Kisah Nyata seorang pendiri ONH PLus
by Ghuzila Humeid
SEJARAH ONH PLUS INDONESIA Tahun 1981 Adalah sepasang kakak beradik yang bernama Muhammad Fauzan dan Fathurrahman (Amang) yang berkeinginan untuk mengadu nasibnya di negeri arab (Saudi Arabia) sebagai tenaga kerja terlatih guna memperbaiki nasibnya yang lebih baik dan disisi lain agar dapat menunaikan ibadah haji sekaligus. Muhammad Fauzan tadinya merupakan seorang ahli perkapalan dan bekerja di PT. Pelni serta pernah bekerja di Mercedez Indonesia dan terakhir bergelut di dunia teknik pendingin. Sedangkan adiknya yang cerdas dan pernah mengenyam pendidikan di sekolah teknik penerbangan Singosari –Malang. Karena kecerdasannya itu di usia yang masih muda beliau pernah mengajar menggantikan gurunya untuk mengajar teknik penerbangan di sekolahnya.
Di waktu luangnya dimanfaatkan oleh beliau untuk kursus teknik elektronika pada seorang guru teknik terkenal di Malang yaitu bapak Prof. Dr. Ichwan Hariadi. Akibat mimpi yang dialami ibunya ketika bermimpi melihat pesawat jatuh maka nasib menjadi seorang pilot-pun kandas dan beliau meneruskan keilmuwannya pada bidang service peralatan elektronik. Pucuk dicinta ulam-pun tiba tak dinyana ternyata kafil (penjamin) dari pihak orang Saudi ternyata seorang pegawai pemerintah kerajaan Saudi yang bernama H. Abdul Basyir Al Mandura yang saat itu posisinya sebagai karyawan di pabrik pembuatan kain penutup Ka’bah (Masna’ Kiswatul Ka’bah).
Singkat cerita kerjaan kakak beradik ini maju berkembang pesat dan makin dikenal baik oleh kalangan warga arab maupun keluarga kerajaan Saudi. Tak sedikit order atau permintaan pekerjaan itu dibagi-bagi dan ditularkan kepada teman-temannya yang sesama perantauan baik dalam bentuk pekerjaan maupun dalam bentuk kursusan agar mereka dapat meneruskan ilmunya kepada rekan lainnya yang membutuhkannya. Tahun 1983. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa system pemerintahan kerajaan Saudi saat itu yang masih tradisional dan memegang teguh ajaran Islam secara murni dan menjadikan hukum Islam di atas segala-galanya termasuk urusan ibadah haji merupakan issue yang sangat penting. Hal-hal yang berhubungan dengan urusan haji sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah kerajaan tak terkecuali kalau diketemukan ada pihak yang menyelenggarakan urusan ibadah haji diluar selain pihak kerajaan maka hukumannya adalah dipancung atau dipenggal kepalanya. Kebetulan mulai tahun 1983 sejak perluasan masjidil Haram menjadi areal yang lebih luas dan nyaman maka jumlah jama’ah yang melaksanakan ibadah haji kian lama kian besar jumlahnya, termasuk juga kafil-nya Fathurrahman , H. Abdul Basyir Al Mandura yang selalu menjadi Muassasah dari pihak kerajaan. Kebetulan saat itu banyak tamu dari Indonesia yang sebagian besar merupakan pejabat penting dan tamu kerajaan tak tertangani oleh pihak kerajaan.
Di satu sisi Fathurrahman yang memang jago dalam memanage teman-temannya saat itu sedang membuka usaha catering atau jasa makanan ala menu Indonesia untuk disalurkan kepada tamu kerajaan asal Indoensia sebagai usaha sampingan dikala musim haji tiba. Beliau saat itu kebetulan memperkerjakan puluhan karyawan dari mukimin yang menetap di Arab Saudi maupun beberapa mahasiswa Kairo yang lagi cuti belajar dan melaksanakan ibadah haji sambil mencari tambahan rezeki dengan ikut dalam usaha jasa makanan ini. Rupanya niat tulus ini ditanggapi dengan serius oleh majikannya (kafil) Basyir dan dilaporkannya ke pihak kerajaan Saudi.
Tak selang lama H. Fathurrahman (H. Amang) ini akhirnya mendapatkan dispensasi khusus dari pihak kerajaan dan tidak berlaku untuk yang lainnya yaitu boleh melayani tamu khusus kerajaan mulai dari turun pesawat di Jeddah, Mekkah, Madinah , Mekkah dan kembali lagi ke Jeddah hingga naik pesawat untuk kembali ke tanah air. Seiring waktu berjalan maka makin lama tamu pejabat Indonesia yang tanganinya makin banyak dengan hanya berbekal dari mulut ke mulut dengan system “Jeddah to Jeddah”. Mengapa hanya demikian? Jawaban beliau karena kebanyakan tamu Allah itu mintanya diperlakukan secara istimewa dan biar mereka bisa ibadah makin kusyu’ tanpa perlu memikirkan lagi pemondokannya yang jauh, masalah makanannya yang beda, masalah transportasinya maupun urusan barang-barang yang akan dibawanya saat dating maupun saat pulang kembali ketanah air. Inilah cikal bakal ONH Plus yang dipelopori oleh H. Fathurahman (H. Amang) kala itu masih terkenal dengan istilah Jeddah to Jeddah.
Guna mengakomodir keperluan dan layanan yang lebih baik akhirnya H. Amang memutuskan untuk membagi-bagi lagi beberapa temannya yang sudah trampil dan ahli untuk berdiri sendiri diluar benderanya H. Amang. Beberapa rekan partner dari Indonesia yang ikut berkecimpung di dunia ONH plus kala itu diantaranya seperti dari yayasanya Lemhanas maupun dari Sekretariat Negara (Setneg). Ditengah niat dan usaha yang tulus untuk melayani tamu Allah tanpa pamrih ini rupanya dinodai oleh sebagian kecil anak buahnya guna mendapatkan uang yang berlimpah dari hasil sampingan melayani tamu Allah tersebut. Diantaranya ada yang mempermainkan tiket, jasa hotel, kendaraan ,makanan hingga jasa dam haji. Memang tak sedikit dari mereka begitu pulang kampung langsung menjadi kaya raya tapi tetap miskin dimata Allah karena memakan harta tamu Allah yang seharusnya dilayani dengan tanpa pamrih.
Keserakahan itu makin lama kian berkembang pesat, dari dua-tiga bendera lambat laun beranak-pinak menjadi puluhan hingga ratusan jasa pelayanan Haji plus (ONH Plus). Diantaranya yang terkenal saat itu adalah dari keluarga cendana yaitu Tiga Utama. Memang kalau urusan uang, iman lemah maka tamu Allah-pun diembat. Tak sedikit janji-janji manis yang diberikan oleh mantan teman-teman dan anak buahnya H. Amang ini berbuntut panjang dan pertengkaran yang tiada henti akibat mereka di khianati oleh biro haji ONH Plus yang memberangkatkannya. Tak sedikit diantara biro haji yang hanya sekedar mengambil fee dari selisih paket harga yang ditawarkan lalu dioperkan kepada biro haji lainnya dengan harga yang lebih murah.
Hingga akhirnya bsia ditebak sendiri, muncul berbagai ketidak beresan disana-sini, mulai urusan visa yang bodong alias palsu, hotel yang tidak sesuai janji, mutu makanan yang diluar standar mutu sampai urusan ditelantarkannya jama’ah haji yang ada di Jeddah hingga tidak bisa kembali ke tanah air. Naudzu Billahi Mindzaalik. Pernah suatu hari H. Amang menangis tatkala sahabatnya yang dipercayakannya dan dikenal baik itu ternyata ingkar janji. Bicara ada 5 pesawat yang datang di Jeddah dengan kepala regunya masing-masing yang membawa uang saku buat layanan Jeddah to Jeddah ternyata begitu mendarat mereka tidak membawa uang sepeser-pun. Uangnya habis digondol sama temannya di Jakarta. Berhubung ini adalah tamunya Allah maka segala sesuatunya harus dilayaninya dengan sebaik mungkin. Pernah iseng-iseng saya tanya bagaimana bisa mengatur ratusan hingga ribuan jama’ah haji plus ini? Jawabnya cukup simple, katanya : “Kamu harus taruh otakmu dan gandakan hatimu, kalau perlu dilipatgandakan menjadi 1000 hati”. Ternyata kalimat di atas bermakna sangat dalam sekali, bahwa ujian haji buat tamu Allah itu sangat –sangat besar sekali dan syetan-pun diberi kekuatan sepenuhnya untuk menggodanya di bulan haji ini. Dan ternyata ibadah haji kalau mengandalkan bekal pikiran saja maka semuanya pasti akan sia-sia dan tidak sampai pada akal yang waras sekalipun. Ya …bagaimana tidak, jama’ah haji yang datang 5 pesawat secara bergantian tersebut datang dengan tanpa jaminan uang sekalipun untuk bekal akomodasi selama di tanah arab, semuanya sudah diserahkan kepada biro perjalanan nakal di tanah air. Mereka semuanya pasrah…. Ya….pasrah merupakan kunci dari segala sumber kunci setelah semua usaha dan daya serta niat tulus yang dilakukannya ternyata “DIUJI” oleh Allah.
Ditengah kepasrahan yang tinggi dan otak-pun buntu total ternyata Allah menggerakkan Kalbu H. Amang untuk segera menuju ke salah satu pimpinan pemilik bis antar kota Jeddah – Mekkah lalu diuraikannya maksud dan tujuannya serta berjanji akan membayar seluruh biaya bis tersebutsetelah tiba ditujuan. Ternyata cukup berbekal “Kalam” atau ucapan yang benar dan ikhlas sang pimpinan bis inipun luluh dan berbinar matanya serta menyanggupi untuk mengantarkan seluruh rombongan 5 pesawat ONH plus Indonesia menuju Mekkah.
Saat dalam perjalanan-pun H. Amang sekali lagi otaknya berfikir tentang bagaimana nanti caranya untuk mendapatkan uang serta memikirkan mau nginap dimana nih jama’ah haji yang sudah setelngah jalan menuju Mekkah Al Mukarromah. Ditengah kegalauannya itu ternyata sekali lagi kalbunya mengisyaratkan agar tamu allah itu segera diturunkan di hotel A. Begitu masuk ke hotel, ternyata sang pemilik hotel langsung menyambutnya bak raja. Padahal tidak kenal sedikitpun, dan beliau mengutarakan maksud dan tujuannya serta bercerita bahwa saat menuju kesini bus-nya belum di bayar. Aneh bin ajaib, sang pemilik hotel inipun tertawa dan menyanggupi membayar seluruh biaya angkutan bis dari Jeddah menuju Mekkah. Padahal biaya hotel belum juga dibayar. Sekali lagi kalam (ucapan) yang benar inipun ditukar dengan kalam (ucapan) yang lain dengan maksud yang berbeda. Kisah inipun bergulir seperti ada yang mengatur hingga para jam’ah haji yang merupakan tamu Allah itu kembali lagi ke tanah air hinga selamat.
Itulah kisah nyata perjalanan ONH Plus Indonesia yang awalnya diniati dengan baik dan tulus ternyata masih ada juga oknum sebuah biro atau lembaga perjalanan haji yang masih memakan uang haram dari para tamu Allah ini. Semoga Allah mengampuninya dan kembali ke jalan yang benar. Nun jauh disana tepatnya dikota Probolinggo, tubuh sang perintis ONH Plus H. Amang (Fathurrahman) inipun masih utuh dan hangat terbujur kaku dengan bungkus kain kafan putih serta bau harum semerbak mewangi yang tiada taranya tatkala tubuhmu yang tak bernyawa itu masih mendapatkan rezeki dari Tuhannya. Ya, walaupun kau meninggal tanggal 13 September 2001 tapi tubuhmu tak ubahnya laksana orang yang sedang tidur, komplit dengan keringat dari sisi-sisi kulitmu. Semoga amal ibadahmu selalu diterima disisi-NYA Jakarta, 26 Oktober 2012 ![]()

Suka ·
· Bagikan
-
Roni Junaidi File tak buka s browser error mas..
Padahal pengen moco -
Fatchul Muin Ya begitulah adanya sekarang sdh jd Komoditas… gag ngerti menjamu Tamu Allah.
-
Ghuzilla Humeid Roni Junaidi : Pakai komputer aja.
-
M Arief Pranoto Alfatihah! Sayang aku tidak sempat bertemu
-
Agus Prasetyo subhanallah semoga semua amal ibadah mas amang diterima allah swt, aamiin.
-
Heni Purwaningsih Allahu Akbar… Perjuangan H.Amang akan selalu dkenang.. Barokallah…
-
Ghuzilla Humeid Mengenai jasad utuhnya bisa ditanyakan ke penduduk Tisnonegaran yang saat itu ikut datang untuk melihat pemakaman istri dari kakaknya H. Fathurrahman. Mungkin lantaran lewat almarhumah istri kakaknya agar dibukakan salah satu rahasia ilahi-NYA buat penduduk sekitarnya yang tatkala itu tanpa sengaja saat menggali makam disamping makam Almarhum H. Fathrurahman tiba-tiba sirap atau kayu penutup makam adiknya itu longsor dan saat itu terbuka jelas wajah segar H. Fathurrahman yang terlihat seperti orang yang sedang tidur juga kain kafan dan kayu penutupnya dalam keadaan baik dan tidak dimakan rayap sedikit-pun.
Subhanallah…. -
Tulis komentar…
