
PROF MULYADHI DI MATA MURID-MURIDNYA
(Seri ke 16)
Pak Mul,You are A Great Inspirator for Me
Oleh: Ahmad YanuanaSamantho
Pengarang beberapa buku Best Sellers berkaitan dengan “Sundaland” dan “Atlantik” dan Direktur Bayt al-Hikmah Institute
******
KEMAJUAN pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan, falsafah dan hikmah ilahiyah (‘Irfan) yang menopang terbinanya cikal-bakal sebuah peradaban yang maju, tak bisa lepas dari peran para guru dan dosen serta para muallim (penyebar ilmu) di masyarakat. Inilah yang saya alami dan rasakan dalam hubungan pribadi saya dengan para guru dan dosen saya yang sangat berjasa dalam karier kehidupan pribadi saya maupun teman-teman saya di Indonesia.
Salah satu tokoh yang menurut saya “The Great Inspirator and Intelectual Motivator,” adalah Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, yang kami lebih akrab memanggilnya “Pak Mul.” Mungkin juga banyak teman-teman sekelas saya di Program Magister Filsafat Islam dan Islamic Mysticisms (Tasawuf-Irfan) ICAS-Universitas Paramadina angkatan pertama 2003 yang merasakan hal yang sama.
Begitu juga teman-teman dan adik kelas kami yang lainnya sejak angkatan 2004 sampai 2013 di ICAS-Universitas Paramadina, atau para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UI, UGM, ISTAC serta universitas lainnya, bahkan forum-forum majlis Ta’lim seperti Jamaah Kajian Islam Yayasan Paramadina, dll, di mana Pak Mul telah berkiprah.
Di mata saya, Pak Mul adalah guru dan dosen yang tak pernah pelit berbagi ilmu pengetahuan, wawasan dan hikmah ilahiyah. Passion (gairah)-nya yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Filsafat Islam danTasawuf-Irfan (Islamic Mysticism), menjadi energi yang inspiratif dan memotivasi kami dengan sepenuh daya, sebesar kecintaannya terhadap ilmu-ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan umum yang luas. Opini saya ini mungkin mengungkapkan fakta bahwa karena jasa beliaulah,saya dan banyak teman lainnya mendapatkan kemajuan, keberkahan dan kesejahteraan serta kebahagiaan dalam karier dan kehidupan saya.
Tanpa ada sentuhan batin dan intelektual beliau yang tulus-ikhlas, tak mungkin rasanya saya sekarang berada dalam posisi ini, menjadi seorang penulis lebih dari 6 buku, dosen-peneliti dan penceramah yang mulai dikenal publik Nusantara. Karena inspirasi dan movitasi dari beliaulah (selama masa-masakuliah saya di ICAS-Paramadina 2003-2005 serta pengalaman magang kerja bersama Pak Mul di Pusat Kajian Filfasat, Ilmu Kalam dan Tasawuf (PUSKAFIT UIN Syarif Hidayatullah) tahun 2005-2006,), maka tahun 2015 ini saya pun bertekad ikuti jejak beliau: pasang target menulis minimal 4-5 Buku dalam setahun. Setelah sebelumnya sejak tahun 2011-2013 saya menghasilkan dan mempublikasikan 3 Buku Best Seler: Peradaban Atlantis Nusantara, Garut Kota Illuminati, Sejarah ISIS dan Illuminati.
Perkenalan saya dengan nama Mulyadhi Kartanegara berawal dari membaca buku beliau yang berjudul Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam: (Mizan, 2003) serta berbagai artikel tulisan beliau di Jurnal Paramadina dan bulletin KKA (KlubKajian Agama) Yayasan Paramadina, semasa almarhum CakNur (Prof. Dr. Nurcholis Madjid) masih hidup, di era tahun 1990-an.
Perkenalan secara intelektual itu akhirnya bersambung, ketika kemudian saya mendapat Beasiswa Kuliah S-2 Program Magister Filsafat Islam dari Islamic College for Advance Studies (ICAS) London-Qom yang bekerja sama dengan Universitas Paramadina Jakarta, di awal tahun 2003.
Di Kampus yang bertempat di gedung Yayasan Paramadina di Palaza 3 Pondok Indah inilah Pak Mul mengajar beberapa matakuliah yang disampaikannya dengan penuh gairah, sangat inspiratif dan betul-betul memotivasi kami untuk terus giat mengali lebih dalam berbagai khazanah ilmu pengetahuan, filsafat serta sejarah peradaban Islam dan dunia. Pak Mul mengajar antara lain matakuliah: “Sejarah Peradaban Islam,”“Pengantar Filsafat Islam,” dan “Introduction to Islamic Worldview,”pada tahun 2003-2004.
Gairah mengkaji sejarah Peradaban Islam, kajian Filsafat Islam pun tak berhenti di ruang-ruang kelas ICAS saat kuliah. Ketika Pak Mulyadhi buka pengajian mingguan rutin di rumahnya di Kompleks Bumi Mentarai Permai, Pondok Petir, Depok, maka kami pun ikut ngaji filsafat Islam di rumah beliau. Sekitar 15-20 orang biasanya hadir di rumah beliau. Beberapa kawan seperti Aan Rukmana (kini Ketua Jurusan Falsafah-Agama di Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina), Humaidi dan yang lainnya, pun kerap diminta membantu Pak Mul dalam mengetikkan beberapa buku beliau. Saya pun lalu diminta membantu Pak Mul untuk menjalankan roda kegiatan lembaga Penelitian PUSKAFIT yang beliau bersama Rektor UIN Syahid dirikan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 2005.
Kesempatan ini saya gunakan
untuk magang kerja intelektual dan agar lebih leluasa menyerap hikmah dan ilmu pengetahuan dari Pak Mul dan komunitas intelektualnya, walau tak lama, karena tahun 2007 saya dikirim ICAS ke Iran untuk Short Course Philosophy of Illumination (Hikmah al-Isyraq) selama sekitar 3 bulan, mengkoordinir 10 mahasiswa ICAS-Paramadina di ICIS (International Center for Islamic Studies, sekarangUniversitas Jami’atul Mustofa di kota Qom-Iran).
Dalam pengajian informal di rumahnya, Pak Mul selalu berbagi pengalaman dan kegairahan beliau yang sedang menulis atau menyusun beberapa buku. Caranya menulis buku cukup unik untuk kami anak muda yang sudah mulai ada ketergantungan pada perangkat teknologi komputer. Pak Mul, ketika sedang menulis buku, tidak langsung mengetikkannya di komputer atau mesin ketik manual, tetapi beliau selalu menuliskannya dengan tangannya sendiri pada sebuah buku tulis tebal, yang selalu ia bawa kemana-mana.
Jadi beliau merasa lebih bebas untuk kapan saja dan di mana saja menuangkan ide-ide, pikiran dan gagasannya ke dalam tulisannya dengan berbekal sebuah buku tulis dan ballpen sederhana. Setiap sedang menulis suatu buku, beliau sering memperlihatkan buku catatannya atau draft tulisannya kepada kami, murid-murid beliau.
Tentang menulis, beliau menasehatkan, “kalau ingin segera menulis buku, jangan terlalu banyak pertimbangan memikirkan segala tetek-bengek aturan menulis dan tata bahasa. Tuangkan dan tumpahkan saja dulu semua ide dan pemikiran serta data-datanya dalam sebua tulisan. Barulah nanti setelah tertuang, ditata ulang dan diedit sesuai aturan penulisan dan tata-bahasanya, sesuai dengan jenis tulisannya masing-masing.”
Begitu nasehat Pak Mul kepada kami. Bahkan nasehat dan kiat-kiat yang beliau ajarkan kepada kami pun akhirnya beliau bukukan dalam sebuah buku saku yang berjudul Seni Mengukir Kata: Kiat-kiat Menulis Efektif-Kreatif, yang diterbitkan tahun 2005 oleh penerbit Mizan Learning Center (MLC), Bandung. Dan terus terang buku ini menjadi motivasi terbesar saya dalam menulis.
Kecintaan beliau kepada sejarah peradaban Islam dan tradisi pemikiran filosofis dan tasawuf, telah menjadi inspirasi yang juga menular kepada saya. Akibat inspirasi dan motivasi beliau-lah saya kemudian mendirikan dan mengelola sebuah lembaga penelitian dan publikasi Bayt al-Hikmah Institute, yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan kajian Filsafat, Hikmah dan Irfan (Islamic Mysticism) serta Peradaban (Budaya, Sains dan Teknologi).
Pemikiran dan gagasan Pak Mul-lah yang menginspirasi pendirian dan aktifitas Bayt al-Hikmah Institute tersebut. Kini situsnya di dunia maya yang beralamat di http://www.baytalhikmahinstitute.com/dan http://www.ahmadsamantho.wordpress.com/telah dikunjungi lebih dari 7 juta pembacanya, dengan rata-rata pengujung sekitar 4000-5000 visitor per harinya dari seluruh penjuru dunia. Alhamdulillah, semoga upaya sederhana ini bermanfaat bagi membangkitkan kembali peradaban unggul dan luhur umat manusia yang didasari oleh nilai-nilai ilahiyah dan terwujudnya perdamaian dan kesejahteraan umat manusia di dunia.
Saya ingat betul apa yang diajarkan oleh Prof. Mulyadhi dan juga beberapa dosen lainnya yang hebat di ICAS-Paramadina, bahwa fondasi kebangkitan sebuah peradaban suatu bangsa adalah kuatnya fondasi pemikiran dan falsafah-ideologi serta moralitas mayoritas warga bangsa tersebut. Maka bila ingin membangun kembali peradaban, bangunlah tatanan pemikiran filosofis serta moralnya.
Untuk kepentingan itulah maka Bayt al-Hikmah Institute didedikasikan kepada kemanusiaan yang diharapkan lebih adil dan beradab di masa yang akandatang. Bayt al-Hikmah Institute kini menjadi konsentrasi garapan terakhir saya, setelah menyelesaikan masa pengabdian saya bekerja di ICAS-Paramadina University sejak 2005-2009 dan STFI Sadra, terakhir sebagai Kepala Biro Akademik Program Magister ICAS di tahun 2010-2013.*** AYS.[]
— bersama Ahmad Yanuana Samantho.
