SVARGGA

Tidak ada adegan fulgar di relief dasar Borobudur,Leluhur Sailendra jauh sebelum abad 8 M membangun dan membuat relief di bagian dasar untuk di lihat generasi penerus nya,Tidak di tutup
Teks kata yang tertera di relief dasar di antaranya Svargga,Kusaladharmabajana,Pataka,Adyabhogi,Bhogi,Sabdasravana,cakravathi
Mari kita cermati teks kata“Svargga” :
Borobudur , “Bhwana Sakha Phala” tidak di bangun abad 8 M,Wangsa Sailendra generasi penerus leluhur terdahulu yang merawat bangunan suci ini,Merawat itu bukan membangun
…Soelaeman juga tidak membangunnya
Ajaran asli leluhur Nusantara Indonesia terdahulu sudah mengenal “Svargga” ,sebelum adanya ajaran yang bernama “Agama” di muka bumi,ajaran nya menyebar menyebar mewarnai ke 3/4 muka bumi.
Borobudur sudah lebih dahulu ada dari agama yang lahir di india abad 5 SM
Terbukti dari teks kata “Svargga”
Panil No 137,Pada dasar situs “Borobudur” yang saat ini di tutupi batu saat ini tidak dapat terlihat
Terdapat satu gambar relief penuh disisi kiri dan kanan, masing masing menggambarkan sebatang pohon dengan dua mahluk berbentuk burung dengan kepala manusia
Disisi kanan bangunan terdapat lima perempuan, tiga orang sedang duduk bersila dengan sikap hormat dan dua orang berdiri
Salah seorang tokoh terlihat membawa suatu benda seperti dayung atau tombak,semua kelompok menghadap ke arah bangunan
Pada garis bingkai panel relief tersebut terdapat Inskripsi : “Svargga”
Kata “Svargga” dalam ajaran asli Nusantara terdahulu yang tampil di Borobudur berbeda pengertian dari kata “Surga” dalam agama samawi
Jannah (Arab: جنّة) adalah konsep “Surga” dalam ajaran agama Islam,teks literasi kata “Surga” tidak di temukan
Kata “Svargga” ini telah ada pada peradaban maju ajaran terdahulu di Nusantara,sebelum ajaran yang bernama “Agama” muncul dan tertulis pada relief Borobudur
Di sini terlihat “serapan kata” untuk mempermudah pengertian tentang hal itu
Dalam islam,pengertian yang di anggap sesuai dengan pengertian surga adalah “Jannah”,Padahal interprestasi pengertian kata “Svargga” dan “Surga” juga “Jannah” masing masing berbeda
Kata Jannah dalam bahasa Arab memiliki arti “Kebun”, dalam tafsir saat ini bahasa Qur’an mendapat imbuhan kata “Surga” dan menjadi “Kebun Surga”
Jadi teks literasi kata “Surga” adalah serapan dari budaya Nusantara,bukan juga ini dari india
Karena pengertian kata “Svargga” dan “Surga” juga “Jannah” masing masing berbeda
Di dalam eskatologi Islam, setelah kematian seseorang akan tetap di dalam alam kubur (barzakh) sampai ‘Hari Kebangkitan’ (Yawm al-Qiyāmah)
Menurut syariat Islam, bahwa perlakuan tiap individu di barzakh adalah berlaku atas amal (perbuatan) seseorang itu sendiri, kemudian menjadi sebuah gambaran pada alam baka
“Akhirat” (Bahasa Arab: الآخرة ;transliterasi: Akhirah) dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian/sesudah dunia berakhir
Dalam Al Qur’an sebanyak 115 kali,yang mengisahkan tentang “Yawm al-Qiyâmah” dan “Akhirat” juga bagian penting dari eskatologi Islam
“Kebangkitan” adalah sebuah konsep tentang kehidupan kedua setelah kematian dari seluruh makhluk, yang ada di dalam ajaran agama Yahudi, Kristen dan Islam
Dalam budaya asli Nusantara kita bisa kaji dari satu kata sebagai contoh misalkan dalam aksara Jawa kata “swarga” swargaloka,(Kw) kadewan, kayangan, swarga
Dalam Mahabarata seusai perang Bharatayuda, Pandawa bersama Drupadi sepakat untuk meninggalkan kehidupan duniawi dengan menempuh perjalanan ke “Swargaloka”
Dalam sumber kutipan lontar geguritan Bhima Swarga, Swarga Loka ini merupakan alam suci,kahyangan para dewa sebagai persinggahan sementara bagi orang-orang yang berjiwa baik
Dalam lontar “Putru Pasaji” disebutkan terdapat alam para dewa – dewi seperti :
Iswarapada, Brahmaloka, Budhaloka, Wisnupada, “Swarga Manik”,Sanghyang Saraswati Sri Manuh, Indra pada, Darapada, Wilasatya, Siwapada, Ganda Langha Jandewa Pralabda,Pitra Loka.
“Swargaloka” itu adalah dunia ketiga yang penuh dengan sinar cahaya dan kebahagiaan, yang menjadi tempat tinggal bagi orang-orang suci
Untuk bisa sampai di alam ini, maka seseorang harus melakukan pembersihan diri dengan
1.Karana Sarira
2.Suksma Sarira
3.Triantah Karana
Keilmuan di tanah Jawa itu bernama “Serat Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”,ini asli ajaran Nusantara bukan india
Di dalam Weda dikatakan bahwa Swarga adalah “Dunia ketiga” yang penuh sinar dan cahaya yg merupakan tempat tinggal para dewa diistilahkan “Swarga Loka”
Sorga merupakan persinggahan sementara yang dalam Bhagawad Gita mengatakan : ”Setelah menikmati Sorga yang luas, mereka kembali ke dunia”
Swarga sebagai tempat kesenangan sementara, sedangkan kebahagiaan yang sejati adalah “Moksha”, bersatunya Atman/Jiwa dgn Brahman,Sang Pencipta
Svarga; Swarga Loka sebagai kahyangan para dewa yaitu lapisan tingkatan pertama dari alam “Swah loka” yang dalam tingkatan “Tri Loka”,Sang jiwa akan merasakan kebahagiaan, dan kedamaian
Siddartha Gautama, Buddha, menjelaskan “Buddhisme” sebagai sebuah rakit yang, setelah mengapung di atas sungai, akan memperbolehkan sang penumpangnya untuk mencapai “Nirwana”
Dalam pengertian yang lebih dalam, “Nibbana” adalah kebahagiaan tertinggi, suatu keadaan kebahagiaan abadi yang luar biasa
Kebahagiaan Nibbana tidak dapat dialami dengan memanjakan indera, melainkan dengan menenangkannya
Nibbana bukanlah suatu tempat,Nibbana bukanlah suatu ketiadaan atau kepunahan
Nibbana bukanlah suatu surga
Tidak ada kata yang cocok untuk menjelaskan Nibbana ini,Nibbana dapat direalisasi dengan cara melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian dosa kebodohan batin,moha
Konsep “Surga” & “Nirwana” antara ajaran asli Nusantara,Agama Samawi,Buddha juga Hindu india sangat berbeda dan tidak dapat disama ratakan
Kesimpulan :
Ajaran leluhur kita lah yang mewarnai ajaran hampir di 3/4 muka bumi,terekam dalam relief Borobudur dalam teks kata “Svargga”
Dan tulisan atau teks “Svargha” di Borobudur tidak mengacu pada ajaran yang ada pada saat ini,juga bukan berdasar pada palsafah agama yg diclaimkannya.
KAJIANUSANTA RA
Oleh : santosaba
santosaba234@gmail.com