Mahabharata clearly describes a catastrophic blast that rocked the continent.

“A single projectile charged with all the power in the Universe…An incandescent column of smoke and flame as bright as 10,000 suns, rose in all its splendor…it was an unknown weapon, an iron thunderbolt, a gigantic messenger of death which reduced to ashes an entire race.

“The corpses were so burned as to be unrecognizable. Their hair and nails fell out, pottery broke without any apparent cause, and the birds turned white.

“After a few hours, all foodstuffs were infected. To escape from this fire, the soldiers threw themselves into the river.”

A Historian Comments

Historian Kisari Mohan Ganguli says that Indian sacred writings are full of such descriptions, which sound like an atomic blast as experienced in Hiroshima and Nagasaki. He says references mention fighting sky chariots and final weapons. An ancient battle is described in the Drona Parva, a section of the Mahabharata.

“The passage tells of combat where explosions of final weapons decimate entire armies, causing crowds of warriors with steeds and elephants and weapons to be carried away as if they were dry leaves of trees,” says Ganguli.

“Instead of mushroom clouds, the writer describes a perpendicular explosion with its billowing smoke clouds as consecutive openings of giant parasols. There are comments about the contamination of food and people’s hair falling out.”

Archeological Investigation provides information

Archeologist Francis Taylor says that etchings in some nearby temples he has managed to translate suggest that they prayed to be spared from the great light that was coming to lay ruin to the city.

“It’s so mid-boggling to imagine that some civilization had nuclear technology before we did. The radioactive ash adds credibility to the ancient Indian records that describe atomic warfare.”

Construction has halted while the five member team conducts the investigation. The foreman of the project is Lee Hundley, who pioneered the investigation after the high level of radiation was discovered.

There is evidence that the Rama empire (now India) was devastated by nuclear war. The Indus valley is now the Thar desert, and the site of the radioactive ash found west of Jodhpur is around there.

Consider these verses from the ancient (6500 BC at the latest) Mahabharata:

be_atomicexplosion.jpg
Atomic explosion

…a single projectile
Charged with all the power of the Universe.
An incandescent column of smoke and flame
As bright as the thousand suns
Rose in all its splendour…
a perpendicular explosion
with its billowing smoke clouds…
…the cloud of smoke
rising after its first explosion
formed into expanding round circles
like the opening of giant parasols…

..it was an unknown weapon,
An iron thunderbolt,
A gigantic messenger of death,
Which reduced to ashes
The entire race of the Vrishnis and the Andhakas.
…The corpses were so burned
As to be unrecognisable.
The hair and nails fell out;
Pottery broke without apparent cause,
And the birds turned white.

After a few hours
All foodstuffs were infected…
…to escape from this fire
The soldiers threw themselves in streams
To wash themselves and their equipment.

Until the bombing of Hiroshima and Nagasaki, modern mankind could not imagine any weapon as horrible and devastating as those described in the ancient Indian texts. Yet they very accurately described the effects of an atomic explosion. Radioactive poisoning will make hair and nails fall out. Immersing oneself in water gives some respite, though it is not a cure.

When excavations of Harappa and Mohenjo-Daro reached the street level, they discovered skeletons scattered about the cities, many holding hands and sprawling in the streets as if some instant, horrible doom had taken place. People were just lying, unburied, in the streets of the city. And these skeletons are thousands of years old, even by traditional archaeological standards. What could cause such a thing? Why did the bodies not decay or get eaten by wild animals? Furthermore, there is no apparent cause of a physically violent death.

These skeletons are among the most radioactive ever found, on par with those at Hiroshima and Nagasaki. At one site, Soviet scholars found a skeleton which had a radioactive level 50 times greater than normal. Other cities have been found in northern India that show indications of explosions of great magnitude. One such city, found between the Ganges and the mountains of Rajmahal, seems to have been subjected to intense heat. Huge masses of walls and foundations of the ancient city are fused together, literally vitrified! And since there is no indication of a volcanic eruption at Mohenjo-Daro or at the other cities, the intense heat to melt clay vessels can only be explained by an atomic blast or some other unknown weapon. The cities were wiped out entirely.

While the skeletons have been carbon-dated to 2500 BC, we must keep in mind that carbon-dating involves measuring the amount of radiation left. When atomic explosions are involved, that makes then seem much younger.

Interestingly, Manhattan Project chief scientist Dr J. Robert Oppenheimer was known to be familiar with ancient Sanskrit literature. In an interview conducted after he watched the first atomic test, he quoted from the Bhagavad Gita:

“‘Now I am become Death, the Destroyer of Worlds.’ I suppose we all felt that way.”

When asked in an interview at Rochester University seven years after the Alamogordo nuclear test whether that was the first atomic bomb ever to be detonated, his reply was,

Ancient cities whose brick and stonewalls have literally been vitrified, that is, fused together, can be found in India, Ireland, Scotland, France, Turkey and other places. There is no logical explanation for the vitrification of stone forts and cities, except from an atomic blast.

Giant Unexplained Crater Near Bombay

Another curious sign of an ancient nuclear war in India is a giant crater near Bombay. The nearly circular 2,154-metre-diameter Lonar crater, located 400 kilometres northeast of Bombay and aged at less than 50,000 years old, could be related to nuclear warfare of antiquity.

lonar-crater.jpg
Giant Unexplained Crater Near Bombay

No trace of any meteoric material, etc., has been found at the site or in the vicinity, and this is the world’s only known “impact” crater in basalt. Indications of great shock (from a pressure exceeding 600,000 atmospheres) and intense, abrupt heat (indicated by basalt glass spherules) can be ascertained from the site. David Hatcher Childress in Nexus Magazine:

“The crater is formed in the basalt rock of thickness 600-700m (2,000 to 2,200 feet). This rock is made of many layers or flows which were laid why volcanic activity at various times, five of such flows are exposed at the crater rim. Thickness of these flows ranges from 5 to 30m.

The crater is about 150m (500 feet)deep and has average diameter of 1830m (1.4 miles). The elevated rim consists of 25m of bedrock and 5m of ejecta over it. This ejecta blanket is spread over about 1350m (4,400 feet) away from the crater rim and slopes away by 2-6°. The uppermost region of ejecta contains the deposits that were melted due to the impact”.

lonar2.jpg
Lonar crater

“Lonar is a place of obscurities, especially as the only meteoric crater formed in basaltic terrain. It has remained relatively intact due to low degree of erosion by environmental agents, making it an excellent model for study. However, several strange things happen here:

1. The lake has two distinct regions that never mix — an outer neutral (pH7) and an inner alkaline (pH11) each with its own flora and fauna. You can actually do a litmus paper test here and check this for yourself.

2. There is a perennial stream feeding the lake with water but there seems to be no apparent outlet for the lake’s water. And it is also a big unsolved mystery where the water for the perennial stream comes from, in a relatively dry region like Buldhana. Even in the driest months of May and June, the stream is perpetually flowing. Lonar generates questions and more questions”. Lilyn Kamath

References

Bibliography
1. Best Evidence?, by Philip Coppens; Are the Indian remains of Mohenjo Daro and Harappa, their sudden abandonment and the apparent discovery of an ancient site with a layer of radioactive ash the best available evidence for the possibility that our ancient ancestors possessed a highly advanced technology – which might have included atomic warfare?
2. Nuclear events in Ancient India, Rajasthan: Evidence of Ancient Atomic Explosion
SOURCE : http://veda.wikidot.com/ancient-city-found-in-india-irradiated-from-atomic-blast

Pendahuluan Filsafat (BIDAYAH AL-HIKMAH)

$
0
0

Bidayah al-Hikmah

Pendahuluan

Bimillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Swt, yang hakikat pujian hanya terbatas pada-Nya. Salawat dan salam atas rasul-Nya Muhammad Saw sebaik-baik makhluk-Nya dan salawat serta salam juga atas keluarga nabi-Nya yang suci dari ahli bait dan itrahnya As.
Defenisi Hikmah Ilahiyyah
Hikmah Ilahiyyah adalah suatu ilmu yang membahas keadaan maujud sebagaimana ia maujud (ahwalul maujud bima huwa maujud).

Subjek Hikmah Ilahiyyah
Yang dibahas dalam disiplin ilmu ini yakni yang termasuk sebagai ’aradh dzatinya, yaitu maujud sebagaimana ia maujud (Eksistensi mutlak).
Penjelasan: Dalam ilmu logika Aristotelian, predikat dibagi atas dua bagian:
1. Predikat dzati (’aradh dzati)
2. Predikat non-dzati (’aradh gharib)

Yang dimaksud dengan predikat dzati adalah suatu predikat yang tidak dapat dipisahkan dari dzat subyek (mustahil dipisahkan dari dzat subyek). Sebab itu setiap kali kita hubungkan suatu predikat dengan dzat suatu subyek, dan kita lihat bahwa mempredikatkan predikat tersebut atas subyek itu adalah dharuri dan mustahil subyek itu diasumsikan tanpa memiliki predikat tersebut, maka predikat tersebut termasuk dzati subyek itu.
Sebaliknya suatu predikat yang dihubungkan dengan suatu subyek tidak menunjukkan hal seperti tersebut di atas, maka predikat ini termasuk predikat non-dzati atau predikat ini disebut sebagai ’aradh gharib. Contoh bagi yang pertama (’aradh dzati) seperti imkan, hewan dan natiq dihubungkan pada manusia, sedangkan contoh bagi yang kedua (’aradh gharib) seperti warna hitam dan ukuran tinggi direlasikan pada manusia.
Tujuan Hikmah Ilahiyah : Memakrifati maujud-maujud dalam bentuk universal (kulli) dan membedakan maujud-maujud hakiki dari non hakiki (i`tibari).

Uraian pembahasan:
Sesungguhnya manusia mendapati dirinya bahwa pada dirinya terdapat hakikat dan realitas, dan sesungguhnya di luar dirinya juga terdapat hakikat dan relitas. Manusia juga mendapati bahwa ia harus membenarkan (mengetahui) hakikat dan realitas tersebut. Oleh sebab itu manusia tidak mencari sesuatu (suatu benda) dan tidak menjadi tujuannya kecuali dari sisi bahwa sesuatu itu (benda itu) memiliki realitas, dan manusia tidak lari dari sesuatu dan tidak menghindari (menolak) sesuatu kecuali karena sesuatu itu memiliki hakikat.
Anak kecil (bayi) yang mencari susu ibu misalnya, sesungguhnya dia mencari sesuatu yang hakikatnya (realitasnya) adalah susu, bukan sesuatu yang hanya merupakan tawahhum (imajinasi) bahwa itu adalah susu. Dan manusia yang lari dari singa, sesungguhnya ia lari dari sesuatu yang hakikatnya adalah singa, bukan sesuatu yang hanya tawahhum dan khurafat (supertisi). Akan tetapi manusia terkadang salah dalam pandangannya, ia memandang sesuatu yang tidak benar (tidak hak) adalah benar (hak) serta memiliki relaitas di luar seperti keberuntungan (lucky) dan raksasa khayalan, atau sebaliknya manusia meyakini sesuatu yang hak dan memiliki realitas di luar sebagai sesuatu yang batil dan khurafat seperti jiwa non-materi dan akal non-materi. Oleh sebab itu setiap kali manusia ingin menghukumi validitas sesuatu dan realitas sesuatu, ia harus dan wajib terlebih dahulu meneliti keadaan maujud sebagaimana ia maujud dan mendapatkan keadaan realitas maujud, sehingga dengan perantaraan keadaan maujud (realitas maujud) ia dapat membedakan sesuatu yang maujud secara realitas dengan sesuatu yang tidak maujud secara realitas. Dan ilmu yang membahas masalah ini adalah hikmah ilahiyah.
Dengan demikian ilmu hikmah ilahiyah adalah ilmu yang membahas keadaan maujud qua (sebagaimana ia) maujud –al ahwalul maujud- dan ilmu ini juga dinamakan sebagai falsafah ula (filsafat pertama) dan ilmu a`ala (ilmu transendental). Subjek ilmu ini adalah maujud qua (sebagaimana ia) maujud –al maujud bima huwa maujud-. Tujuan hikmah ilahiyah adalah untuk membedakan maujud-maujud hakiki dari yang non hakiki, dan ma`rifat (kognisi) sebab-sebab `aliyah (tinggi) bagi Eksintensi (“Ada”) khususnya makrifat (kognisi) sebab pertama yang kepadanya berakhir silsilah seluruh maujud, dan makrifat pada nama-nama-Nya yang baik (al-asmaul husnaa) dan sifat-sifat-Nya yang agung, dan Dia adalah Allah yang mulia nama-Nya.

Pasal 1. Mafhum Eksitensi (Wujud) adalah Badihi ( Daruri dan Jelas dengan sendirinya)
Mafhum (comprehension) Eksistensi (existence/Ada) adalah badihi (daruri dan jelas dengan sendirinya) dikonsepsi lewat zatnya sendiri tanpa membutuhkan perantara sesuatu yang lain.
* Bahkan akan menjadi jelas nantinya bahwa mustahil akal dapat mengkonsepsi Eksistensi lewat perantara yang lain, (dan mustahil Eksistensi dapat didefenisikan), sebab kita tidak mempunyai sesuatu di luar dari Eksistensi, serta selain Eksistensi semuanya adalah batil dan kosong.
Oleh sebab itu tidak ada pendefenisi bagi Eksistensi seperti hadd (definition) atau rasm (description), sebab keharusan pendefinisi lebih jelas dari yang didefinisikan.
* Tidak ada pendefinisi bagi Eksistensi seperti hadd maupun rasm (defenisi maupum deskripsi).

Dalam ilmu logika hadd (defenition) dibagi atas hadd taam dan hadd naaqis, dan rasm (description) dibagi juga atas rasm taam dan rasm naaqis. Hadd taam (defenisi sempurna) tersusun dari jisn qarib (genus dekat) dengan fasl qarib (pembeda dekat), sedangkan hadd naaqis (defenisi kurang sempurna) hanya dengan fasl hakiki sendiri atau fasl hakiki disertai denga jins ba`id (genus jauh). Sebab Eksistensi (Wujud) tidak seperti mumkin, yang kelazimannya adalah mempunyai batasan (mahiyyah = batasan Eksistensi) dan dengan perantara batasan kita dapat mendefinisikan sesuatu dan sampai pada hakikatnya.
Adapun rasm taam (deskripsi sempurna) tersusun dari genus dekat dengan `aradh khaash (proper), sedangkan rasm naaqis (defskripsi kurang sempurna) cukup hanya `aradh khaash atau `aradh khaash disertai dengan genus jauh. Eksistensi juga tidak mempunyai deskripsi, sehingga dengan perantara deskripsi (dengan pendekatan aksiden khusus) Eksistensi dapat dibedakan dengan sesuatu yang lain.
Adapun yang disebutkan sebagai definisi Eksistensi bahwa Eksistensi atau -maujud qua (sebagaimana ia ) maujud- adalah tsabitul a`in (tetap realitas dirinya), atau sesuatu yang memungkinkan diberitakan darinya, ini semua hanyalah merupakan syarhul ism (penjelasan nama atau kata) bukan defenisi hakiki.
Dan akan menyusul penjelasan nantinya bahwa Eksistensi tidak mempunyai jins (genus) dan fasl (difference) serta `aradh khaashah (properium) yang semuanya itu merupakan salah satu dari kulliyatul khams (ler cing voix: bahasa prancis) – (lima pahaman universal yang terdiri dari; genus, difference, species, accident, dan general accident), sedangkan pendefenisi (baik itu defenisi maupun deskripsi) harus tersusun dari kulliyatul khams, maka kesimpulannya tidak ada pendefenisi bagi Eksistensi.

Pasal 2. Mafhum Eksistensi adalah Musytarak (Common) Maknawi
Eksistensi dipredikatkan pada subjek-subjeknya (seperti Tuhan, manusia, pohon, dan batu) dengan makna yang satu (sama) secara musytarak maknawi (yakni makna Eksistensi yang diperedikatkan pada Tuhan, manusia dan benda-benda lainnya adalah sama dan tidak lebih dari satu makna)
* Musytarak maknawi kebalikan dari pada musytarak lafzi (homonymy), dimana musytarak lafzi ini adalah lafaz (kata) hanya satu tetapi mempunyai pengertian yang bermacam-macam, seperti kata “bisa” dengan makna bisa ular dan juga makna sanggup atau mampu (bergantung kata “bisa” ini diperedikatkan pada subyek yang mana).
Adapun dalil-dalilnya :
1. Kita membagi Eksistensi dengan pembagian yang bermacam-macam; seperti pembagian Eksistensi atas Eksistensi wajib dan Eksistensi mumkin, dan pembagian Eksistensi mumkin atas Eksistensi jauhar (substance) dan Eksistensi `aradh (accident), kemudian Eksistensi jauhar dengan pembagiannya serta Eksistensi `aradh dengan pembagiannya, dan telah kita ketahui bahwa kebenaran pembagian bergantung atas kesatuan (unity) pembagi dan keberadaannya pada bahagian-bahagian.
2. Kita kadang menetapkan keberadaan sesuatu, tapi kita ragu pada kekhususan zatnya, sebagaimana kiranya kita menetapkan pencipta bagi alam, tapi kita ragu padanya apakah ia Eksistensi wajib (Wajibul Wujud) atau Eksistensi mungkin (Mumkinul Wujud) dan apakah ia memiliki mahiyyah (quiditas) atau tidak mempunyai mahiyyah, dan sebagaimana juga kita menetapkan nafs ( jiwa ) bagi manusia tapi kita ragu apakah jiwa manusia itu non-materi atau materi, substansi ataukah aksiden, dalam kondisi di mana pengetahuan kita terhadap jiwa tetap ada sebagimana ia ada. Oleh sebab itu sekiranya Eksistensi tidak mempunyai makna yang satu, tetapi ia Eksistensi musytarak lafzi (homonimy), yakni berbilang maknanya (bermacam-macam maknanya) dengan berbilangnya subyek- subyeknya, maka niscaya berubah maknanya (makna Eksistensi) sejalan dengan berubahnya subyek-subyeknya sesuai keyakinan secara dharuri. Tetapi Eksistensi ( Ada ) meskipun dipredikatkan pada subyek yang berbeda-beda seperti Tuhan ada, manusia ada, hewan ada, tetap ia (Eksistensi) mempunyai makna yang satu.
3. Kontra adam (non-existence) adalah Eksistensi (existence) dan adam hanya mempunyai satu makna, sebab tidak ada perbedaan dalam adam (jelas dalam adam tidak ada perbedaan, sebab tidak ada satupun hakikat dan realitas sesuatu dalam adam (ketiadaan), maka tidak ada perbedaan diantara adam-adam, sebab itu Eksistensi yang menjadi kotra adam harus mempunyai satu makna, sebab jika tidak maka terjadi irtifa’a naqidain ( terangkatnya dua hal yang saling kontradiksi pada suatu benda, seperti adanya manusia di bumi dan tidak adanya ia di bumi, kedua kondisi yang saling kontradiksi ini mustahil diangkat (dinegasikan) dari manusia, sebab manusia niscaya ada di bumi ataukah ia tidak ada di bumi), dan irtifa’a naqidain adalah suatu hal yang mustahil.
Dan orang-orang yang berpandangan bahwa “Eksistensi” musytarak lafzi diantara benda-benda, atau antara Eksistensi wajib (Absolute Existence) dan Eksistensi mumkin (Contingent Existence), pada dasarnya mereka bermazhab (berpandangan) demikian disebabkan menghindari kelaziman “sinkhiyyat” (sharing the same root cognition )=(kesesuaian) antara sebab dan akibat secara mutlak, atau sinkhiyyat antara Eksistensi wajib dan Eksistensi mumkin. Dan pandangan ini harus ditolak, sebab melazimkan peliburan akal dari ma’rifat (akal tidak digunakan untuk memperoleh pengetahuan).
Oleh sebab itu pada dasarnya ketika pengertian dari “al-wajib ( Tuhan) maujud (ada)” adalah makna yang dipahami dari “al-mumkin (makhluk) maujud” ( yakni makna Eksistensi atau maujud pada keduanya adalah sama), maka ini adalah kelaziman dari musytarak maknawi ( dan ini merupakan tujuan kita. Sedangkan jika pengertian dari “al-wajib (Tuhan) maujud”, suatu makna yang menjadi lawan dari pengertian “al-mumkin maujud” -dan ini adalah misdaqnya kontra Eksistensi yakni adam-, maka ini jelas adalah bentuk penafian Eksistensi wajib ( maha suci dan maha tinggi Tuhan dari itu), dan jika tidak ada yang dipahami dari kalimat “al-wajib maujud”, maka ini suatu bentuk peliburan akal dari makrifat, dan ini menyalahi apa yang kita temukan pada diri kita sendiri.

Pasal 3. Eksistensi ‘Aaridh pada mahiyyah (existence accident occuring to quiddity)
(Eksistensi menjadi predikat bagi mahiyyah)
Dengan pengertian bahwa makna yang dipahami dari Eksistensi, bukan ( tidak sama ) makna yang dipahami dari mahiyyah ( yakni kita dapat mengkonsepsi di dalam dzihni kata Eksistensi dan mahiyyah secara terpisah, meskipun di alam luar keduanya tidak terpisahkan ). Maka akal dapat mengabstraksikan mahiyyah – dan ia (mahiyyah) apa yang dikatakan dalam menjawab pertanyaan: apa ini ? (keapaan sesuatu ) – dari Eksistensi. Akal memperhitungkan mahiyyah secara sendiri (terpisah) dari Eksistensi, dan mengkonsepsinya, kemudian mensifatkannya dengan Eksistensi -dan ini adalah makna dari ‘urudh -. Maka Eksistensi bukanlah mahiyyah itu sendiri, dan Eksistensi bukan pula bagian dari mahiyyah.
Adapun dalil-dalilnya:
1. Menegasikan Eksistensi dari mahiyyah adalah benar (sahih), sekiranya Eksistensi adalah mahiyyah itu sendiri atau bahagian dari mahiyyah, maka penegasian Eksistensi dari mahiyyah tidak dapat dilakukan ( tidak sahih), sebab mustahil dinegasikan sesuatu dari dirinya dan atau bagian dari dirinya.
2. Mempredikatkan Eksistensi atas mahiyyah butuh kepada dalil, maka itu Eksistensi bukan mahiyyah itu sendiri dan bukan bahagian darinya, sebab dzatnya sesuatu dan dzatiyyahnya sesuatu jelas tsubut (tetap) baginya, yakni tidak butuh kepada dalil.
• Dzat (essence) pada insan adalah jelas tsubutnya (tetapnya) bagi insan, dan dzati
(jamaknya dzatiyyaat) (essential) seperti hewan dan natiq pada insan adalah
juga jelas tsubutnya bagi insan.
3. Mahiyyah dinisbahkan terhadap Eksistensi dan adam adalah sama, sekiranya Eksistensi adalah mahiyyah itu sendiri atau bahagian darinya maka musathil mahiyyah dinisbahkan pada adam yang merupakan kotradiksi dari Eksistensi. (mahiyyah ditinjau dari sisi sebagaimana ia bukanlah sesuatu yang mustahil ada atau tidak ada, sebab itu mahiyyah dinisbahkan pada Eksistensi dan adam memiliki kondisi yang sama).



Lanjutan BIDAYAH AL-HIKMAH (pasal 4-7)

$
0
0

Pasal 4 : Asalah Wujud dan I’tibariyyah Mahiyyah

               (The Principality of Existence and 

               Quididities Being Mentally – Posited)

               (Prinsipilitas Eksistensi dan Persepsi Mental Mahiyah)

 

Kita dalam konteks ini tidak ragu bahwa terdapat perkara-perkara riil dan mempunyai efek-efek riil, serta bukan hanya imajinasi kosong. Kemudian kita abstraksikan dari setiap hal yang disaksikan – dalam kenyataan ia satu di luar – dalam bentuk dua mafhum (comprehension), yakni wujud dan mahiyah, di mana keduanya berbeda satu sama lain secara pengertian, meskipun secara misdak (extension) adalah satu. Seperti manusia yang ada di alam luar, kita abstraksikan dalam bentuk dua mafhum, yaitu mafhum manusia dan maujud.

 

Dalam konteks ini filosof berbeda tentang ke-asalah-an (keprinsipilan/principality) dari kedua mafhum tersebut. Para filosof peripatetik berpendapat bahwa wujud yang asalah, sedangkan para filosof iluminasi – sebagaimana yang dinukil – mereka berpandangan mahiyah yang asalah. Tetapi yang pasti tidak seorangpun dari filosof yang berpendapat bahwa keduanya asalah, sebab jika keduanya asalah maka melazimkan sesuatu yang  satu adalah dua, dan ini menyalahi (hukum akal) secara daruri. Dan yang benar menurut keyakinan kami pandangan filosof peripatetik, yakni asalah adalah wujud.

  • Makna Asalah Wujud dan I’tibariyyah Mahiyah: Makna dari asalah wujud  yakni wujudlah yang membentuk teks nyata di luar dan secara hakikat mempunyai keberadaan di luar, serta merupakan sumber efek di alam luar akal. Dan makna dari i’tibariyyah mahiyah adalah mahiyah hanyalah batasan dari wujud dan  suatu model dzihni, di mana hal yang rill di luar tergambar di dalam dzihni. Oleh sebab itu keberadaan mahiyah hanyalah keberadaan majazi, dan dengan mengikut pada wujud ia mendapat realitas.

 

Dalil pertama: Mahiyah sebagaimana ia, bukan ia kecuali ia (yakni mahiyah ditinjau dari dzatnya bukan sesuatu yang lain kecuali ia –dirinya- sendiri), dan nisbahnya terhadap wujud dan adam adalah sama. Maka sekiranya mahiyah keluar dari kondisi terebut dan mendapatkan posisi wujud – dimana dalam hal ini muncul efek-efek dari mahiyah – tidak dengan perantaraan wujud, maka terjadi “inqilab” (revolusi = yakni    sesuatu menjadi sesuatu lain tanpa ada perubahan penambahan atau pengurangan yang terjadi) pada dzat mahiyah, sedangkan  revolusi dalam dzat adalah suatu hal mustahil secara daruri. Oleh sebab itu wujudlah yang mengeluarkan mahiyah dari posisi relasi sama terhadap wujud dan adam, karena itu wujudlah yang asalah. Dan adapun pandangan bahwa mahiyah (esensi-quiditas) dengan mendapatkan relasi dan hubungan pada “khaliq”, ia keluar dari batas kesamaan dan mencapai tataran asalah, serta berdampak efek-efek darinya, pandangan tersebut tidakdapat diterima. Sebab jika keadaan mahiyah sesudah berelasi dengan “khaliq” mendapatkan perubahan (dan mahiyah mendapatkan suatu hal yang sebelumnya ia tak miliki), dalam bentuk ini penyebab perbedaan kondisi mahiyah pada dasarnya adalah wujud asil (asalah), meskipun dinamakan dengan berelasi pada “khaliq”. Dan jika tidak tedapat perbedaan (keadaan mahiyah)  dan dengan sendirinya mahiyah disipatkan (dipredikatkan) dengan wujud dan sumber efek, maka ini adalah revolusi dalam dzat yang sebagaimana telah disebutkan kemustahilannya adalah daruri.

 

Dalil kedua : Mahiyah adalah sumber kejamakan dan perbedaan, jadi jika mahiyah yang asalah dan wujud yang i’tibari, maka selamanya tidak akan terjadi “wahdat hakiki” (kesatuan hakiki) dan tidak akan pernah terjadi penyatuan antara dua mahiyah, dan hasilnya tidak terjadi “haml” (predication, attribution) sebagai penyatu dalam wujud (penyatu antara wujud subyek dan wujud predikat), padahal terjadinya “haml”adalah suatu perkara daruri dan tak mungkin diingkari. Oleh sebab itu wujudlah yang asalah dan maujud secara dzat, sedangkan mahiyah maujud (disipatkan dengan wujud) dengan perantara wujud.

Dalil ketiga : Mahiyah mendapatkan wujud luar maka muncullah darinya efek-efek, dan  mahiyah itu juga  mendapatkan wujud dzihni –dimana dalam bentuk ini- tidak berdampak darinya efek-efek. Maka sekiranya bukan wujud yang asalah, dan mahiyah yang asalah, dan   mahiyah terjaga dalam dua wujud, yakni ia (mahiyah) tidak berbeda antara ia ada di luar dan ada di dzihni, sebab “taali”(consequent) dari “qadiyyah syartiyyah” (hypothetical proposition) adalah batil, maka “muqaddam”nya (antecedent) juga batil.

Dalil keempat : Jika dzat mahiyah kita tinjau, maka nisbahnya terhadap “taqaddum”(anteriority) dan “taakhhur”(posteriority), intensitas kuat dan lemah, potensi dan aktual adalah sama; akan tetapi perkara-perkara maujud di luar dalam sipat-sipat ini  adalah berbeda, yakni sebagian dari mereka “mutaqaddim”  atau mempunyai instensitas kuat seperti “illat” (sebab) dan sebagiannya lagi kebalikan dari itu seperti “ma’lul” (akibat), dan sebagian lagi dari mereka adalah potensi dan sebagiannya lagi adalah aktual. Maka sekiranya bukan wujud yang asalah, maka perbedaan sipat-sipat ini mustanad (disandarkan) pada mahiyah, padahal ia mahiyah nisbahnya pada semua sipat tersebut adalah sama, dan ini menyalahi logika akal.

Disamping dalil-dalil tersebut di atas juga terdapat dalil-dalil lain yang  disebutkan secara panjang lebar di kitab lain.

 

Dalil dan argumen pengikut asalah mahiyah

Disebutkan: Jika wujud yang asalah, maka sesuai dengan keniscayaan ke-asalahan-nya, ia harus maujud di luar, maka maujud tersebut baginya wujud (memiliki wujud), dan wujud kedua ini juga sebab ia asalah maka ia maujud dan baginya lagi wujud (wujud ketiga), dan hal ini berlanjut serta tasalsul, sedangkan tasalsul adalah suatu perkara mustahil.

Dalam menjawab argumen tesebut di atas dikatakan: Wujud, adalah maujud, tetapi dengan dzatnya sendiri, tidak dengan perantara wujud lain, sebab itu tidak terjadi tasalsul.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka jelaslah juga lemahnya pandangan lain dalam masalah ini, yang dinisbahkan pada muhakkik Dawwani, yakni asalah wujud pada wajib (Tuhan) dan asalah mahiyah pada mumkin (makhluk). Berdasarkan pandangan tersebut, pemutlakan maujud pada wajib mempunyai makna bahwa Ia (wajib) adalah wujud itu sendiri, tetapi pemutlakan maujud pada mahiyah mempunyai makna bahwa terelasikannya mereka (mahiyah-mahiyah) pada wujud, seperti “laabin” yang mempunyai makna terelasikan pada “laban”(susu) dan “taamir” yng memiliki makna terelasikan pada “tamr” (kurma).

Tetapi dengan berdasarkan asalah wujud yang merupakan pandangan pilihan kami, maka wujud adalah maujud secara dzat dan mahiyah adalah maujud secara “aradh” (aksiden).

 

Dalil dan argumen pengikut asalah mahiyah

Disebutkan: Jika wujud yang asalah, maka sesuai dengan keniscayaan ke-asalahan-nya, ia harus maujud di luar, maka maujud tersebut baginya wujud (memiliki wujud), dan wujud kedua ini juga sebab ia asalah maka ia maujud dan baginya lagi wujud (wujud ketiga), dan hal ini berlanjut serta tasalsul, sedangkan tasalsul adalah suatu perkara mustahil.

Dalam menjawab argumen tesebut di atas dikatakan: Wujud, adalah maujud, tetapi dengan dzatnya sendiri, tidak dengan perantara wujud lain, sebab itu tidak terjadi tasalsul.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka jelaslah juga lemahnya pandangan lain dalam masalah ini, yang dinisbahkan pada muhakkik Dawwani, yakni asalah wujud pada wajib (Tuhan) dan asalah mahiyah pada mumkin (makhluk). Berdasarkan pandangan tersebut, pemutlakan maujud pada wajib mempunyai makna bahwa Ia (wajib) adalah wujud itu sendiri, tetapi pemutlakan maujud pada mahiyah mempunyai makna bahwa terelasikannya mereka (mahiyah-mahiyah) pada wujud, seperti “laabin” yang mempunyai makna terelasikan pada “laban”(susu) dan “taamir” yang memiliki makna terelasikan pada “tamr” (kurma).

Tetapi dengan berdasarkan asalah wujud yang merupakan pandangan pilihan kami, maka wujud adalah maujud secara dzat dan mahiyah adalah maujud secara “aradh” (aksiden).

 

Pasal 5 : Hakikat Wujud adalah Satu dan Bergradasi

 

Diantara pengikut asalah wujud terdapat perbedaan pandangan; sebagian diantara mereka berpandangan bahwa hakikat wujud adalah satu dan bergradasi –pandangan ini dinisbahkan pada Fahlawiyyun, filosof bangsa Persia-. Maka wujud menurut mereka; sebagaimana ia (wujud) “zahir” (manifest) dengan dzatnya, ia juga “muzhir” (penerang) pada lainnya dari mahiyah. Dan ini seperti halnya cahaya hissi, dimana ia (cahaya hissi) zahir dengan dzatnya dan muzhir pada lainnya dari jisim-jisim “katsifah”  bagi indra penglihatan. Oleh sebab itu sebagaimana cahaya hissi jenisnya hanya satu, yakni hakikatnya adalah zahir dengan dzatnya dan muzhir pada lainnya –dan makna ini terjadi pada semua tingkatan-tingkatan pancaran cahaya dan bayangan, yang terdiri atas banyak tingkatan serta mempunyai tingkatan yang berbeda-beda, maka cahaya kuat, kuat dalam kecahayaannya dimana cahaya lemah berserikat dengannya dalam kecahayaan, dan cahaya lemah, lemah dalam kecahayaannya dimana cahaya kuat berserikat juga dalam kecahayaan, sebab itu kuatnya cahaya dalam cahaya kuat bukan pembentuk (pendiri) pada kecahayaan sehingga cahaya lemah keluar dari cahaya (hakikat cahaya), dan bukan juga (kuatnya cahaya dalam cahaya kuat) semacam aradh (aksiden) berada di luar dari hakikat cahaya, dan juga lemahnya cahaya pada cahaya lemah bukan suatu penghalang kebenaran kecahayaan (pada cahaya lemah), serta tidak juga cahaya lemah tersusun dari cahaya dan gelap, sebab gelap adalah suatu perkara “adamiy” (ketiadaan), oleh sebab itu kuatnya cahaya berada pada asli kecahayaan dan demikian juga lemahnya cahaya berada pada asli kecahayaan-.

Maka cahaya mempunyai medan yang luas ditinjau dari tingkatan yang berbeda-beda secara intensitas kuat dan intensitas lemah, serta masing-masing tingkatan juga mempunyai medan yang luas ditinjau dari daya terima yang berbeda-beda dari jisim-jisim “katsiifah”. Demikian juga wujud, hakikatnya satu dan memiliki tingkatan yang bermacam-macam dan berbeda-beda secara intensitas kuat dan intensitas lemah, “taqaddum” (anteriority) dan “ta akhhur” (posteriority), dan selain dari itu, maka apa yang dengannya berbeda kembali pada apa yang dengannya berserikat, dan apa yang dengannya beragam kembali pada apa yang dengannya bersatu; sebab itu kekhususan sesuatu dari tingkatan-tingkatan bukanlah bagian   penegak (pendiri)  wujud -karena kesederhanaan wujud– sebagaimana akan dibahas berikutnya- dan bukan pula perkara diluar dari wujud, sebab asalah wujud membatilkan apa selainnya diluar dirinya; bahkan kekhususan pada setiap tingkatan adalah pendiri  tingkatan itu sendiri –yakni kekhususan setiap tingkatan dari tingkatan-tingkatan wujud, tidak keluar dari tingkatan itu sendiri-

Multiplisitas Vertikal dan Multiplisitas Horizontal Wujud     

(Dengan tinjauan pembahasan topik di atas) Hakikat wujud memiliki multiplisitas vertikal, dan multiplisitas ini berdasarkan tinjauan tingkatan yang berbeda-beda,  diambil dari intensitas paling lemah tingkatan, yang padanya tidak ada keaktualan kecuali ketidak aktualan, dan (ia) adalah materi pertama yang realitasnya berada pada horizon adam, kemudian tingkatan-tingkatan beranjak naik sampai berakhir pada tingkatan wajib karena dzatnya, dan (ia) tidak mempunyai batas kecuali ketidak terbatasan.

Dan hakikat wujud juga memiliki multiplisitas horizontal ditinjau dari kekhususannya dengan quiditas yang bermacam-macam, dimana quiditas merupakan sumber dari multiplisitas.

 

Keyakinan Filosof Peripatetik tentang Hakikat Wujud   

Segolongan dari filosof peripatetik berkeyakinan bahwa hakikat-hakikat wujud satu sama lain  bertentangan dengan seluruh dzat-dzatnya; Adapun bahwa wujud-wujud, hakikat-hakikat mereka saling berlawanan disebabkan   perbedaan efek-efek yang terdapat pada mereka (wujud-wujud); Dan adapun bahwa hakikat-hakikat ini berlawanan dengan seluruh dzat diantara wujud-wujud, dikarenakan kesederhanaan  mereka (yakni mereka tidak mempunyai bagian, baik itu di dalam akal mupun di luar akal, baik itu genus maupun different, sebab genus dan different berhubungan dengan quiditas, bukan dengan wujud). Oleh sebab itu mafhum wujud   yang dipredikatkan pada hakikat-hakikat wujud adalah suatu perkara aksidensi  di luar dari hakikat-hakikat wujud, dan  merupakan keniscayaan dari hakikat-hakikat tersebut.

Namun yang benar dalam masalah ini adalah hakikat wujud satu dan bergradasi. Adapun bahwa hakikat wujud adalah satu, dikarenakan jika hakikat wujud tidak satu, maka niscaya hakikatnya adalah berbeda-beda dan berlawanan dengan seluruh dzat-dzat; dan keniscayaan dari ini, yakni mafhum wujud –  yang memiliki mafhum hanya satu (sebagaimana pembahasan terdahulu)- diperoleh dari ekstensi-ekstensi yang berlawanan sebagaimana ia berlawanan; dan ini adalah mustahil, sebab pada dasarnya mafhum dan misdak itu adalah satu secara dzat, dan adapun yang membedakan keduanya adalah keberadaan wujudnya “dzihniyyan” (di dalam akal) atau di luar akal. Oleh sebab itu sekiranya diperoleh satu sebagaimana ia satu dari banyak sebagaimana ia banyak, maka satu sebagaimana ia satu adalah banyak sebagaimana ia banyak; dan ini  adalah mustahil.

Dan juga sekiranya diperoleh mafhum satu sebagaimana ia satu dari misdak banyak sebagaimana ia banyak, maka;

  1. Atau  kebenaran mafhum satu diperhitungkan pada kekhususan misdak ini, dimana dalam bentuk ini  jelas bahwa mafhum tersebut tidak akan benar pada kekhususan misdak-misdak  lain.
  2. Jika kebenarn mafhum atas satu misdak, dan keberadaan kekhususan misdak-misdak lain diperhitungkan,   jelas bahwa mafhum ini dengan kekhususan misdak-misdak  lain  tidak  benar atas misdak ini.
  3. Sekarang jika kita asumsikan dalam kebenaran mafhum wujud atas satu misdak yang mana diperhitungkan masing-masing dua kekhususan (yakni kekhususan misdak ini dan kekhususan misdak lain) secara bersama, dalam model ini adalah tabi’i bahwa mafhum  satu tidak akan benar atas satupun dari dua misdak tersebut.
  4. Dan sekarang apabila tidak ada yang diperhitungkan yang mana dari dua kekhususan ini (yakni kekhususan misdak ini dan kekhususan misdak lain) dalam kebenaran mafhum atas misdak ini, akan tetapi mafhum  satu diperoleh dari kadar yang sama antara dua kekhususan (dalam dua misdak), dalam model ini adalah badihi bahwa mafhum  satu tidak diambil dari banyak sebagaimana ia banyak, tetapi diperoleh dari sebagaimana ia satu, seperti “kulli” (universal)  diperoleh dari sisi kesamaan antara anggota-anggota dan bagi seluruh anggota adalah benar, dan kondisi ini juga menyalahi asumsi.

(Sampai konteks ini penetapan bahwasanya hakikat wujud mempunyai satu hakikat) Adapun penetapan sisi bahwa hakikat wujud mempunyai tingkatan berbeda-beda, yakni memiliki gradasi, sebagaimana yang disaksikan (dalam alam ciptaan) pada hakikat wujud terdapat kesempurnaan-kesempurnaan yang berbeda-beda secara hakiki, yamg mana nisbah (relasi) diantara mereka terdapat sipat-sipat yang saling mengungguli (seperti “taqaddum” (anteriority) dan “ta’akhhur” (posteriority), “nuqshaan” (kekurangan) dan “ziyaadi” (kelebihan), intensitas kuat dan intensitas lemah, potensi dan aktual…), dan kita mengetahui bahwa sipat-sipat saling mengungguli ini tidak keluar dari  hakikat wujud yang satu, sebab jika keluar dari hakikat wujud pasti semuanya adalah batil dan absurd, karena asalah dan realitas hanya terbatas pada wujud, dan di luar dari wujud tidak ada lagi yang asalah. Oleh sebab itu hakikat wujud  hakikat satu yang ditinjau secara dzatnya (dalam dzatnya) adalah multiplisitas, dalam bentuk apa yang dengannya berbeda dalam hakikat maujud-maujud dan misdak-misdak (yakni kekhususan dan batasan setiap maujud) kembali pada apa yang dengannya berserikat (yakni asli wujud), serta sebaliknya, dan kami menyebut ini adalah hakikat dan realitas bergradasi.

 

Pasal 6 : Apa yang Dengannya Wujud mendapatkan partikularisasi

Partikularisasi wujud (yakni  spesifikasi-spesifikasi yang menyertai hakikat wujud , dan hakikat wujud mendapatkan kekhususan dengan perantaraannya menjadi “maujud Khaash” (maujud partikular) serta dengan itu wujud mendapatkan efek-efek khusus) dihasilkan lewat tiga bentuk:

  1. Partikularisasi hakikat satu wujud  asalah adalah lewat dzatnya sendiri dan berdiri dengan dzatnya;
  2. Partikularisasi hakikat wujud lewat kekhususan-kekhususan tingkatannya tidak keluar dari tingkatan-tingkatan maujud itu sendiri;
  3. Partikularisasi wujud  lewat nisbahnya pada quiditas-quiditas yang berbeda-beda  dzat dan “urudh” (occurrence) wujud pada mahiyah (yakni wujud  menjadi predikat bagi mahiyah yang berbeda-beda di dalam akal, seperti; manusia ada, pohon ada, hewan ada dsb.)  , maka wujud menjadi berbeda-beda lewat perbedaan mahiyah-mahiyah secara aksiden.

Dan “urudh”nya wujud pada mahiyah (dalam akal) serta “tsubut”nya (tetap) wujud terhadap mahiyah, tidak seperti urudh katagori ( yang termasuk katagori adalah aksiden-aksiden seperti; kuantitas, kualitas,posisi dsb…), dimana pada urudh katagori (seperti urudhnya kuantity pada jisim dalam katagori kuantitas, dan seperti urudhnya ilmu pada jiwa manusia, yang mana dalam hal ini masuk dalam katagori kuality)  tetapnya “aaridh” (an occuring = accident = aksiden yang terjadi atas sesuatu) bergantung atas tetapnya “ma’rudh”(sesuatu yang atasnya terjadi aksiden) sebelumnya (sebelum aaridh). (Akan tetapi urudhnya wujud pada mahiyah dalam akal tidak seperti ini) Sebab hakikat tetapnya wujud bagi mahiyah adalah tetapnya mahiyah dengan wujud itu sendiri, karena ini adalah keniscayaan dari keasalahan (keprinsipilan) wujud dan kei’tibaran (kepersefsian mental) mahiyah. Dan adapun hal tersebut dapat terjadi (urudhnya wujud atas mahiyah) disebabkan “uns”nya(senang) akal pada mahiyah sehingga akal mengasumsikan mahiyah sebagai subyek, dan akal mempredikatkan wujud pada mahiyah, dimana pada hakikatnya ini adalah kebalikan “haml” (predication).

Oleh sebab itu dari sisi ini, “isykal” (sanggahan) yang terkenal atas predikatnya wujud atas mahiyah menjadi tertolak. Adapun isykal tersebut adalah “kaidah far’iyyah” (the principle of presupposition) yakni tetapnya sesuatu (seperti warna putih) untuk sesuatu (seperti jisim), cabang tetapnya yang ditetapkan baginya   (yakni mahiyah yang berlaku subyek, yang dalam hal ini adalah jisim), mengharuskan ketetapan bagi yang ditetapkan baginya  sebelum tetapnya sesuatu lain (sesuatu yang menjadi penetap) atasnya. Maka berdasar kaidah far’iyyah tersebut; tetapnya wujud untuk mahiyah bergantung atas tetapnya mahiyah sebelumnya; sebab itu jika tetapnya mahiyah adalah tetapnya wujud untuk mahiyah itu sendiri, ini meniscayakan dahulunya sesuatu atas dirinya ( yakni wujud sebelum ia maujud, ia adalah wujud dan ini adalah dahulunya sesuatu atas dirinya, dan ini adalah mustahil untuk akal);  dan jika tetapnya mahiyah adalah bukan tetapnya wujud atas mahiyah, ini meniscayakan tetapnya wujud atas mahiyah bergantung pada tetapnya suatu yang lain untuk mahiyah, dan tetapnya ini juga bergantung atas tetapnya suatu yang lain, dan hal ini berlanjut seterusnya sehingga terjadi tasalsul ( dan tasalsul juga adalah batil, maka tetapnya wujud atas mahiyah tidak bergantung atas tetapnya suatu yang lain atas mahiyah, dan natijahnya tetapnya mahiyah tidak bisa juga selain tetapnya wujud atas mahiyah ).

 

Menolak isykal terkenal  dan munculnya pandangan yang berbeda-beda

Penolakan  isykal; dalam menolak isykal tersebut di atas (kaidah far’iyyah), terpaksa sebagian  filosof mempunyai keyakinan dan pandangan yang berbed-beda dalam hal ini; seperti sebagian dari filosof terpaksa berpandangan bahwa kaidah far’iyyah dalam masalah tetapnya wujud dan predikasinya wujud atas mahiyah mengalami pengkhususan, yakni kaidah far’iyyah dalam masalah tetapnya wujud atas mahiyah tidak mesti diberlakukan (yakni sebelum tetapnya wujud atas mahiyah tidak mesti mahiyah sebelumnya tetap sehingga isykal tersebut mengarah padanya).

Bentuk lain penolakan  isykal tersebut; sebagian  lain dari filosof  berkeyakinan bahwa terpaksa kaidah far’iyyah diganti dengan “istilzaam” (requiring) dan mereka mengatakan, yang benar adalah bahwa tetapnya sesuatu atas sesuatu yang lain memestikan tetapnya yang ditetapkan baginya  (yakni subyek dan mahiyah) sebelum dari itu, meskipun tetapnya yang ditetapkan baginya mengambil model dengan perantara perkara tetap itu sendiri. Dan natijahnya, tetapnya wujud untuk mahiyah, adalah kemestian tetapnya mahiyah dengan wujud itu sendiri dan dengan bentuk ini maka isykal lain kebergantungan dan keterdahuluan (dan selain itu) tidak seharusnya.

Sebagian lain dari filosof; mereka untuk menolak isykal tersebut terpaksa berkeyakinan dengan keyakinan seperti ini bahwa secara asas untuk wujud, tidak ada ketetapan, tidak dalam akal dan tidak di luar dan untuk maujud hanya makna “basiith” (simpel dan sederhana) yang didalam bahasa Persia disebut dengan “hast” (ada) dan derivasi “maujud” dari “wujud”, adalah suatu perkara bentuk dan zahir. Oleh karena itu, untuk wujud tidak ada ketetapan, sehingga membuat predikasinya atas mahiyah bergantung atas tetapnya mahiyah.

Dan juga sebagian lagi dari filosof dalam posisi menolak isykal ini; mereka terpaksa mempunyai pemikiran dan keyakinan bahwa untuk wujud dalam maqam tetapnya wujud atas mahiyah, tidak terdapat sesuatu selain makna mutlak yang merupakan makna universal  wujud itu juga dan bagian-bagian yang beragam  makna ini yang muncul dikarenakan pengaruh dari “idhafah dan taqyiid” (penyandaran dan pengkaitan) makna universal wujud terhadap mahiyah-mahiyah yang berbeda-beda, dimana “taqyiid”  di dalam sedangkan “qaid” (kait)  di luar dari itu. Adapun “fard” (individu)  yakni keseluruhan dari “muqayyad” (dikaitkan), “taqyiid” dan”qaid” tidak ada baginya ketetapan.

Dan  jawaban-jawaban tersebut di atas disamping semuanya adalah batil juga tidak berpaedah.

Jawaban yang benar terhadap isykal (sanggahan atau kritik) tersebut adalah apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaidah far’iyyah hanya berlaku bagi tetapnya sesuatu atas sesuatu yang lain, bukan dalam tetapnya sesuatu. Dengan ungkapan lain, tempat berlakunya kaidah far’iyyah adalah “haliyyah murakkabah” (yakni  tetapnya sesuatu atas yang lain), bukan dalam “haliyyah basiithah” (yakni tetapnya sesuatu), dan yang menjadi pembahasan adalah tetapnya sesuatu (yakni tetapnya wujud untuk mahiyah, yakni “haliyyah basiithah” seperti tetapnya wujud untuk manusia, bukan “haliyyah murakkabah” yang merupakan tempat berlakunya kaidah far’iyyah, seperti tetapnya warna putih untuk  jisim salju).

 

Pasal 7 : Hukum-hukum Negasi Wujud

Poin pertama : (Diantara hukum-hukum yang dinegasikan dari wujud dan wujud tidak mempunyai itu) bahwa tidak ada sesuatu  di luar dari orbit wujud (berhadapan dengan wujud), sebab pembatasan asalah pada hakikat wujud memestikan bahwa apa saja yang diasumsikan selain wujud adalah batil dan asing darinya, dan kebatilan ini adalah kebatilan dzat (yakni secara dzat tidak mungkin ada sesuatu seperti itu dan tidak mungkin ada kejadian sesuatu di luar dari orbit wujud, karena itu selain wujud semuanya batil dan absurd).  

Poin kedua : Bahwa  tidak ada kedua bagi wujud, sebab asalah bagi wujud dan kebatilan apa saja yang diasumsikan selain wujud,  menegasikan apa saja yang bercampur dengan wujud dan masuk di dalam wujud atau disambungkan kepadanya. Maka itu hakikat wujud, dengan dzatnya sendiri adalah murni wujud dan kemurnian sesuatu, tidak menerima penduaan dan tidak menerima pengulangan (repetisi). Oleh karena itu apa saja yang diasumsikan kedua untuk hakikat wujud, pada hakikatnya kembali pada wujud awal itu juga dan jika bukan sesuatu yang awal itu juga, maka niscaya terdapat suatu perbedaan  selain dari wujud antara yang kedua dengan yang awal, apakah sesuatu ini (yang membuat berbeda) masuk dalam wujud (dan merupakan perkara dzat) ataukah sesuatu di luar darinya (dan merupakan suatu perkara aksiden), padahal asumsi adalah tidak ada sesuatu selain dari wujud (apakah sesuatu itu  di dalam wujud ataukah di luar darinya). Ini adalah self-contradiction.

Poin ketiga : Wujud, adalah bukan substansi dan bukan aksiden.

Adapun bahwa wujud adalah bukan substansi, sebab substansi adalah quiditas yang ketika ia maujud di luar tidak butuh pada  “maudhu’” (subject; substratum) sedangkan wujud secara prinsip tidak “sinkhiyyat” (sharing the same root; cognation) dengan quiditas (oleh sebab itu wujud adalah bukan substansi, sebab substansi dari sinkhiyyat quiditas).

Dan adapun bahwa wujud adalah bukan aksiden, sebab wujud aksiden  berdiri (tegak)  pada subyeknya (yakni butuh pada subyek) sedangkan tegaknya wujud pada dzatnya sendiri dan segala sesuatu adalah  tegak dengan wujud.

Poin keempat : Wujud, adalah sama sekali bukan bagian sesuatu, sebab jika wujud adalah bagian sesuatu maka terdapat  yang lain yang diasumsikan selain dari wujud, sedangkan kita telah buktikan sebelumnya bahwa tidak ada yang lain selain wujud.

Dan adapun yang dikatakan bahwa setiap “mumkin” (possible) adalah  terangkap dari quiditas dan eksistensi; yakni setiap “mumkin” mempunyai dua bagian, tersusun dari quiditas dan eksistensi, adalah suatu perkiraan akal untuk menjelaskan keniscayaan antara wujud kontingen dan quiditasnya, tidak untuk menjelaskan bahwa “mumkin” adalah tersusun dari dua bagian asli (dimana yang satunya adalah eksistensi dan yang lainnya adalah quiditas).

Poin kelima : Wujud tidak mempunyai bagian (yakni wujud adalah sederhana ) sebab jika wujud mempunyai bagian maka bagian ini; apakah ia merupakan bagian akli seperti genus dan pembeda dan atau merupakan bagian luar seperti materi dan form dan atau merupakan bagian kuantitas (yakni wujud mempunyai kuantitas) seperti garis, permukaan dan “jismul ta’liimi” (mathematical body). Dan adalah daruri bahwa wujud sama sekali tidak mempunyai jenis-jenis bagian seperti yang disebutkan di atas.

Adapun bahwa wujud tidak mempunyai bagian akli; sebab jika untuk wujud terdapat genus atau pembeda maka tidak keluar dari dua bentuk ini; apakah genusnya adalah sejenis wujud, maka dalam bentuk ini, pembeda sebagai pembagi genus ini (yakni wujud) adalah penegak genus itu, sebab pembeda dinisbahkan kepada genus adalah “muhashshil” (actualizer), yakni menyampaikan keaktualan dzat genus, bukan asli dzat genus, padahal sebagaimana kita ketahui tidak ada sesuatu yang lain sebagai “muhashshil” wujud kecuali dzat wujud  dan ini adalah menyalahi asumsi kita.

Genus  bukanlah wujud dan adalah badihi bahwa kecuali wujud (dan di luar dari orbit wujud) tidak ada sesuatu, adapun bahwa wujud tidak mempunyai bagian luar, yakni materi dan form, sebab materi dan form  adalah genus dan pembeda itu sendiri, tetapi ditinjau dengan

” bi syarthi laa”  (negatively-conditioned) (jadi dalam istilah falsafah, genus adalah materi itu sendiri, tetapi “laa bi syarthi” <non-conditioned> dan materi adalah juga genus itu sendiri, tetapi “bi syarthi laa” dan pembeda adalah form itu sendiri, tetapi “laa bi syarthi” dan form adalah juga pembeda itu sendiri, tetapi “bi syarthi laa”.

Dan sebab kami telah jelaskan bahwa wujud, tidak mempunyai genus dan pembeda maka ini dengan sendirinya meniscayakan bahwa wujud, tidak mempunyai juga materi dan form.

Adapun bahwa wujud tidak mempunyai bagian kuantitas, sebab  kuantitas adalah aksiden-aksiden jisim dan jisim tersusun dari materi dan form, dan dikarenakan bahwa wujud tidak mempunyai meteri dan juga tidak mempunyai form maka wujud bukanlah jisim, dan sebab wujud bukan jisim maka tidak mempunyai kuantitas.

Dari pembahasan tersebut di atas maka menjadi jelas bahwa wujud juga tidak mempunyai species, sebab keaktualan species (merealitasnya species) adalah dengan perantara partikularisasi individu dan adalah badihi bahwa keaktualan wujud, tidak dengan perantara partikularisasi individu, tetapi wujud mendapatkan keaktualan dengan  dzatnya sendiri

(partikularisasi wujud dengan dzatnya sendiri).

 

 

 

 

 

 


Lanjutan BIDAYAH AL-HIKMAH (pasal 8-12)

$
0
0

Pasal 8 : Makna Nafsul Amr (Fact-Itself)

 

Dari pembahasan yang lewat, beberapa permasalahan sudah menjadi jelas:

Pertama : Hakikat wujud (ditinjau dzatnya) memilki ketetapan dan realitas dengan sendirinya, bahkan ia ketetapan dan realitas itu sendiri.

Kedua : Bagi mahiyah-mahiyah   *yang merupakan “sesuatu” jawaban dari pertanyaan kalimat “Apa dia”, kadang ia maujud dengan wujud luar (dan besertanya), dalam hal ini ia (mahiyah) mendapatkan efek-efek luar dan kadang ia maujud dengan wujud dzihni (dan dalam wadah dzihni), dalam hal ini efek-efek luar tidak berdampak darinya (dan hanya mempunyai efek-efek dzihni)*  ketetapan dan realitas mereka  adalah hanya dengan wujud (dengan perantara wujud) dan mahiyah-mahiyah ini secara dzatnya sendiri (ditinjau pada dzat mereka sendiri) tidak mempunyai realitas dan ketetapan, meskipun pada hakikatnya wujud dan mahiyah satu sama lain bersatu di luar (dan tidak lebih dari satu wujud).

Ketiga : Komprehensi-komprehensi (Pemahaman-pemahaman) persefsi mental akal, seperti; komprehensi “wujud”, “wahdah” (unity), “illiyyat” (kausalitas) dan semacamnya, yakni komprehensi-komprehensi yang tidak diperoleh dari luar (yakni sumber perolehan pemahaman-pemahaman tersebut tidak di luar), tetapi akal melakukan semacam aktivitas-aktivitas “dzihni” (mind) (dengan melihat keserupaan-keserupaan dan kemisalan-kemisalan serta membandingkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dan kedarurian-kedarurian dzihni lainnya) kemudian akal memperhitungkan pemahaman-pemahaman tersebut bahwa bagi mereka ada satu bentuk ketetapan dan kenyataan dengan perantara misdak-misdak mereka, dimana pemahaman-pemahaman ini menceritakan misdak-misdak itu meskipun pemahaman-pemahan ini pada dasarnya tidak diambil dari misdak-misdak mereka (di luar akal) sebagaimana mahiyah diambil dari individu-individunya sendiri  dan dari batasan misdak-misdaknya sendiri (di luar akal) (yakni pemahaman-pemahaman seperti eksistensi, wahdat dan kausalitas dan semacamnya tidak seperti mahiyah-mahiyah yang di luar merealitas bersama wujud secara implicit dalam individu-individunya dan diambil dari mereka (diambil dari individu-individunya). Bentuk ketetapan universal ini yang meliputi ketetapan eksistensi dan quiditas serta ketetapan pemahaman-pemahaman persefsi mental akal (dalam filsafat)  disebut dengan “nafsul amr”. Yakni “nafsul amr” adalah wadah dimana kesahihan dan kebenaran proposisi-proposisi mendapatkan kei’tibaran (perhitungan) sesuai dengannya dan dalam natijah dikatakan : mafhum ini, begini, begitu dalam “nafsul amr”.

 

Penjelasan tentang tema ini

Proposisi-proposisi dikonsepsi dalam dua jenis model :

Model pertama : Proposisi-proposisi yang subyeknya maujud pada wadah luar, dan hukumnya juga mempunyai hukum luar, contoh model proposisi ini: “al-wajib maujud” (Tuhan ada) dan proposisi : “semua orang di kota sudah keluar” dan proposisi : “manusia tertawa secara potensi” serta proposisi-proposisi semacam ini.

Sahih dan benarnya hukum pada proposisi-proposisi ini ditinjau dari segi kesesuaiannya dengan wujud nyata dan luar (yakni jika kandungan proposisi-proposisi ini mempunyai realitas dalam wadah luar dan sesuai dengan kenyataan dan realitas luar maka proposisi-proposisi tersebut adalah sahih dan benar).

Model kedua : Proposisi-proposisi yang subyeknya ataukah ia hanya dalam pikiran, yakni adalah dzihni dan secara pasti hukumnya juga adalah dzihni, dan ataukah subyeknya adalah di luar akan tetapi digolongkan dengan hukum dzihni.

Contoh untuk bagian pertama : “universal  ataukah ia dzaati (essential) ataukah ia aksidental (accidental)” yakni universal ataukah ia esensial seperti hewan dan natiq bagi manusia ataukah ia aksidental seperti tertawa dan berjalan untuk manusia. Proposisi ini adalah proposisi dzihni, sebab subyeknya dalam bentuk universal hanya ada dalam dzihni dan di luar (akal) sesuatu yang universal tidak dapat merealitas, sebab itu hukum proposisi ini secara pasti juga adalah hukum dzihni.

Contoh untuk bagian kedua :   Proposisi-proposisi yang subyeknya di luar, akan tetapi hukumnya adalah dzihni : “manusia adalah species” (dalam proposisi ini subyeknya adalah manusia dimana ia mempunyai realitas di luar, tetapi hukum kespecisan manusia hanya ada dalam wadah dzihni, sebab kespecisan seperti konsepsi universal hanya merealitas dalam dzihni dan tidak merealitas di luar).

Jadi ukuran benarnya hukum pada dua jenis proposisi ini adalah kesesuaian hukum dengan  dzihni (apakah subyeknya juga seperti hukumnya adalah dzihni, sebagaimana dalam proposisi-proposisi bagian pertama ataukah subyeknya adalah di luar sebagaimana dalam proposisi-proposisi bagian kedua) sebab wilayah dan wadah ketetapan jenis proposisi-proposisi ini adalah hanya  dzihni.

Kebenaran semua proposisi-proposisi ini adalah dengan perantara kesesuaian mereka dengan “nafsul amr”. Oleh sebab itu ketetapan nafsul amr secara mutlak adalah lebih umum dari ketetapan dzihni dan ketetapan luar.

Makna lain dari nafsul amr dan kritik terhadapnya

Selain makna yang telah kami sebutkan, terdapat juga makna lain untuk “nafsul amr” dan makna lain dari “nafsul amr”  itu adalah “akal mujarrad” (akal non materi) yang meliputi seluruh gambaran kategori-kategori (categories) dan ukuran kebenaran proposisi-proposisi dzihni dan luar adalah kesesuaian mereka dengan gambaran-gambaran kategori yang ada disisi akal non materi tersebut.

Makna untuk “nafsul amr” tersebut tidak kosong dari kritik, sebab kita nukil (pindahkan) dan tujukan ungkapan tersebut pada gambarn-gambaran ilmu yang ada di sisi akal mujarrad ini, yang mana gambaran-gambaran ilmiah yang ada di sisi akal mujarrad juga adalah “tashdiqaat”  ( jamaknya tashdiq = pembenaran-pembenaran) yang kebenaran dan kesahihan mereka juga mebutuhkan  ketetapan untuk  kandungan-kandungannya di luar dari gambaran-gambaran ilmiah ini, dan gambaran-gambaran ilmiah ini  sesuai dengan ketetapan itu.

Pasal 9 : “Syaiyyah” (Thingness) “Tusaawiq” (Equal) Al-Wujud

(Kesesuatuan sama dengan keeksistensian)

     “Kesesuatuan” dengan “wujud” adalah sama (dan dari segi makna adalah sama, yakni sesuatu adalah wujud dan wujud adalah sesuatu dan di mana saja ada “wujud” maka “sesuatu” juga memiliki ekstensi serta di mana saja tidak ada “wujud” maka “sesuatu” juga tidak akan ada. Kebalikan dari itu juga demikian yakni di mana saja ada “sesuatu” maka “wujud” juga ada dan di mana saja “sesuatu” tidak ada maka “wujud” juga tidak akan ada. (Jadi pada hakikatnya relasi logika antara keduanya dari empat macam relasi logika yang ada adalah relasi kesamaan). Dan bagi “adam” (non-existence) tidak ada “kesesuatuan”, sebab ‘adam adalah kebatilan murni dan untuknya tidak ada sama sekali ketetapan. Oleh sebab itu “afirmasi”  dan “negasi” adalah menyata dalam makna “wujud” dan “adam” (yakni “afirmasi” sama dengan “wujud” dan “negasi” sama dengan “adam”. Oleh karena itu tidak ada “perantara” diantara “afirmasi dan wujud” dengan “negasi dan adam”).

      Akan tetapi telah dinukil dua pandangan batil dan tidak valid dari mazhab Mu’tazilah :

Pandangan pertama : Bahwasanya afirmasi, dihubungkan dengan wujud, nisbahnya adalah “A’am wa Akhash mutlak” (complete inclusion; dua komprehensi universal dimana satunya lebih umum dan mencakupi individu-individu yang satu lainnya, seperti, nisbah hewan dengan manusia) Jadi ( setiap wujud adalah afirmasi, akan tetapi setiap afirmasi, belum pasti adalah wujud); sebab sebagian dari ma’dum-ma’dum (ketiadaan-ketiadaan) di sisi Mu’tazilah adalah tetap dan itu, adalah ma’dum mumkin (ma’dum yang mungkin mewujud). Dan dalam bentuk ini (menurut akidah kaum Mu’tazilah) negasi, adalah lebih khusus dari ‘adam (non-existence) dan tidak meliputi kecuali ma’dum mumtani’ (mustahil wujud), (akan tetapi ‘adam,  meliputi ma’dum mumkin dan ‘adam lebih umum dari negasi).

Pandangan kedua: Telah dinukil dari sebagian mazhab Mu’tazilah bahwasanya terdapat media (perantara) antara wujud dan ‘adam, media ini desebut “hâll”  (yang dimaksud dari hâll adalah sifat maujud); suatu sifat yang tidak maujud dan tidak ma’dum seperti “Aalimiyyah” (keberilmuan), “Qaadiriyyah” (keberkuasaan) dan “waalidiyyah” (kebapakan) semua ini merupakan sifat abstraksi yang tidak memiliki wujud hadapan dan mandiri (sebagaimana mahiyah dapat diambil langsung darinya). Oleh sebab itu terhadap sifat ini, tidak dapat dikatakan bahwa ia adalah maujud dan dzat maujud disifati dengannya serta tidak dapat juga dikatakan bahwa sifat ini adalah ma’dum (jadi sifat ini adalah perantara antara maujud dan ma’dum, yang dinamakan dengan hall). Adapun afirmasi dan negasi adalah dua perkara yang saling kontradiksi, diantara keduanya tidak terdapat perantara.

     Kedua pandangan ini adalah imajinasi-imajinasi kosong        , absurd dan batil dan tentang kebatilannya cukuplah fitrah yang menghukumi bahwasanya ‘adam adalah batil serta tidak mempunyai kesesuatuan.

 

Pasal 10 : Tidak Ada Perbedaan dan Kausalitas dalam ‘Adam

     Adapun ketiadaan perbedaan (diantara ‘adam-’adam), sebab perbedaan (dalam berbagai bentuk) merupakan cabang dari ketetapan dan kesesuatuan (yakni subyek dari pada perbedaan, adalah ketetapan dan kesesuatuan, sehingga jika tidak terdapat kesesuatuan maka tidak terdapat perbedaan diantara obyek-obyek) serta dalam ‘adam tidak ada ketetapan dan tidak ada juga kesesuatuan (oleh karena itu perbedaan yang merupakan cabangnya ketetapan dan kesesuatuan tidak maujud diantara ‘adam-’adam).

     Tapi ada kemungkinan orang memandang bahwa antara suatu ‘adam dengan ‘adam lain terdapat perbedaan, ini pada hakikatnya hanya dikarenakan oleh ilusi manusia, ia menyandarkan ‘adam kepada “malakah-malakah” (posesi-posesi) dan dari cara ini suatu ‘adam berbeda dengan ‘adam lainnya (dan jenis ‘adam ini disebut sebagai ‘adam “mudhaaf”).

     Seperti ketiadaan melihat dan ketiadaan mendengar (Yakni kedua ketiadaan ini, adalah tidak sama dan menurut konsepsi akal, satu sama lain adalah berbeda dari sisi bahwa melihat bukanlah mendengar dan keduanya ini, merupakan malakah dan wujud serta ‘adam (ketiadaan) dinisbahkan kepada dua malakah ini, adalah penyebab berbedanya kedua ‘adam itu satu sama lain)  dan seperti ketiadaan Zaid dan  ketiadaan Amrun (kedua ketiadaan ini juga disebabkan penisbahannya terhadap individu dari malakah dan wujud, yaitu Zaid dan Amrun sehingga keduanya berbeda satu sama lain).

     Tetapi dalam ketiadaan mutlak (berhadapan dengan ketiadaan mudhaaf yang disebutkan di atas) sama sekali tidak ada perbedaan(dengan dalil bahwa perbedaan dua obyek,  hanya dapat terjadi dalam wujud, sedangkan perbedaan yang juga terdapat dalam ketiadaan, terjadi jika ‘adam dinisbahkan kepada suatu keberadaan malakah. Dan sebab dalam ‘adam mutlak tidak terjadi penisbahan sama sekali terhadap wujud dan malakah, maka juga tidak ada perbedaan padanya.)

     Ungkapan di atas tidak saling menafikan dengan ungkapan para filosof yang mengatakan : “Ketiadaan sebab adalah sebab untuk ketiadaan akibat” (yakni mereka seakan-akan menetapkan kausalitas untuk ketiadaan); sebab ungkapan ini dari sisi pengenalan dan pendekatan dzihni (dalam posisi menjelaskan ketiadaan kausalitas dalam ketiadaan) disebutkan, serta pada dasarnya ini adalah semacam ungkapan majazi. Oleh sebab itu ungkapan seperti ini : “Tidak ada awan maka hasilnya tidak ada hujan” pada hakikatnya bermakna bahwa antara keberadaan awan dan keberadaan hujan,  tidak terjadi kausalitas (yakni kausalitas yang terdapat diantara keberadaan awan dan keberadaan hujan, tidak terjadi di sini).

     Serupa dengan misal tersebut, berlakunya hukum-hukum “proposisi affirmative”   (seperti pempredikasian  dan pengkondisian dan…) dalam “proposisi negative”. Pada dasarnya, negative predication dan negative hypothetical dan semacamnya dalam misal-misal ini, adalah negasi predikat dan negasi syarat (kondisi). (Dalam seluruh hukum-hukum ini, berlaku hukum-hukum affirmative atas negative dalam bentuk majazi dan pada hakikatnya proposisi affirmative yang adalah predikasi dan dalam negative, adalah negasi predikat, akan tetapi secara majazi negative predikasi dimutlakkan juga terhadap proposisi-proposisi negative).

 

 

 

 

Pasal 11 : Ketiadaan Mutlak “laa khabara ‘anhu”      

      Dalil dari ungkapan ini, adalah  bahwasanya ketiadaan mutlak adalah kebatilan murni, yakni tidak ada bentuk dan cara sama sekali “kesesuatuan” bisa bereksis padanya (olehnya tidak ada yang dapat diberitakan dari ketiadaan mutlak; sebab subyek dan predikat dalam suatu qadiyyah, kedua-duanya harus berupa “sesuatu”  sehingga penyandaran dan pempredikasian satu dengan lainnya adalah sahih), jadi yang hanya dapat diberitakan adalah dari sesuatu terhadap sesuatu yang lain (yakni dalam setiap qadiyyah  subyek dan obyek harus merupakan sesuatu dan mempunyai sifat kesesuatuan, sehingga pemberitaan darinya baik secara penegasian maupun secara pengafirmasian adalah sahih dan benar).

Isykal dan Tanggapan :

Ungkapan filosof : “Ketiadaan mutlak tidak diberitakan sesuatu darinya”, proposisi ini sendiri adalah kontra dengan dirinya; sebab qadiyyah ini, pada saat yang sama memberitakan tentang ketiadaan mutlak bahwasanya tidak ada –sesuatu yang dapat– diberitakan darinya.

     Jawaban dari masalah ini dalam pembahasan “wahdah dan katsrah” (kesatuan dan kejamakan) yang segera akan menyusul bahasannya bahwa  terdapat dua model predikat dalam satu qadiyyah :             

  1. “Hamlul awwali as-dzati” yakni suatu qadiyyah yang subyek dan predikatnya dari tinjauan makna dan komprehensi, adalah bersatu, akan tetapi hanya secara i’tibar akal adalah berbeda (sehingga secara i’tibar komprehensi qadiyyah yakni subyek dan predikat serta predikasi antara keduanya memungkinkan dan natijahnya, qadiyyah ini memberikan suatu paedah) seperti qadiyyah ini : “Manusia adalah manusia” (yakni manusia, mempunyai komprehensi dirinya dan dirinya adalah bermakna dirinya serta manusia tidak ada lain kecuali manusia,  sebab itu secara pasti manusia bukanlah sesuatu yang lain).
  2. “Hamlu as- syaayi’ as-shanaai” yakni suatu qadiyyah yang subyek dan predikatnya adalah bersatu dan mempunyai misdak yang satu, akan tetapi memiliki dua komprehensi yang berbeda, seperti ungkapan kita : “Manusia adalah tertawa” (dimana makna dari subyek yakni manusia dan makna dari predikat yakni tertawa menurut konsepsi dzihni adalah berbeda, akan tetapi dalam wadah wujud luar keinsanan dan tertawa adalah keduanya bersatu dan mempunyai misdak yang satu).

(Dengan memperhatikan mukaddimah-mukaddimah ini) maka dalam qadiyyah : “Ketiadaan mutlak adalah ketiadaan mutlak” ditinjau dari sisi hamlul awwali as-dzati, adalah ketiadaan mutlak (yakni ia-nya sendiri mempunyai makna dirinya sendiri dan dari itu tidak dapat diberitakan), akan tetapi ditinjau dari sisi haml as-syaayi’ as-shanaai, ketiadaan mutlak, bukanlah ketiadaan mutlak tetapi ketiadaan mutlak adalah maujud dari maujud-maujud dzihni (mempunyai individu dzihni, yakni terdapat suatu misdak atasnya dalam dzihni) dan dari sisi ini ia dapat diberitakan bahwasanya  “tidak dapat diberitakan darinya” (yakni ketiadaan pemberitaan darinya, dapat diberitakan).

     Oleh karena itu dengan memperhatikan dimensi haml (predikasi) dan perbedaannya, maka tidak terdapat kontradiksi dalam qadiyyah tersebut (dan sanggahan adalah tidak mengena, jadi ketiadaan mutlak dari dimensi ia adalah ketiadaan mutlak dan mempunyai makna dirinya, dari padanya tidak dapat diberitakan dan adapun dari dimensi bahwa dikonsepsi suatu misdak dzihni dari ketiadaan mutlak dalam dzihni, maka dari padanya dapat diberitakan).

     Dengan uraian penjelasan di atas, syubhah dan sanggahan dari beberapa qadiyyah yang secara imajinatif dipandang terdapat kontradiksinya padanya dapat dihilangkan, seperti tiga qadiyyah berikut (dimana terdapat persangkaan kontradiksi padanya) :

  1. “Partikular adalah partikular”, qadiyyah ini, adalah universal; sebab partikular adalah suatu komprehensi yang mempunyai individu-individu banyak di luar. Maka partikular pada hakikatnya adalah universal, bukan partikular (dan secara pasti partikular dengan universal adalah saling kontradiksi).
  2. “Syarikul baari (sekutu Tuhan) adalah mustahil”, qadiyyah ini dari sisi bahwa syarikul baari adalah perkara konsepsi dalam dzihni dan maujud dalam dzihni, serta adalah badihi suatu maujud dalam dzihni merupakan perkara-perkara mumkin, bukan mustahil. Maka syaarikul baari adalah mumkin, bukan mustahil (dan secara pasti mustahil dengan mumkin adalah saling kontradiksi dan tidak dapat saling berkumpul).
  3. “Sesuatu apakah ia tetap dalam dzihni ataukah tidak tetap di dalamnya”, adapun sisi yang dipandang syubhah dan kontradiksi dalam qadiyyah ini, bahwa tidak tetap dalam dzihni, adalah tetap dalam dzihni, sebab ia dikonsepsi dan akal mengkonsepsinya sebagai satu komprehensi dan subyek untuk suatu qadiyyah dalam dzihni. Maka tidak tetap dalam dzihni, adalah tetap dalam dzihni (dan adalah badihi bahwa keduanya ini tidak dapat bergabung dalam satu tempat, sebab itu diantara kedua hal tersebut terjadi kontradiksi).

Bentuk Pembelaan dalam masalah ini :

      Dalam qadiyyah partikular adalah partikular, predikasi partikular terhadap partikular adalah dari sisi hamlul awwli as-dzati (yakni komprehensi), partikular ditinjau dari dimensi maknanya (yang dalam ilmu logika adalah sesuatu yang tercegah asumsi benarnya terhadap banyak) adalah identik (persis sama) dengan partikular (yakni partikular dalam hal ini memiliki maknanya sendiri, sebab itu parameter hamlul awwali as-dzati yang adalah bersatunya subyek dan predikat ditinjau secara komprehensi dan ekstensi dalam qadiyyah ini adalah benar). Dan adapun qadiyyah ini ditinjau secara haml as-syaayi’ as-shanaai (yang parameternya adalah bersatunya subyek dan predikat dalam ekstensi dan berbeda dalam komprehensi) adalah universal (yakni partikular, adalah universal ditinjau dari dimensi bahwa partikular dalam wadah luar mempunyai individu-individu, dan mengasumsikannya  terhadap banyak adalah benar. Maka dalam hal ini ia memiliki ukuran dan   parameter  keuniversalan  yaitu  benar terhadap

-individu-individu- yang banyak).

     Dan adapun dalam qadiyyah syarikul baari adalah mustahil, syrikul baari ditinjau dari sisi bahwa adalah syarikul baari, dan bersatunya komprehensi dan ekstensi diantara keduanya, dan hal ini adalah hamlul awwali as-dzati. Dan adapun dari sisi tinjauan bahwa syarikul baari adalah perkara dikonsepsi, maka ia merupakan makhluk dzihni (dan dalam dzihni dikonsepsi suatu misdak darinya) dan merupakan suatu perkara mumkin, bukan mustahil dan dari sudut tinjauan predikasi ini, adalah haml as-syaayi’ as-shanaai.

      Demikian pula dalam qadiyyah sesuatu apakah ia tetap dalam dzihni ataukah ia tidak tetap dalam dzihni, yakni tidak tetap dalam dzihni, adalah tetap dalam dzihni dan dalam dzihni secara hamlul awwali as-dzati (yakni memiliki komprehensi dirinya dan tidak tetap dalam dzihni dimana subyek ditinjau dari segi ekstensi dan komprehensi adalah identik dengan “tidak tetap” dalam dzihni, yang mana ia  merupakan predikat dalam qadiyyah), akan tetapi “tidak tetap” itu juga yang dalam dzihni, ditinjau dari sisi bahwa ia merupakan individu dzihni yang merupakan perkara dikonsepsi serta individu dzihni ini adalah subyek dari qadiyyah tersebut, ditinjau dari dimensi ini, adalah perkara tetap dalam dzihni dan bentuk predikasinya adalah haml as-syaayi’ as-shanaai.     

 

Pasala 12: Kemustahilan  “I’âdah Ma’dum” (Kembalinya sesuatu yang sebelumnya ada kemudian tiada)  secara obyektivitas

      Para filosof bersepakat bahwa I’aadah ma’dum secara obyektivitas adalah mustahil dan dalam hal ini  sebagian dari ahli teologi mengikuti pandangan dari kaum filosof  tersebut. Tetapi kebanyakan dari mereka (ahli kalam) membolehkan I’aadah ma’dum secara obyektivitas.

      Syekh Rais Bu Ali Sina memandang bahwasanya kemustahilan I’aadah ma’dum itu adalah suatu perkara daruri dan swa-bukti serta satu perkara fitri; sebab fitrah (yang jernih) pasti menghukumi bahwa ma’dum (ketiadaan), tidak mempunyai kesesuatuan, dan kesesuatuan ketiadaan adalah batil. Oleh karena itu ketiadaan tidak mungkin tersifati dengan pengembalian. Dan adapun sekelompok lainnya memandang bahwa ketercegahan dan kemustahilan I’aadah ma’dum secara obyektivitas adalah suatu masalah teoritis dan dapat diargumentasikan serta diistidlalkan. Dan terhadap masalah ini mereka mengkonstruksi bentu-bentuk argumentasi sebagai berikut:

  1. Jika untuk ma’dum adalah boleh dalam satu zaman yang secara obyektivitas kembali pada zaman lain serta mengada, maka hal ini meniscayakan menyelanya ‘adam  antara sesuatu dan dirinya, dan  jelas bahwa masuknya ‘adam di antara sesuatu dan dirinya  adalah mustahil; sebab dalam konteks itu, sesuatu maujud secara obyektevitas dalam dua zaman di mana ‘adam (tidak ada) menyela di antara keduanya.
  2. 2.   Jika kembalinya sesuatu secara obyektifitas sesudah ketiadaannya, adalah boleh (bisa), maka ini meniscayakan pengadaan keserupaan sesuatu dari seluruh segi secara permulaan, dan perkara keniscayaan ini (pengadaan keserupaan sesuatu dari seluruh segi secara permulaan) adalah hal yang mustahil. Adapun penjelasn tentang keniscayaannya (antara kembalinya sesuatu secara obyektivitas setelah ketiadaannya dan kebolehan pengadaan keserupaan sesuatu dari segala dimensi secara permulaan): bahwa sesuatu kembali secara obyektivitas (dirinya sendiri) dan keserupaannya dari segala sisi secara permulaan, kedua-duanya ini adalah sejenis “mitslân” (dua hal atau obyek yang serupa) (dan kaidah ini juga di sisi filosof merupakan suatu perkara niscaya, bahwa: hukum “amtsâl” (keserupaan) pada apa yang boleh (bisa) dan apa yang tidak boleh, adalah satu) yakni “amtsâl” (obyek dan benda yang dari seluruh sisi, adalah serupa)
  3. 3.   Sesungguhnya i’âdah ma’dum mengharuskan keberadaan yang dikembalikan adalah maujud yang mubtada (permulaan); dan itu adalah mustahil, karena meniscayakan revolusi esensial dan khulf (self-contradiction) dalm asumsi. Penjelasan kemestiannya: sesungguhnya i’âdah ma’dum itu sendiri memestikan bahwa maujud permulaan itu yang dikembalikan dalam dzat dan seluruh kekhususan-kekhususannya, hatta zaman dn ini bermakna bahwa apa yang dikembalikan itu juga maujud permulaan (bukan yang ia dikembalikan) dan ini adalah suatu revolusi esensial atau khulf dalam asumsi (menyalahi asumsi).
  4. 4.   Sekiranya boleh i’âdah ma’dum maka tidak ada bilangan pengembalian sampai batas tertentu yang berhenti atasnya, karena tidak ada perbedaan antara pengembalian awal, kedua, ketiga dan seterusnya hingga tak terbatas, sebagaimana tidak ada perbedaan yang dikembalikan dengan yang permulaan, dan ketentuan bilangan merupakan kemestian wujud dari sesuatu yang memiliki kekhususan.

Argumen Ahli Teolog Dalam Kebolehan I’âdah Ma’dum dan Penolakan Atasnya

       Orang-orang yang membolehkannya berdalil; bahwasanya jika tercegah i’âdah ma’dum, maka apakah karena mahiyahnya, atau karena kelaziman mahiyahnya, dan kalau karena itu maka ia tidak akan mewujud pada permulaan, dan itu adalah jelas (karena ia maujud), ataukah karena aksiden mufaariq (seperable accident); maka hilanglah yang mencegahnya ketika hilang aksiden ini (aksiden mufariq seperti air dengan panas, ketika panas hilang maka hilanglah sifat panas yang ada pada air).

      Dalil ini tertolak, sebab ketercegahan karena perkara kemestian, akan tetapi karena wujudnya dan huwiyyahnya, bukan karena mahiyahnya, sebagaimana penjelasan dari hujah-hujah yang diutarakan sebelumnya.

      Adapun hal yng melandasi mereka membolehkan i’âdah ma’dum karena persangkaan mereka bahwasanya maad (eskatelogi), berkenaan tentang apa yang diungkapkan oleh syari’at yang hak, adalah sebagaimana i’âdah ma’dum.

     Dan penolakan terhadap anggapan itu dikarenakan bahwasanya kematian itu adalah sejenis penyempurnaan, bukan peniadaan dan penghilangan.

   

                                             


Al-Quran dan Peradaban Baru Islam

$
0
0

by Prof.Dr. Seyyed Movid Hoseini Kouhsari

October 4, 2013 at 9:19am

Sekian lama banyak Negara dunia telah berada di bawah hegemoni pemikiran marxisme, namun kini terlihat bahwa idiologi ini tidak banyak berpengaruh lagi.

Dan sebagian Negara-negara penting dunia sedang berada dalam hegemoni idiologi demokrasi leberalisme, namun kini pun sedang dilanda kejenuhannya.

Semua isme dan kosep idiologi dunia telah melakukan promosi bombastis dan menawarkannya dengan segala kemampuan, namun itu semua kini malah membuat manusia jenuh dan bosan tidak mampu menampilkan kebahagiaan dalam kebingungan dirinya.

Bahkan agama-agama seperti KonfusianismeHinduismeTaoismeShintoisme dan lain-lainnya tidak banyak mengklaim diri, malah secara fundamental tidak mampu menyuguhkan sebuah peradaban bagi umat manusia.

Masa depan harus ada sebuah peradaban dan idiologi yang mampu dalam surutnya sejarah manusia yang berada dalam putus asa dan putus harapan, berperan menuntun dan mengatur mereka

Peradaban masa depan adalah khusus bagi idiologi yang  memiliki kemampuan dan yang dapat merealisasikan adanya para penganutnya.

Dari satu sisi bahwa kita umat Islam meyakini bahwa Al-Quran memiliki kapasitas untuk membangun peradaban dan system hidup, satu-satunya jalan untuk dapat sampai kepada peradaban baru Islam adalah dengan merujuk kembali kepada Al-Quran dalam segala dimensi kehidupan

Al-Quran harus menjadi rujukan paling fundamental dan sebagai sumber yang meyakinkan, juga umat harus konsekwen terhadapnya,  mereka harus berkeyakinan bahwa Allah adalah Maha Bijaksana untuk menjadikan para pemikir dan orang-orang bijaksana muslim lebih baik untuk memimpin umat.

Rujukan pengetahuan Al-Quran membutuhkan pembaharuan dan pengkajian ulang, yaitu terhadap dasar-dasar pemahaman dan tafsir Al-Quran, terhadap tema-tema serta pasal-pasal ulum Al-Quran, terhadap metodelogi pemahaman dan tafsir Al-Quran, terhadap kreasi dan karya qurani,  terhadap fakultas-fakultas ilmiah  dan universitas-universitas Al-Quran, terhadap metodelogi pembelajaran Al-Quran dan ulum Al-Quran, termasuk juga terhadap penelitian-penelitian Al-Quran

Tolok ukur dan skup semua kajian ulang harus kembali merujuk kepada rujukan pengetahuan pemikiran Al-Quran dalam membangun peradaban baru Islam

Masa depan begitu dekat berada dalam genggaman tangan umat islam Insya Allah jika mereka menghendaki, kemudian merencanakan dan akhirnya melaksanakannya.


Pendidikan Islam bukan hanya moral dan ibadah…!

$
0
0

Umat Islam mau tidak mau kini berada dalam situasi dunia baru yang menuntut perimbangan perkembangan perubahan dirinya yang mendasar,  mereka harus memberikan peran penting untuk sejarah baru dunia.

Kini dunia diliputi oleh pergolakan beragam pemikiran, peradaban dan sosio politik global, para elit dan para pemikirnya tidak menemukan solusi untuk keluar dari krisis, seluruh isme dengan teori-teorinya tidak mampu menunjukkan jalan keluar untuk membebaskan, dan tidak mampu mendobrak krisisnya, umat manusia kembali berupaya untuk merujuk kepada dunia lain demi mengeluarkan dirinya dari persoalan krisis mereka.

Umat Islam dengan modal konsep agama langit sebagai konsep paling sempurna yang memilki hubungan langsung dengan alam gaib, ditangan mereka sebenarnya masa depan dunia kembali sehingga mereka membentuk peradaban baru Islam.

Pondasi paling penting yang dapat membentuk peradaban baru Islam adalah al-Quran sebagai rujukan untuk semua urusan dan seluruh program hidup, termasuk yang menjadi paling penting di dalamnya adalah dalam ranah yang fundamental yaitu pendidikan qurani.

Kalau ummat menginginkan pendidikan yang akan menjadi infrastruktur peradan baru Islam, maka poin pentingnya adalah harus berdiri membangun diatas konsep yang merujuk kepada al-Quran, dengan pandangan pendidikan yang komprehensif dan menyeluruh, sehingga terhindar dari pendidikan yang pincang, dan menghindari pendidikan yang outputnya justru membentuk seperti wujud karikatur.

Ironis, ternyata masarakat Islam umumnya dalam teori dan praktiknya hanya mencukupkan diri pada pendidikan moral dan peribadatan saja, padahal pendidikan komprehensif al-Quran mencakup berbagai macam aspek dan meliputi semua lini kehidupan manusia, dengan mengkaji ayat-ayatnya minimal terdapat 11 aspek pendidikan Islam yaitu :

  1. Pendidikan Ibadah dan spiritual
  2. Pendidikan logika
  3. Pendidikan keimanan
  4. Pendidikan moral dan akhlak
  5. Pendidikan hati dan perasaan
  6. Pendidikan sosio politik
  7. Pendidikan keluarga
  8. Pendidikan ekonomi dan profesi
  9. Pendidikan lingkungan hidup
  10. Pendidikan kebudayaan dan seni
  11. Pendidikan jasmani.

Article 4

$
0
0

Al-Quran Bukan Produk Budaya !

October 16, 2013 at 12:16pm

by Prof.Dr. Seyyed Movih Hoseini Kouhsari

Nashr Hamid Abu Zaid berkata: “Esensi Al-Quran merupakan hasil dari budaya yang terbentuk selama 23 tahun  dalam konteks realitas budaya masa Nabi, Al-Quran  adalah tidak qadim, dengan meyakini ke-qadimannya maka akan menghalangi tadabbur dan perenungan terhadapnya, karena sakralitas Al-Quran menghalangi pemikiran dan rasionalitas, tidak penting untuk dikatakan bahwa Al-Quran merupakan kitab suci dan memiliki nilai metafisik, dengan memaksakan ini pasti akan menutup pemahaman dari Al-Quran”.

Memang tidak mungkin bisa memahami Al-Quran tanpa memahami realitas dan budaya masanya, namun meneliti sejarah dan budaya merupakan titik awal untuk memulai memahaminya, disamping harus mengetahui secara tradisional pembahasan-pembahasan sejarah dalam batas mengetahui asbab nuzul, disamping itu harus juga menggunakan metodelogi-metodelogi ilmiah.

Al-Quran memiliki dua sisi yaitu arti tekstual dan inti kontektual, untuk memahami arti yang sesuai dengan tekstualnya harus memahami budaya masa turunnya, dan untuk memahami inti kontektualnya harus merujuk kepada situasi-situasi setiap jaman dan memperhatikan kesesuaian dengan budaya-budaya yang kontemporer.

Teks Al-Quran tidak memiliki arti yang statis akan tetapi ia memiliki implementasi-implementasi yang mengalir dan dinamis, inilah konsekwensi dari ciri khas keistimewaan teks-teks agama untuk umat manusia, meskipun terdapat beberapa bagian dari Al-Quran hanya berupa sejarah yang tidak bisa ditakwil dengan kondisi-kondisi budaya kontemporer, ia turun hanya sesuai dengan budaya dan peradaban masa turunnya dan untuk masa kini tidak tepat untuk diterapkan.

Ada mafhum seperti Jin, sihir, Setan, jizyah, budak dan perbudakan adalah bentuk akidah yang benar dan tidak diragukan, namun dalam membahasnya menimbulkan bahan kritik terhadap agama, untuk itu harus ada rekonstruksi terhapap mafhum yang dimaksud.

Harus ada revitalisasi ilmiah dan ijtihad serta harus ada penghargaan terhadapnya untuk memuluskan jalan rasionalisasi yang baru untuk memasuki bahasa agama. Rasionalitas dalam pemikiran agama memang masih perlu dipertimbangakan dan tidak memiliki posisi strategis, namun rasionalitas yang terukur dalam bingkai syariat dan metodelogi-metodelogi proporsional dan muktabar harus diaktifkan.

Selama ini memang tidak terlihat maksimal upaya untuk mengintegrasikan antara pemahaman dan tafsir Al-Quran dengan ilmu-ilmu humaniora  dan saintifik, demikian ini harus lebih ditingkatkan, perkembangan ilmu pengetahuan tidak statis namun harus diyakini bahwa terdapat interaksi antara keduanya yaitu ilmu pengetahuan dan Al-Quran.

Meski di dalam teks agama terdapat pengaruh budaya, namun ini tidak terjadi pada semua teks agama, itupun terbatas pada konteks budaya dan keyakinan masing-masing di jamannya.

Sumber : https://www.facebook.com/notes/seyed-mofid-hoseini-kouhsari/al-quran-bukan-produk-budaya-/1418267878401521


Bagaimana Menguji Kualitas Hidup Manusia ?

$
0
0

Bagaimana Menguji Kualitas Hidup Manusia ?

by. Prof.Dr. Seyyed Movid Hoseini Kouhsari

October 7, 2013 at 5:22pm

Akal dan pemikiran merupakan sarana dan media yang paling fundamental dalam menciptakan kehidupan dan kehormatannya bagi induvidu dan masarakat

Al-Quran menilai sangat penting peran akal dan pemikiran dalam kehidupan, bahkan dikatakan bahwa manusia yang paling buruk adalah yang tidak menfungsikan anugerah Tuhan ini,

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling keji di sisi Allah ialah; orang-orang yang tuli dan bisu yaitu mereka yang tidak berakal” (Al-Anfal 22).

Sesungguhnya paling buruknya mahkluk disisi Allah adalah mereka yang tuli dan bisu yaitu yang tidak berakal, tidak memahami sesuatu, dan tidak memiliki kemampuan mencerna dan menjelaskan apa yang ada didalam benaknya,

Allah swt mediskripsikan mereka yang tidak berakal, adalah sebagai makhluk yang keji dan buruk, demikian ini adalah fenomena dari kausalitas-Nya yang tidak dapat diingkari.

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Yunus 100)

Al-Quran dalam ayat tersebut menyebutkan bahwa tingkatan keimanan bergantung kepada akal, karenanya ia membeberkan kepada manusia agar lebih memahami pentingnya berakal dan berfikir.

Di dalam ayat yang lain manusia didiskripsikan sebagai wujud yang hilang kemanusiaannya  bahkan lebih rendah dan hina dari binatang melata

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf 179)

Berfikir selama satu jam didalam hadis digambarkan keutamaannya sebagaimana ibadah selama tujuh puluh tahun

Dengan demikian bila mana manusia ingin menjadi sosok beriman, yang jauh terhindar dari sifat keji dan keluar dari kategori manusia yang lebih hina dari binatang-binatang melata, tidak ada jalan lain kecuali harus menjadi manusia yang menfungsikan akalnya, namun tanpa ilmu dan pengetahuan mustahil manusia bisa berakal

وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. (Al-Ankabut 43)

Menguji diri harus dilakukan oleh seseorang dengan mengetahui seberapa besar ilmu pengetahuan, pemikiran dan akalnya, maka sebesar itu pula kualitas kehidupannya, begitu juga imannya dan sebatas itu juga kadar nilai taklif yang diamalkan.

Jangan lupa bahwa manusia bertangjung jawab untuk melaksanakan taklif dengan yang lebih baik bukan lebih banyak, beramal lebih baik yaitu aktif sebaik-baiknya, sesuai dengan prioritas dan berkualitas, ini semua adalah konsekwensi dari hasil berfikir dan berakal, tanpa berfikir umur manusia tidak akan terarah, akan menjadi permainan orang lain dan merugi, dengan demikian jelas bahwa manusia berada dalam kebodohan yang kwadrat.

Sumber :

https://www.facebook.com/notes/seyed-mofid-hoseini-kouhsari/bagaimana-menguji-kualitas-hidup-manusia-/1414538768774432


JIKA PERANG DUNIA KETIGA TERJADI – BAGAIMANA POSISI INDONESIA… ???

$
0
0

JIKA PERANG DUNIA KETIGA TERJADI – BAGAIMANA POSISI INDONESIA… ???

February 18, 2014 at 11:56pm

by IGOR PANARIN

 @Editor : #‎Sang_Admiral Apakah ada dari Sahabat Sejarah Dunia yang masih bertanya-tanya kapan sebenarnya Perang Duniake-3 akan di mulai… ??

 Jika ada yang menjawab sejak era berakhirnya Perang Dingin Amerika-Soviet, maka Anda benar.

Kisruh 2 negara super power mau tidak mau akan berpengaruh secara signifikan pada kestabilan politik global. Lalu bagaimana prediksi tentang Perang Dunia Ke-3 oleh Igor Panarin? Pengamatan ini berbasis asumsi, bahwa jika Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya memaksakan kehendak menjalankan roadmap (peta jalan) penaklukan dunia via Jalur Sutra (Timur Tengah dan Afrika Utara) sesuai paparan Wesley Clark (2005) di Pentagon dahulu, maka izinkanlah saya (Igor Panarin) membuat analisa kecil-kecilan dan GARIS BESAR kedepan perihal “peta politik global” dekade 2012 dan tahun-tahun berikutnya. Namun bila AS dan sekutu mundur dari Jalur Sutra, maka sudah barang tentu prediksi ini pun gugur dengan sendirinya.

Adapun prakiraan tersebut adalah sebagai berikut :

[ 1 ]. Syria dan sekitarnya bakal menjadi pemicu sekaligus proxywar (lapangan tempur) PerangDunia (PD) III di Abad 21 antara AS dan sekutu [ NATO, ISAF, P-GCC,IDF dll] Versus Syria, Iran, Hizbullah dibantu oleh Rusia,Cina, Venezuela, Kuba dan lainnya.

[ 2 ]. Israel bakal hancur lebur,bahkan mungkin terhapus dari peta dunia, lalu digantikan oleh Hamas-Fatah, atau Pemerintahan Palestina Baru yang lebihkondusif dan konstruktif bagi Dunia Arab dan sekitarnya.

[ 3 ]. US Dollar tak lagi dipercaya dan tidak digunakan oleh dunia. Uniknya, sikap “menolak dolar” ini justru dipelopori Cina dan bahkan Jepang itu sendiri selaku sekutu dekat AS di Asia (aneh dan fenomenal?). Dolar kembali ke negeri asalnya. Inilah “tsunami dolar” yang diperkirakan menjadi momentum munculnya revolusi sosial di negeri Paman Sam. Skenario keruntuhan Dinasti Amerika ditandai dengan merebaknya rusuh massa di mana- mana, dan niscaya AS terpecah–belah menjadi beberapa negara merdeka sebagaimana yang saya prediksikan dan saya katakan di beberapa media, kata ilmuwan politik Rusia ini. Sebabnya ada beberapa “kekuatan luar” yang masuk juga berkepentingan dalam revolusi tersebut.

[ 4 ]. Uni Africa semakin kokoh membentuk kekuatan tersendiri (new emerging force) yang mempunyai bargaining position tinggi di dunia, terutama terhadap Dunia (Uni) Eropa dan sekitarnya dalam koridor lain serta kepentingan selain militer (asimetris).

[ 5 ]. Keruntuhan AS mengakibatkan hubungan antar negara di Asia khususnya AsiaTenggara lebih mesra dan soft dibanding era sebelum-sebelumnya baik formal maupun forum non formal, terutama pihak-pihak sering bertikai seperti Malaysia – Indonesia. Malaysia tak lagi berani menebar “provokasi”-nya di perairan Indonesia dikarenakan pudarnya peran International Security Assistance Force (ISAF), andalannya beberapa dekade lalu.

[ 6 ]. Sikap Singapura pun berubah “sopan” sebab keangkuhannya selama ini ternyata didukung oleh super power AS dan para adidaya Baratl ainnya, serta menganggap seolah-olah dirinya adalah “Israel”-nya Asia.

[ 7 ]. Bagaimana dengan Indonesia? Diperkirakan Indonesia akan bangkit dari keterpurukannya selama ini. Hal terpuruknya Indonesia disebabkan sikapnya yang selalu unduk kepada Amerika, padahal jika negara ini tahu sedikit saja akan posisi dan potensinya maka akan menjadi negara yang sangat mandiri dan maju. Tapi bersamaan dengan keruntuhan Amerika dan Eropa negara ini akan menemukan kembali kapabilitasnya. Entah dengan cara apa dan bagaimana. Maka ibarat putri raja bangun dari tidur panjang, melenggang tanpa bersolek pun tetap mempesona dunia. Apalagi setelah ia tanggalkan segala ujud dan bentuk kemasan (ideologi) kapitalisme yang pernah melingkarinya.

Di awal kebangkitan, Indonesia mutlak bersikap keras lagi tegas, terutama terhadap organisasi massa (ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang selama ini gencar mempromosikan isue aktual [demokrasi, HAM, kebebasan] yang pada dasarnya hal itu menginduk kepada Amerika dan sekutu baratnya, ataupun terikat dengan kontrak jaringan LSM asing. Diyakini akan ada langkah-langkah audit oleh lembaga negara atas kebijakan pemerintah secara ketat, cermat lagi teliti atas aliran dana yang selama ini dinikmati oleh segelintir oknum individu, ormas dan LSM ‘komprador’ asing tersebut.Tetapi, prediksi tetaplah prediksi. Hukumnya boleh percaya boleh tidak. Artinya jangan sekali-kalidi yakini sepenuh hati.

 

** Igor Panarin adalah ilmuwanasal Rusia dan pengamat politik dunia. Selama ini banyak diantara hasil pengamatannya yang menjadi kenyataan.

 

 

Sumber : https://www.facebook.com/groups/atlantisindonesia/permalink/624166450966605/

 



Syi’ah Adalah Pembawa Masuk Islam Pertama Kali ke Asia Tenggara

$
0
0

Syi’ah Adalah Pembawa Masuk Islam Pertama Kali ke Asia Tenggara jadi bagaimana mungkin kami sesat ???

Iran, Syiah, dan Pengaruhnya di Indonesia.


Syiah bukanlah idiom yang asing dan berbahaya, melainkan menunjukkan tradisi keilmuan yang tinggi sebagaimana yang dikembangkan di Iran. Kesemua fakta ini menunjukkan kenyataan terjadinya proses sinkretisasi antara Syiah dengan kebudayaan setempat di Indonesia yang sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke nusantara.

Iran, Syiah, dan Pengaruhnya di Indonesia

Keberhasilan Revolusi Islam Iran yang terinspirasi dari doktrin-doktrin Islam Syiah, dalam banyak hal menghembuskan angin perubahan (the wind of changes). Tidak hanya di dalam negeri Iran, peta politik di Timur Tengah namun juga memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada pergulatan pemikiran di Indonesia.

Tentang pengaruh revolusi tersebut, Dr Richard N Frye, ahli masalah Iran di Universitas Harvard, berkomentar: “Revolusi Islam di Iran bukan hanya titik-balik dalam sejarah Iran saja. Revolusi itu juga merupakan satu titik-balik bagi rakyat di seluruh negara- negara Islam, bahkan bagi massa rakyat di dunia ketiga”.

Pemikiran tokoh-tokoh di balik Revolusi Islam Iran, seperti Ayatullah Khomenei, Syahid Muthahari, Dr Ali Syariati, dan Allamah Thabathabai serta merta menjadi kiblat politik alternatif bagi cendekiawan dan para pemikir Islam di Indonesia.

Karenanya, tidak mengherankan jika kita dengan mudah menemukan intelektual Indonesia dengan begitu fasih mengutip transkrip-transkrip pemikiran Ali Syari’ati, Muthahhari atau pemikir-pemikir Syi’ah lainnya. Bukan hanya Jalaluddin Rahmat yang mendapat gelar Syiah hanya karena menamakan yayasan yang didirikannya: Yayasan Muthahhari.

Amien Rais pernah menerima gelar Syi’ah juga, karena dalam banyak kesempatan, ia sering mengutip Ali Syari’ati bahkan juga menyempatkan diri menerjemahkan karya tulis Ali Syariati.
Masuknya karya-karya para pemikir Iran di Indonesia menjadi oase bagi banyak intelektual Indonesia. Kajian filsafat, misalnya, yang dalam diskursus pemikiran Syiah tidak pernah terputus.

Sehingga, ketika pemikiran mereka bersentuhan dengan kalangan intelektual Indonesia, banyak yang tercengang. Tentang karya Murthada Muthahhari Sejarah dan Masyarakat misalnya, Damam Rahardjo berkomentar: “Sulit membayangkan, seorang dengan pakaian jubah, seperti para kyai dan ulama di Indonesia, menulis buku seperti itu, penuh dengan ulasan-ulasan yang spekulatif, menunjukkan olah pikir yang intens”.

Tentang khazanah keilmuan Syi’ah, Prof DR H Umar Shihab (Ketua MUI Pusat) dalam kunjungannya ke Iran beberapa hari lalu bersama Prof Dr HM Galib MA (sekretaris MUI Sulsel) berkomentar: “Dalam kunjungan ini, kami tercengang melihat khazanah kepustakaan Islam yang begitu lengkap di Teheran, Masyhad dan Qom, dan sangat menyesal baru mengunjunginya di usia saya yang 70 tahun ini.”

Tradisi Syiah.
Kajian tentang Syi’ah di Indonesia, telah dilakukan oleh sejumlah ahli dan pengamat sejarah, sebagian besar diantaranya berkesimpulan bahwa orang-orang Persia -yang pernah tinggal di Gujarat- yang berpaham Syiahlah yang pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia.

Bahkan dikatakan Syi’ah pernah menjadi kekuatan politik yang tangguh di nusantara.
M Yunus Jamil dalam bukunya Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh (1968) menulis kerajaan Islam yang pertama berdiri di Nusantara adalah Kerajaan Peureulak (Perlak) yang didirikan pada 225H/845M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut-pedagang Muslim asal Persia, Arab dan Gujarat dan mengangkat seorang Sayyid Maulana ‘Abd al-Aziz Syah, keturunan Arab-Quraisy, yang menganut paham politik Syi’ah, sebagai sultan Perlak.

Agus Sunyoto, staf Lembaga Penerangan dan Laboratorium Islam (LPII) Surabaya yang dipimpin Dr Saleh Jufri, seperti dilaporkan Majalah Prospek (10 Nopember 1991), melalui penelitiannya menyimpulkan, bahwa Syaikh ‘Abd al-Ra’uf Al-Sinkli, salah seorang ulama besar nusantara asal Aceh pada abad ke-17, adalah pengikut dan penggubah sastra Syi’ah. Ia pun setelah melakukan penelitian terhadap kuburan-kuburan di Jawa Timur, berkesimpulan bahwa dari segi fisik dan arsitekturnya itu adalah kuburan-kuburan orang Syi’ah.

Bahkan Agus Sunyoto lewat bukti-bukti sejarah, berspekulasi, sebagian besar dari Walisongo adalah ulama Syi’ah. Dengan tegas ia menulis, Syekh Maulana Malik Ibrahim, guru dari semua sunan wali songo adalah Syiah

Mazhab Syafi’i.
Dalam masyarakat NU, pengaruh Syi’ah pun cukup kuat di dalammya, Dr Said Agil Siraj, Wakil Katib Syuriah PBNU secara terang mengatakan, “Harus diakui, pengaruh Syi’ah di NU sangat besar dan mendalam. Kebiasaan membaca Barzanji atau Diba’i yang menjadi ciri khas masyarakat NU misalnya, jelas berasal dari tradisi Syi’ah”.

KH Abdurrahman Wahid bahkan pernah mengatakan bahwa Nahdatul Ulama secara kultural adalah Syi’ah. Ada beberapa shalawat khas Syi’ah yang sampai sekarang masih dijalankan di pesantren-pesantren.

Ada wirid-wirid tertentu yang jelas menyebutkan lima keturunan Ahlul Bait. Kemudian juga tradisi ziarah kubur, lalu membuat kubah pada kuburan. Itu semua tradisi Syi’ah.

Tradisi itu lahir di Indonesia dalam bentuk mazhab Syafi’i padahal sangat berbeda dengan mazhab Syafi’i yang dijalankan di negara-negara lain. Berkembangnya ajaran pantheisme (kesatuan wujud, union mistik, Manunggal ing Kawula Gusti), di Jawa dan Sumatera merupakan pandangan teologi dan mistisisme (tasawuf falsafi) yang sinkron dengan aqidah Syiah dan sangat bertentangan dengan paham Islam wahabi yang literal.

Ritus-ritus Tabut di Bengkulu dan Sumatera dan Gerebek Sura di Jogjakarta dan Ponorogo adalah ritus teologi Syiah yang datang dari Gujarat-Persia. Doktor Muhammad Zafar Iqbal dalam bukunya, Kafilah Budaya meruntut berbagai fakta tentang adanya pengaruh-pengaruh tradisi Syiah dan Iran di tanah air terutama bagi masyarakat Minangkabau yang masih terjaga sampai kini.

Perguruan Tinggi pertama di Aceh bernama Universitas Syiah Kuala, menunjukkan fakta lainnya. Universitas yang disingkat Unsyiah yang diresmikan berdirinya oleh Presiden Soekarno tahun 1959 menunjukkan bahwa idiom Syiah telah sangat dikenal masyarakat.

Syiah bukanlah idiom yang asing dan berbahaya, melainkan menunjukkan tradisi keilmuan yang tinggi sebagaimana yang dikembangkan di Iran. Kesemua fakta ini menunjukkan kenyataan terjadinya proses sinkretisasi antara Syiah dengan kebudayaan setempat di Indonesia yang sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke nusantara.

Karenanya, lewat tulisan ini saya menggugat, jika dikatakan tradisi Iran dan Syiah baru datang ke Indonesia belakangan ini dan dikatakan tidak sesuai dengan tradisi masyarakat Muslim Indonesia yang bermazhab Sunni. Justru yang bertentangan dengan tradisi masyarakat Muslim Indonesia adalah yang menganggap bid’ah dan sesat hal-hal yang selama ini ditradisikan masyarakat kita, terutama Muslim Bugis-Makassar, seperti shalawatan, barazanji, maulid dan menyimpan gambar-gambar wajah wali yang dianggap mendatangkan keberkahan

.
Tentunya, kajian tentang Syi’ah memang dibutuhkan. Tidak saja untuk kepentingan akademisi dan mengenal lebih dekat pemikiran Syiah, namun ia juga mempunyai kepentingan ganda: Untuk menentukan sikap! Sebab, sebagaimana pesan Imam Ali as, “Seseorang cenderung memusuhi yang tidak diketahuinya”.

Teori Persia.

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

Akan tetapi, hampir setiap pendapat itu memiliki konsekwensi. Jika seseorang memercayainya suatu pendapat dari pendapat-pendapat itu, maka, bagaimana pun, ia mesti menerima konsekwensi-konsekwensi yang ada.

Seperti jika percaya pendapat bahwa Islam dibawa masuk dari Persia, sedikit-banyaknya, akan membuat kita berpikir, para penyebar Islam pertama kali di Nusantara adalah orang-orang Syiah. Dan karena itu, Syiah adalah bentuk akidah pertama yang diterima di Indonesia. Baru setelah itu Islam ahlu Sunnah wal Jamaah yang berkembang.

Hoesein Djajadiningrat mengemukakan pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia. Djajadiningrat dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang mempertahankan disertasi di Universitas Leiden, Belanda, pada 1913. Disertasinya itu berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten(Pandangan Kritis Mengenai Sejarah Banten).

Menurut Hoesein Djajadiningrat , Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Djajadiningrat beralasan, peringatan 10 Muharram atau hari Asyura sebagai hari kematian Husein bin Ali bin Abi Thalib yang ada di Indonesia berasal dari perayaan kaum Syiah di Persia. Peringatan 10 Muharram itu lebih dikenal sebagai perayaan Hari Karbala.

Djajadiningrat juga yakin dengan pendapat ini, karena keberadaan pengaruh bahasa Persia di beberapa tempat di Indonesia. Selain itu, keberadaan Syeikh Siti Jenar dan Hamzah Fansuri dalam sejarah Indonesia menandakan adanya pengaruh ajaran wihdatul wujud Al-Hallaj, seorang Sufi ekstrem yang berasal dari tanah Persia.

Unlike ·  · Share · Yesterday
  • You, Bin Alwi Idrus Shahab and 29 others like this.
  • Ahmad Yanuana Samantho
  • Akhi Abdi Ali Syukran…3x. Semoga posting ini bs menambah kekayaan khazanah keilmuan bagi masyarakat kita di asia tenggara khususnya di nusantara sehingga bs mengembalikan kesadaran serta semangat kita agar mengkaji lg lebih dalam secara jujur “Sejarah Kita” khususnya oleh pemerintah sbg pembuat kebijakan dalam penyusunan kurikulum sejarah khususnya “Sejarah masuknya Islam di Nusantara” bagi sekolah2 hingga perguruan tinggi di negeri kita utk membangun “Masyarakat Ilmiyah atau Masyarakat Pecinta Kebenaran” demi melaksanakan Amanat UUD’45 yaitu “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Semoga bangsa kita khususnya Ummat Islam kembali kpd jati dirinya sbg Makhluq Tuhan yg diwajibkan utk Menghamba kepada-NYA” serta Mencintai Ahlulbait as (QS.ASY-SYURA: 23) dan Mentaati Ahlulbait as (QS.AN-NISA: 59) sbg Ulil-Amri atau “Imam bagi manusia (QS.AL-BAQARAH: 124)” yg telah “disucikan Allah sesuci-sucinya sbg AL-MUTHOHHARUN (QS.AL-AHZAB: 33)” yg sdh ALLAH tetapkan bhw hanya merekalah yg mampu menyentuh KITABULLAH yg ada di LAUHUL-MAHFUZ (QS.AL-WAQI`AH: 78-79), merekalah AHLI-QUR`AN (MANUSIA-QUR`AN) yg ALLAH wajibkan kpd kita utk bertanya kpd mereka (QS.AN-NAHL: 43) yg ALLAH TA’ALA & Malaikat2-NYA ber-SHOLAWAT yg kita pun diperntahkan-NYA ber-SHOLAWAT (QS.AL-AHZAB: 56) : “ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALA MUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD”, Ilahi amien YRA…

Misteri 1% Setoran Freeport dan Rahasia Tambang Emas Prabowo

$
0
0
Misteri 1% Setoran Freeport dan Rahasia Tambang Emas Prabowo

HAZMI SRONDOL

| 19 January 2014 | 18:11 Dibaca: 7733    Komentar: 120    37
13901295481643143422

“Coba cek ulang datanya. Jangan sampai mencampur adukan asumsi dan faktanya, bung” kata Prabowo Subianto saat kucoba menanyakan soal statement beliau terkait kesan “membiarkan” Freeport Indonesia terus melakukan operasi pertambangannya di Papua. Padahal konon isyu setoran Freport ke pemerintah Republik Indonesia hanya 1%.

 Aku tertegun dan kaget . Jika mengutip istilah Sultan Batugana—ini statement ngeri-ngeri sedap. Seakan menabrak pemberitaan dan beragam tulisan mengenai Freeport di Indonesia ini. Ini jelas tidak populis dan berpotensi mengundang pandangan negatif kepada Prabowo. Dalam bahasa marketing dan politik, ini jelas bukan trik “pencitraan” yang bagus.

Namun, bukan Prabowo Subianto namanya jika tidak ndablek terhadap kebenaran dan pandangan yang diyakininya. Bahkan pada suatu konferensi pers peluncuran 6 Program Aksinya, jawaban pertanyaan dari wartawan terkait pandangan terhadap Freeport juga tidak jauh berbeda.

“Freeport telah bersama Indonesia selama 30 tahun. Satu persen dana yang dikucurkan itu hanya untuk dana CSR saja belum untuk yang lain. Sumbangan langsung kepada rakyat setempat, bayar royalty pajak, mereka berinvestasi besar untuk Indonesia” jelasnya.

Kemudian Prabowo pun menutup jawaban dengan statemen seperti ini:

“Kita seharusnya berpikir rasional untuk kepentingan nasional Indonesia bahwa kita meneruskan Freeport untuk kepentingan  suku-suku disekitar lingkunganya!”

Nah, terdapat dua clue dari Prabowo yang bisa dijadikan petunjuk. Pertama adalah data (berikir rasional) dan kedua perihal kepentingan nasional dan suku-suku Papua disekitarnya.

Untunglah, kita sekarang hidup di era internet yang mudah mencari segala informasi. Pencarian pertama adalah lokasi pertambangan Erstberg dan Grasberg melalui situs Wikimapia dan Google Earth. Disana terlihat dengan jelas gambaran dari satelitnya.

Tambang pertama—Erstberg yang berdiameter sekitar 500 meter persegi tampak sudah tidak diolah lagi. Terlihat bayangan air hijau lumut tanda lokasi tersebut sudah menjadi waduk buatan. Sedangkan lokasi tambang Grasberg berdiamater kurang lebih 2,3 kilometer. Untuk kedalamannya tidak bisa saya prediksi. Hanya “menurut” berita yang sudah beredar, sekitar 800 meter. Untuk soal kedalaman ini perlu adanya survey lapangan langsung.

13901295481643143422

Lokasi tambang Freeport Indonesia

 Ya, memang perjalanan panjang Freeport untuk menjadi operator tambang di Papua mengundang banyak pertanyaan dan rasa ingin tahu bagaimana Freeport ini, dalam istilah Prabowo disebut “operator tambang”.

Kisahnya dimulai dari awal tahun 1936 ketika dua petualang Colijn dan Jean Jacquest Dozy melakukan ekspedisi untuk membuktikan adanya kawasan gletser (salju abadi) di puncak gunung Jayawijaya yang pertama kali dicatat oleh Capt. Johan Carstentahun 1623. Padahal seharusnya hal itu mustahil karena berada pada daerah tropis. Disana tanpa sengaja mereka malah menemukan lokasi tambang tembaga yang terhampar di permukaan tanah (wow!) dikawasan Erstberg.

Hal yang akhirnya menarik perusahaan tambang Freeport Sulphur, walau pun sempat Dozy dianggap gila atas laporannya. Namun, setelah Forbes Wilson melakukan penelitian, ia pun yang malah terbalik menjadi gila karena bukan hanya tembaga, terdapat kandungan bijih perak dan emas dalam gunung tersebut yang menurutnya—harus diganti nama menjadi Gold Mountain.

Usaha penambangan ini pun seret karena hubungan Indonesia semakin memanas tehadap Belanda. Makin susah ketika Soemitro Djoyohadikusumo—ayahda Prabowo berhasil mendesak JF Kennedy untuk membatalkan bantuan Marshall Plan kepada Belanda. Belanda panik dan bertekut lutut menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia.

Usaha penambangan di Erstberg pun baru bisa dilaksanakan sekitar tahun 1967 sd 1988 di era Orde Baru. Daerah yang sebelumnya hutan belantara itu pun disulap menjadi kota, lengkap dengan beragam fasilitas serta bandar udara yang kini menjadi kota Timika.

Sedangkan lokasi tambang Grasberg yang lebih besar, yang diameter lubangnya saja lebih dari empat kalilipat dari Ertsbers baru dibuka tahun1988. Sekitar 25 tahun yang lalu.

Nah terkait penambangan tersebut serta statement setoran 1% Freeport ke Indonesia yang muncul pertama kali oleh statement Amien Rais di era Orde baru dan masih menjadi pandangannya hingga saat ini, khususnya pada akhir tahun 2013 tepatnya 28 Desember 2013 pun membuatku kembali mengorek datanya.

1390129650350371545

Data utama yang menjadi rujukan adalah laporan Annual Report perusahaan Freeport-McMoRan Cooper & Gold Inc. di (http://www.fcx.com/ir/ar.htm) Disana tersedia laporan dari tahun 2003 s/d 2012. Data yang esensinya tidak jauh berbeda kutemukan dalam situs wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia).

Dari komparasi tersebut, dari laporan tahun 2004 saja—muncul kekagetan yang luar biasa. Ternyata Freeport memberikan setoran benefit ke pemerintah Indonesia berupa dari pajak, royalty, dividen, biaya, dan dukungan langsung lainnya sejumlah $ 260 juta kepada. Belum termasuk keuntunganSama persis dengan yang tertulis di Wikipedia.

Padahal, dengan angka tersebut, berarti setoran Freeport tersebut dibandingkan produksi emas yang dikeruknya sekitar 37%. Jauh lebih besar dari asumsi 1% yang sering kita baca atau dengar.

Nah, lebih mengejutkan lagi jika dilihat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Waktu aku coba utak-atik data produksi emas yang ditambang freeport, lalu di kalikan dengan harga emas dunia rata-ra per ounce, dan kemudian harga emas tersebut di persentasekan terhadap setoran benefit ke pemerintah Indonesia adalah sekitar 105%. Artinya, emas yang dikeruk semua di kembalikan ke pemerintah.

13901297351250537914

Bahkan lebih mengagetkan, tahun 2006 dan 2007—pajak yang diminta pemerintah Indonesia lebih besar dari jumlah emas yang berhasil di tambang oleh Freeport. Bisa kita artikan, biaya operasional dan keuntungan Freeport kali ini semua berdasar dari keuntungan tambang tembaganya saja. Ibaratnya, Freeport kini pun sudah menjadi “kuli tambang” emas untuk rakyat Indonesia. Hal yang wajar dan seharusnya terjadi. Hehehe…

Jadi, melihat data tersebut diatas–jika masih terlaporkan hanya 1% saja yang masuk dari Freeport ke Pemerintah. Berarti yang berapa puluh % lainnya menguap entah kemana dan oleh siapa.

Nah,  inilah yang akhirnya aku paham kenapa Prabowo begitu ngamuk-ngamukterhadap pencurian dan kebocoran anggaran negara yang mencapai Rp. 1.100 trilyun pada tahun 2013. Kebocoran yang menjadi momok baru negara Indonesia. Padahal dulu sempat aku kebingungan, darimana datangnya uang sebesar itu ? Ternyata salah satunya dari ini selain selisih ekspor dan impor nasional.

Namun, tetap saja aku khawatir—bagaimana dengan sisa emas yang masih ada di Grasberg, Papua? Sedangkan dari datanya—hasilnya selalu menurun tiap tahun.

Sambil tersenyum, Prabowo membisikan rahasia besar yang membuatku merinding bergidik. Rahasia yang makin diketahuinya semenjak juga menjadi penambang minyak di Kazaktan dan Yordania. Rahasia yang sayangnya dibocorkannya sendiri di akun twitternya. Prabowo bilang :

139012978322776276

“Bung @alfa_violist, saya beri tahu satu rahasia: Kita masih bisa bangun minimal 10 tambang sebesar Freeport lagi di Papua. Kita begitu kaya.”

 Waduh, pak. Tolong jangan dilanjutkan lagi ke 10 titik-titik lokasi rahasia di Papua tersebut. Jangan pula buka rahasia lokasi tambang emas lain di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Konsentrasi saja dulu ke swasembada pangan dan energi. Kalau lah nanti rakyat sudah kenyang dan sejahtera dan kemudian mental maling, korupsi dan kompradornya sudah hilang—barulah kita buka lagi untuk membangun kembali negara kita menjadi  Indonesia Raya.

Apalagi nih, pak. Ada ramalan kuno Joyoboyo yang membuat saya bergidik. Ada suatu masa “wong Jowo tinggal separo, cino londo tinggal sejodo”—saat goro-goro besar penuh pembunuhan berdarah di Nusantara. Ya, saat dimana emas dari perut bumi di Nusantara ini dibuka.

Ngeri.

[Bekasi, 19 Januari 2014]

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/01/20/misteri-1-setoran-freeport-dan-rahasia-tambang-emas-prabowo-625729.html


Pengaruh CIA di Indonesia

$
0
0

Pengaruh CIA di Indonesia

Many people said:

“CIA rules the world..!”

Ketika terjadi pemberontakan, sabotase dan spionase di beberapa negara dunia yang berseberangan dengan kepentingan Amerika, publik dan pengamat langsung menunjukkan jari mereka ke CIA. Apa itu CIA? Apa yang melatarbelakangi berdirinya CIA?

Disini saya coba mengutip beberapa sumber artikel dari wikipedia dan buku ‘Suar Suroso : Bung Karno – Korban Perang Dingin’ serta Confession of EHM dan A Games As Old As Empire.

Apa itu CIA?

CIA Rules The World

CIA atau Central Intelligence Agency merupakan agen rahasia pemerintah Amerika Serikat (BIN-nya Indonesia).

Didirikan pada 18 September 1947 sesuai penandatanganan NSA 1947 (National Security Act) oleh Presiden Harry S. Truman

CIA merupakan kamuflase dari OSS (Office of Strategic Services) yang menjadi agen spionase Amerika untuk pemenangan Perang Dunia II (PD II).

Pada saat PD II berkecamuk, Amerika secara diam-diam mengambil kesempatan dengan membangun kekuatan baru secara rahasia di Eropa demi membendung pengaruh komunis.

Kerja keras agen rahasia Amerika semakin bertambah, ketika fasis Hitler mengalami kekalahan dan diikuti kemenangan dan kemunculan kekuatan sosialis dan komunis di Eropa, Asia dan Amerika Latin.

Menghadapi ‘bahaya’ pertumbuhan pesat pengaruh komunis di berbagai negeri tersebut, dan demi mempengaruhi hasil pemilu di Italia [saat itu Italia akan melakukan pemilu, dan dari perhitungan survei, pemilu akan dimenangi Partai Komunis Italia] agar menguntungkan politik Amerika Serikat, diadakannya kampanye di kalangan orang kaya Wallstreet untuk menyumbangkan dana buat melakukan operasi-operasi rahasia.

Dalam hubungan ini, Allen Dulles dengan keras mendesak Pemerintah Amerika Serikat untuk segera mendirikan organisasi-organisasi rahasia demi melakukan berbagai operasi khusus-opsus. Maka pemerintah [AS] menyetujui dan menetapkan dua ketentuan penting mengenai operasi-operasi khusus ini :
1. Harus rahasia
2. Harus masuk akal untuk dapat dibantah adanya keterlibatan Pemerintah [AS], seandainya operasi tersebut terbongkar.
(Sumber : Bung Karno Korban Perang Dingin, hal:103)

Salah satu badan operasi khusus yang didirikan adalah CIA pada tahun 1947.

Fungsi CIA

Seperti dijelaskan di depan, CIA muncul sebagai reaksi perang dingin yakni antara Amerika Serikat (liberal kapitalis) dengan Uni Soviet (komunis-sosialis). Diawal-awal pembentukan, aksi-aksi CIA cukup memuaskan bagi pemerintah AS. CIA berhasil menenggelamkan paham komunis dan sosialis melalui berbagai konspirasi, sehingga perang ideologi cukup sukses dimenangkan Amerika. Dengan berkurangnya pengaruh Soviet serta hancurnya negara-negara sosialis melalui kudeta dan pemberontakkan, CIA mulai memasuki isu keamanan energi.

Operasi-operasi yang awalnya merupakan perang melawan ideologi (komunis, sosialis dan nasionalis), kini mereka bertugas menguasai negara-negara yang kaya dengan sumber daya alam dan minyak dibawah kendali AS. Mereka terus memburu negeri-negeri yang kaya sumber daya alam, dari Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika hingga Indonesia (Buku : Confession Economic Hitman dan A Game as Old As Empire).

Untuk memuluskan rencana-rencana kotornya, selalu ada EHM yang mendahului jalan CIA. Indonesia yang kaya raya akhirnya dimiskinkan sejak 1967 hingga saat ini (penjajahan ekonomi). Dengan bantuan-bantuan ahli ekonomi AS, EHM, CIA, Word Bank, IMF, ADB, negara-negara seperti Indonesia, Panama, Paraguay terjerat utang dan terjajah secara ekonomi. Begitu juga negara-negara Afrika yang kaya dengan emas, alumunium, dan minyak, rakyatnya mati kelaparan.

Yang paling tragis, aksi-aksi lembaga dan organisasi AS ini didukung oleh sejumlah oknum di pemerintahan sejak Orde Baru. Emas dan Tembaga di Tembagapura disedot habis-habisan oleh Freeport ditengah kemiskinan dan rendahnya pendidikan masyarakat Papua. Kontrak migas pun dilelang seperti barang tidak berharga, dan mengakibat Indonesia terkatung-katung tatkala harga minyak naik (Juli 2008 ) dan konsumsi meningkat di atas 1 juta barel per hari.

Berbagai tindakan kejam perusahaan dan kepentingan Amerika mendapat legitisami hukum lewat beberapa UU (yang jelas melanggar UUD 1945). Kita tidak perlu bingung atas terbitnya beberapa UU (Migas, Pendidikan, Ekonomi), karena  produk hukum Indonesia merupakan titipan pemerintah Amerika.

Selain kedua hal tersebut [ideologi, keamanan energi dan ekonomi], CIA saat ini sedang bingung mengalahkan sejumlah kelompok Islam Radikal yang disebut sebagai teroris seperti Al-Qaeda, Taliban, Hamas, dan Hizbullah.

Keberhasilan CIA

Secara gamplang, CIA berhasil memberi hadiah kepada pemerintah Amerika atas kemenangannya membendung pengaruh komunisme, yakni hancurnya Uni Soviet tahun 1991 (kini Rusia), mengucilkan Korea Utara

dan Kuba, serta menyeret negara-negara Eropa Timur, Timur Tengah [Arab Saudi, Mesir, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab], Asia Tenggara (Filipina, Singapura, Indonesia), Asia Selatan [Pakistan, Afganistan, 'India'], Afrika, serta sejumlah negara lain [Jepang, Korsel] menjadi ‘anaknya’.

Disisi positifnya, banyak kasus yang ditangani CIA seperti peredaran narkotika, organasisi kejahatan internasional, perdagangan senjata gelap, dan beberapa kontra-teroris berhasil dicapai CIA.

Beberapa ‘kemenangan sementara’ CIA:
- Berhasil memisahkan Korea Selatan dari pengaruh komunis (BKKPD)
- Berhasil memecahbelah Uni Soviet (1991) (BKKPD)
- Berhasil mengkudeta Pemerintahan Chili (Wikipedia)
- Berhasil menumbangkan Saddam Hussein (EHM)
- Berhasil mengusir Uni Soviet dari Afganistan atas bantuan Taliban (EHM)
- Berhasil men-amerika-kan Jerman Timur/Barat.
- Berhasil mengulingkan Soekarno melalui Gestapu 1965 (Gestapu merupakan kata yang dikenal militer AS : Gerakan September 30 –>format Inggris ; beda 30 September –>format Indonesia) -(BKKPD)
- Berhasil menliberalkan Italia (BKKPD)
- Berhasil menyepahamkan Prancis (BKKPD)
- Berhasil membunuh Presiden Ekuator, Jaime Roldos. (EHM)
- Berhasil membunuh Presiden Panama, Omar Torrijos.(EHM)
- Berhasil menguasai kepentingan Dinasti Saudi.(EHM)
- Berhasil menendang Uni Soviet dari Afganistan (1980-an)
- dan banyak lagi

Kegagalan CIA

Meskipun ada sejumlah keberhasilan CIA, namun banyak catatan hitam CIA yang terbongkar dan gagal.
- Agen CIA kecolongan informasi runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989
- CIA gagal menjaga WTC, 11 September 2001
- CIA gagal menutup kebohongan senjata pemusnah massal di Irak
- CIA gagal mempertahankan Venezuela, Brazil, Bolivia agar tidak bengis terhadap Amerika.
- CIA gagal melumpuhkan Iran setelah diplomatnya di’segel’ oleh mahasiswa di Teheran (4 November 1979).
- CIA gagalkan memecahkan Indonesia melalui pemberontakkan PRRI-Semesta di tahun 1957.
- Gagal membunuh Soekarno secara langsung
- 14 kali gagal membunuh Fidel Castro
- CIA gagal membelokkan paham di China
- TNI berhasil menembak jatuh pesawat pembom CIA pada 18 Mei 1958 dalam konspirasi PRRI-Semesta. Pilotnya, Allan Pope berhasil ditawan tentara setelah berhasil menyelamatkan diri dengan terjun payung.

Indonesia dan CIA

Sudah menjadi ‘habit’ jika suatu negara yang sangat maju dengan paham kehausan materi dan kekuasaan, mereka akan berusaha memperoleh apa saja dengan cara apapun. Kondisi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat Indonesia saat ini tidak terlepas dari tangan-tangan CIA. Indonesia berhasil dijajah kembali (secara ekonomi dan politik) sejak 1967. CIA juga secara meyakinkan telah ikut serta dalam Gestapu 1965.

Dan beberapa sumber mengatakan bahwa dalam pemilu, banyak dana yang mengalir dari asing (tanpa terbongkar) atas prestasi CIA (masih belum terbukti). Sehingga, menjelang Pemilu 2009, kita harus waspada juga jika AS berkepentingan terhadap calon presiden nanti (jangan sampai  Pemilu Italia 1948 terulang di Indonesia).

Akhir kata, Soekarno, founding father kita hanyalah korban dari instansi CIA. Semoga melalui pengalaman sejarah, rakyat Indonesia paham betul dan merasa memiliki Indonesia. Jaga, rawat dan raihlah kembali Indonesia agar tidak jatuh ditangan asing. Meskipun Amerika saat ini sedang rapuh, Indonesia harus tetap waspada akan adanya CIA-CIA baru seperti  5 warga Australia [terindikasi spionase] yang masuk tanpa izin di tanah Papua pada September 2008 silam.
Begitu juga potensi ‘spy’ yang suatu saat mungkin saja muncul dari negara-negara kuat (China, India) maupun tetangga (Malaysia).

Penutup

Karena referensi buku dan artikel yang saya gunakan yakni John Perkins (EHM), Steven Hiat (AGAOAE), Suar Suroso (BKKPD), Wikipedia, belum tentu 100% benar, maka kritik, saran, koreksi dan masukan sangat saya harapkan. Untuk mendapatkan artikel yang lengkap mengenai CIA silahkan baca di : http://en.wikipedia.org/wiki/CIA

Terima Kasih (echnusa) (nusantaranews.wordpress )

Sumber Referensi :
- Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/CIA)
- Suar Suroso.2008. Bung Karno Korban Perang Dingin. Jakarta : Hasta Mitra (BKKPD)
- John Perkins.2004. Confession of Economic Hitman. (EHM)
- Steven Hiatt.2008. A Game as Old As Empire (AGAOAE)
Biro CIA (kontribusi blogger bayhakiramli )
Data CIA tentang Indonesia (kontribusi blogger bayhakiramli )

Jejak CIA di Indonesia

Seorang agen CIA ditangkap di Bogor. Cerita beginian sudah sering terjadi.

Bob Marshall  ditangkap ketika mengurus paspor di Bogor, Jawa Barat. Diduga pendatang haram, eh ternyata lelaki ringkih itu adalah agen Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat. Kini Marshall meringkuk di ruang tahanan Mabes Polri. Siapa si Marshal ini baca : Agen CIA Ditangkap di Bogor.

Beroperasinya agen CIA di Indonesia bukan kisah baru. Sejumlah buku – dari yang akademis hingga yang cuma bermodal teori konspirasi – mengisahkan sepak terjang mereka semenjak jaman Soekarno.

Legacy of Ashes, the History of CIA, karya Tim Weiner seorang wartawan The New York Times, misalnya, juga berkisah bagaimana mereka beroperasi.  CIA bahkan pernah mengklaim memiliki agen yang cerdas di sini yakni Adam Malik, yang di belakang hari diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh Presiden Soeharto. (vivanews)

Kisah Intel CIA di Bogor

Bahaya bermain agen ganda.

Dia jauh dari sosok agen rahasia dalam film spy Amerika yang kerap kita tonton. Robert Marshall Read tidaklah gagah. Usianya 56 tahun. Badannya ringkih, dan rambutnya putih perak. Hidungnya khas: tinggi berlengkung tajam.

Sudah sepekan lelaki itu meringkuk di sel pojok kanan lantai satu gedung Badan Reserse Kriminal Polri di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Tapi dia memang agak istimewa. Selama ditahan, selnya kerap dikunjungi warga asing.

Siapa Marshall? Dua informasi berbeda mencuat tentang lelaki ini. Ada yang bilang dia agen Central Intelligence Agency (CIA) yang bermarkas di Washington DC, Amerika. Sebaliknya, dia disebut-sebut buronan lembaga mata-mata kelas wahid itu.

Tapi mari berpegang pada keterangan resmi Mabes Polri, bahwa Marshall adalah bekas CIA, dan sekaligus buronan lembaga mata-mata itu. Dia dituduh terlibat perdagangan senjata api gelap, dan sejumlah kejahatan lain di Amerika, Inggris, dan Rusia.

Kata polisi, Marshall agen yang licin. CIA memburunya sejak 1974. Mengantongi 50 paspor berbagai negara, dia bisa melanggang ke pelbagai penjuru dunia.

Pada Agustus 2007, dari Johor, Malaysia, dia menyeberang ke Batam.  Di Indonesia, petualangannya lebih seru. Dia jatuh cinta dengan Lisna Herawati saat berada di Jakarta. Dia pun menikah dengan gadis 32 tahun itu. Mereka menetap di Cianjur. Lengkap dengan KTP dan paspor setempat.

Enam bulan kemudian, Marshall hendak meninggalkan Indonesia. Bersama Lisna, dia mengurus paspor di Kota Bogor, pada Januari 2008. Tapi, entah salah pada bagian apa, petugas Imigrasi di Bogor curiga. Kepala Imigrasi Bogor meneruskan informasi ini ke Kedutaan Besar Amerika. Lalu kedutaan itu mengutus tiga petugasnya. Di sinilah pertama kali muncul cerita Marshall adalah buronan CIA itu.

Setelah penangkapan itu, tak jelas di mana Marshall berada. Cerita soal dia simpang-siur. Informasi dari petugas Imigrasi saat itu, Marshall segera dideportasi ke Amerika.

***

Senin 14 Januari 2010. Seorang calo paspor, R. Simbolon, datang ke kantor Imigrasi Bogor di Jalan Ahmad Yani, Tanah Sareal, Kota Bogor. Simbolon membawa dokumen atas nama Robert Marshall Reid. Tujuannya mengurus paspor. “Dia menempuh prosedur normal,” kata Kepala Imigrasi Bogor, Ahmad Hasaf.

Petugas pun meminta Simbolon membawa Marshall pada Selasa 15 Januari 2010. Lelaki itu tiba pukul 10.30 WIB, bersama istrinya Lisna Herawati. Petugas mewawancarainya kembali. Aneh memang. Petugas imigrasi seperti tak punya data pemeriksaan Marshall dua tahun silam.

Tapi toh tetap ada yang mencurigakan. Marshal mengaku warga Indonesia keturunan Inggris. Namun gagap bicara Indonesia. “Padahal seluruh dokumennya menunjukkan dia Indonesia asli,” kata Ahmad.

Marshall punya kartu tanda penduduk bernomor 09.5005020352.0248 yang diteken Lurah Cempaka Putih Timur, Rugan M. Faisal. Di dalam KTP itu tertulis Robert beragama Islam, lahir di Jakarta, dan beralamat di Jalan Cempaka Putih Tengah XV/6 RT 01/08, Jakarta Pusat.

Selain KTP, ada juga buku nikah bernomor 134/52/III/2006, diteken H. Damar yang disebut petugas Kantor Urusan Agama Mampangprapatan, Jakarta Selatan. Di kolom isteri tertera nama Lisna dengan wali nikah Badang, seorang purnawirawan TNI.

Dokumen itu diduga palsu. Untuk kedua kalinya Marshall digiring ke ruang Pengawas dan Penindak Keimigrasian. Sayangnya, si calo Simbolon yang hendak diperiksa sudah kabur duluan. Lisna juga tak bisa menjawab soal status kewarganegaraan Marshall. ”Selanjutnya, saya melaporkannya ke Kedutaan Amerika,” kata Ahmad.

Hari itu juga tiga petugas Kedutaan Amerika datang ke Bogor. Setelah berbicara dengan Marshall dan meneliti data-datanya, tiga petugas itu mengakui Marshall warga negara mereka. “Disebutkan, Marshall pelaku tindak kriminal dan buronan tiga negara yakni AS, Inggris dan Rusia,” katanya.

Menurut informasi dari Kedutaan Amerika yang masuk ke Ahmad, Marshall terlibat kasus cek kosong, pemalsuan dokumen, dan senjata illegal. Cerita ini persis seperti disampaikan petugas Kedutaan Amerika dua tahun lalu.

Sehari kemudian, Marshall dititipkan ke tahanan Mabes Polri. Di sinilah muncul informasi Marshall adalah agen CIA. “Kami mencari tahu apa motifnya berada di Indonesia,” kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi.

***

Jejak CIA di Indonesia, sepertinya juga bukan hal baru. Setidaknya, cerita itu sudah muncul sejak lembaga intel berdiri 1947. Pada masa itu, Harry S. Truman memimpin Amerika (1945-1953), dan dia membuat doktrin mengisolasi Uni Sovyet secara politik dan ideologi. Amerika lalu rajin menghadang komunisme di seluruh dunia.

Pada masa Sukarno, yang anti imperialisme, dan condong ke Partai Komunis Indonesia, Indonesia menjadi intaian CIA. Tercatat sejumlah pemberontakan dalam negeri, disebut-sebut berkait dengan intelijen Amerika. Sepak terjang lembaga intel Abang Sam ini pernah diulas tajam dalam Legacy of Ashes, the History of CIA, karya Tim Weiner, wartawan The New York Times, pemenang Pulitzer.

Setelah Sukarno tumbang, cerita soal intel Amerika beraksi di Indonesia muncul samar-samar. Layaknya organisasi intel, tak tercium geraknya. Paling banter, tudingan diarahkan ke jaringan Amerika di lingkaran elit teknokrat. Pada awal orde baru, sempat mencuat sebutan Mafia Berkeley, semacam koneksi elit pendukung orde baru, yang dididik di Universitas Berkeley, California, Amerika.

Nama CIA juga timbul tenggelam. Terakhir, misalnya, ada tudingan Laboratorium Namru-2 di Departemen Kesehatan bekerja untuk kepentingan intelijen Amerika. Namru adalah kerjasama Departemen Kesehatan RI dan Angkatan Laut Amerika sejak 1975.

Dua lembaga swadaya masyarakat, An Nashr Institute dan Medical Emergency Rescue Committee menuding lab itu bekerja untuk intelijen Amerika. Para peneliti Namru, kata mereka, boleh membawa penelitian ke luar Indonesia tanpa diperiksa.

Terakhir, nama CIA mencuat tatkala penangkapan Umar al Faruq di Bogor pada 2002. Dicokoknya al-Faruq adalah bagian “perang melawan teror” yang digelorakan George W Bush setelah serangan al-Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin, ke dua menara WTC di New York, 11 September 2001.

Amerika menuding Al-Faruq kaki tangan jaringan bin Ladin di Asia Tenggara.  Persembunyian Umar terbongkar setelah polisi mendapat bisikan informasi dari  CIA. Al-Faruq lalu dijebloskan ke penjara Amerika Serikat di Bagram, Afghanistan. Memang, ada cerita dia berhasil kabur, dan kembali ke Irak, negara kelahirannya. Lalu, Al-Faruq diberitakan tewas dalam pertempuran di Basra, Irak Selatan, pada Oktober 2006.

Sejak itu, nama intel Amerika kerap muncul dalam aksi anti teroris di nusantara. Tentu saja, semua dalam format kerjasama Amerika-Indonesia.

***

Lalu apa tugas si ‘agen’ Marshall yang tertangkap di Bogor ini? Pemeriksaan pun dilakukan intensif oleh berbagai lembaga. Selain polisi, Marshall juga ditelisik oleh aparat Kementerian Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Luar Negeri, dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Tapi jawabannya toh sama. Kepada penyidik, Marshal menampik bahwa dirinya adalah CIA. Sayangnya, tak banyak informasi keluar dari mulutnya.  Dari Kedutaan Besar Amerika juga tak ada komentar soal ini.

Sampai lelaki berhidung tinggi dengan lengkung tajam itu dipaksa pulang ke negerinya, Marshall hanya dinyatakan bersalah karena satu hal: melanggar aturan imigrasi. “Soal intelijen saya belum tahu,” kata Ito Sumardi. (Laporan: Ayatullah Humaeni (Bogor)vivanews)

VIDEO:

CIA Indonesia 1965 (with english subtitle)

Madsen: ‘CIA involved in Jakarta bombings’

CIA SPECIAL AGENT DENNIS ENDE: CIA USES PEACECORPS TO SPY ON INDONESIA

*****

((( IndoCropCircles.wordpress.com )))


Menelusuri Jejak Illuminati di Indonesia

$
0
0
Details
Written by MUHAMMAD RASYID RIDHO
Category: Resensi
 Published: 10 February 2014

 Garut Kota Illuminati

Kota Garut mendadak menjadi terkenal bukan hanya skandal pernikahan bupati Aceng yang hanya berumur sehari, tetapi juga dengan dianggapnya gunung-gunung yang ada di sana sebagai piramida, salah satunya gunung Sadahurip. Anggapan yang berawal dari penelitian Yayasan Turangga Seta, yang mengakui dilakukan dengan metode yang disebut dengan parallel existence. Yaitu dengan kepekaan beberapa anggota terhadap bisikan ghoib (Vivanews 15 Februari 2011).

Isu piramid di gunung Sadahurip sampai menyita perhatian Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi Arief untuk turun tangan meneliti pula. Namun, sampai sekarang dengan pro kontra yang ada piramid yang dikatakan ada di gunung Sadahurip masih belum ditemukan.

Dari beberapa berita  berkaitan gunung piramid Garut yang dirangkum dalam buku ini bab 4, kesimpulannya ada atau tidaknya masih misteri. Setidaknya perkataan Eko Yulianto dari LIPI dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Ikatan Geologi Indonesia bisa menjadi pegangan. Eko mengatakan untuk tidak mengolok-olok ekspedisi untuk mengungkap keberadaan piramid di Sadahurip maupun Lalakon. Pasalnya, beberapa penemuan ilmiah kerap didahului dengan silang pendapat. Sebut saja penemuan kerangka di Gua Pawon maupun kerangka Homo Floresiensis yang ditemukan di Flores (halaman 175).

Penulis buku ini, Ahmad Yanuana Samantho yang juga pernah menulis buku yang terkenal dan bestseller Peradaban Atlantis Nusantara, seakan mencoba menguak beberapa penemuan sekaligus konspirasi yang bisa menguatkan argumentasi yang disebutkan dalam buku yang dia tulis sebelumnya tersebut. Tak hanya gunung di Garut, tetapi juga persamaan candi di Bali dengan kuil suku Maya di Amerika. Dengan menampilkan gambar keduanya penulis mencoba meyakinkan pembaca bahwa memang ada keterkaitan antara peradaban di Nusantara dengan Amerika Maya.

Corak rumah gadang yang mirip dengan gaya illuminati juga keberadaan bahasa yang sebenarnya mirip dengan bahasa salah satunya corong yang mirip dengan bahasa Inggris crown, dengan arti yang mirip pula. Corong tanduk kerbau yang diberi lubang untuk ditiup sedangkan crown adalah mahkota yang juga terletak di kepala.

Setelah Sumatera dan Bali penulis kembali ke Garut menyoal keberadaan Masjid Agung Garut yang masih menyisakan beberapa corak Yahudi di sekitarnya, seperti lambang hexagram (bintang david) di halaman masjid juga gazebo bercorak yahudi. Selain itu penulis juga menganggap ada kemungkin corak masjid yang juga mirip loji Yahudi, dulunya memang loji tanpa dipugar dan dijadikan masjid (halaman 196-198).

Dengan beberapa kemiripan dengan illuminati dan yahudi di atas, penulis pun menyimpulkan sekaligus bertanya, apakah Indonesia atau lebih tepatnya Nusantara adalah nenek moyang orang-orang barat dan Israel atau sebaliknya. Apabila memang Nusantara adalah nenek moyang Yahudi, maka ini akan menguatkan pendapat penulis dalam buku sebelumnya bahwa Nusantara adalah Atlantis yang hilang. Maka akan muncul pertanyaan lagi dari penulis kalau benar begitu bisa jadi yang dicari oleh penjajah dan illmunati dulu ke Nusantara bukan hanya ingin menjajah dan mengangkut rempah-rempah ke negaranya, namun untuk membangkitkan kembali kejayaan Atlantis.

Selama ini illuminati selalu menjadi image negative di khalayak, namun penulis dalam buku ini menawarkan wacana baru dalam memandang illuminati. Hampir banyak orang menganggap illuminati adalah kelompok penyembah setan, namun penulis yang mengambil pendapat Richard Cassaro bahwa illuminati yang juga biasa disebut secret societiessebenarnya bukan penyembah setan. Sebenarnya masyarakat rahasia atau secret societies itu rahasia untuk alasan yang baik menurut Cassaro. Mereka adalah generasi yang akan melanjutkan ilmu kebijaksanaan yang ada di mata ketiga manusia. Mata ketiga yang dimaksud adalah mata hati yang akan membuat orang yang memilikinya untuk berbuat baik dan bijak (halaman 314).

Buku 490 halaman ini juga mencoba menelusuri kematian Hitler yang digadang-gadang di Indonesia. Juga mencoba menawarkan konsep bahwa kejahatan di dunia termasuk Indonesia ini bukan ulah keseluruhan Yahudi. Namun, dilakukan oleh sebuah kelompok Yahudi yang menjadi bayang-bayang hampir di seluruh negara, mereka adalah keluarga Rothschild (Bab 9). Terlepas dari Anda akan percaya dari kontraversi dalam buku ini, setidaknya buku ini akan lebih membuka wawasan Anda tentang Illuminati, Freemason, juga Atlantis yang terpendam. Buku ini cukup beda membahasnya, selamat membaca!

(Muhamad Rasid Ridho) http://www.indoleader.com/index.php/resensi/1963-menelusuri-jejak-illuminati-di-indonesia

https://www.youtube.com/watch?v=tjj0eozIEwk


Gunung Padang (Mountain of Enlightenment )

$
0
0

Gunung Padang

14/01/2014

Picture
Gunung Padang  (Mountain of Enlightenment )
Gunung Padang is a Mountain in central Java that has been for years a place of special significance for the local peoples, even some from Bali coming to pay homage, but now has become the focus of the President and the team that he had set up to investigate it’s sacred significance.
How do we know about this?
In 2010 we were guest speakers at a conference about Anceint Sunda Civilization in Bogor. On arrival at the Salak Hotel we were greeted by Mr Ahmad Y.Samantho who had instigated the conference and us being there. A dynamic sharp minded individual with a passion for Ancient History who is the Director at Bayt al-Hikmah Institute and Director of the Bayt al-Hikmah Institute, Research and Development Center for Philosophy, Science, Civilization and Gnostic-Spiritualism at ICAS Paramadina University. Also being keen to prove that Indonesia was once the seat of an Ancient Ice-Age Civilization has established AI ( Atlantis Indonesia) This group has grown in members at an enormous rate (some twenty six thousand members) and are a lot of fun to hang out with!
So on the 25th of October 2013 the Captain, our close Miri friend Mr Chai and I met up with our Producer Eric (Treasure Images Saba) in Java to explore the possibilities of this mountain actually being a Step Pyramid Older than 10,000 BC  It was the information that The Presidential Task Force had conclusively confirmed through  extensive surveys with electrical resistivity, ground penetrating radar and seismic tomography and having analysed drill core samples from selected areas that motivated our visit.We wanted to include the Atlantis Indonesia group and offered to hire a bus so that the small group of students that followed us to the other  two mountains that were suspected of being Pyramids could follow on this trip. However it ended up being four buses with one hundred and seventeen ( yes you read correctly 117) otheres followed!!It was an awesome experience to say the least.

Viewing all 1300 articles
Browse latest View live