Quantcast
Channel: Bayt al-Hikmah Institute
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1300

Ahmad Y. Samantho dan buku-bukunya

$
0
0

Samantho dan buku bukunya

Buku terbaru yg penting buat bangsa: “ISIS dan Illuminati”.

Prof. Dr. Alwi Shihab: ISIS dan Ancaman Ideologi Transnasional terhadap Keutuhan NKRI

Sejarah ISIS dan Illuminati

BENARKAH AL-BAGHDADY KETURUNAN RASULULLAH? BENARKAH GENOCIDA YANG DILAKUKAN ISIS ADALAH CARA UNTUK MENAMBAH KEKUATAN HITAM? APA SAJA TANDA-TANDA ILLUMINATI DI TIMUR TENGAH?

 DETAIL

Judul ISIS dan Illuminati
ISBN/EAN 9786027689800 / 9786027689800
Pengarang Ahmad Yanuana Samantho
Penerbit Phoenix Publishers
Terbit 27 Agustus 2014
Pages 372
Berat 420 gram
Dimensi(mm) 150 x 230
KategoriFilsafat

http://www.grazera.com/book/detail/9786027689800/ISIS-dan-Illuminati

Prof. Dr. Alwi Shihab: ISIS dan Ancaman Ideologi Transnasional terhadap Keutuhan NKRI

9786027689800ISLAMTOLERAN.COM– Akhir bulan Agustus lalu, bertempat di KJRI Frankfurt-Jerman telah dilaksanakan pertemuan rutin diskusi bulanan yang diadakan oleh Komunitas Reboan Frankfurt beserta masyarakat Indonesia dan warga Jerman di Frankfurt dari berbagai latar belakang. Dalam kesempatan tersebut hadir sebagai narasumber adalah Prof. Dr. Alwi Shihab, dengan tema diskusi: ISIS dan Ancaman Ideologi Transnasional terhadap Keutuhan NKRI. Berikut saya sampaikan resensi ceramah dan diskusi bersama beliau terkait fenomena ISIS yang sangat jelas dan begitu rinci. Paparan beliau mencakup tinjauan historis-sosiologis, tantangan-tantangan kedepan, dan analisa tajam serta rekomendasi-rekomendasi terkait upaya pencegahan ISIS dan gerakan radikalisme di Indonesia.

Rilis Resensi Ceramah/Presentasi Prof. Dr. Alwi ShihabTema: ISIS dan Ancaman Ideologi Transnasional terhadap Keutuhan NKRI

Sejak Indonesia diproklamirkan sebagai suatu bangsa yang merdeka, semua pemuka agama bersepakat menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa, dimana tidak ada suatu agama atau komunitas agama yang bisa memaksakan kehendaknya kepada agama lain. Artinya sekecil apapun minoritas, mereka tidak boleh merasa sebagai warga negara kelas dua. Semuanya sama dan setara.14107076231349564426

Pernah tercetus ada sekelompok kecil komunitas islam ingin mendirikan negara islam, tapi hal itu tidak terwujud karena telah ada kesepakatan semua pemuka agama dan tokoh politik bahwa negara kita adalah bukan negara agama, dan juga bukan negara sekulerisme, tapi negara pancasila dimana semangat keagamaan ada didalamnya. Dimana kerukunan serta persatuan bangsa adalah bagian penting dalam tatanan negara kita.

Tantangan-tantangan masa sekarang adalah munculnya kelompok-kelompok radikal, buka11188164_10206530933381990_1034039540001638782_n (1)n saja di Indonesia tapi di seluruh dunia. Radikalisme ini bukan monopoli suatu negara. Di Amerika pernah ada Waco Texas, di Irlandia ada konflik antara katholik dan protestan, di Israel menteri Rabin dibunuh oleh kelompok radikal, dan lain sebagainya. Jadi radikalisme ada dimana-mana, dan banyak sebab munculnya radikalisme ini.

Di kelompok Islam penyebab radikalisme ada dua hal. Pertama adalah ideologi; dan yang kedua adalah realita politik.

– Realita Politik

Negara-negara yang beragama islam merasa mendapatkan tekanan dari pihak-pihak barat. Realita politik yang dirasakan oleh banyak kelompok radikal adalah Amerika dan Israel bersama-sama tidak mengupayakan sedemikian rupa sehingga perdamaian bisa tercapai. Karena itu kelompok radikal selalu menunjuk ke barat sebagai kelompok yg memusuhi islam. Kelompok ini merasa islam masih mengalami kehidupan yang marginal di dunia ini, dan tidak mendapatkan perhatian, malah mendapat pressure dari barat sehingga radikalisme tumbuh. Lalu menjadikan Israel, Barat, Amerika sebagai kambing hitam atas apa yang terjadi di negara-negara islam. Jadi radikalisme ini tumbuh subur akibat realita politik, dan terlebih lagi apabila ditopang oleh ideologi.

– Ideologi

Pada perang salib pada abad 11 hubungan antara islam-kristen tidak harmonis, mereka saling perang dan bunuh membunuh. Setelah perang salib dan setelah runtuhnya Baghdag pada abad ke-12, ada kelompok dari cendekiawan islam yang berusaha merefleksikan keadaan umat islam. Tokoh sentral dalam reformasi ideologi dan puritanisme dalam islam tersebut adalah Ibnu Taimiyah (IT).

IT melihat keadaan islam pada abad 12 porak poranda dan berusaha untuk merefleksikan dan memetakan keadaan bahwa islam pernah berjaya sampai India, Spanyol dlsb. Hanya dalam waktu 100 tahun islam sudah mengalahkan teritori romawi dan persia. Namun kenapa abad ke-12 terpuruk? Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa keadaan umat islam pada masa itu dibandingkan masa sebelumnya, penerapan ajarannya tidak sesuai.

Oleh karena itu menurut IT, ajaran islam harus dimurnikan kembali ke orisinalitasnya yang tidak terpengaruh budaya luar dan tidak terkontaminasi oleh ajaran lain. Menurut IT, ajaran islam tetap, tapi pemahamannnya yang berbeda dari waktu ke waktu.

Sebagai pembanding, dalam paparannya Prof Alwi juga menjelaskan bahwa usaha pemurnian agama atau puritanisme tidak hanya di islam, di kristen juga ada. Misalnya adanya pemurnian agama yang ditujukan terhadap kelompok Mormon di masa lalu yang mengatakan ada wahyu melalui Joseph Smith.

Kembali ke Ibn Taimiyah (IT), Ada 4 hal menurut IT agar islam tetap murni:

1. Islam tidak boleh terkontaminasi oleh filsafat. Karena menurut IT, filsafat dimulai dengan pertanyaan, sedangkan agama dimulai dari keyakinan. Sehingga dikuatirkan kalau bertanya terus, seseorang yang tadinya percaya akan goyah kepercayaannya. Selain itu menurut IT, filsafat adalah kebudayaan Yunani. Pemahaman islam tidak boleh terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran philosopis.

2. Sufisme (Tasawwuf dan Tarekat) Hal ini dianggap sebagai infiltrasi dari kebudayaan dan kepercayaan hindu dan budha. Meditasi menyendiri dan hubungan langsung dengan Tuhan.

3. Syiah Syaih dianggap mengganggu kemurnian islam. Dan terjadi friksi dalam pemerintahan islam antara khalifah Ali dan Muawiyah Gubernur Irak-Syam.

4. Komunitas Kristen Hal ini dianggap tidak asli sehingga jangan mendekat supaya ajarannya murni/puritan. IT kuatir jika umat islam berhubungan dengan umat kristen bisa-bisa menganggap Muhammad juga anak Tuhan.

Menurut Ibnu Taimiyah (IT), empat hal ini harus dibersihkan dari komunitas islam. Kemudian pada abad 18 ada tokoh agama bernama Muhammad bin Abdul Wahab, yang dikenal dengan kelompok Wahabi. Muh bin Abdul Wahab mengadopsi pandangan Ibnu Taimiyah sebagai ajaran yang perlu disebarluaskan agar tidak terkontaminasi oleh ajaran dari luar. Itu sebabnya pendidikan seperti kedokteran, engineering dll dimajukan di Saudi Arabia.

Tapi tidak ada fakultas/jurusan philosophy, apalagi mengajar tasawwuf. Dan terhadap umat kristen sedikit dimarginalkan, bukan karena masalah benci tapi karena takut terkontaminasi. Sementara syiah jadi musuh besar karena dianggap mengganggu kemurnian islam.

Masuk ke ISIS, ISIS adalah kombinasi dari ideologi puritan yang menjadi sangat radikal dan realitas politik yang ada. Ini yang harus dibendung menurut Prof. Alwi Shihab. Ketika Mekkah dan Madinah dikuasai oleh Wahab dan House of Saud, semua kelompok yang mengajarkan selain Wahabism diusir, dibunuh dan dipenjara. Hasyim Ashari kakek Gus Dur dulu sekolah di Mekkah dan Madinah.

Mendengar bahwa guru-guru disana diusir dan dibunuh, beliau mengumpulkan kyai-kyai dan mendirikan NU. NU ini didirikan sebagai reaksi dan sikap protes atas keadaan politik dan keagamaan kelompok Wahab yang ingin memurnikan islam dan mengusir serta membunuh kelompok-kelompok diluar mereka.

ISIS adalah kelompok wahabi juga tetapi yang keras dan super-radikal, yang memaksakan kehendak serta menggunakan kekerasan dalam upaya mencanangkan ajarannya. Prof Alwi mengingatkan bahwa wahabi secara ideologi adalah bagian dari Islam dan bisa di terima oleh komunitas islam selama mereka dapat menerima perbedaan pemahaman. Yang menganggu adalah mereka yang wahabi radikal yang mengkafirkan kelompok islam yang di luar kelompok mereka dan yang sekarang di kenal sebagai kelompok wahabi/salafi takfiri yang sejalan dengan kelompok ISIS.

Pertanyaannya, kenapa Saudi sekarang tidak merestui ISIS padahal ideologi dasarnya mereka sama , Saudi adalah wahabi dan ISIS adalah Wahabi/Salafi Takfiri? Karena ISIS punya prinsip untuk kembali ke zaman nabi. Hal ini dianggap mengancam kedaulatan House of Saud. Kalau kembali ke zaman nabi maka kerajaan tidak boleh ada, karena kerajaan itu baru ada setelah pertempuran khalifah ke-4 dan Gubernur yang memberontak. Sedangkan di Saudi dan Emirate, turun temurun adalah kerajaan. Sehingga ISIS ini adalah ”unintended consequence” dari suatu doktrin yang pada dasarnya ingin memurnikan agama, tapi kalau mau konsekuen maka kerajaan tidak boleh ada.

Untuk itu ISIS harus dihentikan perjalanannya oleh mereka. Karena kalau ISIS berkuasa, ia akan mengganggu kedaulatan kerajaan (saudi). Oleh karena itu Ikhwanul Muslimin dan Wahabi radikal yang ada di mesir diperangi oleh Saudi Arabia. Itu sebabnya mengapa mereka mendukung militer dan mengabaikan proses demokrasi terhadap kelompok IM meski ideologi mereka sama. Disisi lain masyarakat tidak siap dengan ideologi kelompok-kelompok wahabi ini. Rakyatnya tidak siap dengan pemaksaan kehendak.

Pada umumnya di Mesir ada filsafat, tasawwuf, dan syiah diajarkan. Akan tetapi bagi kelompok wahabi ini adalah hal yang berseberangan. Sehingga ketika kelompok wahabi berkuasa yang pertama ia lakukan adalah menjatuhkan posisi Syeik Azhar oleh ulama dari mereka. Ini kemudian menjadikan rakyat merasa tidak sesuai dengan kehendaknya.

Menurut Prof Alwi, ini juga yang terjadi di Indonesia. Siapapun tidak bisa menerima ideologi ISIS. karena:

1. Kita punya ideologi bernegara pancasila tentang kerukunan. Sementara ISIS tidak bisa ada kerukunan. Kelompok yang lain dari mereka dituding kafir, kalau perlu dibunuh. Syiah dan Sunni yang Islam saja dibunuh bila dianggap tidak sejalan dengan mereka,apa lagi non-muslim.

2. Konsep khilafah artinya loyalitas kepada pemimpin diluar Indonesia.

3. ISIS akan menimbulkan ketegangan antar komunitas agama yang beragam. Menurut Prof Alwi, ISIS terlalu jauh dalam menerapkan ideologi mereka. Kita bisa tidak sepaham dengan ideologi lain tapi tidak berarti harus membunuh kelompok tersebut. Kita bisa berdampingan satu sama lain karena islam mengajarkan demikian.

Nabi menciptakan pemerintahan di Medinah dan mengundang semua kelompok yahudi-kristen untuk bersama-sama membangun kota itu tanpa mempermasalahkan apa agama kamu dan apa agamaku. Akan tetapi mari kita membangun bersama-sama. Ini sebenarnya adalah semangat pancasila.

Maka itu dalan Alquran dikatakan Lakum dinukum Waliyadin. Masih menurut Prof Alwi, tidak ada satu kelompokpun yang diberikan mandat oleh Tuhan untuk menjadi ”Acting God” bahwa kalian orang sesat untuk itu harus saya bunuh.Hanya Tuhan yang bisa mengatakan demikian. Inilah akal sehat yang tidak bisa menerima ISIS dalam kehidupan kita sekarang ini. Prof Alwi mengatakan terkait fenomena ISIS ini, hari ini namanya ISIS besok hari bisa jadi muncul nama lain lagi, tapi dengan ideologi yang sama.

Oleh karena itu, ideologi harus di-counter dengan ideologi, dan Pancasila harus dijaga. Jadi jangan hanya mengejar ’produknya’ (ISIS dan kelompok radikal), selama ’pabriknya’ (doktrin/ideologi) masih ada, pabrik ini akan ’berproduksi’ terus. Prof Alwi juga berharap agar pemerintah memperhatikan hal ini, ancaman ideologi ini berbahaya bagi keutuhan NKRI.

PENULIS: Izhar Gouzhary (SEORANG KOMPASIANER) 

LINK TERKAIT

Apa Hubungan ISIS dan Illuminati?

Jumat, 12/09/2014 20:05 WIB

Apa Hubungan ISIS dan Illuminati?

Nala Edwin – detikNews

Jakarta – Mungkin Anda bertanya-tanya dan menerka-nerka, apa kaitan ISIS dan Illuminati. ISIS saat ini tengah menjadi topik di berbagai pemberitaan dunia, terkait sepak terjang mereka yang keji di kawasan Irak dan Suriah. ISIS yang mendeklarasikan diri sebagai kekhalifahan Islam ini terus merangsek merebut sejumlah wilayah di Irak dan sekitarnya.

Lalu soal Illuminati yakni gerakan rahasia yang antara ada dan tiada dan menjadi pembicaraan sejak beberapa abad yang lalu. Dalam buku Ahmad Yanuana Samantho terbitan PT Ufuk Publishing House coba diungkap jejak hubungan ISIS dan Illuminati.

Memang buku itu tak hanya berdasarkan data ilmiah, hanya berdasarkan sebaran informasi yang ada. Sang penulis merangkai dan mengaitkan serpihan antara ISIS dan Illuminati. Paling tidak buku itu menjadi informasi yang bisa dibaca.

“Ironis sekali gelombang gerakan Islam militan yang menyerang Irak, Suriah, dan Iran itu bernama ISIS. Namun semua tentu sudah tahu kalau nama Dewi ISIS adalah salah satu tokoh paling penting dalam freemansonry dan illuminati,” tulis Ahmad Yanuana dalam bukunya halaman 10 seperti dikutip detikcom, Jumat (12/9/2014).

Dengan analisanya, penulis buku ‘Garut Kota Illuminati’ ini mengutip analisa Snowden, eks pegawai NSA yang menyebut ISIS merupakan bentukan AS dan Israel, yang disebut dia digunakan sebagai pintu masuk untuk ke Suriah dan Iran.

“Munculnya fenomena ISIS di Timur Tengah bukanlah kebetulan bersifat akronim dari Islamic State of Irak and Syiria, tetapi lebih sebagai pengakuan atas simbol-simbil Illuminati,” terang dia.

Buku ini beberapa kali juga mengutip nukilan-nukilan nubuwat Ali Bin Abi Tholib tentang kelompok di masa depan yang akan muncul dan malah menjadi bumerang untuk Islam. ISIS memang jelas-jelas sudah berbuat kejam dan di luar Islam. Misalnya saja membunuh jurnalis yang meliput perang Ahmad juga mengungkapkan soal sosok Al Bahgdadi pemimpin ISIS yang bertikai dengan Al Zawahiri pemimpin Al Qaeda, hingga sosok Bahgdadi yang meragukan rekam jejaknya.

“Yang paling menarik dari itu semua, kelompok ISIS selalu mendokumentasukan pembunuhan massal, praktik penyembelihan, dan penyiksaan terhadap tawanan sendiri melalui jejaring media sosial dan sejumlah media milik mereka,” tulis Ahmad Yanuana.

Penulis juga menambahkan berbagai informasi dari berbagai pemberitaan soal ISIS. Seperti disebutkan tadi buku ini bukan buku ilmiah, jadi hanya analisis penulis semata. Jadi apa ada hubungan ISIS dan Illuminati, silakan Anda menilai di buku itu.

Kamis, 11/09/2014 17:48 WIB

Jokowi: Kita Punya Cara dan Pendekatan yang Berbeda Tangani ISIS

 Sukma Indah Permana – detikNews

Jakarta – Amerika Serikat (AS) kini sedang menggalang koalisi sejumlah negara untuk memerangi ISIS. Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) menilai, Indonesia memiliki cara yang berbeda dengan AS dalam masalah ini.

“Kita mempunyai cara sendiri. Kita memiliki pendekatan yang berbeda,” ujar Jokowi.

Hal ini disampaikan Jokowi usai bertemu dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair di rumah dinas Gubernur, Jalan Taman Suropati No 7, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2014).

Pendekatan yang dimaksud Jokowi adalah pendekatan budaya, agama, dan keamanan. “Jadi nggak cuma security approach,” jelasnya.

“Kita punya cara sendiri, ada pendekatan sendiri,” imbuhnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, AS sedang membangun koalisi anti-ISIS yang terdiri dari lebih dari 40 negara. Menlu AS John Kerry juga telah melakukan pertemuan dengan 10 negara Arab dan Turki.

Kerry berupaya untuk mendapatkan dukungan kampanye militer AS terhadap ISIS. Negara-negara tersebut di antaranya Mesir, Irak, dan Yordania.

Link Terkait:

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/04/29/asal-usul-wahabisme/

—————————–

Review Buku “Peradaban Atlantis Nusantara” di Good Reads

Peradaban Atlantis NusantaraPeradaban Atlantis Nusantara

Kenyataan bahwa sebuah peradaban besar pernah mengambil tempat di bumi Nusantara kini bukan hanya cerita belaka. Berbagai penemuan spektakuler dan mencengangkan terbaru, diungkap dalam buku ini. Penulisnya adalah orang Indonesia, dan pembahasannya pun dikaitkan dengan beberapa teks yang termuat pada Kitab Suci. Sehingga siapa pun yang membacanya dapat mengambil  manfaat besar dari berbagai sudut pandang. Sangat Lengkap, dan sesuatu yang direkomendasikan untuk dibaca. Ditemukan:

• Piramida di Jawa Barat yang lebih besar dari piramida Mesir
• Situs Gunung Padang di Cianjur
• Situs Batujaya di Kerawang-Bekasi
• Situs Pasemah di Pagar Alam, Sumatra
• Relief-relief di Candi Penataran, Blitar.
• Berbagai situs purba yang belum tereksplor, dll

Paperback, 560 pages

Published by Ufuk Press
ISBN : 6029159305 (ISBN13: 9786029159301)
edition language:  Indonesian
original title : Peradaban Atlantis Nusantara, Paperback, 560 pages, Oct 18, 2011
 —–

Review Buku: Peradaban Atlantis Nusantara Karya Ahmad Y. Samantho, et.all

 Penemuan spektakuler dua sarjana terkemuka dunia: Prof.Dr. Aryisio Nunes des Santos dan Prof.Dr.Stephen Oppenheimer terhadap bukti-bukti faktual sejarah besar Nusantara kuno tentu saja sudah kontroversial dan mengguncangkan kemapanan dominasi paradigma ilmu pengetahuan Barat moderen saat ini. Melalui ketekunan dan kegigihan penelitian mereka berdua –walau masing-masing menggunakan pendekatan interdisipliner dan fokus penelitian yang berbeda– ditemukan fakta bahwa tanah Nusantara adalah tanah kelahiran Induk Peradaban besar dunia.
Santos dengan bukunya “Atlantis, The Lost Continent Has Finaly Found, The Definitive Localization of Platos’s Lost Civilization” yang dalam edisi terjemahan Indonesianya bertajuk: “Indonesia Ternyata Tempat Lahir Peadaban Dunia”. Sedangkan Oppenheimer dengan bukunya: “Eden in The East, Benua Tenggelam di Asia Tenggara” dengan fokus utama pada hasil penelitian penelusuran jejak genetika umat manusia, akhirnya menyimpulkan bahwa Indonesia atau tepatnya Nusantara adalah lokasi Tanah Surga-nya Nabi Adam dan Siti Hawa, Bapak dan Ibu Agung Umat manusia se-dunia, serta habitat tempat persemaian peradaban, budaya dan ilmu pengetahuan awal umat manusia cerdas yang menjadi lahan garapan para Nabi Allah SWT.
Namun demikian kedua hasil penelitian para profesor tersebut terasa belum lengkap dan komprehensif karena belum menyertakan sumber-sumber dan data mutakhir dari khazanah pemikiran filsafat dan agama, khususnya sejarah filsafat Islam dan pendekatan mistisisme atau ilmu Tasawuf (Irfan/islamic Mysticism) sebagai sebuah disiplin ilmu dan kajian interdisipliner bidang kearifan lokal dan sejarah Nusantara dari anak-anak warga pribumi Nusantara itu sendiri. Nah, pada dimensi yang terakhir inilah buku karya Ahmad Y. Samantho  ini mengambil peran dan posisi strategisnya dalam wacana dan upaya penelitian lanjutan terhadap “Misteri Sejarah Agung Peradaban Kuno Nusantara”.
Lebih dari itu, dari kajian yang dilakukan Samantho  dalam buku ini, ditemukan warisan Peradabaan Agung dan Luhur Nusantara yang sangat berharga dan bernilai tinggi, yaitu kearifan filsafat dan kebijaksanaan abadi dan universal (Perennial Wisdom) berupa “Kesadaran dan Ajaran Ketuhanan-Kemanusiaan” yang abadi, lintas peradaban-budaya bangsa-bangsa, lintas zaman dan tradisi-tradisi agama-agama.Inilah signiikansi pentingnya buku PERADABAN ATLANTIS NUSANTARA, yang menyingkap Hikmah di balik dilema ANTARA MITOS DAN REALITAS yang berada di alamnya.
Sekali lagi buku ini dengan jelas telah mengupas secara kritis kelemahan dan kegalatan atau kerancuan serta kegagalan dominasi paradigma sains (ilmu pengetahuan) Barat Modern yang masih kental dengan Modernisme-nya yang sekular-materalistis dan “bermata sebelah” dalam memandang dan mengungkap Realitas Mutlak Ketuhanan dan manifestasi-Nya dalam Sejarah Induk Peradaban Umat Manusia.Buku ini juga mengungkap kecenderungan kontroversial berbagai sarjana dan pemikir dunia Barat yang kini telah berpaling dan berupaya menengok kembali kepada Nilai-nilai dan Tradisi Luhur Ilmu Pengetahuan dan Kearifan Timur sebagai suatu “Jalan Alternatif” dalam menyongsong “Fajar Kebangkitan Spiritual Dunia Baru” di Milenium ketiga di Timur.
Hal ini diyakini sebagai solusi terbaik untuk menanggulangi krisis multidimensional global umat manusia saat ini, melalui jalan kembali ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan-Perwakilan, serta Keadilan Sosial, berdasarkan kesadaran penuh dan kearifan “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hanna Dharma Mangrwa”(“Keaneka-ragaman dalam Kesatuan ‘sumber dan Tempat Kembali’, dan Tiada Kebenaran yang Mendua”).
Tentu saja apa yang dibahas dalam buku ini masih harus ditindaklanjuti dengan berbagai penelitian interdisipliner dari berbagai cabang ilmu pengetahuan dan metodologi, karena masih banyak misteri yang belum terungkap dengan jelas. Salah satunya, misalnya dengan diketemukannya beberapa bentang alam bukit atau gunung berbentuk piramida di Nusantara, seperti bukit Lalakon, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, dan bukit Sadahurip, kabupaten Garut, Jawa Barat, baru-baru ini. Juga berbagai penemuan situs-situs bersejarah lainnya di berbagai penjuru Nusantara yang berusia ribuan tahun seperti fosil hutan mangrove di kedalaman laut Jawa dan perairan pantai selatan Kalimantan Selatan.
1920473_10201720312188958_834802114_n
Sudah tentu, sejarah nasional Indonesia harus ditulis dan disusun ulang kembali. Tulis ulang tersebut bukan sekedar untuk penelitian dan pengembangan ilmu sejarah itu sendiri, tapi demi kepentingan banyak aspek dan dimensi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan alam maupun humaniora (ilmu-ilmu kemanusiaan), dan lain-lain aspek peradaban bangsa.Lebih dari itu, pengungkapan sejarah peradaban Nusantara kuno, yang menurut beberapa peneliti terkait dengan fakta sejarah Atlantis-Lemuria atau negeri Eden in The East (Surga di Timurl) jelas sangatlah penting dalam membangun kembali “National Character Buiding”. Yaitu, membangun kembali jati diri dan watak bangsa, kebanggaan dan harga diri sebagai sebuah bangsa besar dengan peradaban unggul dan mulia, yang menjadi contoh dan prototype bagi semua peradaban besar lainnya di dunia.
12592-1467187_10152195217262354_660008389_nKesadaran dan kebanggaan baru ini bukanlah untuk menjadikan kita sombong dan takabur, melainkan untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara giat dan tekun bekerja dan berbuat kebaikan bagi seluruh alam semesta dan dunia. Bersyukur dengan giat dan tekun belajar dari sejarah, agar dapat meneruskan semua kebaikan dan kemajuan leluhur Nusantara, dan tidak lagi mengulangi berbagai kesalahan dan keburukan mereka. Untuk kembali bersatu dengan alam, bersatu dengan penuh cinta kasih dan tanggung jawab memelihara dan menjaga kelestariannya, memanfaatkannya dengan penuh kearifan dan hikmah serta membagikannya bagi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat dan bangsa dengan penuh keadilan dan kemanusiaan. Terhindar dari keserakahan dan kerakusan egois pribadi, keluarga dan kelompok sendiri yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dan NKRI karena itu akan merusak sendi-sendi nilai keadilan, kemanusiaan dan ketuhanan.

 OLYMPUS DIGITAL CAMERATentang buku ini, budayawan Indonesia terkemuka, Dr. Radhar Panca Dahana berkomentar: “Bahwa negeri kepulauan ini memiliki kejayaan sejak dulu, sebenarnya semakin terang dalam tahun-tahun belakangan ini. Bukan hanya melulu karena imajinasi dan ilusi sebagian dari kita, tapi juga karena fakta ilmiah yang berurutan membuktikannya. Sehingga kini tiadalah alasan bagi siapa pun untuk tidak mempercayai kemampuan, keberdayaan dan potensi luar biasa yang terpendam dalam diri kita, sebagai manusia, juga sebagai bangsa. Terlalu banyak alasan untuk meyakini: bahwa kita memiliki semua modal untuk menjadi besar. Buku Ahmad Samantho (dan Oman Abdurahman) ini menelisik dengan rajin dari mulai isyu, fakta, hingga opini tentang semua persoalan itu. Ia menyiapkan banyak alasan bagi siapa pun manusia Indonesia untuk meyakini dan mengembalikan kejayaan itu. Kecuali bagi mereka yang tidak mempercayai diri sendiri, lebih mempercayai pihak lain, mendustai, memanipulasi dan mengkhianati realitas historisnya ini. Semoga buku ini menjadi obat bagi mereka.”

75915_811566535526965_1028038864_n Prof.Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, mantan ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, yang pernah menyarankan agar tema tentang Atlantis di nusantara ini agar dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional, berkomentar: “Saya bersyukur bahwa melalui buku ini saudara Ahmad Samantho turut memperkenalkan teori Profesor Santos mengenai benua “Atlantis Indonesia” kepada khalayak pembaca yang semakin luas. Kadang-kadang, sejarah memang bukan hanya soal salah dan benar. Untuk mendorong impian warga bangsa menuju masa depan, kita memerlukan kesadaran sejarah tentang kebesaran-kebesaran masa lalu, makin jauh kita menghargai masa lalu, makin terbuka peluang dan tantangan bagi kita untuk berusaha mewujudkan mimpi tentang masa depan. Hanya dengan kesediaan dan kemampuan menghargai masa lalu itulah, kita berhak untuk bermimpi untuk membangun peradaban bangsa kita di masa depan.”

GKI dan Cahyana Ahmad Jayadi 2 Sementara, Dr. Ir. Cahyana Ahmad Jayadi, MH, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, menyatakan: “Mengenal dan memahami peradaban masa lalu bagi setiap bangsa, merupakan salah satu kunci keberhasilan membangun karakter bangsanya. Hanya bangsa yang memiliki karakter-lah yang bisa survive menghadapi tantangan zaman di era globalisasi hari ini dan esok. Oleh karena itu, penerbitan buku karya Kang Ahmad Samantho  ini, merupakan salah satu iktiar menyediakan referensi tentang sebuah peradaban yang pernah hadir di wilayah Nusantara ini, di mana dengan memahami keunggulan dan kelemahan peradaban Atlantis, kita dapat jadikan modal dasar untuk mengembangkan peradaban maju berbasis keunggulan budaya dan karakter bangsa Indonesia, Insya-Allah, Amin.”

1511317_811567185526900_453370397_nProf.Dr. Abdul Hadi WM, budayawan, Sastrawan dan Penyair Sufi Nusantara yang juga dosen PMIAI Universitas Paramadina-ICAS Jakarta, mengungkapkan: “Buku ini mempunyai pandangan apokaliptik, sebagaimana beberapa buku lainnya. Dari pandangan apokaliptik itu kemudian dikembangkan menjadi pandangan sejarah. Di antara buku seperti ini, misalnya oleh Ibnu Khaldun, Hegel, Oswald Spengler dan Toynbee. Mengikuti jejak Ibn Khaldun dan Spengler, Toynbee melihat sejarah dalam perputaran musim. Suatu peradaban berkembang subur dan marak pada mula pertamanya, ibarat tetumbuhan di musim semi. Lalu datanglah musim panas, peradaban mulai kerontang. Kemudian disusul musim gugur, krisis dan kerontokan mulai mengancam peradaban, antara lain ini disebabkan oleh dekadensi moral dan dehumanisasi, sehingga akhirnya tiba masa kematiannya di musim dingin. Perputaran musim berikutnya terus bergulir, menanti fajar musim semi.”

Dion Yulianto rated it 5 of 5 stars false

Judul : Peradaban Atlantis Nusantara, Berbagai Penemuan Spektakuler yang makin Meyakinkan KebenarannyaPenulis :Ahmad Yanuana Saamantho dkk.
Penyunting : Mayang Sari Ariawan
Tebal : 540 halaman
Cetakan I: 1, Juli 2011, Cetakan Kedua:  Oktober 2013
Penerbit : Ufuk Press
Harga : Rp 89.000,00

Membicarakan mengenai Atlantis seolah memang tidak akan pernah ada habisnya.1463041_549068048512282_2049824817_nAtlantis sendiri secara tiak langsung melambangkan masyarakat utopis yang luar biasa ideal, dan inilah sebabnya peradaban ini menjadi salah satu yang paling menarik untuk terus diteliti dan diperbincangkan.

Tempat ini disebutkan pertama kali oleh filsuf Plato dari Yunani Kuno sekitar abad 4 SM, dan sampai sekarang tidak kurang dari 500 buku dan film telah ditulis dan diangkat berdasarkan benua legendaris yang konon ditenggelamkan di dasar samudra.

Selain keberadaannya yang seolah “ada tapi tiada”, kontroversi ini juga berkaitan dengan letak sesungguhnya dari benua yang ditenggelamkan ini. Plato sendiri dalam karyanya Timeaus and Critias (ditulis pada 360 SM) menjelaskan bahwa pulau Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Hercules (yang selama ini dianggap sebagai semenanjung Gibraltar karena menghadap langsung ke samudra Atlantik).

Pulau makmur ini tenggelam ke laut hanya dalam waktu satu malam akibat hukuman para dewa yang murka kepada penduduk Atlantis. Entah Atlantis versi Plato ini hanya melambangkan suatu konsep Philosopher King dalam Republic-nya, ataukah dulu Atlantis ini memang benar-benar ada, yang jelas pencarian terhadap lokasi Atlantis tidak pernah berhenti.Beragam dugaan tentang letak tepat dari benua Atlantis pun bermunculan. Berbagai klaim dan perkiraan diajukan, di antaranya di Samudra Atlantik, di laut Mediterania, di pulau Siprus, hingga di laut Karibia di benua Amerika. Masalahnya, pada masa Plato (dan juga pada masa Herodotud dan Aristoteles), Atlantik digunakan untuk merujuk pada seluruh samudra atau lautan di seluruh dunia.

Bahkan, Plato merujuk kata “Atlantik” ini kepada Samudra Hindia sekarang. Seolah semua kontroversi itu belum cukup, pada tahun 2005 seorang profesor geologi dari Brazil yang bernama Prof. Dr. Aryo Santos meluncurkan bukunya Atlantis, the Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization (buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Ufuk) yang tidak kalah menghebohkan dunia. Santos, melanjurkan hipotesis Oppenheimer, mengajukan klaim bahwa Atlantis itu terletak di Nusantara, tepatnya di paparan Sunda atau laut dangkal antara pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan India.Alkisah, sekitar 10.000 tahun SM, ketika Bumi mengalami zaman es yang terakhir, diperkirakan memang ada sebuah peradaban besar yang maju.

Karena saat itu kawasan Amerika Utara, Asia, Timur Tengah, Eropa dan sebelah Selatan Afrika masih tertutup oleh tudung es yang luas, maka satu-satunya daratan yang memungkinkan munculnya peradaban adalah di wilayah tropis yang suhu udaranya hangat di samping datarannya yang luas. Dugaan ini lah yang digunakan Santos untuk mengajukan klaim bahwa Atlantis dulunya berada di kawasan Sundaland, sebuah dataran luas yang menyatukan India, Sumatra, Jawa dan Kalimantan.

164703_1710666839517_1023504567_31882230_4525865_nKondisi geografis Indonesia yang bergunung-gunung serta keadaan alamnya yang subur juga semakin menguatkan klaim Santos. Ledakan Megavolcano Toba, Krakatao, Tambora dan gunung-gunung lain di Nusantara Purba inilah yang kemudian menyebabkan tenggelamnya Atlantis.Buku Peradaban Atlantis Nusantara karya Ahmad Y. Samantho  et.All ini ibarat bunga rampai yang sangat komprehensif untuk menguak misteri keberadaan benua Atlantis, terutama kaitannya dengan klaim bahwa Atlantis dulunya memang berada di Nusantara Purba.

Bagi Anda yang merasa buku Oppenheimer dan Santos—yang harganya di atas ratusan ribu—terlalu mahal, maka buku ini bisa menjadi semacam penghalang dahaga keingintahuan yang sangat memuaskan. Di dalamnya, kita bisa membaca rangkuman atau mungkin malah pemaparan secara lebih komprehensif mengenai karya Oppenheimer Eden in the East dan karya Santos Atlantis, Lost Continent finally Found. Lebih keren lagi, di buku ini juga ditampilkan sejumlah tulisan yang lebih lokal, yakni terkait dengan dugaan-dugaan dan/atau temuan-temuan sejumlah pakar Indonesia dari beragam ranah keilmuwan yang intinya hendak mendukung klaim bahwa Atlantis itu berada di Nusantara atau Sundaland. Misalnya saja, adanya kemiripan bentuk candi Sukuh yang menyerupai piramida bangsa Aztec, juga sebuah bukit di Jawa Barat yang diperkirakan adalah sebuah piramida yang tertimbun tanah karena bentuknya yang sangat simetris.

Bagian paling menarik dari buku ini bisa ditemukan pada bab 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, dan 13. Dengan tidak memungkiri pentingnya bab-bab yang lain; membaca bab-bab favorit di atas bisa diibaratkan seperti memutar film tentang Atlantis, mulai dari kemunculannya dalam karya Plato, hingga klaim bahwa Atlantis itu memang berada di Sundaland. Dalam bab-bab ini, pembaca akan menemukan jawaban dari mengapa peradaban yang besar itu bisa musnah tanpa meninggalakn jejak, sedahsyat apa bencana yang terjadi kala itu, apa keterkaitan antara tenggelamnya Atlantis dengan penyebaran atau diaspora penduduk dunia, benarkan nenek moyang bangsa-bangsa India dan Mesopotamia itu berasal dari Nusantara, bagaimana kisah terbentuknya selat Sunda terkait dengan tenggelamnya Atlantis, apakah pilar-pilar Herkules yang dimaksud Plato itu adalah gunung-gunung di Sumatra dan Jawa, dan masih banyak lagi tema-tema menarik seputar Atlantis yang luar biasa menarik untuk dibaca.

Karena formatnya yang berupa bunga rampai, mungkin sejumlah pembaca agak kecewa karena buku setebal 540 halaman ini tidak melulu membahas Atlantis. Beberapa bab di bagian belakang, bahkan membahas ranah filsafat ala Yunani yang mungkin sengaja dimasukkan dalam buku ini karena keterkaitan erat antara Atlantis, Plato, dan Yunani. Selain itu, masih dijumpai typo serta kekurangsempurnaan editan di halaman 70–90. Namun, secara garis besar, buku ini sangat memuaskan dahaga intelektual para pembaca yang mengidam-idamkan tema-tema Atlantis yang dibahas secara komprehensif dan ilmiah. Dan, para penyusun yang turut menyumbangkan tulisannya dalam buku ini pun sudah terbukti keandalannya dalam ranah masing-masing. Inilah yang membuat buku ini begitu bermutu dan berbobot. Sungguh sebuah karya yang mengajak kita untuk meneguhkan diri kita kembali sebagai bangsa yang besar. Dengan membaca buku ini, sejarah Nusantara mungkin harus sedikit direvisi kembali.

Ahmad Yanuana Samantho: Garut Kota Illuminati!

Garut Kota Illuminati

Garut Kota Illuminati

Ada apa dengan Garut? Bukankah Garut merupakan kota yang bertradisi melahirkan para ulama? Mengapa dianggap memiliki keterlibatan dengan gerakan Illuminati? Lalu ada apa dengan Sadahurip? Bukankah itu adalah gunung ciptaan Tuhan di tanah Pasundan? mengapa kini dianggap sebagai piramid mahakarya para penantang Tuhan? Melalui buku ini penulis coba mengungkapkan segala keterlibatan Illuminati di bagian Timur belahan bumi ini. Gerakan yang sebenarnya berawal dari ajaran kebijaksanaan perrenial mengacu kepada Nabi Idris (Hermes Trimegistus), buku ini berusaha melacak jejak tersebut. Sensasional dan dipenuhi data-data terbaru!

Melalui buku ini, Ahmad Yanuana Samantho mencoba mengungkap keterlibatan Illuminati di belahan Bumi Nusantara. Gerakan yang sebenarnya bersumber dari kebijaksanaan kuna (perenial) yang bertautan dengan Hermes Trimegistus, Thoth, atau Nabi Idris, ternyata banyak meninggalkan jejak universal di tanah air kita!

Buku ini berusaha melacak jejak tersebut, dan merupakan penelitian pendahuluan untuk mengungkap dan memahami benang merah sejarah luhur peradaban Nusantara

Yang diungkap di buku Garut Kota Illuminati adalah versiyang berbeda dari versi umum yg sudah banyak diketahui orang, Buku ini mengupas kajian kritis plus-minus dan hitam-putih Illuminati, serta mengapa bisa terjadi pembajakan Gerakan dan simbol-simbol Illuminati-freemasonry oleh kaum elit Zionis-Akhenazi

Ada banyak Rahasia dan Misteri Purba terpendam, yg ditulis di buku ini baru sebagian kecilnya saja, yang lainnya masih tersimpan di memori suprasadar penulis dan memori para leluhur, sesepuh Pasundan (Poseidon) dan keturunan Lemurian-Atlantean Nusantara. Nusantara,Timur Tengah, dan China adalah Segitiga Piramida Spiritual Kebijaksanaan kuna Perennial, tempat para Nabi dilahirkan dan berkarya

Tentang Penulis

Ahmad Y Samantho: peneliti dan penulis buku best seller Peradaban Atlantis Nusantara, mantan aktivis Masjid Salman ITB, Jurnalis, Dosen ICAS-Universitas Paramadina Jakarta, pembina komunitas Atlantis Indonesia dan Direktur Bayt Al-Hikmah Institute

Garut Kota Illuminati 001

klik untuk memperbesar

Judul Garut Kota Illuminati
No. ISBN
Penulis Ahmad Yanuana Samantho
Penerbit Phoenix
Tanggal terbit 4 Oktober 2013
Jumlah Halaman
Berat Buku
Jenis Cover Soft Cover
Dimensi(L x P)
Kategori
Harga 89.900
Text Bahasa Indonesia ·

https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=FQPdaLo721I

Link Berkaitan:

http://sikumbangtenabang.com/?p=1182#more-1182

http://annunaki.me/2013/10/03/ahmad-yanuana-samantho-garut-kota-illuminati/

Download E-book langka Tarekat Mason Bebas (Freemason) di Indonesia

Ahmad Yanuana Samantho: Garut Kota Illuminati

Garut Kota Illuminati

03-05-2014 11:18

Salah satu wacana dan indikasi bahwa kota Garut menyimpan jejak peradaban Illuminaty-Freemasonry ini diungkapkan oleh Bapak Ucep Jamhari, pensiunan TNI-AD kelahiran Garut, yang saat ini (April-September2013) sedang mencalonkan diri untuk menjadi Bupati Garut. Ucep Jamhari bercerita bahwa ternyata bangunan Masjid Agung Garut dan area sekitarnya pun menyimpan jejak-jejak simbol Illuminati dan Freemasonry.Para pegawai toko buku seperti Gramedia atau lainnya pasti akan kebingungan dimana harus menyimpan buku “Garut Kota Illuminati” (Ufuk, 2013) ini, di bagian non-fiksi atau fiksi. Itu karena isi buku ini benar-benar samar, bahasanya seakan-akan ilmiah tapi isinya jauh dari hal demikian. Sebagai seorang awam, aku memiliki cara jitu dalam menentukan kualitas sebuah buku ilmiah, caranya mudah saja – cek bagian daftar pustaka buku itu. Semakin kaya dan berkualitas referensi yang digunakan penulis, maka boleh dibilang kualitas ilmiahnya juga semakin baik, apalagi kalau berkaitan dengan sejarah. Nah, Buku ini sama sekali tidak mencantumkan daftar pustaka, melainkan hanya catatan kaki di setiap bab yang kebanyakan mengambil dari situs web di internet atau buku-buku yang tidak terlalu berhubungan dengan objek bahasan buku. Sehingga wajar saja kalau aku menilai buku ini tidak akan mendapatkan nilai baik apabila disajikan sebagai tugas mahasiswa sekalipun.Adalah cukup mengagumkan bahwa penerbit sekelas Ufuk mau menerbitkan buku seperti ini. Tapi itu lagi-lagi dapat dimaklumi karena buku semacam ini lagi laris manis di pasaran. Buku-buku bertema konspirasi, freemasonry, illuminati, atlantis, atau apalah memang lagi banyak diburu mereka yang lagi mengalami euforia teori atlantis nusantara berkat beredarnya buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization” karya Prof. Dr. Aryso Santos dan “Eden in the East” karya Stephen Oppenheimer. Dua buku ini menjadi kitab suci bagi mereka yang mempercayai keberadaan benua Atlantis di Nusantara, tak peduli ada puluhan teori lain yang menyebutkan atlantis di daerah lain. Teori ini semakin heboh saja karena Ahmad Y. Samantho, penulis buku “Garut Kota Illuminati” ini, membumbui teori tersebut dengan kisah-kisah Freemasonry, Hitler, Yahudi, CIA, dan lain-lain. Memang benar apa yang dikatakan orang bijak bahwa “satu kebohongan akan ditutupi oleh kebohongan-kebohongan lainnya”.

Sebenarnya aku tidak rela menghabiskan uang sebesar Rp. 89.000,- untuk membeli buku ini mengingat beberapa review lain di internet sudah mengingatkan betapa kecewanya mereka yang terlanjur membeli buku ini. Untunglah ada sahabatku yang baik, yang bersedia membelikanku buku ini agar aku bisa menelaahnya berdasarkan pengetahuan awam yang kumiliki. Aku mengucapkan banyak terima kasih untuk sahabatku yang baik itu. Buku pemberiannya sama sekali tidak percuma.

Kekecewaan mereka yang membaca buku ini sangat beralasan. Bagaimana tidak, dari 490 halaman isi buku, hanya sekitar 6 halaman yang benar-benar membahas indikasi keberadaan illuminati di Garut. Itupun hanya mendasarkan dugaan kepada seorang Ucep Jamhari, seorang “pensiunan TNI-AD kelahiran Garut, yang saat itu (April-September2013) sedang mencalonkan diri untuk menjadi Bupati Garut”. Apa latar belakang Ucep Jamhari, bagaimana kompetensinya di bidang sejarah, dan ke-freemasonry-an, tidak dijelaskan sama sekali. Dalam metode penelitian sejarah, jangankan ia bisa dianggap sebagai sumber primer, sebagai sumber sekunder pun tidak !

Sisa buku (90%) berisi kisah-kisah yang banyak beredar di internet atau buku-buku konspirasi lainnya, tidak ada yang benar-benar baru. Aku akan membahasnya satu per satu untuk memudahkan bayangan anda yang belum membacanya.

Bab pertama membahas teori Yahudi keturunan Jawa, atau sebaliknya. Penulis mengutip teori Pebri Mahmud al-Hamdi (entah siapa dia) yang pernah dimuat dalam buku terdahulunya yang berjudul “Peradaban Atlantis Nusantara” (Ufuk, 2011), bahwa di Lubuk Jambi pernah berdiri sebuah kerajaan tua yang dibangun oleh pasukan Alexander the Great pada abad ke-3 SM.. Kerajaan itu dibangun sebagai replika kerajaan Atlantis, sebagaimana yang diceritakan oleh Plato (347 SM). Apa saja dasar hipotesis tersebut ? Tidak disebutkan sama sekali. Kisah-kisah ini berlanjut dengan gaya penceritaan khas Babad yang merujuk nenek moyang nusantara kepada Adam dan Hawa. Dengan asumsi-asumsi yang lemah disebutkan bahwa salah satu keturunan Adam yang bernama Sis diutus untuk menempati tanah Jawa.

“Sebagai seorang Nabi beliau selalu mengemban tugas untuk saling memperingatkan kaumnya satu dengan yang lainnya untuk saling berbagi rezeki dan mempersembahkan Kurbannya “hanya” untuk Allah SWT sebagai tanda ujud syukur atas ketaqwaannya sebagai pemimpin di ‘tanah Jawa’ ini”

Sebelumnya perlu kuingatkan bahwa keterangan kronologis waktu tidak penting dalam buku ini. Kisahnya bisa melompat-lompat antara satu zaman ke zaman lain, antara satu nabi ke nabi lainnya, untuk mendukung teori nusantara sebagai induk peradaban. Mulai dari mengangkat teori “Candi Borobudur sebagai karya Nabi Sulaiman” hingga nabi Daud yang “membuat gamelan dengan tangannya”.

Perlu diketahui bahwa satu-satunya nabi yang termaktub dalam Al Qur’an, yang menggunakan nama depan “SU” hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU yaitu Soekarno, Suharto, dan Susilo serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah.

Kalau boleh berkomentar, aku ingin mengajukan teori lain yang sepertinya lebih sempurna, bahwa sebenarnya dulu Sulaiman berkuasa di Solomon Island. Mengapa ? Karena namanya kebetulan sama. Itulah yang dinamakan ilmu kirata alias “kira-kira tapi nyata”. Dengan cara inikah bangsa kita ingin disebut sebagai induk peradaban dunia ?

Di bagian yang sama, penulis membahas teori kesamaan beberapa kata dalam Bahasa Minang (Melayu) dengan Bahasa Eropa. Seperti awak (kita) dengan our, biduak (biduk) dengan boat, ituak (itik) dengan duck, hati dengan heart, dan lain-lain. Semua itu berujung kepada kesimpulan bahwa Alexander the Great pernah menetap di Sumatra pada akhir hidupnya. Menakjubkan bukan ?

Bab II membahas kemungkinan Indonesia sebagai “The Promised Land“-nya orang Yahudi. Apa yang mendasarkan pendapat tersebut ? Ternyata karena ada kesamaan antara kata “Jawa” dengan “Jewish”. Untuk menguatkan pendapat tersebut penulis mengutip beberapa tulisan yang berasal dari Internet sepenuhnya. Banyak hal-hal yang cukup menarik di sini, tapi tetap saja masih jauh dari pembahasan “Garut Kota Illuminati”.

Bab ketiga mulai membahas Illuminati dan Freemason di Nusantara. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa alasan kedatangan kaum Teosofi seperti Helena Blavatsky dan kaum Freemason ke Nusantara dan mendirikan banyak loji bersama para pengusaha kolonialis Barat di berbagai kota penting di Nusantara antara lain adalah kemungkinan bahwa mereka sudah mengetahui secara spiritual maupun ilmiah mengenai lokasi imperium atlantis yang sebenarnya. Untuk itu kembali diungkapkan materi-materi yang sudah dimuat dalam buku Ahmad Samantho sebelumnya mengenai kesamaan-kesamaan beberapa peninggalan sejarah di Indonesia dengan negara lainnya, yang lagi-lagi menyampingkan periodisasi sejarah sama sekali. Bayangkan saja caranya membandingkan Piramida Maya dengan Candi-candi di Bali yang usianya terpaut ribuan tahun. Mungkin menurut asumsinya kedua bangunan tersebut dibangun di zaman yang sama. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa kesamaan arsitektur kubah mushola yang ada dekat rumahku dengan arsitektur Hagia Sophia di Turki telah membuktikan adanya peradaban yang sama di kedua tempat.

Nah, bab keempat mulai membahas jejak Illuminati dan Freemasonry di kota Garut dan Indonesia umumnya. Apa yang menjadi bukti awal ? Tidak lain adalah “piramid-piramid” di nusantaram berupa punden-punden berundak dan candi-candi yang menurut sang penulis “merupakan ikon sumbolik daripada sekte atau okultisme illuminati dan Freemason sejak periode awalnya”. Dengan kata lain ia menyimpulkan bahwa pembangun punden-punden berundak dan candi-candi di Indonesia merupakan kaum illuminati. Khusus untuk Garut, penulis kembali mengangkat kasus “Gunung Sadahurip” yang bentuknya seperti piramida. Untuk itu ia memuat kembali secara mentah-mentah artikel online yang membahas gunung tersebut sekaligus komentar dan diskusi orang-orang tak dikenal yang membahas hal2 diluar konteks atau tidak nyambung. Tidak tanggung-tanggung, artikel yang jelas-jelas membantah teori piramida tersebut pun juga dimuatnya. Sehingga di akhir bisa disimpulkan bahwa gunung tersebut tidak punya kaitan apa-apa dengan piramida atau freemasonry. Tidak lupa, penulis turut memasukkan tulisannya yang berisi pengalamannya melakukan “gowes” atau bersepeda ke daerah Gunung tersebut. Untuk apa kisah tersebut dimuat dalam buku ini? Mungkin hanya untuk menambah ketebalan buku saja.

IMG_0006

Halaman 196 – 200 merupakan inti utama buku ini : jejak Illuminati di Pusat Kota Garut. Setelah dibawa “berputar-putar” lamanya, akhirnya kita tiba pada inti buku yang hanya beberapa lembar ini. Menurut penulis, yang merujuk pada pendapat Bapak Ucep Jamhari, jejak ini antara lain ditunjukkan oleh Masjid Agung Garut yang desain arsitekturnya mirip gedung Loji Freemason. Tidak kurang tidak lebih. Lalu mengapa kaum Illuminati atau Freemason ini tertarik untuk “tinggal” di Garut ?

Keberadaan beberapa peninggalan bangunan dan ciri-ciri simbolis sekte Illuminati dan Freemasons di Kota Garut, mengindikasikan kehadiran mereka di kota ini sejak zaman penjajahan Belanda. Mungkin salah satunya adalah karena keindahan panorama alamnya yang dilingkungi pegunungan dan udaranya yang sejuk, membuat orang-orang Eropa Barat : Belanda, Inggris dan Jerman sering berkunjung dan berlibur di Kota Garut.

Bayangkanlah, organisasi sebesar Freemasonry atau Illuminati yang katanya menguasai dunia, tinggal di Garut karena kota tersebut pemandangannya indah dan udaranya sejuk. Itulah kesimpulan daripada buku ini.

Sebagai seorang penggelut teori konspirasi atau sejarah freemasonry di Indonesia, penulis buku ini tampaknya hanya bisa mengakses narasumber yang terlalu dangkal atau tidak berkualitas sama sekali. Padahal masih ada pemerhati masalah freemasonry di Indonesia seperti Sophie Trianaparamitha atau Iskandar P. Nugraha, penulis buku sejarah Gerakan Teosofi di Indonesia, yang lebih kompeten sebagai narasumber. Ahmad Samantho sebagai penulis buku ini bahkan sama sekali tidak mengindahkan buku paling komprehensif mengenai sejarah Freemason di Indonesia, yaitu karangan Th. Stevens yang berjudul “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962″ (Sinar Harapan, 2004). Buku yang mudah didapatkan karena ebooknya bisa diunduh dengan bebas ini bahkan tidak digunakannya sama sekali, padahal banyak informasi penting mengenai Freemason Indonesia yang bisa digali di sana. Mungkin karena semua sumber tersebut tidak membahas hal-hal berbau “atlantis” sehingga sang penulis enggan menggunakannya, dan lebih memilih seorang narasumber bernama Ucep Jamhari yang entah pernah membuat karya apa tentang Freemasonry.

Andai mau capek sedikit, aku yakin Ahmad Samantho sang penulis buku “Garut Kota Illuminati” ini bisa mendapatkan lebih banyak info mengenai kegiatan Freemason di Indonesia yang tidak seheboh yang dibayangkannya. Aku bisa memperlihatkan buku kenang-kenangan 150 tahun sejarah Freemason di Hindia Belanda / Gedenkboek van de Vrijmetselarij in Nederland Oost Indie 1767 – 1917 (Van Dorp, 1917), buku terlengkap yang menyajikan sejarah 150 tahun Freemason di Hindia Belanda secara cukup lengkap, dan merupakan sumber sekunder yang sangat berharga. Anehnya buku ini sama sekali tidak pernah menyebutkan Garut sebagai salah satu lokasi kegiatan Freemasonry. Mereka mendirikan Loge secara terbuka di Batavia, Semarang, Surabaya, Bogor, Magelang, Bandung, Salatiga, Tegal, Malang, Jember, Sukabumi, Purwokerto bahkan sampai Padang, Makassar, Medan dan Palembang tapi tidak pernah di Garut. Apakah itu berarti mereka kurang menyukai pemandangan indah dan hawa sejuk Garut ?

IMG_0004
Suasana Pertemuan Freemason di Gedung Het Star in de Oosten Batavia

IMG_0003
Para pengurus loji Freemason di Buitnzorg (Bogor) (Sumber : Gedenkboek Vrijmetselarij 1676 – 1917)

Selanjutnya sisa buku ini tidak terlalu penting untuk kuulas kembali, karena hanya mengulang kembali kisah mengenai kunjungan Hitler ke Indonesia, teori-teori konspirasi mengenai Freemasonry, sejarah perbankan, dinasti Rothschild, dan lain-lainnya yang tidak berhubungan sama sekali dengan Garut sebagai “Kota Illuminati”. Kisah-kisah itu banyak terdapat di thread-thread atau grup-grup yang membahas teori konspirasi di Internet.

Apabila aku mencoba menarik benang merah dari buku ini, maka yang kudapat adalah : Dahulunya negeri ini merupakan pusat peradaban dunia yang didiami oleh nabi-nabi, tetap kemudian tersapu banjir besar sehingga tenggelam. Kalangan Freemason bermaksud menguasai kembali pusat peradaban tersebut dan berusaha menancapkan kekuasaannya kembali, salah satunya di Garut. Sehingga kota tersebut menjelma menjadi “Kota Illuminati”. Mohon dikoreksi apabila kesimpulanku tersebut kurang tepat.

Akhir kata bukan maksudku merendahkan buku ini maupun penulisnya. Aku sangat menghargai upaya penulisan dalam bentuk apapun, karena berdasarkan pengalamanku menulis dan menerbitkan buku bukanlah hal yang mudah. Tapi yang perlu dipikirkan adalah, apakah kiranya tulisan kita akan mencerahkan banyak orang atau malah menyesatkan. Juga perlu dipikirkan strategi pemilihan judul buku yang baik sehingga isi buku bisa sesuai dengan ekspektasi pembeli. Buku “Garut Kota Iluminati” ini menurutku bisa mewarnai khazanah literasi di Indonesia, tapi alangkah lebih baiknya apabila sang penulis tidak tergesa-gesa mencantumkan judul buku demikian apabila isi buku tidak sama sekali atau kurang mewakili judul tersebut. Ini hanya pendapat seorang awam yang tidak perlu dipikirkan sama sekali.

(Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/53646e180f8b465a1b8b463c/garut-kota-illuminati?goto=newpost)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1300