Pola pikir dan sikap tindak para ekstrimis islamist yg anti Pancasila dan anti NKRI pro “Khilafah” atau “Negara Islam Indonesia”, menurut terawangan saya adalah disebabkan oleh kesalahpahaman mereka dalam konsep teologis dan kosmologisnya.
Paradigma dan konsep Tauhid atau ketuhanan ala wahabi dan saudara-saudaranya menjadi sebab kerancuan berfikir mereka sekarang. Hal yg sama juga dulu 30 tahun yg lalu pernah saya alami ketika saya baru mengalami puber akidah yg terlambat dan salah asuhan.
Ideologi atau manhaj fikriyah ala Hizbut Tahrir atau Wahabiyin Persis, Al Irsyad, NII, DI-TII, ikhwanul muslimin dan berbagai OTB Islamist garis keras lainnya, mulai mewabah di kampus-kampus pada tahun 1980-an, sebagai kelanjutan perjuangan eks NII-DI TII dan para pejuang Masyumi tahun 1950-an yg pernah memperjuangkan Pancasila ala Piagam Jakarta, yg sila pertamanya adalah “Ketuhanan YME dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya.”
Kaum Islamist tersebut menganggap bahwa Pancasila yg kemudian berlaku secara sah de jure dan de facto, adalah belum atau tidak Islami. Sehingga perlu diganti dgn Syariat Islam, khalihah, NII-DI. Cara pandang seperti ini antara lain karena mereka memahami Islam secara banal harfiah atau letterlijk formalis fiqhiyah syar’iyah saja.
Mayoritas kaum Islamist tersebut belum memahami Islam dan Pesan pesan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW secara kaffah (komprehensif-holistik) dari semua dimensinya, baik Aqidah, Syariah, Tarikat, Hakikat dan Makrifatnya. Karena mayoritas kaum islamist tsb, tak menyukai kajian tasawuf dan irfan (Islamic Mysticism). Maka sudut pandangnya begitu formalis banal/dangkal. Mereka masih secara dikotomis diskriminatif membedakan secara tegas antara agama langit yg berdasarkan wahyu scriptural, dengan agama bumi yg dibangun melalui akal budi atau budaya manusia. Seolah antara Tuhan (Yang Ilahi) dan Manusia itu selalu dalam anggapan dikotomis diametral. Mereka tak menyadari bahwa ayat-ayat Tuhan itu tak hanya Kitab Suci Wahyu Ilahi yg diturunkan dari Langit.
Padahal ayat-ayat tanziliyah wahyu dalam kitab Suci pun, secara tersirat maupun tersurat, telah menjelaskan adanya ayat-ayat yg lain dari Tuhan YME yg tersebar di ufuk langit dan bumi (alam semesta) serta di dalam diri Diri Manusia, makhlukNYA yg paling sempurna, yg mewujud dalam bentuk ilmu pengetahuan dan hikmah kebijaksanaan serta budaya dan peradaban umat manusia. Ayat-ayat Kauniyah ini, tak pernah dianggap suci oleh mereka, dan dianggap tak penting, bahkan dianggap bertentangan dengan Kehendak Tuhan Allah SWT.
