Muharram bulan Duka versi Rasulullah SAW VS Bulan penuh berkah versi bani Umayyah..
Bulan Muharram.. Bulan DUKA Rasulullah SAW Dan keluarga sucinya
Syekh Shaduq dari Jablah Makkiyah meriwayatkan bahwa dia mendengar Maitsam Tammar ra berkata,
”Demi Allah pada hari kesepuluh bulan Muharam, umat ini telah membunuh putra Nabinya sendiri dan setiap aliran yang memusuhi agama Allah menganggap bahwa hari ini adalah hari yang penuh berkah…”
Hal ini sudah terjadi dan diketahui oleh Allah Swt. Aku tahu hal itu dari Imamku, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as ketika Jablah berkata, ‘Wahai Maitsam, bagaimana umat ini bias menjadikan hari dibantainya Imam Husain as sebagai hari yang berkah?’
Maitsam ra menangis dan berkata, ’Dengan hadis buatan tadi mereka menganggap bahwa hari itu adalah hari diterimanya taubat Adam as oleh Allah Swt, padahal hal itu terjadi pada bulan Zulhijah.
Mereka menganggap bahwa hari itu adalah hari dikeluarkannya Yusuf as dari perut ikan, padahal hal itu terjadi pada bulan Zulqoidah.
Mereka beranggapan bahwa hari itu adalah hari berlayarnya bahtera Nuh as, padahal hal itu terjadi pada hari kesepuluh bulan Zulhijah.
Mereka beranggapan bahwa hari itu hari dibelahnya laut bagi Musa as, padahal itu terjadi pada bulan Rabi’ul Awal.’”
Selayaknya bagi kita pada bulan ini untuk mengingat kondisi Imam Husain as, para wanita dan anak-anak beliau yang pada waktu itu menjadi tawanan musuh Allah, menagis sedih dan kebingungan karena tertimpa musibah mahadahsyat di Karbala. Tiada ujung pena yang menggambarkan kisah itu. Sesungguhnya tepat ucapan ini:
فاجِعَةٌ اِنْ اَرَدْتُ اَكْتُبُها مُجْمَلَةً ذِكْرَةً لِمُدِّكِر
جَرَتْ دُمُوعى فِحالَ حامِلُها ما بَيْنَ لَحْظِ الْجُفُونِ وَالزُّبُرِ
وَقالَ قَلْبى بُقْيا عَلَىَّ فَلا وَاللهِ ما قَدْ طُبِعْتُ مِنْ حَجِر
بَكَتْ لَهَا الاَْرْضُ وَالسَّمآءُ وَما بَيْنَهُما فى مِدامِع حُمُر
من از تحرير اين غم ناتوانم كه تصويرش زده آتش بجانم
ترا طاقت نباشد از شنيدن شنيدن كى بود مانند ديدن
Andaikata aku tulis musibah ini secara rinci untuk makhluk niscaya akan mengalir air mataku yang akan menghalangi menulis. Hatiku akan berkata,”Kasihanilah aku, demi Allah aku bukan batu.” Bumi dan langit menangis atas musibah itu. Di antara kedua membanjiri linangan air mata darah.
Berdirilah. Ucapkan salam kepada Rasulullah saw, Ali Murtadha, Fatimah Zahra, Hasan Mujtaba dan seluruh imam dari keturunan Sayyidusy-Syuhada, Imam Husain as, dan mengucapkan takziah kepada beliau.
Versi Bani Umayyah
Penulis buku ini menjelaskan bahwa dari perkataan beliau bisa disimpulkan sesungguhnya hadis-hadis yang menjelaskan keutamaan hari Asyura adalah hadis buatan dan mengada-ada.
Pengarang buku Syifa’ as-Shudur menganalisis potongan Ziarah Asyura ini, allahumma inna hadza yaumun tabarrakat bihi banu Umayyah (Ya Allah hari ini adalah hari dimana Bani Umayyah mengambil barakah darinya). Artinya barakah mereka dari hari ini memiliki beberapa gambaran:
Pertama, bagi mereka adalah sunah menyimpan bekal hidup dihari ini sebab mendatangkan kebahagiaan, banyaknya rezeki dan kemakmuran. Namun hal ini sangat ditentang dan dilarang oleh Ahlulbait as sebagaimana yang terdapat dalam banyak hadis.
Kedua, mereka menganggap hari ini sebagai hari raya yaitu dengan memberikan nafkah kepada keluarganya, memakai pakaian baru, memotong kumis dan kuku, bersalam-salaman satu sama lain dan mengadakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh Bani Umayyah bersama pengikut mereka.
Ketiga, berpuasa dengan bersandar kepada hadis-hadis buatan.
Keempat, mereka menyakini bahwa berdoa pada hari ini adalah sunah. Karena itu, mereka membuat-buat manaqib dan keutamaan hari ini disertai dengan doa-doa, lalu mereka ajarkan doa-doa itu kepada para pelaku maksiat untuk mengaburkan masalah yang sebenarnya terjadi (pembantaian Imam Husain as).
Dalam khotbah yang mereka baca pada hari ini, mereka sebutkan kemuliaan dan keutamaan setiap nabi di negeri mereka pada hari seperti dipadamkannya api Namrud, kokohnya bahtera Nuh, tenggelamnya tentara Firaun dan selamatnya Nabi Isa as dari Yahudi.

MENANGISI IMAM HUSEIN CUCUNYA RASULULLAH SAW
(Yang terbantai di Padang Karbala pada Hari Asyuro :
10 Muharam tahun 61 H)
Para ulama banyak menggunakan dalil dari Al- Qur’an tentang menangis di antaranya adalah :
Holy Quran 53:59
——————
أَفَمِنْ هَٰذَا ٱلْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ
Apakah kalian mengingkari setiap kebenaran sehingga kalian merasa heran dan mengingkari al-Qur’ân? Lalu kalian tertawa sebagai hinaan dan cemoohan–bukan malah menangis seperti yang dilakukan orang-orang yang yakin–dalam keadaan lengah dan sombong)
Apakah kalian heran terhadap pemberitaan tentang perjalanan hidup manusia al-Qu’ran yaitu Rasulullah saw dan Ahlulbaytnya hingga kalian tertawa (mengejeki) dan tidak menangis, karena keterbatasan pengetahuan atau ketidak tahuan.
Pertanyaan dalam ayat ini bernada keras berupa peringatan? Al-Qur’an al-karim dan Rasulullah adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Begitu pula antara Rasulullah saw dan Imam Husein. Karena Rasulullah dalam sabdanya menyebutkan : ”Husein dariku dan aku dari Husein”.
Sesuai dengan hadis Nabi saw : ”Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.
Tangisan yang hakiki ini menyebabkan timbulnya rasa khusyuk. Namun hati manusia tidak dapat menjadi khusyuk kalau mereka tidak merasa sedih atas musibah dan kesulitan yang menimpa orang lain. Sehingga menimbulkan kesadaran (kepedulian / peka) yang pada akhirnya berusaha untuk meringankan penderitaan orang lain.
Dibacakan Al-Qur’an juga sama maknanya dibacakan kejadian-kejadian yang menimpa manusia mandatarisnya Al-Qur’an yaitu Rasulullah saw. dan Ahlulbaytnya.
Tangisan juga bermakna istighfar kalau disertai penyesalan terhadap kelalaian dan dosa serta ketidak pedulian.
Holy Quran 44:29
——————
فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ ٱلسَّمَآءُ وَٱلْأَرْضُ وَمَا كَانُوا۟ مُنظَرِينَ
Langit dan bumi pun tak bersedih ketka mereka ditimpa siksaan itu, karena mereka memang hina. Mereka tidak diberi tenggang waktu untuk dapat bertobat dan untuk dapat menyadari kesalahannya, sebagai bentuk penghinaan terhadap mereka.”
Rasulullah saw Menangisi Imam Husein as
Diriwayatkan dari Amiril Mukminin a.s. :”Ketika aku bersama Fatimah, Hasan dan Husein a.s. bertemu Rasulullah saw beliau menangis, kemudian aku bertanya apa yang menyebabkanmu menangis duhai Rasulullah saw beliau menjawab :”Pukulan (pedang) di kepala mu, pukulan yang mengenai pipi Fatimah, racun yang diberikan pada Hasan dan terbunuhnya Husein a.s.
Sayyidah Fathimah as Menangisi Imam Husein as
Diriwayatkan ; ’Ketika Nabi saw memberi kabar kepada putrinya Fathimah a.s. tentang berbagai musibah yang akan menimpa anaknya Husein a.s. hingga terbunuhnya. Fathimah menangis dengan tangisan yang memilukan.
Kemudian bertanya; wahai Ayah, kapan hal itu akan terjadi. Beliau saw menjawab di suatu zaman yang saat itu sudah tidak ada aku dan engkau juga Ali a.s., maka bertambahlah tangisan Fathimah a.s.
Kembali Sayyidah Fathimah a.s. bertanya;’ Siapakah nanti yang akan menangisinya dan siapa yang akan mengucapkan belasung kawa atasnya.
Nabi saw menjawab ;’Wahai Fathimah a.s. sesungguhnya wanita ummatku nanti yang akan menangisi wanita ahlu baytku sedangkan yang laki-laki akan menangisi laki-laki ahlu baytku yang selalu mengucapkan berbelasungkawa, (mengadakan acara aza’) setiap tahunnya hal itu akan terus berlangsung setiap generasi demi generasi. Ketika tiba hari kiamat engkau akan memberikan syafaat untuk kaum wanita dan aku akan memberikan syafaat untuk kaum lelaki dan setiap yang menangis atas musibah Husein a.s. aku yang akan mengangkat nya dan memasukkan nya ke surga.
Wahai Fathimah setiap mata akan menangis di hari kiamat kecuali mata yang menangisi musibah al-Husein dia akan tersenyum dengan senyum membahagiakan karena akan mendapat kan kenikmatan-kenikmatan surga. (Al-Bihâr, juz 44, hal 293)
Para Imam Ahlul Bayt as Nenangusi Imam Husein as dan menganjurkan semua pecintanya menangis
Diriwayatkan dari Imam Ridho a.s. :’Kejadian semisal Husein a.s. hendaklah menangislah bagi yang hendak menangis, karena tangisan untuknya akan menggugurkan dosa-dosa besar, kemudian beliau melanjutkan ; ketika bulan Muharom tiba Ayahku tidak kelihatan tertawa seakan ada yang mengalahkannya hingga sepuluh hari, ketika tiba hari kesepuluh, hari musibahnya dan kesedihanya serta tangisannya, inilah hari terbunuhnya Husein a.s. (Wasâil syîah, juz 14, hal. 505)
Alam menangisi Imam Husein as
Pada hari Al-Husain as. terbunuh, langit meneteskan hujan darah sehingga semua orang pada keesokan harinya mendapati apa yang mereka miliki telah dipenuhi oleh darah. Darah itu membekas pada baju-baju mereka beberapa waktu lamanya, hingga akhirnya terkoyak-koyak. Warna merah darah terlihat di langit pada hari itu. Peristiwa tersebut hanya pernah terjadi saat itu saja.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 89, Dzakhairu Al-‘Uqba hal. 144, 145 dan 150, Tarikhu Dimasyq -seperti yang disebutkan di muntakhab (ringkasan)nya- 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116 dan 192, Al-Khashaishu Al-Kubra hal. 126, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 320 dan 356, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Al-Ithaf bi Hubbi Al-Asyraf hal. 12, Tarikhu Al-Islam 2 hal 349, Tadzkiratu Al-Khawash hal. 284, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 458-462.
Pada hari Al-Husain as. terbunuh, tak ada satu batupun di dunia yang diangkat kecuali di bawahnya terdapat darah segar mengalir
Tadzkiratu Al-Khawash hal. 284, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 320 dan 356, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 349, Kifayatu Al-Thalib hal. 295, Al-Ithaf fi Hubbi Al-Asyraf hal. 12, Is’afu Al-Raghibin hal. 215, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116 dan 192, Miftahu Al-Naja – tulisan tangan -, Tafsir Ibnu Katsir 9 hal. 162, Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 462 dan 481-483.
Ketika kepala Al-Husain as. dibawa ke istana Ubaidillah bin Ziyad, orang ramai melihat dinding-dinding mengalirkan darah segar.
Dzakahiru Al-‘Uqbahal. 144, Tarikhu Dimasyq seperti yang disebutkan dalam muntakhab-nya 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 322, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 463.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama beberapa hari, lagit memerah bagai segumpal darah.
Al-Mu’jamu Al-Kabirhal. 145, Majma’u Al-Zawaid 9 hal. 196, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 127 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 464.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama tujuh hari, orang-orang ketika melakukan salat Ashar, mereka melihat matahari berwarna merah darah dari celah-celah tembok. Merekapun menyaksikan bintang-bintang saling bertabrakan satu dengan yang lain.
Al-Mu’jamu Al-Kabirhal. 146, Majma’u Al-Zawaid 9 hal. 197, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A’lami Al-Nubala’ 3 hal. 210, Tarikhu Al-Khulafa’ hal. 80, Al-Shawaiqu Al-Muhariqah hal. 192, Is’afu Al-Raghibin hal. 251, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 465-466.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama dua atau tiga bulan orang-orang banyak menyaksikan tembok-tembok yang bagai dicat darah, mulai dari waktu salat subuh hingga terbenamnya matahari.
Tadzkiratu Al-Khawashhal. 284, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 301, Al-Bidayatu wa Al-Nihayah 8 hal. 171, Al-Fushulu Al-Muhimmah hal. 179, Akhbaru Al-Duwal hal. 109 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 466-467.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, di sudut-sudut langit terlihat warna warna kemerahan. Warna merah itu menandakan bahwa langit tengah menangis. Sewaktu pasukan musuh membagi-bagikan sejenis tumbuhan berwarna kuning milik Al-Husain as., tumbuhan itu berubah menjadi abu. Dan sewaktu mereka menyembelih seekor unta yang dirampas dari kamp Al-Husain as., mereka menemukan sejenis kayu di dagingnya.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 90, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A’lami Al-Nubala’ 3 hal. 311, Tafsir Ibnu Katsir 9 hal. 162, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339, Al-Mahasinu wa Al-Masaw.i hal. 62, Tarikhu Al-Khulafa’ hal. 80 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 467-469.
Ufuk langit berwarna kemerahan setelah kematian Al-Husain as. yang menampakkan warna darah. Hal itu berlangsung selama enam bulan.
Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A’lami Al-Nubala’ 3 hal. 210, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Majma’u Al-Zawaid 9 hal. 197, Tarikhu Al-Khulafa’ hal. 80, Mifathu Al-Naja -tulisan tangan-, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 322, Is’afu Al-Raghibin hal. 215 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 469-470.
Rembulan Menangis (Ebiet G ade)
Rembulan menangis
di serambi malam ho
Intan buah hatimu dicabik tangan-tangan serigala
Bintang-bintang muram,
beku dalam luka ho
Untukmu saudaraku kami semua turut berduka
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu, untukmu
Angin pun menjerit
badai bergemuruh ho
Semuanya marah
hanya iblis terbahak, bersorak
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
untukmu, untukmu, untukmu, untukmu
Oke gan, ane mau ngebahas arti lagu “Bubuy Bulan”…
Mudah2an ga repost gan…
Lagu “Bubuy Bulan” adalah lagu dari Provinsi Jawa Barat dana diciptakan oleh Benny Korda.
Nah yg menarik dari lagu ini, ternyata ada penalaran yg cukup serem dibalik makna arti lagu “Bubuy Bulan” ini gan, yuk langsung aja deh :
BUBUY BULAN
Bubuy bulan-bubuy bulan sanggray bentang
Panon poe-panon poe disasate
Unggal bulan-unggal bulan abdi teang
Unggal poe-unggal poe oge hade
Situ Ciburuy laukna hese dipancing
Nyeredet hate ningali ngeplak caina
Duh eta saha nu ngalangkung unggal enjing
Nyeredet hate ningali sorot socana
Pembahasan:
Bubuy bulan = bulan di bubuy, maksudnya bulan adalah Rasullullah Saaw, seperti lagu Thola’al Badru Alaina artinya telah datang bulan purnama kepada kami. Bulan purnama di sini adalah Rasullullah saaw. Jadi arti bulan dalam lagu “Bubuy Bulan” adalah ajaran Rasullulah saaw. Bubuy disini adalah perumpamaan dari pembumi hangusan ajaran Rasulullah (oleh Rezim Muawiyah bin Abi Sofyan, ketika Cucubda Nabi SAW, Imam Hussein bin Ali bin Abi Thalib dan keluarganya dibunuh dan dibantai oleh Pasukan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sofyan).
Sanggray Benthang=bintang di sangray,bintang adalah perlambang dari Ahlul Bait Rasulullah saaw,seperti dalam hadits: Bintang-bintang adalah penunjuk bagi pelaut agar tidak tersesat,dan ahlul baitku adalah bintang-bintang bagi umatku,yang bila berpegang pada mereka niscaya akan selamat dunia akhirat. Namun dalam lagu ini para ulama terdahulu mau menunjukkan kepada kita betapa ajaran Rasulullah SAAW yang telah diteruskan kepada ahlulbaitnya sebagai wasi’ atau penjaga agama rasul telah di “sangray”,maksudnya telah dikhianati dengan cara yang kejam,
Panon poe,panon poe disasate=matahari disate berkali-kali (sasate mengandung arti pengulangan), matahari mengandung arti para ulama yang menyampaikan ajaran Rasul dan ahlul baitnya, cahayanya memancar keseluruh umat memberikan penerangan-penerangan yang dengan cahayanya manusia dapat membedakan mana yang baik dan buruk bagi kehidupan mereka di dunia dan akhirat, namun matahari-matahari ini di sasate, yang mengandung arti dibantai,dibunuh dengan kejam dan licik, agar ajaranya hilang dari muka bumi, tujuan pembantaian para ulama ini adalah demi langgengnya kekuasaan atau demi tujuan politik, dan hal ini berlangsung sejak wafatnya rasulullah SAAW,dengan puncak kesadisan yang tidak ada bandingnya dalam peradaban manusia, ketika cucu Rasullullah saw dan keluarga rasulullah yang lain dibantai dengan sadis.
Peristiwa karbala dan peristiwa-peristiwa pembantaian yang lain kepada pecinta keluarga rasul, menyebabkan terjadinya hijrah besar-besaran untuk menyelamatkan agama rasul dan keluarganya, dan Nusantara adalah salah satu tempat hijrah mereka, itulah sebabnya selama 600 tahun ajaran rasullullah berkembang pesat dinegara ini, sampai datangnya musuh-musuh Allah yang berkedok ulama, karena hasadnya mereka membumihanguskan ajaran rasul, yang diwariskan kepada ahlulbaitnya dan disampaikan oleh para ulama pecinta ahlul bait, para ulama ini dibantai, kitab-kitabnya dibumihanguskan, untuk menghilangkan ajaran rasul. Pesan inilah yang disampaikan pada 3 baris pertama lagu BubuyBulan, pada baris ke tiga lebih ditekankan pada sosok seorang ulama, yang syahid dibantai, ulama ini mempunyai gelar Syamsuddin = mataharinya agama = panon poe = matahari.
Kesedihan yang luarbiasa dahsyat ia alami atas kejadian tersebut, kesedihan yang ia tuangkan dalam syair-syair berikut; Unggal bulan-unggal bulan, abdi teang=setiap ada bulan saya mencari,
Unggal poek, unggal poek= tiap siang saya juga mencari
Oge hade = pencarian tersebut sama bagusnya, kegiatan mencari dan pencarian disini melambangkan ikhtiar dan do’a melindungi sisa-sisa dari pembantaian dan usahanya mencari pengganti gurunya yang syahid tersebut, ikhtiar dan do’a tersebut bagusnya dilakukan malam hari, kalimat ini bisa jadi suatu pemberitahuan atau bahasa rahasia, untuk berguru dimalam hari dalam rangka ikhtiar mencari ilmu dan melindungi sisa-sisa pembantaian tersebut, dalam hal ini mungkin anak atau keluarga dari ulama tersebut. Namun lebih bagus juga (ogek hade) bila siang hari pun melakukan usaha yang sama.
Situ ciburuy,laukna hese’dipancing = kalimat ini lebih kepada keterangan tempat dan waktu, ditekankan pada kata situ ciburuy = tempat dan lauk yang berarti sengkalan, sistem penanggalan yang diajarkan oleh para wali, ikan disini berarti tahun: bagian-bagian ikan dibaca dari atas kebawah = dari kepala ke ekor: kepala;1, badan;1 sirip;2 ekor;1 =1121, berarti kejadian ini terjadi pada tahun 1121 di situ ciburuy atau puncak pembantaian terjadi pada 1121,600 tahun setelah pemerintahan ahlul bait yang adil makmur merata di nusantara.
Nyaredet hate = sedih susah ngenes, pilu,sakit hati yang luar biasa tapi gak ada yang bisa diperbuat,
Ningali ngeplak cai na = melihat darah (ulama yang menjadi gurunya)ditumpahkan dengan sengaja
Ngeplak = air dalam jumlah besar ditumpahkan secara sengaja
Cai = dalam b.sastra sunda bisa berarti darah atau air,
Duh eta saha nu ngalangkung unggal enjing; siapakah itu yang hadir setiap pagi,
Nyaredet hate; mengiris hati (melihat yang hadir tiap pagi itu,mengingat kejadian diatas,peristiwa ketika gurunya syahid bergelimang darah)
Ningali sorot socana; melihat sorot matanya (yang tegas),sorot matanya yang tegas itu lah yang mengingatkan si penembang syair ini teringat akan gurunya yang selama ini ia selalu berusaha mencari gantinya malam dan siang. sorot socana; pandangan mata yang tegas, lawannya cai socana; pandangan mata yang lembut.
Sorot hanya ditujukan untuk laki-laki.
Katanya lagu ini sempet dilarang dinyanyikan karena ada keterkaitan makna sama pembantaian ulama di Jawa Barat oleh PKI pada jaman dulu gan…
Gimana gan, serem juga kan…
Bener enggaknya Wallahualam gan…
Nih sumbernya gan:
http://aliwiraksanata-wawasanmusik.b…chive.html?m=1
Ane berharap cendol tanpa di iringi bata….