Kebangkitan Spiritual Modal Kebangkitan Nusantara
POSTED ON APRIL 6, 2015 UPDATED ON APRIL 24, 2015
Wahai saudaraku. Masalah hidup yang harus di hadapi oleh manusia adalah ia harus menemukan diri sejatinya dan menghayati kesejatiannya itu. Jika tidak, ia hanya akan berdosa pada sifat dasarnya sendiri. Memang manusia bebas memilih antara keselamatan atau kebinasaan. Namun jika memilih untuk melawan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, kita hanya akan menuai kedukaan. Sebab, pengingkaran diri kepada Tuhan itu disebabkan oleh egoisme. Yang pada akhirnya hanya akan membawa kita pada ketakberdayaan dan kehancuran.
Tanpa kesadaran diri yang utuh, seorang individu tak akan bisa menjadi tuan atas hidupnya sendiri. Di samping itu, tubuh, hidup dan pikiran harus diintegrasikan. Lalu sebagai makhluk yang mempunyai kesadaran diri, manusia sebenarnya menyadari ketidaksingkronan yang ada di dalam dirinya. Namun sayang, pada umumnya ia mengambil jalan kompromi dan menjalani kehidupan yang rentan. Makanya, sampai ia bisa mencapai keseimbangan yang sempurna, harmoni yang organik dari kemungkinan-kemungkinannya yang bersisi banyak, ia tak akan bisa menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Dan proses integrasi tak akan mencapai kepenuhan sampai ia bisa melepaskan diri dari godaan duniawi yang menipu.
Makanya, agar pribadi kita terus berkembang, kita harus selalu waspada dan memupuk diri. Dengan mengembangkan kemurnian kehendak, maka hasrat keinginan pada objek-objek duniawi akan mati, kejernihan pikiran akan tercipta dan pada gilirannya muncullah ketenangan batin. Dimana jiwa akan mulai membangun relasi dengan Diri Yang Agung, yang adalah asal muasalnya dan mengalami kehadiran Tuhan di dalam dirinya sendiri. Dan dalam ketenangan atau keheningan – dimana jiwa beristirahat dari hal ihwal duniawi – wawasan akan terlahir dan manusia menjadi jati dirinya yang sebenarnya.
Untuk itu, semakin kita mengaburkan diri secara psikologis, yakni melalui intropeksi atau refleksi, maka semakin dalam kita menjalin kontak dengan manifestasi-manifestasi diri yang bisa diindera. Jika kita harus menggunakan disiplin yang berbeda, jika ingin bertemu dengan Diri Tertinggi yang berdiam di dalam diri kita, kita harus melipat rangkaian fenomena, menerobos masuk bulir-bulir bagian sifat kita sendiri, menelanjangi diri, melepaskan diri dari ego dan menerjunkan diri ke dalam jurang dan lembah subjektivitas yang murni, Diri Absolut.
O… Mereka yang mencari Tuhan akan menjauhkan diri dari pemuasan kesenangan secara berlebihan atau berpantang. Ia akan senang untuk pergi ke tempat-tempat yang bebas dari gangguan ekternal, memilih tempat duduk yang nyaman – untuk tafakur, tadabbur, meditasi, yoga, dll, mengatur pernapasan dengan tenang, memusatkan pikiran pada satu titik dan mencapai keseimbangan serta lepas dari kelekatan hasrat keinginan pada buah atau pahala tindakan. Dan ketika ia bisa mencapai kesatuan ini, ia telah mencapai pengertian yang sempurna dengan sesama makhluk hidup melalui simpati, cinta dan bukan lagi karena kewajiban.
Selain itu, mereka yang memilih keheningan telah menarik diri ke dalam keheningan Dia Yang Absolut. Memang mereka menghayati hidup di dunia, tapi penghayatan mereka seperti orang asing. Mereka menanggung semua penderitaan daging, tapi mereka tidak hidup untuk tujuan daging. Eksistensi mereka memang di dunia, namun hati mereka ada di syurga.
Ya. Tuhan meminta penyerahan diri yang total dan sebagai gantinya Dia akan memberikan kita kekuatan ruhani yang bisa mengubah segala situasi. Penyerahan diri secara total kepada Dia Yang Ilahi akan membawa kita pada kesempurnaan jati diri yang paling paripurna. Karena Tuhan menciptakan manusia untuk tujuan-tujuan yang telah digariskan-Nya, bukan tujuan kita sebagai manusia – yang fana.
Untuk itu, jika setiap individu melakukan apa yang mesti di lakukan, jika setiap individu menjalankan hukum Tuhan, maka Dia akan menyatakan diri dalam kehendak bebas manusia. Sehingga hal-hal yang mendasar bagi dunia ini akan di lakukan tanpa konflik, dan terbitlah kebahagiaan dan kesejahteraan. Tapi manusia jarang melakukan apa yang mesti di lakukan. Padahal ketika manusia bertindak karena yakin tahu rencana keseluruhan, maka sebenarnya mereka menciptakan kerusakan di dunia ini tanpa disadari.
Selain itu, kita harus menemukan kebenaran dan tidak sekedar mengekor standar yang ditentukan oleh faktor dari luar. Kehidupan luar dan kedalaman diri harus saling menanggapi dan melengkapi. Karena dengan cara itulah, maka tindakan kita bisa bebas, mudah dan spontan. Kita bisa hidup dalam dunia Tuhan, seperti yang diperintahkan-Nya jika tetap menjaga nyala api keunikan kita yang sangat berharga. Dengan menempatkan diri ke dalam tangan Tuhan, lalu dengan menjadikan diri sebagai alat Tuhan yang sempurna, kita bisa mencapai kebijaksanaan spiritual yang paling tinggi.
Sungguh, kebebasan spiritual tidak bertentangan dengan aktivitas. Namun tugas kewajiban yang dijalankan sebagai tugas kewajiban tidak mendekatkan, karena justru menjauhkan kita dari kebebasan. Aktivitas manusia yang telah mencapai kebebasan akan bersifat bebas, spontan dan tidak di dorong kepentingan kewajiban. Mereka bertindak demi kesejahteraan dunia, meskipun mereka sendiri telah mencapai kebijaksanaan.
Untuk itu, jiwa yang telah mencapai kebebasan dengan senang hati memanggul beban menyelamatkan seluruh dunia. Dan dunia harus bergerak maju menuju tujuannya dan mereka yang tersesat dalam kebodohan dan kebingungan harus diselamatkan dengan upaya dan teladan, terang dan kekuatan jiwa-jiwa yang telah mencapai kebebasan ini. Kaum terpilih ini adalah para pemimpin alami umat manusia. Karena apapun tindakan yang ia lakukan, persatuannya dengan Tuhan yang konstan tetap tak tergoyahkan.
Maka sejauh kerja di lakukan selaras dengan sifat kita – yang baik, kita bertindak benar. Dan jika kita mempersembahkan kerja itu kepada Tuhan, kerja itu menjadi sarana untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Lalu ketika aspek Ilahi pada diri individu mewujud seutuhnya, individu itu akan mencapai keadaan kekal abadi. Sehingga kita bisa mengingkari semua hasrat keinginan pribadi, menyerah pasrah seutuhnya ke dalam tangan Tuhan yang menyelamatkan, menyerahkan diri pada disiplin diri dan kerja yang ikhlas, dan mengingkari semua pikiran tentang pamrih atau pahala. Singkatnya, di hadapan Tuhan kita harus jadi seperti anak kecil yang “telanjang” dan lemah.
O.. Kerja, pengetahuan (ilmiah dan batiniah) dan sembah bakti bersifat saling melengkapi, baik dalam proses pencarian maupun ketika tujuan hidup itu telah dicapai. Memang jalan yang kita tempuh tidak sama alias beragam, tapi tujuan yang dituju sama. Kita bisa mendaki gunung yang tinggi melalui jalur pendakian yang berbeda, namun pemandangan yang indah di puncaknya akan tetap sama. Kebijaksanaan bisa di personifikasikan sebagai Ada dengan tubuh sebagai pengetahuan, dan hati sebagai cinta. Sehingga jalan tafakur, tadabbur, meditasi, samadhi, dan yoga – yang tahapannya harus melalui pengetahuan yang benar – adalah jalan kuno yang akan membawa kita dari kegelapan menuju terang, dari kematian menuju keabadian.
Ya. Tuhan memberikan kondisi-kondisi yang ada – di sekitar kita – dan terserah kita apakah mau menerima atau menolaknya. Namun selayaknya kita tidak membuang-buang tenaga dengan melawan arus kehendak-Nya itu. Karena sebagian dari kita hanyalah manusia biasa, penuh semangat, implusif (perilaku manusia yang tiba-tiba berubah,) dan serba yakin dengan rencana kecil kita sendiri, padahal kita harus sadar diri dan berubah. Dan cara yang paling memungkinkan kita untuk bisa mempersembahkan diri dengan cara yang paling maksimal adalah dengan menyerah pasrah kepada kehendak Tuhan. Karena Tuhan juga telah menunjukkan sifat-Nya, kemurahan hati, cinta dan kehendak-Nya untuk membawa kita kembali kepada-Nya. Dia terus menunggu, siap masuk dan menguasai hati kita, jika kita membukakan pintu hati kita. Sehingga kehidupan spiritual itu tergantung pada kita. Tidak hanya kita yang berusaha mendekat ke arah Tuhan, tetapi Dia pun juga berjalan mendekati kita. Semakin kita berusaha mendekat, maka Dia akan lebih dekat.
O.. Apa yang tampak seperti ketidakpedulian Tuhan sebenarnya disebabkan oleh kepedulian-Nya bahwa setiap kita harus sampai kepada-Nya melalui pilihan bebas kita sendiri. Dia tidak memaksakan kehendak-Nya, karena kehendak bebas adalah hal yang sangat berharga bagi setiap pribadi makhluk-Nya. Dia Yang Ilahi tidak memaksakan kehendak-Nya dan setiap kali kita bebas untuk menerima atau menolak ajakan-Nya. Karena penyerahan diri yang integral harus terjadi melalui pilihan sadar manusia sendiri. Tuhan tidak bekerja untuk kita, meskipun Dia selalu siap membantu ketika kita kesusahan dan menghibur kita saat dalam kesedihan. Karena Tuhan selalu siap menunggu dengan sabar sampai kita kembali kepada-Nya.
Untuk itu, kita harus hidup seperti yang Tuhan inginkan dalam kehidupan-Nya yang abadi. Karena melakukan apa yang diperintahkan Tuhan adalah rahasia kehidupan ruhani yang benar. Dan kita harus tunduk pasrah pada kehendak-Nya dan berlindung dalam naungan kasih sayang-Nya. Lalu jika kita tanggalkan keyakinan pada diri kita yang kecil ini dan menggantikannya dengan iman yang sempurna kepada Tuhan, Dia akan menyelamatkan kita. Dan bukan hal yang mustahil bahwa nanti akan ada kebahagiaan yang berlimpah dan kesejahteraan yang sejati.
“Mbesuk yen wis teko ratu Ageng sing duwe pengaruh lan prajurit gede, negorone ambane separo buwono. Sopo sing angkoro murko uripe ngrantes lan kepencil. Iku tondone jaman Aryawira wis teko: Nanti jika sudah datang pemimpin mulia yang sangat berpengaruh dan punya prajurit besar/banyak, negaranya seluas setengah dunia. Siapa yang jahat akan hidup merana dan tersisih. Itulah tandanya zaman Aryawari (kejayaan Nusantara) telah datang”
Namun ingatlah! Untuk bisa mencapainya dengan benar tujuan itu, maka kita perlu berguru kepada pemimpin spritual yang zuhud. Seorang pribadi yang tidak bertindak dengan kekerasan fisik, mendengung-dengungkan mukjizat, atau membacakan ayat-ayat dan mantra belaka. Tapi seorang guru sejati yang tidak akan menjalankan tanggungjawab yang keliru. Bahkan jika sang murid mengambil jalan yang salah, maka seorang guru sejati hanya akan memberikan nasehat. Ia tak akan pernah memaksa sang murid untuk kembali ke jalan yang benar. Karena ia hanya akan mendorong langkah sang murid seperti seorang ayah yang membantu anaknya belajar berjalan. Ia hanya mengulurkan tangan untuk membantu ketika sang anak mulai melangkah. Tapi ia akan menyerahkan pada sang anaknya itu untuk memilih jalan dan mengatur jalanya sendiri.
*****
Namun bagaimana dengan yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini? karena banyak yang berharap ada kebangkitan yang besar dari tanah pertiwi ini. Tapi bagaimana itu bisa terjadi tanpa dimulai dengan membangkitkan spiritual dalam diri sendiri. Banyak orang hanya sibuk memenuhi waktunya dalam mencapai hasrat keinginan daging, sehingga lupa dengan kebutuhan batinnya. Mereka terus merasa bahwa kenikmatan duniawi adalah segala-galanya. Padahal Tuhan sudah menegaskan bahwa kenikmatan duniawi itu hanyalah sementara dan bahkan tipu daya belaka. Yang pastinya akan menghancurkan siapa saja yang selalu mengikutinya.
Makanya, untuk membangkitkan kejayaan Nusantara sekali lagi, maka terlebih dulu harus membangkitkan kejayaan spiritualnya dulu. Inilah yang terpenting bagi bangsa ini sekarang, karena ketika kita mau patuh dalam menegakkan hukum Tuhan melalui jalan penghayatan spiritual, maka Tuhan Yang Maha Pemberi akan mengangkat derajat kita. Karunia dan kenikmatan yang berlimpah akan hadir dalam kehidupan di bangsa ini. Sedangkan peradaban yang gemilang akan mengulangi kejayaan leluhur di masa lalu.
Mengapa bisa begitu? Itu karena di masa lalu, pada masa kejayaan peradaban yang jauh sebelum era Masehi, maka bangsa ini pernah menjadi pusat dari peradaban dunia. Semua bangsa di dunia berinteraksi dengan bangsa ini, bahkan banyak belajar tentang cara membangun peradaban yang besar. Yang semua itu bisa terjadi karena mereka meletakkan dasar spritual yang jelas dan kokoh pada setiap individu dan sistem tata negaranya. Dengan itu, mereka sangat maju dan hebat dalam bidang batiniah sekaligus yang bersifat ilmiah. [baca tulisan berikut: Negeri Arya Nuswantara dan Bukti kejayaan Nusantara: Sistem yang sesuai dengan kultur bangsa atau Kehancuran peradaban global dan kebangkitan kejayaan Nusantara]. Sehingga mengikuti hukum dan aturan Tuhan pada masa itu adalah mutlak di lakukan. Tidak seperti sekarang, karena justru menuhankan aturan yang dibuat oleh manusia yang lemah.
Ya. Kebebasan memilih dengan benar ditentukan oleh pendidikan moral. Melalui kebajikan, kita bisa sampai pada kebebasan ruhani. Kebebasan ruhani akan membawa kita menjauh dari kebatilan, yang sulit dihindari oleh manusia. Sehingga dengan begitu, maka akan munculkan peradaban yang gemilang dan menerbitkan kesejahteraan yang sejati.
“Tidak lama lagi akan muncul sekelompok orang yang mampu mengubah tatanan dunia. Mereka ini adalah jiwa-jiwa yang telah mencapai kebebasan. Mereka ini adalah kaum terpilih yang memiliki kekuatan spiritual yang telah sampai pada kebijaksanaan. Mereka adalah para pemimpin alami umat manusia, karena apapun tindakan yang ia lakukan, maka persatuannya dengan Tuhan yang konstan tetap tak tergoyahkan”
Untuk itu saudaraku, sesungguhnya cinta Tuhan terus mendesak masuk ke dalam jiwa dan hati kita jika kita membuka pintu bagi kehadiran-Nya. Dia akan masuk ke dalam jiwa kita dan membersihkan serta mensucikan kembali sifat-sifat kita hingga membuat kita kembali bersinar seperti cahaya yang berpijar. Tuhan akan selalu siap membantu, bahkan terus menunggu sampai kita membukakan pintu hati kita untuk-Nya.
Yogyakarta, 06 April 2015
Mashudi Antoro (Oedi`)
