Quantcast
Channel: Bayt al-Hikmah Institute
Viewing all 1300 articles
Browse latest View live

Siapa Sebenarnya Kivlan Zein, MayJen Kunyuk Dalang Kerusuhan SARA di Ambon

$
0
0

http://www.minihub.org/siarlist/msg04368.html ……….

Siapa Sebenarnya Kivlan Zein, MayJen Kunyuk Dalang Kerusuhan SARA di Ambontuduhan Gus Dur pada seseorang bukannya tanpa dasar, dan seringkali dinyatakan dalam inisial. Misalnya, ketika belum menjadi presiden, ia pernah mengatakan Mayjen “K”, adalah dalang kerusuhan Ambon. Lalu, Mayjen Kivlan Zen, kawan Letjen Prabowo, merasa dituduh dan ia mengunjungi Gus Dur. Gus Dur pun membantah yang ia maksud adalah Kivlan. “Yang saya maksud adalah Mayjen Kunyuk,” kata Gus Dur kala itu.

Bahwa, Kivlan merasa tertuduh, sebenarnya itulah tujuan Gus Dur. Orang akan bertanya mengapa Kivlan merasa tersinggung Ada Jenderal orde baru mantan tangan kanan prabowo yang belakangan ini hidup dari jualan isu hantu PKI dan ideologi komunisme.

Banyak yang belum mengerti bahwa jenderal ini adalah dalang adu domba antara mahasiswa pengusung agenda reformasi melawan kubu islamis yang tergabung dalam satuan bayaran bernama Pamswakarsa pada tragedi semanggi. Setelah mahasiswa menggagalkan dan mengalahkan Pamswakarsa dengan korban beberapa jiwa di kubu Pamswakarsa, maka agenda untuk melanjutkan reformasi bisa berlanjut dalam SU MPR 1999.

Tetapi Jenderal orde baru ini tidak berhenti sampai disini. Tatkala bossnya Prabowo dicopot dari jabatan Pangkostrad oleh Presiden BJ Habibie, Ia melaksanakan order baru untuk membuat kerusuhan SARA di Ambon. Kerusuhan SARA yang berlangsung bertahun-tahun itu punya misi khusus untuk mengagalkan peradilan terhadap Mantan Presiden Soeharto.

Pemerintahan Gus Dur dan Megawati dipusingkan oleh kerusuhan SARA Ambon sehingga tidak punya kesempatan mengadili Soeharto secara tuntas sebelum sakit-sakitan dan meregang nyawa beberapa waktu kemudian. Sudah menjadi rahasia umum, menjelang akhir kejatuhannya, Soeharto berpaling dari kubu CSIS ke kubu ICMI. Dari kubu Jenderal LB Moerdani ke kubu feisal tanjung-hartono-prabowo. Yang tidak diketahui Soeharto adalah,  jenderal jenderal yang pro kubu islamis itu semua menggunting dalam lipatan. Soeharto sempat merasa tenang dengan semakin merapat ke ICMI dan jenderal-jenderal islamis, maka kekuasaan akan langgeng. Tutut sebagai putri sulung bisa masuk kabinet. Bisnis mobil Timornya Tommy mendapatkan status mobnas. Bisnis Bambang Tri juga menggurita lewat Bimantara yang menguasai stasiun RCTI. Belum lagi bisnis Ari Sigit cucu kesayangan yang hanya dengan jualan sticker miras bisa ongkang-ongkang kaki sambil dikaraoke.  Kemudian saat krismon tak dapat diatasi, hasil SU MPR Maret 1998 yang mengukuhkannya jadi presiden ke 6 kali mendadak rentan. Organisasi ICMI beserta kubu islamis yang diharapkan menjadi penopang saat terakhir, ternyata berpaling mendukung BJ Habibie.

Di akhir hayatnya Soeharto menyesali keputusannya menghindar dari lubang buaya malah dimangsa singa. Ia saat berkunjung ke makam LB Moerdani berkata “kowe pancen sing bener Ben…”  dan disertai penyesalan mengapa menyisihkan loyalis sejatinya itu dan berpaling ke Jenderal-jenderal ‘brutus’ seperti feisal tanjung-hartono-prabowo. Setelah soeharto jatuh, agenda kelompok islamis itu hanya berhasil dengan membentuk FPI ormas pengacau yang bercita-cita mendirikan negara islam. Selain itu cita-cita mereka menaikkan prabowo sebagai Panglima ABRI gagal oleh perlawanan Kubu BJ Habibie-Wiranto. BJ Habibie sendiri kendati dibesarkan oleh didikan Soeharto, namun punya sikap politik yang waras; tidak haus mempertahankan kekuasaan dan Propinsi Timor Timur diijinkan mengadakan referendum sehingga menghilangkan beban politik luar negri sebagai penjajah.

Kembali ke mayjen kunyuk, setelah berhasi mengacak-acak Ambon dan merembet ke Poso dan lain-lain wilayah, misinya untuk menggagalkan peradilan atas mantan presiden Soeharto berhasil tuntas. Kini, jenderal kunyuk sedang melakukan rencana tahap berikutnya; mengagalkan rekonsiliasi sesama anak bangsa.

Jenderal kunyuk ini sepertinya sedang melakukan adu domba, suatu strategi yang berhasil menjaga kelanggengan orde baru selama 32 tahun. Padahal misi rekonsiliasi yang digagas oleh Presiden Jokowi adalah menegakkan kebenaran sejarah pada peristiwa pasca 1965. Bila ada ‘korban-korban sampingan’ yang jatuh tanpa peradilan dan merupakan pelanggaran HAM maka sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk meminta maaf kepada korban dan merehabilitasi nama korban beserta keluarga, kemudian memberi kompensasi yang sepadan.

Sebagai jenderal kunyuk memang wajar sekali ia tak rela negara menjadi satu padu demi masa depan yang lebih baik. Ia lebih suka menyembunyikan dosa kubu islamis dan membesar-besarkan dosa kubu komunis. Jika mau jujur dan membuka mata hati, momen rekonsiliasi juga bisa menjadi cermin bagi kubu islamis bahwa yang membela agama dan negara juga berbuat keliru dengan menyasar korban yang tidak nyata-nyata bersalah.

Eksekusi mati terhadap siapapun yang dituding PKI saat itu benar-benar tindakan barbar. Tanpa lewat pengadilan, semua korban dijemput untuk dihilangkan. Ada yang dikubur massal tanpa identitas, ada pula yang dibuang ke jurang. Kubu islamis mustinya malu terhadap penjajah belanda yang tidak pernah main bunuh seenaknya. Para pemimpin pergerakan dari jaman kerajaan sampai dengan RI berdiri hanya diasingkan tidak pernah dieksekusi. Pangeran Diponegoro sampai Bung Karno saat ditangkap hanya untuk diasingkan.

Namun tindakan kubu islamis yang disokong oleh jenderal-jenderal orde baru yang haus darah malah tega membunuh sesama anak bangsa, bahkan yang belum atau tidak terbukti terlibat langsung penculikan terhadap Pahlawan Revolusi. Situasi kekinian global yang sudah tidak memberi ruang bagi ideologi komunisme tidak berarti apa-apa bagi jenderal kunyuk yang punya agenda sampingan mensyariatkan Indonesia.

Tak heran Ia kini kembali meminta dukungan ormas pengacau FPI yang jelas-jelas anti Pancasila dan anti Bhinneka Tunggal Ika untuk bersama-sama meniupkan isu hantu PKI. Besok tanggal 3 Juni rencananya ormas pengacau FPI yang anti Pancasila dan hendak mendirikan kekhalifahan  berdasarkan syariat islam akan mengepung Istana. Apakah bisa dibiarkan jenderal kunyuk dan ormas pengacau FPI yang dipimpin oleh Habib arab anti NKRI hendak membuat NKRI menjadi ISIS?

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/immortalunbeliever/siapa-sebenarnya-kivlan-zein-mayjen-kunyuk-dalang-kerusuhan-sara-di-ambon_574f9a62137f61be04525a97



Hak Ayah

$
0
0

evyImam Ali Zainal Abidin berkata,
“Adapun Hak ayahmu, ketahuilah bahwa dia adalah asalmu. Tanpanya engkau tidak akan ada.
Ketika engkau melihat kehebatan pada dirimu, maka ketahuilah asal kenikmatan itu adalah ayahmu. (Karena segala prestasi itu tidak akan kita raih jika kita tidak dilahirkan di dunia ini). Karena itu bersyukurlah kepada Allah dan bersyukurlah kepada orang tuamu.”
Rasulullah saw bersabda, “Ayah adalah salah satu pintu dari pintu-pintu surga maka jagalah pintu itu.”
Sungguh menyedihkan saat melihat seorang anak yang sudah merasa mampu dan melupakan jasa ayahnya. Setelah ia telah memberikan sesuatu kepada ayahnya, dia mulai berani memerintah, membentak dan menyakiti perasaan ayahnya.
Apa yang mampu diberikan seorang anak kepada ayahnya sementara tanpa ayah dia tidak akan pernah merasakan kehidupan?

Lihat pos aslinya 220 kata lagi


ISU PKI RENCANA LICIK AMERIKA JATUHKAN JOKOWI

$
0
0

Minggu, 22 Mei 2016

 Oleh Sudirman Totok W PA

1014 - JokowiAmerika mulai khawatir terhadap langkah politik internasional Jokowi dengan membangun poros “Jakarta-Beijing-Taheran-Moskow” meliputi perdagangan, teknologi sipil, teknologi militer, kesehatan, nuklir dan investasi.

Hal yang paling merisaukan Amerika adalah hancurnya hegemoni mereka serta hilangnya kontrol atas geliat ekonomi di Indonesia yang pada akhirnya akan merubah kiblat negara-negara kawasan di Asia Tenggara mengikuti jejak langkah Indonesia yang progresif.

Ketakutan Amerika juga tidak terlepas dari kebijakan Presiden Jokowi terhadap perpanjangan kontrak PT. Freeport Indonesia di bumi Papua, betapa besar kehilangan keuntungan bagi mereka apabila PT. Freeport Indonesia akan dimainkan Jokowi sebagai ‘capital politic’ pada pilpres tahun 2019 nanti, maka akan tamatlah Amerika di Indonesia.

Ada beberapa langkah yang telah dan mulai dimainkan oleh Amerika di Indonesia dalam rangka tetap dapat mengusai Indonesia seperti selama ini berhasil mereka lakukan;
1. Lewat bantuan Arab Saudi dengan memberikan suntikan dana besar kepada para radikalis dan teroris di Indonesia.
2. Lewat Mesir dan Turkey dengan menggerakan Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslim di Indonesia (HTI dan PKS)
3. lewat Alumnus West Point, Minneapolis, dan kursus perwira Indonesia di negeri Paman Sam dengan memainkan isu bangkitnya PKI.

Ada pertanyaan apakah CIA bermain disini, maka jawabnya tentu saja. Sebab sudah bukan rahasia lagi bahwa selama ini mereka CIA telah merekrut alumnus sekolah perwira militer maupun para akademisi terbaik dari sipil yang pernah mengenyam pendidikan Amerika. Maka janganlah heran kalau yang menyebar isu anti cina dan tuduhan bahwa Ahok bisa menjadi pemicunya seperti tragedi tahun 1998 dan yang mengatakan bahwa hantu PKI itu memang nyata, serta yang membakar masa dalam pidato tentang bangkitnya ideologi komunis lewat PKI di Indonesia semuanya adalah purnawirawan Jenderal lulusan Amerika.

Apakah bukan kebetulan semata? Sederhana saja jawabnya, bahwa pola yang dimainkan Amerika sangat mirip dengan yang terjadi pada situasi sebelum meledaknya G 30 S/PKI seperti contoh di bawah ini:
– Settingnya dulu adalah Tritura, juga terselip sentimen anti cina. Goalnya adalah jatuhnya Bung Karno. Dan saat ini setingnya adalah “Turunkan Jokowi dan hancurkan PKI” targetnya jatuhnya Jokowi.
– Dulu Amerika memainkan kebodohan dan ambisi PKI dengan memusuhi para ulama dan agamawan, kemudian melakukan kudeta terhadap para Pahlawan Revolusi, maka saat ini digandengnya kaum radikalis yang anti Pancasila karena dianggap ajaran Thogut untuk propaganda bangkitnya PKI. Padahal apa urusan mereka soal PKI, mereka itu jelas-jelas anti Pancasila dan ingin mendirikan Khilafah Islamiyah di Indonesia.
– Pola penghancuran Indonesia telah dilakukan lewat aksi teror dan rencana membagi Indonesia menjadi 18 sampai 20 negara baru sehingga mudah dikuasai sesuai kepentingan mereka. Langkah itu tidak membuahkan hasil, maka mereka (Amerika) lewat antek-antek mereka di Indonesia memainkan isu yang paling sensitive yaitu “Bangkitnya PKI”
– Membangun fitnah terhadap pribadi Agus Wijoyo, purnawirawan Jenderal bintang 3 anak dari salah seorang Pahlawan Revolusi yang adalah tokoh penggagas serta pelopor rekonsiliasi antara anak mantan PKI dengan anak Pahlawan Revolusi.
Sehingga ditimbulkanlah pertanyaan nyeleneh dari juga purnawirawan Jenderal lulusan Amerika bahwa perlu dipertanyakan apakah betul Agus Wijoyo itu anak dari Pahlawan Revolusi?
Hal yang kemudian dibantah dan diluruskan oleh AM. Hendropriyono, purnawirawan Jenderal mantan kepala BIN bahwa dia kenal betul siapa Agus Wijoyo dan kenal betul siapa bapaknya.

Sekarang isu bangkitnya PKI menjadi mainan yang menyatukan para alumnus Amerika baik sipil maupun militer bergandeng tangan dengan mesin penghancur Amerika di Timur Tengah yaitu kelompok radikal serta teroris berbaju agama.

Akankah kita Bangsa Indonesia dapat dihancurkan oleh mereka dengan cara-cara keji di atas? Tentu kondisi nya berbeda, karena langkah jenius Jokowi dengan:
1. Membangun kekuatan TNI, baik lewat perbaikan Alusista, baik produksi dalam negeri maupun lewat pembelian dengan melirik Rusia sebagai mitra utama.
2. Membersihkan BIN dari agen ganda pengabdi kepada kepentingan Amerika dengan agen Merah Putih.
3. Menempatkan jabatan Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan, serta juga Kapolri yang bukan lagi lulusan Amerika.
4. Membangun infrastruktur terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Semuanya adalah dalam memperkuat Ketahanan Nasional, serta meninggikan martabat bangsa dengan tidak lagi tunduk kepada kemauan Amerika.

Maka malulah kita, kalau masih saja mau menjual diri kepada kepentingan Amerika.

Teruskan perjuangan Indonesia Baru Pak Jokowi… kami rakyat Indonesia akan berdiri di samping Anda.

Salam Indonesia Raya.
NKRI Harga Mati.
Pancasila final

Sumber:

http://www.voa-islamnews.com/isu-pki-rencana-licik-amerika-jatuhkan-jokowi.html


Haidar Bagir: Diponegoro Ternyata Menganut Paham Wahdatul Wujud

$
0
0
Haidar-Bagir-Diskusi-SufismeHaidar Bagir saat memberikan materi dalam seminar bartajuk ‘Agama, Politik, dan Keserasian Sosial dalam Perspektif Perbandingan’ yang digelar Akademi Jakarta di Hotel Gren Alia Cikini, Rabu 10 Desember 2014 – Foto : haidarbagir.com

Satu Islam, Jakarta – Intelektual Muslim dan pendiri Mizan Group, Haidar Bagir menilai pahlawan nasional Pangeran Diponegoro sebagai seorang penganut paham Wahdatul Wujud.

Hal itu diungkapkan Haidar saat memberikan materi dalam seminar bartajuk ‘Agama, Politik, dan Keserasian Sosial dalam Perspektif Perbandingan’ yang digelar Akademi Jakarta di Hotel Gren Alia Cikini, Rabu 10 Desember 2014.

Haidar beralasan, penilaianya atas paham fakta Wahdatul Wujud yang dianut Pangeran Diponegoro didasarkan rekam jejak sang Pangeran yang diungkap oleh sejarawan Peter Carey dalam bukunya ‘Destiny: The Life of Prince Diponegoro of Yogyakarta, 1785-1855’.

“Di situ Carey menjelaskan, Diponegoro ternyata menganut paham sufisme wahdatul wujud,” kata Haidar.

Semasa hidupnya, lanjut Haidar, Pangeran Diponegoro sering membaca kitab ‘Al Tuhfah Al Mursalah ila Ruhin Nabiy’ yang merupakan karangan tokoh sufi asal India, Muhammad Ibn Fadhilah al Burhanpuri.

Kitab tersebut, menurut Haidar, menjadi salah satu sumber ajaran wahdatul wujud yang banyak dianut umat Islam di Indonesia pada masa lalu. Saat itu umat Islam Indonesia menempuh spiritualisme dan mistisisme sebagai sebuah upaya mencapai kesempurnaan.

“Kitab itu dulu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Jawa. Kandungan dari kitab itu memengaruhi pemikiran Pangeran Diponegoro dalam melakukan gerakan politiknya,” ujar Haidar.

Wahdatul wujud adalah paham yang menempuh kesadaran eksistensi. Paham ini melihat eksistensi atau wujud secara bergradasi. Bahkan, beberapa kalangan sufi meyakini bahwa orang yang menguasai kesadaran tersebut mampu menyerap kemuliaan dari Tuhan.

Dalam kamus Bahasa Jawa, konsep pemahaman semacam ini dikenal dengan istilah ‘manunggaling kawula Gusti’. Ajaran ini berkembang pesat di Indonesia terutama di tanah Jawa. Beberapa tokoh sufi yang dipengaruhi oleh ajaran ini antara lain Ibnu Arabi, Syekh Siti Jenar, dan Hamzah Fansuri.

“Selain Pangeran Diponegoro, Ayatollah Khomeini juga seorang pengikut tasawuf Wahdatul Wujud,” kata Haidar lagi.

SUMBER:

 


Menunggu Freeport Jatuhkan Jokowi

$
0
0

 by ANZIL ST (Kompasianer)

Ini satu lagi berita liputan saktjiwa.com bikin ngakak. Jakarta-SAKITJIWA.COM. Freeport yang mempunyai sejarah besar mensetting kejatuhan Presiden pertama RI Soekarno menginspirasi barisan sakit jiwa untuk menyusun langkah strategis menjatuhkan Jokowi Presiden ketujuh RI . Hal itu diungkapkan oleh Faizal Assegaff dalam akun FB-nya.

“……..tunggu saja kalau masalah Freeport diotak-atik maka Amerika akan gusar. Amerika akan berbalik mendukung KMP untuk mempercepat pelengseran rezim Jokowi – JK………”, demikian ditulis oleh Faizal Assegaf, Ketua Progres 98 dan salah satu dedengkot aktivis 98 di Kampus Universitas Mercu Buana di dinding FB-nya, Rabu (21/10/2015).

FA adalah salah satu pendukung inti waktu Pilpres 2014 kemarin mendukung pasangan Prabowo-Hatta yang diusung KMP. TS tersebut mendapat like 250, 21 komentar dan 20 orang membagikannya. FA menguraikan bahwa Politik kotor dan pengkhianatan kepada negara sekalipun adalah suatu tindakan yang dibenarkan demi melampiaskan kesakithatian para barisan sakit jiwa di negara ini untuk menjatuhkan Jokowi. Pengkhianatan sudah merupakan budaya dan rakyat sudah memaklumi permainan politik kotor ini.

Mencuci otak rakyat Indonesia dengan menyebarkan fitnah bahwa Jokowi antek Asing, Aseng, Asong dan Asuuu adalah politik kotor yang cerdas. “Rakyat sudah semakin cerdas dan tahu permainan politik kotor elite di negeri ini, yang sering berkhianat pada rakyat dan negara !” Paparan dalam statusnya. FA menghimbau barisan sakit jiwa tidak usah capek-capek lagi berdemo untuk gulingkan rezim Jokowi seperti dilakukan pada aksi demo 20 Juta Masa Kepung Istana pada tanggal 20-22 Oktober kemarin yang tidak membuahkan hasil (baca berita liputan sakitjiwa.com http://www.kompasiana.com/aznil/jakarta-2-hari-lumpuh-total-20-juta-masa-bertahan-kepung-istana_56276834387b6133091fe442 ).

KMP harus berpolitik cerdik memanfaatkan momentum kegusaran Amerika kepada Presiden Jokowi yang mengutak-atik kebebasan PT Freeport mengeksploitasi sumber emas terbesar di Papua selama ini. Sejak 1967 dimulainya pengeksploitasi tambang emas di Papua, baru kali ini ada presiden Indonesia yang berani mengotak-atik Freeport. Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi beberapa kali menegaskan agar PT Freeport Indonesia meningkatkan kepemilikan pihak nasional atas saham PT FI dan mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal serta barang dan jasa dalam negeri.

Kemarahan Freeport kepada Presiden pelangak-pelengok ini saatnya KMP berpolitik kotor membangun aliansi bersama dengan Amerika untuk menjatuhkan Jokowi sebagaimana telah berhasil dilakukan pada tahun 1966 menjatuhkan Presiden Soekarno yang melarang niat Amerika untuk menambang emas di Papua.

“Tidak usah capek-2 berdemo untuk gulingkan rezim Jokowi, tunggu saja kalau masalah Freeport diotak-atik maka Amerika akan gusar. Amerika akan berbalik mendukung KMP untuk mempercepat pelengseran rezim Jokowi – JK”, tulis Faisal Assegaf berharap dengan penuh optimis.

Dari penelusuran reporter sakitjiwa.com, kunjungan aJokowi ke America selama 4 hari dari tanggal 25 hingga 29 Oktober salah satu agendanya adalah untuk menandatangani kontrak kerjasama dengan Presiden America, Barrak Obama membangun smelter terbesar di dunia buat penampungan dan pemurnian kembali orang sakit jiwa di Indonesia. Presiden aJokowi mempersilahkan America menguasai sepenuhnya, 100% Kepemilikian saham smelter tersebut. (SJC.2)

Hahahahaha……. Sudah ketahuankan ? Siapa pengkhianat negeri ini ???

Menunggu Freeport Jatuhkan Jokowi

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aznil/menunggu-freeport-jatuhkan-jokowi_562b574952937368099592cc


Terbaru Neoimperialisme-Neokolonialisme USA

$
0
0
Foto Ustad Abu Janda al-Boliwudi.
Ustad Abu Janda al-Boliwudi bersama Dwi Isti dan 4 lainnya.

MARI KITA CERDAS

Cerdas itu ada batasnya,
tapi dungu tak kenal batas
( Albert Einstein )

Tujuan ponpes Al-facebooki ini sejak didirikan setahun yang lalu, tak lain tak bukan hanya ingin para Santri pembaca disini menjadi cerdas, cerdas, cerdas, tidak ada tujuan lain selain itu.

Ulasan kali ini akan membedah alasan kenapa sejak era Jokowi, isu “CINA & PKI” begitu gaduh ditabuh oleh kelompok tertentu, yang selain menciptakan sentimen Anti Pemerintah, juga rentan konflik horisontal.

JASMERAH!
“Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah!”

..ini wejangan dari Bapak Proklamator RI Ir.Sukarno. Karena memang hanya melalui sejarah kita bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Apa latar belakang & siapa mastermind (dalang) dibalik isu “CINA & PKI” ini.

AMERIKA DANAI AGRESI MILITER BELANDA

Pasca Perang Dunia 2, Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi (hutang) kepada negara-negara Eropa korban penjajahan Nazi Jerman, yang dinamakan MARSHALL PLAN. Dalam Klausul Marshall Plan untuk Belanda, tertulis Belanda boleh alokasikan pinjaman untuk kolonisasi Hindia Belanda (Indonesia).

Washington juga memberikan restu kepada militer Belanda untuk menggunakan peralatan tempur AS dalam status “Pinjaman”. Pada 30 November 1946, militer Belanda dapat pinjaman 118 unit pesawat tipe B-25, P-40 dan P-51, 45 unit tank Stuart, 459 Jeep militer, 170 unit artileri,

..termasuk juga truk-truk militer & persenjataan infantri eks Perang Pasifik. Militer Belanda juga diberikan akses ke 65.000 ton suplai logistik. Selain itu, AS berikan tambahan pinjaman 26 juta Dollar untuk keperluan di Hindia Belanda.

FAKTA:
Amerika CUKONG Agresi Militer Belanda ’46-’49

SUMBER: Buku American Visions of the Netherlands East Indies (Indonesia): US Foreign Policy and Indonesian Nationalism 1920-1949 (Amsterdam University Press) by Frances Gouda

AMERIKA KUASAI INDONESIA LEWAT SUHARTO

Pada Juli 2001, Pemerintah Amerika Serikat menerbitkan sebuah dokumen yang berjudul FRUS (Foreign Relations of the United States), sebuah Rekapan komunikasi politik AS dengan negara-negara Asia Tenggara medio 1960-an

Pada dokumen FRUS volume 26, “Role of CIA in the Coup 30 September 1965” oleh George Lardner Jr, disebutkan Washington berikan dana sebesar 1.000.000 Dollar kepada seorang Petinggi TNI AD (yang tak disebutkan namanya) untuk lakukan Operasi kode “GESTAPU” (Gerakan September Tiga Puluh).

Lalu pada 2 Desember 1965, dinas intelijen AS CIA melalui Duta Besar AS untuk Indonesia Marshall Green, memberikan Suharto daftar seluruh loyalis Sukarno yang “diduga PKI”, yang menyebabkan pembantaian massal terkejam dalam sejarah menyaingi Holokos Nazi terhadap yahudi, diperkirakan jutaan jiwa melayang.

Pada 15 April 1966, berdasarkan Kawat Diplomatik Kedutaan AS-RI ke Washington DC, Marshall Green melaporkan keterlibatan CIA dalam GESTAPU yang dinyatakan “minimal” tidak terlibat langsung, hanya memantau.

Pada 17 maret 1967, MPRS menyelenggarakan Sidang Istimewa, menerbitkan TAP MPRS yang melengserkan Presiden Soekarno & secara resmi serahkan kepemimpinan kepada Soeharto sebagai PJS (Pejabat Presiden).

AGENDA PERTAMA Soeharto sebagai Pjs.Presiden RI adalah memaksa Sukarno menanda-tangani UU PMA 1967, yang menggelar “Karpet Merah” kepada korporasi AS diantaranya Stanvac, Vico yang sekarang dikenal dengan Chevron, Exxon, Mobil, juga tentunya FREEPORT, untuk menguasai kekayaan alam Indonesia.

UU PMA 1967:
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_67.htm

SUMBER
FRUS (Foreign Relations of the United States) Volume 26: Role of CIA in the COUP of 30 September 1965″, George Lardner Jr

JOKOWI YANG ANTI MAINSTREAM

Warisan Suharto ini diteruskan dengan apik sampai masa SBY. Baru pada masa pemerintahan Jokowi, RI berani tempuh kebijakan yang bisa dibilang menantang supremasi & hegemoni kekuasaan “Uncle Sam” di Indonesia.

Amerika Serikat yang selalu mendapat prioritas utama “jalur khusus” dalam penunjukan Kuasa Blok Migas, perpanjangan kontrak Freeport, dan berbagai kebijakan lain, kini TIDAK LAGI. Tidak lagi ada perlakuan spesial untuk Paman Sam.

Jokowi tak segan-segan membawa bisnisnya ke RRC, investor saingan utama AS. Tak hanya itu Jokowi juga melakukan deal Migas dengan Iran yang 4 tahun diembargo ekonomi oleh AS, yang juga “arch enemy” (musuh ideologi) Arab Saudi, sekutu no.1 Amerika di TimTeng yang notabene punya lobi kuat di NKRI.

Inilah sejatinya latar belakang penyebab isu “CINA & PKI” begitu santer sejak masa Pilpres, digendang oleh sayap media PKS, media-media WAHABI, lalu estafet dilanjutkan saat ini oleh Kivlan Zein & FPI.

Semua kegaduhan ini tanpa disadari mereka sedang membela kepentingan Blok Barat (Amerika) yang mulai dirongrong oleh pengaruh Blok Timur (RRC) di bumi NKRI.

Kenapa? Karena cerdas ada batasnya,
tapi dungu tak mengenal batas.

Ustad Abu Janda al-Boliwudi

‪#‎SayNoToTerrorism‬

 


Tadabur al-Qur’an

$
0
0

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(39:53)

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).(39:54)

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,
(39:55)

أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ

supaya jangan ada orang yang mengatakan: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah),(39:56)

أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

atau supaya jangan ada yang berkata: ‘Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa’.(39:57)

أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab ‘Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik’.(39:58).

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَن

” La Tahzan innalLaaha ma’ana”:” janganlah kau besedih, sesungguhnya Allah bersama kita.

رسول اللّه صلى الله عليه و آله :
قالَ اللّه ُ تبارَكَ وتعالى : يابنَ آدمَ … لا تُقَنِّطِ الناسَ مِن رَحمَةِ اللّه ِ تعالى علَيهِم وأنتَ تَرجُوها لنفسِكَ . [بحارالأنوار : ج 70 ص 388 ح 55]

Rasulullah saw : “Allah swt berfirman : “Hai anak Adam… Janganlah kamu membuat manusia berputus asa akan rahmat Allah swt atas mereka sedangkan kamu mengharapkannya untuk dirimu sendiri”.


NEO-LIBERALISME RINTANGAN BAGI NASIONALISME

$
0
0

NEO-LIBERALISME RINTANGAN BAGI NASIONALISME

Abdul Hadi W. M.

abdul hadiSeperti sistem pemerintahan dan politik lain, sebuah sistem ekonomi kemasyarakatan senantiasa didasarkan atas pemikiran atau dasar falsafah tertentu. Demikian neo-liberalisme yang sering diperdebatkan selama beberapa tahun terakhir ini dan dipandang menggerogoti dasar-dasar falsafah bangsa kita Pancasila serta sistem sosial, politik, ekonomi dan pemerintahan dicita-citakan Mukadimah UUD 45 dan batang tubuhnya. Oleh sebab itu neo-liberalisme tidak hanya bisa diperdebatkan hanya dalam lingkup ilmu ekonomi, tetapi juga dari perspektif sejarah pemikiran filsafat. Sebagai aliran pemikiran kemasyarakatan, neo-liberalisme sering dikaitkan dengan sistem ekonomi pasar bebas dan berakar dari perpaduan pemikiran sosial, politik dan ekonomi, serta anthropologi falsafah seperti liberalisme, utilitarianisme, individualisme, materialisme, kapitalisme, hedonisme, dan lain sebagainya. Yang kedua lahir dari paham seperti altruisme, kolektivisme, dan sosialisme, baik sosialisme bercorak secular maupun keagamaan.

Liberalisme dan Neo-Liberalisme

Istilah neo-liberalisme sebenarnya telah lama diperkenalkan di Indonesia, yaitu oleh Mohammad Hatta dalam bukunya Ekonomi Terpimpin (1959). Sebutan ini merujuk kepada pemikiran tiga filosof ekonomi terkemuka pasca-Perang Dunia II – Walter Euchen, Friedrich von Hayek, dan Wilhelm Ropke. Mereka menuntut adanya peraturan yang menjamin lancarnya persaingan bebas dalam kehidupan ekonomi seperti ketetapan nilai mata uang, adanya pasar terbuka di banyak negara, pemilikan swasta atas sarana produksi, kebebasan membuat perjanjian yang tepat mengenai tanggung jawab perusahaan dan politik perekonomian sesuai.

Secara umum paham ini lahir dari rahim aliran filsafat liberalisme atau paham serba bebas. Pencetusnya dua filosof Inggeris abad ke-17 M, Thomas Hobbes dan John Locke. Aliran ini berkembang pasat pada abad ke-18 M. Menurut dua filosof ini dalam kodratnya manusia bukanlah mahluk altruistik atau cinta kepada masyarakat. Karena itu cenderung pula tidak kooperatif atau bekerja sama dengan sesama anggota masyarakat. Bawaan manusia sebagai hewan berakal (animal rationale) adalah mengutamakan kepentingan pribadi. Dalam bukunya Leviathan Thomas Hobbes mengatakan bahwa “manusia adalah serigala bagi manusia lainnya” (homo homini lopus). Semboyannya yang lain yang terkenal ialah “a war of all against all”. Untuk mengatasi situasi hukum rimba yang serba kejam itu harus ada negara yang dikuasai oleh satu orang secara mutlak, yaitu monarki absolute. Bentuk kekuasaan absolut ini dijumpai dalam pribadi Raja Louis IX yang terkenal dengan semboyannya “Le`etat est moi” (negara adalah saya). Dengan jalan piikiran yang sama John Locke membawa liberalismenya ke tempat lain.

Kebebasan, menurutnya, tak punya nilai instrinsik. Nilai ditambahkan manusia dalam kehidupan sosialnya. Ia menunjuk property sebagai sumber nilai yang membawa manusia mau hidup bermasyarakat. Hanya hal-hal yang bersifat kebendaan yang dapat dijadikan dasar untuk membangun suatu masyarakat. Lebih jauh baginya kehidupan sosial tak lebih daripada gelanggang persaingan bebas antar individu. Sebaik-baiknya cara agar masyarakat maju dan berkembang ialah dengan membiarkan persaingan itu berlangsung tanpa campur tangan negara. Berdasarkan pemkiran dua fiolosof abad ke-17 itu Adam Smith (1723-1790) mengembangkannya menjadi aliran pemikiran ekonomi. Menurutnya pusat kehidupan sosial yang ideal adalah pasar.

Di sini liberalisme, dalam pengertian ekonomi, ia artikan sebagai pemeliharaan kebebasan individu untuk berjual beli dan saling bersaing dengan bebas di pasar. Motivasi jual beli bukan kerjasama, melainkan kepentingan pribadi. Hasil akhir persaingan yang fair ialah keadilan, asal saja setiap orang diberi kesempatan yang sama untuk bersaing (Mead 1972:14-6). Dalam bukunya An Enquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776) Adam Smith mengatakan bahwa sebagai mahluk ekonomi manusia cenderung memburu kenikmatan dan keuntungan sebesar-besarnya bagi dirinya. Jika tabiat bawaan manusia yang individualistik, egosentrik dan condong pada kebebasan ini dibiarkan berkembang tanpa campur tangan pemerintah/negara, dengan sendirinya akan terjadi alokasi yang memadai dari faktor-faktor produksi, pemerataan dan keadilan, kebebasan, dan dengan demikian inovasi dan kreativitas dapat berkembang. Bersumber dari pemikiran Adam Smith, pada akhir abad ke-18 bersamaan dengan berkobarnya Revolusi Perancis dan lahirnya Revolusi Industri di Inggeris, lahir pula dua aliran pemikiran yang dominan. Yaitu individualisme di bidang hukum dan anthropologi filsafat, dan ide psar terbuka yang berkaitan dengan perkembangan industri. Menurut paham inidividualisme, manusia yang lahir dengan bawaan bebas dan hidup bebas, tidak boleh dikekang kebebasannya.

Paham ini sangat dominant pada abad ke-20 dalam kehidupan politik, ekoomi, dan seni. Aliran kedua berkenaan dengan berpindahnya pusat usaha dari kaum merkantilis (pedagang) ke tangan kaum industrialis. Kaum industri yang menguasai modal ini pantang berkoalisi seperti partai-partai politik, dan hanya bisa membuat persekutuan modal dalam bentuk perseroan terbatas. Semakin lama persekutuan ini kian kuat dan mengancam kehidupan kaum pekerja yang dilarang berserikat. Dari perkembangan inilah lahir badan-badan monopoli atau oligopoly yang begitu berkuasa. Tetapi sebagai hasil dari perjuangan kaum sosialis, negara-negara industri di Eropa memperkenankan kaum buruh membentuk serikat pekerja untuk memperjuangkan nasibnya. Pada awal abad ke-20 zaman keemasan individualisme ekonomi mulai pudar. Perag Dunia I (1914-1918) mendorong negara-negara kapitalis memberlakukan banyak auran yang mengekang sistem pasar bebas.

Krisis ekonomi pada decade 1920an juga mendorong negara-negara Eropa untuk menyusun industrinya masing-masing dengan berbagai proteksi. Pada tahun 1929 krisis hebat melanda kapitalisme disusul dengan bayangan bangkitnya kembali Fascisme Jerman dan Italia. Berbagai regulasi diberlakukan agar ekonomi rakyat tidak ambrug. Pada masa inilah gagasan Ekonomi Terpimpin atau yang semacam itu mulai diterapkan di beberapa negara Eropa. Menjelang berakhirnya Perang Dunia II, seorang ahli ekonomi terkenal Karl Polanyi menerbitkan buku yang kemudian masyhur The Great Transformation (1944). Dia mengecam keras masyarakat industri kaplitalis yang mendasarkan perkembangan ekonominya pada sistem pasar bebas. “Dengan mengakui mekanisme pasar sebagai satu-satunya penentu nasib manusia dan kondisi alam lingkungannya,” kata Polanyi, “kerusakan besar akan menimpa masyarakat.” (hal 73). “Kerusakan itu tidak akan terjadi jika kepentingan masyarakat tidak diabaikan di atas kepentingan individu.” Pandangan Polanyi dan lain-lain berpengaruh besar di dunia, ditopang lagi dengan Perang Dingin antara Blok Barat yang kapitalis dengan Bolok Timur yang sosialis-komunis. Neo-liberalisme untuk sementara waktu harus bertiarap.

Memasuki dekade 1970-an sistem sosialisme mulai memperlihatkan kegagalan dan negara-negara industri mulai mengalami krisis. Keyakinan akan keunggulan sistem pasar bebas mulai bertunas kembali. Pada tahun 1974 Robert Nozick, seorang filosof politik Amerika, menerbitkan buku Anarchy, State and Utopia yang kemudian masyhur dan dianggap sebagai tanda nyata lahirnya kembali liberalisme dalam bentuknya baru.

Dalam bukunya itu Nozick mengatakan bahwa tugas negara bukanlah memaksakan sistem dan pola tertentu bagi kehidupan warna negara, termasuk kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaannya. Menurutnya, gagasan tentang keadilan dan pemerataan bertentangan dengan kodrat manusia yang menginginkan kebebasan penuh. Negara karenanya tidak boleh melakukan intervensi atas apa yang berlalu di pasar. Biarkan pemodal dengan modalnya saling bersaing.

Peranan negara dengan demikian harus ditekan seminimal mungkin dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Urusan negara yang terpenting adalah menentukan kebijakan luar negeri. Berdasar pemikiran Nozick, seorang ahli ekonomi terkenal dari Universitas Chicago Friedrich von Hayek dan para pengikutnya seperti Milton Friedman mengembangkan pemikiran yang dikenal dengan sebutan ekonomi pasar bebas atau neo-liberalisme Pada akhir 1970an gagasan neo-liberalisme mulai tersebar luas dan diterima banyak sarjana dan pemimpin negara maju. Antara lain Ronald Reagan dan Margareth Tatcher.

Tatcher sendiri adalah seorang pengikut von Hayek, yang meyakini kebenaran teori Darwin tentang survival of the fittest. Begitu terpilih jadi PM Inggeris pada tahun 1979, ia mencanangkan doktrin neo-liberalismenya yang dikenal dengan sebutan TINA (There is No Alternative).

Dalam doktrinnya itu dikemukakan keutamaan persaingan bebas dalam kehidupan manusia, termasuk persaingan antar bangsa, negeri, perusahaan besar, dan umat berbeda agama, serta persaingan antar individu dalam masyarakat (Susan George 1999). Persaingan bagi Tatcher adalah kebajikan tertinggi. Akibat-akibat daripadanya tidak boleh dipandang buruk. Pasar adalah pusat kebijakan dan kebajikan tertinggi, menggantikan peranan Tuhan. Sebagaimana Tuhan pula ia dapat menelorkan kebaikan dari sesuatu yang tampaknya jahat dan buruk.

Melalui kebijakannya itu sector public dihancurkan. Akibatnya antara tahun 1979-1995 jumlah pekerja di Inggris dikurangi dari 7 juta menjadi 5 juta. Sementara itu income yang diperoleh negara dari pajak bukannya digunakan untuk kepentingan public, melainkan untuk menutupi hutang perusahan-perusahaan besar dan memberikan suntikan modal baru agar bangkit kembali dari kebangkrutan. Ciri-ciri Neo-liberalisme Seperti liberalisme klasik, neo-liberalisme menolak nilai-nilai moral dan agama yang diangkapkan dalam slogan Hak Asasi Manusia. Masyarakat tidaklah penting, sebab yang asasi adalah kebebasan individu.

Pendek kata sebagai doktrin ekonomi, neo-liberalisme menghendaki perluasan perdagangan bebas tanpa kontrol dan regulasi. Idea utamanya ialah persaingan bebas antara pemilik modal yang satu dengan yang lain. Tujuannya menciptakan keuntungan sebesar-besarnya bagi penguasa pasar, yaitu pemilik modal besar. Seperti dikatakan Marcos, pemimpin gerakan Zapatista di Meksiko,

“Kaum neo-liberalis ingin menciptakan seluruh dunia menjadi Mall raksasa sehingga dengan mudah dapat membeli penduduk pribumi, wanita dan anak-anak mereka dengan harga murah sebagai tenaga kerja, berikut tanah milik dan sumber kekayaan alam mereka.”

Sebagai paham ekonomi jelas neo-liberalisme bukan suatu yang baru. Kebaruannya disebabkan penyebarannya yang begitu luas ke seluruh dunia,. Walau kata-kata tersebut jarang terdengar di AS, kata Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia (2005), dampak buruknya pada akhirnya dirasakan di negeri asalnya sendiri. Di sana yang kaya (20%) bertambah kaya, dan yang miskin (80%) bertambah-tambah miskinnya.

Di seluruh dunia kebijakan neo-liberalis dipaksakan melalui tangan lembaga-lembaga keuangan dan perdagangan dunia seperti IMF, ADB, WTO, IGGI (untuk Indonesia), Bank Dunia, dan lain-lain.

Yang memicu lahirnya kembali liberalisme ekonomi ini ialah krisis kapitalis sepanjang 25 tahun terakhir, berupa anjlognya keuntungan yang mereka peroleh sejak awal dekade 1970an yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengagguran. Istilah neo-liberalisme untuk pertama kali memang muncul di Amerika Latin, anak benua yang paling awal merasakan dampak buruknya.

Sejak itu kaum intelektual negeri itu berkeyakinan bahwa kendati neo-liberalisme merupakan fenomena negara Barat kapitalis, namun yang paling menderita disebabkan dampaknya ialah negara-negara berkembang.

Secara garis besar pendirian neo-liberalisme dapat digambarkan sebagai berikut:

Pertama, ia merupakan paham yang menekankan pada kekuasaan pasar. Menurut paham ini adanya pasar bebas tanpa pengawasan dan regulasi yang ketat akan memungkinkan pesatnya pertumbuhan ekonomi. Reagan menyebutnya sebagai kebijakan ekonomi suply side, yaitu suatu kebijakan yang dapat mengucurkan kemakmuran secara cepat dan meluas dari atas ke bawah.

Dalam perkembangannya terbukti bahwa kemakmuran menumpuk di atas, sedangkan milik yang di bawah semakin terkuras. Kesenjangan kaya dan miskin semakin menjadi-jadi. Jika terjadi krisis ekonomi, maka yang menanggung beban ialah mayoritas penduduk yang miskin,

Kedua, untuk meminimalkan peranan negara dilakukan pemotongan besar-besaran anggaran negara untuk sektor-sektor seperti pelayanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan juga kebudayaan dan keagamaan. Suplai dan subsidi bahan bakar dan air juga dikurangi, sehingga beban masyarakat bertambah berat. Biaya pendidikan dan kesehatan bertambah mahal.

Ketiga, deregulasi. Perusahan-perusahaan besar wajib mengenyampingkan regulasi dari pemerintah apabila keuntungan yang mereka peroleh berkurang. Dalam kaitan ini pasar mempunyai kekuasaan untuk mengatur opini dan pemikiran masyarakat, yaitu melalui media yang mereka miliki atau kuasai. Termasuk selera seni atau budaya. Pasar juga berusaha melakukan hegemoni penafsiran terhadap konstitusi, wacana keagamaan, politik, dan falsafah. Misalnya melalui LSM dan lembaga pendidikan yang mereka danai.

Keempat, privatisasi. Dengan privatisasi perusahaan negara terbuka peluang bagi investor asing untuk menguasai dunia perbankan, sarana transportasi, media informasi dan komunikasi, bahkan media cetak, elektronik, dan penerbitan buku, sekolah, lembaga penelitian sosial dan keilmuan, lembaga keagamaan, dan lain sebagainya. Tidak mengherankan di banyak negeri berkembang seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan lain-lain neo-liberalisme sanggup menjadikan negara sebagai benar-benar sebuah pasar bebas.

Kelima, tak kalah penting ialah apa yang disebut penciutan komunitas-komunitas besar dalam masyarakat menjadi komunitas-komunitas kecil yang terpecah belah serta sukar terintegrasikan.

Neo-liberalisme lihai menciptakan komunitas-komunitas kecil di bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi, keuangan, politik, bahkan dalam bidang keagamaan, seni, dan lain sebagainya. Dengan demikian masyarakat kian terpecah belah.

Pada peringkat internasional, neo-liberalisme dapat disebut sebagai paham yang memberi tekanan kepada:

(1) Keleluasan perdagangan barang komoditi dan jasa, termasuk film, hiburan, senjata, dan lain-lain kendati komoditi-komoditi tersebut menimbulkan kerusakan moral. Biasanya ini ditamengi dengan hiruk pikuknya wacana seperti kebebasan berekspresi, pluralisme, multikulturalisme, relativisme nilai, dan lain sebagainya;

(2) Perputaran modal yang lebih bebas, dengan akibat hancurnya modal kecil dan menengah dibawah kekuatan modal besar;

(3) Kebebasan menanamkan investasi dalam berbagai sektor kehidupan asal saja mendatangkan keuntungan berlipat ganda. Termasuk di dalamnya sektor pendidikan, kesehatan, penerbitan buku, massmedia, telekomunikasi, transportasi, dan lain sebagainya. Dalam bukunya La Mondialisation du capital (Penduniaan Modal) Dumeil dan Levy mengatakan bahwa neoliberalisme telah merebut kekuasaan negara di dunia melalui modal finansial. Tujuan kudeta itu ialah untuk merintangi negara-negara lain di dunia menjalankan kebijakan ekonomi yang memihak rakyat. Karena itu ia juga menghalangi bangkitnya kembali nasionalisme, yang di dalamnya kebudayaan nasional dimungkinkan tumbuh dengan subur melalui kebijakan yang mandiri. (2008)

———————————————-

Djoko Santoso: Kapitalisme Sudah Sampai Di Dapur Kita

Djoko Santoso

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso mengatakan, saat ini bangsa Indonesia sedang berhadapan dengan gelombang pasang liberalisme-kapitalisme.

“Liberalisme itu membuka pintu bagi arus modal negara-negara besar ke negeri kita,” kata Djoko di Rapat Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) di gedung Trisula Perwari, Rabu (1/6/2016).

Djoko menjelaskan, kalau dulu kapitalisme barangkali masih di halaman kita, tetapi sekarang sudah di dapur kita.

“Sehingga marhaen-marhaen itu kehilangan tanahnya. Nelayan-nelayan itu kehilangan kapalnya, atau bahkan kehilangan lautnya,” jelasnya.

Sambil mengutip Sukarno, Djoko menjelaskan bahwa keadaan sekarang jauh lebih berat. Sebab, kita sedang berhadapan dengan musuh yang tidak nyata.

“Sukarno mengatakan, perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri,” tuturnya.

Djoko menegaskan, liberalisme dan kapitalisme merupakan tantangan terbesar bagi Pancasila saat ini.

“Pancasila sedang mengalami invasi dari ideologi-ideologi lain, yaitu liberalis dan kapitalis, yang mempengaruhi pikiran-pikiran,” katanya.

Menurut dia, ideologi liberalis dan kapitalis menjajah melalui pemikiran. Dalam konteks itu, lanjut dia, Pancasila sedang dalam pertarungan konsepsi dengan ideologi liberalis-kapitalis itu.

Untuk diketahui, Rapat Umum yang diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP PRD) untuk memperingati Hari Lahirnya Pancasila.

Rapat Umum yang dihadiri oleh 500-an orang anggota PRD itu mengambil tema “Menangkan Pancasila”. Dalam Rapat Umum itu juga PRD juga mendeklarasikan sebuah Maklumat berisi 5 poin untuk memenangkan Pancasila.

Mahesa Danu

Sumber Artikel:

http://www.berdikarionline.com/djoko-santoso-kapitalisme-sudah-sampai-di-dapur-kita/#ixzz4AemuwP2o
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook



The Emerald Tablets: A 38.000 year Old Alchemist’s Guidebook Shrouded In Mysteri

$
0
0

Emerald Tablet

Bahkan sedikit saja penelitian menganai teks misterius yang kita sebut “Emerald Tablet” akan cepat meninggalkan kebingungan bagi Anda. Sementara terjemahan mengungkapkan rahasia kuno yang dulu dikenal hanya dengan si Penyihir Hermetik , Alkemis dan inisiat lainnya, asal-usul dari karya ini tidak begitu jelas sama sekali.

Informasi yang saling bertentangan, spekulasi membingungkan  dan opini yang panas mengelilingi teks Emerald Tablet. Bahkan, tergantung pada apa yang Anda baca atau yang Anda percaya, benda prasasti tablet karya ini adalah hanya berusia 1.200 tahun … atau bahkan  38.000!

Tablet telah digambarkan sebagai pelat hijau persegi panjang atau plak dengan tulisan indah, relief. Sebuah huruf yang muncul mirip dengan script Phoenician kuno. Dan sementara banyak terjemahan selama berabad-abad ke-sumber asal mereka dari batu zamrud yang diukir ini, objek “asli” -nya tak bisa ditemukan … setidaknya tidak untuk hari ini.

Jika ada satu set batu zamrud yang diukir dengan rahasia ilmu alkimia, di mana benda ini mungkin ada? Ada yang mengatakan benda ini sedang terkubur dalam lemari besi di suatu tempat di dataran tinggi Giza. Lainnya mengatakan bahwa benda ini ada di dalam Ark (tabut0 yang sama misteriusnya (dan tersembunyi) dari Kovenan.

DARI DASAR LOGAM MENJADI EMAS – transmutasi KESADARAN

Untuk menjelaskannya dalam istilah yang paling dasar, teks Emerald Tablet adalah ringkasan dari prinsip-prinsip alkimia. Ini adalah di mana “Rahasia Batu Bertuah” YANG dijelaskan.

Dan orang-orang melihat misteri ini adalah semua tentang transmutasi …

Transmutasi, dari sudut pandang seorang alkemis, adalah tentang bagaimana mengubah “logam dasar” menjadi “emas.” Bagaimana kedua “prima materia” (bahan/materi utama dan pertama) sebenarnya didefinisikan, bagaimanapun, adalah untuk pembaca …

Sementara beberapa berpendapat bahwa kekuasaan alkemis berasal dari formula yang secara harfiah ternyata satu substansi fisik ke lain (logam dasar menjadi emas), mistikus modern kadang-kadang berpendapat bahwa ini adalah bahasa simbolisme. “Basis metal”, dalam bahasa mistik, mengacu pada dasar kesadaran manusia, sementara “emas” mengacu pada transmutasi manusia biasa menjadi kesadaran  terhadap pencipta manusia atau makhluk yang tercerahkan.

RUANG KAMAR PYRAMID ATAUKAH GUA DI SRI LANKA YANG JADI ASAL USUL MISTERIUS DARI TABLET EMERALD

Tablet

Para penggemar sejarah okultisme dan muridnya cenderung setuju bahwa Tablet awalnya ditemukan sekitar 1350 SM, di ruang tersembunyi di bawah piramida Mesir Cheops. Tapi ini bukan satu-satunya kisah penemuan mereka.

Legenda lain menceritakan kisah Hermes, (bukan yang merupakan utusan dewa Romawi Quicksilver, tetapi seorang filsuf abad ke-5 SM) yang kebetulan bepergian di Ceylon (modern Sri Lanka). Ia menemukan Emerald Tablet, begitulah ceritanya, tersembunyi di sebuah gua.Tablet

Setelah mempelajari mereka, Hermes belajar rahasia perjalanan di “langit dan bumi.” Legenda melanjutkan dengan mengatakan bahwa ia menghabiskan sisa hidupnya bepergian di seluruh Asia dan Timur Tengah yang melayani baik sebagai tabib penyembuh dan guru.

(Yang cukup menarik, teks suci Hindu disebut Mahanirvanatantra mengklaim Buddha adalah orang yang sama dari Hermes. Ternyata, keduanya disebut sebagai “Anak Bulan” di beberapa teks-teks Hindu lainnya.)

ATLANTIS, NOAH’S ARK DAN TABUT PERJANIAN (COVENANT ARK)

Misteri lain seputar Tablet adalah penulisnya. Beberapa mengatakan itu ditulis oleh Panditha-Raja  Atlantis  bernama Thoth (yang dalam inkarnasinya menjadi  sebagai Hermes Trismegistus) pada sekitar 36.000 SM. Yang lain berpendapat itu adalah salah satu dari anak-anak Nabi  Adam (Adam & Eve ). Yang lain mengatakan itu adalah seorang Arab bernama Balinas antara 6 dan ke-8 dari era kita saat ini, yang pertama kali menuliskan rahasia alkemis.

Apa yang kita tahu adalah ini: penulis sendiri bernama dalam teks-teks yang diterjemahkan adalah salah satu Tapi penampilan pertama dari teks yang kita tahu ditulis dalam bahasa Arab oleh Balinas, beberapa waktu antara 500-799 ce “Hermes Trismegistus.”. Balinas mengklaim telah menemukan teks dalam lemari besi ditemukan di bawah patung Hermes di Turki tengah. Dia juga menulis bahwa dalam lemari besi ia menemukan seorang pria tua duduk di atas singgasana emas. Orang tua ini memegang tablet dalam pelukannya.

Beberapa mistikus Yahudi, di sisi lain, mengatakan bahwa Seth (Nabi Syisth anak Adam), adalah penulis yang sebenarnya. Dalam “Seth Origins camp” Emerald Tablet yang kemudian berrada di tangan Nabi Nuh, yang membawa mereka naik bahteranya. Berikut mereka 40 hari dan malam, Nuh konon lalu menyembunyikan Emerald Tablet jauh di dalam gua, di suatu tempat di dekat Hebron, Palestina. Kemudian, sehingga cerita ini terjadi, mereka ditemukan oleh istri Nabi Ibrahim, Siti Sarah.

Namun versi lain dari asal-usul Tablet ‘bercerita tentang Hermes (anak-anak lain dari Abraham) memberikan mereka kepada anak Moses Miriam. Miriam kemudian diduga menempatkan mereka di Tabut Perjanjian, di mana mereka mengatakan untuk tetap bahkan hari ini.

“YANG PERTAMA KALI”

Thoth

ThothMeskipun misteri seputar Tablet (dan asal-usul alkimia pada umumnya), antara alkemis hari ini dan orang-orang di masa lalu ada kesepakatan hampir selesai: asal alkimia tergeletak di tanah pra-fir’aun Mesir. Ini adalah hadiah dari para dewa selama “First Time,” atau Zep Tepi.

Menurut legenda ini, sekelompok dewa atau makhluk dewa  (Para-Hyang-an) tiba di Mesir. Makhluk ini bersama dengan orang-orang berteknologi canggih yang memungkinkan mereka untuk benar-benar mengubah materi. Ia selama waktu ini bahwa Thoth dikatakan telah membuat atau membawa Emerald Tablet untuk kemanusiaan.

Tepat saat itu ini “First Time”? … Lebih dari 12.000 tahun yang lalu.

Buku Sumber untuk Misteri Mesir dan Agama Barat?

Salah satu kunci “kebenaran” terungkap dalam Emerald Tablet adalah gagasan tentang “Sebagai man Yang di atas, Begitu juga Yang di bawah”. Jika memang, asal-usul pesan ini datang dari beberapa tablet yang telah lama hilang, yang berarti ini semua hikmah kebijaksanaan orang Mesir kuno itu sendiri, bahkan salinan dari sesuatu yang jauh lebih tua.

Bisa Emerald Tablet menjadi buku sumber bagi Sekolah Misteri Mesir dan semua tradisi agama Barat? Kita tahu bahwa Yudaisme, Islam dan Kristen semua berbagi prinsip-prinsip tertentu yang link kembali ke tradisi Ibrahim. Tetapi murid dari Emerald Tablet berpendapat bahwa prinsip/sila mereka  semua berbasis ajaran Abraham yang terdapat bersumber dalam prinsip-prinsip Hermetik yang jauh lebih tua terungkap dalam Emerald Tablet.

Tentu saja jika prinsip-prinsip dan misteri yang digariskan dalam Emerald Tablet bertanggal kembali ke “Waktu Pertama” itu akan mudah untuk melihat bagaimana mereka bisa mencapai dan mempengaruhi orang-orang seperti Nabi Abraham, Nabi Musa dan orang-orang awal Ibrani. Tapi seperti sisa misteri Tablet ‘, kita tidak bisa tahu pasti apakah asal-usul mereka benar-benar tanggal kembali ke era seperti kuno, pra-banjir.

Bahkan, kita bahkan tidak bisa memastikan ada sebenarnya adalah satu set Emerald Tablet, meskipun ketenaran mereka telah berabad-abad lamanya.

BUKTI TABLET SEBENARNYA?

Namun Anda memilih untuk menafsirkan teks-teks seperti mereka telah diterjemahkan sepanjang masa, satu hal dengan jauh lebih sedikit ruang untuk interpretasi adalah keberadaan Tablet sekali. Meskipun argumen menarik oleh orang bijak, alkemis dan mistik, kita belum menemukan (atau re-cari) batu-batu.

Apakah memang ada lembaran pelat batu zamrud yang diukir dengan formula ghaib oleh Raja kuno dari dunia lama hilang? Jika demikian, di mana hasilnya?

PENERJEMAH TABLET TERKENAL DARI KALANGAN FREEMASONRY’S

Apakah penerjemah seperti Balinas, Sir Isaac Newton, Aleister Crowley atau Albertus Magnus benar-benar melihat Tablet ini? Jika tidak, apa alasan akan salah satu dari mereka harus menciptakan cerita keberadaannya sama sekali?

Apakah ini beberapa tipu muslihat pintar untuk kain kafan faksi tertentu dari masyarakat misteri? Untuk menjaga sebagian besar umat manusia dari terlalu banyak bertanya karena takut reprise penyihir kuat ini?

Tentu Newton, Crowley dan Magnus semua sangat mungkin untuk pernah memiliki kepercayaan Freemason, memegang kekuasaan besar dalam zaman mereka. Rumor sihir Mesir Akan berbisik digunakan oleh orang-orang ini sebagai sarana untuk akhir yang lain?

Kita mungkin tidak tahu jawaban atas misteri di balik asal-usul Emerald Tablet , sifat sejati mereka atau bahkan keberadaan mereka sama sekali. Apa yang kita tahu adalah bahwa informasi seperti yang telah sampai kepada kita mengungkapkan rahasia yang alkemis sepanjang zaman telah lama berusaha untuk tetap tersembunyi dari dunia. Informasi Anda dan saya dapat menggunakan untuk mengubah materi … atau mungkin, bahkan diri kita sendiri.

Apa pendapat Anda pada Emerald Tablet?

Tinggalkan komentar di bawah ini, mari kita membacanya satu persatu.

Jika Anda menikmati artikel Explorers Kuno ini, kami mengundang Anda untuk berpartisipasi dalam eksplorasi kami dari misteri arkeologi, kebijaksanaan kuno, dan bagaimana semua ini mengikat ke kuno asal kami.

Masukkan email Anda untuk hak untuk bergabung dengan komunitas global kami. Anda akan mendapatkan artikel gratis dan video dari para ahli sejarah terkenal di dunia, akses ke forum pribadi kami, dan jadilah yang pertama tahu tentang artefak baru dan kebenaran yang tersembunyi ditemukan di lapangan.

– Lihat lebih lanjut di: http://ancientexplorers.com/blog/emerald-tablet/#sthash.n1qgeU1v.dpuf

————————–

Original English Version:

Even a little bit of research into the mysterious text we call the “Emerald Tablets” will quickly leave you baffled. While the translations reveal ancient secrets once known only by Hermetic Magicians, Alchemists and other Initiates, the origins of this work are not so clear at all.

Conflicting information, confusing speculation and heated opinion surround the Emerald Tablets text. In fact, depending on what you read or who you trust, this body of work is a mere 1,200 years old … or a whopping 38,000!

The Tablets have been described as rectangular green slabs or plaques with exquisite, bas-relief lettering. A lettering which appears similar to the ancient Phoenician script. And while the many translations over the centuries all source their origin from these carved emerald stones, the “original” objects are nowhere to be found … at least not to this day.

If there is a set of emerald stones carved with alchemical secrets, where might they be? Some say they’re buried within a vault somewhere on the Giza plateau. Other say they’re within the equally mysterious (and hidden) Ark of the Covenant.

FROM BASE METAL TO GOLD – THE TRANSMUTATION OF CONSCIOUSNESS

To explain it in the most basic terms, the text of the Emerald Tablets is a summary of the principles of alchemy. It is where the “Secrets of the Philosopher’s Stone” is described.

And those secrets are all about transmutation

Transmutation, from an alchemist’s point of view, is about turning “base metal” into “gold.” How these two “prima materia” (first matter) are actually defined, however, is up to the reader …

While some argue that the alchemist’s power comes from a formula which literally turns one physical substance into another (base metal to gold), modern day mystics sometimes argue that this is the language of symbolism. “Base metal”, in the language of the mystics, refers to base human consciousness, while “gold” refers to the transmutation of the ordinary human into a conscious creator or enlightened being.

PYRAMID CHAMBER OR SRI LANKAN CAVE? THE MYSTERIOUS ORIGINS OF THE EMERALD TABLETS

Tablet

Occult history buffs and students tend to agree that the Tablets were originally uncovered around 1350 bce, in a hidden chamber under the Egyptian pyramid of Cheops. But this is not the only tale of their discovery.

Another legend tells a tale of Hermes, (not the Roman messenger god of Quicksilver, but a 5th century philosopher) who happened to be traveling in Ceylon (modern-day Sri Lanka). He discovered the Emerald Tablets, so the story goes, hidden in a cave.

After studying them, Hermes learned the secret of traveling in “both heaven and earth.” The legend goes on to say that he spent the remainder of his life traveling across Asia and the Middle East serving as both healer and teacher.

(Interestingly enough, the sacred Hindu text called Mahanirvanatantra claims the Buddha was the very same person of Hermes. As it turns out, both are referred to as the “Son of the Moon” in several other Hindu texts.)

ATLANTIS, NOAH’S ARK AND THE ARK OF THE COVENANT

Another mystery surrounding the Tablets is its author. Some say it was written by an Atlantean Priest-King named Thoth (in an incarnation as Hermes Trismegistus) back around 36,000 bce. Others argue it was one of Adam’s sons, (of Adam & Eve fame), who is to be credited. Still others say it was an Arab named Balinas between the 6th and 8th centuries of our current era, who first wrote down the secrets of the alchemists.

What we do know is this: the self-named author within the translated texts is one “Hermes Trismegistus.” But the first appearance of the text that we know of was written in Arabic by Balinas, some time between 500-799 ce. Balinas claims to have uncovered the text within a vault found beneath a statue of Hermes in central Turkey. He also writes that within the vault he found an old man sitting atop a gold throne. This old man held the tablets in his arms.

Some Jewish mystics, on the other hand, say that Seth (Adam’s son), is the real author. In the “Seth Origins camp” the Emerald Tablets were later in Noah’s hands, who took them aboard his ark. Following those 40 days and nights, Noah supposedly then hid the Emerald Tablets deep within a cave, somewhere near Hebron. Later, so this story goes, they were discovered by Abraham’s wife, Sarah.

Yet another version of the Tablets’ origins tells of Hermes (another of Abraham’s sons) giving them to Moses’s daughter Miriam. Miriam then allegedly placed them in the Ark of the Covenant, where they’re said to remain even today.

“THE FIRST TIME”

Thoth

Despite the mystery surrounding the Tablets (and the origins of alchemy in general), among alchemists today and those in the past there is almost complete agreement: alchemy’s origins lay in the pre-pharaonic land of Egypt. It was a gift from the gods during the “First Time,” or Zep Tepi.
According to this legend, a group of gods or godlike beings arrived in Egypt. These beings shared with the people an advanced technology which enabled them to literally transform matter. It was during this time that Thoth was said to have crafted or brought the Emerald Tablets to humanity.
Exactly when was this “First Time”? … more than 12,000 years ago.
Source Book for Egyptian Mysteries and Western Religions?

One of the key “truths” revealed in the Emerald Tablets is the notion of “As Above, So Below”. If indeed, the origins of this message come from some long-lost tablets, that means all the wisdom of the ancient Egyptians is itself but a copy of something much older.

Could the Emerald Tablets be the source book for both the Egyptian Mystery Schools and all western religious traditions? We know that Judaism, Islam and Christianity all share certain principles which link back to Abrahamic traditions. But students of the Emerald Tablets argue that those Abraham-based precepts can all be sourced within the far older Hermetic principles revealed in the Emerald Tablets.

Certainly if the principles and mysteries outlined within the Emerald Tablets date back to the “First Time” it would be easy to see how they could have reached and influence the likes of Abraham, Moses and those early Hebrews. But like the rest of the Tablets’ mysteries, we can’t know for sure if their origins truly date back to such an ancient, pre-flood era.

In fact, we can’t even be certain there actually is a set of Emerald Tablets, despite their fame across the centuries …

EVIDENCE OF ACTUAL TABLETS?

However you choose to interpret the texts as they’ve been translated down through the ages, one thing with far less room for interpretation is the existence of the Tablets at all. Despite compelling arguments by sages, alchemists and mystics, we have yet to find (or re-find) the stones.

Were there indeed slabs of emerald carved with formulae for magic by an ancient King of a long lost world? If so, where did it go?

FREEMASONRY’S FAMOUS TABLET TRANSLATORS

Did translators such as Balinas, Sir Isaac Newton, Aleister Crowley or Albertus Magnus actually see these Tablets? If not, what reason would any of them have to invent a story of its existence at all?

Was this some clever ruse to shroud certain factions of society in mystery? To keep the bulk of humanity from asking too many questions for fear of powerful magician’s reprise?

Certainly Newton, Crowley and Magnus were all very likely to have been Freemasons, wielding great power in their time. Would whispered rumors of Egyptian magic used by these men as means to another end?

We may never know the answers to the mystery behind the Emerald Tablets’ origins, their true nature or even their existence at all. What we do know is that the information as it has come down to us reveals secrets which alchemists throughout the ages had long sought to keep hidden from the world. Information you and I may use to transform matter … or perhaps, even ourselves.

What’s your take on the Emerald Tablets? Leave a comment below, we read each and every one.

If you enjoyed this Ancient Explorers article, we invite you to participate in our ongoing exploration of archaeological mysteries, ancient wisdom, and how all this ties into our ancient origins.

Enter your email to the right to join our global community. You’ll get free articles and videos from world-renowned historical experts, access to our private forums, and be the first to know about new artifacts and hidden truths unearthed in the field.

– See more at: http://ancientexplorers.com/blog/emerald-tablet/#sthash.n1qgeU1v.dpuf


Benarkah Sunda Pajajaran Adalah Kerajaan Hindu?

$
0
0
 oleh: HISKI DARMAYANA,

PajajaranPajajaran, sebuah kerajaan yang pernah eksis di tatar Sunda, dikenal oleh khalayak sebagai kerajaan Hindu. Bila merujuk pada buku-buku pelajaran Sejarah yang digunakan di sekolah maupun instansi pendidikan umumnya, maka Pajajaran akan diletakkan dalam kategori kerajaan Hindu-Budha yang pernah berjaya di bumi nusantara. Mungkin tidak terpikir oleh kita bahwa sejarah resmi yang diyakini oleh mainstream masyarakat tersebut sebenarnya masih menjadi perdebatan hingga kini.

Sebagian masyarakat Sunda yang menganut agama Sunda Wiwitan (agama asli Sunda) justru meyakini bahwa agama yang dianut oleh masyarakat Sunda Pajajaran maupun Galuh (kerajaan yang ada sebelum Pajajaran muncul) adalah agama Sunda Wiwitan, bukan agama Hindu. Beberapa sejarawan dan budayawan Sunda pun berpendapat sama, yakni ada kesalahan interpretasi sejarah dengan menyebut Pajajaran sebagai kerajaan Hindu. Pendapat yang tentunya disertai argumentasi rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pajajaran dan Agama Sunda

Sumber-sumber sejarah yang penulis ketahui memang menunjukkan adanya kepercayaan asli Sunda yang telah mapan dalam kehidupan masyarakat Sunda pra maupun pasca Pajajaran terbentuk.[1] Naskah Carita Parahyangan, misalnya, mendeskripsikan adanya kaum pendeta Sunda yang menganut agama asli Sunda (nu ngawakan Jati Sunda). Mereka juga disebut mempunyai semacam tempat suci yang bernama Kabuyutan Parahyangan, suatu hal yang tidak dikenal dalam agama Hindu.

Naskah Carita Parahyangan juga menceritakan mengenai kepercayaan umum raja-raja Sunda-Galuh adalah sewabakti ring batara upati dan berorientasi kepada kepercayaan asli Sunda.[2] Selain naskah Carita Parahyangan, keberadaan agama asli Sunda pada masa lampau juga diperkuat oleh karya sastra Pantun Bogor versi Aki Buyut Baju Rambeng episode “Curug Si Pada Weruh.” Dalam pantun tersebut diberitakan begini:

Saacan urang Hindi ngaraton di Kadu Hejo ogeh, karuhun urang mah geus baroga agama, anu disarebut agama Sunda tea..”

Artinya : “Sebelum orang Hindi (Hindu-India) bertahta di Kadu Hejo pun, leluhur kita telah memiliki agama, yakni yang disebut agama Sunda.”

Yang dimaksud dengan “urang Hindi” dalam pantun tersebut adalah orang Hindu dari India yang kemudian bertahta di tanah Sunda (Kadu Hejo). Bila kita menelusuri sejarah Sunda hingga masa ratusan tahun sebelum Kerajaan Sunda-Galuh ataupun Pajajaran berdiri, maka akan dijumpai Kerajaan pertama di tatar Sunda yang bernama Salakanagara. Kerajaan inilah yang dimaksud dengan Kadu Hejo dalam pantun Bogor tersebut. Naskah Wangsakerta mencatat kerajaan ini sebagai kota tertua di Pulau Jawa, bahkan di Nusantara.(Abag 1-2 M)

Konon, kota yang kemudian berkembang menjadi pusat kerajaan ini terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang, Banten. Kerajaan Salakanagara yang pusat pemerintahannya terletak di Rajatapura telah ada sejak abad 2 Masehi. Aki Tirem merupakan penguasa pertama daerah ini. Penguasa Salakanagara berikutnya adalah Dewawarman, imigran sekaligus pedagang dari India yang kemudian menjadi menantu Aki Tirem.[3] Dewawarman inilah yang dimaksud sebagai “urang Hindi” oleh Pantun Aki Buyut Baju Rambeng. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebelum kedatangan Dewawarman dan rombongannya ke Salakanagara, penduduk Rajatapura telah memiliki agama sendiri, yakni agama Sunda. Dewawarman sendiri bertahta di Salakanagara dari tahun 130-168 M. Sedangkan dinastinya tetap berkuasa hingga akhirnya pusat kekuasaan dipindahkan ke Tarumanagara pada tahun 362 M oleh Jayasingawarman, keturunan ke-10 Dewawarman.[4]

Masih menurut naskah Pustaka Wangsakerta, agama Sunda pada masa Sunda kuno memiliki kitab suci yang menjadi pedoman umatnya, yaitu Sambawa, Sambada dan Winasa. Hal terpenting yang perlu diingat adalah bahwa ketiga kitab suci tersebut baru ditulis pada masa pemerintahan Rakean Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu, yang berkuasa di tatar Sunda pada periode 1175-1297 M.[5] Menarik untuk disimak, bahwa agama Sunda yang telah berumur sekitar 1000 tahun atau 1 Milenium, baru mempunyai kitab suci tertulis pada masa pemerintahan Prabu Sanghyang Wisnu. Penulis berasumsi, mungkin selama era sebelum Prabu Sanghyang Wisnu berkuasa, kehidupan beragama di tanah Sunda belum mendapat perhatian yang serius dari penguasa kerajaan. Setelah masa Prabu Sanghyang Wisnu pulalah agama Sunda menjadi agama resmi kerajaan.

Beberapa bukti sejarah itu menunjukkan keberadaan agama Sunda asli atau Sunda Wiwitan sebagai sebuah agama yang dianut oleh masyarakat maupun penguasa Sunda kuno adalah fakta tak terbantahkan. Lalu bagaimanakah kedudukan agama Hindu di era Sunda kuno atau Sunda Pajajaran? Bukankah cikal bakal kerajaan Sunda kuno berasal dari orang-orang India yang notabene beragama Hindu? Bagaimana pula perbedaan mendasar antara agama Hindu dan agama Sunda Wiwitan?

Perbedaan Hindu dan Sunda Wiwitan

Konsepsi teologis Sunda Wiwitan berbasiskan pada faham Monoteisme atau percaya akan adanya satu Tuhan yang dikenal sebagai Sanghyang Keresa atau biasa juga disebut Batara Tunggal. Dalam menjalankan “tugasnya” mengatur semesta alam, Sanghyang Keresa dibantu oleh para Sang Hyang lainnya seperti Sanghyang Guru Bumi, Sanghyang Kala, Sanghyang Ambu Jati, Sunan Ambu, dan lainnya.

Agama Sunda Wiwitan juga mengenal klasifikasi semesta alam menjadi tiga bagian, yakni Buana Nyungcung (tempat bersemayamnya Sanghyang Keresa), Buana Panca Tengah (tempat hidup manusia dan mahluk hidupnya) dan Buana Larang (neraka). Selain itu, dalam ajaran Sunda Wiwitan juga dikenal adanya proses kehidupan manusia yang harus melalui sembilan mandala di dunia fana dan alam baka. Kesembilan mandala yang harus dilalui manusia tersebut adalah (secara vertikal): Mandala Kasungka, Mandala Parmana, Mandala Karna, Mandala Rasa, Mandala Seba, Mandala Suda, Jati Mandala, Mandala Samar dan Mandala Agung.

Bila kita merujuk pada ajaran Hindu, akan ditemukan perbedaan mendasar dengan ajaran agama Sunda terutama menyangkut konsep teologis. Hindu merupakan agama yang memiliki karakteristik Politeisme atau meyakini adanya lebih dari satu Tuhan atau Dewa. Dalam agama Hindu dikenal banyak dewa, diantaranya tiga dewa yang paling utama (Trimurti) yakni dewa Wisnu (pelindung), Brahma (pencipta) dan Siwa (perusak). Tidak dikenal istilah Sanghyang Keresa dalam ajaran Hindu.

Perbedaan lainnya adalah mengenai sarana peribadatan dari kedua agama. Pada era Sunda Pajajaran, agama Sunda Wiwitan mengenal beberapa tempat suci yang juga dijadikan sarana peribadatan seperti Balay Pamunjungan, Babalayan Pamujan serta Saung Sajen. Hampir semua tempat ibadah tersebut berbentuk punden berundak yang terdiri dari kumpulan batu-batu besar dan arca.[6] Sementara pada masa kejayaan Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sarana peribadatan yang banyak didirikan justru candi yang hingga kini masih dapat kita temui peninggalannya. Bahkan candi juga terkait dengan simbol kekuasaan penguasa tertentu.

Sedangkan budaya keberagamaan masyarakat Sunda yang menganut Sunda Wiwitan pada masa Sunda kuno sungguh berbeda. Mereka tidak mendirikan candi untuk beribadah, melainkan memusatkan kegiatan keagamaannya pada beberapa punden berundak yang dikenal sebagai kabuyutan. Di punden berundak inilah ritual atau prosesi keagamaan khas Sunda Wiwitan dilakukan oleh masyarakat Sunda. Beberapa peninggalan tempat ibadah era Pajajaran yang masih dapat kita temukan kini adalah kabuyutan Sindang Barang (kini menjadi kampung budaya Sindang Barang, Bogor) {dan Mandala Parakan Jati di kaki Gunung Salak. Pundek Berundak (Stepping Pyramida) Lebak Cibeduk, Pandeglang Banten;  Situs Cibalay-Salaka Domas, Gunung Salak Bogor, Pelabuhan Ratu, Situs Gunung Padang Cianjur, dll. Tambahan Info Editor: AYS}.

Hal inilah yang juga dapat menjawab pertanyaan sebagian orang mengenai “kelangkaan” candi di tatar Sunda. Fakta sejarah memperlihatkan bahwa masyarakat penganut Sunda Wiwitan memang tidak membutuhkan candi sebagai sarana peribadatan, melainkan kabuyutan yang masih kental tradisi megalitiknya. Jadi sedikitnya candi di tanah Sunda bukan karena “kemiskinan” peradaban Sunda di masa lampau, melainkan kondisi sosio-religiusnya yang berbeda dengan masyarakat Jawa-Hindu.

Bukti lainnya yang juga menunjukkan kelemahan klaim sejarah yang berhubungan dengan ke-Hindu-an kerajaan Sunda Pajajaran adalah tidak ditemukannya stratifikasi sosial khas masyarakat Hindu atau kasta pada masyarakat Sunda Kuno. Naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesian serta sumber-sumber sejarah lainnya tidak menunjukkan adanya strata sosial yang didalamnya terdapat kasta Waisya, Brahmana atau Sudra sebagaimana masyarakat Hindu di Jawa dan Bali. Disamping itu, tidak ditemukan pula konsep raja adalah titisan Tuhan atau Dewa (God-King) pada sistem pemerintahan Sunda Pajajaran atau Galuh sebagaimana dijumpai dalam sistem kerajaan Hindu-Budha di Jawa Tengah dan Timur.

Tidak tertutup kemungkinan memang, terjadi akulturasi antara agama Sunda Wiwitan dengan agama Hindu, mengingat leluhur keluarga kerajaan Sunda kuno sebagian berasal dari India. Namun akulturasi tersebut tidak terjadi dalam aspek sistem nilai. Bila merujuk pada konsep kebudayaan menurut Koentjaraningrat, terdapat tiga jenis budaya dalam satu unsur kebudayaan, yakni sistem nilai, perilaku dan kebendaan (artefak). Akulturasi dalam kasus ini hanya terjadi dalam aspek kebendaan dan perilaku, itupun tidak seluruhnya. Hal ini dapat terlihat dari nama-nama raja dan beberapa istilah dalam agama Sunda Wiwitan seperti Batara dan Resi. Namun untuk substansi ajaran, tidak tampak adanya akulturasi yang menjurus pada sinkretisme.

Sunda Wiwitan di Masa Kini

Sudah jelaslah kini bila kategorisasi kerajaan Sunda Pajajaran ataupun Galuh sebagai kerajaan Hindu merupakah hal yang perlu dikoreksi. Bukti-bukti sejarah justru menunjukkan bahwa masyarakat Sunda kuno telah menganut suatu agama lokal yang mapan dan relatif mandiri dari pengaruh teologis Hindu-Budha, yakni agama Sunda Wiwitan.

Pada masa kini, Sunda Wiwitan masih dianut oleh sebagian etnis Sunda terutama kalangan suku Baduy di desa Kanekes, Banten. Selain  itu, penganut Sunda Wiwitan juga terdapat di Ciparay Bandung (terkenal dengan nama aliran Perjalanan Budi Daya), Cigugur Kuningan (Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang), dan kampung adat Cireundeu Cimahi. Masing-masing komunitas memiliki penjabaran dan karakteristik ajarannya sendiri namun tetap berbasiskan inti ajaran agama yang sama, Sunda Wiwitan.

Namun nasib mereka tidak seberuntung penganut agama lainnya di negeri ini, karena agama Sunda Wiwitan bukanlah agama yang secara resmi diakui keberadaannya oleh negara.[7] Akibatnya berbagai perlakuan diskriminatif dari aparatur negara kerap mereka terima, khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak sipil mereka sebagai warga negara. Alangkah lucunya negeri ini, ketika kekuasaan politik berhak menentukan mana yang termasuk kriteria agama dan mana yang bukan. Yang pasti diskriminasi terhadap penganut Sunda Wiwitan masih terus langgeng hingga detik ini. Jangan-jangan, penulisan buku sejarah resmi yang masih memasukkan Pajajaran sebagai kerajaan Hindu juga bernuansa diskriminatif, yang orientasinya ingin menghapukan jejak kebudayaan Sunda Wiwitan dalam sejarah? Wallahualam

HISKI DARMAYANA, kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sumedang dan alumni Antropologi FISIP Universitas Padjajaran.

 


[1] Nama Pajajaran sendiri resmi digunakan pada masa pemerintahan Prabu Jayadewata (1482-1521), yang juga bergelar Prabu Siliwangi dan Sri Baduga Maharaja. Pusat pemerintahannya terletak di Pakuan, daerah Batutulis Bogor sekarang. Sementara sebelum nama Pajajaran muncul, kerajaan yang ada di tatar Sunda dikenal dengan nama Sunda-Galuh, yang berdiri  sejak runtuhnya Tarumanagara dan berkuasanya Tarusbawa di tahun 669 M.

[2] Hal ini pernah dipublikasikan dalam tulisan Antropolog Nanang Saptono yang berjudul Di Jateng Ada Candi, Di Jabar Ada Kabuyutan. Tulisan beliau pernah dimuat di harian Kompas edisi 3 September 2001.

[3] Sejarah Salakanagara atau Rajatapura diuraikan secara rinci dalam naskah Wangsakerta Cirebon, Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara.

[4] Jayasingawarman juga merupakan pendiri kerajaan Tarumanagara yang berkuasa hingga tahun 382 M.

[5] Dalam beberapa cerita Pantun, beliau  dijuluki Prabu  Resi Wisnu Brata. Julukan ini diberikan karena beliaulah raja Sunda yang gencar menyiarkan agama Sunda di kalangan penduduk Sunda dan yang pertama kali membuat kitab suci Sunda dalam bentuk tertulis.

[6] Ulasan tentang sarana ibadah agama Sunda Wiwitan pada masa Pajajaran terdapat dalam tulisan budayawan Sunda, Anis Djatisunda yang berjudul Fenomena Keagamaan Masa Sunda Kuno Menurut Berita Pantun & Babad.

[7] Melalui UU No.1/1965 beserta aturan turunannya, Negara hanya mengakui 6 agama yang berhak hidup di Indonesia, yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu ,Budha dan KongHuChu.

 

Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/benarkah-sunda-pajajaran-adalah-kerajaan-hindu/#ixzz4AezTcwln
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook

LINK Terkait:

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/11/07/pengaruh-ajaran-islam-dan-hindu-terhadap-kebudayaan-sunda/

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2016/06/04/the-emerald-tablets-a-38-000-year-old-alchemists-guidebook-shrouded-in-mysteri/

 


Surat Terbuka Kiai Cebolek Untuk Kivlan Zen; HTI Lebih Berbahaya Bung!

Inilah Kisah Dibalik Lengsernya Soekarno dan Freeport. Semoga Tidak Terulang Bagi Jokowi

$
0
0

 

Infomenia.net – Pada sekitar tahun 1961, Presiden Soekarno gencar merevisi kontrak pengelolaan minyak  dan tambang-tambang asing di Indonesia. Minimal sebanyak 60 persen dari keuntungan perusahaan minyak asing harus menjadi jatah rakyat Indonesia. Namun kebanyakan dari mereka, gerah dengan peraturan itu. Akibatnya, skenario jahat para elite dunia akhirnya mulai direncanakan terhadap kekayaan alam negeri tercinta, Indonesia.


Pada akhir tahun 1996 lalu, sebuah artikel yang ditulis oleh seorang penulis Lisa Pease yang dimuat dalam majalah Probe. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC. Judul tulisan tersebut adalah “JFK, Indonesia, CIA and Freeport“.

 

Walau dominasi Freeport atas “gunung emas” di Papua telah dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di negeri ini ternyata sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya.

 

Pada kesempatan ini, kami akan menguak sedikit dari banyaknya tandatanya-tandatanya besar yang masih tersimpan di saku tiap rakyat Indonesia yang tercinta ini dan belum terjawab, bahkan tak akan pernah terjawab.

 

Hal itu dilakukan karena pada masa rezim New Order atau Orde Baru itu, banyak sekali sejarah-sejarah yang tak boleh dipublikasikan, ditulis ulang, dibengkokkan, lalu di propagandakan melalui media-media zombie yang pada masa lalu, bagai ‘media peliharaan’.

 

Dalam tulisannya yang dimuat dalam majalahProbe, Lisa Pease mendapatkan temuan jikaFreeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangkrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun pada tahun 1959.
Saat itu di Kuba, Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan.
Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya dari Kuba, akhirnya terkena imbasnya. Maka terjadi ketegangan di Kuba.
Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Fidel Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Ditengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo CompanyJan van Gruisen.
Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jacques Dozy di tahun 1936.
Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda.
Namun, Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan kemudian membacanya.
Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah.
Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah.
Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.

Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain.

 

Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar, yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah.
Forbes Wilson (kanan) bersama anggota geologist

Freeport di Erstberg, 1967. (Click to enlarge zoomed)

Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari. Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!!

 

Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar, hanya dalam waktu tiga tahun pasti sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat.
Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphurmeneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam.
Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy (JFK) agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno.Kennedy mengancam Belanda, akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat.
Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II, terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga.
Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nilai emas yang ada di gunung tersebut. Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport jelas marah besar.
Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!
Presiden AS, John F Kennedy ditembak saat bersama istrinya di mobil kap terbuka pada 22 November 1963.

 

Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963.
Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika. Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya.
Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport dan pemimpin Texaco, yang membawahi Caltex, ia juga chairman Presbyterian Hospital Board dan Penasehat CIA di kepresidenan AS untuk masalah luar negeri.
Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.
Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California).
Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.
Augustus C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya.
Mungkin suatu kebetulan yang ajaib, Augustus C. Long juga aktif di Presbysterian Hospital di New York, dimana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.
Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pemimpin Texaco.
Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu, yang di Indonesia dikenal sebagai “masa yang paling krusial”.
Pease mendapatkan data jika pada Maret 1965, Augustus C. Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Pada bulan Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri.
Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend. Sedangkan menurut pengamat sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Asvi Marwan Adam, Soekarno benar-benar ingin sumber daya alam Indonesia dikelola oleh anak bangsa sendiri.
Asvi juga menuturkan, sebuah arsip di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengungkapkan pada 15 Desember 1965 sebuah tim dipimpin oleh Chaerul Saleh di Istana Cipanas sedang membahas nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia.
Soeharto yang pro-pemodal asing, datang ke sana menumpang helikopter. Dia menyatakan kepada peserta rapat, bahwa dia dan Angkatan Darat tidak setuju rencana nasionalisasi perusahaan asing itu.
“Soeharto sangat berani saat itu, Bung Karno juga tidak pernah memerintahkan seperti itu,” kata Asvi.
Sebelum tahun 1965, seorang taipan dari Amerika Serikat menemui Soekarno. Pengusaha itu menyatakan keinginannya berinvestasi di Papua. Namun Soekarno menolak secara halus.
“Saya sepakat dan itu tawaran menarik. Tapi tidak untuk saat ini, coba tawarkan kepada generasi setelah saya,” ujar Asvi menirukan jawaban Soekarno.

 

Soekarno berencana modal asing baru masuk Indonesia 20 tahun lagi, setelah putra-putri Indonesia siap mengelola. Dia tidak mau perusahaan luar negeri masuk, sedangkan orang Indonesia masih memiliki pengetahuan nol tentang alam mereka sendiri. Oleh karenanya sebagai persiapan, Soekarno mengirim banyak mahasiswa belajar ke negara-negara lain.  

Soekarno boleh saja membuat tembok penghalang untuk asing dan mempersiapkan calon pengelola negara.

 

Namun Asvi menjelaskan bahwa usaha pihak luar yang bernafsu ingin mendongkel kekuasaan Soekarno, tidak kalah kuat!
Setahun sebelumnya yaitu pada tahun 1964, seorang peneliti diberi akses untuk membuka dokumen penting Departemen Luar Negeri Pakistan dan menemukan surat dari duta besar Pakistan di Eropa.
Dalam surat per Desember 1964, diplomat itu menyampaikan informasi rahasia dari intel Belanda yang mengatakan bahwa dalam waktu dekat, Indonesia akan beralih ke Barat. Lisa menjelaskan maksud dari informasi itu adalah akan terjadi kudeta di Indonesia oleh partai komunis.
Sebab itu, angkatan darat memiliki alasan kuat untuk menamatkan Partai Komunis Indonesia (PKI), setelah itu membuat Soekarno menjadi tahanan.
Telegram rahasia dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa pada April 1965 menyebut Freeport Sulphur sudah sepakat dengan pemerintah Indonesia untuk penambangan puncak Erstberg di Papua.
Salah satu bukti sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan ada pertemuan para penglima tinggi dan pejabat Angkatan Darat Indonesia membahas rencana darurat itu, bila Presiden Soekarno meninggal.
Namun kelompok yang dipimpin Jenderal Soeharto tersebut ternyata bergerak lebih jauh dari rencana itu. Jenderal Suharto justru mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan.
Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi bahwa semuanya itu memang benar adanya.
Maka dibuatlah PKI sebagai kambing hitam sebagai tersangka pembunuhan 7 Dewan Jenderal yang pro Sukarno melalui Gerakan 30 September yang didalangi oleh PKI, atau dikenal oleh pro-Suharto sebagai “G-30/S-PKI” dan disebut juga sebagai Gestapu (Gerakan Tiga Puluh) September oleh pro-Sukarno.
Setelah pecahnya peristiwa Gerakan 30 September 1965, keadaan negara Indonesia berubah total.

 

Terjadi kudeta yang telah direncanakan dengan “memelintir dan mengubah” isi Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966, yang pada akhirnya isi dari surat perintah itu disalahartikan.

Dalam Supersemar, Sukarno sebenarnya hanya memberi mandat untuk mengatasi keadaan negara yang kacau-balau kepada Suharto, bukan justru menjadikannya menjadi seorang presiden.
Dalam artikel berjudul JFK, Indonesia, CIA, and Freeport yang diterbitkan majalah Probe edisi Maret-April 1996, Lisa Pease menulis bahwa akhirnya pada awal November 1965, satu bulan setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno (yang dikenal juga sebagai 7 dewan Jenderal yang dibunuh PKI), Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan, “Apakah Freeport sudah siap untuk mengekplorasi gunung emas di Irian Barat?”
Forbes Wilson jelas kaget. Dengan jawaban dan sikap tegas Sukarno yang juga sudah tersebar di dalam dunia para elite-elite dan kartel-kartel pertambangan dan minyak dunia, Wilson tidak percaya mendengar pertanyaan itu.
Dia berpikir Freeport masih akan sulit mendapatkan izin karena Soekarno masih berkuasa. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia.
Oleh karenanya, usaha Freeport untuk masuk ke Indonesia akan semakin mudah. Beberapa elit Indonesia yang dimaksud pada era itu diantaranya adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan pada saat itu Ibnu Soetowo .
Ibnu Sutowo, Menteri Pertambangan dan Perminyakan pada tahun 1966.

 

Namun pada saat penandatanganan kontrak dengan Freeport, juga dilakukan oleh menteri Pertambangan Indonesia selanjutnya yaitu Ir. Slamet Bratanata.

Selain itu juga ada seorang bisnisman sekaligus “makelar” untuk perusahaan-perusahaan asing yaitu Julius Tahija.
Julius Tahija berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport.
Julius Tahija, penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport.

 

Dalam bisnis ia menjadi pelopor dalam keterlibatan pengusaha lokal dalam perusahaan multinasional lainnya, antara lain terlibat dalam PT Faroka, PT Procter & Gambler (Inggris), PT Filma, PT Samudera Indonesia, Bank Niaga, termasuk Freeport Indonesia.

Sedangkan Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat, karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka.
Sebagai bukti adalah dilakukannya pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) pada 1967 yaitu UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan oleh Rockefeller seorang Bilderberger dan disahkan tahun 1967.
Maka, Freeport menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.
Bukan saja menjadi lembek, bahkan sejak detik itu, akhirnya Indonesia menjadi negara yang sangat tergantung terhadap Amerika, hingga kini, dan mungkin untuk selamanya.
Bahkan beberapa bulan sebelumnya yaitu pada 28 Februari 1967 secara resmi pabrik BATA yang terletak di Ibukota Indonesia (Kalibata) juga diserahkan kembali oleh Pemerintah Indonesia kepada pemiliknya. Penandatanganan perjanjian pengembalian pabrik Bata dilakukan pada bulan sesudahnya, yaitu tanggal 3 Maret 1967.
Keterangan gambar diatas: Penandatanganan perjanjian pengembalian kembali pabrik Bata pada tanggal 3 Maret 1967. Sumber foto: The Netherlands National News Agency (ANP) (klik untuk memperbesar)
Padahal pada masa sebelumnya sejak tahun 1965 pabrik Bata ini telah dikuasai pemerintah. Jadi untuk apa dilakukan pengembalian kembali? Dibayar berapa hak untuk mendapatkan atau memiliki pabrik Bata itu kembali? Kemana uang itu? Jika saja ini terjadi pada masa sekarang, pasti sudah heboh akibat pemberitaan tentang hal ini.
Namun ini baru langkah-langkah awal dan masih merupakan sesuatu yang kecil dari sepak terjang Suharto yang masih akan menguasai Indonesia untuk puluhan tahun mendatang yang kini diusulkan oleh segelintir orang agar ia mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional. Penandatangan penyerahan kembali pabrik Bata dilakukan oleh Drs. Barli Halim, pihak Indonesia dan Mr. Bata ESG Bach.
Masih ditahun yang sama 1967, perjanjian pertama antara Indonesia dan Freeport untuk mengeksploitasi tambang di Irian Jaya juga dilakukan, tepatnya pada tanggal 7 April perjanjian itu ditandatangani.

keterangan gambar diatas: Penandatanganan Kontrak Freeport di Jakarta Indonesia, 1967. Sumber foto: The Netherlands National News Agency (ANP) (klik untuk memperbesar)

Akhirnya, perusahaan Freeport Sulphur of Delaware, AS pada Jumat 7 April 1967 menandatangani kontrak kerja dengan pemerintah Indonesia untuk penambangan tembaga di Papua Barat. Freeport diperkirakan menginvestasikan 75 hingga 100 juta dolar AS.
Penandatanganan bertempat di Departemen Pertambangan, dengan Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Pertambangan Ir. Slamet Bratanata dan Freeport oleh Robert C. Hills (Presiden Freeport Shulpur) dan Forbes K. Wilson (Presiden Freeport Indonesia), anak perusahan yang dibuat untuk kepentingan ini.
Penandatanganan kontrak kerja dengan pemerintah Indonesia untuk penambangan tembaga di Papua Barat tersebut disaksikan pula oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Marshall Green.
Freeport mendapat hak konsensi lahan penambangan seluas 10.908 hektar untuk kontrak selama 30 tahun terhitung sejak kegiatan komersial pertama dilakukan. Pada Desember 1972 pengapalan 10.000 ton tembaga pertama kali dilakukan dengan tujuan Jepang.
Dari penandatanganan kontrak inilah yang kemudian menjadi dasar penyusunan Undang-Undang Pertambangan No. 11 Tahun 1967 yang disahkan pada Desember 1967.
Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.
Setelah itu juga ikut ditandatangani kontrak eksplorasi nikel di pulau Irian Barat dan di area Waigee Sentani oleh PT Pacific Nickel Indonesia dan Kementerian Pertambangan Republik Indonesia.

Keterangan gambar diatas: Penandatanganan Kontrak Nikel Irian oleh Pacific Nickel Indonesia, 19 Februari 1969. Sumber foto: The Netherlands National News Agency (ANP) (klik untuk memperbesar)Perjanjian dilakukan oleh E. OF Veelen (Koninklijke Hoogovens), Soemantri Brodjonegoro (yaitu Menteri Pertambangan RI selanjutnya yang menggantikan Ir. Slamet Bratanata) dan RD Ryan (U.S. Steel). Pacific Nickel Indonesia adalah perusahaan yang didirikan oleh Dutch Koninklijke Hoogovens, Wm. H. MÜLLER, US Steel, Lawsont Mining dan Sherritt Gordon Mines Ltd.

Namun menurut penulis, perjanjian-perjanjian pertambangan di Indonesia banyak keganjilan. Contohnya seperti tiga perjanjian diatas saja dulu dari puluhan atau mungkin ratusan perjanjian dibidang pertambangan. Terlihat dari ketiga perjanjian diatas sangat meragukan kebenarannya.
Pertama, perjanjian pengembalian pabrik Bata, mengapa dikembalikan? apakah rakyat Indonesia tak bisa membuat seperangkat sendal atau sepatu? sangat jelas ada konspirasi busuk yang telah dimainkan disini.
Kedua, perjanjian penambangan tembaga oleh Freeport, apakah mereka benar-benar menambang tembaga?
Saya sangat yakin mereka menambang emas, namun diperjanjiannya tertulis menambang tembaga.
Tapi karena pada masa itu tak ada media, bagaimana jika semua ahli geologi Indonesia dan para pejabat yang terkait di dalamnya diberi setumpuk uang? Walau tak selalu, tapi didalam pertambangan tembaga kadang memang ada unsur emasnya.
Perjanjian ketiga adalah perjanjian penambangan nikel oleh Pasific Nickel, untuk kedua kalinya, apakah mereka benar-benar menambang nikel?
Saya sangat yakin mereka menambang perak, namun diperjanjiannya tertulis menambang nikel.
Begitulah seterusnya, semua perjanjian-perjanjian pengeksplotasian tambang-tambang di bumi Indonesia dilakukan secara tak wajar, tak adil dan terus-menerus serta perjanjian-perjanjian tersebut akan berlaku selama puluhan bahkan ratusan tahun ke depan.
Kekayaan alam Indonesia pun digadaikan, kekayaan Indonesia pun terjual, dirampok, dibawa kabur ke negara-negara pro-zionis, itupun tanpa menyejahterakan rakyat Indonesia selama puluhan tahun lamanya.
“Saya melihat seperti balas budi Indonesia ke Amerika Serikat karena telah membantu menghancurkan komunis, yang konon bantuannya itu dengan senjata,” tutur pengamat sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Asvi Marwan Adam.
Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.
Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik Jim Bob Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun.
Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar di dunia.
Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan untuk 45 tahun ke depan.
Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia!!
Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah.
Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Tambang Grasberg (Grasberg Mine) atau Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika.
Ini sungguh-sungguh perampokan besar yang direstui oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang!!
Seharusnya patut dipertanyakan, mengapa kota itu bernama Tembagapura?
Apakah pada awalnya pihak Indonesia sudah “dibohongi” tentang isi perjanjian penambangan dan hanya ditemukan untuk mengeksploitasi tembaga saja?
Jika iya, perjanjian penambangan harus direvisi ulang karena mengingat perjanjian pertambangan biasanya berlaku untuk puluhan tahun kedepan!
Menurut kesaksian seorang reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara, dengan helikopter ia meliput gunung emas tersebut yang ditahun 1990-an sudah berubah menjadi lembah yang dalam.
Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua hingga ratusan tahun ke depan.
Dan menurut penelitian Greenpeace, Operasi Freeport McMoran di Papua telah membuang lebih dari 200.000 ton tailing perharinya ke sungai Otomina dan Aikwa, yang kemudian mengalir ke Laut Arafura.
Dan hingga 2006 lalu saja diperkirakan sudah membuang hingga tiga miliar ton tailingyang sebagian besar berakhir di lautan.
Sedimentasi laut dari limbah pertambangan hanyalah satu dari berbagai ancaman yang merusak masa depan lautan kita.
Freeport juga merupakan ladang uang haram bagi para pejabat negeri ini di era Suharto, dari sipil hingga militer sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya.
Freeport McMoran sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat.
Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih dahulu. Itu pula yang menjadi salah satu sebab, siapapun yang akan menjadi presiden Indonesia kedepannya, tak akan pernah mampu untuk mengubah perjanjian ini dan keadaan ini.
Karena, jika presiden Indonesia siapapun dia, mulai berani mengutak-atik tambang-tambang para elite dunia, maka mereka akan menggunakan seluruh kekuatan politik dengan media dan militernya yang sangat kuatnya di dunia, dengan cara menggoyang kekuasaan presiden Indonesia.
Kerusuhan, adu domba, agen rahasia, mata-mata, akan disebar diseluruh pelosok negeri agar rakyat Indonesia merasa tak aman, tak puas, lalu akan meruntuhkan kepemimpinan presidennya siapapun dia.
Inilah salah satu “warisan” orde baru, new order, new world order di era kepemimpinan rezim dan diktator Suharto selama lebih dari tiga dekade. Suharto, presiden Indonesia selama 32 tahun yang selalu tersenyum dengan julukannya “thesmilling General”, presiden satu-satunya di dunia yang sudi melantik dirinya sendiri menjadi Jenderal bintang lima.
Namun masih banyak yang ingin menjadikannya pahlawan nasional, karena telah sukses menjual kekayaan alam dari dasar laut hingga puncak gunung, dari Sabang hingga Merauke, yaitu negeri tercinta ini, Indonesia yang besar, Indonesia Raya. Dan ini bukan lagi kosnspirasi teori, tapi semua ini adalah konspirasi fakta.

 

Indonesia, negeri yang seharusnya memiliki masyarakat yang makmur sebagai Mercu Suar Dunia, negeri yang seharusnya mumpuni dan berguna untuk membantu puluhan negara-negara miskin yang rakyatnya masih banyak dihantui kelaparan berkepanjangan di banyak belahan dunia, akibat penguasa selama 32 tahun itu, kini justru jadi bangsa pengemis.

source: Beritateratas.com

 


5 (lima) program freemasonry menghancurkan INDONESIA: Parokim, Libarim, Protokol, Gorgah dan Qornun.

$
0
0
by Zainal Arifin ArifinZainal Arifin Arifin 5 (lima) program freemasonry menghancurkan INDONESIA, yaitu Program :

Parokim, Libarim, Protokol, Gorgah dan Qornun.


1 ) Di dalam freemasonry ada Program yang dinamakan Parokim, yaitu
membuat gerakan yang bertentangan untuk satu tujuan; Mengembangkan
freemasonry lokal dalam suatu negara dengan nama lokal, tetapi tidak
terlepas dari asas dan tujuan freemasonry; mendukung teori-teori yang
bertentangan; Membangkitkan churafat agama. Harus memperalat pimpinan pemerintahan suatu negara dengan cara apapun termasuk dengan uang suap (korupsi) dan wanita cantik. Mendirikan sekolah khusus untuk mendidik mahasiswa terpilih dari setiap negara. Guru-guru kelompok ini harus benar-benar mendidik, mendoktrin dan mencuci otak mereka agar berpikiran freemasonry murni.

Jika mereka kembali ke negerinya, himpunan freemasonry berusaha keras
untuk menempatkan mereka ke posisi atas dan penting agar mereka menjadi
pelaksana kebijaksanaan yang sudah digariskan. Freemasonry harus
menguasai seluruh media massa yang berpengaruh.


2 ) Program freemasonry yang dinamakan Protokol. Protokol ini khusus untuk program bangsa Yahudi dalam Suhyuniah (zionisme), yaitu program Yahudi untuk menguasai dunia, dan menghancurkan negara, di antaranya melalui penghancuran ekonomi suatu negara sehingga negara itu tergantung kepada Yahudi; Penghancuran moral suatu bangsa; Meruntuhkan pemerintahan suatu negara yang membenci yahudi dengan mengangkat Penguasa Baru (Penguasa Boneka) yang dapat dipermainkan Yahudi. Dengan program protokol itu bangsa Yahudi dapat menjadi penguasa ekonomi dunia, pengatur politik dunia dan penerangan seluruh dunia, sehingga seluruh bangsa akan tunduk kepada isme-isme Yahudi, dan akhirnya bangsa Yahudi mendirikan Israel Raya dan didukung oleh negara-negara yang telah diperbudaknya.
3 ) Program freemasonry yang dinamakan Gßorgah. Program ini untuk merusak para pemimpin negara, agama dan partai, mereka harus dijerumuskan ke dalam pasar seks dengan seribu satu jalan.
Pepatah Yahudi mengatakan, “jadikanlah perempuan cantik itu untuk alat sesuatu permainan siasat.” Membuat jerat dan jala seks bagi seseorang yang terhormat. Jika terjerat, namanya disiarkan sehingga kehormatannya jatuh.
Menyebarkan agen Kasisah, yakni intelijen freemasonry, untuk menghancurkan martabat lawan di tempat-tempat maksiat. Melemahkan pasukan lawan dengan perempuan dan obat bius. Mendirikan gedung perjudian terbesar dan modern yang didalamnya penuh dengan pemalsuan dan kelicikan yang menguntungkan Yahudi.

4 ) Program freemasonry yang dinamakan Qornun, yaitu orang-orang terpilih yang berbahaya bagi freemasonry didukung agar menjadi kaya raya sehingga ia bergelimang harta, tetapi akhirnya ia diperas oleh suruhan freemasonry dengan halus.
Memberi dana bagi pendidikan agama dalam hal berniaga, bertani dan sebagainya sehingga mereka akan sibuk dalam keduniaan. Lawan-lawan freemasonry agar terjerat riba dari Bank Freemason.
Menghasut dan memberi jalan dengn berbagai siasat, agar para pejabat bank di luar Bank Yahudi melakukan korupsi sehingga bank itu hancur.
Kelak bank itu dibantu oleh Bank Freemasonry dengan ikatan kuat. Bank
itu berdiri kembali dengan 75% modal Yahudi. Kemudian pemimpin bank dan
karyawan bank tersebut diberi ajaran freemasonry dan sebagian menjadi
anggotanya.

 

5 ) Program freemasonry yang dinamakan Libarim, yaitu melenyapkan etika klasik yang mengekang pergaulan muda-mudi, termasuk melalui penyebaran kebebasan seksual. Persamaan hak laki-laki dan perempuan (kesetaraan gender) dalam hal waris dan pakaian. Menghapus hukum yang melarang kawin lintas agama, untuk melahirkan generasi bebas agama mengembangkan paham pluralisme,liberalisme agama).

Pengembangan pendidikan seks di sekolah-sekolah. Menggembalakan pemuda-pemudi goyim ke alam khayali, dunia musik dan narkoba. memperbanyak Bat Satan (Rumah Setan) di setiap tempat untuk menampung pemuda-pemudi dalam alamnya. Mengorganisir kaum Gay, Lutherian dan Lesbian serta pengakuan hak mereka dalam hukum (menghalalkan perkawinan sesama jenis).

SELAMATKAN RAKYAT INDONESIA…
SELAMATKAN NEGARA INDONESIA

 


Was the Christian Vatican Originally a Temple to Lord Shiva?

$
0
0

Was the Christian Vatican Originally a Temple to Lord Shiva?


Please help spread Hinduism by sharing these articles on facebook:

Vatican

All religions are one and are derived from Vedic Sanatana Dharma. Famous historian P.N. Oak claimed that the word Vatican originally came from the sanskrit word “Vatika”, that “Christianity” came from the sanskrit words “Krishna-neeti”, (“ethics of Krishna” or “the way of Krishna”), and that “Abraham” came from the sanskrit word “Brahma”. He further claims that both Christianity and Islam originated as distortions of Vedic beliefs.

Vatican Church Compound Shaped as a Shiva Linga

Compare the two pictures below and you can see a striking similarity between the shapes of a shiva linga and the vatican church compound. Further if we look closer, we even see a perfect tripundra and bindu incorporated into their design.

Vatican

In the following pictures let us compare the tripundra (three lines worn by Lord Shiva as tilak).

Vatican

VaticanVatican

The word ‘Vatican’ itself is derived from the sanskrit word Vatika or Vatica, which means vedic cultural or religious centers. In sanskrit the word Vatika is used to describe a place, such as Ananda-Vatika, Ashrama-Vatika, Yagna-Vatika, etc. Such words and discoveries prove that the Vatican was a Hindu (Vedic) religious center before its incumbent was forced to accept Christianity from 1st century AD. Also, according to some reports, a Shiva linga was found during the excavation and is kept for display at Gregorian Etruscan Museum in Rome (details below). Hindustan indeed was Virat.

Siva Linga at Gregorian Etruscan Museum, Vatican City (Vatika)

Vatican

This Siva Lingam is exhibited in Gregorian Etruscan Museum, Vatican City. This has the most important Etruscan collection in Rome, starting with early Iron Age objects from the 9th century BC. Encyclopedia Britannica mentions under the headings “Etruria” and “Etruscan” that between the 2nd and 7th centuries BC, northern Italy was known as Etruria. During archaeological excavations many such “meteoric stones mounted on carved pedestals (Siva Lingas on bases)” have been discovered in Italy. This Siva Lingam was dug-up from Vatican City itself. Many more must be lying buried under the Vatican’s massive walls and numerous cellars.

P.N. Oak’s Theories on Vedic Roots of World Religions

P.N. Oak claims that Christianity and Islam are both derivatives of Hinduism, and that the Catholic Vatican, Kaaba and the Taj Mahal were once Hindu temples to Shiva. In his book, “Some Missing Chapters of World History”, Oak claimed that the first civilisation was developed in India from which all world civilisations grew. He wrote books on this subject in three languages.

Intent on rectifying what he believed to be “biased and distorted versions of India’s history produced by the invaders and colonizers”, Oak has written several books and articles on Indian history and founded the “Institute for Rewriting Indian History” in 1964. According to Oak, modern secular and Marxist historians have fabricated “idealized versions” of India’s past and drained it of its “Vedic context and content”.

Oak claims that Christianity was originally a Vedic religion following Krishna and claims that Christianity was originally known by either the names Chrisna-nity or Krishna-neeti (with Oak stating these meant “The way of Krishna” or “The ethics of Lord Krishna”). These generally follow in line with Oak’s other theories and claims that the Vatican was originally called Vatika and that the Papacy was originally a “Vedic Priesthood” until Constantine the Great around 312 A.D killed the “Vedic pointiff” and installed in his place a representative of the tiny Christian sect. Oak also makes the claim that “Jesus went to India between ages 13 and 30 to learn Krishna-neeti (Christianity) from sages.”

Amen comes from Aum

When the Christians say “Amen” at the end of their hymns or to emphasize something, what they are saying is a corrupted form of “Aum” or “Om,” which is the standard Vedic form of addressing the Supreme Being through sound.

In the bible it is said, “In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God.” That primordial divine word, which is one with God, is the Vedic syllable “Aum”. God manifests in creation as the Cosmic Vibration, which expresses itself as Cosmic Sound and Cosmic Light. The Cosmic Sound or Aum is the synthesis of all the sounds of the universe.

Source:


Brahmana Hindu dan Imam Husain di Karbala

$
0
0

Islam di Atas Mazhab

Ketika tersiar kabar para teroris salafi berencana untuk menyerang makam Imam Husain di Karbala, surat kabar India Sahafat (Mumbai, 27 Juni 2014) melaporkan bahwa lebih dari 125 penganut agama Hindu bergabung bersama ribuan suni dan pengikut Syiah yang telah mendaftarkan nama mereka untuk berkunjung ke Karbala, Irak, demi melindungi makam Husain bin Ali.[1] Siapa dan mengapa pemeluk agama Hindu membela cucu Nabi Muhammad saw?

Lihat pos aslinya 651 kata lagi



Carita Parahyangan

$
0
0

Oleh: Yudi Himawan Ependi*)

Pendahuluan
Candi Prambanan inheritance of Mataram KingdomDalam historiografi (penulisan sejarah) akan mengalami perubahan dalam setiap periodenya. Hal tersebut tergantung dengan perkembangan intelektual, kondisi serta situasi masyarakat, dan pribadi sejarawan. Hampir senada dengan pendapat diatas, menurut Prof. Dien Madjid dan Johan Wahyudin dalam bukunya “Ilmu Sejarah; Sebuah Pengantar” (2014: 252), menyatakan bahwa “ setiap penulisan sejarah memiliki perbedaan tergantung pada negeri, masa, dan kepribadian seorang Sejarawan.


Dalam perkembangan historiografi di Indonesia, terdapat beberapa corak historiografi yang memiliki karakteristik yang saling berbeda jenisnya, antara lain: historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi nasional. Di antara jenis penulisan sejarah tradisional yaitu babad, hikayat, wawacan carita, dan sejenisnya.
Menurut Husein Jayadiningrat, di Indonesia sudah sejak lama berkembang tradisi penulisan sejarah. Di Jawa misalnya, tradisi itu menghasilkan sejumlah karya “Kisah Sejarah” yang disebut babad sejarah, dan serat kanda; di dunia Melayu namanya dikenal sebagai hikayat, sejarah , tutur dan salsilah. Dalam pada itu masyarakat Sunda mengenal karya tradisional itu sebagai sajarah, carita dan wawacan (1965:74).

Sepanjang data yang terkumpul dapat diketahui bahwa karya “kisah sejarah” tertua yang diwariskan leluhur Sunda hingga saat ini adalah CP (Carita Parahyangan) yang dituliskan sekitar tahun 1580 Masehi (Aca 1968). Dari masa yang lebih kemudian muncul karya yang lain, di antaranya adalah CRP (Carita Ratu Pakuan) (Aca 1970), Carita Waruga Guru (Pleyte 1911) dan Carita Waruga Jagat (Edi S. Ekajati dkk 1985:12).

Carita Parahiyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuna yang dibuat pada akhir abad ke-16, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan di dua ibukota Kerajaan Sunda yaitu Keraton Galuh dan keraton Pakuan. Naskah ini merupakan bagian dari naskah yang ada pada koleksi Museum Nasional Indonesia Jakarta dengan nomor register Kropak 406. Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang dalam tiap lembarna diisi tulisan 4 baris. Aksara yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah aksara Sunda.

Untuk pertama kalinya naskah ini diteliti oleh K.F. Holle, kemudian diteruskan oleh C.M. Pleyte. Kemudian naskah ini dialihbahasakan oleh Purbacaraka, sebagai tambahan terhadap laporan mengenai Batu Tulis di Bogor. Upaya ini diteruskan oleh H. ten Dam (tahun 1957) dan J. Noorduyn (laporan penelitiannya dalam tahun 1962 dan 1965). Selanjutnya naskah ini juga diteliti oleh beberapa sarjana Sunda, di antaranya Ma’mun Atmamiharja, Amir Sutaarga, Aca, Ayatrohaédi, Édi S. Ékajati, dan Undang A. Darsa.

Dalam Carita Parahyangan (CP) disebutkan kata selam  “Islam”,  yang digunakan sebagai salah satu kata kunci untuk mengakhiri kisah sejarah kekuasaan raja-raja Sunda. Artinya, kisah itu berhenti dengan dikalahkannya Sunda oleh pasukan Islam dalam tahun 1579. Kisah sejarah itu hampir utuh berbicara tentang Negara (dan masyarakat) Sunda sebelum Islam.Menurut Aca (1973) yang menyatakan bahwa istilah “carita” lebih dulu digunakan dalam tradisi tulis Sunda, dalam makna yang sama dengan babad.

Carita Parahyangan (CP) sangat menarik untuk diketahui dan didalami isinya, karena merupakan karya tulisan kuna yang melukiskan sejarah parahiyangan tempo dulu sebagai asal mula atau nenek moyang orang Sunda/Jawa. Untuk memahami langsung teks tersebut dirasakan sulit, maka penulis berinisiatif untuk mengkaji CP dari para ahli dari berbagai versi baik dari media on line atau buku para ahli sejarah bahasa Sunda. Maka dari itu akan dibahas, sekilas namun semoga jelas dan tuntas.

Pembahasan
1.Kandungan pokok Naskah Carita Parahiyangan

Yalu River War

Yalu River War

Cerita diawali dengan kemunculan tokoh Sang Resi Guru yang berkedudukan di wilayah Kendan dan pengkisahannya cukup terurai diselingi bentuk dialog para tokohnya. Resi Guru berputra Rajaputra, kemudian Rajaputra menurunkan dua orang anak, Sang Kandiawan dan Sang Kandiawati. Sang Kandiawan disebut juga dengan Rahyangta Dewaraja dan bertahta di Medangjati. Ia berputra lima orang yang masing-masing adalah Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah, Sang Katungmaralah, Sang Sandanggreba, dan Sang Wretikandayun.

Sang Wretikandayun adalah pendiri kerajaan Galuh, dan berputra tiga orang, yaitu Rahyang Sempakwaja, Rahyangta Kedul, dan Rahyangta Mandiminyak, yang sekaligus mewariskan tahta dari ayahnya. Periode kerajaan Galuh inilah yang merupakan inti kisah bagian pertama Carita Parahyangan. Dalam hal ini, peranan tokoh Sanjaya cukup menonjol karena ia sendiri mendapat restu dari Tohaan di Sunda (Maharaja Trarusbawa).

Di dalam kita Carita Parahyangan disebutkan bahwa di kerajaan Galuh waktu itu memerintah seorang raja bernama Sanjaya. Tokoh itu dikenal juga dalam prasasti Canggal dari Jawa Tengah. Dalam kitab Carita Parahyangan disebutkan bahwa Raja Sanjaya menggantikan raja Sena yang berkuasa di Kerajaan Galuh. Kekuasaan raja Sena kemudian direbut oleh Rahyang Purbasora, Saudara seibu raja Sena. Sena sendiri menyingkir ke gunung Merapi bersama keluarganya. Setelah dewasa, Sanjaya berkuasa di Jawa Tengah. Ia berhasil merebut kembali kerajaan Galuh dari tangan Purbasora. Kerajaan kemudian berganti nama menjadi kerajaan Sunda.

Diceritakan dalam Carita Parahiyangan, Raja Sanjaya ini banyak menaklukkan kerajaan-kerajaan sekitar yaitu Mananggul, Kahuripan, Kadul, Balitar, yang dilanjut perang dengan Malayu, Kemir, Keling, Barus, dan Cina. Setelah berkuasa selama 9 tahun, ia menyerahkan kekuasaannya di Sunda (Galuh) kepada Rakean Tamperan atau Rakean Panaraban, puteranya. Sanjaya yang menikahi Sudiwara lebih memilih berkuasa di Mataram, Jawa Tengah, yang mana dari Sanjaya-lah diturunkan raja-raja Mataram, Kediri dan Majapahit. Jadi, bisa dikatakan Rakean Jambri atau Rahiang Sanjaya sebagai bapak dari Raja-raja di Sunda dan Jawa.

Menurut Saleh Danasasmita (2015 : 24) dalam Carita Parahiyangan, silsilah raja-raja Pajajaran dimulai dari Rahyang Banga. Sewaktu mudanya Rahyang Banga dibesarkan di Keraton Galuh. Ketika Tamperan wafat, kerajaan dibagi dua: wilayah timur untuk Sang Manarah, wilayah barat untuk Sang Banga.
Bagian kedua Carita Parahyangan mengkisahkan periode Pakuan Pajajaran yang uraiannya cenderung lebih singkat karena lebih banyak memuat daftar raja yang disebut lama masa pemerintahanya, kecuali tokoh Rakeyan Dharmasiksa dan Prabu Niskala Wastukancana. Dikisahkan pula mengenai periode Jawa Pawwatan yang berawal dengan kemunculan tokoh Manarah, dan tokoh Rahyang Banga yang memperoleh bagian kerajaan Pakuan Pajajaran.

Raja-raja di Parahiyangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Raja-raja di Sunda, Raja-raja di Galuh, dan Raja-raja di Sunda Galuh. Raja-raja Sunda bermula dari raja Tarusbawa (669-723) sampai Sri Jayabupati (1030-1042), raja-raja Galuh dari Wretikandayun (670-702) sampai Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus (819-891), dan raja-raja Sunda Galuh dari Darmaraja (1042-1065) sampai raja Susuk Nunggal (1475-1482). Sedangkan raja-raja yang memerintah di Pakuan Pajajaran (di Bogor sekarang) hanya enam orang dari Sri Baduga Maharaja (1482-1521) sampai Raga Mulya (1567-1579).

Masa akhir kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran dihitung dari masa Sri Baduga Maharaja berlangsung selama 97 tahun, yang secara berturut-turut dipimpin oleh raja-raja sebagai berikut:
1.Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521)
2.Surawisesa (1521 – 1535)
3.Ratu Dewata (1535 – 1534)
4.Ratu Sakti (1543 – 1551)
5.Ratu Nilakendra (1551 – 1567)
6.Raga Mulya (1567 – 1579)

Kerajaan Sunda terletak di daerah Jawa Barat sekarang. Tak dapat dipastikan di mana pusat kerajaan ini sesungguhnya. Berdasarkan sumber sejarah berupa prasasti dan naskah-naskah berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan Sunda telah mengalami beberapa perpindahan. Menurut Kitab Carita Parahyangan, Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Citatih, Cibadak, Sukabumi, Isi dari prasasti itu tentang pembuatan daerah terlarang di sungai itu yang ditandai dengan batu besar di bagian hulu dan hilirnya. Oleh Raja Sri Jayabhupati penguasa kerajaan Sunda, di daerah larangan itu orang tidak boleh menangkap ikan dan hewan yang hidup di sungai itu. tujuannya mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan (agar ikan dan lain-lainnya tidak punah) siapa yang berani melanggar larangan itu, ia akan dikutuk oleh dewa-dewa.

Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut prasasti Astana Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakuan Pajajaran. Mengenai perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi, hal-hal yang bersifat ekonomi, keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi alasan perpindahan pusat ibu kota suatu kerajaan.

Tunda (punden berundak) di Gunung Padang

Tunda (punden berundak) di Gunung Padang

Dalam Carita Parahiyangan diceritakan pula Ratu Niskala Wastu Kencana dikenal sebagai raja yang adil dan minandita. Ia sangat dipuji-puji melebihi dari raja manapun, dan ia putra dari Prabu Wangi yang gugur didalam peristiwa bubat. Di dalam Naskah Parahyangan di uraikan sebagai berikut :
“Aya deui putra Prebu, kasohor ngaranna, nya eta Prebu Niskalawastu kancana, nu tilem di Nusalarang gunung Wanakusuma. Lawasna jadi ratu saratus opat taun, lantaran hade ngajalankeun agama, nagara gemah ripah. Sanajan umurna ngora keneh, tingkah lakuna seperti nu geus rea luangna, lantaran ratu eleh ku satmata, nurut ka nu ngasuh, Hiang Bunisora, nu hilang di Gegeromas. Batara Guru di Jampang.”

Ketika terjadi peristiwa Bubat yang menewaskan Prabu Linggabuana (1357 M) Wastu Kencana baru berusia 9 tahun dan untuk mengisi kekosongan pemerintah Pajajaran diisi oleh pamannya, yakni Sang Bunisora yang bergelar Prabu Batara Guru Pangdiparamarta Jayadewabrata atau sering juga disebut Batara Guru di Jampang atau Kuda Lalean.

Wastu Kencana di bawah asuhan pamannya tekun mendalami agama (Bunisora dikenal juga sebagai Satmata, pemilik tingkat batin kelima dalam pendalaman agama). Iapun dididik ketatanegaraan. Kemudian naik tahta pada usia 23 tahun menggantikan Bunisora dengan gelar Mahaprabu Niskala Wastu Kencana atau Praburesi Buanatunggaldewata. Dalam naskah selanjutnya disebut juga Prabu Linggawastu putra Prabu Linggahiyang.
Menurut sumber sejarah Jawa Barat, Wastu Kencana memerintah selama 103 tahun lebih 6 bulan dan 15 hari. Dalam Carita Parahyangan disebutkan: “Lawasna jadi ratu saratus opat taun, lantaran hade ngajalankeun agama, nagara gemah ripah.”

Ketika jaman kekuasaanya Wastu Kencana menyaksikan dan mengalami beberapa peristiwa:

1.Menyaksikan Kerajaan Majapahit dilanda perang paregreg / perebutan tahta (1453 – 1456), selama peristiwa tersebut Majapahit tidak mempunyai raja, namun Wastu Kencana tak terpikat untuk membalas dendam peristiwa Bubat, karena ia lebih memilih pemerintahannya yang tentram dan damai. Ia pun rajin beribadat.

2.Kedatangan Laksamana Cheng H0 dan Ulama Islam yang kemudian mendirikan Pesantren di Karawang.

Tanda keberadaan Wastu Kencana terdapat pada dua buah prasasti batu di Astana Gede. Prasati yang kedua dikenal dengan sebuat Wangsit (wasiat) Prabu Raja Wastu kepada para penerusnya tentang Tuntutan untuk membiasakan diri berbuat kebajikan (pakena gawe rahayu) dan membiasakan diri berbuat kesejahteraan yang sejati (pakena kereta bener) yang merupakan sumber kejayaan dan kesentausaan negara.

Apabila dikaji dan dianalisis dengan seksama, kandungan pokok isi naskah Carita Parahiyangan itu menceritakan tentang tiga hal, yaitu; silsilah dan runtutan (daftar nama-nama) Raja-raja Parahiyangan (Galuh dan Pajajaran), durasi kekuasaannya, dan kausalitas suksesi/naik turunnya Raja.

a.Silsilah dan Daftar nama-nama raja Parahiyangan

Daftar nama Raja-raja parahiyangan ini berjumlah sekitar 43 nama raja. Untuk mengefesienkan pembahasan akan diambil sampel/contoh diawal CP, tengahnya dan diakhir tentang silsilah atau runtuyan raja-raja tersebut. Karena untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada teks naskah CP dan nanti juga akan dibuat dalam sebuah tabel (yang akan dilampirkan).
Islam-warriors

Berawal dari penyebutan Sang Resi Guru yang mempunyai anak yang bernama Rajaputra. Rajaputra menurunkan kerajaannya kepada Kandiawan atau Rahiangta di Medangjati sebagai anak pertamanya. Rahiangta di Medangjati menurunkan tahtanya kepada kepada lima anaknya yaitu Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah, sang Katungmaralah, Sang Sandanggreba jeung Sang Wretikandayun. Namun yang pertama Jadi raja anak bungsunya yaitu Wretikandayun yang bergelar Rahiangta di Menir, setelah itu silih berganti dari kakak tertuanya sampai kakak yang keempat.

Ini termaktub dalam CP larik ke-1 dan ke-4:

Sang Resi Guru mangyuga Rajaputra.

Rajaputra  miseuweukeun  Sang Kandiawan lawan Sang Kandiawati, sida sapilanceukan. Ngangaranan manéh Rahiyangta
Déwaraja. Basa lumaku ngarajaresi ngangaranan manéh Rahiyangta ri Medangjati, inya Sang Layuwatang, nya nu nyieun Sanghiyang Watang Ageung.

Basana angkat sabumi jadi manik sakurungan, nu miseuweukeun pancaputra; Sang Apatiyan Sang Kusika, Sang Garga Sang Mestri, Sang Purusa, Sang Putanjala inya Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah, Sang Katungmaralah , Sang Sandanggreba, Sang Wretikandayun”.
“Sang Wretikandayun adeg di Galuh. Ti inya lumaku ngarajaresi, ngangaranan manéh Rahiyangta Tali Menir . Basana angkat sabumi jadi manik sakurungan, inya nu nyieunna Purbatisti. ………
Disilihan ku Rahiyangtang Kulikuli, …………………….
Disilihan ku Rahiyangtang Sarawulan,…………………………………
Disilihan ku Rahiyangtang Rawunglangit, ……………………”.

Di  tengah cerita dalam Carita Parahyangan, Rakean Jambri atau Rahyang Sanjaya mewariskan kekuasaannya kepada anaknya Rakean Panaraban atau Rahiang Tamperan. Karena kelakuannya yang jelek, di antaranya membunuh Pandita Sakti pertapa yaitu Bangawal Sajalajala, runtutan kekuasaannya tidak kepada anaknya tetapi kepada anak titisannya Pandita tersebut yang menuntut balas yaitu Sang Manarah. Hal tersebut tertulis dalam larik ke-13 dan ke-14 berikut:

“Mojar Rahiyang Sanjaya, ngawarah anaknira Rakéan Panaraban, inya Rahiyang Tamperan: “Haywa dék nurutan agama aing, kena aing mretakutna urang réya.”

Lawasniya ratu salapan tahun,disiliban ku Rahiyang Tamperan……..
Di pamana Sunda hana pandita sakti, ngaraniya Bagawat Sajalajala, pinejahan tanpa dosa. Mangjanma inya Sang Manarah, anak Rahiyang Tamperan,…….

Carék Jawana, Rahiyang Tamperan lawasniya adeg ratu tujuh tahun, kena twah siya bogoh ngarusak nu ditapa, mana siya hanteu heubeul adeg ratu.
Sang Manarah, lawasniya adeg ratu dalapanpuluh tahun, kena rampés na agama”.

Di akhir Carita Parahyangan, diceritakan Sang Ratusakti Sang Mangabatan diganti oleh Sang Nilakendra yang suka melanjur nafsu, bergelimang kesenangan. Raja terakhir kerajaan Sunda (pakuan Pajajaran) yaitu Nusia Mulya yang menggantikan raja Nilakendra. Runtutan raj-ara tersebut termaktub di larik 22, 24 dan 25 sebagai berikut:

Disilihan ku Sang Ratu Saksi Sang Mangabatan ring Tasik, inya nu surup ka Péngpéléngan………
Sang Nilak éndra wwat ika sangké lamaniya manggirang, lumekas madumdum cereng………..
Disilihan ku Nusiya Mulia. Lawasniya ratu sadewidasa, tembey datang na prebeda….

b.Durasi kekuasaan Raja-raja parahiyangan

Dalam Carita parahiyangan (CP) kebanyakan bahkan mungkin semua Raja-raja yang disebutkan selalu diberitahukan masa lamanya  memerintah. Ini dapat dilhat dalam suntingan-suntingan di awal naskah CP, sebagai berikut:
ka Rahiyangta ri Medangjati…………Lawasniya adeg ratu lima welas tahun, …………..
Rahiyangta ri Menir …………….. Lawasniya ratu salapan puluh tahun………..

Disilihan ku Rahiyangtang Kulikuli, lawasniya ratu dalapan puluh tahun.

Disilihan ku Rahiyangtang Sarawulan, lawasniya ratu genep tahun, katujuhna panteg kana goréng twah.

Disilihan ku Rahiyangtang Rawunglangit, lawasniya adeg ratu genep puluh tahun.

Ditengah naskah CP pun banyak disebutkan lama memerintah seorang raja, seperti Rahiyang Sanjaya dalam bait akhir ke-14, dan Sang Manarah (Ciung Wanara), Sang Manisri, Sang Tariwulan, Sang Welengan terdapat di bait akhir ke-15. Isi teks CP-nya sebagai berikut:

Mojar Rahiyang Sanjaya, ngawarah anaknira Rakéan Panaraban, ……….
Lawasniya ratu salapan tahun,disiliban ku Rahiyang Tamperan.
Sang Manarah, lawasniya adeg ratu dalapanpuluh tahun, kena rampés na agama.

Sang Manisri lawas adeg ratu geneppuluh tahun, kena isis di Sanghiyang Siksa.

Sang Tariwulan lawasniya ratu tujuh tahun.
Sang Welengan lawasniya ratu tujuh tahun.

Pada akhir teks CP, lamanya memerintah raja disebutkan pula. Hal ini terdapat dalam cerita Sang Ratusakti sang Mangabatan, cerita Sang Nilakendra, dan raja terakhir Nusia Mulya. Pengisahan tersebut ada di larik ke-22, 24 dan 25, teksnya sebagai berikut:

Disilihan ku Sang Ratu Saksi Sang Mangabatan ring Tasik, inya nu surup ka
Péngpéléngan. Lawasniya ratu dalapan tahun, ………………….

Sang Nilak éndra wwat ika sangké lamaniya manggirang, lumekas madumdum cereng. Manganugraha weka, hatina nunda wisayaniya, manurunaken pretapa, putu ri patiriyan. Cai tiningkalan nidra wisaya ning baksa kilang.

Wong huma darpa mamangan, tan igar yan tan pepelakan. Lawasniya ratu kampa kalayan pangan, ta tan agama gayan kewaliya mamangan sadirasa nu surup ka sangkan beunghar. Lawasniya ratu genepwelas tahun.
Disilihan ku Nusiya Mulia. Lawasniya ratu sadewidasa …………………….

c. Kausalitas Suksesi/Turun dan Naiknya Raja

Dalam Carita Parahiyangan ini banyak diceritakan pula sebab musabab naik dan turunnya (suksesi) seorang raja. Dalam awal CP, dikisahkan putra bungsu Rahiangta di Medangjati yaitu Sang Wretikandayun yang pertama jadi raja, mengalahkan keempat kakaknya, dikarenakan perlombaan berburu di tegalan; yang dimenangkan oleh Wretikandayun. Setelah jadi Raja, ia mengganti namannya mejadi Rahiangta di Menir. Hal itu tertulis dalam larik ke-3, sebagai berikut:

Carék Sang Mangukuhan, “Nam adiing kalih, urang ngaboro leumpang ka tegal.”

Sadatang ka tengah tegal, kasampak Pwah Manjangandara deung Rakéyan Kebowulan.

Digérékeun ku sang pancaputra; beunangna samaya, asing nu numbak inya ti heula, nu ngeunaan inya, piratueun.

Keuna ku tumbak Sang Wretikandayun, Kebowulan jeung Pwah Manjangandara.

Lumpat ka patapaanana, datang paéh. Dituturkeun ku Sang Wretikandayun. Pwah Bungatak Mangaléngalé kasondong nginang deung Pwah Manjangandara; ku Sang Wretikandayun dibaan pulang ka Galuh, ka Rahiyangta ri Medangjati. ……….

Dikisahkan pula dalam larik ke-18, seorang raja yang bernama Prabu Niskalawastu Kencana naik dan berjaya menjadi raja karena bagus menjalankan agama, mendapat pendidikan yang baik sehingga negara gemah ripah. Ini tertulis dalam CP sebagai berikut:

Aya na seuweu Prebu, wangi ngaranna, inyana Prebu Niskalawastu Kancana nu surup di Nusalarang ring giri Wanakusuma. Lawasniya ratu saratusopat tahun, kena rampés na agama, kretajuga.

Tandang pa ompong jwa pon, kenana ratu élé h ku satmata. Nurut nu ngasuh Hiyang Bunisora, nu surup ka Gegeromas. Batara Guru di Jampang.
Sakitu nu diturut ku nu mawa lemahcai.

Batara Guru di Jampang ma, inya nu nyieun ruku Sanghiyang Pak é, basa nu wastu dijieun ratu. Beunang nu pakabrata séwaka ka d éwata [43]. Nu di tiru ogé paké Sanghiyang Indra, ruku ta.

Sakitu, sugan aya nu d ék nurutan inya twah nu surup ka Nusalarang. Daé k él éh kusatmata. Mana na kretajuga, él éh ku nu ngasuh.

Nya mana sang rama énak mangan, sang resi é nak ngaresisasana, ngawakan napurbatisti, purbajati. Sang disri énak masini ngawakan na manusasasana, ngadumanalas pari-alas. Ku b éét hamo diukih, ku gedé hamo diukih. Nya mana sang Tarahan énak lalayaran ngawakan manu-rajasasana. Sanghiyang apah, teja, bayu, akasa, sangbuénak-énak, ngalungguh di sanghiyang Jagatpalaka. Ngawakan sanghiyang rajasasana,
angadeg wiku énak di Sanghiyang Linggawesi, brata siya puja tanpa lum.

Sang wiku énak ngadéwasasana ngawakan Sanghiyang Watang Ageung, énak ngadeg manu-rajasuniya. ……..……………………..

Di larik ke-17 diceritakan pula dalam CP ini, Rahiang Banga yang turun tahtanya karena kelakuannya tidak sesuai dengan adat kebiasaan yang benar, dalam arti menyalahi aturan. Hal itu tercermin dalam teks CP sebagai berikut:

Rahiyang Banga lawasnia ratu tujuh tahun, kena twah siya, mo makéyan agama bener. ………………

Begitupun pada larik ke 23 dan ke-24 (sebelum larik akhir), diceritakan Sang Ratusakti yang dholim, suka ke perempuan, tidak menghormati orang tua dan menghina Pandita yang menyebabkan kekuasaannya tidak lama dan tidak diberkahi. Hal tersebut ditulis dalam larik sebagai berikut:

Disilihan ku Sang Ratu Saksi Sang Mangabatan ring Tasik, inya nu surup ka
Péngpéléngan. Lawasniya ratu dalapan tahun, kenana ratu twahna kabancana ku estri larangan ti kaluaran deung kana ambutéré. Mati-mati wong tanpa dosa, ngarampas tanpa prégé, tan bakti ring wong-atuha , asampé ring sang pandita.

Aja tinut d é sang kawuri, polah sang nata.
Mangkana Sang Prebu Ratu, carita inya. …….. Sang Nilakéndra wwat ika sangké lamaniya manggirang, lumekas madumdum cereng.

Manganugraha weka, hatina nunda wisayaniya, manurunaken pretapa, putu ri patiriyan. Cai tiningkalan nidra wisaya ning baksa kilang.Wong huma darpa mamangan, tan igar yan tan pepelakan .

Lawasniya ratu kampa kalayan pangan, ta tan agama gayan kewaliya mamangan sadirasa nu surup ka sangkan beunghar. ……………………………….
Tulisan Sejarah Carita Parahyangan

Naskah asli atau manuskrip Carita Parahiyangan terdapat di Perpustakaan Nasional di lantai 5 Nomer Plt. 7 dan Peti Nomer 121. Ternyata naskah aslinya ditulis dengan tulisan tangan (manuskrip) di kertas tua ukuran kertas polio yang menguning dan mau rapuh. Naskah tersebut ditulis dengan aksara latin bersambung berbahasa Sunda. Tintanya itu sebagian tebal dan sebagian tipis. Naskah CP ini terdiri dari 111 halaman. Naskah CP ditulis oleh Pangeran Wangsakerta pada tahun 1677.

Naskah Carita Parahyangan jika dikaji lebih jauh dan teliti, Carita Parahyangan menjelaskan sejarah yang sebelumya gelap (menjadi terang), seperti kisah Sanjaya, pendiri Wangsa Sanjaya di Mataram Kuno, yang prasastinya ditemukan di Canggal Carita Parahyangan memiliki uraian yang hampir sama dengan Naskah-naskah Wangsakerta, sehingga para ahli sejarah menganggap Naskah Wangsakerta berasal dari sumber yang sama, yakni Pararatwan Parahyangan. Namun karena rentan waktu penyusunannya dianggap terlalu jauh dari masanya, yakni pada abad ke 16, maka Carita Parahyangan dianggap data sekunder.

Dalam Carita Parahyangan, adanya penggantian nama Kendan menjadi Galuh bukan sekedar mengganti nama ditempat dilokasi yang sama. Seperti Sunda Kalapa menjadi Jakarta, melainkan me mang ada perpindahan lokasi kegiatan pemerintahan secara fisik. Dari wilayah Kendan (Cicalengka) ke Karang kamulyan. Alasan ini tentu terkait dengan efektifitas pelaksanaan pemerin tahan dan kegiatan keagamaan.

Naskah Carita Parahiyangan benyak menyebut nama tempat / wilayah yang termasuk dalam kekuasaan Sunda dan juga tempat-tempat lain di pulau Jawa dan pulau Sumatra. Sebagian dari nama-nama tempat tersebut masih ada sampai sekarang. Nama-nama tempat tersebut di antaranya adalah: Ancol: Ancol (Jakarta Utara), Arile (Kuningan), Balamoha, Balaraja, Balitar, Barus, Batur, Berawan, Cilotiran, Cimara-upatah, Cina, Ciranjang, Cirebon, Datar, Demak, Demba (nusa), Denuh (wewengkon pakidulan), Galuh (Kerajaan Galuh/ salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sunda), Galunggung, Gegelang, Gegeromas, Gunung Banjar, Gunungbatu, Gunung Merapi, Hanum, Hujung Cariang, Huluwesi, Sanghiyang, Jampang, Jawa (wilayah orang Jawa), Jawakapala, Jayagiri, Kahuripan, Kajaron, Kalapa (pelabuhan utama Sunda, disebut juga Sunda Kalapa), Keling, Kemir, Kendan (kerajaan yang berada di sekitar gunung Kendan di wilayah Nagreg, tempat ditemukannya banyak batu obsidian yang disebut batu kendan), Kiding, Kikis, Kreta, Kuningan ( pusat kabupaten Kuningan), Lembuhuyu, Majapahit, Majaya, Malayu ( kerajaan Malayu di Sumatra), Mananggul, Mandiri, Medang, Medangjati, Medang Kahiangan, Menir, Muntur, Nusalarang, Padang, Padarén, Pagajahan, Pagerwesi, Pagoakan, Pajajaran (Pakuan Pajajaran pusat pemerintahan Kerajaan Sunda, yang berlokasi di kota Bogor), Pakuan Pajajaran, Pangpelengan, Paraga, Parahiyangan, Patégé, Puntang, Rajagaluh (Rajagaluh, Majalengka), Rancamaya, Sanghiyang (wilayah sebelah barat Ciawi, Bogor, sekarang dijadikan permahan mewah), Rumbut, Salajo, Saung Agung, Saunggalah, Simpang, Sumedeng, Sunda ( kerajaan Sunda yang pusatnya di Pakuan Pajajaran, Bogor, dan pernah juga berpusat di Galuh, Ciamis), Taman, Tanjung, Tarum: Citarum, Tasik, Tiga, gunung, Wahanten-girang ( Banten Girang), Wanakusuma, gunung, Winduraja, dan Wiru.

Kata “Tohaan di Sunda” adalah mertua Raja Sanjaya (Raja Galuh), sama dengan Maharaja Tarusbawa (Raja Pakuan Pajajaran). Jadi, dalam naskah kuno pun, Raja Sunda (Toohan di Sunda) ternyata juga disebut Raja Pakuan Pajajaran.

Apabila dikritisi, Historiografi dari Carita Parahiyangan ini dipertanyakan semua matannya tentang keshahihannya (kebenarannya), karena naskah ini dibuat pada abad ke-17 (tujuh belas) , dalam arti pada waktu itu ada unsur tendensius kaum Kolonial Belanda untuk melakukan politik adu dombanya (Devide Et Empera), sehingga dituliskan dalam CP tentang terjadinya perang bubat antara kerajaan Majapahit dan Pakuan Pajajaran. Sementara naskah CP pun ada dalam berbagai bentuk, kalau yang ditemukan penulis di Perpustakaan Nasional naskah CP tersebut ditulis beraksara latin Bahasa Sunda dengan hurup sambung sementara di Media on line itu bertuliskan dengan aksara Hanacaraka.

Jadi untuk mengkaji Babad, Hikayat, Carita dan sejenisnya tidak mesti dibenarkan dan disalahkan seluruhnya. Dalam arti, harus dikaji dengan seksama dengan melihat realita (artefak dll.), dan diperbandingkan dengan teks atau naskah yang lain.

Kesimpulan dan Penutup

Carita Parahiyangan adalah naskah yang berisi sejarah yang dibuat oleh Pangeran Wangsakerta pada abad ke-16. Dalam sebagian buku disebutkan Carita Parahiyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuna yang dibuat pada akhir abad ke-17, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan di dua ibukota Kerajaan Sunda yaitu Keraton Galuh dan keraton Pakuan. Naskah ini merupakan bagian dari naskah yang ada pada koleksi Museum Nasional Indonesia Jakarta dengan nomor register Kropak 406. Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang dalam tiap lembarna diisi tulisan 4 baris. Aksara yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah aksara Sunda.
C

arita Parahiyangan pada pokoknya menceritakan dua kerajaan Sunda, yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Dalam Kajian Penulis, kandungan pokok isi naskah Carita Parahiyangan itu pada pokoknya menceritakan tentang tiga hal utama, yaitu; silsilah dan runtutan (daftar nama-nama) Raja-raja Parahiyangan (Galuh dan Pajajaran), durasi kekuasaannya, dan kausalitas suksesi/naik turunnya raja.

*) Yudi Himawan Ependi adalah Mahasiswa Pasca Sarjana STAINU Jakarta

Candi Prambanan inheritance of Mataram Kingdom

– See more at

Sumber: http://www.pesantrenglobal.com/carita-parahyangan/#sthash.YhNKqVe9.VEPi4mqd.dpuf


276 Blok Migas Dikuasai Asing = 276 Pangkalan Militer Asing di Bumi Nusantara

$
0
0
HUKUM

NUSANTARANEWS.CO – Prof Dr H. Mochtar Pabottingi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menegaskan bahwa setiap upaya penguasaan dan ekplorasi SDA di Nusantara yang merugikan rakyat adalah sebuah perilaku pengkhianatan yang harus dilawan. Misalnya Blok Mahakam yang masih memiliki cadangan gas sekitar 12,5 tcf. Di mana dengan potensi cadangan tersebut Blok Mahakam bisa menjadi sumber devisa dengan pendapatan 187 milliar dolar Amerika atau setara Rp 1.700 trilyun. Tapi faktanya, semua prediksi angka itu justru menjadi santapan lezat pihak asing.

Sudah waktunya pemerintah Indonesia bersikap tegas untuk mengatur ulang bentuk kerjasama pengelolaan sumber daya alam (SDA) Indonesia dengan pihak asing secara lebih transparan dan saling menguntungkan. Seperti kontrak kerja sama (KKS) Pengelolaan Blok Mahakam yang ditandatangani antara pemerintah Indonesia dengan Total E&P Indonesia dan Inpex Corporation dari Jepang pada 31 Maret 1967 yang seharusnya berakhir pada 31 Maret 1997 tiba-tiba sudah diperpanjang lagi hingga 31 Maret 2017. (Baca juga: Mengenang “Gold Mountain” Ersberg).

Hampir semua sektor migas dan minerba di Bumi Nusantara baik, di wilayah barat hingga kawasan timur, di pulau-pulau besar, kepulauan-kepulauan kecil hingga di laut lepas sudah dikuasai oleh perusahaan asing. Disadari atau tidak, keberadaan perusahaan-perusahaan asing tersebut kini telah sampai pada taraf “mengancam” kedaulatan Indonesia. Dari total 276 blok migas yang ada, 70% sudah dikuasai dan dikelola oleh kontraktor asing. Bila dengan bahasa geopolitik, saat ini paling sedikit sudah ada 276 pangkalan militer asing yang tersebar di Bumi Nusantara.

Sekedar informasi, berikut daftar beberapa perusahan migas asing yang beroperasi di Indonesia; Chevron (AS), CNOOC (China), Chonoco Phillips (AS), ENI (Italia), KUFPEC (Kuwait), Exxon Mobil (AS), sedangkan kontraktor kerja sama yang terkenal antara lain TOTAL E&P Indonesie. Perusahaan asing lainnya yang juga beroperasi di Indonesia antara lain; Premiere Oil, Marathon Oil, Huskyenergy, Talisman, Amerada Hess, BP Indonesia,Anadarko, Asia Energi, Citic Seram Energy Limited, Fairfield Indonesia, Hess, Inaparol PTE.LTD, Inpex Corp,Japan Petroleum, Petro China, Kondur Petroleum, Kodeco Energy, Korea National Oil Corporation, Kalrez Petroleum, Lundin BV, Nation Petroleum, Petronas Carigali, Pearl Eenergy, Permintracer Petroleum, Santos PTY, Sanyen dan Oil 7 GAS. (AS/ER)

Artikel terkait:

80% Lahan Migas Indonesia Sudah Dimiliki Asing.

Blok Cepu dan Nasib Pertamina.

Indonesia Sudah Ketergantungan Import Minyak Sebesar 1,8 Juta Bph.

Pemerintah Perlu Visi dalam Mengelola Pertambangan

NUSANTARANEWS.CO – Di mata dunia, Indonesia adalah sebuah negara yang paling aman, tidak ada keributan. Inilah modal dasar yang paling berharga bagi Indonesia. Tidak ada tembak-menembak. Tidak ada perang sipil, bila ada konflik, pun tidak seperti di kawasan Eropa Tenggara dan Timur, Afrika Barat atau Timur Tengah. Faktor keamanan lokasi inilah yang menjadi tujuan utama investasi.

Dewasa ini sadarkah rakyat Indonesia bahwa 80 persen lahan migas yang tersebar dari Sabang sampai Merauke sudah bukan milik bangsa Indonesia. Bahasa sederhananya mereka yang mengelola ladang minyak itulah yang punya hak untuk ekspor. Yang krusial adalah undang-undangnya bahwa hasil yang dikeluarkan oleh bumi Indonesia harus digunakan di dalam negeri – di klausulnya tidak ada. Di dalam konsensinya juga tidak. Sekarang ladang migas Indonesia sudah di zonakan. Indonesia sudah tidak punya apa-apa. Hanya bisa pasrah sebagai administratur yang baik.

Indonesia memang memiliki berapa jenis crude oil. Ada beberapa jenis perbedaan dari sumur dan umur ladang. Sekedar catatan bahwa untuk membangun refinery itu nomor satu adalah harus dapat minimal 8 tahun crude oil yang konstan, baik light, middle light, dan heavy. Yang light bila sudah masuk refinery dapat menghasilkan 80% BBM, ini yang dicari. Kalau yang middle 50%, sedang yang heavy itu 30% BBM, sisanya dapat menjadi pelumas, aspal dan lain-lain.

Sebagai catatan saja bahwa apa yang dihasilkan dari hydro minyak itu kita sudah impor. Gas, avtur, solar, premium, pelumas, kapal, bahkan lilin untuk bahan batik sudah impor. Jadi jangan heran bila harga kain batik di China jauh lebih murah dibandingkan di indonesia. Disinilah kita harus bicara minyak sebagai survival dan menjadi agenda utama kepentingan nasional. Nah, patut disyukuri bahwa Indonesia tidak punya musim dingin.

Oleh karena itu, sekarang kita perlu mindset baru untuk merancang strategi dalam konteks ketahanan nasional. Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi dengan potensi ekonomi yang besar – adalah suatu kewajaran pula bila memiliki kemampuan militer yang kuat terutama dalam konteks UU Migas dan UU pertahanan negara. Seperti halnya negara-negara maju yang menjaga kepentingan nasionalnya di luar negeri – khususnya yang menyangkut keamanan migas – mereka tidak menyerahkan pengawalan kepada negara lain, tapi mereka mengerahkan kekuatan militernya sendiri untuk mengamankan sumber energinya, mulai dari lokasi sampai mengawal transportasinya. Sebagai contoh misalnya negara Jepang. Jepang itu mengimpor 5,6 juta bph.

Dalam konteks keamanan ini misi intelejen menjadi nomor satu. Jepang menyadari bahwa semua itu adalah demi kelangsungan kehidupan negara mereka. Bayangkan seandainya suplai minyak sebesar 5,6 juta bph Itu tiba-tiba berhenti. Akibatnya bisa lebih dahsyat dari ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. (as)

 

 


Pesan Moral Puasa

$
0
0

 KH Jalaluddin Rakhmat

imageSetiap ibadah yang kita lakukan, sebetulnya merupakan Riyadhahuntuk mendidik nilai moral tertentu. Baik ibadah Shaum atau ibadah lainnya, di dalamnya terkandung apa yang kita sebut sebagai Pesan Moral.

Bahkan begitu mulianya pesan moral itu, sampai Rasulullah Saw menilai “harga” suatu ibadah itu dinilai dari sejauh mana kita menjalankan pesan moralnya. Apabila ibadah itu tidak meningkatkan akhlak kita, Rasulullah menganggap bahwa ibadah itu tidak bermakna. Dengan kata lain, kita tidak melaksanakan pesan moral ibadah itu.

Seseorang bisa saja melakukan ibadah puasa. Dia sanggup mematuhi seluruh ketentuan fikih. Tetapi dia sering tidak sanggup mewujudkan seluruh pesan moral ibadah puasa itu. Rasulullah bersabda: “Banyak sekali orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.” Sekali lagi, semua ajaran Islam mengandung pesan moral. Dan pesan moral itulah yang saya pikir dipandang sangat penting di dalam Islam.

Mengapa Islam menekankan prinsip moral itu? Mengapa Islam menekankan prinsip akhlak itu? Karena kedatangan Rasulullah Saw bukan hanya mengajarkan  zikir dan doa. Nabi tegas mengatakan bahwa misinya ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Lalu apa yang menjadi pesan moral ibadah puas?

Salah satu pesan moral yang utama ibadah puasa adalah supaya kita menjaga diri dari memakan sembarang makanan. Bahkan makanan yang halal pun tidak boleh kita makan sebelum datang waktunya yang tepat. Jadi, jangan sembarang makan. Jangan makan asal saja. Kita harus memperhatikan apa yang kita makan itu.

Sayyidina Ali as, pernah berkata, “Jangan jadikan perutmu sebagai kuburan hewan.” Maksudnya, kita tidak boleh memakan daging terlalu banyak, apalagi diperolehnya dengan cara yang tidak halal.

Pesan moral Ramadhan adalah agar kita tidak menjadikan perut kita sebagai kuburan orang lain. Jangan jadikan perut Anda sebagi kuburan orang kecil. Jangan pindahkan tanah dan ladang milik mereka ke perut Anda. Itulah pesan Ramadhan, yang menurut saya, relevan dengan kondisi saat ini. Ketika kita dikejar-kejar oleh konsumtivisme (senang berpesta dan belanja barang yang tidak bermanfaat), dan dikejar-kejar untuk meningkatkan status sosial, tidak jarang kita berani memakan hak orang lain.

Tidak cukup hanya sampai disitu. Ibadah puasa juga mengajarkan bahwa walaupun harta itu milik kita, tetapi kita tidak boleh memakannya sendiri. Imam Ali as, pernah berkata: “Tidak pernah aku melihat ada orang yang memperoleh harta yang berlimpah kecuali disampingnya ada hak orang lain yang ia sia-siakan.”

Kita tidak usah menjadi MARXIS untuk menyadari bahwa keuntungan yang berlimpah ruah dimiliki orang-orang kaya yang tinggal dinegara-negara  miskin. Misalnya, karena upah buruh yang murah sehingga si pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang besar. Seandainya kita memperoleh gaji yang tinggi, didalam Islam, kita tidak boleh memakan  semua yang kita terima walaupun itu hasil jerih payah kita sendiri.

Bagi yang mempunyai gaji yang berlebih, ia mempunyai tanggung jawab untuk menyantuni orang-orang miskin. Puasa tidak akan bermakna apa-apa sebelum kita memberikan perhatian yang tulus kepada orang-orang yang menderita disekitar kita.

Ini pesan moral ibadah puasa. Kalau seseorang  puasanya cacat, atau puasanya batal, atau melakukan  hal-hal yang dilarang di dalam ketentuan fikih, maka tebusannya adalah menjalankan pesan moral puasa itu. Misalnya, pada bulan Ramadhan, sepasang suami-istri bercampur pada siang hari, maka kifaratnya adalah memberi makan enam puluh orang miskin. Orang yang tidak sanggup puasa, di dalam Al-Quran, diharuskan untuk mengeluarkan fidyah buat orang-orang miskin. Memperhatikan orang-orang lapar dan menyantuni fakir miskin  adalah pesan moral puasa.

Lebih jauh lagi, marilah kita simak sekilas beberapa penafsiran batiniah tentang hadits-hadits puasa.

Hadits Pertama. Diriwayatkan bahwa seorang Yahudi datang kepada Rasulullah Saw dan bertanya, “Mengapa Tuhan mewajibkan puasa dalam tiga puluh hari?” Rasul yang mulia menjawab,”Itulah waktu ketika yang dimakan Adam mendekam dalam perutnya.”

Hadits Kedua. Diriwayatkan dari Muhammad bin Sinnan bahwa Imam Ali bin Musa Al-Ridha as, berkata, “Sebab diwajibkannya puasa adalah agar manusia merasakan kelaparan dan kehausan, sehingga ia mengetahui kerendahan, kehinaan, kemiskinan dirinya; juga agar ia mengetahui beratnya kehidupan akhirat, sehingga bisa meninggalkan berbagi dosa dan maksiat.”

Hadits Ketiga. Diriwayatkan dalam Misbah Al-Syari’ah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Puasa adalah perisai. Puasa melindungi diri dari kejelekan dunia dan siksa akhirat. Apabila hendak berpuasa, maka niatkanlah puasamu untuk menahan diri dari dorongan syahwat, dan memutuskan pikiran yang sering dipengaruhi godaan setan. Bayangkanlah dirimu sebagai seorang yang sakit, yang tidak menginginkan makanan atau minuman apapun. Dan berharaplah selalu agar Allah Yang Maha Kasih memberikan kesembuhan dari setiap penyakit yang ditimbulkan karena dosa. Sucikanlah batinmu dari setiap apa yang bisa membuatmu lalai dari berzikir kepada Allah.

Berkenaan dengan hadits-hadits ini, seorang sufi Al-Qadhi Said Al-Qummi berkata, “Merenungkan makna-makna batiniah tentang puasa, maka pada hadits pertama Rasululah Saw menceritakan bagaimana perjalanan hidup manusia adalah cerminan dari apa yang terjadi pada Nabi Adam as.

Setelah Adam melanggar perintah Tuhan, pengaruh dari “dosa” yang ia lakukan bertahan selama tiga puluh hari dalam perutnya. Karena itulah, Tuhan syari’atkan puasa selama tiga puluh hari dalam setahun untuk mensucikan manusia dari dosa-dosanya. Sebagaimana Adam yang bertaubat pada waktu Maghrib, maka anak keturunan Adam diizinkan Allah untuk berbuka pada saat yang sama ketika Bapak seluruh manusia memanjatkan doanya kepada Allah Swt. Panjatkanlah doa pada waktu berbuka, karena ia adalah waktu yang utama.

Sedangkan makna hadits kedua dan ketiga yang menyebutkan puasa sebagai perisai adalah bahwa dengan puasa kita dihindarkan dari makanan dan minuman, karenanya terhindar juga kita dari  kemungkinan didera penyakit jasmaniyah. Tetapi puasa juga adalah latihan untuk mengendalikan hawa nafsu, karenanya juga adalah sarana untuk menyembuhkan penyakit Ruhaniyah.

Sedangkan makna “menjauhkan diri dari siksa akhirat” adalah bahwa dengan puasa manusia akan berlatih untuk memasarakatkan dirinya pada ketentuan Allah, sehingga dengan merasakan lapar, dahaga, dan membayangkan siksa akhirat yang lebih berat dari lapar dan dahaga manusia akan berusaha untuk lebih mensucikan dirinya.

Walhasil, puasa sebagaimana sabda Nabi Saw bukan sekedar  menjalankan syariat menjaga diri dari tiga hal (seperti pada ketentuan fikih) tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran, dan yang paling penting dari semua  untuk membawa ruh kita kembali pada kesucian.

KH Jalaluddin Rakhmat adalah Ketua Dewan Syura IJABI


Aset Kerajaan Sunda di Pusaran Sejarah Dunia

$
0
0
  • SEJARAH DAN SILSILAH KEMAHARAJAAN SUNDA NUSANTARA (Periode Sebelum Masehi s/d awal berdirinya Kerajaan Pajajaran)

Menurut cerita yang beredar di kalangan para sesepuh Sunda, runtutan para Buyut dan Rumuhun (Karuhun/Leluhur/Nenek Moyang) perjalanan bangsa Sunda di awali dari daerah Su-Mata-Ra. Mereka membangun kebudayaan selama beribu-ribu tahun di kawasan Mandala Hyang (Mandailing) daerah Ba-Ta-Ka-Ra sampai ke daerah Pa-Da-Hyang (Padang) pada periode 100.000 – 74.000 Sebelum Masehi. Pada masa tersebut para Karuhun tersebut telah memeluk ajaran yang disebut dengan nama “Su-Ra-Yana” atau ajaran Surya. Hingga satu masa Gunung Batara Guru meletus hingga habis, dan meninggalkan sisa Kaldera yang sekarang menjadi danau (Toba) yang sangat luas (100 Km2). Diberitakan dunia tertutup awan debu selama 3 bulan akibat meletusnya gunung tersebut.


Masa berganti cerita berubah, pusat kebudayaan bangsa Sunda yang disebut dengan mandala Hyang bergeser ke arah Selatan ke gunung Sunda, yang sekarang terkenal dengan nama Gunung Krakatau (Ka-Ra-Ka-Twa). Pada saat itu belum dikenal konsep Negara, tapi lebih kepada konsep Wangsa (bangsa). Wilayah Mandala Hyang pada masa itu dikenal dengan sebutan “Buana Nyungcung” karena terletak pada kawasan yang tinggi. Sementara Maya Pa-Da (Jagat Raya) dikenal dengan sebutan Buana Agung/Ageung/Gede dan Buana Alit (Jagat Alit), kata buana di jaman yang berbeda mengalami metaformosis kata menjadi “Banua” atau “Benua”. Puncak Pertala di Buana Nyungcung Gunung Sunda dijadikan Mandala Hyang, begitu juga dengan gelar Ba-Ta-Ra Guru yang menggantikan petilasan/tempat yang sudah hilang-menghilang. Pada masa ini kehidupan wangsa menunjukan kemajuan yang luar biasa, perkembangan budaya serta aplikasinya mencapai tahap yang luar biasa, dengan berbagai penemuan teknologi di darat dan laut. Daerah ini terkenal dengan sebutan “Buana A-ta” (Buana yang kokoh dan tidak bergeming). Oleh bangsa luar dikenal dengan sebutan “Atalan”  (mungkin maksudnya Ata-Land), atau Atlantis versi Plato.

Kembali kemajuan di segala bidang tersebut terhenti kembali ketika Gunung Sunda meletus (Gunung Ka-Ra-Ka-Twa), daratan terbagi menjadi dua (Sumatra dan Jawa), dan mengakibatkan banjir besar dan berakhirnya zaman es pada sekitar 15.000 SM. Semua bukti kemajuan jaman wangsa tersebut hilang dan tenggelam. Paska peristiwa banjir besar tersebut, bangsa Sunda kembali membangun peradabannya hingga menurut cerita dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sindhu (Sang Hyang Tamblegmeneng, putra Sang Hyang Watugunung Ratu Agung Manikmaya) yang kemudian mengajarkan kepercayaan Sundayana (Sindu Sandi Sunda). Ajaran tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Perjalanan Prabu Sindu ke wilayah Jepang membuat ajarannya diberi nama Shinto, ajaran Surya (matahari), bahkan ajaran tersebut kemudian dijadikan bendera bangsa. Perjalanan penyebaran ajaran tersebut kemudian bergerak sampai ke daerah India, sampai kepada sebuah aliran sungai besar yang membelah sebuah lembah yang nantinya dikenal dengan Lembah Sungai Sindu (Barat mengenalnya dengan nama Lembah sungai Hindus), tepatnya di daerah Jambudwipa. Perkembangan ajaran tersebut sangat luar biasa sehingga menghasilkan sebuah peradaban tinggi “Mohenjodaro dan Harapa” yang memiliki kemiripan nama dengan “Maharaja-Sunda-Ra dan Pa-Ra-Ha/Hu persis dengan sebuah tempat di wilayah Parahyangan sekarang. Ajaran Prabu Sindu yang selanjutnya disebut agama Hindu asalnya merupakan ajaran Surayana-Sundayana, yang hingga kini masih tersisa di wilayah Nusantara ada di daerah Bali sekarang, serta agama Sunda Wiwitan yang isinya sama menjadikan Matahari serta Alam sebagai panutan hidup, dan bila dikaji lebih mendalam ajaran ini merupakan ajaran ”Monotheism” atau percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kebudayaan bangsa Sunda yang berlokasi di sekitar Gunung Sunda (Gunung Ka-Ra-Ka-Twa), dibuktikan dengan ditemukannya fakta sejarah, dan penemuan arkeologis yang ada daerah Sumatera bagian Tengah dan Jawa bagian Barat, sebagai berikut:

  1. Kota Barus di pesisir Barat Sumatera

Merupakan satu-satunya kota di Nusantara yang namanya telah disebut sejak awal abad Masehi oleh literatur-literatur dalam berbagai bahasa, seperti dalam bahasa Yunani, Siriah, Armenia, Arab, India, Tamil, China, Melayu, dan Jawa. Berita tentang kejayaan Barus sebagai bandar niaga internasional dikuatkan oleh sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolemaus, seorang gubernur dari Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2. Di peta itu disebutkan, di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang menghasilkan wewangian dari kapur barus. Diceritakan, kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari Barousai itu merupakan salah satu bahan pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II, atau sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi.

2.. Kerajaan Melayu Tua di Jambi

Meliputi : kerajaan Kandis yang terletak di Koto Alang, wilayah Lubuk Jambi, Kuantan, Riau. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada periode 1 Sebelum Masehi. Di samping itu, di daerah Jambi terdapat tiga kerajaan Melayu tua yaitu: Koying, Tupo, dan Kantoli. Kerajaan Koying terdapat dalam catatan Cina yang dibuat oleh K’ang-tai dan Wan-chen dari wangsa Wu (222-208) tentang adanya negeri Koying. Tentang negeri ini juga dimuat dalam ensiklopedi T’ung-tien yang ditulis oleh Tu-yu (375-812) dan disalin oleh Ma-tu-an-lin dalam ensiklopedi Wen-hsien-t’ung-k’ao. Diterangkan bahwa di kerajaan Koying terdapat gunung api dan kedudukannya 5.000 li di timur Chu-po (Jambi). Di utara Koying ada gunung api dan di sebelah selatannya ada sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk itu ada pulau bernama P’u-lei atau Pulau.

3. Kerajaan Salakanagara. 

Kerajaan ini dianggap sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Kerajaan ini berkedudukan di Teluk Lada Pandeglang namun ada juga yang menyatakan kerajaan ini berkedudukan di sebelah Barat Kota Bogor di kaki gunung Salak, konon nama gunung Salak diambil dari kata Salaka. Tidak diketahui pasti sejak kapan berdirinya kerajaan Salakanagara, namun berdasarkan catatan sejarah India, para cendekiawan India telah menulis tentang nama Dwipantara atau kerajaan Jawa Dwipa di pulau Jawa sekitar 200 SM, yang tidak lain adalah Salakanagara. Naskah Wangsakerta menyebutkan bahwa sejak ± tahun 130 Masehi pada saat itu sudah ada pemerintahan kerajaan Salakanagara di Jawa Barat. Salakanagara (kota Perak) pernah pula disebutkan dalam catatan yang disebut sebagai ARGYRE oleh Ptolemeus pada tahun 150 M. Kerajaan Salaka Nagara, memiliki raja bernama Dewawarman (I – VIII), yang menjadi asal muasal kemaharajaan Sunda Nusantara.

4. Situs Gunung Padang, Cianjur.

Merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Luas kompleks “bangunan” kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Menurut legenda dan cerita para leluhur, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Dan ada juga yang mengatakan bahwa situs ini merupakan tempat penobatan para raja yang ada di dalam wilayah kemaharajaan Sunda Nusantara. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda (Sunda Wiwitan) untuk melakukan upacara. Berdasarkan Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan adanya suatu tempat “kabuyutan” (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, yang tidak lain adalah situs ini.

Diduga situs gunung padang sesungguhnya bukanlah gunung, melainkan bangunan berbentuk mirip dengan piramida yang telah terkena timbunan debu vulkanik, sehingga terlihat seperti gunung yang sudah ditumbuhi pepohonan. Di dalam situs gunung padang dipercaya memiliki ruang didalamnya yang kini telah tertimbun tanah. Dalam situs gunung padang ditemukan alat musik yang berupa batu persegi panjang yang bergelombang pada bagian atasnya. Jika setiap gelombang dipukul, maka akan mengeluarkan bunyi yang berbeda antar gelombang satu dengan yang lain. dan alat musik dari batu itu dapat dimainkan dengan benar.

Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat merilis usia bangunan bawah permukaan dari Situs Gunung Padang, sebagai berikut: 1). Pada lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter (diduga man made stuctures /struktur yang dibuat oleh manusia) dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2, adalah sekitar 7.600-7.800 SM. Fantastis!! Usia bangunan ini jauh lebih tua dibandingkan dari Piramida Giza di Mesir yang berumur 2.560 SM. 2). Sedangkan umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter, adalah sekitar 14.500–25.000 SM. Ini sangat mengejutkan!! Artinya situs gunung padang ini telah ada sebelum peristiwa banjir besar (berakhirnya zaman es). Kontroversi merebak setelah Tim Katastropik Purba merilis ada sejenis piramida di bawah Gunung Padang. “Apa pun nama dan bentuknya, yang jelas di bawah itu ada ruang-ruang,”. “Selintas tak seperti gunung, seperti manmade.” Kecurigaan ini berawal dari bentuk Gunung Padang yang hampir segitiga sama kaki jika dilihat dari Utara

SILSILAH KEMAHARAJAAN SUNDA NUSANTARA

KERAJAAN SALAKANAGARA

1. Dewawarman I
2. Dewawarman II
3. Dewawarman III
4. Dewawarman IV
5. Dewawarman V
6. Dewawarman VI
7. Dewawarman VII
8. Dewawarman VIII

KERAJAAN TARUMANAGARA

1. Jayasingawarman (358 – 382) dia adalah menantu dari Dewawarman VIII
2. Dharmayawarman (382 – 395)
3. Purnawarman (395 – 434)
4. Wisnuwarman (434 – 455)
5. Indrawarman (455 – 515)
6. Candrawarman (515 – 535)
7. Suryawarman (535 – 561)
Tahun 526 menantu Suryawarman yang bernama Manikmaya mendirikan kerajaan baru di wilayah Timur (dekat Nagreg Garut) yang kemudian cicit dari Manikmaya yang bernama Wretikandayun mendirikan kerajaan baru tahun 612 yang kemudian dikenal dengan nama kerajaan Galuh.
8. Kertawarman (561 – 628)
9. Sudhawarman (628 – 639)
10. Hariwangsawarman (639 – 640)
11. Nagajayawarman (640 – 666)
12. Linggawarman (666 – 669)

Anak Linggawarman yang bernama Sobakancana menikah dengan Daputahyang Srijayanasa yang kemudian mendirikan kerajaan Sriwijaya. Anaknya yang bernama Manasih menikah dengan Tarusbawa yang kemudian melanjutkan kerajaan Tarumanagara dengan nama kerajaan Sunda. Karena Tarusbawa merubah nama kerajaan Tarumanagara menjadi kerajaan Sunda maka Wretikandayun pada tahun 612 menyatakan kerajaan Galuh adalah sebagai kerajaan yang berdiri sendiri bukan dibawah kekuasaan kerajaan Sunda walaupun sebenarnya kerajaan-kerajaan itu diperintah oleh garis keturunan yang sama hanya ibukotanya saja yang berpindah-pindah (Sunda, Pakuan, Galuh, Kawali, Saunggalah).

KERAJAAN SUNDA/GALUH/SAUNGGALAH/PAKUAN

1. Tarusbawa (670 – 723)
2. Sanjaya/Harisdarma/Rakeyan Jamri (723 –732) ibu dari Sanjaya adalah putri Sanaha dari Kalingga sedangkan ayahnya adalah Bratasenawa (raja ke 3 kerajaan Galuh) Sanjaya adalah cicit dari Wretikandayun (kerajaan Galuh) Sanjaya kemudian menikah dengan anak perempuan Tarusbawa yang bernama Tejakancana.
3. Rakeyan Panabaran/Tamperan Barmawijaya (732 – 739) adalah anak Sanjaya dari istrinya Tejakancana. Sanjaya sendiri sebagai penerus ke 2 kerajaan Sunda kemudian memilih berkedudukan di Kalingga yang kemudian mendirikan kerajaan Mataram Kuno dan wangsa Sanjaya (mulai 732)
4. Rakeyan Banga (739 – 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 – 783)
6. Prabu Gilingwesi (783 – 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (795 – 819)
8. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus (819 – 891)
9. Prabu Darmaraksa (891 – 895)
10. Windusakti Prabu Dewageng (895 – 913)
11. Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi (913 – 916)
12. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa (916 – 942)
13. Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa (942 – 954)
14. Limbur Kancana (954 – 964)
15. Prabu Munding Ganawirya (964 – 973)
16. Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung (973 – 989)
17. Prabu Brajawisesa (989 – 1012)
18. Prabu Dewa Sanghyang (1012 – 1019)
19. Prabu Sanghyang Ageng (1019 – 1030)
20. Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati (1030 – 1042) Ayah Sri Jayabupati (Sanghyang Ageng) menikah dengan putri dari Sriwijaya (ibu dari Sri Jayabupati) sedangkan Sri Jayabupati sendiri menikah dengan putri Dharmawangsa (adik Dewi Laksmi istri dari Airlangga)
21. Raja Sunda XXI
22. Raja Sunda XXII
23. Raja Sunda XXIII
24. Raja Sunda XXIV
25. Prabu Guru Dharmasiksa
26. Rakeyan Jayadarma, istri Rakeyan Jayadarma adalah Dyah Singamurti/Dyah Lembu Tal anak dari Mahesa Campaka, Mahesa Campaka adalah anak dari Mahesa Wongateleng, Mahesa Wongateleng adalah anak dari Ken Arok dan Ken Dedes dari kerajaan Singasari.
27. Anak Rakeyan Jayadarma dengan Dyah Singamurti bernama Sang Nararya Sanggrama Wijaya atau lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya. Karena Jayadarma meninggal di usia muda dan Dyah Singamurti tidak mau tinggal lebih lama di Pakuan maka pindahlah Dyah Singamurti dan anaknya Raden Wijaya ke Jawa Timur yang kemudian Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit pertama.
28. Prabu Ragasuci (1297 – 1303) dia adalah adik dari Rakeyan Jayadarma. Istri Ragasuci bernama Dara Puspa seorang putri dari Kerajaan Melayu. Dara Puspa adalah adik Dara Kencana (yang menikah dengan Kertanegara dari Singasari).
29. Prabu Citraganda (1303 – 1311)
30. Prabu Lingga Dewata (1311 – 1333)
31. Prabu Ajigunawisesa (1333 – 1340) menantu Prabu Lingga Dewata
32. Prabu Maharaja Lingga Buana (1340 – 1357), dijuluki Prabu Wangi yang gugur di Perang Bubat.
33. Prabu Mangkubumi Suradipati/Prabu Bunisora (1357 – 1371) adik Lingga Buana
34. Prabu Raja Wastu/Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475) anak dari Prabu Lingga Buana (Prabu Wangi). Istri pertamanya bernama Larasarkati dari Lampung memiliki anak bernama Sang Haliwungan setelah menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Susuktunggal. Permaisuri keduanya adalah Mayangsari putri sulung Prabu Mangkubumi Suradipati/Bunisora memiliki anak yang bernama Ningrat Kancana setelah menjadi Raja Galuh bergelar Prabu Dewaniskala.

Setelah Prabu Raja Wastu meninggal dunia kerajaan dipecah menjadi 2 dengan hak serta wewenang yang sama, Prabu Susuktunggal menjadi raja di kerajaan Sunda sedangkan Prabu Dewaniskala menjadi raja di kerajaan Galuh. Putra Prabu Dewaniskala bernama Jayadewata, mula-mula menikah dengan Ambetkasih putri dari Ki Gedeng Sindangkasih, kemudian menikah lagi dengan Subanglarang (putri Ki Gedeng Tapa yang menjadi raja Singapura) setelah itu ia menikah lagi dengan Kentringmanik Mayang Sunda, putri Prabu Susuktunggal.

Pada tahun 1482 Prabu Dewaniskala menyerahkan kekuasaan kerajaan Galuh kepada puteranya (Jayadewata), demikian pula dengan Prabu Susuktunggal, ia menyerahkan tahta kerajaan kepada menantunya (Jayadewata), maka jadilah Jayadewata sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda dengan gelar Sri Baduga Maharaja atau yang dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.

Catatan [penutup bagian 1

Kami berharap kisah/cerita/fakta sejarah dapat diungkap dengan proporsional karena selama ini saya dan juga bangsa Indonesia lainnya merasa telah “tertipu” oleh politik yang menyembunyikan fakta sejarah yang sebenarnya. Mengapa tidak pernah disebutkan bahwa Sanjaya pendiri Mataram Kuno adalah seorang putra Sunda? Mengapa tidak pernah disebutkan bahwa pendiri kerajaan Sriwijaya seorang putera Sunda? Demikian pula dengan sejarah Majapahit, kenapa tidak pernah pula disebutkan bahwa Raden Wijaya raja pertama Majapahit adalah seorang putera Sunda?

Mudah-mudahan kejadian “penipuan sejarah” tidak terulang lagi dimasa yang akan datang, terlepas dari keuntungan politik yang akan diperoleh, walau bagaimananpun juga masyarakat tentu akan lebih menghargai informasi yang jujur.

 

SEJARAH KERAJAAN PAKUAN PAJAJARAN

Nama-nama Raja Pajajaran:

1. Jayadewata/Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi (1474 – 1513)
Pada masa inilah kerajaan Pajajaran mengalami kemajuan serta kemakmuran.
2. Surawisesa (1513 – 1535)
3. Ratu Dewata (1535 – 1543)
4. Ratu Sakti (1543 – 1551)
5.Raga Mulya (1551 – 1579)

1. Jayadewata/Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi (1474 – 1513).

Kerajaan Pakuan Pajajaran diawali oleh pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Ratu Jayadewata) yang memerintah selama 39 tahun (1474 – 1513). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya. Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima Tahta Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua ketika ia menerima Tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya, Susuktunggal. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Sunda-Galuh dan dinobatkan dengar gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.

Di Jawa Barat Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam kropak 630 sebagai lakon pantun. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Wastu Kancana (kakeknya). Waktu mudanya Sri Baduga terkenal sebagai kesatria pemberani dan tangkas bahkan satu-satunya yang pernah mengalahkan Ratu Japura (Amuk Murugul) waktu bersaing memperbutkan Subanglarang (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam).

Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di perang Bubat dan digelari Prabu Wangi. Tentang hal ini, Pustaka Raja-raja Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan cerita kebesaran dari Prabu Maharaja Lingga Buana, sebagai berikut:

“Di medan perang Bubat ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain. Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa. Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Jawa Barat”. Kemashurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja Linggabuana membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Jawa Barat. Oleh karena itu nama Prabu Maharaja Lingga Buana mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda”.

Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):

“Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran. Harus menitipkan ibukota di Jayagiri dan ibukota di Sunda Sembawa. Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan “dasa”, “calagra”, “kapas timbang”, dan “pare dongdang”.

Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea. Karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran agama. Dengan tegas di sini disebut “dayeuhan” (ibukota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu “dasa” (pajak tenaga perorangan), “calagra” (pajak tenaga kolektif), “kapas timbang” (kapas 10 pikul) dan “pare dondang” (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, “upeti”, “panggeureus reuma”.

Dalam kropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa “kapas sapuluh carangka” (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat. Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk “dasa” dan “calagra” (Di Majapahit disebut “walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya : menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di “serang ageung” (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi).

Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa “piteket” karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas “kabuyutan” di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya yang dinyatakan sebagai “lurah kwikuan” yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak. Untuk kesejahteraan rakyatnya yang sebagian besar bertani dan juga untuk menghalangi serangan pihak musuh maka pada masa itu dibuat sebuat sodetan sungai yang sekarang dikenal dengan nama kali Cidepit dan Cipakancilan. Sungai Cidepit dan Cipakancilan adalah sungai buatan yang sumber airnya berasal dari sungai Cisadane. Sama seperti kerajaan sebelumnya, kerajaan Pajajaran sendiri pada masa kejayaannya sudah menjalin hubungan dagang dengan negara-negara di Asia, Timur Tengah serta Eropa. Pelabuhan lautnya ada di Sunda Kalapa yang kemudian berubah nama menjadi Batavia dan kemudian berubah lagi menjadi Jakarta yang sekarang.

Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai jaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan jaman Sri Baduga dengan komentar “The Kingdom of Sunda is justly governed; they are true men” (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur). Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.

Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah karuhun Kabeh dari Ciamis yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab-pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan) sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam jaman Pajajaran.

Prabu Siliwangi memiliki beberapa orang anak dari beberapa orang isteri. Dari istrinya yang bernama Kentring Manik Mayang Sunda (beragama islam, puteri Prabu Susuktunggal, raja kerajaan Sunda) keturunan-keturunannya pergi mengembara serta membangun wilayah pesisir Utara di wilayah Karawang. Dari istrinya yang bernama Subang Larang (juga beragama Islam, puteri Ki Gedeng Tapa, menjadi raja Singapura), memiliki 3 orang anak yaitu: Kian Santang, Cakrabuana, dan Rara Santang.

Kian Santang adalah anaknya yang paling sakti serta memiliki ilmu yang sangat tinggi. Pada usia 22 tahun, Kiansantang diangkat menjadi dalem Bogor ke 2 yang saat itu bertepatan dengan upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan dan penobatan Munding Kawati, putra sulung Prabu Susuk Tunggal, menjadi panglima besar Pajajaran. Kian Santang muda tertarik untuk mengikuti agama ibunya (Subang Larang), hingga untuk itu beliau belajar agama islam ke Timur Tengah dan tanah suci Mekkah. Sementara adiknya Cakrabuana mengembara ke sekitar wilayah Cirebon. Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana dari mertuanya (Ki Danusela), sedangkan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang). Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Menurut cerita versi Pajajaran beliau yang mendirikan kota Cirebon. Adapun Rara Santang mengembara hingga ke Sumatera untuk belajar agama Islam, hingga sampai ke Timur Tengah dan MENIKAH DENGAN SYARIEF ABDULLAH AL MISRI (RAJA MESIR) keturunan RASULULLAH MUHAMMAD SAW yang ke XXII. Rara Santang dikenal juga sebagai Ibu Syarifah Mudaif, ibu dari Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (Wali Sanga), Raja Cirebon.

Sekembalinya dari tanah suci, Kian Santang mulai menyebarkan agama Islam di bumi Pajajaran, termasuk di lingkungan istana Pajajaran. Pada suatu ketika, Kian Santang berniat mengajak ayahnya Prabu Siliwangi untuk masuk agama Islam. Prabu Siliwangi kaget mendengar niat anaknya tersebut, walaupun beliau tidak membenci agama Islam (istrinya Subang Larang beragama islam), namun beliau lebih menyukai agama leluhur (Sunda Wiwitan), dan menolak terhadap ajakan anaknya tersebut. Kian Santang kecewa, namun beliau tak dapat memaksa ayahnya, dan terus menyebarkan agama Islam di bumi Pajajaran.

Dalam naskah Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2, diceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka (1479 M), Syarief Hidayatullah menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) adalah cucu Sri Baduga dari putrinya Rara Santang, yang dijadikan raja (penguasa) Cirebon oleh uanya, Pangeran Cakrabuana. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Karena Syarif Hidayatullah juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh Sri Baduga. Pangeran Cakrabuana dan Syarif Hidayatullah tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu ketegangan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah peperangan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon.

Seiring perjalanan waktu, semakin banyak rakyat Pajajaran yang memeluk agama Islam. Perkembangan ini menimbulkan ketegangan antara Kian Santang dengan ayahnya (Prabu Siliwangi), hingga pada suatu ketika terdengar berita oleh Sri Baduga bahwa Kian Santang hendak menyerang kerajaan dan memaksa ayahnnya untuk memeluk agama Islam. Prabu Siliwangi tidak ingin berperang melawan putranya Kian Santang, akhirnya beliau memutuskan untuk meninggalkan istana kerajaan. Mendengar kepergian ayahnya, Kiansantang bersedih dan bermaksud untuk mengejar ayahnya untuk diajak kembali ke istana. Dengan kesaktiannya, Kian Santang dapat mengejar ayahnya hingga ke daerah Garut Selatan. Namun Prabu Siliwangi tidak ingin menemui putranya, dan beliau beserta pengikutnya memilih untuk moksha di daerah Garut Selatan (Legenda menceritakan bahwa Prabu Siliwangi dan para pengikutnya berubah menjadi harimau).

Kiansantang kembali ke istana Pajajaran, dan selanjutnya diangkat menjadi Raja Pajajaran. Namun Prabu Kiansantang tidak lama menjadi raja karena mendapat ilham harus uzlah, pindah dari tempat yang ramai ketempat yang sepi. Dalam uzlah itu beliau berniat bertafakur untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam rangka mahabah dan mencapai kema’rifatan. Sebelum uzlah Prabu Kiansantang menyerahkan tahta kerajaan kepada Surawisesa (saudara seayah, dari istri Prabu Sliwangi, Mayang Sunda dan juga cucu Prabu Susuktunggal).

2. Surawisesa (1513 – 1535)

Setelah Sri Baduga tiada, Pajajaran dengan Cirebon berada pada generasi yang sejajar. Meskipun yang berkuasa di Cirebon adalah Syarief Hidayatullah, tetapi dibelakangnya berdiri Pangeran Cakrabuana (dikenal juga sebagai Haji Abdullah Iman). Pengganti Sri Baduga Maharaja adalah Surawisesa, beliau dipuji dalam Carita Parahiyangan dengan sebutan “kasuran” (perwira), “kadiran” (perkasa) dan “kuwanen” (pemberani). Selama memerintah ia melakukan 15 kali pertempuran. Pujian penulis Carita Parahiyangan memang berkaitan dengan hal ini.

Untuk memajukan perdagangan dan memperkuat pertahanan kerajaan, Surawisesa melakukan perjanjian dengan Portugis yang berkedudukan di Malaka. Dalam perjanjian ini disepakati bahwa Portugis akan mendirikan benteng di Banten dan Kalapa. Untuk itu tiap kapal Portugis yang datang akan diberi muatan lada yang harus ditukar dengan barang-barang keperluan yang diminta oleh pihak Sunda. Kemudian pada saat benteng mulai dibangun, pihak Sunda akan menyerahkan 1000 karung lada tiap tahun untuk ditukarkan dengan muatan sebanyak dua “costumodos” (kurang lebih 351 kuintal). Perjanjian ini ditandatangani tanggal 21 Agustus 1522, ketika Portugis yang dipimpin oleh Hendrik de Leme berkunjung ke Ibukota Pakuan. Ten Dam menganggap bahwa perjanjian itu hanya lisan. Namun, sumber Portugis yang kemudian dikutip Hageman menyebutkan “Van deze overeenkomst werd een geschrift opgemaakt in dubbel, waarvan elke partij een behield”.

Perjanjian Pajajaran – Portugis sangat mencemaskan Trenggana, Sultan Demak III. Selat Malaka, pintu masuk perairan Nusantara sebelah utara sudah dikuasai Portugis yang berkedudukan di Malaka dan Pasai. Bila Selat Sunda yang menjadi pintu masuk perairan Nusantara di selatan juga dikuasai Portugis, maka jalur perdagangan laut yang menjadi urat nadi kehidupan ekonomi Demak terancam putus. Trenggana segera mengirim armadanya di bawah pimpinan Fadillah Khan yang menjadi Senapati Demak. Fadillah Khan adalah menantu Raden Patah sekaligus menantu Syarief Hidayatullah (Fadillah Khan memperistri Ratu Pembayun, janda Pangeran Jayakelana. Kemudian ia pun menikah dengan Ratu Ayu, janda Sabrang Lor /Sultan Demak II. Selain itu Fadillah masih terhitung cucu Sunan Ampel (Ali Rakhmatullah) sebab buyutnya adalah kakak Ibrahim Zainal Akbar ayah Sunan Ampel. Sunan Ampel sendiri adalah mertua Raden Patah (Sultan Demak I). Carita Parahiyangan menyebut Fadillah dengan Arya Burah.

Pasukan Fadillah yang merupakan gabungan pasukan Demak-Cirebon menyerang Banten, pintu masuk Selat Sunda. Kedatangan pasukan ini telah didahului dengan huru-hara di Banten yang ditimbulkan oleh Pangeran Maulana Hasanudin, putra Syarief Hidayatullah dan para pengikutnya. Serangan pasukan Fadillah menyebabkan pasukan Pakuan Pajajaran di Banten terdesak. Bupati Banten beserta keluarga dan pembesar keratonnya mengungsi ke Ibukota Pakuan. Pangeran Hasanudin kemudian diangkat oleh ayahnya (Syarief Hidayatullah), menjadi Bupati Banten (1526), bagian dari Kesultanan Cirebon. Setahun kemudian, Fadillah bersama pasukannya menyerang dan merebut pelabuhan Kalapa. Bupati Kalapa bersama keluarga dan para menteri kerajaan yang bertugas di pelabuhan gugur. Pasukan bantuan dari Pakuan pun dapat dipukul mundur. Keunggulan pasukan Fadillah terletak pada penggunaan meriam yang justru tidak dimiliki oleh Laskar Pajajaran.

Bantuan Portugis datang terlambat karena Francisco de Sa yang ditugasi membangun benteng diangkat menjadi Gubernur Goa di India. Keberangkatan ke Sunda dipersiapkan dari Goa dengan 6 buah kapal. Galiun yang dinaiki De Sa dan berisi peralatan untuk membangun benteng terpaksa ditinggalkan karena armada ini diterpa badai di Teluk Benggala. De Sa tiba di Malaka tahun 1527. Ekspedsi ke Sunda bertolak dari Malaka, mula-mula menuju Banten, akan tetapi karena Banten sudah dikuasai Hasanudin, perjalanan dilanjutkan ke Pelabuhan Kalapa. Di Muara Cisadane, De Sa memancangkan padrao pada tanggal 30 Juni 1527 dan memberikan nama kepada Cisadane “Rio de Sa Jorge”. Kemudian galiun De sa memisahkan diri. Hanya kapal brigantin (dipimpin Duarte Coelho) yang langsung ke Pelabuhan Kalapa. Coelho terlambat mengetahui perubahan situasi, kapalnya menepi terlalu dekat ke pantai dan menjadi mangsa sergapan pasukan Fadillah. Dengan kerusakan yang berat dan korban yang banyak, kapal Portugis ini berhasil meloloskan diri ke Pasai.

Demikianlah, pada masa pemerintahan Surawisela, wilayah Banten dan Sunda Kalapa dikuasai oleh Cirebon-Demak. Meskipun, Cirebon sendiri sebenarnya relatif lemah. Akan tetapi berkat dukungan Demak, kedudukannya menjadi mantap. Perang Cirebon – Pajajaran berlangsung 5 tahun lamanya. Yang satu tidak berani naik ke darat, yang satunya lagi tak berani turun ke laut. Cirebon dan Demak hanya berhasil menguasai kota-kota pelabuhan. Hanya di bagian timur pasukan Cirebon bergerak lebih jauh ke selatan. Pertempuran Cirebon dengan Galuh terjadi tahun 1528. Di sini pun terlihat peran Demak karena kemenangan Cirebon terjadi berkat bantuan Pasukan meriam Demak tepat pada saat pasukan Cirebon terdesak mundur. Laskar Galuh tidak berdaya menghadapi “panah besi yang besar yang menyemburkan kukus ireng dan bersuara seperti guntur serta memuntahkan logam panas”. Tombak dan anak panah mereka lumpuh karena meriam. Maka jatuhlah Galuh. Dua tahun kemudian jatuh pula Kerajaan Talaga, benteng terakhir Kerajaan Galuh.

Sumedang masuk ke dalam lingkaran pengaruh Cirebon dengan dinobatkannya Pangeran Santri menjadi Bupati Sumedang pada tanggal 21 Oktober 1530. Pangeran Santri adalah cucu Pangeran Panjunan, kakak ipar Syarief Hidayatullah. Buyut Pangeran Santri adalah Syekh Datuk Kahfi pendiri pesantren pertama di Cirebon. Ia menjadi bupati karena pernikahannya dengan Satyasih, Pucuk Umum (Unun?) Sumedang. Secara tidak resmi Sumedang menjadi daerah Cirebon. Dengan kedudukan yang mantap di timur Citarum, Cirebon merasa kedudukannya mapan. Selain itu, karena gerakan ke Pakuan selalu dapat dibendung oleh pasukan Surawisesa, maka kedua pihak mengambil jalan terbaik dengan berdamai dan mengakui kedudukan masing-masing. Tahun 1531 tercapai perdamaian antara Surawisesa dan Syarief Hidayatullah. Masing-masing pihak berdiri sebagai negara merdeka.

Perjanjian damai dengan Cirebon memberikan peluang kepada Surawisesa untuk mengurus dalam negerinya. Setelah berhasil memadamkan beberapa pemberontakkan, ia berkesempatan menerawang untuk mengenang kebesaran ayahandanya. Untuk menunjukkan rasa hormat terhadap mendiang ayahnya, beliau membuat sasakala (tanda peringatan) buat ayahnya. Itulah Prasasati Batutulis yang diletakkannya di Kabuyutan tempat tanda kekuasaan Sri Baduga yang berupa lingga batu ditanamkan, dan memuat tulisan:

“Semoga selamat, ini adalah tanda peringatan untuk Prabu Ratu almarhum. Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana dinobatkan dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran. Sri sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit pertahanan Pakuan, dia putra Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusalarang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, undakan untuk hutan Samida dan Sahiyang Talaga Rena Mahawijaya. Dibuat dalam saka 1455.”

Surawisesa tidak menampilkan namanya dalam prasasti. Ia hanya meletakkan dua buah batu di depan prasasti itu. Satu berisi astatala ukiran jejak tangan, yang lainnya berisi padatala ukiran jejak kaki. Mungkin pemasangan batutulis itu bertepatan dengan upacara srada yaitu “penyempurnaan sukma” yang dilakukan setelah 12 tahun seorang raja wafat. Dengan upacara itu, sukma orang yang meninggal dianggap telah lepas hubungannya dengan dunia materi.

Surawisesa dalam kisah tradisional lebih dikenal dengan sebutan Guru Gantangan atau Munding Laya Dikusuma. Permaisurinya, Kinawati, berasal dari Kerajaan Tanjung Barat yang terletak di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sekarang. Kinawati adalah puteri Mental Buana, cicit Munding Kawati yang kesemuanya penguasa di Tanjung Barat. Baik Pakuan maupun Tanjung Barat terletak di tepi Ciliwung. Surawisesa memerintah selama 14 tahun lamanya. Dua tahun setelah ia membuat prasasti sebagai sasakala untuk ayahnya, ia wafat dan dipusarakan di Padaren. Di antara raja-raja jaman Pajajaran, hanya dia dan ayahnya yang menjadi bahan kisah tradisional, baik babad maupun pantun. Babad Pajajaran atau Babad Pakuan, misalnya, semata mengisahkan “petualangan” Surawisesa (Guru Gantangan) dengan cerita Panji.

  1. Ratu Dewata (1535 – 1534)

Surawisesa digantikan oleh puteranya, Ratu Dewata. Berbeda dengan Surawisesa yang dikenal sebagai panglima perang yang perwira, perkasa dan pemberani, Ratu Dewata sangat alim dan taat kepada agama. Ia melakukan upacara sunatan (adat khitan pra-Islam) dan melakukan tapa pwah-susu, hanya makan buah-buahan dan minum susu. Menurut istilah sekarang ”vegetarian”.

Menurut Carita Parahiyangan, pada masa pemerintahan Ratu Dewata ini terjadi serangan mendadak ke Ibukota Pakuan dan musuh “tambuh sangkane” (tidak dikenal asal-usulnya). Ratu Dewata masih beruntung karena memiliki para perwira yang pernah mendampingi ayahnya dalam 15 kali pertempuran. Sebagai veteran perang, para perwira ini masih mampu menghadapi sergapan musuh. Di samping itu, ketangguhan benteng Pakuan peninggalan Sri Baduga menyebabkan serangan kilat ini tidak mampu menembus gerbang Pakuan, tetapi dua orang senapati Pajajaran gugur, yaitu Tohaan Ratu Sangiang dan Tohaan Sarendet. Kokohnya benteng Pakuan merupakan jasa Rakeyan Banga yang pada tahun 739 M menjadi raja di Pakuan. Beliau berhasil setelah berjuang selama 20 tahun dan keberhasilannya itu di awali dengan pembuatan parit pertahanan kota. Kemudian keadaan Pakuan ini diperluas pada jaman Sri Baduga, seperti yang diceritakan pada Pustaka Nagara Kretabhuni I/2 sebagai berikut (artinya saja):

“Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu membangun telaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan jalan ke Wanagiri, memperteguh kedatuan, memberikan desa (perdikan) kepada semua pendeta dan pengiringnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat kaputren (tempat isteri-isteri-nya), kesatrian (asrama prajurit), satuan-satuan tempat (pageralaran), tempat-tempat hiburan, memperkuat angkatan perang, memungut upeti dari raja-raja bawahan dan kepala-kepala desa dan menyusun Undang-undang Kerajaan Pajajaran”

Gagal merebut benteng kota, pasukan penyerbu ini dengan cepat bergerak ke utara dan menghancurkan pusat-pusat keagamaan di Sumedang, Ciranjang dan Jayagiri yang dalam jaman Sri Baduga merupakan desa kawikuan yang dilindungi oleh negara.

Sikap Ratu Dewata yang alim dan rajin bertapa, menurut norma kehidupan jaman itu tidak tepat karena raja harus “memerintah dengan baik”. Tapa-brata seperti yang dilakukannya itu hanya boleh dilakukan setelah turun tahta dan menempuh kehidupan manurajasuniya seperti yang telah dilakukan oleh Wastu Kancana. Karena itulah Ratu Dewata dicela oleh penulis Carita Parahiyangan dengan sindiran (kepada para pembaca)

“Nya iyatna-yatna sang kawuri, haywa ta sira kabalik pupuasaan”

 (Maka berhati-hatilan yang kemudian, janganlah engkau berpura-pura rajin puasa).

Rupa-rupanya penulis kisah kuno itu melihat bahwa kealiman Ratu Dewata itu disebabkan karena ia tidak berani menghadapi kenyataan. Penulis kemudian berkomentar pendek “Samangkana ta precinta” (begitulah jaman susah).

  1. Ratu Sakti (1543 – 1551)

Raja Pajajaran keempat adalah Ratu Sakti. Untuk mengatasi keadaan yang ditinggalkan Ratu Dewata yang bertindak serba alim, ia bersikap keras bahkan akhirnya kejam dan lalim. Dengan pendek Carita Parahiyangan melukiskan raja ini. ”Banyak rakyat dihukum mati tanpa diteliti lebih dahulu salah tidaknya. Harta benda rakyat dirampas untuk kepentingan keraton tanpa rasa malu sama sekali”.

Kemudian raja ini melakukan pelanggaran, yaitu mengawini “estri larangan ti kaluaran” (wanita pengungsi yang sudah bertunangan). Masih ditambah lagi dengan berbuat skandal terhadap ibu tirinya yaitu bekas para selir ayahnya. Karena itu ia diturunkan dari tahta kerajaan.

  1. Ratu Nilakendra (1551 – 1567)

Nilakendra atau Tohaan di Majaya naik tahta sebagai penguasa Pajajaran yang kelima. Pada saat itu situasi kenegaraan sudah tidak menentu dan rasa frustasi telah melanda segala lapisan masyarakat. Carita Parahiyangan memberitakan sikap petani “Wong huma darpa mamangan, tan igar yan tan pepelakan” (Petani menjadi serakah akan makanan, tidak merasa senang bila tidak bertanam sesuatu). Ini merupakan berita tidak langsung, bahwa kelaparan telah berjangkit.

Prabu Nilakendra tidak perduli pada situasi ini, dia lebih suka berfoya-foya dan dan mengadakan pesta pora makanan enak, seperti diceritakan dalam Carita Parahyangan:

“Lawasnya ratu kampa kalayan pangan, tatan agama gyan kewaliya mamangan sadrasa nu surup ka sangkan beunghar”

(Karena terlalu lama raja tergoda oleh makanan, tiada ilmu yang disenanginya kecuali perihal makanan lezat yang layak dengan tingkat kekayaan).

Prabu Nilakendra juga tidak perduli untuk membangun pertahanan kerajaannya, malah memperindah keraton, membangun taman dengan jalur-jalur berbatu (“dibalay”) mengapit gerbang larangan. Kemudian membangun “rumah keramat” (bale bobot) sebanyak 17 baris yang ditulisi bermacam-macam kisah dengan emas. Beliau beserta para pembesarnya memperdalam aliran keagamaan Tantra. Aliran ini mengutamakan mantera-mantera yang terus menerus diucapkan sampai kadang-kadang orang yang bersangkutan merasa bebas dari keadaan di sekitarnya. Mengenai musuh yang harus dihadapinya, ia membuat sebuah “bendera keramat” (“ngibuda Sanghiyang Panji”). Bendera inilah yang diandalkannya menolak musuh.

Kondisi kerajaan yang tak menentu dan melihat penderitaan rakyat Pajajaran, menyebabkan penguasa Banten ketika itu, Sultan Maulana Hasanuddin (putra Syarief Hidayatullah atau masih buyut dari Sri Baduga Prabu Siliwangi) memutuskan untuk mengambil alih kerajaan Pajajaran.Serangan Banten terjadi melibatkan Sultan Maulana Hasanuddin dan putranya Maulana Yusuf. Akhirnya nasib Nilakendra dikisahkan “alah prangrang, maka tan nitih ring kadatwan” (kalah perang, maka ia tidak tinggal di keraton).

Peristiwa kekalahan Nilakendra ini terjadi ketika Syarief Hidayatullah masih hidup. Demikianlah, sejak saat itu ibukota Pakuan telah ditinggalkan oleh raja dan dikuasai oleh kesultanan Banten.

  1. Raga Mulya (1567 – 1579)

Raja Pajajaran yang terakhir adalah Nusya Mulya (menurut Carita Parahiyangan). Dalam naskah-naskah Wangsakerta ia disebut Raga Mulya alias Prabu Suryakancana. Raja ini tidak berkedudukan di Pakuan, tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia disebut Pucuk Umun (=Panembahan) Pulasari. Walaupun hanya menguasai wilayah kecil saja, namun prabu Raga Mulya masih dapat bertahan selama 12 tahun di wilayah sekitar Pandeglang, sebelum akhirnya diserang kembali oleh kesultanan Banten pimpinan Sultan Maulana Yusuf.

Sejarah Banten memberitakan keberangkatan pasukan Banten ketika akan melakukan penyerangan dalam pupuh Kinanti (artinya saja):

“Waktu keberangkatan itu terjadi bulan Muharam tepat pada awal bulan hari Ahad tahun Alif inilah tahun Sakanya satu lima kosong satu”.

Walaupun tahun Alief baru digunakan oleh Sultan Agung Mataram dalam tahun 1633 M, namun dengan perhitungan mundur, tahun kejatuhan Pakuan 1579 itu memang akan jatuh pada tahun Alif. Yang keliru hanyalah hari, sebab dalam periode itu, tanggal satu Muharam tahun Alif akan jatuh pada hari Sabtu.

Menurut Pustaka Nusantara III/1 dan Kretabhumi I/2 :

“Pajajaran sirna ing ekadaca cuklapaksa Weshakamasa sewu limang atus punjul siki ikang Cakakala” .

(Pajajaran lenyap pada tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka). Kira-kira jatuh pada tanggal 8 Mei 1579 M. Sisa-sisa pengawal istana Pakuan selanjutnya menjadi cikal bakal penduduk Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Naskah Banten memberitakan, bahwa benteng Pakuan baru dapat dibobol setelah terjadi “penghianatan”. Komandan kawal benteng Pakuan merasa sakit hati karena “tidak memperoleh kenaikan pangkat”. Ia adalah saudara Ki Jongjo, seorang kepercayaan Panembahan Yusuf. Tengah malam, Ki Jongjo bersama pasukan khusus menyelinap ke dalam kota setelah pintu benteng terlebih dahulu dibukakan saudaranya itu.

Dan berakhirlah jaman Pajajaran (1482 – 1579). Itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Sultan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa di boyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu “mengharuskan” demikian. Pertama, dengan diboyongnya Palangka tersebut, maka resmilah Sultan Maulana Yusuf menjadi penerus kekuasaan Pajajaran yang “sah”, karena beliau juga adalah cicit dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.

KESULTANAN BANTEN DAN SUNDA NUSANTARA

Setelah Kerajaan Pajajaran berakhir, maka selanjutnya Kesultanan Banten dibawah Sultan Maulana Yusuf memegang tampuk kekuasaan di wilayah Banten, dan Pajajaran. Pada awalnya Banten merupakan wilayah bawahan Kesultanan Cirebon. Namun setelah wafatnya Syarief Hidayatullah (1568 M), Banten memisahkan diri dari Cirebon. Pada tahun 1570, Sultan Maulana Yusuf resmi dinobatkan sebagai Sultan Banten menggantikan ayahnya Sultan Maulana Hasanuddin, dan Banten resmi menjadi kerajaan merdeka bertepatan dengan wafatnya Fadillah Khan (Fatahillah), Sultan Cirebon pengganti Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Kesultanan Banten merupakan pewaris ”sah” dari Kerajaan Sunda Nusantara, penerus dari Maharaja Purnawarman, raja Tarumanagara, yang wilayah kekuasaannya mendunia.  

Berikut adalah silsilah raja-raja di Kesultanan Banten

  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SUSUHUNAN SYARIEF HIDAYATULLAH AL MISRI (SUNAN GUNUNG JATI/JATI PURBA) (1513-1552). Beliau adalah raja kesultanan Cirebon yang melepaskan diri (merdeka) dari kerajaan Pakuan Pajajaran setelah Sri Baduga Prabu Siliwangi wafat tahun 1513. Beliau adalah CUCU SRI BADUGA MAHARAJA PRABU SILIWANGI, dari putrinya, NYAI RATU RARA SANTANG, setelah menikah dengan RAJA MESIR SYARIEF ABDULAH AL-MISRI (Keturunan RASULULLAH SAW ke-22). MENIKAH DENGAN KANJENG GUSTI RATU PREMBAYUN (PUTERI TERTUA MAHARAJA KESULTANAN DEMAK, SULTAN FATAH/ PUTERA TERTUA dari RAJA MAJAPAHIT, PRABU BRAWIJAYA V). Wilayah kekuasaanya mencakup wilayah Cirebon, serta Banten dan Sunda Kalapa, setelah kedua wilayah tersebut direbut dari kerajaan Pakuan Pajajaran.
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SUSUHUNAN SYARIEF MAULANA HASANUDIN AL MISRI/ MAULANA SABA KIN-KING (1552-1570). Pada masa pemerintahan beliau, Ibu kota dipindahkan dari Charuban(Cirebon) ke Taruma Nagara (Sunda Kelapa).
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SUSUHUNAN SYARIEF MAULANA YUSUF AL MISRI (1570-1580). Pada tahun 1579, beliau menjadi penerus kekuasaan Pakuan Pajajaran yang sah, ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan ke Istana Surasowan di Banten.
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SUSUHUNAN SYARIEF MAULANA MUHAMMAD AL MISRI (1580-1596) –
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SUSUHUNAN ABUL MAFACHIR RACHMATULLAH AL MISRI (1596-1640)
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SUSUHUNAN ABUL MA’ALI ACHMAD RACHMATULLAH AL MISRI/ KYAI AGENG TIRTAYASA (1640-1651)
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA KANJENG SULTAN AGUNG ABUL TATGHI ABDUL FATAH AL MISRI/ SULTAN WANGI AGENG TIRTAYASA (1651-1675). Pada masa pemerintahannya, kesultanan Banten mengalami kemajuan pesat. Beliau memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda (VOC), dan  menolak perjanjian monopoli. Oleh karena itu beliau menjadi salah seorang tokoh pahlawan nasional
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ABUN NAZAR ABDUL KAHAR AL MISRI (1675-1687)
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ABU FADHL MOEHAMMAD YAHYA (1687 – 1690)
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ZAINUL ABIDIN AL MISRI (1690-1733).
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ABUL FATAH MUHAMMAD SYAFEI ZAINUL ARIFIN AL MISRI (1733-1747)
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ABUN NASAR MOEHAMMAD ZAINUL ASIKIN AL MISRI (1753-1776). Beliau beristrikan Kanjeng Ratu Sepuh, putri dari Susuhunan Mataram bergelar Prince (Putri) Kanjeng Gusti Pangeran Harya Puger Susuhunan Paku Buwono I. Dengan adanya pertalian melalui pernikahan tsb., maka pada dasarnya kekuasaan Kerajaan Maha Raja Sunda, Benua Sunda, Sunda Nusantara mencakup wilayah kekuasaan dari Daratan Sunda Malaka (Melayu dan Singapura) dan dari Jawa Barat sampai ke wilayah Kendal, Banyumas, Jepara dan seluruh Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, Siam, Siak, Indrapura, dan Indragiri (Pulau Sunda Besar Andalas) serta Pulau Sunda Besar Borneo
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ABUL MAFACHIR MOEHAMMAD ALI’OEDDIN AL MISRI (1776-1810).                          Pada tanggal 4 Juli 1776 Amerika Serikat mendapat kemerdekaannya dari Kanjeng Sultan Abul Mafachir Moehammad Alioeddin I, bukan dari Kerajaan Inggris. Mundurnya Inggris bukan lantaran menangnya tentara Amerika, tetapi karena desakan Sultan Alioeddin kepada administratur benua Amerika yaitu Kerajaan Inggris dalam upaya Sultan ingin menggembalikan pemerintahan Bangsa Malay-Indian (nama sebenarnya Bangsa Indian). Bantuan Sultan Alioeddin kepada pemerintah Amerika Serikat diawal berdirinya (4 Juli 1776) dengan memberikan pinjaman keuangan/ koleteral (ribuan ton emas). Sultan Alioeddin juga merupakan Raja pertama yang memberi pengakuan kepada George Washington (presiden pertama AS), serta membuatkan gedung pemerintahan White House yang serupa dibangun di Kebon Raja Bogor (Istana Bogor). Peristiwa ini menyulut tragedi Banda.
  1. SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ACHMAD AL MISRI (1802-1810-1811). Berkedudukan di Istana Merdeka, Istana Cipanas, Istana Bogor, dan Istana Serosowan Banten. Dalam peperangan terbuka (10 Mei 1810) dapat menumpas pasukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Wiliem Daendeles. Dalam peperangan itu ditaklukkan (10 Mei 1810-1811) Gubernur Jenderal HW Daendeles beserta pasukannya menyerah tanpa syarat dan H.W Daendeles dipenjarakannya.

Untuk merayakan kemenangannya, Sultan Achmad mengundang sahabatnya sewaktu beliau belajar di Kerajaan Inggris, Thomas Stamford Raffles (1810-1816), untuk berkunjung dan jalan-jalan ke pulau Banda Maluku (Pulau Sunda Kecil). Beliau mengira bahwa kerajaan Inggris adalah seteru (musuh) dari kerajaan Perancis yang menjajah Belanda (H.W Daendels ketika itu mewakili kerajaan Perancis). Namun T.S. Raffles menghianati maksud baik Sultan Achmad, karena dia ternyata mengemban misi rahasia dari raja Inggris, George IV yang dendam terhadap Sultan Moehammad Alioedin I (ayah Sultan Achmad) yang telah memberi kemerdekaan kepada Amerika Serikat, untuk menagkap Sultan Achmad dan membebaskan H.W. Daendels, yang merupakan keluarha bangsawan De’Orange, sepupu keluarga Buckingham.

Sultan Achmad yang ketika itu hanya dikawal sedikit prajuritnya ditangkap oleh T.S. Raffles yang telah siap dengan pasukannya di P. Banda, kemudian diikat dan  tinggalkan begitu saja (tragedi P. Banda). Selanjutnya pemerintahan Sunda Nusantara diambil alih dan pengambilan alihan itu meluas sampai Selat Malaka-Singapura. Untuk melicinkan kepentingan politiknya, T.S. Raffles menghilangkan bukti sejarah lainnya dengan menghancurkan Istana Surosowan Banten. Kemudian pada tahun 1816, T.S. Raffles menyerahkan pendudukan (Annexation) administratif kolonial di wilayah Sunda Nusantara kepada Kerajaan Belanda (sahabat kerajaan Inggris) yang diwakili oleh Herman William Daendels di Semarang.

Ribuan ton emas dijarah sejak saat itu, yang digunakan untuk modernisasi England & pembangunan persemakmuran negara jajahannya (Kanada, Australia, Singapura, Hongkong, Afrika Selatan dst). Keluarga kerajaan-kerajaan di Nusantara dibantai dan dirampok. Arsip (bukti-bukti) pemerintahan dimusnahkan dan diambil untuk dihilangkan. Sebagian besar arsip yang menuliskan sejarah bumi dan pemerintahan masih disimpan di Mahkamah Internasional di Den Haag dan Universitas Leiden, Amsterdam. Inilah sebabnya Mahkamah Internasional berada di Belanda, karena sejarah aset dunia tersimpan disana beserta literatur pendukungnya.

Dari rangkaian peristiwa di atas (kasus Pulau Banda dan Semarang), dimulailah proses manipulasi Sejarah Kebangsaan Bangsa Sunda Nusantara dan pemalsuan sejarah dunia berlanjut terus sampai diperkenalkannya nama “Indonesia” hingga saat ini.

  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ABDULAH AL MISRI.  Berkedudukan di Istana Cipanas, Bogor. Wafat 1860.
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA PANGERAN GUNAWAN MARTAKUSUMAH AL MISRI.
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA PANGERAN ABDULLAH HALIM PRAWITA PURNAMA AL MISRI.
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA SULTAN ABUL MAFACHIR MOEHAMMAD HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI. WAFAT DI BOGOR 12 NOVEMBER 1989.
  1. SRI BADUGA BAGINDA MAHARAJA  KANJENG GUSTI PANGERAN  HADIPATI HARYA RACHMATULLAH HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI II/  HIS IMPERIAL MAJESTY SERI PADUKA YANG MAHA MULYA  BAGINDA MAHARAJA MAJESTY KAISER KANGJENG MAHA PAGUSTEN EMPEROR SULTAN AGUNG MAHA PRABU SYARIEF ABUL MAFACHIR  MOEHAMMAD HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI II. Lahir di Jakarta 30 september 1963 (Legal Crown of THE Monarchies of the Sovereign Emperor of the Sovereign Empire of Sunda-Sunda Maindland-The Sunda-Archipelago or the Sunda-Nusantara-Pasific-a Greater part of the Pasific-the Mountain-Pasific in the part of-the Pasific Sunda-Malay-Asia-Minor. The Empire Parlementer was Manual Democratie, Basically the Religons and Humanity.

 

PENUTUP

Pada tahun 1976, pemerintah Kerajaan Maha Raja Sunda Nusantara mengajukan resolusi kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Mahkamah Internasional (MI), yang menyampaikan penjelasan eksistensi Kerajaan Maha Raja Sunda Nusantara. Selanjutnya PBB dan Dunia Internasional ternyata masih mengakui keberadaan Kerajaan Maha Raja Sunda Nusantara dan pemerintahan Kerajaan Maha Raja Sunda Nusantara masih berlanjut. Pengakuan PBB dan Dunia Internasional tersebut masing-masing tahun ; 1970, 1976, 1985, 1991, 1992, 1993, 1995, 2001. . . . . dst 2005, 2006, 2007, dan sampai saat ini pun pengakuan Dunia Internasional bukan hanya kepada wilayah territorial (Territorial Integrity) milik Kerajaaan Maha Raja Sunda Nusantara tapi juga kepada pemerintahan dan Bangsa Sunda Nusantara, yang sampai saat ini tampuk Kekaisaran di pegang oleh Seri Baginda Abul Mafachir Moehammad Heroeningrat Siliwangi Al – Misri II.

Keberadaan Al Misri II di jaman Order Baru sangat di takuti keberadaannya. Kerena itu tidak heran jika beberapa anggota keluarga Al Misri II pernah mendekap di sel penjara karena dicurigai akan berbuat makar. Namun keberadaan mereka diakui dunia Internasional, maka penahanannya tidak lebih dari 2 hari. Di tempat yang sama Al Misri II melalui sekretaris pribadinya, menunjukkan CD (Corps Diplomatics). Dengan kartu CD yang isinya Simbol, bendera, keterangan, cap kerajaan, dan tanda tangan kaisar dapat dengan mudah dalam urusannya ke luar negeri. Karenanya, kata beliau, CD telah diuji kebenarannya saat dirinya membuat paspor Ke Brunei Darussalam. Diakuinya, hanya dalam waktu 3 jam semuanya telah selesai. Hal itu tak lain dari pengakuan hukum-hukum internasional yang mengakui keberadaan kekaisaran Sunda Nusantara.

Kesejahteraan seluruh bangsa rakyat Sunda Nusantara di daratan Sunda Nusantara-Sunda Melayu sampai saat ini di simpan di 93 Negara dalam bentuk assat-asset :

  • Collaterals in federal reserve certificate of the united states America
  • Bound Guarantee Redland Merchant Bank of Switzerland
  • Obligation certificate of deposit credit Swiss Bank International
  • Certificate of Swiss Bank Corporation
  • Obligation treasure Bound National Bank of England Bank de Netherlands City Bank New Yorkand United Overseas Bank Singapore

Selain itu asset-asset ini juga berbentuk logam mulia, platinum, dan benda-benda berharga lainnya yang dikumpulkan oleh Raja-raja di seluruh Sunda Nusantara di daratan Sunda Melayu Nusantara Bangsa Sunda Nusantara di daratan Sunda Nusatara di kepulauan Sunda Besar-Sunda Kecil, Di samping itu masih tersimpan uang sebesar 4000 triliun poundsterling yang tersimpan di Negara Inggris. Dapat dibayangkan betapa besarnya asset-asset bangsa Sunda Nusantara yang hingga saat ini masih tersimpan dan tersebar di luar negeri yang di sebut the making of a super power danSunda Nusantara Dollar Trilion, milik pemerintah Negara Kerajaan Bangsa Sunda Nusantara.

Wallahu Alam bi Shawab.

Sumber:

http://dederuska.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-dan-silsilah-kemaharajaan-sunda.html


Misteri Suku Lingon, Suku di Pedalaman Hutan Halmahera yang Punya Ras Wanita Cantik Bermata Biru

$
0
0

Misteri Suku Lingon, Suku di Pedalaman Hutan Halmahera yang Punya Ras Wanita Cantik Bermata Biru

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Galuh Palupi Swastyastu

TRIBUNSOLO.COM – Tidak bisa dipungkiri jika Indonesia memiliki beragam ras, suku, dan budaya.

Keberagaman itu tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Tapi tahukah kamu jika Indonesia juga memiliki suku yang berciri fisik sungguh berbeda dari kebanyakan suku di Indonesia yang ada?

Suku yang unik ini bahkan terbilang suku yang misterius.

Suku yang dimaksud adalah suku Lingon.

Suku Lingon merupakan suatu komunitas suku yang hidup terpencil di pedalaman hutan Halmahera Timur.

Halmahera (juga Jilolo atau Gilolo) adalah pulau terbesar di Kepulauan Maluku.

Pulau ini merupakan bagian dari provinsi Maluku Utara, Indonesia.

Sedangkan Kabupaten Halmahera Timur adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, Indonesia.

Ibukota kabupaten ini terletak di Maba.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.615 km2 dan berpenduduk sebanyak 38.681 jiwa (2000).

Mereka dikatakan misterius lantaran keberadaannya juga masih menyisakan tanda tanya apakah masih eksis atau justru sudah punah.

Bisa jadi juga seiring berkembangnya peradaban modern saat ini, mereka telah berbaur dengan suku-suku lain.

Tapi yang jelas, suku Lingon ini memiliki ciri fisik yang lebih menyerupai orang Eropa dari pada orang Asia.

(BACA JUGA: Drumer Cilik Grup Band Wayang, Gilang Kini Sudah Menikah dan Jadi Ayah)

Berikut ini adalah fakta-fakta yang menarik tentang suku Lingon.

1. Ciri fisik seperti orang Eropa

Suku Lingon bukanlah suku yang berasal dari ras weddoid, melanesia, polinesia, ataupun mongoloid seperti kebanyakan penduduk di Halmahera.

Suku ini justru termasuk dalam ras kaukasoid, sehingga tampilan fisik mereka lebih menyerupai orang Eropa.

Orang-orang suku Lingon memiliki tampilan fisik dengan tubuh yang tinggi, kulit putih, rambut pirang, dan warna mata biru atau hijau.

Sampai saat ini, populasi suku Lingon masih belum diketahui keberadaannya.

Dikatakan bahwa dahulu suku ini sering mendapatkan ancaman dari suku yang hidup di pesisir pantai, salah satunya adalah suku Togutil.

Orang dari suku Togutil kerap berusaha menculik gadis-gadis suku Lingon yang terkenal cantik dengan mata biru mereka.

Beberapa suku setempat menganggap Suku Lingon berbahaya, lantaran dikenal memiliki ilmu sihir sehingga mereka juga kadang kala disegani.

emungkinan suku Lingon berasal dari sisa-sisa bangsa Portugis yang menghindar ke dalam hutan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Tapi ada juga versi lain yang mengatakan bahwa suku Lingon berasal dari korban karamnya sebuah kapal.

(BACA JUGA: Masa Kecilmu Suka Main Undur-undur? Ternyata Hewan Mungil Ini Bisa Terbang dan Memiliki Khasiat)

Sekitar 300 tahun lalu, sebuah kapal dari daratan Eropa karam dan tenggelam dekat perairan Halmahera.

Sekelompok penumpang berhasil selamat dan terdampar di pulau tersebut.

Mereka tidak bisa kembali ke asalnya sehingga mulai membangun pemukiman di Halmahera Timur.

Jadilah mereka cikal bakal suku Lingon Trebe atau lebih akrab dengan nama Lingon saja.

Di pulau tempat terdamparnya suku Lingon ini, ternyata sudah ada suku-suku lain yang mendiami pulau ini.

Maka sempat terjadi konflik dengan suku-suku setempat.

Dengan jumlah orang dan persenjataan yang terbatas, suku Lingon kemudian terpakasa masuk ke bagian terdalam hutan agar terhindar dari gangguan suku lainnya.

Dengan jumlah orang dan persenjataan yang terbatas, suku Lingon kemudian terpakasa masuk ke bagian terdalam hutan agar terhindar dari gangguan suku lainnya.

Setelah menetap di wilayah ini selama ratusan tahun, budaya asli mereka yang berawal dari Eropa ini pun mulai pudar dan berubah drastis, beradaptasi dengan budaya setempat yang nyaris primitif.

Hingga saat ini, keberadaan suku ini masih misterius dan belum terungkap. (*)


Viewing all 1300 articles
Browse latest View live