Seminar Lintas Agama Persatuan Bangsa GERAKAN NUSANTARA BANGKIT (GNB) JEMBER
Seminar Lintas Agama Persatuan Bangsa GERAKAN NUSANTARA BANGKIT (GNB) JEMBER
Konsep Politik Bung Karno
Konsep Politik Bung Karno
Konsep utama politik Bung Karno adalah membangun Indonesia menjadi kekuatan utama di Asia, untuk itu rakyat perlu disadarkan naluri kehormatannya sebagai sebuah bangsa.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Bung Karno adalah mengarahkan kekuatan geopolitik Asia Tenggara, sebagai poros perdagangan dunia yang merdeka dan tidak bergantung pada kekuatan apapun.
Asia harus bebas sebebasnya, sementara kepentingan Inggris dan Amerika Serikat mulai mengubah bentuknya dari kekuatan kolonial menjadi kekuatan kapital.
Disini Bung Karno harus memainkan strategi geopolitik bagi bangsa Indonesia, sebagai negara kuat dan berdaulat mendorong kemerdekaan di Asia Tenggara.
Di Vietnam, Bung Karno mendukung kedaulatan bangsa Vietnam, sementara di Borneo Utara langkah politik Bung Karno mendorong kemerdekaan bangsa Sarawak. Dorongan ini nantinya akan memperkuat bangsa bangsa di Asia Tenggara sebagai bangsa yang berdaulat dan tidak tunduk pada kekuatan asing.
Pada periode 1960-1963, Bung Karno melancarkan agenda politik “Tahun-Tahun Kemenangan” yaitu menciptakan kondisi pembebasan Irian Barat.
Bagi Bung Karno, Irian Barat bukan saja konsep sebuah wilayah kebangsaan Republik yang sudah ia sumpahkan pada tahun 1945 seluruh wilayah jajahan Hindia Belanda masuk ke dalam Negara Kesatuan, sebuah Negara yang disebut Bung Karno sebagai “Negara Pembebasan” tapi Irian Barat adalah pembuka bagi terbentuknya “Wilayah Pusat Perdagangan di Asia Pasifik, dimana Indonesia menjadi motor pembukanya”.
Indonesia akan menjadi negara kuat di Asia Pasifik, kenapa Bung Karno sangat terobsesi dengan Asia Pasifik, karena menurut perhitungan politik Bung Karno, wilayah Eropa akan mengalami kejenuhan ekonomi, semua mengarah pada sebuah wilayah baru bernama Asia Pasifik. Inilah kenapa Jepang sangat mati-matian menguasai wilayah “Lautan Teduh” dan berani mengebom Pearl Harbour sehingga membuat Amerika Serikat murka, karena Jepang ingin menguasai wilayah Asia Pasifik sebagai sebuah “ruang hidup baru” kalau Hitler bilang “Lebensraum”.
Indonesia adalah sentrum dari kekuatan Asia Pasifik, dimana Pulau Kalimantan diperkirakan Bung Karno jadi Pusat Kekuatan Asia Pasifik, Bung Karno bahkan ingin memindahkan Ibukota RI dari Jakarta ke Palangkaraya, karena Bung Karno sadar front terdepan dalam perjuangan kemerdekaan jilid dua adalah melawan Front Inggris yang dibuat sepanjang perbatasan Federasi Malaysia.
Bila Kalimantan dan seluruh Asia Tenggara bersih dari pengaruh Inggris, maka seluruh wilayah Asia Tenggara menjadi bangsa kaya raya.
Itulah perhitungan Bung Karno…
Prabowo dan Gagal Paham Politik Ekonomi Berdikari
Konsep Ekonomi Berdikari yang dimaksud Bung Karno adalah melakukan politik ekonomi dengan inti kapital berada di tangan kaum Republik.
Persoalannya bukan di barang, tapi di kapital. Kedaulatan kapital menjadi sangat penting dalam ekonomi berwatak Sukarnois.
Prabowo salah menangkap soal politik ekonomi Berdikari itu, yang dicerna Prabowo soal produksi dan arus produksi, tapi Bung Karno lebih jauh lagi, dalam politik ekonomi berdikari yang dikuasai adalah struktur Kapital bukan arus komoditi.
Saya harap Prabowo mau belajar lebih jauh soal politik ekonomi Berdikari yang sebenarnya adalah masukan dari kaum Murba-Tan Malaka, seperti Chaerul Saleh dan juga konsepnya dibuat oleh Ir.Djuanda. Terlepas dari persaingan politik antara Djuanda dan Soemitro, lalu juga bagaimana Pak Cum ayah Prabowo mengingkari ekonomi politik sosialis bahkan dari kaum PSI sekalipun seperti Prof. Sarbini Soemawinata. Mungkin inilah yang membuat Prabowo terasing terhadap dasar dasar ekonomi berwatak Sukarnois.
Konsepsi ekonomi Berdikari secara rinci dirumuskan Bung Karno dan menjadi Garis Besar Haluan Ekonomi Nasional dalam Pokok Pokok Perencanaan Pembangunan Semesta dengan pidato TAKARI (Tahun Berdikari) 1965, saat itu Bung Karno merancang ekonomi berwatak kedaulatan kapital di segala sektor dengan membentuk renstrat (rencana strategis) Geopolitik.
Di tahun 1965, Bung Karno memperkuat kekuatan untuk menggempur Malaysia di Kalimantan Utara, tujuannya membebaskan Kalimantan Utara terutama Brunei dan Sarawak dari pengaruh Inggris. Namun tujuan besar disini, Bung Karno memperluas pengaruh Kapital dan kekuatan modal Republik tidak dibendung.
Dalam menjalankan Politik Berdikari yang induknya adalah Perintah Pembangunan Semesta Berencana 1963, Bung Karno membuka prolog pembangunan dengan rencana tata ruang wilayah, dengan membangun rintisan bandara bandara baru, memperluas fungsi fungsi pelabuhan, dan membangun kota kota baru di luar Pulau Jawa, inilah yang dilakukan Jokowi sekarang.
Dengan melakukan politik pembangunan infrastruktur, penempatan tata ruang wilayah, menempatkan intelektual intelektual dan tenaga muda terampil di wilayah wilayah baru adalah Politik Jangka Panjang Berdikari.
Pemahaman Berdikari Bung Karno dalam Politik sangat konseptual dan mendalam Bung, bukan sekedar soal arus barang, produksi barang dan tenaga kerja tapi soal yang paling mendalam yaitu : Kedaulatan Kapital.
Ini yang jarang dipahami generasi sekarang, termasuk Prabowo sekalipun…
(Catatan Politik Anton DH Nugrahanto, 2018)
Prabowo dan Gagal Paham Politik Ekonomi Berdikari
Prabowo dan Gagal Paham Politik Ekonomi Berdikari
(Catatan Politik Anton DH Nugrahanto, 2018)
Konsep Ekonomi Berdikari yang dimaksud Bung Karno adalah melakukan politik ekonomi dengan inti kapital berada di tangan kaum Republik.
Persoalannya bukan di barang, tapi di kapital. Kedaulatan kapital menjadi sangat penting dalam ekonomi berwatak Sukarnois.
Prabowo salah menangkap soal politik ekonomi Berdikari itu, yang dicerna Prabowo soal produksi dan arus produksi, tapi Bung Karno lebih jauh lagi, dalam politik ekonomi berdikari yang dikuasai adalah struktur Kapital bukan arus komoditi.
Saya harap Prabowo mau belajar lebih jauh soal politik ekonomi Berdikari yang sebenarnya adalah masukan dari kaum Murba-Tan Malaka, seperti Chaerul Saleh dan juga konsepnya dibuat oleh Ir.Djuanda. Terlepas dari persaingan politik antara Djuanda dan Soemitro, lalu juga bagaimana Pak Cum ayah Prabowo mengingkari ekonomi politik sosialis bahkan dari kaum PSI sekalipun seperti Prof. Sarbini Soemawinata. Mungkin inilah yang membuat Prabowo terasing terhadap dasar dasar ekonomi berwatak Sukarnois.Konsepsi ekonomi Berdikari secara rinci dirumuskan Bung Karno dan menjadi Garis Besar Haluan Ekonomi Nasional dalam Pokok Pokok Perencanaan Pembangunan Semesta dengan pidato TAKARI (Tahun Berdikari) 1965, saat itu Bung Karno merancang ekonomi berwatak kedaulatan kapital di segala sektor dengan membentuk renstrat (rencana strategis) Geopolitik.Di tahun 1965, Bung Karno memperkuat kekuatan untuk menggempur Malaysia di Kalimantan Utara, tujuannya membebaskan Kalimantan Utara terutama Brunei dan Sarawak dari pengaruh Inggris. Namun tujuan besar disini, Bung Karno memperluas pengaruh Kapital dan kekuatan modal Republik tidak dibendung.Dalam menjalankan Politik Berdikari yang induknya adalah Perintah Pembangunan Semesta Berencana 1963, Bung Karno membuka prolog pembangunan dengan rencana tata ruang wilayah, dengan membangun rintisan bandara bandara baru, memperluas fungsi fungsi pelabuhan, dan membangun kota kota baru di luar Pulau Jawa, inilah yang dilakukan Jokowi sekarang.Dengan melakukan politik pembangunan infrastruktur, penempatan tata ruang wilayah, menempatkan intelektual intelektual dan tenaga muda terampil di wilayah wilayah baru adalah Politik Jangka Panjang Berdikari.Pemahaman Berdikari Bung Karno dalam Politik sangat konseptual dan mendalam Bung, bukan sekedar soal arus barang, produksi barang dan tenaga kerja tapi soal yang paling mendalam yaitu : Kedaulatan Kapital.
Ini yang jarang dipahami generasi sekarang, termasuk Prabowo sekalipun…
(Catatan Politik Anton DH Nugrahanto, 2018)
Bung Karno saat melakukan kunjungan ke Amerika Serikat pada tahun 1960. Dalam.lawatannya ia mengunjungi banyak tempat. Di masanya Bung Karno amat terkenal ke seluruh penjuru dunia, dia menjadi idola jutaan anak muda dunia. Pesona pemikirannya tentang konsepsi kemerdekaan dan pembebasan banyak mempengaruhi pergerakan kemerdekaan nasional.
Tongkat Komando Bung Karno
Tongkat Komando Bung Karno
Berkali-kali Bung Karno berkata bahwa Tongkat Komando-nya tidak memiliki daya sakti, daya linuwih..”itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai Pemimpin dari sebuah negara besar” kata Bung Karno pada penulis Biografi-nya, Cindy Adams pada suatu saat di Istana Bogor.
Bung Karno sendiri memiliki tiga tongkat komando yang bentuknya sama, satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya dan satu tongkat waktu ia berpidato. Namun kalau keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerap ia bawa adalah tongkat sewaktu ia berpidato.
Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda “Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci hitam Bung Karno dan Bung Karno pake pet hijau punya-nya Castro. “Pet ini saya pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista” kata Castro mengenai Pet hijaunya itu.
Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti Keris Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’ wallahu’alam . Tapi Bung Karno sakti, itu sudah jelas. Peristiwa paling menggemparkan bagi publik Indonesia adalah saat Bung Karno ditembak dari jarak dekat pada sholat Idul Adha. Tembakan itu meleset dan ini yang jadi heboh, bagaimana bisa penembaknya adalah seorang jago perang terlatih, kenapa menembak dari hanya jarak 5 meter tidak kena. Di Radio-radio saat itu saat sidang pengadilan penembak Bung Karno, terungkap saat Bung Karno membelah dirinya menjadi lima. Penembak bingung ‘mana Bung Karno’ ?
Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban, ‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa bahwa kesaktian itu tidak dipelajari. Waktu lahir Sukarno bernama Kusno, ia sakit keras kemudian diganti nama Sukarno. Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo datang dari Tulungagung untuk berjumpa dengan Sukarno kecil saat itu, sang Kakek melihat ada sesuatu yang lain di anak ini. Kakek Sukarno sendiri adalah seorang sakti, ia bisa menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala. – Rupanya di lidah Sukarno ada kemampuan lebih yaitu mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati bagian yang sakit dengan menjilat-.
Kakek Sukarno, tau bahwa ini kesaktian, tapi harus diubah asal cucunya jangan hanya jadi dukun, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk bangsanya. Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke Tulungagung dan memulai usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo. Nama leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang berperang melawan Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang membangun benteng-benteng perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah selesainya Perang Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel Belanda dan ia menyamar jadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi, mungkin akar inilah yang membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno. – Seperti diketahui Jawa Tengah adalah basis utama Sukarnois terbesar di Indonesia-.
Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa jadi kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno. Melihat kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa siang malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat Hardjodikromo bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius, berpakaian bangsawan Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan ‘bahwa cucumu adalah seorang Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di seluruh Nusantara’. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas.
Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan menyembuhkan langsung hilang berganti dengan ‘kemampuan berbicara yang luar biasa hebat’.
Bung Karno sendiri -menurut buku Giebbels, salah seorang Sejarawan Belanda- sudah diramalkan akan terbunuh dengan benda-benda tajam. Untuk itulah ia amat takut dengan jarum suntik, Bung Karno sendiri agak paranoid terhadap benda-benda tajam, ketika penyakit ginjalnya amat parah, ia menolak untuk berobat ke Swiss karena disana ia pasti akan dibedah dengan pisau tajam. Ia memilih obat-obatan herbal dari Cina.
Kembali ke tongkat tadi, tongkat Bung Karno itu dibuat dari bahan kayu Pucang Kalak, Pohon Pucang itu banyak, tapi Pucang Kalak itu hanya ada di Ponorogo, pohon Pucang. Tongkat Komando Bung Karno sendiri dipakai sejak 1952, setelah peristiwa 17 Oktober 1952. -Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu Pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan pada Bung Karno. ”Untuk menghadapi Para Jenderal” kata orang itu. Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi tongkat komando.
Sebagai tambahan dalam khasanah politik Indonesia, ‘ageman’ atau pegangan itu soal biasa. Misalnya Jenderal Sumitro, tokoh utama dalam rivaalitas dengan Ali Moertopo pada peristiwa Malari 1974, sebelum meletusnya Malari kedatangan seorang anak muda dengan pakaian dekil dan menyerahkan sebilah keris “Untuk menang Pak” kata anak muda itu.
Pak Harto sendiri punya ageman banyak yang bilang pusat kekuatan Pak Harto itu ada di Bu Tien Suharto, banyak yang bilang juga di ‘konde’ bu Tien. Tapi yang jelas Pak Harto adalah seorang pertapa, seorang ahli kebatinan tinggi, ia senang tapa kungkum di tempuran (tempuran = pertemuan dua arus kali) di Jakarta ia sering sekali bertapa di dekat Ancol tengah malam, saat tarik ulur dengan Bung Karno antara tahun 1965-1967.
-Anton DH Nugrahanto-.
BALI, Benteng terakhir Kearifan Dharma Nusantara

BALI
Bali bukan india,Ajaran dan Palsafah peradaban maju terdahulu yang kini tersimpan di Bali yang mewarnai tanah india,Tidak sebalik nya
Udvayam tamasaspari jyotis pasyanta uttaram,devam devatra suryamaganma jyotiruttamam
Artinya:
lihatlah menjulang tinggi di angkasa, cahaya yang terang
benderang mengatasi kegelapan telah datang, ia adalah Dewa Surya, dewa dari seluruh dewata, cahaya nya yg terang itu betapa
indahnya
Perhatikan budaya Bali menyimpan tentang falsafah Matahari lengkap dan masih terawat hingga kini,Indonesia harus menjaga Bali.
“Bali”,Bukti Peradaban awal dan maju di muka bumi terdahulu pernah ada di Nusantara terekam sempurna pada budaya Bali,Ajaran “Dharma”,leluhur kita kaum Schytia adalah Çaka,Ras Arya dengan symbol Su-Astika-nya.
Peradaban maju “Dinasty Surya” telah mempunyai ajaran dan palsafah yg di cirikan dengan penghormatan kepada sang Surya Matahari,Bukan menyembah Matahari.
Di era Majapahit para Rshi menyelamatkan ajaran asli Nusantara ke Bali,Para Raja mufakat untuk tidak menarik pajak di tanah ini.
Dewa tertinggi,Pada dasarnya adalah Surya yang memancarkan cahanya TUHAN,Lebih lengkapnya Hyang Surya Raditya Ra Aditya.
Disamping Dewa Surya dengan berbagai aspek, dewa lainnya yang
dominan adalah Agni dewa api, Indra dewa hujan, raja para dewa penguasa surga Vayu,Dewa Angin, juga dewi-dewi yang kerap dipuja atau disebutkan dalam mantra-mantra diantaranya Saraswati, Savitri, Aditi, Suryaputri.
Dewa-Dewi tersebut pada umumnya digambarkan secara anthrophomorphic, berwujud seperti manusia dengan keunggulan dan kelebihannya dengan senjata dan kendaraannya.
Dewa Agni Dewa Brahma, Dewa Indra dan Varuna diidentikan dengan Dewa Wisnu, yang merupakan nama lain dari Surya.
Di Bali, Dewa dan Dewi juga sering disebut dengan Bhatara dan Bhatari.
Dalam tradisi Jawa umumnya, dan pada tradisi pewayangan, istilah Bhatara dipakai untuk merujuk kepada Dewa.
Ajaran terdahulu asli Nusantara Indonesia terekam pada budaya Sunda Wiwitan, Baduy, Malim, Marapu, Kapitayan, Kaharingan, Tengger, Bali, Tolotang, Aluk todolo ini semua bukan dari india
Dalam tradisi Agama Dharma di Bali, istilah Bhatara diucapkan
“Bêtarə (betare)”, dan disamakan atau bahkan diidentikkan dengan
Dewa.
Penyebutan Bhatara,Hampir sama dan ada pada budaya asli lain nya di Nusantara Indonesia,Nama nama Dewa ini asli Nusantara,Bukan india.
Dewa merupakan sinar suci atau manifestasi dari Brahman, atau Tuhan yang Maha pencipta,Masyarakat di Bali sangat menekankan ritual-ritual perdamaian yang dramatis dan estetis terhadap “Hyang”
“Hyang Widhi Tunggal”,Tuhan yg Maha Esa
Agama Masyarakat Bali disebut pula Agama “Dharma” atau Agama Tirtha “Agama Air Suci”,Para sejarawan luar mencatat nya ajaran “Dharmic” ini sebagai dasar konsep agama agama timur bersumber dari peradaban maju kaum Schytia,Çaka
Di masa lalu..
Dalam perkembangan nya ajaran “Dharmic” yg di bawa kaum Çaka berkembang di dataran India,mendasari 2 ajaran utama salah satu nya “Jainsm” dengan tokoh nya “Mahavira” pada 5 SM,Pada 9 M lahir agama baru untuk membedakan tidak keduanya dan bukan Islam.
Di tanah kaum Çaka ini,pada era sebelum orba “Agama” tersebut di atas harus menjadi pilihan alternatif “Agama Resmi” Negara….
Borobudur adalah kiblat dunia pada masa itu bernama “Bhwana Sakha Phala”,ber palsafah ajaran asli Nusantara,tidak di bangun abad 8 M,Sailendra merawat bukan membangun
Palsafah tentang “Dharma” terekam pada dinding relief nya,juga prosesi kontemplasi spiritual,”Topobroto”,”Laku”, Samadhi, berbentuk arca posisi duduk bersila
Di relief bagian dasar yg kini tidak dapat di lihat karena tertutup batu ada di antara nya 12 teks literasi kata “Svargga” bukan “Nirvana”.
Dan prasasti dengan angka tahun Çaka di tanah ini negri kaum Çaka tidak di hitung dari 78 Masehi,itu adalah angka tahun saat kaum Çaka leluhur kita menaklukan Raja Salivahana di india
Maka sudah saat nya sejarah benar kembali…bangkit nya percaya diri anak bangsa yang di darah nya masih mengalir DNA kaum “Garuda Çaka”…
Rahayu …
KAJIANUSANTA RA
Oleh : Santosaba
santosaba234@gmail.com
ATLANTIS PUSATNYA DI KAMPAR

Ari Cahyanto berbagi kiriman ke kronologi Alfi Zachkyelle — bersama Ahmad Yanuana Samantho.

ATLANTIS PUSATNYA DI KAMPAR
—————————————
A. PENGHANCURAN GENERASI MANUSIA TAHAP PERTAMA.
Generasi manusia masa peradaban Lemuria,MU,Atlantis generasi pertama.
Sebelum hal ini dianalisa lebih lanjut pertanyaan mengapa Allah SWT membuat banjir besar global (banjir bah) harus dianalisa dulu secara lebih dalam, karena saya yakin maknanya sangat besar.
Dugaan saya ini berkaitan dengan dosa kaum dimasa Nabi Nuh AS selain menyembah berhala juga berbuat zalim terhadap sesama manusia, dan bahkan terhadap ekosistem bumi secara global. Naiknya konsentrasi debu bisa jadi menandakan ada konflik atau perang global antar sesama manusia, dan turunnya temperatur adalah karena lapisan debu yang sangat tebal menghalangi sinar matahari yang masuk, dan menurunnya konsentrasi CO2 menandakan rusaknya ekosistem di bumi yang mencakup binatang2, tumbuhan2, tanah dan lautan karena ekosistem mahluk hidup merupakan kontributor terbesar CO2 di bumi.
Sangat mungkin perang tersebut adalah perang nuklir yang lebih canggih dari jaman kita sekarang.Tidak menggunakan peluru kendali nuklir tapi mungkin menggunakan senjata sinar partikel (particle beam weapons) yang bisa menghancurkan materi menjadi debu tapi tetap meninggalkan efek radioaktif di lingkungan sekitarnya.Dan efek negatifnya adalah tercemarnya seluruh ekosistem bumi dengan radioaktif dan terjadi mutasi genetik yang merusak pada banyak mahluk2 hidup.Mungkinkah banjir global (banjir bah masa Nabi Nuh a.s) tersebut sebenarnya untuk mengembalikan kondisi bumi seperti dahulu kala dengan ekosistem yang baik dan manusia-manusia yang hidup damai dan tidak berperang satu-sama lain?.Dan air banjir global (banjir bah masa Nabi Nuh a.s) itu mungkin sebenarnya mencuci zat2 radioaktif untuk kemudian membuangnya ke dalam perut bumi ?.
.
Kalau analisa perang nuklir benar maka sesuai grafik sudah terjadi berkali-kali perang nuklir mungkin karena itulah Allah SWT mengirim banjir global.Wallahu’alam .Saya jadi ingat banyak ayat-ayat di Al Qur’an yang “melarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi” .diantaranya Firman Allah SWT : ” Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.(QS. Al-Baqarah : 11).
.
Dari riset literatur saya menemukan informasi bahwa kemungkinan manusia dimasa Nabi Nuh AS sebagian atau mungkin semuanya adalah kaum yang berfisik raksasa (Giants).Sebenarnya ini bisa dilihat dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mengindikasikan bahwa kaum Aad bertubuh raksasa, karena kaum Aad adalah pengganti/keturunan kaum Nabi Nuh AS maka secara logis bisa ditarik kesimpulan bahwa manusia dimasa Nabi Nuh AS juga kemungkinan bertubuh raksasa.
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (Q.S. Al-A’raf : 69).
.
Deskripsi Plato dalam teks Critias mengenai dataran yang datar di Atlantis.
The whole country was said by him to be very lofty and precipitous on the side of the sea,but the country immediately about and surrounding the city was a level plain,itself surrounded by mountains which descended towards the sea; it was smooth and even, and of an oblong shape,extending in one direction three thousand stadia, but across the centre inland it was two thousand stadia.
Dan dalam teks Critias diceritakan juga bagaimana Poseidon mengubah bukit pusat kota Atlantis menjadi lingkaran-lingkaran benteng yang mengalir air diantaranya.
.
B.GENERASI PERADABAN ATLANTIS PASCA BANJIR MASA NABI NUH AS.
Informasi dari mitologi India ada kisah daerah Patala yang merupakan daerah tempat tinggal para Asura. Daerah Patala dibagi menjadi :1.Atala.2.Vitala.3.Sutala.4.Talatala.5.Mahatala.6.Rasatala.7.Patala (Nagaloka).Salah satu daerah Patala yaitu “Atala” sangat mirip pengucapannya dengan “Atlantis”.Menurut mitologi India Kashyap adalah bapak dari para Adityas yang juga dikenal sebagai para Devas. Kashyap kemungkinan adalah Kush bin Ham Bin Nuh.Istri-istri Kashyap adalah anak-anak Prajpati atau Yafits Bin Nuh.Di mitologi India, para Adityas (Devas) dipuja dan disembah. Di mitologi yunani, para Titans (dimana Atlas adalah salah satunya) merupakan kelompok raksasa yang tadinya menguasai dunia. Setelah itu karena kekejaman Cronus pemimpin Titan maka Zeus mengadakan konfrontasi dan mengalahkan para Titan.
Dharma/Yamadharmaraja/Yamadipati/Bataradharma adalah Aditya generasi pertama, Jadi ia bersaudara kandung dengan Surya, Agni, Indra, Bayu, dan Baruna. Sesuai tradisi Hindu keluarga kerajaan besar dilahirkan oleh dinasti Surya atau dinasti Chandra, Garis keturunan lain yang terbentuk adalah dinasti Naga, dinasti Indra dan dinsati Agni, Perkawinan dengan garis keturunan sama tidak diperbolehkan. Adityas yang merupakan kelompok dewa India.
Dalam bahasa Sanskrit Atala berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (dalam bahasa Potugis), Atalaya (dalam bahasa Spanyol). kemegahan istana Atlantis ini berupa menara tinggi yang menembus awan dan tangga yang melingkar yang pernah menjadi inspirasi Raja Namrud untuk membuat tiruannya di babilonia bernama menara Babelonia. Menurut bible pendiri Tower of Babel adalah Nimrod anak dari Kush Bin Ham Bin Nuh.
Di dalam mitologi India terdapat kisah gunung Meru yang dideskripsikan sangat tinggi.Dan ternyata pada awal abad ke-20 M seorang berkebangsaan Hungaria Marac Aurel Stein menemukan “Manuskrip-manuskrip Dunhuang” yang diperkirakan berasal dari abad ke-2 Masehi di dalam gua “Seribu Budha”.Menariknya salah satu dokumen menggambarkan gunung “Meru” sebagai sebuah “Menara”.Mungkinkah ini wujud asli gunung “Meru” yaitu sebuah menara yang sangat tinggi yang disebut MENARA KANVA yang kami temukan di Muara takus Kampar ?..
.
Menurut Literatur Sanskrit Vayu Purana terdapat sebuah pulau yang bernama Malaya (Malaya Dwipa).V.H. Vader berteori bahwa Alengka terletak di Equator berdasarkan literatur sanskrit Vayu Purana dan analisa Bhaskaracarya seorang ahli astronom dan matematika India Kuno.
Ravana’s Lanka, and its capital Lankapuri, are described in a manner that seems super-human even by modern-day standards. Ravana’s central palace-complex (main citadel) was a massive collection of several edifices that reached over one yojana (8 miles or 12.88 kilometres) in height, one yojana in length, and half a yojana in breadth. The island had a large mountain range known as the Trikuta Mountain, atop which was situated Ravana’s capital of Lanka, at the center of which in turn stood his citadel. The city itself is described as being 100 Yojanas (800 miles or 1288 kilometres) long and 30 Yojanas (240 miles or 386.4 kilometres) in breadth.
.
Prof. Santos dalam bukunya (hal : 295-299) memaparkan beberapa detilnya tentang Atlantis.Beberapa ciri yang disebutkan oleh Prof. A. Santos dari literatur tulisan Plato adalah Atlantis berada di wilayah tropis dengan suhu hangat, panen padi-padian dua kali setahun, tanahnya sangat subur. Kiasan Plato mengenai “pulau Atlantis” mengandung pengertian “berlawanan atau berhadapan”. Hal ini berarti Atlantis terletak berlawanan dengan Gibraltar, seperti yang diyakini selama ini. Plato, diyakini Prof. Santos, merujuk pada tepi-samudera yang sebaliknya. “Pilar-pilar Herkules” itu sebagai Selat Sunda dan Taprobane sebagai “Pulau Atlantis” itu sendiri merujuk kepada Swarnadwipa (Pulau Emas); Pulau Sumatera. Di pulau inilah terdapat Kota Lanka, ibukota kerajaan Rahwana, nama lain dari Kerajaan Atlantis. Lanka dianggap sebagai lokasi awal Meridian 00 yang tepat berada di atas pusat Sumatera (Taprobane); lokasi Surga Bumi.Tradisi Yunani sebenarnya merujuk kepada tradisi Hindu tentang pulau Taprobane. Taprobane merupakan tempat dari mana bangsa Dravida datang pada mulanya.Taprobane (Kota Emas) terletak di Indonesia (Sumatera), di Garis Khatulistiwa.
.
Dengan terpublikasinya penelitian Prof. Santos ini tentu akan berimplikasi secara global. Jika selama ini di Indonesia masih membicarakan kemegahan Sriwijaya dan Majapahit saja,maka Prof. Santos melihat lebih jauh dari itu,Tak tanggung-tanggung ia nyatakan di negara bernama Indonesia inilah sebagai pusat lahirnya peradaban-peradaban besar dunia (pusatnya dikota lanka Taprobana swarnadwipa dititik O derjat,ciri ciri yang disampaikan santos menurut kami yang memenuhi syarat adalah Muara takus Kampar).Bahkan tak hanya itu, agama-agama besar juga dikaitkan kemunculannya dari daerah ini. Tidak hanya sejarah nasional yang sepertinya mesti dikoreksi melainkan sejarah global. Peta dunia juga mesti dinamai ulang sekiranya ini semua benar adanya.Penemuan luar biasa ini tentu akan mencipta polemik luar biasa pula, terutama di bidang akademisi yang masih menggaungkan pemikiran-pemikiran lama mereka.Maka sudah sepantasnya pemikiran Prof. Santos ini diapresiasikan.
Taprobana merupakan nama sebuah pulau dalam catatan Maximilianus Transylvanus.Dia merupakan penulis yang melakukan pencatatan ekspedisi Magellan 1519-1522. Dalam pemetaannya disebutkan bahwa Portugis telah berlayar dari Afrika menuju ke Kalkuta, dan kemudian Taprobana, yang kini disebut Zamatra.
Friar Odoric, seorang frater yang mengunjungi pulau itu pada abad ke-14 M telah menyebutnya sebagai Sumoltra. Masih dalam abad yang sama, penjelajah asal Maroko bernama Abu Abdullah Ibnu Battuta menyebutnya dengan lafal Samudra.Pada abad ke-15 M peta-peta navigasi Arab menyebutnya dengan Shumutra. Sementara Nicolo de Conti, seorang pelancong asal Venesia menggunakan sebutan Sumatera.
PA RA HYANG AN
PA RA HYANG AN
Pertanyaan :
Jika pada budaya Sunda Wiwitan di bumi Parahyangan ada kata “Dharma” Siwa Brahma dan Wisnu…. apakah ini ajaran di import dari luar Nusantara,Indonesia….?
Kapan “Misionaris” dari daratan itu datang dan menyebarkan ajaran nya di bumi Priangan…?
Mari kita cermati..
Dalam kesatuan kalimat, SUNDA mengandung arti :
Sejati Api Besar atau Api Besar yang Sejati
Maksud makna lain nya adalah Pa Ra Hyang ,Matahari “Ra” atau Sang Surya,Karena sesungguhnya “Sunda” adalah nama pada peradaban tertua di muka Bumi
“Dharma” Keberadaannya jauh sebelum ada agama yang dikenal pada saat sekarang,Ajaran Sunda merupakan cikal-bakal ajaran tentang cara hidup sebagai manusia beradab hingga mencapai puncak kemanusiaan yg tertinggi Adi Luhung. Selain itu ajaran Sunda juga yg mengawali lahirnya sistem pemerintahan dengan pola Karatuan Kerajaan yang pertama di dunia “Dinasti Surya”
Konsep SITUMANG,Rasi-Ratu-Rama-Hyang dengan perlambangan anjing ,sebagai tanda kesetiaan.
Sang Sri Rama Mahaguru Ratu Rasi Prabhu Shindu La-Hyang ,Sang Hyang Tambleg meneng,Putra dari Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manikmaya yang lebih dikenal sebagai Aji Tirem ,Aki Tirem,Aji Saka Purwawisesa
Ajaran Dharma “Sundayana” disampaikan secara turun-temurun dan menyebar ke seluruh dunia melalui para Guru Agung Guru Besar,Batara Guru
Masyarakat Jawa-Barat lebih mengenalnya dengan sebutan Sang Guru Hyang atau Sangkuriang,Sebagian lagi memanggilnya dengan sebutan,Guriang yang artinya,Guru Hyang
istilah Sinar adalah,Astra/Ra/Matahari, Cahaya (Dewa) dan Terang
Dharma,Sundayana terbagi dalam tiga bidang ajaran dalam satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah,Kemanunggalannya yaitu; Tata-Salira/Kemanunggalan Diri, berisi tentang pembentukan kualitas manusia meleburkan diri
Dalam ketunggalan agar menjadi diri sendiri (si Swa) yang beradab,merdeka dan berdaulat atau menjadi seseorang yang tidak tergantung kepada apapun dan siapapun selain kepada diri sendiri
Para sejarawan luar mencatat “Dharmic” sebagai dasar konsep agama agama timur bersumber dari peradaban maju kaum Schytia,Çaka sub ras ke 4 bangsa “Jawi” (ini bukan suku jawa)
Kaum Çaka pada thn 78 M menaklukan Raja Salivahana india,dan tahun ini yg di salah artikan sebagai awal tahun Çaka di seluruh prasasti,sehingga sejarah negri ini se olah baru ada setelah nya
Dalam perkembangan nya ajaran “Dharmic” berkembang di dataran India,mendasari 2 ajaran utama salah satu nya “Jainsm” dengan tokoh nya “Mahavira” pada 5 SM,Pada 9 M lahir agama baru untuk membedakan tdk kedua nya dan bukan Islam
Di tanah kaum Çaka ini,pada era sebelum orba tersebut di atas harus menjadi pilihan alternatif “Agama Resmi” Negara….
Sesuai dengan bentuk dasar ajaran “Matahari” sebagai sumber cahaya maka,Terdapat 5 warna cahaya utama Pancawarna yang menjadi landasan filosofi kehidupan penganut ajaran Sunda
Cahaya Putih di timur disebut Purwa, tempat “Hyang Iswara”
Cahaya Merah di selatan disebut Daksina, tempat “Hyang Brahma”
Cahaya Kuning di barat disebut Pasima, tempat “Hyang Mahadewa”
Cahaya Hitam di utara disebut Utara, tempat “Hyang Wisnu”
Segala Warna Cahaya di pusat disebut Madya, tempat “Hyang Siwa”
Lima kualitas Cahaya tersebut sesungguhnya merupakan nilai waktu dalam hitungan “wuku”,Kelima wuku, tidak ada yang buruk dan semuanya baik, Sang Hyang Siwa,dewa pelebur segala cahaya/warna
Dewa Siwa “Pelebur” cahaya saat ini telah disalah artikan menjadi Dewa Perusak
Ajaran Sunda dalam cerita pewayangan dilambangkan dengan “Jamparing Panah Chakra”
Kesimpulan :
Budaya asli Nusantara maju terekam sempurna pada budaya Bali SundaWiwitan,Tengger,Malim,Marapu,Tolotang dll
Ketahuilah bahwa leluhur kita kaum Çaka membawa ajaran “Dharma” mewarnai 3/4 muka bumi,Tumbuh di luar Indonesia pada abad 5 SM menjadi ajaran yang kini di labelkan di Borobudur
Sejatinya berpalsafah ajaran asli Nusantara….
KAJIANUSANTA RA
Oleh : santosaba
santosaba234@gmail.com

JUNG JAWA LAMBANG KEPERKASAAN MARITIM NUSANTARA





JUNG JAWA LAMBANG KEPERKASAAN MARITIM NUSANTARA
“Nenek moyangku orang pelaut” memang bukan sekedar adagium tanpa bukti. Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Nusantara adalah pelaut2 tangguh. Keberanian mengarungi lbh dari sepertiga samudera di dunia telah di jelajahi oleh pelaut2 kita jauh sebelum bangsa Eropa menemukan jalan laut menuju Cina. Teknologi perkapalan, kemampuan navigasi dan akurasi sistem kartografi (pemetaan laut) tidak kalah canggih bahkan mengungguli teknologi nautika bangsa Eropa.
Demikianlah kisi2 nya:
1. Jenis kapal dan perahu Nusantara sangat beragam. Baik dari sisi ukuran, disain bentuk, fungsi, kecepatan berlayar dan estetikanya. Kita mengenal nomenkkatur2_kapal: perahu bercadik, lancang, kora-kora, phinisi, jung, gale-gale, sampan, dll. Semuanya khas Nusantara dan Austronesia (kebudayaan bangsa2 laut Selatan).
2. Peneliti Cina baru2 ini menyimpulkan bahwa fosil kapal yg ditemukan di gunung Jedi (yg ditengarai sbg kapal Nabi Nuh) terbuat dari kayu jati Jawa.
3. Sebuah fosil perahu yg ditemukan di Punjulharjo, Rembang Jawa Tengah pada th 2009 menurut uji C14 (carbon dating) berasal dari abad ke 7 masehi (th 600an masehi). Disain dan konstruksi perahu tsb tergolong sangat canggih utk ukuran zamannya. Kayu2 pada lambung direkatkan dg tali ijuk dan tonjolan2 pasak/pin yg saling mengunci (seperti permainan lego saat ini). Sedangkan lengkungannya menggunakan gading gajah. Sungguh sangat luar biasa!
4. Jung Jawa adalah semacam “kapal induk” kuno dg 4 tiang layar yg ukurannya setara dg 2 kali jung Cina dan hampir 4 kali kapal2 Eropa. Jung jenis ini bobotnya bs mencapai 600 – 1000 ton. Tome Pires dlm Suma Oriental menulis bahwa kapal Portugis di Malaka (th 1511) “Anunciada” bahkan sama sekali tdk menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dg Jung Jawa yg sangat besar.
5. Kapal (jung) perang Jawa konstruksinya sangat kokoh. Lambungnya mampu menahan serangan meriam Portugis. Jung perang ini jg dipersenjatai dg meriam dan cetbang. Namun kelemahan — karena ukurannya terlalu bsr — jung
ini adalah gerakannya lambat, tdk lincah seperti kapal2 Eropa. Kesultanan Demak dipimpin oleh Pati Unus menggunakan jung jenis ini utk menyerang/merebut Malaka dari tangan Portugis pada th 1513. Gubernur Alfonso de Albuquerque & Tome Pires menyaksikan sendiri kehebatan armada Jawa tsb.
6. Kata ‘jung” secara etimologis berasal dari bhs Jawa Kuno “JONG” yg berarti kapal besar (merujuk pada prasasti Jawa Kuno abad ke 9). Selain itu istilah jung jg terdapat dlm bhs Cina “jun” dan bhs Portugis “Junco” dan bhs Italia “zonchi”
7. Dlm bidang nautika kartografi (peta pelayaran), para pelaut Jawa ternyata sdh memiliki peta jalur pelayaran yg bergaris2. Bahkan pada awal abad ke 16 (th 1500an) pelaut2 Jawa sdh membuat peta pelayaran dari Nusantara ke Madagaskar, Australia bahkan sampai Brazilia. Hal ini sungguh mencengangkan laksamana2 Eropa. Suma Oriental mencatat bahwa Alfonso de Albuquerque pernah menyerahkan peta beraksara Jawa tsb kpd Raja Portugal.
8. Dlm teknologi navigasi, ternyata kapal2 Jawa/Nusantara telah mengenal kompas dan Astrolobe (alat pengukur derajat ketinggian matahari di laut) sebelum kedatangan bangsa Eropa. Pelaut Jawa mengenal teknologi ini dari bangsa Cina, Arab dan Persia semenjak abad ke 13. Namun mareka jarang menggunakan. Karena orang Jawa/Nusantara lbh suka merespon keseimbangan kosmos sbg pedoman arah mereka. Angin, matahari, rasi bintang, burung2 camar, ikan laut, dll.
9. J. Noorduyn memberitakan bahwa lontara bilang (Makasar) dan sure’ bilang (Bugis) mencatat bahwa orang membuat/memakai kompas pertama pada th 1303 dan meriam dibuat/dipakai pertama kali pada th 1380. Yg membawa & memperkenalkan teknologi tsb di Makasar adalah diduga orang2 Majapahit, orang Arab, orang Persia, orang Keling dan orang Cina.
10. Ludovico di Vartema pada th 1506 mencatat bahwa dlm pelayaran dari Kalimantan ke Jawa, pelaut2 pribumi sdh menggunakan kompas & peta pelayaran.
11. Mualim kapal Ibnu Majid yg mengantarkan Vasco da Gama ke Afrika dan Kalikut sama sekali tdk merasa heran dipameri alat2 nautika canggih oleh pelaut2 Portugis. Itu dianggap sdh biasa.
12. Laksamana Steven van der Haghen pernah mendatangkan ratusan kompas dari Belanda utk dijual kpd org pribumi di Jawa. Namun org Jawa tdk merasa kagum dan tertarik karena org Jawa lbh suka menggunakan metode keseimbangan kosmos utk memandunya berlayar.
13. Galangan kapal terbesar dan paling terkenal di Asia Tenggara terdapat di Jepara dan Lasem. Selain itu ada jg galangan lain yg lbh kcl yaitu di kep. Kei Maluku. Gubernur Malaka Alfonso de Albuquerque pernah menyewa 60 org tukang kayu dan arsitek kapal dari Jawa urk dipekerjakan di Malaka.
14. Kebesaran dan kejayaan kapal2 (jung) Jawa tsb akhirnya berangaur2 musnah pasca berkuasanya VOC Belanda dan Sultan Agung (penguasa Mataram Islam) gagal membebaskan Batavia dari tangan VOC dlm 2 kali serangan (1628 & 1629). VOC kemudian melebarkan kekuasaannya merebut beberapa wilayah Mataram. Pada th 1677, tercatat bahwa orang2 Jawa sd tdk memiliki galangan kapal besar lg. Galangan2 kapal di Jepara, Lasem dan Kei kemudian direbut oleh VOC. Dari sisi internal, kebijakan penguasa Mataram yg akhirnya lbh mementingkan kultur agraris (orientasi gunung di pedalaman Jawa) telah melemahkan naluri maritim (berrorientasi samudera) bangsa Jawa. Akhirnya runtuhlah kebudayaan bercorak agraris-maritim yg dibangun bangsa Jawa semenjak masa kerajaan Singhasari, Majapahit dan kesultanan Demak.
KOLONIALISME TELAH BERHASIL MENGKERDILKAN NYALI BANGSA KAMI, BAHKAN HINGGA SAAT INI KAMI ENGGAN MENJADI ORANG BESAR.
MAWULU TAU ,MARAPU
MAWULU TAU ,MARAPU
Mawulu Tau-Majii Tau adalah Tuhan Pencipta dan Pembuat Manusia adalah ajaran asli Nusantara Indonesia yang masih hidup dan dianut oleh masyarakat Sumba di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Kalimat-kalimat yang ditujukan untuk menyebut Tuhan Yang Maha Esa itu antara lain :
Na Mapadikangu Tau,Pencipta Manusia
Na Mawulu Tau Na Majii Tau,Yang Membentuk dan Membuat Manusia
Na Ndiawa Tumbu-Na Ndiawa Dedi ,Yang Menumbuhkan dan Dewa Yang Menjadikan
Ina Nuku-Ama Hera,Hukum
Na Mapadikangu Awangu Tana ,Pencipta Langit dan Bumi,TUHAN
La Hupu Ina-La Hupu Ama
Na Ina Mbulu-Ama Ndaba
Dan banyak lagi penyebutan lain yang menggambarkan tentang Tuhan yang Maha Pencipta dan Esa.
Marapu yang artinya adalah “Yang dipertuan” atau “Yang dimuliakan”. Itulah sebabnya agama yang mereka anut juga disebut “Marapu”
Secara hierarki, para Marapu dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Marapu dan Marapu Ratu
Marapu ialah leluhur yang didewakan dan dianggap menjadi cikal-bakal dari suatu kabihu,keluarga besar/clan
Sedangkan Marapu Ratu ialah marapu yang dianggap turun dari langit dan merupakan leluhur dari para marapu lainnya
Tujuan utama dari setiap upacara ritual Marapu bukan semata-mata kepada arwah para leluhur ,Tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau ,Pencipta dan Pembuat Manusia atau Tuhan Yang Maha Esa
Jadi budaya atau ajaran Marapu menghargai menghormoti leluhur,tidak di salah artikan dengan memuja atau menyembah roh leluhur, bukan animisme dinamisme apalagi primitif
Kedudukan dan peran para Marapu itu dimuliakan dan dipercaya sebagai “lindi papakalangu“– ketu papajolangu menyeberangkan dan sebagai perantara antara manusia dengan Tuhannya
Para marapu inilah yang telah menerima Nuku – Hara,Hukum dan Cara atau tata tertib hidup bermasyarakat dari Maha Pencipta yang wajib ditaati oleh manusia
Ajaran Marapu tidak Primitif bukan Animisme Dinamisme,itu labeling bangsa penjajah yg telah merampok kekayaan negri ini,menyita 12 kilometer dokumen asli catatan leluhur kita di “Leiden”
“Katuada” merupakan tempat upacara berupa tugu,semacam lingga-yoni yang dibuat dari sebatang kayu kunjuru atau kayu kanawa serta sisi-sisinya diletakkan batu pipih
Batu pipih tersebut merupakan tempat untuk meletakkan bermacam-macam sesaji kepada Umbu-Rambu ,dewa-dewi yang berada di tempat itu, antara lain berupa “Pahapa” sirih pinang, “Kawadaku” , keratan mas, dan “Uhu mangejingu”
Acara sesaji ini hampir ada di seluruh budaya Nusantara,sesajian adalah bentuk penghormatan dari yg hidup kepada leluhur nya,bukan memberi makan roh leluhur atau menyembah
Langit, tempat asal semua Marapu, terdiri dari delapan lapis yang disebut Awangu Walu Ndani dan berbentuk seperti hawita panggubulungu ,kukusan tertelungkup, Kerucut, Pyramida, Punden Berundak
Tergambar pada monumen kiblat dunia masa peradaban maju Nusantara Indonesia terdahulu Bhwana Sakha Pala, kini di sebut “Borobudur” falsafah nya asli Nusantara, bukan india
Budaya Marapu percaya, Pada lapisan yang pertama bersemayamlah La Hupu Ina – La Hupu Ama, yang menciptakan alam semesta beserta isinya
Di lapisan pertama yang bernama Hupu Makanjudingu – Hupu Makapatangu ujung yang gelap gulita ini, diciptakan lah seorang pria dan seorang wanita
3 tahapan tingkatan ini di sebut Bhwana, Buana, alam kehidupan tercermin dalam 3 tahapan bangunan Borobudur,bukan rupa arupa datu,
Marapu sudah mengenal Tuhan pencipta,Surga Neraka,Langit serta tingkatannya,manusia awal dan tata tertib bermasyarakat
Ajaran asli Nusantara telah ada lebih dahulu sebelum ada ajaran lain,”Dharma” ajaran ini menyebar ke penjuru dunia di bawa leluhur kita kaum Çaka.
Leluhur Nusantara terdahulu adalah kaum Çaka/Schytia/Ras Arya sub ras ke 4 bangsa “Jawi” yg berkuasa di 3/4 muka bumi,terbukti di tanah ini tersebar prasasti dgn tahun Çaka,tidak di mulai thn 78 M
Tahun itu adalah saat Kaum Çaka leluhur kita menaklukan Raja Salivahana india
…dan akan kembali bangkit berjaya,karena di darah kita ini masih mengalir DNA “Garuda Çaka”…
KAJIANUSANTA RA
Oleh : santosaba
santosaba234@gmail.com

Menakar Kekayaan Majapahit yang Konon Pernah Menjadi Kerajaan Termakmur di Asia Tenggara

Semenjak keruntuhan Majapahit, Indonesia mulai dimasuki oleh pendatang asing dari tanah Eropa. Dari situlah, episode paling kelam negeri ini yang dinamakan sebagai penjajahan, telah dimulai. Dilansir dari news.okezone.com, bangsa Belanda yang tercatat sebagai pengokoloni tanah Indonesia selama ratusan tahun, ternyata banyak membawa peninggalan Majapahit dan diangkut ke negerinya.

Salah satunya adalah arca Emas Sutasoma dari abad ke-14. Bukan hanya di Belanda, banyak dari benda berharga warisan dari kerajaan yang berpusat di Mojokerto itu di bawa ke Amerika Serikat. Di antaranya adalah arca emas Bhairawa di The Metropolitan Museum of Art.
Kolam segaran yang konon menjadi simbol kekayaan Majapahit
Pada masa pemerintahan Majapahit, Kolam Segaran seolah menjadi simbol jumawa, betapa kayanya kerajaan tersebut. Menurut legenda yang dikutip dari news.detik.com, kolam seluas 375 x 175 meter persegi ini merupakan lokasi raja Majapahit menjamu tamu dari kerajaan lain. Untuk menunjukkan kekayaan kerajaan kala itu, piring-piring emas pun dibuang ke kolam ini tiap kali jamuan selesai dilakukan.

Sayang, hal tersebut kini tak ditemukan setelah kolam mengering. “Dasar Kolam Segaran berupa tanah. Tidak ada piring emas. Kalau ada pasti diserbu orang. Itu hanya cerita rakyat,” kata Juru Pelihara Kolam Segaran dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, Adi Waluyo yang dikutip dari news.detik.com.
Perhiasan para bangsawan Majapahit yang disimpan di lokasi rahasia
Emas hasil peninggalan Majapahit ternyata juga menjadi sasran pencurian di era modern. Alhasil, keberadaan benda berharga itu disimpan di sebuah tempat rahasia di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Laman tekno.tempo.comenuliskan, barang peninggalan yang berjumlah 218 dan terdiri dari 60 jenis tersebut, disimpan dalam brankas dan harus dibuka oleh tiga orang yang memegang kunci.

Benda itu di antaranya adalah perhiasan berupa cincin, tusuk sanggul, rantai untuk pinggang, selempang dada, dan miniatur dewa, hewan, dan bunga dalam mitologi agama Hindu dan Budha. Beberapa bahkan ada yang berupa batu akik, miniatur patung Budha, kura-kura, naga, dan gajah yang terbuat dari emas. Perhiasan itu rata-rata memiliki kadar sebesar 16 hingga 22 karat.
Desa emas yang tersembunyi
Desa Kemasan mungkin menjadi salah perkampungan kuno yang berhasil ditemukan di abad modern ini. Bukan tanpa alasan, nama Kemasan sendiri didasarkan oleh banyaknya emas yang ditemukan di areal tersebut saat dilakukan penggalian.

Menurut Direktur Eksekutif Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, Adrian Perkasa, yang dikutip dari travel.detik.com mengatakan saking banyaknya emas yang ditemukan, sampai-sampai ada pemburu harta karun pada masa itu. Salah satunya adalah Henry Maclaine yang merupakan merintis pelestarian situs Trowulan.BACA JUGA: 7 Fakta Kerajaan Majapahit yang Telah Dilupakan Sejarah
Indonesia patut berbangga dengan adanya kerajaan besar seperti Majapahit yang berjaya di masa lalu. Meski saat ini tak banyak dari warisannya berada di Indonesia, setidaknya kita mau menghargai dan merawat peninggalan yang masih tersisa di bumi Indonesia. Bukan hanya sekedar sebgai bentuk mengenang kebesaran Majapahit. Tetapi juga sebagai bukti bahwa Indonesia pernah menjadi negara adidaya yang kaya raya dan makmur di masa lalu.
7 Fakta Kerajaan Majapahit yang Telah Dilupakan Sejarah
Adi Nugroho 167w | Trending

1. Berdirinya Kerajaan Terbesar di Asia Tenggara
Kerajaan Majapahit pertama kali berdiri pada 1293, atau akhir abad ke-13. Orang hebat yang mendirikan kerajaan ini bernama Raden Wijaya. Ia dikukuhkan menjadi seorang Raja dan mendapatkan sebuah gelar Sri Kertajasa Jayawardhana. Raden Wijaya memerintah Majapahit selama 16 tahun hingga akhirnya digantikan oleh Kalagamet atau lebih sering dikenal dengan Sri Jayanegara.
![Surya Majapahit [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Surya-Majapahit.jpg)
Sejak diperintah oleh Raden Wijaya, Majapahit menjadi sebuah kerajaan yang sangat besar. Bahkan termasuk terbesar di Asia bersama dengan kekaisaran China. Saat berdiri, kerajaan ini memiliki negara berupa Surya atau matahari, dan bendera berwarna Merah Putih. Bendera Indonesia berasal dari warna bendera Majapahit yang hebat di masa lalu. Semoga kelak Indonesia juga bisa hebat seperti Majapahit.
2. Wilayah Kekuasaan Majapahit yang Sangat Luas
Seperti yang telah disebutkan di atas, Majapahit adalah sebuah kerajaan yang sangat besar. Wilayah kekuasaannya tak hanya di Pulau Jawa. Namun tersebar di seluruh pelosok nusantara dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, wilayah seperti Kerajaan Malaka yang saat ini Malaysia, dan Kesultanan Champa yang saat ini wilayah Vietnam juga merupakan wilayah Majapahit.
![Wilayah Kerajaan Majapahit [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Wilayah-Kerajaan-Majapahit.png)
Sederhananya, hampir semua wilayah di Asia Tenggara merupakan kekuasaan Majapahit. Kekaisaran China saja sampai hormat dengan Majapahit. Mereka menganggap kerajaan hebat di Indonesia sebagai kerabat yang suatu saat bisa diajak kerja sama. Sungguh ironis dengan keadaan sekarang kan? Indonesia justru tunduk dengan China padahal di masa lalu orang kita begitu hebat di mata mereka.
3. Masa Keemasan Kerajaan Majapahit Simbol Kemakmuran Rakyat
Kita bisa mengatakan jika Majapahit adalah wajah Indonesia di masa lalu. Banyak kesamaan antara Indonesia dan Majapahit meski dalam beberapa hal perbedaannya cukup jauh. Kerajaan ini memasuki masa kejayaan di era pemerintahan penguasa ketiga bernama Tribuana Tunggaldewi. Ia adalah anak perempuan antara Raden Wijaya dan Gayatri. Selama memerintah dari tahun 1328-1352, Majapahit mulai memperkuat pertahanan dan juga perdagangannya.
![Ilustrasi Hayam Wuruk blusukan keliling negeri [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Ilustrasi-Hayam-Wuruk-blusukan-keliling-negeri.jpg)
Di akhir jabatannya, Sang Ratu mengangkat seseorang menjadi Patih, ia bernama Gajah Mada. Setelah Tribuana Tunggaldewi turun tahta ia digantikan oleh Hayam Wuruk. Pada masa ke-4 ini, Majapahit menjadi kerajaan yang benar-benar makmur. Seluruh rakyat yang berada di bawah kekuasaan Majapahit hidup dengan dalami dan enak. Berbeda jauh dengan rakyat yang hidup di era sekarang. Yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin tersisih.
4. Hubungan Kerajaan Majapahit dengan Kekaisaran China dan Kesultanan Champa
Kerajaan Majapahit terus berkembang meski tidak terlalu pesat. Sejak taun 1447, Kerajaan Majapahit menggelari rajanya dengan Brawijaya. Raja pertama yang mendapat gelar ini bernama Kertawijaya. Saat dijabat Brawijaya ke-V, Majapahit lambat laun mulai goyah meski tetap disegani di berbagai wilayah di dunia.
![Koin dari China [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Koin-dari-China.jpg)
Buktinya Kaisar China mengirim seorang Putri bernama Tan Eng Kian untuk dinikahi dan hadiah berupa koin uang. Hal ini dilakukan untuk mempererat persaudaraan. Hal yang sama ternyata juga dilakukan oleh Kesultanan Champa. Ia mengirim seorang putri bernama Anarawati. Sejak kedatangan sang putri dari Champa, Brawijaya ke-V jadi mudah dipengaruhi. Ia tak lagi bijak, bahkan menyuruh pergi Tan Eng Kian dari istana dan menikahi Anarawati.
![Makam putri Champa di Trowulan [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Makam-putri-Champa-di-Trowulan.jpg)
Masuknya Anarawati menjadi cikal-bakal kehancuran kerajaan Majapahit. Gadis ini memang mengemban misi untuk membuat kerajaan Majapahit keluar dari jalur-jalurnya. Termasuk mengubah keyakinan dari Siwa-Buddha menjadi Islam. Agama yang dianut oleh Anarawati dan Kesultanan Champa.
5. Raja Majapahit Ibarat Macan yang Digagahi oleh Merak
Pernahkah anda melihat atraksi Reog Ponorogo? Sebuah pertunjukan dengan pemain menggunakan topeng berkepala macan dengan bulu merak di sekitarnya.Ternyata kesenian itu pertama kali dipertunjukkan di depan Brawijaya ke-V saat terjadi acara kerajaan. Seniman-seniman berkumpul dan berusaha menyindir raja dengan kesenian yang indah dan memukau.
![Patung Brawijaya V [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Patung-Brawijaya-V.jpg)
Saking takjub dengan tarian yang diberi nama dadak merak ini raja ingin tahu maksud dari tarian. Akhirnya seniman yang berasal dari Ponorogo (dulu bernama Wengker) menjelaskan maksudnya. Kepala macan artinya raja sekarang, dan merak adalah istri yang disukainya sekarang. Macan tak bisa apa-apa setelah di kepalanya dihinggapi keindahan merak.
![Reog Ponorogo [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Reog-Ponorogo.jpg)
Seperti yang terjadi pada Brawijaya ke-V. Ia tak bisa melakukan apa-apa. Selalu menurut dengan kemauan istri barunya. Bahkan acuh dengan komentar dan nasihat dari pada sesepuh kerajaan. Mendengar hal ini raja marah memerintahkan pasukan untuk menyerang daerah Wengker asal seniman reog berasal.
6. Islamisasi yang Dimulai dari Inti Kerajaan
Tujuan Anarawati dikirim ke pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit adalah untuk mengislamkan kerajaan ini. Ia melakukan segala cara agar proses pengislaman di Jawa dapat berjalan dengan lancar. Dimulai dengan mengusiran Tan Eng Kian. Lalu ia memengaruhi raja untuk membuat sebuah padepokan pengajaran Islam yang kelak didirikan di Surabaya.
![Patung Anarawati [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Patung-Anarawati.jpg)
Untuk mencari guru, Anarawati memanggil saudaranya dari Champa untuk mengajar. Lambat laun Islam mulai menyebar dan memengaruhi banyak sekali aspek. Dari sini mulai muncul beberapa pemuka agama Islam besar yang kelak sering kita sebut dengan Wali Songo. Semuanya dibuka oleh kehebatan Anarawati memengaruhi keputusan sang Brawijaya ke-V.
7. Kehancuran Majapahit yang Menjadi Nyata
Sejak Brawijaya ke-V menjabat, Majapahit kian di ujung tanduk. Beberapa wilayah kekuasaan mulai menjadi kerajaan Islam. Mereka kian menekan ke pusat hingga kerap terjadi perang dan pemberontakan. Perdagangan juga kian tak terkontrol, banyak pedagang atau saudagar dari daerah Islam yang datang. Mereka semua juga menyebarkan Islam hingga akhirnya banyak kerajaan Islam muncul di Pulau Jawa.
![Kesultanan Demak muncul saat Majapahit hancur [image source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/Kesultanan-Demak-muncul-saat-Majapahit-hancur.png)
Kerajaan Majapahit hanya bertahan 40 tahun setelah Brawijaya ke-V turun tahta. Hanya ada dua raja setelahnya yaitu Brawijaya ke-VI dan Patih Udara. Setelah itu silsilah Kerajaan Majapahit hancur dan berganti dengan Kerajaan Islam. Jika saat itu Anarawati tidak memengaruhi raja, mungkin Islam tidak akan menjadi negara yang dominan di Indonesia.Itulah tujuh fakta dari Kerajaan Majapahit yang nyaris dilupakan oleh sejarah. Semoga setelah membaca tujuh poin di atas kita bisa mengingat kembali kehebatan Majapahit di masa lalu. Kehebatan calon Indonesia yang tidak bisa dimiliki Indonesia di dunia modern seperti sekarang. Sungguh miris!
Bak Majapahit Jilid 2, Inilah yang Akan Terjadi Pada Indonesia Jika Pejabatnya Tak Korupsi

Tapi apakah Saboom pernah berfikir, apa yang terjadi seandainya negara ini bebas dari tindakan bejat tersebut? Bak mengulang kejayaan era kerajaan Majapahit di masa lampau,Indonesia akan menjelma menjadi kekuatan di belahan timur dunia yang bakal disegani oleh bangsa lain. Tak hanya itu, kehidupan rakyat pun menjadi makmur dan terjamin dengan baik. Seperti apa kisah hebat Indonesia jika hal itu benar-benar terjadi? Simak ulasan berikut.
Negara maju dengan mental positif yang kuat

Kejujuran merupakan pondasi awal bagi kekuatan suatu negara. Ada banyak contoh nyata yang terjadi di berbagai belahan dunia, tentang era keemasan suatu pemerintahan dengan mengedepankan keterbukaan dan terus terang sebagai pondasi negara. Dengan suasana yang tenteram, masyarakat cenderung berfikir positif dan mencintai negeri serta pemimpinnya. Jika suatu saat diperlukan, mereka tak segan menumpahkan darah dan raganya demi membela harga diri bangsa. Andaikan para elit Indonesia merupakan sosok yang jujur dan terpercaya, tentu rakyat kecil akan berpihak tanpa harus disuruh.
Kekayaan negara untuk mensejahterakan rakyat

Tak dipungkiri, korupsi yang terjadi di Indonesia membuat kekayaan negeri ini hanya dinikmati oleh segelintir elit dan bangsa asing. Mental pejabat Indonesia yang mudah disogok dan silau akan harta benda, merupakan akar dari permasalahan tersebut. Seandainya itu semua tak terjadi, tentu semua fasilitas dari sang maha kuasa itu bisa dinikmati secara merata untuk rakyat Indonesia. Yang terjadi saat ini, yang kaya bertambah hartanya. Sementara si miskin, harus berjuang sendirian agar tak mati secara perlahan di lumbung padi negeri yang makmur ini.
Pertahanan negara akan kokoh tanpa korupsi

Jika seluruh pejabat Indonesia tak melakukan tindakan korupsi, tentu negara ini akan disegani oleh bangsa lain di dunia. Bukan apa-apa. Dana yang melimpah pada kas negara, bisa digunakan untuk membangun sektor militer terkuat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Pesawat siluman, kapal induk dan nuklir, merupakan hal yang belum pernah dimilki Indonesia hingga saat ini. Tak hanya soal belanja alutsista dan menyuburkan pasukan militer, tapi juga ikut memberikan jaminan keamanan pada dunia. Terutama di kawasan Asia Tenggara.
Menarik minat ilmuwan Indonesia yang berada di luar negeri

Seandainya kasus korupsi di Indonesia bisa ditekan, akan ada banya dana melimpah yang masuk ke dalam kas Tanah air. Sejumlah uang tersebut bisa digunakan untuk memulai riset mandiri di bidang sains dan teknologi. Tak hanya membiayai riset, sejumlah dana itu juga bisa digunakan untuk menarik minat Ilmuwan Indonesia yang selama ini berkarir di negeri seberang. Kolaborasi antara pengalaman serta keahlian jenius yang dibiayai dengan uang negara, tentu akan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi perjalanan Indonesia di masa depan. Banyak banget kan manfaatnya Saboom kalo enggak korupsi.
Disegani sekaligus dihargai oleh negara lain

Rendahnya tingkat korupsi yang ada di Indonesia, berpeluang akan menaikkan image dan citra bangsa Indonesia di mata Internasional. Kejujuran tersebut selain dapat meningkatkan pandangan positif, juga sebagai sarana yang bisa digunakan untuk meningkatkan kepercayaan oleh negeri lain pada bangsa Indonesia.Apapun alasannya, tindakan korupsi merupakan perbuatan kriminal yang sanggup menyeret sebuah negara menuju kehancuran. Seperti ulasan di atas, Indonesia akan menjadi perdaban luar biasa di muka bumi ini jika para pejabatnya tak menjadikan korupsi sebagai kebiasaan sehari-hari. Gimana menurutmu Saboom?
Pajajaran; Perkembangan Kerajaan Sunda di Pakuan
SOEKARNO; TAKDIR SEJARAH SANG HAMLET
SOEKARNO; TAKDIR SEJARAH SANG HAMLET
Oleh :
Tonny Basuki (Editor)
Dan dibalik penampilannya yang sangat percaya diri, langkahnya yang tegap, suaranya yang mengguntur, Sukarno adalah pribadi yang rapuh. Sukarno bermimpi menjadi Hercules seperti yang digambarkan dalam sebuah plakat pada dinding Istana Bogor: bayi Hercules dalam pangkuan ibunya, dikelilingi empat belas bidadari cantik, semuanya telanjang. “Cobalah bayangkan betapa bahagianya dilahirkan di tengah empat belas orang cantik seperti ini.” Keperkasaan Hercules menuntut kasih sayang, haus kelembutan. Sebagai orang yang percaya bisa memindahkan gunung dengan kata-kata, Sukarno membutuhkan dukungan total dari lingkungannya: cinta, pujian, dan penerimaan, jika bukan tepuk tangan.
Di masa kecil, dia memperolehnya dari Sarinah, pembantu rumah tangga yang namanya kemudian dia abadikan dalam judul sebuah bukunya dan pada sebuah toko serba ada di Jalan Thamrin, Jakarta. Dan ketika dewasa, Sukarno memperoleh tenaga Hercules-nya dari Inggit Garnasih, janda dengan usia selosin tahun lebih tua yang dikawininya di Bandung pada 1923. Inggit menjadi sumber semangat yang menyala dan ia menemaninya di masa-masa sulit. Tanpa Inggit, Sukarno barangkali benar-benar habis setelah ditahan di Penjara Sukamiskin dan diasingkan ke Ende. Kesendirian akan mudah membunuhnya.
Ketika mengantarkan buku biografi Inggit, Kuantar ke Gerbang, sejarawan S.I. Poeradisastra melukiskan paradoks Sukarno yang lain: dia bisa tampak seperkasa Herakles, tapi juga serapuh “Hamlet yang tercabik-cabik dalam kebimbangan“. Sayang, Inggit tak bisa memberinya anak. Banyak orang masih mafhum ketika Sukarno kemudian berpaling pada Fatmawati. Namun, ketika atletisme seksualnya justru kian menjadi-jadi setelah perkawinannya dengan Hartini, wanita keempat dalam hidup pribadinya, orang melihatnya secara lain. Gelar internasionalnya sebagai “Le Grand Seducteur” mengundang kekaguman, tapi sekaligus membenamkannya lebih jauh. Alih-alih menunjukkan kejantanan, obsesi itu membuka kedok dari ketakutannya, dari perasaan tidak amannya.
“Soekarno adalah Herakles di tengah-tengah gemuruh tepuk tangan masa. Dengan pidato-pidatonya ia dapat meruntuhkan gunung-gunung dan menimbun lembah. Tetapi terpisah dari gemuruh orang banyak, ia seorang Hamlet yang disobek-sobek kebimbangan. Ia sanggup mengomandokan Trikora dan Dwikora, tetapi secara pribadi ia tak berani menyembelih ayam sekalipun. Ia juru bedah ecek-ecek yang pingsan kalau melihat darah. (Ialah satu-satunya pemimpin revolusi yang tak tahu alif bengkoknya strategi perang!)” (S.I. Peoradisastra dalam pengantar “Kuantar ke Gerbang – Kisah Cinta Ibu Inggit Dengan Bung Karno)
Sukarno seperti ingin memaksakan diri menunjukkan potensinya di tengah kemampuan politiknya yang kian merosot. Tragis. Namun, fakta bahwa banyak wanita memang ingin dijamahnya, seperti juga banyak politisi menghamba dalam Demokrasi Terpimpin-nya, bahkan kemudian membolehkannya menjadi presiden seumur hidup, menunjukkan Sukarno tidak sendiri dalam cacatnya, dia manusia tak sempurna dalam dunia tak sempurna. Hatta, seorang pengkritiknya yang paling keras, punya penilaian yang lebih adil terhadapnya. Sukarno, tulis Hatta suatu ketika, adalah kebalikan dari tokoh Memphistopheles dalam Faust-nya Goethe. “Tujuan Sukarno selalu baik, tapi langkah-langkah yang diambilnya sering menjauhkannya dari tujuan itu.” Tapi, Sukarno punya ungkapan sendiri untuk meringkaskan hidupnya. “Dia mencintai negerinya, dia mencintai rakyatnya, dia mencintai wanita, dia mencintai seni, dan melebihi segalanya, dia cinta kepada dirinya sendiri.“
Salah satu bagian yang menonjol dalam garis silsilah Sukarno adalah perkawinannya dengan sembilan wanita. Tak semuanya menghasilkan keturunan dan tak semuanya berakhir dengan perceraian. Ia melewatkan dua perkawinan pertama dengan Oetari dan Inggit. Bung Karno tak memperoleh keturunan dari Inggit. Pasangan itu lalu mengasuh dua anak angkat, Ratna Djuami dan Kartika, yang hingga akhir 1980-an hidup amat sederhana dengan berjualan jamu di Bandung.
Setelah bercerai dengan Inggit, Bung Karno menikahi Fatmawati. Perkawinan ini menghasilkan lima anak. Dari Hartini, istri keempatnya, mantan presiden itu mendapat dua anak lelaki: Taufan Sukarnoputra dan Bayu Sukarnoputra. Taufan meninggal tahun 1981 pada usia 30 tahun karena sakit, di Jakarta. Ratna Sari Dewi kemudian masuk ke kehidupan Sukarno, menjadi istrinya, dan melahirkan putri tunggal mereka, Kartika Sari Sukarno, yang kini bermukim di New York.
Sukarno juga memiliki istri-istri yang jarang dikenal publik. Salah satunya adalah Haryati. Mantan penari ini tadinya pegawai urusan kesenian di Sekretariat Negara. Keduanya menikah pada Mei 1963. Perkawinan ini tak membuahkan keturunan, dan perceraian Haryati-Bung Karno terjadi tiga tahun kemudian. Yurike Sanger masuk dalam “daftar istri” Bung Karno berikutnya. Gadis asal Poso itu disunting Bung Karno pada 1964. Perkawinan yang tak membuahkan anak ini bubar tiga tahun kemudian. Yurike memang pernah mengandung setahun setelah perkawinannya, tapi ia melahirkan bayi prematur sehingga dokter menyarankannya agar tak hamil selama tiga tahun.
Kartini Manoppo juga nama yang banyak dibicarakan orang. Bekas pramugari Garuda Indonesia ini pernah menjadi model lukisan Basuki Abdullah. Tatkala melihat lukisan itu, Sukarno mengagumi sang model, lantas memintanya ikut terbang setiap kali Presiden melawat ke luar negeri. Sekitar akhir 1959, pasangan ini menikah. Pada 1967, Kartini Manoppo melahirkan Totok Suryawan Sukarno-Bung Karno yang memberikan nama ini? di Nurenberg, Jerman.
Pertautan Sukarno dengan wanita berawal pada usia amat belia. Ia sudah kesengsem pada noni-noni Belanda pada umur 14 tahun. “Hanya inilah satu-satunya jalan yang kuketahui untuk memperoleh keunggulan terhadap bangsa kulit putih,” ujar Sukarno kepada Cindy Adams dalam biografinya,Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Mien Hessels adalah salah satu gadis Belanda teman sekolah Sukarno yang sempat membuat remaja Sukarno tergila-gila. Ia nekat mendatangi orang tua Hessels dan mencoba peruntungannya untuk hanya disambut dengan semburan kasar: “Kamu inlander kotor. Kenapa kamu berani-beranian mendekati anakku? Keluar!” ujar Tuan Hessels.
Pengalaman ini tak membuatnya jera menjerat hati perempuan. “Tuhan menciptakan wanita penuh dengan keindahan. Saya kira setiap laki-laki normal senang melihat keindahan yang ada pada diri wanita,” Bambang Widjanarko mengutip ucapan Sukarno ini dalam bukunya, Sewindu Dekat Bung Karno. Maka, muncullah daftar panjang nama wanita dalam hidup Sukarno. Dari Inggit Garnasih, yang lebih tua 12 tahun, Fatmawati, Hartini, Haryati, Ratna Sari Dewi, Yurike Sanger, hingga Heldy Djafar. Bahkan Putri Monique, istri bekas Raja Kamboja Norodom Sihanouk, pun sempat menggetarkan hati Sukarno: “Monique, tanpa sadar, telah mempesona Sukarno dan menimbulkan api di dalam hatinya yang mudah terbakar,” ujar Sihanouk dalam buku Norodom Sihanouk Pemimpin Dunia yang Saya Kenal. Kendati mengaku “iri” dan menjuluki rekannya sebagai don juan, Sihanouk menganggap Sukarno sebagai seorang laki-laki sopan yang sempurna karena tak pernah berusaha menaklukkan satu pun wanita Kamboja “secara nyata” betapapun cantiknya. Tapi, di Indonesia, lain ceritanya. Kemahiran Sukarno memikat wanita tak kalah populer dengan kisah-kisah tentang figurnya sebagai pemimpin. Sukarno tampaknya tidak membeda-bedakan usia ataupun latar belakang seorang wanita.
Hartini bercerita tentang kegemaran suaminya pada kecantikan: “Cintanya kepada wanita yang cantik adalah beban bagi saya, walaupun saya sudah berusaha menerima dia sebagaimana adanya. Dia sangat mencintai keindahan, termasuk keindahan dalam kecantikan wanita.” Bung Karno mahir melumerkan kemarahan wanita dengan rupa-rupa cara: dari menulis kata-kata mesra di atas potongan-potongan kertas hingga memberi limpahan hadiah.
Dewi, antara Bisnis dan Politik
Prof. Masashi Nishihara, ahli politik Asia Tenggara dari Akademi Pertahanan Nasional Jepang, menggambarkan bahwa Dewi tak cuma menjadi istri paling muda dan paling disayang. Dewi juga istri yang paling berpengaruh terhadap Soekarno. ”Perusahaan Jepang, pedagang Cina, dan pejabat pemerintahan berlomba mendekati Dewi untuk memperoleh bantuan istimewanya,” tulis Nishihara dalam bukunya The Japanese and Soekarno’s Indonesia, yang telah diterjemahkan dalam “Sukarno, Ratnasari Dewi, dan Pampasan Perang” oleh penerbit Pustaka Grafiti. Sedikitnya ada 60 perusahaan Jepang yang beroperasi di Jakarta ketika itu. Perusahaan Jepang itu mengincar proyek- proyek pemerintah, terutama yang dibiayai dari dana pampasan perang, yang jumlahnya sekitar US$ 223 juta. Dewi punya peran penting di balik proyek-proyek itu. ”Sedikit sekali transaksi yang bisa berlangsung tanpa persetujuannya,” tulis Nishihara. Doktor ilmu politik lulusan Universitas Michigan, Amerika, itu juga ”mencurigai” Dewi tahu banyak urusan politik suaminya.
Perkenalan Dewi dengan Bung Karno berlangsung Juni 1959, ketika Presiden RI itu berkunjung ke Tokyo. Yang menjadi makcomblangnya adalah Masao Kubo, Direktur Utama Tonichi Inc., yang ketika itu sedang mencari peluang bisnis di Indonesia. Menurut satu versi, perkenalan itu terjadi lewat sebuah pertemuan bisnis di Hotel Imperial Tokyo. Tapi ada versi lain yang mengatakan perkenalan itu terjadi di klub malam Copacobana, tempat Dewi yang ketika itu bernama Naomo Nemoto bekerja sebagai pramuria merangkap penyanyi.
Perkenalan itu ternyata membuat Bung Karno ketika itu berumur 58 tahun jatuh hati pada gadis berusia 19 tahun itu. Umpan yang dipasang Masao Kubo mengenai sasaran. Sepulang dari Tokyo, Bung Karno menulis surat bernada mesra kepada Dewi. Lantas, Naomo Nemoto diundang ke Jakarta. Kubo-San memanfaatkan situasi. Naomo Nemoto dibujuk untuk terbang ke Jakarta, tak cuma memenuhi undangan Bung Karno. Ia malah bermukim di Jakarta, dengan status sekretaris perwakilan Tonichi, sejak September 1959.
Hubungannya dengan Bung Karno makin akrab. Kedatangan Naomo Nemoto tak sia-sia. Perusahaan Tonichi menggaet sejumlah proyek: tugu Monas, menara transmisi untuk TVRI, gedung Wisma Indonesia berlantai empat di Tokyo, renovasi KBRI di Tokyo, dan pengadaan kapal patroli cepat, serta menjadi subkontraktor pembangunan Hotel Bali Beach di Sanur, Bali, Ambarukmo di Yogya, dan Samudra Beach di Pelabuhanratu, Sukabumi. Bung Karno pun berhasil menggaet Naomo Nemoto, yang setelah menjadi istri sah berganti nama menjadi Ratna Sari Dewi. Sejumlah hadiah diberikan Bung Karno untuk Dewi, di antaranya Wisma Yaso di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, yang sekarang menjadi Museum ABRI Satria Mandala.
Peran Dewi ternyata bukan semata untuk kepentingan pengusaha Jepang. Ia kemudian menjadi pelobi politik. Apalagi Bung Karno yang ketika itu menjadi pusat kekuasaan. Keputusan penting diambilnya dan sebagian sering setahu Dewi. Beberapa politikus mencoba memanfaatkan kedekatan Dewi dengan Bung Karno untuk mempengaruhi keputusan politiknya.
Hal itu tampak, misalnya, pada saat-saat kritis ketika G30S-PKI meletus. Di harian KAMI edisi 12 sampai 14 Oktober 1966, misalnya, Dewi menceritakan kegelisahannya ketika Bung Karno, pada tanggal 30 September 1965 malam, pergi dari Wisma Yaso. Keesokan harinya, 1 Oktober 1965, pukul 10, ia menerima surat singkat dari Bung Karno yang menyatakan dirinya aman, dan ”jangan khawatir”.
Dalam surat itu Bung Karno memberi tahu Dewi: ”Ada sesuatu di kalangan Angkatan Darat, yang boleh disebut ‘revolusi’, yang menurut mereka untuk menyelamatkan aku, bukan melawan aku”. Sementara puluhan tentara bersenjata lengkap bersiaga di Wisma Yaso, sorenya sekitar pukul 5, Bung Karno mengirim surat lagi: ”Aku ingin melihatmu secepat mungkin, karena sesuatu yang tak dapat kutuliskan dalam surat”. Tiga jam kemudian seorang utusan menjemput Dewi untuk menemui Bung Karno di Pangkalan AU Halim Perdanakusuma. Pukul 21.00 Dewi tiba di Halim. Ia melihat Bung Karno ditemani sekitar 10 orang lelaki, di antaranya Menteri Leimena dan KSAU Omar Dhani, Brigjen Suparjo. Begitu tahu Bung Karno akan terbang ke Madiun, basis PKI waktu itu, Dewi minta ikut serta. Namun, dengan halus Bung Karno mencegahnya.
Tapi Dewi tak kurang akal. Entah bagaimana, ia merasa bahwa penerbangan ke Madiun itu tak aman. Dewi segera minta kepada Leimena untuk membujuk Bung Karno agar mengurungkan penerbangannya ke Madiun. Tapi Bung Karno dan rombongan meneruskan rencananya, dan Dewi kembali ke Wisma Yaso. Keesokan harinya barulah Dewi tahu bahwa 15 menit setelah terbang, Bung Karno berubah pikiran dan putar haluan kembali ke pangkalan. Dewi yakin, hal itu berkat bujukan Leimena.
Mengenai masalah AURI dan ALRI, Bung Karno menerima saran Dewi dalam hal pergantian pimpinan puncak kedua angkatan itu. Dalam surat bertanggal 2 Oktober 1965, Bung Karno menceritakan kesibukannya menyelesaikan konflik dalam tubuh militer. Keesokan harinya Dewi menerima lagi surat Bung Karno yang mengungkapkan rencana pengangkatan Mayjen Pranoto Reksosamodro sebagai penjabat KSAD. Meski dianggap ”lemah”, Pranoto dinilai satu-satunya orang di Mabes AD yang bisa menengahi pihak kiri dan kanan. Ketika KSAD Jenderal A. Yani diculik pasukan G30S-PKI itu, Bung Karno menulis kepada Dewi: ”tak tahu di mana Yani berada dan apa yang terjadi dengannya.” Dan di tengah gejolak politik dan konflik bersenjata kala itu, Bung Karno tak lupa menutup suratnya dengan kata-kata mesra: ”Aku senantiasa memikirkanmu. Engkau tahu betapa aku mencintaimu. Ribuan cium, dari Soekarno”.
Alkisah, pada tanggal 11 Maret 1966 Mayjen Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno, untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban. Sehari kemudian, Pak Harto pun membubarkan PKI. Di saat peralihan kekuasaan inilah, sekali lagi Dewi berusaha merukunkan Bung Karno dengan ABRI. Pada tanggal 14 Maret 1966 ia menyelenggarakan pesta di Wisma Yaso. Sejumlah istri tokoh militer diundang ”untuk menyambut pembubaran PKI”. Entah siapa yang mengajari, Dewi tampil tangkas berpolitik praktis. Lima hari kemudian, dalam jumpa pers, ia menyatakan, pesta itu sekadar untuk membantah desas- desus adanya keretakan antara Bung Karno dan ABRI.
Heldy Cinta Terakhir Bung Karno
“Darimana asal kamu?” “Dari Kalimantan Pak.” “Oh… aku kira dari Sunda. Oh… ada orang Kalimantan cantik.” Itulah awal pertama percakapan Heldy dengan Bung Karno.
Kertas putih itu mulai buram dimakan waktu. Tapi tulisan di atasnya dalam huruf-huruf sambung yang indah masih jelas terbaca: “Dear Dik Heldy. I am sending you some dollars, Miss Dior, Diorissimo, Diorama. Of course, also my love.Mas” Surat pendek yang menyertai kiriman uang dan beberapa botol parfum itu dikirim Sukarno dari tempat penahanannya di Wisma Yaso, Jakarta, kepada Heldy Djafar. Sukarno menikahi istri terakhirnya itu setahun sebelum kejatuhannya. Sukarno meminang Heldy, yang sekarang tampak masih menawan di umur 54 tahun, tatkala ia masih gadis ranum yang mekar pada usia 18 tahun. Perjumpaan pertama mereka terjadi tatkala Heldy menjadi anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika yang menyambut kedatangan Tim Piala Thomas, pada 1964.
Setahun kemudian, Bung Karno mengajaknya berdansa dalam sebuah acara di Istora Senayan. “Waktu itu Bapak bertanya,’Kamu kok lama enggak kelihatan. Sombong ya, pacaran saja.’Saya gugup dan menjawab:’Saya enggak pacaran, Pak’,” tutur Heldy. Enam bulan kemudian, pengantin dan mempelai yang berbeda usia 48 tahun itu menikah di Jakarta pada 11 Mei 1966. Pernikahan secara Islam diadakan di Wisma Negara, 11 Juni 1966. Saksinya Ketua DPA Idham Chalid dan Menteri Agama Saifuddin Zuhri. Perkawinan itu cuma berusia dua tahun. Heldy kian sulit bertemu suaminya tatkala Bung Karno masuk tahanan di Wisma Yaso. Heldy yang dikenal sebagai ibu Maya Ari Sigit Soeharto menjanda dalam usia amat muda. Perkawinan ini memang tak banyak diketahui orang.
Saat Soekarno dikucilkan di Wisma Yaso, Heldy, lalu menikah dengan pria lain. Pria itu bernama Gusti Suriansyah Noor, keturunan dari Kerajaan Banjar. Belakangan, satu dari enam orang anaknya, menikah dengan cucu Presiden RI Soeharto.
Referensi :
- Sensasi Seorang Dewi, Majalah Tempo 4 November 1993
- Dewi, Antara Bisnis dan Politik, Majalah Tempo 4 November 1993
- Don Juan Yang Mahir Mencinta, Majalah Tempo 4 Juni 2001
- Garis Darah Tiga Generasi, Majalah Tempo 4 Juni 2001
- Dia Yang Lahir Dari Kegelapan, Majalah Tempo 4 Juni 2001
- Kuantar Ke Gerbang; Kisah Cinta Ibu Inggit Dengan Bung Karno, Ramadhan KH, Sinar Harapan 1981
- Heldy Cinta Terakhir Bung Karno, Uli Hermono dan Peter Kasenda, Penerbit Buku Kompas, Juni 2011
- Cinta Terakhir Bung Karno, Tribun Jambi
MAHABARATA ITU CERITA NUSANTARA
MAHABARATA ITU NUSANTARA
adalah berita fakta sejarah peradaban maju di muka bumi dan itu ada di tanah ini Nusantara maju terdahulu,Indonesia
Fakta nyata sejarah leluhur kita di catat oleh mereka di tanah india kemudian di claim terjadi di sana juga nama nama daerah nya di samakan dengan yg ada di Mahabarata persis sama
Di tanah ini Nusantara,ada banyak ke samaan nama daerah dengan Mahabarata,bukan di buat sama tapi memang sejatinya daerah itu adalah daerah di mana kisah Mahabarata terjadi
Jumlah suku di Mahabarata indentik dengan banyak nya suku di Indonesia,di india tidak sebanyak suku yang ada di Mahabarata
Mari kita cermati :
Mahabarata secara tradisional dikaitkan dengan Vyasa, putra seorang bijak Parasara keturunan keluarga Vasistha, yang dihubungkan dengan garis keturunan kerajaan Bharata
KC Mishra dan para etnografer Mahabharata mengklasifikasikan penduduk asli suku itu ke dalam tiga kategori besar, yaitu, Arya, Mleccha, dan Misra (campuran)
Periode dari 1000 SM sampai 500 SM secara luas dihitung dengan usia janapadas, di mana oligarki suku suku ada pada suatu tempat
Suku Pandava 38
Suku Kaurava 59
Suku tdk keduanya 264
Total keberadaan suku pada Mahabarata adalah 361 suku dengan bahasa berbeda di setiap suku nya
Sensus BPS tahun 2010,Ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku suku di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku & 671 bahasa
Episode Mahabharata Parva yg menyebutkan tentang suku-suku seperti di bawah ini
Suku Terdaftar di Sisi Pandava 38 suku
1 .Asmaka (aśmaka) Aśmakāḥ
2 .Kanana
3. Karusha (karūṣa) karūṣāśa
4. Kashi (kāśi) – kāśikośalāḥ
Matsyāḥ sukuṭyaḥ saubalyāḥ kuntalāḥ
5. Kuninda (kuṇinda) – Mereka adalah suku pertama yang ditaklukkan oleh Arjuna ketika dia bergerak ke utara dari Khandavaprastha,Memihak Pandawa dalam perang dan menyerang Korawa dengan pasukan gajah yg tangguh
6. Kundivisa (kuṇḍī viṣa) – Suku dengan tentara profesional yg bertempur di kedua sisi, mereka membentuk sayap di pasukan Yudhisthira
7. Kunti (kunti) – tadaivāparakuntayaḥ
Suku penting dari para Bhojas,Raja mereka Kunti-Bhoja memiliki hubungan matrimonial dengan Pandu; memihak Pandawa
8. Kekaya (kekaya) kekayāśa-pemanah terkenal di Perang Besar,Terhubung dengan Madra. Mereka dibagi rata di kedua sisi
9. Kerala (kerala) – daraviḍāḥ keralāḥ
Orang Dravida selatan yg berdiri oleh Yudhishthira dalam perang
10. Chedi (cedi) cedivatsāḥ – Suku kuno dan kekuatan Madhyadesa,Raja mereka, Sishupala bersekutu dengan Jarasandha, tetapi setelah kematian yang terakhir, putranya menjadi sekutu Pandawa dan memihak mereka dalam Perang Besar
11. Chola (cola) – colāḥ ,memihak Pandawa di bawah pengaruh raja Pandya
12. Tangana (taṅgaṇa) taṅgaṇāḥ
/ Paratangana (parataṅgaṇa) – Pasangan suku pendaki gunung utara yang terkenal, mereka bertempur di kedua sisi
13. Tamralipta (tāmralipta) tāmraliptakāḥ Mereka bergabung dengan Pandawa dalam perang
14. Tittira (tittira) tittirāśa
– Suku barat laut yang memihak Yudhisthira,Tanah mereka terkenal dengan kuda-kudanya yang bagus
15. Tumbupa (tumbupa) tumbupāśa
– Berpihak pada Yudhisthira
16. Dandaka (daṇḍaka) daṇḍakāṃśa
– Dikalahkan oleh Sahdeva mereka milik wilayah hutan Bergabung dengan kedua belah pihak dalam perang
Catatan :
Peradaban awal maju dimuka bumi ada di Nusantara “Dinasti Surya”,leluhur kita adalah kaum Schytia,Çaka,Ras Arya sub ras ke 4 dari bangsa “Jawi”membawa ajaran “Dharma” menguasai 3/4 daratan bumi
Di tanah ini tersebar prasasti Çaka,tdk di mulai 78 M ini tahun leluhur kita taklukan Salivahana india
Terekam sempurna pada Budaya Bali,Tergambar sempurna di monumen pusat dunia saat itu bernama Bhwana Sakha Pala “Borobudur” yg berpalsafah kan ajaran asli Nusantara,Tidak india
Tapi dua ajaran disana berdasar pada ajaran leluhur kita “Dharma”,Teks literasi kata “Svargga” pada relief dasar yg kini di tutup membuktikan nya,karena “Svargga” bukan “Nirvana”
Bangkitlah percaya diri anak bangsa….kita bukan bangsa peng impor budaya luar,bukan dari india menuju arab..
Bersambung..
KAJIANUSANTA RA
Oleh : Santosaba
santosaba234@gmail.com
Jejak Langkah Juang Edward Douwes Dekker (Multatuli) & Ernets Douwes Dekker
Video Jejak Langkah Juang Douwes Dekker (Multatuli)
& Ernets Douwes Dekker
Bung Karno Berkata: “Jangan sekali-kali melupakan Sejarah” (Jas Merah). Karena dalam kegairahan mengkaji sejarah penjajahan dan perjuangan kemerdekaan Bangsa kita, dalam jiwa kita akan tumbuh spirit nasionalisme dan nilai-nilai kemanusiaan, pembebasan dan kemerdekaan serta kemandirian dan kedaulatan bangsa dan negara kita masa kini dan masa yang akan datang. Kekuatan kebangsaan yang kokoh inilah yang akan mampu melawan neokoloniasme dan neoimperialisme serta kezaliman penindasan oleh siapapun juga, termasuk penindasan oleh elit bangsa kita sendiri terhadap rakyat Indonesia. (Ahmad Yanuana Samantho, Januari 2019).
Ini gambar sampul Komik (cergam) yang pernah saya baca berulang ulang, favorit saya sewaktu masih baru bisa membaca di kelas 1-2 SD di SDL II Sempur Kaler Kotamadya Bogor, tahun 1972. Sangat berkesan sekali.
Dan kini di usia 54 tahun saya gembira sekali menemukan serangkaian film dan film (video) semi dokumenter tentang Perderitaan Rakyat Banten serta Perjuangan Saijah dan Adinda serta Edwrad Douwes Dekker untuk kemanusiaan dan keadilan bagi rakyat Banten saat itu. Silahkan menikmati filmnya, menyimak dan merenungkan dalam sanubari terdalam saudara saudara sekalian, terutama generasi muda penerus perjuangan para pahlawan negeri kita tercinta Indonesia Raya. “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya… untuk Indonesia Raya…”
Yang Baru di Rangkasbitung Banten, Yuk Main ke Museum Multatuli
Yang Baru di Rangkasbitung Banten, Yuk Main ke Museum Multatuli
MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA
Kompas.com – 13/02/2018, 18:10 WIB Museum Multatuli di seberang Alun-alun Rangkasbitung. Posisinya bersebelahan dengan Perpustakaan Saidjah Adinda.(Dimas Wahyu) JAKARTA,
KOMPAS.com – Berwisata ke Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, kini ada obyek wisata baru, yaitu Museum Multatuli. Museum yang mengenang tokoh Belanda penolak kolonialisme tersebut menampilkan sejarah kolonialisme dan antikolonialisme dari berbagai sisi. Museum Multatuli berdiri di bangunan bekas Kewedanaan Rangkasbitung di Alun-Alun Timur No. 8 Rangkasbitung, Lebak, Banten.
Bangunannya sangat mudah ditemui jika Anda berkunjung ke Kota Rangkasbitung, di sisi kanan Kantor Bupati, dan berdampingan dengan Perpustakaan Saidjah dan Adinda, perpustakaan daerah terbesar di Banten. Ada apa saja? Dalam museum dengan luas 1.842 meter persegi ini, terdapat banyak barang bersejarah milik Edward Dowes Dekker, pemilik nama asli Multatuli.
Koleksi seperti novel Max Havelaar edisi pertama yang masih berbahasa Perancis (1876), tegel bekas rumah Multatuli, litografi/lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsip-arsip Multatuli, dan buku-buku lainnya. Yang menarik ialah terdapat bukti fisik, surat-menyurat Multatuli dengan pejabat Hindia Belanda tentang kondisi masyarakat Lebak, foto-foto, serta novel Max Havelaar terbitan pertama. Alun-alun Rangkasbitung dikeliling gedung pemerintahan juga masjid agung, penjara, serta rumah dan perpustakaan untuk menghormati Multatuli.(Dimas Wahyu)
Pemerintah Kabupaten Lebak, melalui Bupatinya Iti Octavia Jayabaya, memang sudah lama menjalin kerjasama dengan Perhimpunan Multatuli (Multatuli Genootschap) di Belanda. Hal ini untuk menduplikasi sejumlah dokumen terkait Eduard Douwes Dekker.
Museum Multatuli memiliki tujuh ruangan yang terbagi menjadi empat tema. Keempat tema tersebut yaitu sejarah datangnya kolonialisme ke Indonesia, Multatuli dan karyanya, sejarah Lebak dan Banten, serta perkembangan Rangkasbitung masa kini.
Kepala Seksi Cagar Budaya dan Museum, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Lebak, Ubaidillah Muchtar, mengatakan konten konten di museum dibuat secara interaktif dan informatif, seperti ruangan audiovisual, serta labirin. Pada bagian luar museum terdapat monumen interaktif Multatuli, Saidjah, dan Adinda.
Aktivitas yang bisa dilakukan Pengunjung dapat menikmati ruang audiovisual serta labirin yang sangat informatif. Melihat dan mendengarkan sejarah dengan peralatan modern, mulai layar LCD dan alat headset. “Museum Multatuli menyediakan berbagai informasi yang luas, seperti sejarah, pengetahuan, artefak, buku-buku, foto, podcast, infografis, multimedia, dan gambar,” terang Ubaidillah pada KompasTravel, Selasa (13/2/2018).
Museum Multatuli juga mengundang beragam komunitas untuk menggunakan pendopo yang terdapat di bagian depan museum. Pendopo dapat digunakan untuk beragam aktivitas seperti seminar, workshop, diskusi, pemutaran film, bedah buku, dan lainnya. “Secara berkala akan diadakan aktivitas mengaji novel Max Havelaar secara bersama-sama,” tutur Ubaidillah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Yang Baru di Rangkasbitung Banten, Yuk Main ke Museum Multatuli”, https://travel.kompas.com/read/2018/02/13/181000927/yang-baru-di-rangkasbitung-banten-yuk-main-ke-museum-multatuli.
Penulis : Muhammad Irzal Adiakurnia
Editor : Wahyu Adityo Prodjo
Sunda Wiwitan di Sekitar Supervolcano Sunda Purba hingga Krakatoa
OPINI
Sunda Wiwitan di Sekitar Supervolcano Sunda Purba hingga Krakatoa
Oleh Ahmad Yanuana Samantho, S.IP, MA (Akademisi & Peneliti Sejarah, Filsafat, Budaya-Peradaban dan Agama-Agama) pada hari Selasa, 23 Feb 2016 – 17:01:00 WIB | 0 Komentar
Ahmad Yanuana Samantho, S.IP, MA (Akademisi & Peneliti Sejarah, Filsafat, Budaya-Peradaban dan Agama-Agama) (Sumber foto : Istimewa)
Situs Desa Gunung Padang, di Campaka Cianjur
Gunung Sunda Purba sendiri pernah meletus serta menjadi tiga gunung anakan Gn Burangrang, Gn Tangkubanperahu dan Gn Bukit Tunggul. Puncaknya ada di atas Gn Tangkubanperahu dengan perkiraan ketinggina sampai 4.000 mdpl. Konon letusannya membuka Sanghyang Tikoro, sehingga Danau Purba Bandung menjadi daratan.
Nama Gn. Sunda Purba pun adalah bahasa lokal yang sama dengan penulisan geologist jaman pertengahan yang memperkirakan Sundaland (Paparan Sunda) berdiri di atas Sunda Plate (Lempeng Sunda tektonis). Douwess Dekker lah yang merubah nama Sundaland menjadi Nusantara, sehingga orang Malaysia pun sekarang merasa menjadi orang Nusantara. Bahkan mereka merasa sebagai sebuah kekaisaran (lebih tinggi dari kerajaan dan negara) dengan nama Kekaisaran Sunda Nusantara, berkedudukan di Kuala Lumpur.
Penemuan-penemuan baru piramida di Indonesia bahkan cukup menakutkan kelompok tertentu yang seolah akan mengembalikan keberadaan agama Sunda Wiwitan. Ini pendapat-pendapat dari masing-masing sumber, bukan saya, dan mohon maaf, hanya sekedar sharing bacaan.
Orang Pasundan merasa Sunda bukanlah etnis rakyat di Jawa Barat melainkan orang-orang se-Paparan Sunda yang berkumpul di pusat peradaban. Agama yang dianutnya pun adalah Sunda Wiwitan. Beberapa penganut Kejawen mengakui Sunda Wiwitan sebagai sumber “ke-jawa-an”, di mana agama Sunda yang monotheisme adalah ajaran Islam dari Brahma (Abhram menurut Taurat, Abraham menurut Injil dan Ibrahim menurut Quran), serta ajaran-ajaran sebelum Brahma (mungkin ajaran Islam sejak Nabi Adam as), di mana ajaran yang diusung adalah garis Habil dengan musuh ajaran Qabil.
Gunuung Krakatoa berkali-kali meletus dahsyat (dan diduga menjadi salah satu penyebab bencana besar katastopik yang memusnahkan peradaban Atlantis Nusantara dengan banjir dan Gempa serta Letusan Vulkanik raksasa menurut Santos, dan lokasinya dekat dengan suku Kanekes Banten (Baduy), yang sangat mempertahankan Agama Sunda Wiwitan dan mengaku bahwa Nabi panutan mereka adalah langsung Nabi Adam as.
Sunda Wiwitan yang berkembang dan disempurnakan oleh ajaran Al-Quran menjadi agama yang menurut faham Kejawen adalah Manunggaling Kawula Gusti yaitu bersatunya hamba dengan Tuhan-nya. Perspektif ajaran Kejawen berdimensi tasawuf percampuran antara kebudayaan Jawa, Hindu, dan Budha yang dianggap orang kurang menghargai aspek fiqh syariat dengan hukum-hukum agama Islam, alasannya adalah bahwa penyebar agama Islam pada waktu itu lebih mementingkan Islam diterima dahulu walau harus menyesuaikan dengan adat Jawa. Kejawen sendiri bukanlah berasal dari kata Jawa, melainkan dari “jawi” atau bermakna kesederhanaan. Tetapi orang Jawa sudah menggunakan atau memakai gelar “Sayidina Panatagama”, “Khalifatullah”, “Ajaran agama ageming aji” (perhiasan) untuk raja-raja Jawa, karena raja adalah dianggap wakil Allah di dunia.
Kitab Mahabarata dan Ramayana serta takwil Al-Qur’an merupakan sumber inspirasi ajaran Kejawen yang mengandung ajaran moral dan karakter prilaku tuntunan hidup dengan pola pemahaman kajian pikiran Jawa yang lebih terfokus pada aspek indra batin dan prilaku batin. Strategi pendekatan Kejawen adalah mencari pendekatan (taqorub) kepada Tuhan bahkan selalu ingin menyatu dengan Tuhan (Manunggaling Kawula Gusti) dan analisanya bersifat batiniah.
Sunda Wiwitan di Jawa Barat menjadi agama Sunda yang cenderung melengkapinya dengan ajaran Al-Quran al-Karim dalam bentuk tajalli (manifestasi Ilahiyah) dan Nga-Hyang (Fana Fillah), mirip dengan kejawen, tetapi tetap melaksanakan syariat secara hakiki. Penyatuan diri dengan Allah secara fisikal adalah tidak mungkin karena manusia berbeda zat dengan Allah, tetapi manusia harus mampu mencapai dimensi maqomat ketuhanan sesuai kemampuan akalnya. Maka secara tasawuf, tajalli adalah menyatukan diri kepada penampakan Diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas.
Istilah ini berasal dari kata tajalla atau yatajalla, yang artinya “menyatakan/mewujudkan diri”. Tidak mengherankan, pada 1576M, Raja Sunda Galuh (atau dikenal dengan raja Pakuan Pajajaran karena berkantor di Pakuwuan yang berjajar, yaitu Prabu Siliwangi (Sribaduga Maharaja, karena raja adalah mandataris dari board of director raja-raja dari trias politica pemerintahan Paparan Sunda ala kearifan lokal: Tri Tantu di Buana ) lebih suka mengalah dan menghilang (raib atau tilem/fana/moksa) ketimbang harus berperang sesama bangsa yang dikepalai oleh panglima-panglima Gujarat dan China yang menjadi wakil Kerajaan Demak, Cirebon, Bali dan Banten. Hal yang sama juga terjadi kepada raja majapahit terakhir: Prabu Brawijaya V, yang memilih moksa di Gunung Lawu (lokasi Candi Cetho dan Sukuh) ketimbang terus mempertahankan kekuasaan politiknya yang diperebutkan kalangan istananya dan keluarganya.
Oleh sebagian kalangan Islam kaum santri Indonesia berwarna Islam Saudi Arabia yang literal-harfiyah (Wahabiyin), konsep penyatuan manusia dengan Tuhan dalam Kejawen dan agama Sunda dianggap mengarah kepada penyekutuan Tuhan atau prilaku Syirik. Anehnya banyak ahli-ahli spiritual Islam Timur Tengah (juga Persia) bahkan banyak belajar kepada agama Islam Sunda ini. Apakah karena pola pikir tasawuf Jawa/Sunda/Nusantara pada waktu itu sudah lebih maju ketimbang tasawuf Arab? Di mana Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan tingkat-tingkat di atas syariat seperti tarekat, hakekat dan marifat.
Kemudian untuk menjadi marifatullah seseorang harus mengikuti sunnah Rasul dalam sifat siddiq, amanah, tabligh dan fatonah? Memang ajaran tasawuf Islam (Islamic Mysticism) itu lebih leluasa berkembang di kalangan para pengkikut Ahlu Bayt Nabi (baik dari kalangan Syiah pada khususnya maupun kalangan Sunni pada umumnya, Di pulau Jawa (Jawa Barat & Jawa Timur), kita mengenal tokoh Syekh Siti Jenar yang mengajarkan kesederhanaan hidup, ketulusan-kejujuran dan penyatuan diri dengan kehendak Tuhan YME (Manunggaling Kawulo lan Gusti) serta “Hamemayu Hayuning Bawono” (Rahmatan lil Alamin, dalam bahasa al-Qur’an).
Dari sudut pandang Tasawuf, gambar relief-relief dan pesan moral di Candi Borobudur yang merupakan peninggalan kerajaan Budha, itu pun ternyata dapat dipahami dan sangat sejalan dengan pola suluk (perjalanan) dan pembinaan spiritual dalam tasawuf, meneuju kesempurnaan tauhid dan makrifatullah. Begitu juga di Jawa barat telahdiketemukan Komplek Candi Jiwa di Batu Jaya Karawang yang merupakan peninggalan Kerajan Budha-Hinddu (?) Taruma Negara. Dan kerajaan Sunda sebelumnya.
Masih banyak warisan ajaran mulia dari para leluhur nusantara, khususnya dari Sunda Wiwitan maupun Kejawen serta masukan dari berbagai agama dan tradisi suci yang pernah tumbuh dan masih hidup di Nusantara ini yang masih sangat relevan dan perlu digali lebih dalam lagi serta dididikan kepada para putra bangsa Nusantara karena akan bermanfaat bagi kebangkitan spiritual dunia di millenium ketiga ini, di mana Nusantara pada umumnya dan urang Bogor (Sunda) pada khususnya, akan berperan penting dan strategis dalam proses maha hebat di akhir zaman ini, sebagaimana diramalkan dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi, atau ramalan Pandita Ronggowarsito tentang Satrio Piningit Sinihan Wahyu yang akan menjadi atau menengakkan Sistem Pemerintahan Ratu Adil di akhir zaman ini, serta ramalan atau prediksi para pujangga waskita lainnya. Dalam hal ini, saya rasa para budayawan, sesepuh dan para cendikiawan ilmuwan lain yang hadir di sini mungkin lebih tahu dan lebih paham daripada saya yang baru belajar ini.
Salah satu tokoh Budaya Sunda, yang sudah meninggalkan kita belum lama ini, yaitu almarhum Abah Hidayat Suryalaga, dari Bandung, pernah memberikan beberapa copy bukunya yang belum diterbitkan kepada saya para ahli yang kompeten yang dihimpunnya. Team Andi Arif ini mengumumkan telah menemukan lagi 3 Piramida atau Candi Punden Berundak di Garut, dan telah menemukan beberapa situs yang diduga Piramida Klotok di Jawa Tengah dan di Jawa Timur, serta situs bekas kota tenggelam di Laut Selatan Provinsi Banten (berita tentang hal ini dapat dilihat di Blog Bayt al-Hikmah Institute atau Blog Atlantis Sunda yang saya kelola), atau di berbagai media online lainnya.
Berbagai kelompok pegiat dan peneliti sejarah budaya dan Peradaban Nusantara Kuno ini, pun tumbuh semakin banyak, dan semakin aktif kegiatannya. Termasuk Kelompok peneliti dari Australia yang dipimpin oleh Hans Berekoven dengan Kapal beradar sonar bawah laut bernama Southern Sun, Atlantis Sunda Archaelogical Research Project yang telah berusaha mengajak LIPI dan Bakorsurtanal untuk meneliti sisa-sisa keberadaan Atlantis/lemuria di Perairan Laut Jawa dan sekitarnya.(bersambung)
Disclaimer : Kanal opini adalah media warga. Setiap opini di kanal ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.
Ingin Tahu dari Mana Asal Usul Orang Sunda? Baca Dulu Ini!
Ingin Tahu dari Mana Asal Usul Orang Sunda? Baca Dulu Ini!
Sabtu, 19 Agustus 2017 | 10:34 WIB
kumeokmenehdipacok.blogspotPara raja Sunda dulu kala
Dengarkan Berita
TANGERANG, BANTEN, NETRALNEWS.COM –Dari berbagai penelitian dan telaahan yang diperole, hingga kini belum diketemukan suatu petunjuk yang jelas dan baku tentang asal usul suku-suku di Nusantara. Sehingga, hal itu mempersulit pula untuk mengetahui secara jelas dan pasti tentang asal usul orang Sunda.
Apakah orang Sunda itu berasal dari YunanTiongkok Selatan, atau dari Persia, Iran Utara? Atau yang dari utara ini cum arus balik mudik pulang kampung warga Sundaaland ke tanah airnya yang sejati puluhan ribu tahun yang lalu (antara 200.000 – 75.000 tahun yang lalu sebelum ledakan Supervulcano Gunung Toba dan Krakatau?
Semuanya belum ada petunjuk pasti. Namun, paparan Ahmad Yanuana Samantho di bawah ini cukup menarik untuk ditelusuri. Bahwasannya, kira-kira antara Pegunungan Hindukusj dan Pegunungan Himalaya ada sebuah dataran tinggi (plateau) yang bernama Iran-venj, penduduknya disebut bangsaAria.
Mereka menganggap bahwa tanah airnya disebut sebagai Taman Surga, karena kedekatannya dengan alam gaib. Namun, mereka mendapat wangsit dalam Uganya, bahwa suatu ketika bangsaIran Venj akan hancur, sehingga bangsa Aria ini menyebar ke berbagai daerah.
Salah satu gerombolan bangsa Aria yang dikepalai oleh warga Achaemenide menyebut dirinya sebagai bangsa Parsa dan pada akhirnya disebut bangsaPersi dan membangun kota Persi-Polis. Pemimpin Achaemenide bergelar Kurush (orang Yunani menyebut Cyrus).
Dalam perjalanan sejarahnya, mereka membantu bangsa Media yang diserang oleh bangsa Darius. Bahkan bangsa Darius dengan pimpinan Alexander Macedonia pun pada akhirnya menyerang Persi. Dan tak lepas dari itu bangsa Persi, pada jaman Islam pun diserang dan ditaklukkan.
Begitu pula oleh Jengis Khan dari Mongol, dan pada akhirnya diserang pula oleh bangsa Tartar yang dikepalai oleh Timur-Leng. Rentang perjalanan sejarah bangsa Persi ini, menyadarkan mereka untuk kembali kepada nama asalnya, yaitu Iran (dari Iran-Venj).
Segerombolan suku bangsa Aria yang menuju arah Selatan, sampailah di tanah Sunda, tepatnya di Pelabuhanratu (sekarang). آ Para pendatang itu disambut dengan ramah dan terjadi akulturasi budaya di antara mereka, pendatang dan pribumi (Sunda) saling menghormati satu sama lainnya.
Proses akulturasi budaya ini dapat kita lihat dalam sistem religi yang diterapkan, Pendatang mengalah dengan keadaan dan situasi serta tatanan yang ada. Batara Tunggal atau Hyang Batara sebagai pusat “sesembahan” orang Sunda tetap menempati tempat yang paling tinggi, sedangkan dewa-dewa yang menjadi sesembahan pendatang ditempatkan di bawahnya.
Hal itu dapat dilihat dalam stratifikasi sistem “sesembahan” yang ada di daerah Baduy, dikatakan bahwa Batara Tunggal atau Sang Rama mempunyai tujuh putra keresa, lima dewa di antaranya adalah Hindu, yaitu : Batara Guru di Jampang, Batara Iswara (Siwa), Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kala, Batara Mahadewa (pada akhirnya menjadi Guriang Sakti serta menjelma jadi Sang Manarah atau Ciung Manara), Batara Patanjala (yang dianggap cikal bakal Sunda Baduy). Akulturasi ini, tidak saja dalam lingkup budaya, melainkan dalam perkawinan.
Nun jauh di sana, di Fasifik sana, Bangsa Mauri dilihat secara tipologinya, mereka berkulit kuning (sawo matang), Postur tubuh hampir sama dengan orang Sunda. Nama-nama atau istilah-istilah yang dipergunakan, seperti Dr. Winata (kurang lebih tahun 60-an menjadi kepala Musium di Auckland).
Nama ini tidak dibaca Winetou atau winoto tapi Winata . Beliaulah yang memberikan Asumsi dan teori bahwa orang Mauri berasal dari Pelabuhanratu. Hal yang lebih aneh lagi adalah di Selandia Baru tidak terdapat binatang buas, apalagi dengan harimau maung tapi sima maung dipergunakan sebagai lambang agar musuh-musuh mereka merasa takut.
Bersamaan dengan itu, terjadilah sebuah analisa dengan pertanyaan, apakah benua Atlantis yang pernah hilang itu ada kaitan dengan tanah Sunda dan orang Sunda?
Untuk memudahkan menjawab pertanyaan di atas, mari kita buktikan dengan benda-benda hasil karya mereka. Salah satunya adalah Trappenpyramide, yaitu limas bertangga), sebagaimana diuraikan Samanto di bawah ini.
Di Jawa Barat (Tatar Sunda), Limas bertangga ini dahulu berfungsi sebagai tempat peribadatan begitu pula bagi orang Pangawinan (Baduy) dan bagi orang Karawang yang masih memegang teguh dalam adat tatali karuhun tidak boleh membangun rumah suhunan lilimasan.
Bagi orang Jawa Tengah, menurut Dr. H.J De Graaf, dengan adanya candi-candi Hindu yang sudah sangat kental percampurannya, sehingga tidak lagi terlihat jati diri Jawa Tengahnya. Sedangkan candi-candi di Jawa Timur bentuk-bentuknya masih kentara keasliannya, karena tempelan budaya luar hanya sebagai aksesoris saja. Yang lebih jelas lagi di Bali, karena keasliannya sangat kentara.
Kembali ke daerah Polynesia, bangunan-bangunan purba trappenpyramide tersebar di pulau Paska hingga ke Amerika Selatan yaitu di Peru. Apa ada hubungannya dengan Sunda ?
Salah satu ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl, membuktikan dan memunculkan teorinya bahwa hal tersebut di atas merupakan hasil kebudayaan dari manusia putih berkulit merah (sawo matang). Walaupun teori ini banyak dibantah para ahli lainnya, namun dapat kita tarik satu asumsi bahwa manusia putih berkulit merah ini adalah manusia Atlantis yang hilang oleh daya magi.
Pembuktian ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl sekarang lebih terungkap itu ada benarnya. Sehingga bila melihat sejarah bahwa keturunan dari Tatar Sunda menyeberang hingga ke Polynesia itu adalah orang-orang Atlantis.
Itu bisa dimengerti meninga salah satu kebiasaan dari para leluhur Sunda adalah selalu menyembunyikan dalam bentuk simbol — ekspansi kebudayaan dari Tatar Sunda ke daerah Polynesia, yaitu dengan adanya rombongan dari Palabuhanratu, dapat dibuktikan kebenaran-nya.
Seperti uraian benarkah orang Sunda pendatang atau benarkah Parahiangan pusat Atlantis ? Di sini, silahkan sidang pembaca untuk menilai lebih jeli kebenaran yang ada, karena benar adalah benar ia harus absolut tidak relatif.
Editor : Thomas Koten
Sumber : Disarikan dari Ahmad Yanuana Samantho.wordpress
Sekneg Lepas Kerja Sama, Temu Akbar III MBI Tetap Digelar
Sekneg Lepas Kerja Sama, Temu Akbar III MBI Tetap Digelar
Meski tidak jadi mendapat dukungan kerja sama dari Sekneg, penyeenggaraan Temu Akbar III Mufakat Budaya Indonesia (MBI) tetap berlangsung di Hotel Redtop, bilangan Gambir Jakarta, 23 – 25 November 2018. Sekitar 250 peserta, dari pelbagai kalangan, mulai dari intelektual, seniman, sastrawan, penulis hingga akademisi di Indonesia berkumpul untuk membahas pelbagai problematika yang dihadapi Indonesia dan merumuskan ancangan strategi bagi perbaikan kehidupan kebangsaan dan ke masyarakat negeri ini.
“MBI adalah sebuah forum pertemuan gagasan terbuka bagi para pemikir terkemuka Indonesia, baik dari latar belakang akademik, insan artistik, religius, tradisi, pemerintahan dan lainnya,” kata Radhar Panca Dahana, koordinator MBI, saat mengawali sidang pertama dipimpin Teuku Kemal Fasya dari Aceh.
Memang, MBI berawal dari inisiatif Radhar Panca Dahana, yang kemudian menjadi koordinatornya, mengakomodir kegelisahan teman-temannya, para aktivis seni dan budaya, pada situasi negeri.

Sebelumnya, kegiatan ini sempat menuai kritik karena dianggap mengurangi anggaran negara. Sehingga, ada beberapa kendala dihadapi forum yang telah tergelar untuk kali ketiga ini.
“Namun, entah dapat angin dingin dari mana, sekitar dua minggu lalu, ketika diskusi-diskusi publik berlangsung hangat dan disambut antusiasme publik yang datang melebih kapasitas kursi, datang pemberitahuan dari Sekneg: pihak Istana membatalkan kerjasama, karena tidak ada uang untuk itu,” kata Radhar, yang lebih dikenal sebagai penyair dan penulis naskah drama ini.
“Saya tidak ingin berspekulasi atau su’udzon (berpikir negatif), namun menenteramkan hati agar ikhlas. Pemerintah dan Presiden boleh mundur dari kerjasama dan janjinya, tapi saya dan MBI tidak. Tidak bisa dan tidak mampu. Rencana ini sudah dirancang jauh sebelum 6 bulan lalu saya bertemu Presiden, dan kabar acaranya sudah begitu luas beredar di masyarakat, sementara ratusan tokoh utama republik ini sudah menyatakan kesediaannya untuk serta. Kami harus jalan terus, termasuk mengambil risikonya. Termasuk semua urusan kebutuhan penyelenggaraan, dana antara lain, yang sampai surat ini ditulis masih merupakan swadaya pribadi. Ini boleh jadi salah satu alasan ‘kuota sangat terbatas’ di atas,” tegasnya pada ngopibareng.id, Sabtu 24 November 2018.

Panitia MBI tidak segera memberitahukan “pembatalan” tersebut pada peserta. Karena, ingin memperjuangkan nasib acara ini hingga di titik akhir.
“Titik dimana kami akhirnya tahu, perjuangan kebudayaan pada akhirnya (juga sejak awalnya) adalah perjuangan yang harus dilakukan “sendiri”(an), independen, tanpa ketergantungan atau acuan atau tautan pada pihak lain. Tidak swasta, tidak elit, tidak elemen-elemen masyarakat, tidak juga pemerintah yang notabene “hanya” satu dari sekian banyak pemangku kepentingan negeri atau bangsa ini.
“Bila pemerintah tampak begitu kuat, seksi, dan sering menampilkan diri sebagai “the sole problem solver” bagi negara dan bangsa ini, sungguh sebaiknya kebudayaan (dan pekerjanya) tidak tergiur untuk mendekat dan untuk pada akhirnya terjebak dalam pola relasi kuasa yang penuh dominasi. Masih banyak pemangku kepentingan negara yang harus diajak bekerjasama dengan para aktivis atau produsen kebudayaan di negeri ini. Itulah alasan utama, mengapa tokoh dari pelbagai kalangan, tak hanya cendekiawan, budayawan dan agamawan terhormat, tapi juga tetua adat, pebisnis, ilmuwan, politisi, pejabat daerah, hingga kaum milenial berkumpul di acara ini dan bekerjasama secara independen tanpa pengaruh govermental, intelijen atau kepentingan-kepentingan tendensius, baik dari dalam negeri maupun asing.
“Itulah pula alasan mengapa pembicara kunci (keynote speaker), yang pada awalnya, diberi ruang dalam acara ini (Bapak Joko Widodo, Bapak Jusuf Kalla, dan Sri Sultan Hamengku Buwana X), seperti saya jelaskan pada Presiden, bukan dalam posisinya sebagai petinggi eksekutif/pemerintah namun dalam posisi sebagai pemikir/intelektual –sama dengan peserta yang lain—hanya kebetulan memiliki pengalaman “lebih” dalam urusan kenegaraan. Presiden berposisi sebagai kepala eksekutif dilaksanakan saat ia menjamu peserta di Istana Bogor, sebagaimana rencana awal dan kesepakatan dengan beliau, semata untuk menegaskan komitmen pemerintah sebagai pemangku kepentingan pertama (juga utama) untuk melaksanakan apa yang telah dimufakatkan oleh Temu Akbar, dengan antara lain mengundang semua Kepala Lembaga (KL) untuk mendapat instruksi atau disposisi dari Kepala Eksekutif untuk implementasi dan diseminasi di bidang/lembaganya masing-masing.
“Saya sangat gembira dengan animo yang sangat besar dari para Sahabat, termasuk lebih dari 60 orang yang mohon maklum dan maaf tidak bisa terlibat karena sudah terikat dengan acara lain yang tak mungkin dihindarkan. Belum lagi anak-anak muda (20 tahun hingga 40 tahunan) yang penuh semangat berduyun mendaftarkan diri untuk diseleksi supaya menjadi peserta. Namun alangkah menyesalnya, karena kuota yang sangat terbatas, terpaksa hanya beberapa yang dapat disertakan.
“Kuota sangat terbatas” di atas boleh jadi adalah akibat perkembangan tak dinyana pada hari-hari akhir persiapan acara akbar ini.
“Sebagai latar belakang, bila boleh saya kabarkan, acara ini mulanya murni adalah gagasan dari MBI, sebagaimana dua Temu Akbar sebelumnya. Sampai satu ketika, saya yang mengajak dua puluhan aktivis MBI lainnya bertemu Presiden RI (April 2018) di halaman belakang Istana Merdeka, berkesempatan melontarkan gagasan Temu Akbar ini pada Presiden.
“Belum lengkap saya menjelaskan, Presiden nampaknya cepat menangkap inti dan ruh gagasan acara akbar ini dan dengan spontan mendukung penuh penyelenggaraannya. Bahkan beliau meminta waktu penyelenggaraan dipercepat (dari rencana Oktober) dan dilaksanakan di Istana Bogor, dengan biaya sepenuhnya dibantu kantor beliau, namun berkomitmen tidak mengganggu seinci pun materi serta proses pembahasan Temu Akbar kita.
“Tentu saya menyambut dengan baik. Bahkan berhasil mendapat janjinya untuk mengundang seluruh KL (kepala lembaga pemerintahan/negara) pada penutupan untuk mendapatkan instruksi langsung darinya dalam mengimplementasikan hasil-hasil dari Temu Akbar. Semua respon dukungan hingga janji implementasi yang diungkapkan tegas dan jelas di depan para menteri, staf khusus, ajudan, aspri dan tentu para budayawan, tentu saja mengisyaratkan masa tumbuh yang baik bagi kebudayaan di masa mendatang.
“Semangat para pekerja MBI meningkat luar biasa. Apalagi beberapa pertemuan menyusul dengan Mensesneg, staf khusus dan staf lainnya dengan MBI. Walau akhirnya waktu telat, kami sepakat pada tanggal pelaksanaan pada akhirnya juga kegiatan tambahan (berupa diskusi publik bekerjasama dengan lima lembaga publik terkemuka: Kompas, Media Indonesia-Metro TV, Gatra, Universitas Indonesia dan Universitas Islam Negeri Jakarta) sesuai usulan salah satu staf khusus.”
Dengan latar di atas, dapat ditegaskan di sini, Temu Akbar MBI III sama sekali tidak ada urusannya, terlebih bertendensi mengambil profit –dalam bentuk apa pun—dari kekuasaan politik. Apalagi menciptakan tandingan bagi program kebudayaan yang dibuat pemerintah. Penyelenggaraan ini sejak yang pertama, murni adalah gagasan dan inisiatif swasta/publik yang didedikasikan seluruh dan sesungguhnya pada kepentingan negara, dan bangsa.
“Maka tegaklah kepala Temu Akbar ini, juga kepala para Sahabat mulia yang menjadi peserta untuk tetap bekerja keras, berpikir sekuatnya dan menelurkan gagasan dan memufakatkan ide-ide yang akan menjadi legacy (warisan) paling utama generasi kita pada generasi berikutnya, ketika kita telah gegabah, sadar atau tidak, pintar atau bodoh, menguras habis sumber daya alam negeri ini, meninggalkan restan yang hanya menjadi bencana bagi anak cucu kita.
Indonesia pada akhirnya nanti akan membuktikan kalau masa depan yang penuh ketidakterdugaan bisa diselesaikan dengan cara yang paling pasifis, damai, penuh cinta dan artistik, yakni: kebudayaan. Bukan dengan cara-cara konservatif tingkat global saat ini: ekonomi, politik, hukum dan militer yang ternyata kian menambah runyam keadaan di semua sudut bumi yang disentuhnya.
“Inilah urgensi sekaligus argumentasi idealistik mengapa TA-MBI III ini perlu dilaksanakan di saat ini, untuk realitas pragmatis kita yang diharu biru oleh kekacauan akal dan spiritual yang mengancam soliditas sosial dan koherensi nasional, baik sebagai bangsa maupun negara,” tutur Radhar Panca Dahana.
Dan kebudayaan yang menjadi pokok dalam acara ini adalah kebudayaan yang esensial, bukan yang sensasional atau yang preferensial (personal). Bukan kebudayaan “jejadian”, formal, melulu akademis (rasional-kognitif) apalagi sekadar govermental. Tapi kebudayaan yang hidup dan dihidupi (juga) oleh ruh dan imajinasi serta spritualitas dari pemiliknya: bangsa dan rakyat yang menjadi konstituennya.
Maka, yang harus terjadi, terjadilah. Kita berharap, pertemuan akbar kita ini menjadi energi kolektif yang positif dan konstruktif, karena dilambari oleh niat yang lurus, kerja yang bagus dan batin yang tulus. Kita sama percaya, Dia yang Maha Memahami, akan berpihak pada makhluknya yang sungguh-sungguh dalam berupaya dan ikhlas pada (apa pun) hasil akhirnya.
“Kepada negara kita mengabdi, pada negeri kita memberi. Bukan pada siapa lagi. Saya, juga mewakili semua teman pekerja, para Sahabat yang mendukung (juga sejak awal) menyampaikan penghargaan setingginya dan terima kasih sedalamnya untuk kesungguhan dan ketulusan Sahabat (peserta) yang mulia,” kata Radhar Panca Dahana. (adi)
https://www.ngopibareng.id/timeline/sekneg-lepas-kerja-sama-temu-akbar-iii-mbi-tetap-digelar-