Quantcast
Channel: Bayt al-Hikmah Institute
Viewing all 1300 articles
Browse latest View live

Nabi Ibrahim atau Abraham, Adalah Brahma Dari India ?

$
0
0

SAINS Hits: 14420

Sampai saat ini, banyak sejarawan terus berusaha membuka tabir kebenaran tentang asal usul Ibrahim atau Abraham, apakah dia sosok yang sama dengan Brahma dari India? Beberapa bukti ditulis Gene D Matlock B.A., M.A. dalam paper berjudul ‘Who Was Abraham‘, karya ini mengundang berbagai perdebatan dikalangan sejarawan meskipun bukti yang dilampirkannya sangat mendekati kebenaran.
Gene D Matlock, seorang yang bergelar BA, mulai terkenal karena buku-buku yang ditulisnya tentang sejarah agama dan ras non-Africanoid. Dia mengklaim telah membuat beberapa penemuan besar dimana India pernah menguasai seluruh dunia, juga orang-orang Indian Amerika merupakan imigran beberapa ratus tahun sebelum kedatangan orang Eropa. Salah satu bukunya yang terkenal adalah ‘Jesus and Moses Are Buried in India, Birthplace of Abraham and the Hebrews‘ dan ‘What Strange Mystery Unites the Turkish Nations, India, Catholicism, and Mexico?: A Concise But Detailed History of Things Divine and Earthly‘. Buku ini telah mempopulerkan namanya diawal tahun 2000-an, dan kemudian menerbitkan sebuah tulisan tentang Abraham tahun 2012 lalu.

Ibrahim, Abraham Adalah Brahma

Dalam paper yang ditulis Matlock, dia memulai awal pembicaraan tentang seorang sarjana keturunan Yahudi dan teolog Flavius Josephus yang hidup antara tahun 37 hingga 100 M. Teolog ini menulis dalam teksnya tentang seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles yang mengatakan:

“…orang-orang Yahudi ini berasal dari filsuf India, mereka diberi nama oleh orang India Calani” (Book I: 22)
Begitu pula Clearchus dari Soli menuliskan: “…orang-orang Yahudi keturunan dari filsuf India. Para filsuf disebut India Calani dan di Suriah Yahudi. Dalam buku Anacalypsis karya Godfrey Higgins, Vol I: hal 400 dituliskan nama ibukota mereka sangat sulit diucapkan, kota ini disebut Yerusalem”
“Megasthenes, yang dikirim ke India oleh Nikator Seleucid sekitar tiga ratus tahun sebelum kedatangan Isa, dan yang catatan dari pertanyaan itu setiap hari bertambah, mengatakan bahwa orang-orang Yahudi berasal dari suku India atau sekte yang disebut Kalani…” 

Martin Haug PhD pernah menulis dalam buku yang berjudul ‘The Sacred Language, Writings, and Religions of the Parsis’ disebutkan bahwa orang-orang Majus dikatakan telah menyebut agama mereka Kesh-i-Ibrahim. Mereka menelusuri buku-buku agama merujuk kepada Abraham yang diyakini telah membawa mereka dari surga. Beberapa kesamaan terlihat antara Dewa Hindu Brahma dan istrinya Saraisvati mirip dengan Ibrahim dan Sarah. Menurut Matlock, kesamaan ini lebih dari sekadar kebetulan meskipun diseluruh wilayah India hanya ada satu kuil yang didedikasikan untuk Brahma, sekte ini disebut-sebut sebagai sekte Hindu terbesar ketiga.
Dalam sebuah buku karya Tomas Doreste berjudul ‘Moises Y Los Extraterrestres’, menuliskan bahwa Voltaire berpendapat bahwa Abraham (Ibrahim) berasal dari beberapa imam Brahman yang meninggalkan India untuk menyebarkan ajaran mereka diseluruh dunia. Dalam mendukung mendukung tesisnya, dia menyajikan unsur-unsur yang memiliki kesamaan nama dan fakta bahwa kota Ur sebagai tanah leluhur, kota ini berdekatan dengan perbatasan Persia menuju ke India, dimana Brahman disebutkan telah lahir di kota ini.
Pengaruh Brahma menyebar ke seluruh Persia hingga mencapai sungai Efrat dan Tigris, orang Persia mulai mengadopsi Brahma dan membuat kisahnya sendiri, kemudian mengatakan bahwa Tuhan telah tiba dari Bactria, sebuah daerah pegunungan yang terletak di tengah-tengah perjalan menuju India. Pada saat itu, Bactria merupakan wilayah Afghanistan kuno dan merupakan wilayah bangsa Yahudi prototipikal yang disebut Juhuda atau Jaguda, atau disebut juga Ur-Jaguda. Ur artinya ‘tempat atau kota’ sehingga Alkitab menyatakan bahwa Abraham ataupun Ibrahim berasal dari Ur-Kasdim. Kasdim, atau lebih tepatnya Kaul-Deva (Kauls Suci) bukan nama etnis tertentu, tetapi merupakan sebuah titel kasta imam kuno Hindu Brahman yang tinggal diwilayah yang sekarang disebut Afghanistan, Pakistan, dan negara bagian India Kashmir.
Dalam catatan ‘Anacalypsis Vol I halaman 405’ disebutkan bahwa suku Ioud atau Brahmana telah diusir atau meninggalkan Maturea, sebuah kerajaan Oude di India dan menetap di Goshen, atau Heliopolis di Mesir, dia memberi nama tempat yang ditinggalkan sebagai Maturea. Dia berasal dari agama atau sekte Persia dan Melkisedek. Orang Persia juga mengklaim Ibrahim, yang juga disebut Abraham, sebagai ayah mereka dan orang Yahudi. Menurut semua sejarah Persia kuno, Yahudi dan Arab merupakan keturunan Abraham.
Terah (ayah Abraham) awalnya berasal dari negara Timur yang disebut Ur, Kasdim atau Culdees, dia hidup didaerah yang disebut Mesopotamia. Beberapa saat setelah ayahnya tinggal disana, Abraham, atau Abram, Ibrahim, atau Brahma, dan istrinya Sara atau Sarai ataupun Sara-iswati, meninggalkan keluarga ayah mereka dan kemudian datang ke Kanaan. Identitas Ibrahim dan Sarah (Brahma dan Saraiswati) pertama kali ditunjukkan oleh para misionaris Jesuit.
Abraham, Sarah Hagar
Sementara dalam mitologi Hindu, Sarai-Svati merupakan adik Brahma, dimana Alkitab juga memberi dua cerita tentang Abraham. Dalam versi pertama, Abraham mengatakan kepada Firaun bahwa dia berbohong ketika memperkenalkan Sarai sebagai adiknya. Versi kedua, Abraham mengatakan kepada Raja Gerar bahwa Sarai adalah adiknya. Tetapi ketika raja memarahinya karena berbohong, Abraham mengatakan bahwa Sarai adalah istri dan adiknya (Genesis 20:12).

Dalam The Hindu History disebutkan; Uttara Kuru di Afghanistan Utara merupakan pusat pembelajaran, wanita India pergi ke sana untuk mempelajari dan menerima gelar Vak, yaitu Saraisvati. Hal ini diyakini bahwa Brahm, gurunya, begitu terkesan dengan kecantikannya, pendidikan, dan kecerdasan yang kuat, dan dia menikahinya.

Di India, anak Sungai Saraisvati disebut Ghaggar, sungai lain dari sungai yang sama adalah Hakra. Dalam tradisi Yahudi, Hagar merupakan pembantu Sarai, literatur Islam menyebutnya sebagai putri Mesir. Maka, kesamaan Ghaggar, Hakra dan Hagar terlihat disini. Alkitab Kejadian 25: 17-18 juga menyatakan bahwa Ismail bin Hagar, dan keturunannya tinggal di India. Matlock juga mengatakan, nama Ishak dan Ismail berasal dari bahasa Sansekerta, dijelaskan bahwa nama Ishaak dalam bahasa Sansekerta disebut Ishakhu yang artinya teman Siwa. Ishmael dalam bahasa Sansekerta disebut Ish-Mahal, yang artinya Siwa Agung. Abraham diceritakan telah melalui banjir yang terjadi di India seperti yang tertulis dalam Yosua 24: 2-3.
Kitab Kejadian menyebutkan beberapa keturunan selir Ketura, dalam teks literatur Islam mengklaim bahwa Ketura adalah nama lain dari Hagar. Mereka adalah Yoksan, Sheba, Dedan, Efir. Beberapa keturunan Nuh adalah Joktan, Sheba, Dedan, dan Ophir. Versi ini berbeda-beda, sehingga Matlock menduga bahwa para penulis Alkitab mencoba untuk menyatukan beberapa cabang berbeda dari Yudaisme.
Sekitar tahun 1900 SM, kultus Brahm dibawa ke Tengah dan Near East oleh beberapa kelompok India yang berbeda setelah hujan parah dan gempa yang memisahkan India Utara, bahkan mengubah sungai Indus dan Sarasvati.

Geografi klasik Strabo (Strabo’s Geography, XV.I.19) mengisyaratkan bahwa penduduk berusaha meninggalkan India Barat Laut. Dalam catatan itu disebutkan, Aristobolus mengatakan bahwa ketika dia dikirim pada misi tertentu di India, dia melihat sebuah negara lebih dari seribu kota, berikut pedesaan yang telah sepi karena Indus telah meninggalkan tempat tidur yang tepat. 

Dalam catatan ‘Indic Ideas in the Graeco-Roman World’ karya Subhash Kak disebutkan tentang pengeringan sungai Sarasvati sekitar tahun 1900 SM telah menyebabkan relokasi besar penduduk yang berpusat disekitar Sindhu dan lembah Sarasvati, bisa saja peristiwa ini menyebabkan migrasi ke arah barat dari India. Setelah waktu itu, elemen India mulai muncul diseluruh Asia Barat, Mesir, dan Yunani.
Kuttikhat Purushothama Chon, seorang sejarawan India meyakini Ibrahim diusir dari India dengan alasan bahwa bangsa Arya tidak bisa mengalahkan Asura, pedagang yang pernah memerintah di Lembah Indus, kota Harappa. Mereka menghabiskan waktu selama bertahun-tahun berjuang secara diam-diam melawan Asura, menghancurkan sistem besar seperti danau irigasi sehingga menyebabkan banjir yang merusak, dimana Ibrahim dan keluarganya menyingkir ke Asia Barat. Banjir ini tak hanya memaksa perpindahan Ibrahim, ulah suku Arya juga memaksa pedagang, pengrajin, dan orang terpelajar India melarikan diri ke Asia Barat.

Linguistik Abraham Terkait Brahma India

Matlock menegaskan, penyebutan Asura diberbagai wilayah hampir sama, diantaranya penyebutan Asyur (Inggris), Asirios (Spanyol), Asura atau Ashuras (India), Ashuriya, Asuriya (Sumeria dan Babilonia), Asir (Saudi), Ahura (Persia), Sura (Meksiko Tengah), dan masih banyak lagi daerah yang menyebut Asura dengan logat yang sama. Asura, mereka adalah orang-orang yang menyembah Surya atau Matahari.
Dalam hal identifikasi Indo-Eropa, selama ini diungkapkan untuk menyebut orang India, dan India bukanlah bangsa. Mereka adalah Bharata, dan Bharata juga bukan bangsa melainkan kumpulan negara seperti Eropa. Sejarawan Arab berpendapat bahwa Brahma dan Abraham, nenek moyang mereka, adalah orang yang sama. Persia umumnya menyebut Abraham sebagai Ibrahim Zeradust, Cyrus menganggap agama orang Yahudi sama dengan mereka. Orang Hindu pasti berasal dari Abraham, atau Israel dari Brahma.
Ram dan Abraham, mungkin orang yang sama, misalnya suku kata ‘Ab’ atau ‘Ap’ diartikan sebagai ‘ayah’ diwilayah Kashmir. Orang-orang Yahudi prototipikal menyebut Ab-Ram atau Ayah Ram. Dan kata Brahm berevolusi dari Ab-Ram, bukan sebaliknya. Kashmir menyebutnya Raham, juga berasal dari Ram, Ab-Raham adalah ‘Kasih Ilahi’. Dalam bahasa Ibrani, Ram merupakan istilah bagi ‘Pemimpin yang ditempatkan atau gubernur’. Menurut A.D Pusalker seorang sejarawan India, bahwa Ram masih hidup pada tahun 1950 SM yaitu sekitar waktu Abraham, Indo-Ibrani, dan Arya membuat migrasi terbesar dari India hingga ke Timur Tengah sejak Banjir Besar.
Menurut analisa Gene D Matlock, bahwa Ka’bah juga didedikasikan untuk Hindu, Allah Sang Pencipta, Brahma. Literatur Islam mengklaim Ka’bah didedikasikan untuk Ibrahim, kata Ibrahim tidak lain merujuk pada kata Brahma, hal ini dibuktikan dengan jelas jika menyelidiki arti akar kedua kata. Abraham juga disebut-sebut sebagai salah satu dari para nabi tertua bangsa Semit, nama ini berasal dari dua kata Semit ‘Ab’ yang berarti ‘Ayah’ dan ‘Raam atau Raham’ yang artinya ‘Agung’. Dalam kitab Kejadian, Abraham berarti ‘Ragam’, berasal dari bahasa Sansekerta dimana kata Brahma merupakan akar dari ‘Brah’ yang artinya ‘Tumbuh atau berkembang’. Dewa Brahma disebutkan sebagai Ayah dari semua laki-laki dan semua Dewa, dari-Nya semua makhluk diciptakan, bahwa Abraham tidak lain adalah Ayah surgawi.
Ibrahim, Abraham
Menurut Akshoy Kumar Mazumdar dalam buku ‘The Hindu History’ disebutkan bahwa Brahm adalah pemimpin spiritual dari bangsa Arya. Arya (bukan hasil Yah) secara alami meyakini berhala, Alkitab mengatakan bahwa mereka membuatnya. Setelah melihat peningkatan penyembahan berhala dan agama berkontribusi terhadap kejatuhan lebih lanjut pada umat-Nya, Brahm mundur dari Aria dan kembali memeluk agama filsafat India kuno (Yah), meskipun sedang tenggelam dalam kejahatan ulah manusia. Dia memutuskan, bahwa manusia bisa menyelamatkan diri hanya dengan berurusan dengan apa yang nyata, bukan dibayangkan.
Dr Mazumdar pernah menuliskan bahwa penurunan moral terjadi sangat cepat. Para peramal dan orang bijak hidup terpisah dari masyarakat, mereka jarang menikah dan sebagian besar memberi kontemplasi religius. Masyarakat tanpa cahaya yang tepat, dunia menjadi kejam secara ekstrim. Pemerkosaan , perzinahan, pencurian, dan lainnya menjadi sangat umum. Sifat manusia liar, Brahma memutuskan untuk mereformasi dan regenerasi rakyat. Dia membuat orang bijak untuk menikah dan bergaul dengan manusia. Kebanyakan menolak untuk menikah, tapi sepertiga menyetujui. Brahm menikah dengan adiknya Saraisvati, guru ini dikenal sebagai prajapatis (nenek moyang).
Wilayah dari Tigris-Efrat ke Indus dan timur dihuni oleh bangsa Semit berbahasa Akkadia yang kemudian menyebut diri mereka sebagai Asshuraiu. Nama India mereka sebagaimana dijelaskan Rgveda adalah ‘Asura’ yang tak lama menghilang. Daerah ini dihuni oleh suku yang berbeda dari kisah yang sama, tetapi kebanyakan selalu menganggap bahwa mereka adalah kelompok homogen. Bukti linguistik menunjukkan adanya populasi campuran Akkadia dan Sumeria, kelompok etnis lain juga mungkin ada dan jejak sejarah terlihat diperiode selanjutnya.

Ibrahim, Abraham, Brahma, Rama, Sosok Yang Sama

Jika orang Akkadia adalah sama dengan klan Asia Barat, seharusnya ada sesuatu yang dominan dalam mitologi Veda. Tetapi referensi masih samar, tidak ada referensi hubungan keduanya. Jika diamati, kata Brahman mengungkap asal bahasa yang terbentuk dari dua kata ‘Abu dan Rahmu’ yang berasal dari pasangan zaman purba dalam mitologi Semit. Akkadia menganggap Rahmu adalah Lahmu yang kemudian menjadi dewi Laksmi, lahir di laut dan dikenal oleh dewa dan roh jahat. Lahmu juga dianggap sebagai naga di Akkadia, tetapi dalam Ugaratic, Rahmu berhubungan dengan Abu Brahma, dimana Abu dan Rahmu diartikan sebagai Abrahma atau Brahma.
Perubahan ini berdasarkan atas pasangan yang telah mengalami transformasi dan memiliki hubungan di India. Jadi klan Asura yang berada di lembah Indus memuja Abu-Rahmu sebagai pasangan pertama di muka Bumi (Adam dan Hawa). Penelitian Shendge memperkuat dugaan bahwa Abraham dan Sarai atau Ibrahim dan Sarah, mungkin adalah sosok yang sama dengan Brahm dan Saraisvati. Ibraham kami adalah seorang imam bahkan mungkin pendiri kultus Abu-Rahmu yang membawa agama monoteistik ke Asia Barat.
Bukti linguistik tentang keberadaan Brahm dapat ditemukan diberbagai belahan dunia termasuk Persia (Braghman), Latin (Bragmani), Rusia (Rachmany), Ukrania (Rachmanya), Ibrani (Ram, pemimpin Tertinggi), Norwegia (Ilahi). Kalangan umat Hindu menyebut suku kata mistik OM terkait dengan bumi, langit, alam lain. OM juga merupakan nama Brahm, bangsa Aztec juga menyembah dan meneriakkan suku kata OM (OMeticuhlti dan OMelcihuatl). Kasta imam suku Maya menyebutnya Balam (B’lahm), juga bermakna Brahm, bangsa Inca menyembah matahari yang disebut Inti Raymi (Hindu Ram).
Tarahumara Indian Chihuahua berasal dari nama ‘Ra-Ram-Uri’ sama seperti Sumeria dan India Utara, kata ‘Uri’ diaratikan ‘manusia’. Dewa matahari bangsa Ra-Ram-Uri adalah ‘Ono-Ruame’. Pemimpin Ra-Ram-Uri disebut Si-Riame, dalam bahasa Sansekerta ataupun Kashmir, Su-Rama diartikan sebagai Rama Agung. Menurut legenda Meksiko kuno, Yoris berasal dari suku yang disebut Surem (Su-Ram) sebelum penaklukan Meksiko Tengah dan Amerika Selatan, wilayah sejauh Colorado Timur menyebutnya sebagai Sura. Sura dalam bahasa Kashmir diartikan Matahari. Masih banyak bukti linguistik yang menakjubkan terkait bahasa Kashmir, Sansekerta dan lainnya, muncul dalam bahasa Ra-Ram-Uri dimana hubungan kata ini terkait dengan Phoenicia kuno, Sumeria, dan India Utara.
Di India kuno, kultus Arya disebut ‘Brahm-Arya’, Arya menyembah banyak dewa dan Ibrahim berpaling dari kemusyrikan. Dengan demikian, dia bisa disebut menjadi ‘A-Brahm’ (bukan Brahman), Arya Asura menyebutnya ‘Ah-Brahm’, secara logika diasumsikan bahwa ayah dari peradaban Indus mungkin dari Yahudi. Yerusalem adalah orang Het (keturunan India dari kasta pemimpin), dalam kitab Kejadian 23:4 disebutkan bahwa Abraham meminta orang Het Yerusalem menjualnya plot pemakaman, orang Het menjawab: “…engkau pangeran di antara kami,…”Jika Abraham dihormati sebagai seorang pangeran oleh orang Het, dia juga anggota yang sangat dihormati keturunan penguasa dan kasta prajurit India. Alkitab tidak pernah menyebutkan bahwa Abraham bukanlah orang Het, orang Het mengatakan bahwa mereka mengakui Abraham, orang Het bukan etnis yang unik, baik itu orang Amori atau Amarru.
Marruta adalah nama kasta India jelata, kata ‘Amori’ (Marut) adalah nama kasta pertama dari Waisya India, mereka kaum pengrajin, petani, peternak, pedagang, dan lainnya. Menurut GD Pande dalam buku ‘Ancient Geography of Ayodhya’ disebutkan: “Marut mewakili Visah. Marut digambarkan membentuk pasukan atau kelompok. Rudra, ayah dari Marut, dia adalah tuan ternak”. Dalam hal ini, Khatti (Het) dan Marut (Amori) berfungsi sebagai ayah (pelindung) dan ibu (pendamping) Yerusalem.
Di India, orang Het juga dikenal sebagai Cedis atau Chedis (diucapkan Hatti atau Khetti). Sejarawan India mengklasifikasi mereka sebagai salah satu kasta Yadavas tertua. Cedi membentuk salah satu suku paling kuno diantara Ksatriyas (kelas bangsawan terdiri dari orang Het dan Kassites) dimasa Veda Awal. Pada awal periode Rgveda, raja Cedi memperoleh pengetahuan baru yang besar… salah satu kekuasaan terkemuka di India utara dalam Epik besar.

Ram atau Rama juga dari klan Yadava, jika Ibrahim, Abraham, Brahm, dan Ram adalah orang yang sama,… maka Ibrahim pergi ke Yerusalem bersama rakyatnya sendiri. Pengikut Ram yang memisahkan diri dalam komunitas mereka yang disebut Ayodhya, dalam bahasa Sansekerta berarti ‘Terkalahkan’. Kata Sanskerta untuk menyebut ‘tempur’ adalah Yuddha atau Yudh. Abraham dan kelompoknya berasal dari Ayodhya (Yehudiya, Yudea) umat yang tetap jauh dari kekafiran dan Amalek… (apakah Amalek adalah Arya?).

Melkisedek adalah seorang raja Yerusalem yang memiliki kekuatan mistik dan magis rahasia, dia juga disebut-sebut sebagai guru Abraham. Melik-Sadaksina adalah pemimpin besar India, seorang penyihir, dan raksasa spiritualis yang juga anak seorang raja Kassite. Di Kashmir dan bahasa Sansekerta, Sadak diartikan sebagai seseorang yang ajaib, berkekuatan supranatural. Zadok (Sadak) juga seorang imam supranatural yang memberkati Sulaiman. Jika demikian, mengapa kasta Kassite Melik-Sadaksina, tokoh mitos India secara tiba-tiba muncul di Yerusalem sebagai sahabat dan mentor Abraham?

Ajaran Ibrahim Dan Brahma

Fenisia dianggap sebagai suku pelaut dan pedagang yang saat ini menghuni wilayah Lebanon. Tetapi orang-orang Hindu memanggilnya Pancika atau Pani, orang Romawi menyebutnya Puni, nama yang berasal dari Rama. Orang Spanyol menyebut tanah Ra-Ram-Uri Chiahuahua diucapkan penduduk asli dengan lafaz ‘Shivava’. Dalam bahasa Sansekerta, Shivava diartikan sebagai Candi Siwa. Menurut ulama Hindu, Ram dan Dewa Siwa dulunya adalah dewa yang sama, Siwa dan Yah juga menonjol dalam praktik keagamaan asli Amerika dan ditemukan tertulis dalam Petroglyphs diseluruh Amerika Selatan.
Tidak satupun peradaban kuno termasuk China yang tidak terpengaruh pandangan agama Ram. Orang-orang Kristen dan Yahudi telah salah memahami bahwa Muhammad meniru ajarannya dari sumber Yahudi, yang benar adalah bahwa dalam periode waktu Muhammad, teologi Ram atau Ibrahim adalah dasar dari semua sekte agama, yang dilakukan Muhammad adalah untuk membersihkan manusia dari penyembahan berhala. Dalam buku Anacalypsis disebutkan:

“…Kuil Mekah didirikan koloni Brahmana dari India. Ini merupakan tempat suci sebelum masa Muhammad, dan mereka diizinkan untuk berziarah ke sana selama beberapa abad setelah waktunya. Tidak perlu diragukan lagi bahwa popularitas tempat suci itu jauh sebelum masa nabi.”
Dalam catatan Ibid disebutkan: “…kota Mekah disebutkan para Brahmana pada buku-buku tua mereka, telah dibangun koloni dari India, dan penduduknya dari periode awal telah memiliki tradisi yang dibangun oleh Ismail, anak Agar. Kota ini, dalam bahasa Indus disebut Ishmaelistan.”

Sebelum memasuki periode Muhammad, orang-orang Hindu dari bangsa Arab disebut Tsaba. Tsaba atau Saba adalah kata Sansekerta, yang berarti ‘Majelis para Dewa’. Tsaba juga disebut Isya-Ayalam  atau Moshe-ayalam (Kuil Dewa Siwa) hanyalah nama lain dari Sabaism. Kata ini telah menyusut kedalam Islam, Muhamad sendiri merupakan keturunan keluarga Quaryaish yang pada awalnya Tsabaist. Tsabaists tidak menganggap Ibrahim sebagai Dewa yang sebenarnya, tetapi sebagai avatar atau ilahi yang disebut Avather Brahmo (Hakim Dunia Bawah).
Ketika memasuki periode Isa dengan bahasa masing-masing suku, simbolisme agama, tradisi bangsa Arab dan Yahudi hampir identik. Ketika itu, sebagian besar tidak terlihat perbedaan antara orang-orang Arab dan Yahudi. Sejarah membuktikan bahwa orang-orang Arab di periode Isa menyembah berhala, begitu pula kelas bawah dan orang-orang Yahudi yang berada di pedesaan.
Sejarah orang-orang Yahudi dimulai pada Zaman Perunggu di Timur Tengah ketika Allah menjanjikan seorang pemimpin pengembara disebut Abram, bahwa dia akan menjadi ayah dari orang-orang hebat jika melakukan seperti yang Tuhan katakan kepadanya. Yahudi menganggap Abraham sebagai Patriark pertama orang Yahudi, Abraham mengajarkan gagasan bahwa hanya ada satu Tuhan dimana sebelumnya orang-orang yang hidup pada waktu itu percaya pada banyak dewa. Tetapi ayah Abraham, Terach, adalah salah satu orang yang menjual berhala. Abraham ataupun Ibrahim adalah pondasi agama Kristen, Islam, dan Yahudi, sosok yang paling sulit dipahami dari semua tokoh-tokoh yang tercantum dalam kitab.
Sumber: isains.com

Referensi

  • Who Was Abraham? A paper by Gene D. Matlock, B.A., M.A. publish in Viewzone 2012.
  • Jesus and Moses Are Buried in India, Birthplace of Abraham and the Hebrews, by Gene Matlock, November 2000.
  • Brahma: The God of Abraham, by  Sri G. Ananda (Gregory Alexander), June 2014
  • Abraham, Sarah and Hagar, illustration from 1897A painting of Abraham’s departure by József Molnar. Public domain image via Wikimedia Commons

Sumber :

 http://segalaberita.com/id/feature/sains/2001-ibrahim-abraham-adalah-brahma-dari-india.html

– See more at: http://segalaberita.com/id/feature/sains/2001-ibrahim-abraham-adalah-brahma-dari-india.html#sthash.WMSmvlG6.dpuf



Soal Kebudayaan & Intoleransi, Jokowi: Saya Tak Punya Beban, Jangan Khawatir

$
0
0
Rabu, 23 Desember 2015
Soal Kebudayaan & Intoleransi, Jokowi: Saya Tak Punya Beban, Jangan Khawatir
 

85835f26-9c60-4197-90f6-438ef032bcd7_169Presiden Jokowi mengundang sejumlah cendekiawan dan budayawan senior makan siang bersama di Istana negara, Selasa siang (22/12). Di sela-sela makan siang, orang nomor satu di Indonesia itu mendengarkan beragam saran dan kritik dari mereka untuk pemerintahan saat ini.

“Dua hal yang saya sampaikan ke Pak Jokowi. Meski saya juga aktif demo berbulan-bulan mengecam Soeharto di ITB, tapi saya tasakan Pak Harto lebih baik dalam mengurus kebudayaan ketimbang pemerintahan-pemerintahan paska-reformasi,” kata Haidar Bagir kepada Islamindonesia, lepas pertemuan di Istana.

Haidar Bagir, salah satu di antara cendekiawan dan budayawan yang diundang ke istana tadi siang. Di depan Jokowi, Haidar menyebut malah di era Soeharto Indonesia memiliki Soedjatmiko, Fuad Hasan, Emil Salim, dan lain-lain.

“Namun, dalam masa-masa belakangan, sulit kita menemukan orang di pemerintahan yang paham budaya secara mendalam,” kata pria yang masuk 500 tokoh Muslim berpengaruh di dunia 2015 versi The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC).

 

Budaya yang dimaksud, lanjut Haidar, harus diperlakukan sebagai akar dari pembangunan, di bidang apa pun. Budaya sebagai akar kemanusiaan, termasuk spiritualitas, moralitas, kesetiaan kepada kebenaran, dan apresiasi kepada keindahan. Yang seharusnya mewarnai semua tindakan politik pemerintahan.

Jokowi yang didampingi Teten Masduki dan Sunardi Rinakit juga menerima masukan tentang kelompok intoleran di kalangan Islam. Budaya, kata Haidar ke Presiden, hanya bisa berkembang jika tak ada intimidasi dan ketakutan. Bagi Haidar, belakangan ini menjamur kelompok-kelompok keagamaan tertentu yang anti keragaman budaya. Kelompok-kelompok intoleran ini menyandera bangsa ini untuk mengikuti ideologi mereka yang kasar dan tak berbudaya.

“Saya bilang (ke Pak Jokowi), terus terang pemerintahan sekarang kurang tegas dalam menghadapi kelompok ini. Polisi kita gamang,” katanya.

Meski harus tetap dalam koridor penghargaan terhadap HAM, pemerintah perlu bergerak cepat dan tegas, kata Haidar. Kalau tidak, keadaan bisa memburuk sampai tingkat yang tidak bisa diperbaiki lagi.

“Saya tidak punya beban, jangan khawatir. Saya akan bertindak. Terkadang perlu waktu agar tidak salah ketika memulai. Tapi, tak ada yang bisa menghalangi saya untuk melakukan apa pun selama saya yakin itu benar,” kata Haidar mengutip tanggapan Jokowi sambil menggambarkan suasana pertemuan yang sangat egalitarian dan santai.

Budayawan Radhar Panca Dahana yang juga hadir berpendapat bahwa pembangunan belakangan ini mengalami defisit kelembaban. Kepada presiden, Radhar menilai, “terlalu kering kalau pembangunan itu hanya diisi capaian-capaian yang bersifat material. Nah, itu lantaran tidak ada fundamen kebudayaan.”

Selain Haidar dan Radhar, turut hadir di Istana antara lain Romo Franz Magnis-Suseno, Nungky Kusumastuti, Yockie Suryoprayogo, Butet Kartarejasa, Mohammad Sobary, Nasirun, Tisna Sanjaya, dan Sys NS. Mereka menyampaikan berbagai keprihatinan, mulai mendesaknya pemberantasan korupsi secara tegas dari atas, perusakan lingkungan, sangat kurangnya penghargaan pemerintah terhadap event-event bidaya yg serius, dan sebagainya.

Edy/IslamIndonesia

Sumber:

http://islamindonesia.id/berita/soal-kebudayaan-intoleransi-jokowi-saya-tak-punya-beban-jangan-khawatir.htm


 Cendekiawan dan Budayawan Senang, Presiden Jokowi Bebas Kepentingan

$
0
0

Selasa, 22 Desember 2015 | 15:45

      Email

Budayawan dan cendekiawan saat jumpa pers usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo, di Kantor Presiden, Jakarta, 22 Desember 2015.

Budayawan dan cendekiawan saat jumpa pers usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo, di Kantor Presiden, Jakarta, 22 Desember 2015. (Suara Pembaruan/Carlos Paath)

Jakarta – Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bebas dari kepentingan kelompok mana pun, diapresiasi oleh cendekiawan dan budayawan yang mendapat kesempatan makan siang bersama Presiden di Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/12). “Satu hal yang membahagiakan saya, Presiden menyampaikan begini ‘saya (Presiden) bebas dari kepentingan’. Itu modal utama menurut saya,” kata musisi sekaligus pencipta lagu Jockie Suryoprayogo saat jumpa pers seusai pertemuan, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/12).

Menurut Jockie, Presiden mengetahui masalah yang dihadapi bangsa ini. “Dia (Presiden) katakan, dia harus berhati-hati membuat kebijakan. Dia sudah melakukan analisa, dia tahu problem. Dia analisa persoalan, dia harap kita bisa bertemu lagi,” ujarnya.

Adapun para cendekiawan dan budayawan lain ikut pertemuan di antaranya Radhar Panca Dahana, Franz Magnis-Suseno, Butet Kartaredjasa, Mohammad Sobary, Haidar Bagir, dan Sys NS.

“Tadi kita diskusikan ada upaya kelompok masyarakat yang tidak toleran untuk bersikap antibudaya, mengembangkan ketakutan dalam hal budaya kita. Persoalan ini harus ditangani pemerintah. Jangan sampai pengembangan budaya disandera,” kata Haidar.

Sementara itu, Sobary menyoroti gagasan revolusi mental yang digagas Presiden. “Revolusi mental merupakan program unggulan, itu program kebudayan. Kalau pertama-tama revolusi mental mengubah tingkah laku birokrasi, di sana jelas begitu banyak aturan, sikap, cara bertingkah laku dalam birokrasi yang tidak mengutamakan pelayanan sebaik-baiknya kepada publik. Birokrasi jadi tempat meyalani birokrat itu sendiri,” katanya.

Suara Pembaruan

http://www.beritasatu.com/nasional/334674-cendekiawan-dan-budayawan-senang-presiden-jokowi-bebas-kepentingan.html

Carlos KY Paath/ALD

Suara Pembaruan

 


The Recent News on Atlantis Foundation

$
0
0

https://www.facebook.com/magiasimpatia?fref=nf

Antonio RobertoAntonio Roberto bersama Bruce Cunningham dan 12 lainnya.

2 menit

I am very happy the recent connections and actions in Indonesia.

Here pak Dhani Irwanto and Diana Fengler Shores make a reunion for combining and promoting Dhani Irwanto’s excellent book on Atlantis location in Java Sea.

One fantastic research, this book, along with the books of Danny Hilman and Ahmad Samantho are very advanced research in the field of Atlantology.

Bold and serene, these works need to be promoted and some translated into English. We gather to raise resources to curating and exposing these theories to the world. Much help and interest will raise in the future…

In special due to the new publication of Graham Hancock, one early participator of our Atlantis Forums. In his book “Magicians of the Gods”, GH will greatly popularize the theory of Sundaland as the cradle of mankind’s civilization.

The theory was proposed in 1995 and as all that is very complex and new, takes time to get digested. It is now common place, and will be a new paradigm soon, that the World had one common birthplace and that we can show and recompose it to demonstrate truth…

As to revenge Plato and all of his believers, as well as people like Arysio Santos, who gave many of his years to the research in this field that provides no pay or recognition.

However, Professor Arysio’s publication and efforts in Forums and spreading the word and his theory managed to make the concept alive and kicking in Indonesia…

As a rather direct result, even the Government was alerted, as well as authorities and scholars that gathered and finally raised interest and eventually, helped discussing the matter further.

Although there is not much resource involved still, people are realizing soon that we need gathering together, in order to preserving truth, or risk losing it in a whole.

With the efforts of people like Frank Joseph Hoff and the studies of scientists like Ali Akbar, findings and connections were made to further motivate and raise interest in the matter of Atlantis.

Before seen as an pure idiocy, Atlantis turns to be the new jewel of sciences and history.
Thanks to the publication of “Eden in the East” from Professor Stephen Oppenheimer from the same publishing house as “Atlantis, the Lost Continent Finally Found” of Professor Arysio Santos. These two books, published in Indonesia in sync had a great repercussion years ago.

WHAT IS OUR COMPROMISE?

we need to recompose our story… our LOST HISTORY.

so many puzzles,, we know… but there is ONE RESOLUTION!}

and Indonesia, real cradle of mankind is the answer to so many problems!!.. even though it does not seem, at first instance,, this proposal radically seems to resolve most mysteries of ancient,, and of origin…

and INDONESIA must come forward… RESCUE ITS PAST AND GLORY…

Thank God and all these people mentioned here, We are definitely entering a new age of collaboration, but one age of identifying unknown truth…

this will allow us to bond into one goal and objective and only then, to restore real wisdom …

We hope more people to see the need..so we do our part… Sharing and researching…

INDONESIA ROCKS!!! What a surprise to find so many intelligent and good willing people. It is definitely one unique place. and people collaborate over limitations of faith and lack of wisdom….

That allowed them to come forward and start to raise the interest and keep moving towards rescuing and restoring their lost past. With it,,, its real Glory.

Indoneisa is known to be earth’s true “paradise”, but this statement is soon is losing its magic… the true PARADISE – or EDEN (or the Bilblical Paradise) was Indonesia.. the true ORIGIN of India and Egypt, and all else in the planet. .. It must be known…

The true Land of Gods…Indonesia was the real EDEN.. .and was Plato’s Atlantis, as well as so many other paradises…
We can show all this!!! and for that to come true in our lifetimes, we need gathering and reconizing source, maintaining compromise and trust.

Our objecti is to restore the truth. The same objective of religion and of science… restore the true wisdom that we lost.

We can infer that Indonesia,turns to provide for the most advanced team for resarch of their (and our) lost past…

the recomposition of our lost history is all we aim in common.

greatly advanced in the research of Atlantis in Sundaland.

One cool acquisition to Atlantis Foundation team.

MORE PEOPLE MUST KNOW WHAT WE ARE DOING:
Soon we will have our Paradise restored to this earth. And Indonesia will rescue all its past forgotten glory. This is our duty, to restore our forgotten story, the glory of the ancient gods.

This was the real dream of many great people of Wisdom like prof. Arysio Santos proposed, restoring Paradise to this Earth… All prophets in all times proposed this need. To restore lost wisdom and bring the Kingdom of God to earth.

By accrediting the concept of Paradise on earth, for it was a true thing, we will reunite people going toward ONE SINGLE GOAL… one objective that shall redeem us from ignorance, restoring hidden and obliterated truth about our origins.

Since Plato, long before Christ, many had this dream and WE ARE HELPING MAKING IT REAL.

WE ALL PURSUE TRUTH,

through these connections of peoples and of interests… the connection of competences and resources…through the reaching of a COMMON GOAL… we are set to RESTORING THIS LOST TRUTH..

And only by understanding the concept and reality of Paradise, all earth will be bound to perfection, to restoring its pristine condition of WISDOM AND INTEGRATION (love).

It is our true aim to restore Wisdom… and No prejudism and no greed takes place in this journey… Not for the faint of heart,, not for the fearing ignorant…. And certainly not for the ones with obscure intentions…

Paradise is real and is comming… together with it… the TRUTH. and many intitutions will fall,, will e doomed as wrong.

expect one reassembling of peoples and interests… reverting the current paradigm,, full of gaps and patches… we all shall give ourselves into it. Accept the other side and let happen the change….

One major redemption to the mainstram science and history… certain to be able to hide forever its misdoings… one whole era of ignorance is about to end..

INDONESIA IS THE BIRTHPLACE OF WISDOM AND, WISELY, IS SHOWING IT TO US.


Peran Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 1965-1967

$
0
0
Minggu, 18 Oktober 2015 10:02 wib
Ilustrasi penggulingan kekuasaan Soekarno (foto:Istimewa/Hasan
Peran Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 1965-1967

Peran Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 1965-1967
Riau24.com-
DISKUSI mengenai Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu)* yang diikuti dengan pembunuhan massal terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan berakhir dengan tumbangnya Soekarno dari kursi kepresidenan, tidak lengkap tanpa menyinggung peran Amerika Serikat (AS).

Demikian Cerita Pagi akan mengulas secara singkat, sejauh mana peran AS dalam peristiwa yang masih diselimuti kabut misteri hingga saat ini itu.

Jika ditarik mundur ke belakang, peristiwa penggulingan Soekarno dari kursi kekuasaan pada tahun 1965-1967 merupakan kelanjutan dari kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya. Hal ini berarti bahwa, peristiwa 1965-1967 tidak bisa dilihat secara terpisah apalagi berdiri sendiri.

Sebelum masuk kepada inti pembahasan, ada baiknya melihat sejarah masuknya hegemoni AS di Indonesia. Untuk mengungkap sejarah hegemoni AS, ada baiknya dikemukakan sedikit tulisan peneliti University of Maryland Bradley R Simpson.

38c0d-ciaDalam penelitiannya itu, pengajar dan peneliti dari University of Maryland ini mengatakan, hegemoni AS di Indonesia dimulai tahun 1950-1964, sejak dikucurkannya dana segar bagi Indonesia yang jumlahnya mencapai USD20 juta.

Bantuan itu dikucurkan oleh dua lembaga kemanusiaan Ford Foundation dan Rockefeller Foundation untuk membiayai berbagai riset ilmu di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, dan bantuan teknis yang diselenggarakan di AS dan Indonesia.

Kedua lembaga ini juga mendanai berbagai kegiatan lainnya, seperti pertukaran pendidikan bagi para teknisi, ahli ekonomi, guru, ahli agraria, personel militer dan insinyur dalam pembangunan jangka panjang Indonesia.

Duta Besar AS untuk Indonesia tahun 1958-1965 Howard Jones menyebut bantuan pendidikan dan penelitian untuk Indonesia itu sebagai, “Perjuangan jangka panjang untuk otak Indonesia.”

Selain kedua lembaga yang telah disebutkan, kucuran dana segar juga datang dari Komisi Penasehat Riset Ilmu Sosial tentang Perbandingan Politik (Social Science Research Councils Committee on Comparative Politics) AS. Melalui lembaga ini, AS mendanai berbagai kajian politik dan ekonomi tentang Indonesia.

Beberapa tahun setelah program bantuan itu dijalankan, rencana AS untuk mendorong terjadinya krisis di berbagai daerah membuahkan hasil. Pada 1957-1958, terjadi pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA).

1fca5-soemitroPemberontakan itu dilakukan oleh partai-partai sayap kanan yang mendapat dukungan dan bantuan dana dari AS, seperti Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Berbagai bantuan itu terungkap dalam dokumen rahasia Dewan Keamanan Nasional (National Security Council atau NSC) AS yang telah dibuka. Dalam dokumen itu disebutkan, Masyumi dan PSI telah mendapatkan bantuan jutaan dolar dari AS dan CIA.

Selain mendapat kucuran dana, para pemberontak juga mendapatkan bantuan senjata dan personel tambahan dari CIA. Operasi tertutup AS ini terbongkar setelah pesawat Amerika ditembak jatuh dan pilotnya J Popper tertangkap.

Belakangan diketahui bahwa J Popper merupakan agen CIA yang ditugaskan untuk membunuh Soekarno. Rencana pembunuhan Soekarno oleh agen CIA ini diungkap pada tahun 1957 oleh sebuah Komisi Pilihan Senat AS.

Mantan Diplomat Kanada Peter Dale Scott mengatakan, hubungan AS dengan sejumlah politikus sayap kanan dan perwira AD sejak PRRI/PERMESTA terus terjalin hingga tahun 1965-1967. Bahkan, makin bertambah kuat. Sejak peristiwa itu, AS mengucurkan dananya USD20 juta setahun untuk AD dan membina kelompok sipil dalam melawan PKI.

Rahasia ini terungkap dalam nota Kepala Staf Gabungan AS tahun 1958. Nota itu mengatakan, bantuan itu diberikan kepada AD sebagai dorongan kepada salah seorang perwira AD yakni Nasution untuk mengendalikan PKI/komunisme di Indonesia.

Nasution merupakan tentara yang sangat dikenal oleh AS, karena jasanya dalam menumpas PKI, di Madiun tahun 1948. Dalam peristiwa Madiun, ratusan anggota dan simpatisan PKI ditangkap dan dibunuh secara keji.

50c33-armyandpoliticsinindonesia 87fb0-pahlawanrevolusi

Berbeda dengan tahun-tahun sebelum terjadinya pemberontakan PRRI/PERMESTA, sejak terjadinya peristiwa itu AS dan CIA makin agresif. Mereka tidak segan tampil secara terbuka dan terang-terangan, baik melalui sejumlah jurnal ilmiah dan pers, menyerukan kepada AD dan kelompok sipil untuk segera mengambil kekuasaan dari tangan Soekarno dan menghabisi PKI.

Hal ini tampak dari tulisan peneliti dan akademisi Universitas California-Barkeley Guy Pauker pada tahun 1958. Dalam bukunya Rand Corp, Pauker mendesak AD untuk, “melaksanaan suatu misi”, “menyerang”, dan “menyapu bersih rumahnya”. Kata-kata itu sering digunakan militer kepada para mahasiswa Islam, pada awal Oktober 1965, agar melakukan pembunuhan.

Selain Nasution, salah seorang perwira AD yang menyambut seruan Pauker adalah Jenderal Soewarto. Dengan bantuan langsung Pentagon, CIA, Rand Corporation dan Yayasan Ford, Soewarto mendirikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD).

Dalam sebuah dokumen, Pauker mengatakan, bahwa SESKOAD telah mengembangkan doktrin perang teritorial yang sesuai dengan program civic mission, civic action, dan organisasi teritorial.

Atas usulan Pauker itulah, pada tahun 1962, Departemen Luar Negeri AS menempatkan Kelompok Penasehat Latihan Militer AS (Military Training Assistancy Group atau MILTAG) di Jakarta, khusus untuk membantu penerapan “civic mission” atau “civic action” atau “organisasi teritorial” yang mendukung doktrin perang teritorial AD.

Selain doktrin perang teritorial, SESKOAD juga membekali tentara dengan ilmu ekonomi dan administrasi pemerintahan, sebagai persiapan untuk menyelenggarakan pemerintahan atau negara yang terlepas dari pemerintahan sipil Soekarno.

Program latihan ini dimentori oleh para perwira AD dan sipil dari PSI. Di antara perwira AD yang aktif dan menonjol dalam SESKOAD adalah Soeharto yang kemudian menjadi Presiden Indonesia kedua menggantikan Soekarno.

Saat itu, Soeharto baru saja dipecat dari kedudukannya sebagai Panglima AD di Jawa Tengah, karena diduga terlibat korupsi. Namun, ternyata pemecatan itu tidak pernah diumumkan kepada masyarakat, karena operasi penyelundupannya di Pelabuhan Semarang tidak cukup berat untuk dilakukan penuntutan.

Tuduhan korupsi terhadap Soeharto akhirnya dipetieskan, dan dia dikirim ke SESKOAD, pada tahun 1959. Di sekolah ini, dia dibina langsung oleh Soewarto. Dari Soewarto inilah, Soeharto berkenalan secara langsung AS dan CIA dan mulai menyusun kembali karirnya militernya yang sempat tersandung kasus korupsi tersebut.

Sejarawan militer Indonesia Ulf Sundhaussen mengatakan, saat berada di SESKOAD Soeharto sangat mendalami doktrin perang teritorial dan civic mission yang dibawa oleh AS dan CIA.

Bintang Soeharto mulai bersinar saat Ahmad Yani dan stafnya merekrut Soeharto sebagai agen rahasia dalam menggembosi kampanye anti-Malaysia Soekarno. Pada awalnya, para jenderal AD ini tidak menolak rencana Soekarno mengonfrontasi Malaysia sejak September 1963. Tetapi belakangan, ketika pertempuran kecil menghebat pada 1964, mereka mulai berubah pikiran.

Salah satu alasan berubahnya pikiran para jenderal kanan dalam AD menolak kebijakan konfrontasi Soekarno adalah masalah dana. Namun begitu, para jenderal ini tidak ingin berkonfrontasi langsung dengan Soekarno dan PKI.

Politik yang dimainkan AD saat itu adalah muka dua, yakni mendukung konfrontasi Malaysia dan menolaknya sekaligus. Dengan perlahan tetapi pasti, mereka juga memengaruhi Soekarno untuk memberi nama baru komando multifungsi ini menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga), pada September 1964, dan memintanya agar memasukkan Soeharto sebagai Wakil Panglima Kolaga.

Usul AD untuk memasukkan Soeharto sebagai Wakil Panglima Kolaga disetujui pada 1 Januari 1965. Dengan mulai pulihnya kekuasaan Soeharto dalam AD, bersama agen-agennya di Kostrad dia menyabot konfrontasi dengan Malaysia.

Soeharto mulai menghubungi wakil-wakil Malaysia dan Inggris secara diam-diam dan menyakinkan mereka, bahwa AD telah berubah haluan menentang pertempuran-pertempuran kecil dengan pasukan Malaysia dan Inggris dan akan membatasi diri.

Untuk memuluskan rencananya, Soeharto meminta bantuan perwira intelijennya di Kostrad, yakni Ali Moertopo dan orang-orang sipil yang pernah terlibat dalam peristiwa PRRI/PERMESTA dan hidup dalam pengasingan di Singapura dan Malaysia, agar kembali ke Indonesia dan turut menghentikan konfrontasi dengan Malaysia.

Soeharto juga meminta sahabatnya Kolonel Yoga Sugama dari Belgrado untuk kembali ke Indonesia dan menggantikan Ali Moertopo dalam memimpin operasi menghentikan konfrontasi dengan Malaysia, dan mengirim perwira Kostrad Benny Moerdani ke Bangkok untuk menghubungi para pejabat yang pro-Barat di sana dengan menyamar sebagai manajer penjualan Garuda.

Dalam analisanya, kelompok Soeharto berpendapat bahwa konfrontasi dengan Malaysia merugikan AD, karena akan menjauhkan misi AD yang didukung AS dan CIA dalam kampanye melawan PKI. Hal ini tertuang dalam laporan rahasia intelijen Kostrad, pada tahun 1964 yang menyatakan, konfrontasi mengacaukan upaya AD untuk mengendalikan PKI.

Setelah konfrontasi Malaysia bisa diselesaikan, AS dan CIA melihat kemampuan Soeharto dalam mengatasi “keadaan” dapat diandalkan dalam misi menggulingkan Soekarno dari kekuasaan dan menghancurkan PKI.

Ketika kondisi kesehatan Seokarno memburuk akibat ginjalnya yang harus dioperasi, kelompok Soeharto dari Kostrad mulai menghembuskan provokasi tentang ancaman PKI yang akan mengambil alih kekuasaan dan sangat membahayakan AD.

Menurut analisa CIA yang telah diterbitkan tentang G30S, sejak Januari 1965, Kelompok Pemikir Jenderal AD yang terdiri dari Jenderal Suprapto, Jenderal Harjono, Jenderal Parman, dan Jenderal Sukendro sering membuat pertemuan rutin dan rahasia untuk merundingkan situasi terburuk yang akan terjadi dan tugas AD. Pimpinan kelompok ini adalah A Yani.

Kelompok rahasia Yani ini bocor ke telinga Soekarno dan Yani dipanggil ke Istana Negara untuk dimintai keterangan, pada 22 Mei 1965. Kepada Soekarno, Yani memaparkan apa yang didengarnya sebagai Dewan Jenderal.

Menurut Yani, banyak orang telah salah kaprah dalam menyebut Dewan Jenderal yang sebenarnya adalah dewan kenaikan pangkat di kalangan perwira tinggi AD, Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti).

Namun, Duta Besar AD Howard Jones menyebut bahwa diskusi Kelompok Yani yang dilangsungan antara tahun 1965 adalah untuk menyusun rencana khusus mengambil alih pemerintahan pada saat Soekarno turun panggung. Hal ini dilaporkan informan AS yang ikut dalam rapat dengan Jenderal Parman yang merupakan anggota dari kelompok rahasia Yani.

Untuk memastikan informasi yang didengarnya dan mengetahui sejauh mana kebenaran hubungan Indonesia-AS, pada April 1965, Diplomat AS Ellsworth Bunker diutus Pentagon ke Jakarta. Dalam pandangan Bunker yang menyeluruh, dilaporkan bahwa sangat sulit untuk menghadapi Soekarno secara terbuka dan terang-terangan, karena harapan rakyat yang besar terhadapnya.

“Tidak perlu disangsikan kesetiaan rakyat yang tidak bisa diserang itu. Bangsa Indonesia dalam sangat mengharapkan kepemimpinan darinya, mempercayai kepemimpinannya, dan bersedia mengikutinya,” tulis Bunker kepada Presiden Johnson.

Dalam laporannya itu, dia melanjutkan bahwa tidak ada kekuatan di Tanah Air yang bisa menyerangnya, tidak pula ada bukti bahwa suatu kelompok penting ingin berbuat demikian.

Assistant Professor di Departemen Sejarah University of British Columbia, Vancouver, Kanada, John Roosa melihat, bahwa cukup beralasan ketika dibutuhkan dalih untuk menghancurkan PKI dengan cara hendak menyelamatkan Soekarno, dan AD harus tampil sebagai penyelamat itu, bukan sebagai penggali liang kubur bagi dirinya sendiri.

Saat terjadi Gerakan September Tiga Puluh atau Gestapu, skenario lama AS dan CIA, serta AD, akhirnya mendapatkan momennya yang tepat. Apalagi, dalam peristiwa itu AD jadi memiliki dalih untuk menghancurkan PKI dan menggulingkan Soekarno.

Skenario dibuat dalam beberapa tahapan sesuai dengan laporan Bunker, bahwa AD harus berperan seolah-olah menyelamatkan Soekarno dan menuding PKI melakukan kup, lalu melancarkan represi besar-besaran terhadap PKI diseluruh negeri, dan tetap mempertahankan Soekarno sebagai Presiden boneka, serta membangun pemerintahan baru yang dikuasai oleh AD.

Lima hari setelah terjadinya Gestapu, yakni 5 Oktober 1965, para jenderal sayap kanan AD telah berkumpul dan sepakat untuk menghancurkan PKI dan menjalankan skenario yang telah lama direncanakan.

Di Jawa Tengah, AD mempersenjatai sukarelawan pemuda Muslim untuk berhadap-hadapan dengan PKI. Untuk mempermudah jalinan komunikasi dalam pembunuhan terhadap anggota dan simpatisan PKI, AS mengirimkan perangkat radio lapangan (mobile radio) yang sangat canggih dari Pangkalan Udara Clark di Filipina ke markas besar Kostrad.

Melalui radio itulah, AS memantau gerakan AD dalam membasmi komunis di Indonesia. Hal ini diungkap wartawan Kathy Kadane yang mewawancarai para pejabat tinggi AS diakhir 1980 yang menyatakan AS memantau gerakan AD melalui radio itu.

AD dan CIA juga mengucurkan uang dalam jumlah besar untuk pendirian kelompok sipil oleh AD yang disebut dengan Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September (Kap-Gestapu) dan mengerahkan aksi-aksi demonstrasi mahasiswa. Pada awal Desember 1965, Dubes AS Green memerintahkan untuk mengucurkan dana Rp50 juta rupiah kepada Wakil Kap Gestapu Adam Malik.

Setelah menghancurkan PKI, dan mendemisionerkan kabinet Soekarno, pada pertengahan Maret 1966 dengan memenjarakan 15 menteri, serta menyiapkan pengganti mereka, dan mempertahankan Soekarno sebagai Presiden, AS menepati janjinya dalam memberikan bantuan kepada Pemerintahan AD yang baru lahir.

Dengan bantuan 50.000 ton beras pada April 1966, dan 75.000 ton kapas, serta USD60 juta kredit pertukaran mata uang asing secara cepat dari Jerman, Jepang, Inggris, dan AS pada Juni 1966, pemerintahan baru AD itu ingin menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa AD mampu memimpin mereka dan memerbaiki keadaan perekonomian yang buruk di masa Soekarno.

Sampai di sini, ulasan singkat Cerita Pagi tentang Keterlibatan AS dalam Gestapu yang diikuti dengan pembunuhan massal terhadap anggota dan simpatisan PKI dan berakhir dengan tumbangnya Soekarno dari kursi kepresidenan.

*Prof Benedict Anderson mempunyai kesan bahwa singkatan Gestapu itu sendiri merupakan satu alasan lain dengan menganggap bahwa Gestapu adalah buatan Amerika Serikat. Kata Gerakan September Tiga Puluh sendiri terdengar janggal dalam bahasa Indonesia. Hal ini sama dengan mengatakan Teenth Four (Mei Sepuluh Empat) sebagai ganti May Four Teenth (Empat Belas Mei).

Sumber Tulisan:
Bradley R Simpson, Economists with Guns, Amerika Serikat, CIA, dan Munculnya Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2010.
Pater Dale Scott, Ameri Serikat dan Penggulingan Soekarno 1965-1967, Vision 03, Cetakan Kedua September 2003.
John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, Hasta Mitra, Jakarta 2008.

R24/rno/sindo

– See more at: http://www.riau24.com/berita/baca/40949-peran-amerika-serikat-dan-penggulingan-soekarno-19651967/2/#sthash.P9AZ4BrN.dpuf

– See more at: http://www.riau24.com/berita/baca/40949-peran-amerika-serikat-dan-penggulingan-soekarno-19651967/#sthash.pUQL9ENr.jI3RywZD.dpuf


Haaretz Ungkap Hubungan Saudi dengan ISIS

$
0
0
Sabtu, 26 Desember 2015 13:17

 Haaretz Ungkap Hubungan Saudi dengan ISIS

Sumber-sumber Zionis menggambarkan uang dan ajaran Wahabi sebagai dua mata rantai yang saling terhubung antara Kelompok teroris ISIS dan Arab Saudi.

Surat kabar Haaretz dalam laporannya menyebut pendekatan ganda rezim Al Saud terhadap ISIS dan kelompok teroris lainnya sebagai satu hal yang berbahaya.

Surat kabar itu menulis, Arab Saudi melanjutkan dukungan finansial untuk menyebarkan ideologi kekerasan yang memperkuat teroris.

Haaretz juga menyinggung kritikan terbaru negara-negara Barat sekutu Arab Saudi terkait dukungan Riyadh kepada kelompok-kelompok teroris.

Menurut surat kabar ini, sekutu Arab Saudi menuding negara ini tidak berupaya untuk mencegah sumber-sumber finansial ISIS.

Arab Saudi dilaporkan mengalokasikan dana 10 juta dolar untuk menyebarkan paham Wahabi di berbagai lembaga pendidikan di seluruh dunia.

Haaretz juga menyebut Qatar sebagai tuan rumah kelompok-kelompok teroris bersamaan keanggotaanya di Koalisi baru Arab Saudi Anti-Terorisme.

Laporan Parlemen Eropa pada bulan Juni 2013 menyebutkan bahwa Wahhabisme diangap sebagai sumber utama terorisme di dunia. (IRIB Indonesia/RA)

Sumber : http://indonesian.irib.ir/international/timur-tengah/item/105420


Teologi Transformatif

$
0
0

Minggu, 22 November 2015 12:13

Teologi Transformatif

Teologi Transformatif

Oleh: Muhammad Anis*

Teologi berasal dari dua kata: theos (Tuhan) dan logos (logika, ucapan, wacana). Secara sederhana didefinisikan oleh A.H. Strong sebagai “ilmu tentang Tuhan serta hubungan Tuhan dengan alam semesta”. Sedangkan Thomas Aquinas mendefinisikannya secara spesifik sebagai “pikiran Tuhan, ajaran Tuhan, dan membimbing menuju Tuhan” (theology is taught by God, teaches by God, and leads to God).

Dengan demikian, teologi adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Sementara itu, Aristoteles membagi filsafat teoretis ke dalam tiga elemen: matematika, fisika, dan teologi. Namun, yang dimaksud dengan “teologi” di situ kira-kira sepadan dengan metafisika, yang disebut Aristoteles mencakup pembahasan mengenai hakikat transenden.

Teologi kerap dipadankan dengan Ilmu Kalam. Meskipun ilmu kalam secara umum lebih luas cakupannya, yang tidak hanya berbicara seputar Zat Tuhan dan sifat-sifat-Nya, melainkan juga hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya terutama manusia, sehingga lahirlah konsep kenabian dan konsep eskatologi. Umumnya, ini dipahami sebagai teologi klasik.

Kelemahan teologi klasik tampak ke permukaan, ketika dihadapkan pada kenyataan dan realitas sosial-empiris kehidupan manusia yang senantiasa berkembang dan berubah. Karena itu, Fazlur Rahman menekankan pentingnya rekonstruksi sistematik dalam bidang teologi, filsafat, dan ilmu-ilmu sosial di ranah pemikiran Islam.

Berbagai persoalan empiris yang melekat dalam realitas kehidupan masyarakat seperti kemiskinan, keterbelakangan, penindasan, pencemaran lingkungan, dan sebagainya dirasakan oleh pengamat sosial keagamaan kurang mendapat porsi kepedulian yang memadai dari para ulama teologi. Dengan kata lain, literatur teologi Islam masih belum beranjak dari persoalan teologi klasik abad pertengahan.

Oleh karena itu, teologi kontemporer mengajak untuk beranjak dari pemikiran teologi klasik yang abstrak dan normatif menuju teologi yang membumi dan sarat dengan refleksi empiris. Sehingga, teologi tidak hanya menjadi kajian-kajian skolastik, melainkan juga mampu berperan aktual dalam realitas kekinian.

Agama pun tidak hanya berisi ritual peribadatan, melainkan juga memiliki peran sosial yang solutif. Moeslim Abdurahman menyebut teologi kontemporer ini sebagai teologi transformatif. Sedangkan di Amerika Selatan bahkan telah mewujud dalam gerakan dan aksi perlawanan sosial yang mereka sebut teologi pembebasan, yang dimotori oleh para agamawan Katolik.

Inilah pula yang menjadi salah satu misi penting nabi Muhammad  Saw. Tidak dapat dipungkiri, Rasulullah  Saw tidak hanya melakukan revolusi ideologis, melainkan juga revolusi sosial. Tauhid tidak hanya dikaitkan dengan keyakinan berketuhanan saja, melainkan nilai-nilainya juga terbumikan dalam realitas sosial sehari-hari.

Sebagai contoh, beliau menghapus perbudakan secara bertahap melalui perkawinan budak dengan orang merdeka, juga melalui penetapan kafarah berupa pembebasan budak. Mahar diubah fungsinya, dari alat transaksi untuk membeli perempuan menjadi hadiah perkawinan bagi perempuan. Ketika perempuan dianggap beban hidup sehingga layak dikubur hidup-hidup, Rasulullah  Saw justru berkata bahwa perempuan adalah bunga yang mesti diperlakukan dengan lembut.

Cara pandang kesukuan bangsa Arab jahiliah yang menciptakan prioritas kelas-kelas sosial pun direvisi oleh Islam melalui ayat: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling takwa”, bukan status sosial maupun hartanya. Perhatian terhadap fakir miskin dan anak terlantar juga sangat ditekankan, salah satunya melalui Q.S. Al-Ma’un, di mana orang yang tidak memiliki kepedulian sosial disebut sebagai pendusta agama. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Ini menunjukkan bahwa agama memiliki peran sosial yang penting. Ini sejalan pula dengan pemikiran Engels (sahabat Marx). Ketika Marx pesimistik terhadap agama dan menganggapnya candu bagi masyarakat, Engels — dalam bukunya “The Peasant War in Germany” — justru optimistik dan melihat agama berpotensi untuk menjadi kekuatan revolusioner yang dahsyat. Ia mencontohkan aksi Pendeta Munzer, yang memilih untuk melepaskan diri dari Martin Luther yang mendukung Raja Jerman dalam menindas para petani.

Pada masa kontemporer, kita bisa jumpai pula aksi-aksi kepedulian sosial di dunia Islam. Sebagai contoh, Farid Esack di Afrika Selatan, yang mengembangkan teologi pembebasan dan pluralisme. Dengan melakukan penafsiran ulang terhadap ayat-ayat Al-Quran, Esack mampu membangkitkan semangat perlawanan kaum miskin terhadap penindasan yang dilakukan para tengkulak dan tuan tanah, serta berhasil mengubah kehidupan perekonomian masyarakat miskin menjadi lebih baik.
Begitu juga Ruhullah Khomeini di Iran. Melalui kekuatan nalar dan tafsir aktual yang bersumber pada tradisi Islam, Khomeini sukses menggerakkan revolusi masyarakat muslim Iran dalam menggulingkan pemerintahan despotik Syah Pahlevi dan menggantinya dengan pemerintahan Islam yang dikenal dengan sebutan “wilayah al-faqih”.

Dengan demikian, teologi transformatif yang membumi dan peduli sosial ini sudah semestinya diterapkan pula di negeri kita tercinta. Sebagaimana kita ketahui bahwa negeri ini sedang sakit. Globalisasi telah merambah di segala bidang, dari produk pangan hingga sekolah. Mekanisme pasar bebas pun tak ketinggalan mengambil peran. Sehingga, untuk kebutuhan sembako sekalipun, kita mesti mengimpor. Ironis sekali untuk sebuah negeri agraris.

Lebih dahsyat lagi, perusahan-perusahaan asing telah dengan leluasa mengeruk kekayaan negeri ini. Ratusan triliun harta publik telah mereka boyong. Bahkan pihak asing turut pula terlibat dalam penyusunan Undang-Undang, melalui persetujuan pemerintah kita yang lebih suka menjadi budak di negeri sendiri. Belum lagi jeratan utang luar negeri yang maha besar. Sementara, rakyat hanya bisa menggigit jari sembari berkutat dengan kelaparan, kemiskinan, penyakit, dan kebodohan.

Melihat kondisi ini, ulama dan cendekiawan muslim mesti turun gunung demi membangun kesadaran masyarakat akan kondisi aktual negerinya. Supaya rakyat tidak mengulang kesalahan saat memilih pejabat negara dalam pesta demokrasi. Supaya rakyat tidak lagi tenggelam dalam banjir pencitraan politisi hitam saat kampanye. Di sisi lain, ulama dan cendekiawan muslim negeri ini mesti intensif pula dalam mengingatkan dan menegur pemerintah saat menyimpang dari khittah-nya sebagai pemangku amanat rakyat.(IRIB Indonesia/PH)

*Dosen Pascasarjana UGM dan UIN Yogyakarta

Sumber: http://indonesian.irib.ir/artikel/ufuk/item/103100-teologi-transformatif


Sepatu dari Pelepah Pisang

$
0
0

Kamis, 24 Desember 2015 16:50

Buat sebagian orang, pelepah pisang bisa jadi dianggap tidak berguna. Namun, di tangan kreatif, pelepah pisang bisa diubah menjadi produk yang memiliki nilai lebih. Seperti yang dilakukan Suminah, warga esa Harapan Makmur, Kecamatan Pondok Kumbang, Bengkulu yang kreatif membuat sepatu dari pelepah pisang.

Kreativitas Suminah sempat dicemooh warga kampung karena dianggap berbuat sia-sia. Namun, hal itu justru menjadi semangat Suminah untuk terus berinovasi dengan pelepah pisang.

Berkat ketekunannya, kini, sepatu pelepah pisang bermotif batik ‘bersurek’ khas Bengkulu telah menembus pasar internasional, dan turut memberdayakan penduduk Desa Harapan Makmur, Kecamatan Pondok Kumbang, di provinsi barat daya Sumatera itu.

“Saya sempat dikatakan orang gila oleh tetangga, karena potong-potong pelepah pisang kemudian dijemur di pinggir jalan. Mereka bertanya, buat apa? Seperti tidak ada kerjaan saja,” kata Suminah, Sabtu (7/11).

Ketertarikan ibu tiga anak ini pada pembuatan souvenir dan beragam kerajinan tangan, sebenarnya telah dimulai sejak 1995, ketika anak-anaknya masih kanak-kanak. Sebagai ibu rumah tangga, ia tidak mau berpangku tangan dan ingin menambah penghasilan keluarga, meski Suwarso bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Awalnya, Suminah membuat berbagai pernak-pernik, seperti tas manik-manik, gantungan kunci, bunga kertas, dompet, dari beragam bahan baku hingga tak segan memanfaatkan sampah plastik.

Namun, kedekatannya dengan alam karena semasa kecil lebih banyak bermain di sawah, kebun, dan hutan membuat ide kreatifnya muncul untuk menggunakan pelepah pisang.

Apalagi, perempuan kelahiran Nganjuk, 12 Agustus 1968 ini, sejak lama merasa gundah karena areal kebun pisang seluas setengah hektare yang dimiliki hanya dimanfaatkan untuk diambil buahnya saja. Kemudian, pada 2012, ia pun mulai mengembangkan beragam pernak-pernik berbahan pelepah pisang seperti tas, tempat tisu, gantungan kunci untuk memenuhi pesanan konsumen yang sifatnya terbatas seperti untuk acara pernikahan.

Namun, bisnis yang masih sederhana itu membuat Suminah tidak puas dan terus memutar otak untuk menemukan produk yang dapat menghasilan uang lebih banyak lagi. Berawal dari pelatihan yang diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bengkulu selama dua pekan, Suminah  berani membuat produk sepatu berbahan pelepah pisang.

Ia berkeyakinan, jika memiliki suatu produk berkualitas, unik dengan harga terjangkau maka akan mendapatkan pangsa pasar sendiri. “Saya diajarkan cara membuat sepatu, cara membuat pola dan mendesainnya. Saya amati, sepertinya ini bisa diterapkan dengan menggunakan bahan baku dari pelepah pisang, dan mulailah saya mencoba, karena selama ini hanya menggunakannya untuk produk yang kecil-kecil saja (mudah),” kata dia.

Namun ide Suminah itu tidak semudah ketika ingin diaplikasikan menjadi suatu produk jadi. Terdapat beragam kendala yang harus dihadapi ketika ingin mendapatkan bahan baku berkualitas. Saat itu menjadi periode terberat Suminah. “Terkadang, muncul bisikan menyuruh saya berhenti dan perasaan bahwa saya tidak akan berhasil,” ungkap Suminah.

Pelepah pisang yang memiliki serat bertekstur khusus yang menjadi keunggulan tersendiri ketika dibuat menjadi suatu produk karena menimbulkan efek unik. Di sisi lain, bahan ini juga memiliki kadar air yang tinggi serta sangat bergetah sehingga diperlukan suatu proses panjang untuk menjadi bahan baku yang benar-benar layak diolah menjadi sepatu.

“Saya sampai lupa, saking seringnya mencoba. Pelepah saya ambil dari kebun, saya potong-potong, kemudian dijemur, direndam, sampai berulang-ulang hingga benar-benar kering. Tapi faktanya masih lembab juga. Saya coba terus, sampai dikatakan tetangga tidak waras,” kata dia.

Namun, upaya tak kenal henti itu akhirnya menemukan muara dan Suminah pun menemukan formula dengan cara dikeringkan menggunakan oven. Setelah yakin dengan formula yang ada, Suminah pun mulai membuat sepatu pertamanya bermodalkan desain dan pola yang didapatkan saat pelatihan. Lambat tapi pasti, akhirnya produk yang dihasilkannya mulai dilirik konsumen.

“Awalnya yang banyak memesan kalangan ibu-ibu pejabat, ada juga ibu bupati dan gubernur. Tapi sekarang sudah meluas karena produk memang didesain mengikuti perkembangan mode,” kata dia.

Seiring dengan bertambah banyaknya pesanan, membuat Suminah harus merekrut tenaga kerja. Awalnya ia kesulitan, namun, dengan pendekatan akhirnya sejumlah tetangga mau memanfaatkan kesempatan ini. Kini, Suminah juga memberdayakan ibu-ibu di kampungnya yang sebagian besar petani untuk menjadi penyuplai barang baku pelepah pisang.

“Saya ajari mereka mengeringkan dan memilin pelepah pisang. Nanti mereka jual ke saya, berapa pun banyaknya akan diterima karena permintaan pasar selalu ada. Lumayan, ada sekitar 10 warga yang saat ini sudah mendapatkan penghasilan tambahan sekitar satu juta per bulan,” ujar dia.

Untuk lebih mahir lagi, beberapa dari mereka mau menimba ilmu pembuatan sepatu ke Balai Persepatuan Indonesia di Sidoarjo selama dua minggu. Sementara, Suminah yang bertindak sebagai pencari donator untuk membiayai mereka.

Rata-rata penduduk kampungnya itu sudah mahir memproses bahan baku, hanya saja untuk benar-benar membuat suatu produk jadi terbilang belum bisa karena terkendala ketersediaan bahan penolong, seperti kulit, heel, lem, insol, dan pengilap.

“Untuk bahan-bahan penolong ini harus dibeli di Jawa, karena tidak ada di Bengkulu. Lantaran itu, proses finishing masih saya yang melakukan. Tapi saya harap mereka pada akhirnya bisa membangun bisnisnya sendiri, karena pangsa pasar sangat terbuka. Saya sama sekali tidak takut tersaing, malah senang bisa membantu orang,” kata dia.

Ia mengenang, awalnya hanya bermodal sendiri sekitar Rp 200 ribu. Namun berkat keuletan, usaha sudah beromzet Rp 40 juta per bulan dan memiliki lima orang pekerja, serta memberdayakan 10 orang warga sekitar. Harga sepatu juga relatif terjangkau yakni berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu karena ada ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah. (IRIB Indonesia / Republika / Sl)

Sumber:

http://indonesian.irib.ir/artikel/ufuk/item/105366-sepatu-pelepah-pisang-bisa-raup-rp-40-juta-per-bulan

Link Terkait:

http://sarungpreneur.com/kerajinan-dari-pelepah-pisang-yang-mudah-dibuat/



Filosofi Tahun Baru: Ia Bukan Bilangan Angka, Tapi Kesadaran

$
0
0

Filosofi Tahun Baru: Ia Bukan Bilangan Angka, Tapi Kesadaran

Sejatinya, waktu itu bukan tentang detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan seterusnya. Waktu juga bukan kalender. Itu hanyalah hitungan tentang waktu yang kemudian menjadi formal di tengah peradaban manusia.

Kalender merupakan karya kreativitas manusia, sedangkan waktu itu sendiri merupakan ciptaan Tuhan. Karenanya, jika waktu bersifat universal, maka tak begitu dengan kalender. Beragam jenis kalender bisa ditemui di dunia ini. Ada yang disebut dengan “Kalender Masehi” yang menjadikan kematian Isa Al Masih sebagai titik pembeda; sebelum kematiannya disebut “Sebelum Masehi” dan setelah wafatnya disebut dengan “Masehi”. Selain itu, ada pula “Kalender Cina”, “Kalender Thailand” dan tentu saja “Kalender Islam” yang didasarkan pada hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Karena sifatnya yang parsial, maka saat ini, ketika kita merayakan Tahun Baru Hijriyah 1434, maka tahun ini justru 2012 (tahun saat tulisan ini dibuat) di Kalender Masehi, 2563 menurut Kalender Cina, serta 2555 dalam konteks Kalender Thailand.

Dalam suasana Tahun Baru kali ini, penulis hendak membahas tentang sesuatu yang lebih mendasar dan substansial dari sekadar kalender, yakni tentang waktu itu sendiri. Penulis hendak mengurai filosofi waktu guna menjadi renungan bagi kita di suasana Tahun Baru Hijriyah ini. Sehingga, waktu kita menjadi kembali independen, bebas dan penuh makna.

Kita tahu bahwa waktu sangatlah penting dalam kehidupan kita. Karenanya, banyak kita temui kata-kata mutiara seperti time is money (waktu adalah uang), guna mendorong kita agar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Namun, bukan itulah filosofi waktu. Sebab, jika waktu diandaikan sebagai uang, maka waktu bukan hanya tak lagi independen, melainkan menjadi sangat kapitalistik; waktu dinilai bermanfaat jika diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menhasilkan uang semata. Ironi!

Kita juga telah mengkotak-kotakkan waktu kita sesuai dengan kalender. Kita memahami Senin sebagai hari yang menyebalkan, karena Senin adalah hari aktif pertama setiap pekan, baik untuk bekerja, belajar atau melakukan rutinitas lainnya. Dan, tentu, yang kita selalu harapkan adalah akhir pekan (weekend), karena di hari itu kita libur dan bebas melakukan aktifitas yang menghibur. Padahal, dalam salah satu perkataan mulianya, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib menegaskan bahwa bagi seorang Muslim seharusnya setiap waktunya adalah membahagiakan. Sebab, bagi seorang Muslim, seharusnya segala aktifitasnya dipahami dalam konteks ibadah. Dan, sejatinya, kebahagiaan sejati didapat dalam praktek ibadah. Karenanya, sebenarnya setiap waktu Muslim adalah sakral dan karenanya membahagiakan.

Waktu kita terasa banal dan tak sakral. Sehingga, kita isi waktu kita dengan berbagai rutinitas yang tak bermakna, atau bahkan membuang-buangnya untuk sesuatu yang negatif. Sehingga, pada akhirnya, hidup kita ‘pun ikut banal. Sebab, waktu terkait erat dengan keber-Ada-an manusia. Singkatnya, mustahil hidup manusia menjadi bermakna jika mereka tak mampu memaknai waktunya. Itulah setidaknya hipotesa Martin Heidegger, filosof Jerman tersohor itu, yang kemudian ditulisnya dalam bukunya yang berjudul “Sein und Zeit” (Ada dan Waktu).

Oleh karena itu, untuk menghindari banalitas waktu, setiap manusia patut terus merasa cemas (sorge). Sebab, dengan begitu, kita bisa menghayati waktu secara otentik dan bermakna. Menurut Soren Kierkegaard, filsuf Denmark yang juga Bapak Eksistensialisme, kecemasan bersifat ontologis dan signifikan karena akan menggiring manusia pada iman. Sebab, ketika merasa cemas, manusia akan melompat kepada iman. Sehingga, kecemasan itu akan mendorong manusia modern ini untuk kembali beriman dan taat terhadap keimanannya. Pada ujungnya, mereka akan kembali menghayati setiap kegiatannya sebagai ibadah. Maka, waktunya ‘pun akan kembali sakral dan bermakna.

Sebagaimana ditegaskan pula oleh Heidegger, dengan suasana hati yang selalu cemas, setiap individu akan menghayati setiap detik waktunya secara otentik dan bermakna. Dengan kecemasan, manusia tak akan melewati waktunya kecuali untuk sesuatu yang otentik dan bermakna. Mereka akan menghabiskan waktunya sebagaimana seorang anak yang sedang berada di dalam ambulans yang sedang mengantar ibunya yang sedang sekarat ke rumah sakit. Setiap detik menjadi sangat penting dan berarti.

Dan, bagi Heidegger, kecemasan yang paling otentik yaitu kecemasan akan kematian. Sebab dengan suasana hati yang selalu cemas akan kematian, seseorang akan selalu memanfaatkan dan mengisi waktunya dengan otentik dan penuh makna. Persis seperti nasehat Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang menganjurkan manusia agar selalu mengingat dan membayangkan seolah-olah ia akan mati esok hari.
Inilah seharusnya renungan kita dalam momentum pergantian tahun. Filosofi waktu seperti di atas yang patut kita terapkan dalam melihat dan menghayati waktu kita. Sehingga, waktu kita menjadi bermakna. Dan, pada akhirnya, kita tak menjadi seseorang yang oleh Qur’an disebut sebagai “manusia merugi” dalam QS. Al ‘Ashr. Wallahu a’lam

 


Angka-angka renyah di Bayt al-Hikmah Institute Blog

$
0
0

Angka-angka renyah  di Bayt al-Hikmah Institute Blog

Museum Louvre dikunjungi 8,5 juta orang setiap tahun. Blog ini telah dilihat sekitar1.600.000 kali di 2015. Jika itu adalah pameran di Museum Louvre, dibutuhkan sekitar 69 hari bagi orang sebanyak itu untuk melihatnya.

Ada 161 gambar diunggah, sehingga totalnya 89 MB. Itu tentang 3 gambar per minggu.

Hari tersibuk tahun ini adalah November 13 dengan 32.641 kunjungan. Pos terpopuler pada hari itu adalah Bukti Terbaru G30S/PKI : Soeharto Dalang Pembunuhan Ahmad Yani?.

SELANJUTNYA LIHAT DI:

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/annual-report/

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/annual-report/

 


2015 in review

$
0
0

Asisten statistik WordPress.com menyiapkan laporan tahunan 2015 untuk blog ini.

Berikut ini kutipannya:

Museum Louvre dikunjungi 8,5 juta orang setiap tahun. Blog ini telah dilihat sekitar 1.600.000 kali di 2015. Jika itu adalah pameran di Museum Louvre, dibutuhkan sekitar 69 hari bagi orang sebanyak itu untuk melihatnya.

Klik di sini untuk melihat laporan lengkap.


A reunion at Ahmad Yanuana Samantho home.

$
0
0

We are advancing into bringing Atlantis to this world.
Meet the main team:
The ones who are devoted to bringing joy and truth to the planet as to redeem us and unite us all.
The team restoring Wisdom and Pride to Indonesia and to East Asia.

People in compromise with our past, our future… In compromise with truth.

Yes… And truth sets us free o fthe bondage of ignorance… So, this is the divine team. We work for the truth and for replenishing the world with wisdom and good will.

We have fait hwe are doing the right thing… Many are joining us.

We win in the end. Truth is going to be widely known. And it will act upon ou rsouls,, freeing them.

It is spectacular how all gods are on our side and divine help abounds.
The gods are eager to see this going. It is their story….

The story of the Land of Gods.
The true Land of the Rising Sun..
Sundaland ..
Our true origin. Our common source.

And seeing and knowing our origin will bring us back into light, into having a goal. This way humanity will bond into one unity.

Yes. Humanity is one Unity. And this unity will realize itself in our common cradle, Sundaland/Indonesia.

The Blessed place that holds the bright future of our planet and of our children, of our deeds.

Namastée.


Prabowo, Pintu Lain Rothschild Kuasai Tambang di Indonesia 31 Maret 2014 22:33:20 Diperbarui: 24 Juni 2015 00:15:10

$
0
0

Siapa sangka, di belakang tokoh yang gembar-gembor mengusung ekonomi kerakyatan bernama Prabowo Subianto, calon presiden RI dari Partai Gerindra (apabila kuota Presidential Threshold memenuhi), ada kepentingan keluarga Rothschild untuk tujuan penguasan tambang-tambang di Indonesia.

Bagaimana bisa? Bukankah Rothschild selalu mengedepankan kebebasan pasar, investasi asing dan pemangkasan kekuasaan negara atas capital? Ketika saya ke melancong ke Bali akhir tahun 2013, seorang teman dari Amerika Serikat, beliau bekerja bersama George Friedman dalam lembaga bernama Strategic Forecast atau yang lebih dikenal sebagai Stratfor.

Beliau katakan, para global bankers (termasuk Rothschild) menerapkan pola kebebasan pasar untuk menaklukkan negara-negara Barat. Alasannya, karena Barat adalah tempat mereka berasal, para global bankers itu, sehingga siapapun yang menduduki kekuasaan jangan sampai menghalangi kompetisi para pemilik modal.

Perlakuan berbeda diterapkan pada negara-negara Timur, khususnya yang pernah dekat dengan ideologi Kiri atau Komunisme. Mereka, para global bankers itu belajar pada kasus Rusia. Barat berhasil mendemokratisasi Uni Soviet, memecah belah negara-negara di dalamnya, tetapi mereka tidak mampu memenangkan sepenuhnya kompetisi di kawasan eks-Uni Soviet. Kenapa? Karena dengan mendemokratisasi dan memberikan kebebasan pasar, maka kekuatan modal pribumi juga memiliki kesempatan yang sama untuk berkompetisi dan berkongsi dagang, sehingga pada akhirnya penguasaan penuh tidak dapat dilakukan.

Di sisi lain, pada negara-negara eks-komunis atau yang terpengaruh pada ideologi kiri seperti Indonesia, terdapat karakter yang mendorong wacana nasionalisasi atau wacana yang menolak produk-produk asing. Khususnya ketika senjang ekonomi masyarakat sudah semakin jauh. Kapitalis Barat juga belajar dari beberapa negara Amerika Latin yang berhasil menasionalisasi sejumlah aset-aset Barat yang berarti kerugian maha besar bagi para Global Bankers.

Belajar dari kasus Uni Soviet dan Amerika Latin, para global bankers melihat perlunya dilakukan adaptasi terhadap pola untuk penguasaan negara-negara berkarakter kiri tersebut. Solusinya adalah, perlunya mengunci industri pada kekuasaan negara dan investasi asing dibuka secara selektif. Apa artinya ini? Sebuah pasar yang eksklusif. Hanya investor yang menjadi “Sahabat atau Strategic Partnership” kekuasaan negara saja yang bisa melakukan investasi.

Pola ini berhasil diterapkan para Global Bankers di China. Dengan sistem investasi selektif seperti China, tidak semua investor bisa investasi di China, sehingga hanya beberapa saja yang bisa mengolah pasar China atau memproduksi disana dengan murah lalu menjualnya ke seluruh dunia dengan selisih / laba yang lebih besar.

Menurut rekan Stratfor tersebut, pola yang sama menjadi salah satu opsi bagi para Global Bankers untuk Indonesia. Alasannya jelas, Indonesia memiliki sumber daya melimpah, batubara, CPO, emas, tembaga, timah, minyak, gas bumi dan sebagainya. Membiarkan Indonesia terbuka secara pasar terlalu luas tidak menguntungkan. Mereka, para Global Bankers itu, lebih menyukai jika Indonesia tidak terbuka pasarnya dan dikuasai negara, sehingga hanya segelintir investor Strategis (Strategic Partnership) yang menjalin hubungan erat dengan kekuasaan Indonesia saja yang diizinkan mengolah sumber daya.

Dalam pola ini, ujar rekan Stratfor tersebut, akan bermunculan tokoh-tokoh yang menjual isu “Nasionalisme” namun sebenarnya mereka ini tidak lain hanya boneka asing untuk penguasaan aset secara eksklusif. Dan itulah mengapa Rothschild mendukung Prabowo sebagai salah satu opsi.

Untuk tujuan penguasaan tambang secara eksklusif di Indonesia. Hubungan Prabowo Subianto dengan keluarga Rothschild dilakukan melalui Hashim Djojohadikusumo (adik kandung Prabowo) yang memang menjadi pendana utama gerakan Prabowo melalui Gerindra, Tidar dan sebagainya. Hashim Djojohadikusumo merupakan pendiri Arsari Group yang berkantor pusat di Mid Plaza (Intercontinnental Hotel).

Semua keuangan bisnisnya Hashim, pendanaan Gerindra, Prabowo dan lainnya diatur dari salah satu lantai tertutup di gedung tersebut. Hashim dulu menjadi pemilik tambang batubara Adaro Indonesia sebelum diambil alih dengan skema keuangan licik oleh Edwin Suryajaya melalui bonekanya Sandiaga Uno, pemilik Saratoga Group.

Sandiaga Uno bekerja sama dengan Bank Mandiri dipimpin Agus Martowardoyo dan Deutsche Bank untuk merebut paksa saham Adaro Indonesia dengan skema Hostile Takeover (pengambilalihan paksa). Kehilangan Adaro Indonesia yang merupakan salah satu tambang tunggal batubara terbesar di Indonesia, membuat Hashim lebih banyak main minyak di luar negeri. Salah satunya Nation’s Energy yang memiliki ladang minyak di negara-negara bekas Uni Soviet seperti Kazakhztan dan sebagainya.

Di Rusia, Hashim cukup dekat dengan kelompok penguasa tambang Rusia seperti bangsawan Rusia Oleg Deripaska dan Reuben Brothers (investor Yahudi global asal London). Oleg Deripaska dan Reuben Brothers bersama Nat Rothschild dan Peter Mandelson (politikus Rusia) berinvestasi bersama di United Company Rusia Aluminium (Rusal). Melalui pertemanannya dengan Reuben Brothers dan Oleg Deripaska, Hashim juga diperkenalkan dengan Robert Friedland, seorang Yahudi pemain tambang legendaris asal AS. Robert Friedland memiliki tambang emas dan tembaga raksasa di kawasan Mongolia dan menjual hasil tambangnya salah satunya ke Rusia, sehingga Robert Friedland juga dekat dengan Oleg Deripaska dan Reuben Brothers.

Robert Friedland kemudian memperkenalkan Hashim kepada Nat Rothschild untuk keperluan mengambil alih tambang batubara di Indonesia. Robert Friedland diminta bantuan oleh Nat Rothschild untuk mengumpulkan investor untuk membentuk konsorsium dalam rangka akuisisi tambang-tambang di Indonesia. Pada September 2012, Hashim dipertemukan dengan Nat Rothschild oleh Robert Friedland di London.

Nat Rothschild mempresentasikan konsepnya untuk penguasaan tambang di Indonesia. Nat Rothschild juga menyebutkan kalau kerjasama dengan Hashim ini akan menjadi kerjasama strategis jangka panjang, karena Prabowo Subianto, kakak Hashim sedang maju Pilpres 2014. Seperti biasa, Rothschild selalu berbisnis apabila juga didukung kekuatan politik. Contoh, ketika membentuk British Petroleum (BP), Rothschild bekerja sama dengan kerajaan Inggris. Ketika Rothschild membentuk Royal Dutch Shell untuk menggali ladang minyak di Sumatera, Indonesia satu abad lalu, Rothschild menggandeng Kerajaan Belanda. Begitu pula ketika membentuk Rusal bersama Reuben Brothers, mereka menggandeng Oleg Deripaska dari barisan kebangsawanan Rusia.

Di Indonesia, Rothschild telah memiliki hubungan dengan Partai Demokrat dan Presiden SBY melalui Hillary Clinton. Pasangan Bill Clinton dan Hillary Clinton di AS didukung secara pendanaan oleh Lynn Forester de Rothschild, pemilik sekaligus Chairman di majalah The Economist. Namun, mendukung Partai Demokrat saja tidak cukup, karena SBY banyak digoyang oleh kompetitor utamanya seperti Partai Golkar dan PDIP.

Rothschild sempat merapat ke keluarga Bakrie untuk 2 alasan. Pertama, menjalin bisnis untuk menguasai tambang-tambangnya Bakrie. Kedua, menjalin hubungan politik mengingat Ical hendak maju sebagai Capres Golkar. Sayangnya, rencana itu gagal dan dibatalkan juga karena 2 alasan.

Pertama, Ical dinilai sulit menang karena banyak masalah mulai dari utang, Lapindo, pajak, konflik internal Golkar dan sebagainya. Kedua, perusahaan Bakrie dinilai Rothschild terlalu banyak bermain skema-skema keuangan berisiko tinggi, sehingga tidak aman. Akan tetapi, keluarga Rothschild tetap menginginkan tambang-tambang yang dikuasai Bakrie Group, khususnya PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Berau Coal Tbk (BRAU) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Namun pengambilalihan tidak dapat dilakukan dengan kerjasama strategis karena alasan di atas. Maka harus dicari jalan lain. Dari dunia internasional, Rothschild mengangkat dosa-dosa keuangan Bakrie untuk menghantam saham-saham Bakrie agar bisa dibeli murah.

Dari sisi nasional, Rothschild perlu dukungan dari kandidat yang potensial menang untuk nantinya menggoyang tambang-tambang, termasuk tambangnya Bakrie melalui penataan ulang regulasi pertambangan. Rothschild perlu ‘boneka politik’ yang bisa menang dan mampu menggoyang regulasi tambang. Prabowo sebagai tokoh yang gembar-gembor isu nasionalisme menjadi sasaran empuk bagi Rothschild. Dengan isu nasionalisme, tentu akan mudah menggoyang regulasi tambang sehingga Rothschild bisa merebut tambang-tambang itu lewat kapal-kapalnya yang lain nantinya. Sebagai informasi, Rothschild sebetulnya sudah memiliki kaki di Indonesia sejak lama. Bahkan sebelum negara ini berdiri. Pada pemerintahan Orde Baru, hubungan dagang juga tidak dapat dibangun secara politik karena persoalan Suharto yang anti Yahudi. Hubungan Rothschild dengan tanah Nusantara sebetulnya sudah berlangsung lebih dari 100 tahun. Demam bisnis minyak pada paruh kedua abad 19 (tahun 1.800-an) dipicu oleh kesuksesan Standard Oil milik John D Rockefeller yang didirikan tahun 1870 di Amerika Serikat. Kesuksesan Rockefeller mendorong Rothschild ikutan mengincar bisnis minyak. Baku Oil di Rusia adalah bisnis minyak Rothschild yang pertama. Kemudian pada tahun 1885, Royal Dutch milik kerajaan Belanda menemukan minyak di Sumatera, Hindia Belanda. Sayangnya, Belanda sebagai penjajah berkarakter Agraris kurang menguasai bisnis minyak. Rothschild yang melihat “peluang” itu lantas mengakuisisi perusahaan jual beli kerang dan jasa angkut laut bernama Shell Transport and Trading Company (didirikan tahun 1833) milik Samuel Marcus. Shell yang semula perusahaan jual beli kerang dan jasa angkut laut, kemudian disulap menjadi perusahaan minyak Melalui jaringan kuat Rothschild di kerajaan-kerajaan Eropa, termasuk Belanda, kemudian terbentuklah Royal Dutch Shell, kongsi bisnis minyak Rothschild dengan pemerintah Belanda untuk mengeruk minyak Sumatera. Royal Dutch Shell juga menjadi perusahaan minyak pertama yang memiliki kapal angkut minyak untuk melalui Terusan Suez. Terusan Suez adalah kanal yang dibangun oleh dana Rothschild untuk mengangkut minyak dari Baku Oil di Rusia, juga milik Rothschild. Tanpa Terusan Suez, biaya angkut minyak Rothschild dari Rusia ke Eropa jauh lebih mahal karena harus memutar Afrika. Besarnya biaya angkut Rothschild sebelum adanya Terusan Suez membuat bisnis minyak Rothschild kalah dari Rockefeller. Dengan adanya Terusan Suez, biaya angkut minyak Rothschild dari Baku Oil di Rusia dan Shell di Sumatera menjadi jauh lebih murah. Kombinasi Baku Oil di Rusia – Shell di Sumatera dan Terusan Suez menjadikan Rothschild sejajar dengan Rockefeller di bisnis minyak. Tak hanya itu, Rothschild juga ikut serta dalam pembentukan British Petroleum, kongsi bisnis minyak antara Rothschild dengan pemerintah Inggris. Jadi jangan heran kalau Rothschild bisa begitu berkuasa di dunia modern ini, beliau termasuk di antara sedikit orang yang mengendalikan bisnis minyak dunia. Pada sektor tambang, Rothschild juga tercatat sebagai pemilik Rio Tinto yang dibelinya pada tahun 1880. Rio Tinto merupakan raksasa tambang, termasuk yang mengendalikan bisnis batubara Australia bersama BHP Biliton yang juga dikendalikan oleh Rothschild. Lantas apa hubungannya dengan Indonesia masa kini? Sangat jelas. Rothschild melalui kepemilikannya di British Petroleum, Rio Tinto dan BHP Biliton sempat menguasai aset-aset batubara nasional, terutama sebelum memasuki era milenium. Tambang batubara Kaltim Prima Coal (KPC) sebelum diambil alih grup Bakrie dimiliki oleh British Petroleum dan Rio Tinto, masing-masing memiliki 50% saham, sedangkan tambang Arutmin Indonesia juga dimiliki oleh BHP Biliton dan Yayasan Ekakarsa Yasakarya, sebelum dibeli oleh grup Bakrie. Ketika masa konsesi KPC di bawah Rio Tinto dan British Petroleum serta konsesi Arutmin di bawah BHP Biliton habis, grup Bakrie melalui Bumi Resources mengambil alih tambang tersebut dari tangan asing, lebih tepatnya Rothschild. Akuisisi grup Bakrie terhadap 2 perusahaan tambang ini tuntas pada tahun 2004. Hengkang dari batubara di Indonesia tak membuat Rothschild urungkan niat untuk kembali ke Indonesia. Apalagi, bisnis batubaranya di Rio Tinto dan BHP Biliton tengah terancam. Krisis pasar modal global 2008 yang disebabkan oleh kekacauan kredit rumah berisiko tinggi (Subprime Mortgage), menghantam ekonomi barat. Negara-negara Barat tak lagi mampu memborong habis batubara yg dijual BHP Biliton dan Rio Tinto milik Rothschild. Rothschild sempat wacanakan merger Rio Tinto dan BHP Biliton untuk mengatasi krisis keuangan, tapi batal. Rothschild melihat, BHP Biliton dan Rio Tinto yang tambangnya ada di Australia, memerlukan pembeli batubara di Asia. Pembeli batubara Rio Tinto dan BHP Biliton yang semua negara-negara Barat mengalami penurunan daya beli akibat krisis 2008. China, India, Jepang yang menjadi pembeli batubara besar di kawasan Asia menjadi sasaran perubahan target pasar Rio Tinto dan BHP Biliton. Sayangnya, China, India dan Jepang tak mau beli batubara Rio Tinto dan BHP Biliton yang ada di Australia. Akan ada pembengkakan ongkos angkut jika China, Jepang dan India membeli dari Australia (Rio Tinto dan BHP Biliton). Rio Tinto dan BHP Biliton milik Rothschild pun tak mampu menekan harga menghadapi harga pembelian batubara di Asia. Sementara China, India dan Jepang sudah nyaman membeli batubara dari Indonesia. Tahukah kamu, 25% batubara Jepang dibeli dari Bumi Resources milik Bakrie? Jadi kalau Bumi Resources bangkrut, seperempat Jepang mati lampu. Harga jual batubara Indonesia ke India, China dan Jepang juga lebih murah karena ongkos kirim lebih rendah. Batubara Rothschild, Rio Tinto dan BHP Biliton tak mampu menyaingi harga jual batubara Indonesia ke China, Jepang dan India. Rothschild akhirnya putuskan harus menguasai tambang batubara di Indonesia secara langsung. Agar batubara Rio Tinto dan BHP Biliton dapat dipasok dan dijual melalui tambang di Indonesia. Selain itu, kartel harga tentunya. Rothschild lalu membentuk Vallar Plc untuk investasi (baca : rebut tambang2 strategis) di Indonesia. Selain Vallar Plc, Nat Rothschild juga membentuk Vallares Plc untuk mengambil migas-migas Indonesia. Vallar dan Vallares. Sepasang kekasih karya Nat Rothschild untuk menguasai tambang di Indonesia. Gagal berkongsi dengan Bakrie yang dinilai kurang berpotensi menang dan bisnisnya dijalankan dengan risiko tinggi, Rothschild pilih jalan lain, menggandeng Hashim Djojohadikusumo untuk agenda penguasaan tambang di Indonesia. Melalui perkenalan yang diperantarai Robert Friedland, orang yang ditunjuk Rothschild menjadi pemimpin konsorsium tersebut, Nat Rothschild pun menawarkan kerjasama bisnis dan politik tersebut kepada Hashim. Pada Oktober 2012 (satu bulan setelah presentasi Rothschild kepada Hashim di London), Hashim memberikan persetujuan atas proposal tersebut. Dimulailah kongsi Rothschild sebagai perwakilan Global Bankers / Investor dengan Hashim Djojohadikusumo sebagai perwakilan bisnis sekaligus mewakili kakaknya Prabowo Subianto untuk agenda penguasaan tambang-tambang di Indonesia. Mari kita simak pernyataan Hashim sebelum dan sesudah bergabung dengan Nat Rothschild, di bawah ini : Kompas, Kontan dan Okezone : 19 Februari 2013 (setelah Hashim bergabung dengan Rothschild) Kita bisa lihat sendiri bagaimana loyalitas beliau, Hashim Djojohadikusumo terhadap bangsa ini. Sebelumnya bangga mengucapkan “Saya Cinta Bangsa Saya”, kemudian berubah total dan siap melakukan segala cara untuk menghadang kompetitornya di Indonesia demi mengawal Nat Rothschild. Saya tidak kobarkan ini untuk mendukung Bakrie dan Bumi Resourcesnya. Saya jelas dan tegas menolak Ical Bakrie apabila ia tidak lunasi sisa Rp 1 triliun dari kewajiban Rp 9 triliun kepada warga Sidoarjo terkait Lapindo. Justru saya sangat kecewa, mengapa para pengusaha nasional bisa diadu domba dan dibeli seperti yang Hashim sudah terjual oleh Rothschild sang Yahudi Global. Lebih buruk lagi, Hashim siap pasang badan dan bela mati-matian kepentingan Rothschild kuasai tambang Indonesia. Bukankah akan lebih baik jika Hashim, Bakrie, Jusuf Kalla, Chairul Tanjung dan semua pengusaha lainnya bersatu untuk merebut aset-aset Indonesia yang dikuasai asing? Tapi faktanya malah berbeda. Bakrie sibuk plesiran dan lupa lunasi Lapindo, Jusuf Kalla sibuk kolusi bisnis pribadi ke proyek pemerintah, Hashim sibuk dagang bersama Yahudi untuk kuasai tambang Indonesia. Siapa yang untung dari semua ini? Tentu saja, kelompok Global Bankers, para Yahudi Global, The Rothschild dan rekan-rekan Zionis lainnya. So, Prabowo Subianto masih mengaku memperjuangkan kepentingan bangsa? Bangsa mana? Bangsa Indonesia atau bangsa Israel? Mari kita simak kelanjutannya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ratu.adil/prabowo-pintu-lain-rothschild-kuasai-tambang-di-indonesia_54f7cbd3a33311f8498b4730


Persamaan PKI dan PKS

$
0
0

by Budi Pasopati

Menyingkat kata, saya akan uraikan persamaan antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). A. INTERNASIONALIS

1. Baik PKI maupun PKS berorientasi Internasionalis.

Dahulu, PKI dianggap kepanjangan tangan Partai Komunis Uni Sovyet dan China. Meskipun Partai Komunis di dua negara itu berbeda dengan PKI. Demikian halnya dengan PKS merupakan perpanjangan tangan Ikhwanul Muslimin (IM) dari Mesir. Meskipun varian Ikhwanul Muslimin di berbagai negara tidaklah selalu sama. PKS mengambil IM varian Sa’id Hawwa faksi Qiyadah Syaikh.

2. Cita-cita gerakan komunis, tercipta keadilan distributif ala sosialisme di seluruh negri .

Sedangkan gerakan Ikhwanul Muslimin fi Mizanil Islam . Dengan turunan membebaskan negeri dari kekuatan asing. Menegakan masyarakat demokrasi nasional berbasis sosialisme di Indonesia. Sedangkan IM, menegakan negara Islam yang merdeka dan memberlakukan hukum-hukum Islam (Risalah Ta’alim)

3. PKI tidak secara terang-terangan mengacu kepada gerakan Komunisme di Uni Sovyet maupun China. Demikian halnya dengan PKS. Dalam Piagam Pendirian dan AD/ART tidak ada disebutkan PKS perpanjangan tangan IM dari Mesir. Meskipun demikian, baik PKS maupun PKI memiliki orientasi gerakan yang sama: universal internasionalis.

4. Bisa kita bandingkan dengan Partai Politik yang ada sekarang di Indonesia di luar PKS. Apakah ada yang memiliki orientasi Internasionalis, selain PKS. Di luar partai, ada ormas seperti Hizbul Tahir, yang juga berorientasi Internasionalis.

5. Jaringan Internasionalis antar komune (PKI) dan ikhwan (PKS) menjadikan ikatan solidaritas dan persaudaraan lintas negara menjadi kuat. Seperti PKI yang membantu mengembangkan gerakan komunis di Vietnam, dan merespon ketegangan blok soviet dan Amerika. Demikian halnya dengan PKS, yang sangat cepat merespon HI Palestina bernama HAMMAS dalam perjuangan melawan Israel. Makanya tak mengherankan jika PKS lebih peduli dengan isyu Palestina, ketimbangan isyu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab yang menderita. Karena lebih terikat pada Internasionalis daripada ikatan Nasionalis. Padahal TKI yang menjadi korban, mayoritas juga Muslim yang teraniaya.

6. Untuk menunjang ikatan solidaritas persaudaraan, PKI membangun Poros Jakarta Peking. Sedangkan PKS, membangun poros Indonesia Turki. Selain membangun komunikasi juga membuat program pendidikan para kader. Persis dengan PKI yang mengirim kadernya untuk belajar di Universitas di China, Moskow, Prancis dan negara Eropa lainnya. PKS pun mendapat jalan untuk mengirimkan kadernya untuk belajar di pelbagai Universitas di Timur Tengah dimana IM ada disana. Saat ini IM cukup berkembang di Syiria, Yordania, Iraq, Libanon, Turki, Arab Saudi, Yaman dan Sudan. Saat pendirian awal PK pada tahun 1998, IM dari negara di Timur Tengah banyak membantu pendanaan..

B. MUSUH BERSAMA

1. Perbedaan ideologi memacu ketegangan antar blok dunia. Meskipun Indonesia secara nyata berada pada posisi Non Blok, akan tetapi karena pengaruh PKI, Sukarno sering menyerang kebijakan Amerika dan Inggris. Kebencian terhadap Amerika dan Inggris, sama dengan partai komunis di negara manapun. Demikian juga dengan PKS, yang memandang Amerika dan Israel sebagai musuh bersama. Dimanapun IM berada dan di negara manapun.

2. Untuk identifikasi musuh, maka diciptakan jargon bersama. PKI menyebut Amerika dan sekutunya sebagai bahaya Imperialisme. Sedangkan PKS dan IM menyebutnya sebagai bahaya zionis. Jargon ini seragam dinegara manapun. Secara tidak langsung menunjuk pada sasaran yang sama: Amerika dan Israel.

3. Sementara untuk musuh di dalam negri, mereka biasa menyebut dengan istilah “antek atau agen”. PKI menyebut antek atau agen Imperialis, sedang PKS menyebunya antek atau agen Zionis. Siapapun orang atau organisasi yang mereka anggap musuh, maka akan keluar stigma ini.

4. Baik PKI dan PKS tidak menyukai hal yang berbau “barat”. Bagi mereka barat identik dengan Liberal. PKI sering menuding para pejabat negara dengan gaya hidup mewah dan PSI, dicap sebagai prilaku Liberal. Demikian juga dengan PKS yang sering menuding orang dengan cap serupa: Liberal. Diantaranya menuding Liberal kepada media massa. Padahal senyatanya prinsip liberal (kebebasan) pers hanya tumbuh di negara-negara demokratis. Hanya negara yang otoriter yang membatasi ruang kebebasan pers. Seperti di Uni Soviet atau di zaman Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto.

5. Ketika Uni Soviet berhadapan dengan sekutu yg dipimpin oleh Amerika dalam perebutan Jerman tahun 1945, maka saat itu, kebencian terhadap Amerika dan sekutunya lahir. Kebencian Uni Soviet terhadap Amerika ditularkan gerakan komunis di Indonesia. Demikian juga dengan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang secara langsung terlibat perang di Palestina melawan Israel. Kebencian terhadap Israel zionis Amerika, ditularkan juga ke Indonesia.

6. Padahal sejarahnya musuh Indonesia adalah Belanda, Jepang dan NICA Inggris. Belum pernah bangsa Indonesia melakukan konfrontasi langsung dengan Amerika. Namun bibit permusuhan dengan Amerika dibawa oleh komunis Soviet, maka PKI pun mengangap sebagai musuh bersama. Demikian juga Israel belum pernah terlibat konfrontasi langsung dengan Indonesia. Namun bibit permusuhan dari IM Mesir, masuk juga ke Indonesia lewat PKS.

7. Sebaliknya, PKI tidak pernah menjadikan zionis atau Israel sebagai isyu permusuhan. Demikian juga dengan PKS, tidak pernah menjadikan komunis Soviet (Rusia) dan China, sebagai isyu permusuhan. Padahal jika dilihat ajaran komunisme dianggap ateis atau tidak mengakui adanya Tuhan.

8. Baik PKI dan PKS sangat kaya perbendaharaan untuk memberi stempel bagi musuh-musuhnya. Dahulu ada cap seperti kaum sarungan, tuan tanah, feodal, kapitalis birokrat (kabir), sekterian, revisionis, anti rakyat. Sekarang muncul cap kafir, dajjal, tukang fitnah,thogut, musyrik dll. Pendek kata, baik PKI dan PKS sangat mudah memberi cap stempel kepada musuh-musuhnya.

C. METODE GERAKAN

1. Aksi massa, mobilisasi dan demostrasi digunakan sebagai metode gerakan baik oleh PKI maupun PKS. Hal ini untuk menguji para kader pada satu isyu dan terdisiplinkan. PKI sering menggunakan Gelora Istora Senayan untuk mengumpulkan para kader. Mendengar pidato Aidit. Dan para petani, buruh sering melakukan demo ke kedutaan dan gedung pemerintahan. Demikian juga dengan PKS. Berbeda dengan mobilisasi massa atau demostrasi yang dilakukan oleh kelompok lain. Baik PKS maupun PKI, demonstrasi nampak lebih tertib dan disiplin.

2. Aksi Massa terorganisir dan sepihak juga digunakan. Biasa dikenal istilah “pendudukan”. Para kader PKI sering melakukan aksi sepihak dengan menduduki tanah-tanah di pedesaan. Sedangkan PKS wilayah pendudukannya adalah Mesjid dan lembaga intra kampus. Karena basis PKI dan PKS berbeda. Tetapi sama dalam pengertian aksi sepihak atau pendudukan atau okupasi.

3. Mendirikan Partai politik dan Ikut Pemilu. Gerakan komunis di Indonesia di mulai dengan perpecahan di tubuh SI pada tahun 1918. Setelah itu SI Merah masuk ke basis buruh. Peristiwa pemberontakan pertama dikenal dengan pemogokan buruh pada tahun 1926. Sifat pemberontakan PKI, kembali terjadi pada perististiwa madiun 1948. Tetapi kemudian, PKI mengubah siasat dengan ikut Pemilu pada tahun 1955. Demikian juga dengan PKS, yang awalnya adalah kelompok tarbiyah di mesjid dan kampus. Sistem gerilya dilakukan. Meskipun ada cikal bakal pemberontakan, seperti keterlibatan Hilmi Aminuddin dalam gerakan NII. Atau keterlibatan Danu Mohammad (ayah Hilmi Aminuddin) dalam pemeberontakan DI/TII. Tetapi untuk sementara metode frontal ini diredam dahulu. Dan memilih metode pendirian partai secara formal dan ikut Pemilu. Pada tahun 1998, kelompok ini membentuk PK dan ikut Pemilu.

4. Perubahan metode gerakan atau taktik gerakan, sudah lazim dilakukan di berbagai negara. Di Indonesia contohnya, gerakan perlawanan bersenjata GAM berubah menjadi partai politik dan ikut pemilu. Juga seperti gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, yang kemudian mengubah taktik untuk menjadi partai politik dan ikut Pemilu. Perubahan metode ini sekarang marak dilakukan gerakan di Amerika Latin. Slogannya, “dari peluru menuju pemilu”

5. Metode pendirian partai politik dan ikut Pemilu sesungguhnya baru baik bagi PKI maupun PKS. Karena metode gerakan murni tidaklah demikian. Seperti gerakan komunis China dan Uni Soviet, lebih memilih jalan revolusi. Gerakan komunis memang dikomando oleh Partai Komunis, tetapi tidak menempuh jalan pemilu tetapi revolusi. Begitupun dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir, didirikan tahun 1928, memilih jalan gerakan perlawanan bahkan membentuk divisi militer untuk berperang melawan Israel di Palestina.

6. Kemampuan menggalang dan konsolidasi PKI dan PKS tidak diragukan lagi. Bayangkan, setelah dihajar oleh TNI pada pemberontakan Madiun 1948, PKI dapat bangkit kembali. Dalam waktu 7 tahun, PKI dapat masuk 5 besar partai yang menang Pemilu 1955. Begitu juga dengan PKS. Dalam waktu yang relatif singkat PKS dapat masuk 5 besar pada pemilu 2009. Bahkan perolehan suara antara tahun 1999 ke 2004, melonjak hingga 600%.

7. Baik PKI maupun PKS, menganggap partai adalah komunitas. Bukan semata kendaraan politik. Partai harus mampu memberi jawaban atas masalah anggota, simpatisan dan kader. Baik masalah ekonomi maupun sosial. Kantor partai PKI dan PKS adalah markas yang hidup dan dinamik. Semua hal diurus. Dari urusan anggota yang melahirkan hingga meninggal dunia.

D. POLITIK, KEKUASAAN

1. Dalam menjalankan politik, PKI dan PKS menempuh jalan akomodatif semu atau konfrontasi terbelah. Maksudnya, para elit PKI dapat bekerjasama dengan Presiden Sukarno untuk melawan musuh Amerika, tetapi dilain sisi para anggota PKI melakukan aksi-aksi sepihak merongrong pemerintahan Sukarno. Satu sisi mendukung, satu sisi menentang. Seperti yang dilakukan PKS saat ini pun serupa. Tidak jelas kelamin opoisisi atau berada dalam koalisi. Baik PKI dan PKS berprinsip, berpihak yang memiliki peluang menang besar. Dalam khazanah politik dikenal dengan taktik, “polisi baik dan polisi jahat”. Partai membagi peran, siapa yang menjalankan sebagai “polisi baik” dan siapa yang berperan sebagai “polisi jahat”. Itulah yang saya sebut dengan konfrontasi terbelah.

2. Baik PKI maupun PKS merangkul dan masuk ke semua lini. Meskipun basis utama PKI adalah buruh tani, tetapi untuk menjalankan politik kekuasaan, mereka masuk juga ke kelompok elit politik dan TNI. Sehingga dulu, kita mendengar banyak perwira TNI yang merupakan binaan PKI. Begitu juga dengan PKS, mereka masuk ke TNI lewat Wiranto, masuk ke Cendana lewat Titiek Suharto, dan mulai mengambil hati kelompok NU dan Muhammadiyah. Padahal secara ajaran, kelompok yang didekati ini bertentangan secara “ideologis”. Alasan PKI dahulu, masih banyak anasir borjuasi kecil yang revolusioner.

E. PARTAI KADER

1. Baik PKI mapun PKS memilih bentuk sebagai Partai Kader. Meskipun pada tahun 1960an, PKI mengkombinasikan antara Partai Kader dan Partai Massa. Demikian juga dengan PKS, setelah tahun 2010, mendeklarasikan diri sebagai partai terbuka. Meskipun demikian, motor pengerak tetap bertumpu pada kader. Alasannya serupa, partai kader yang bersifat eksklusif sulit untuk merangkul semua kelompok untuk memenangkan Pemilu.

2. Pembinaan kader yang dilakukan PKI dan PKS mengunakan sistem sel. Membentuk kelompok kecil beranggota tidak lebih dari 7-10 orang dan dibina oleh seorang mentor. Istilah “dibina” dahulu dipergunakan juga oleh PKI. Sehingga jelas hubungan antara Mentor (guru/ murrobi) dan kader (murid). Setiap seminggu sekali, para mentor akan bertemu untuk melaporkan perkembangan binaan masing-masing dalam rapat bersama antar mentor. Usroh, sistem sel ini bersifat eksklusif. Jelas perjenjangan kadernya. Hubungan guru dan murid digunakannya oleh kalangan NU, dengan hubungan Kiai dan Santri. Tetapi hubungan ini tidak dilakukan dalam sistem sel.

3. Dalam pola yang seperti ini, sulit bagi murid untuk melawan guru. Karena pembinaan dilakukan bertahun-tahun lamanya. Guru atau Murrobi sebenarnya juga murid dari guru di atasnya. Bila ada yang menyerang guru atau kiai, maka para murid akan serentak membelanya.

4. Para mentor atau guru akan menunjukan buku buku wajib yang harus dibaca oleh para kader. Mengikuti pengajian / Liqo atau diskusi lapangan (istilah PKI) secara rutin. Pada saat yang bersamaan, akan keluar beberapa doktrin dasar. Seperti menjauhi kehidupan duniawi (PKS) atau kehidupan kaum borjuis (PKI).

5. Baik PKI dan PKS mengenal “sumpah” atau “baiat” bagi anggotanya. Hal ini untuk mengikat dengan kesatuan komune atau jama’ah. Hampir semua kader dipahamkan jika mereka berbeda pendapat dengan qiyadah (pemimpin) dan mengkritiknya, hal itu bisa mencederai makna bai’at dan jamaah

6. Para kader dituntut untuk “melek buku”. Belajar terus menerus. Selain itu mereka diarahkan untuk mengikuti kursus-kursus ideologi maupun kursus ketrampilan. Sekolah-sekolah formal dibangun sejak TK/SD. Bahkan PKI memiliki perguruan tinggi, namanya Akademi Ali Archam. Sekolah-sekolah PKI tidak terlampu jauh dengan pabrik atau wilayah perkebunan. Sedangkan PKS, sekolah berdekatan dengan Masjid.

7. Literatur wajib yang dibaca oleh kader sudah dipandu. Seperti buku sejarah dan karya Hasan Al Banna, Sayyid Qutb, Abul A’la Al-Maududi dan Yusuf Qaradhawi. Begitupun dengan PKI, yang mewajibkan kader memahami pemikiran Karl Marx, Feurbach, Hegel, Lenin, dan Mao Tse Tung. Kisah perjuangan Hasan Al Banna tidak kalah heroik dengan kisah perjuangan Mao Tse Tung. Dan dapat membangkitkan semangat para kader. Bacaan wajib lebih bersifat agitatif dan menjadi doktrin. Seperti Matrialisme, Dialektika Historis (MDH), Manifesto Komunis atau Garis Masa (PKI). Sedangkan PKS, akan diperkenalkan dengan bacaan Tarbiyah Politik, Pajak Kehinaan atau Catatan Harian Dakwah. Mempertegas varian gerakan PKI mengajarkan doktrin Marxisme Lenisme, sedang PKS diperkenalkan IM varian Quthbiyah.

8. Baik PKI dan PKS, tidak percaya pada media massa. Mereka menganggap media massa tidak lebih dari propaganda agen barat atau kaum kapitalis. Untuk menyeimbangkan itu, PKI dan PKS membuat media propaganda tersendiri. Dahulu oplah koran seperti “bintang merah” yang dikeluarkan PKI mengalahkan oplah koran umum. Karena para kader wajib membacanya. Informasi yang benar hanya bersumber pada Partai. Di luar itu hanya berisi fitnah atau propaganda hitam.

9. Tidak ada hari bagi kader PKI dan PKS untuk melakukan dakwah (PKS) atau Propaganda (PKI). Tugas ini, tugas semua kader di semua tingkatan. Istilah PKI, semua kader adalah agen AgitProp (Agitasi propaganda). Salah satu tujuan dakwah dan propaganda adalah pengorganisasian calon-calon kader baru. Berbeda dengan partai politik lain, yang baru melakukan kampanye saat menjelang Pemilu. PKI dan PKS, tugas dakwah atau propaganda dilakukan setiap hari, setiap saat.

10. Baik PKI maupun PKS, mengandalkan iuran dan infaq anggota. Kantor pusat PKI di jalan Kramat Raya Jakarta, sebagian besar dananya diperoleh dari sumbangan anggotanya. Semua pendapatan dari anggota dibukukan secara rapi.

11. Ciri yang dapat dilihat juga antara PKI dan PKS, dalam penyebutan istilah. Misalnya, kata “kawan” disadur dari kosa kata “Camerade” yang biasa dipakai kaum komunis di Soviet. PKS mengunakan kata ikhwan dan ukhti; ana dan antum. Atau istilah “revolusi” menjadi “jihad”; istilah “martir” menjadi “mujahid”. Istilah “setan desa” menjadi “thaghut’.

12. Kedua partai ini, juga mengatur kehidupan anggota dan kadernya hingga pada tingkat rumah tangga. Dahulu ada istilah, nikah ala partai, maka kini PKS mengambil jodoh di lingkungan anggota sendiri. PKI lebih rigit mengatur kehidupan. Sampai ada pembatasan harta di semua anggota dan kadernya. Mereka dituntut hidup sederhana. Para pejabatnya hanya diizinkan untuk memiliki satu radio transistor saat itu. Kehidupan “sama rasa sama rata” itu kemudian diterapkan juga di PKS. Tuntutan hidup sederhana, saling berbagi dan tolong menolong sesama anggota dan kader.

13. Doktrin kehidupan diantaranya: “10 pedoman Hidup” ajaran Hasan Al Banna (PKS). Sedangkan PKI menggunakan doktrin “Tiga boleh, Lima Jangan”. Lima Jangan model PKI mengambil dari norma Jawa: mo-limo.

14. Baik PKI dan PKS sangat ketat mengajarkan doktrin kepada kadernya. Sikap dan kepatuhan para kader dipandu juga dengan “Tuntutan Kader Revolusioner” (PKI) atau “Enam Rukun Leadership” (PKS). Secara umum berisi sikap ta’at, percaya kepada pimpinan (tsiqoh), putusan garis massa atau syuro qiyadah, ijtihad, dan fiqhuddakwah.

15. Secara struktur organisasi, PKI dan PKS tidak bergantung kepada ketua umum atau Presiden. Dahulu PKI mengunakan struktur Comite Central dan Polit Biro; saat ini PKS menggunakan Majelis Syuro dan Dewan Syariah. Sidang Comite Central lah yang menjadi lembaga tertinggi di Partai. Demikian juga dengan PKS, yang menempatkan Majelis Syuro di posisi tertinggi.

F. POTENSI KEKERASAN

1. Baik PKI maupun PKS, memiliki bibit pemberontakan dari sumber aslinya. Jika dahulu, PKI tengah mempersiapkan “angkatan kelima” dengan mempersenjatai kaum tani. Sama persis yang dilakukan dengan Partai Komunisme China. Sedangkan bibit PKS yakni Ikhawanul Muslimin Mesir memilik brigade tempur yang dinamakan Fidayanul Muslimin.

2. Potensi kekerasan tertanam dalam ajaran yang digunakan PKI dan PKS. Untuk melawan musuh-musuhnya, maka jalan kekerasan dapat ditempuh. Membunuh orang kafir, menjarah kekayaan mereka sesuatu yang halal. Sedangkan PKI melakukan gerakan pemberontakan dan aksi sepihak sudah dilakukannya. Persamaan pola gerakan Ikhwanul Muslimin sayap Quthbiyah dengan gerakan Marxisme – Leninisme (ML) pernah ditulis oleh John Gray dalam buku, “How Marx turned Muslim”. Gray mengkaji darimana datangnya pemikiran radikalisme gerakan yang ada dalam tubuh IM sayap Quthubiyah. Padahal Sayyid Quttub lebih digambarkan sebagai seorang sufi tradisional.

Rupanya pemikiran Sayyid Quttub dipengaruhi oleh maraknya gerakan radikalisme termasuk ML di Eropa pada tahun 1920an. Sehingga wajah sufi tidaklah tergambar sebagimana ulama salaf maupun khalaf. Ditambah represif kolonial Inggris, pemerintahan yang otoriter dan gejolak perlawanan di Palestina, hingga melahirkan model gerakan dakwah yang cukup radikal. Partai politik dengan basis ideologi sosialisme di Indonesia bukan hanya PKI. Banyak. Termasuk PNI yang dianggap Partai Nasionalis juga mengintrodusir paham sosialisme ala Indonesia. Di luar itu ada Partai Sosialisme Indonesia (PSI) dan Partai Murba. Tetapi, model gerakan yang radikal dan mengunakan pola partai kader hanya PKI. Demikian juga Partai Politik dengan basis Islam, bukan hanya PKS. Banyak. Tetapi, model gerakan yang radikal dan mengunakan pola partai kader hanya PKS. Pada titik ini terjadi kemiripan pola gerakan antara PKI dan PKS.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/budipasopati/persamaan-pki-dan-pks_5528c5acf17e6197038b45b7


Teosofi, Atlantis, dan Gunung Padang

$
0
0

sebagai wacana pembanding, OK lah. tapi H, MENGENAI KEBENARANNYAN wALLAHU ALAM BI SHAWAB. kALAU MENURUT MAS rADHAR pANCA dHANA, mITOS aJI sKA INI ADALAH MITOS iMPERIALISME NEGARA BANGASA KONTINENTAL terhadap NEGARA MARITIM SEPERTRI NUSANTARA

Santi J. N.

IMG_0001

“Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah Ada di Indonesia.”

Kira-kira demikianlah hipotesis yang dipercaya oleh DR Danny Hilman Natawidjaja, menguatkan pendapat Dr. Arisiyo Santos dan Stephen Oppenheimer yang lebih dahulu menyebutkan kemungkinan tersebut. Untuk membuktikan pendapatnya, Danny Hilman dan timnya hingga saat ini sibuk menggali Gunung Padang yang menurutnya merupakan peninggalan Atlantis. Seorang tokoh lain bernama Dicky Zainal Arifin atau akrab disapa Kang Dicky (KD) memiliki keyakinan lain, menurutnya pembangun Gunung Padang adalah bangsa Lemurian, bangsa yang menurunkan suku suku di Nusantara sekarang ini. Kang Dicky mendapatkan teori tersebut berdasarkan metode time travel atau ngimpleng yang tentunya akan menjadi tertawaan ilmuwan-ilmuwan yang lebih mempercayai metode ilmiah untuk membuktikan suatu teori. Bagaimanapun, kedua teori tersebut memiliki pengikut fanatiknya sendiri-sendiri. Aku pernah berdebat dengan salah satu dari mereka hingga akhirnya aku dituduh “tidak nasionalis” karena tidak mempercayai keagungan leluhur nusantara.

Aku pernah membahas polemik ini dalam tulisanku beberapa tahun yang lalu. Kali ini…

View original post 1.818 kata lagi



Teosofi, Atlantis, dan Gunung Padang

$
0
0

IMG_0001

“Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah Ada di Indonesia.”

Kira-kira demikianlah hipotesis yang dipercaya oleh DR Danny Hilman Natawidjaja, menguatkan pendapat Dr. Arisiyo Santos dan Stephen Oppenheimer yang lebih dahulu menyebutkan kemungkinan tersebut. Untuk membuktikan pendapatnya, Danny Hilman dan timnya hingga saat ini sibuk menggali Gunung Padang yang menurutnya merupakan peninggalan Atlantis. Seorang tokoh lain bernama Dicky Zainal Arifin atau akrab disapa Kang Dicky (KD) memiliki keyakinan lain, menurutnya pembangun Gunung Padang adalah bangsa Lemurian, bangsa yang menurunkan suku suku di Nusantara sekarang ini. Kang Dicky mendapatkan teori tersebut berdasarkan metode time travel atau ngimpleng yang tentunya akan menjadi tertawaan ilmuwan-ilmuwan yang lebih mempercayai metode ilmiah untuk membuktikan suatu teori. Bagaimanapun, kedua teori tersebut memiliki pengikut fanatiknya sendiri-sendiri. Aku pernah berdebat dengan salah satu dari mereka hingga akhirnya aku dituduh “tidak nasionalis” karena tidak mempercayai keagungan leluhur nusantara.

Aku pernah membahas polemik ini dalam tulisanku beberapa tahun yang lalu. Kali ini aku tertarik untuk membahasnya kembali karena sejak tulisan itu kubuat, kontroversi mengenai Gunung Padang masih hangat terjadi, bahkan menjurus kepada perdebatan politis mengingat motor pengungkapan Gunung Padang adalah Andi Arief, Staff Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana yang notabene tidak memiliki latar belakang keilmuan sejarah/arkeologi/geologi sama sekali. Di sisi lain para penentangnya adalah para akademisi yang mewakili bidang-bidang geologi, arkeologi dan sejarah. Aku tertarik sekali mengamati perdebatan di antara kedua kubu, yang menurutku mewakili dua karakter orang Indonesia pada umumnya. Mereka yang mempercayai takhayul dan mereka yang rasional. Kelompok pertama bisa saja mengaku rasional, tapi sejauh ini keyakinan mereka lebih didasari oleh emosi semata dibanding pikiran sehat. Buktinya kepercayaan bangsa atlantis sebagai nenek moyang bangsa Indonesia dipercaya begitu saja tanpa bukti nyata. Hanya buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization” karya Prof. Dr. Aryso Santos dan Eden in the East karya Stephen Oppenheimer-lah yang menjadi pegangan mereka.

Lewat tulisan ini aku ingin menambah beberapa referensi untuk mereka, bahwa kepercayaan bahwa nenek moyang bangsa ini merupakan bangsa atlantis / lemuria ternyata bukan barang baru lagi. Teori ini sudah dikemukakan sekitar seratus tahun lalu oleh para penganut ajaran Teosofi. Bagaimana kepercayaan mereka terhadap keberadaan bangsa atlantis tersebut selayaknya menjadi pertimbangan bagi para pendukung teori atlantis masa kini karena ternyata kepercayaan akan garis keturunan atlantis / lemuria membawa konsekwensi tertentu. Apa konsekwensinya ? Untuk itu aku akan mengisahkan kembali sejarah Pulau Jawa menurut kalangan Teosofi, sebagaimana dimuat dalam buku “Sejarah Gaib Pulau Jawa” karya C.W. Leadbeater. Buku ini diterbitkan Pustaka Theosofi Jakarta tahun 1976, merupakan terjemahan dari buku “Occult History of Java” yang diterbitkan tahun 1951. Teks versi bahasa inggris dapat dilihat di link ini.

Image

C. W. Leadbeater (1854-1934)

C. W. Leadbeater (1854-1934) adalah tokoh utama di balik gerakan Teosofi yang juga merangkap sebagai Uskup Gereja Katolik Bebas tahun 1923-1934. Gerakan Teosofi sendiri adalah gerakan internasional yang didirikan tahun 1875 oleh H. Blavatsky dan Colonel Olcott. Gerakan ini kemudian dikomandoi oleh Annie Besant, Rudolf Steiner dan C.W. Leadbeater. Gerakan Teosofi singkatnya adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan agung suatu super religion, dimana Agama dan Ilmu Pengetahuan bisa dijembatani. Siapapun yang mengaku umat Islam, Kristen, Hindu, Agnostik dan lain-lain bisa memasuki organisasi ini asalkan mengakui Teosofi sebagai Agama Super yang menaungi semua agama tersebut.  Selain mengadopsi ajaran-ajaran Agama khususnya Hindu dan Budha, Teosofi juga  mengambil beberapa aspek pemikiran Hermes Trismeistos, Phytagoras, Plato, Tarot, Freemason, Darwin, hingga Ignatios Donnely. Teosofi juga mempercayai adanya pertentangan antara “tuhan baik” dan “tuhan jahat” seperti ajaran Gnostik Zoroaster dan Manikeanisme.

Menurut teosofi, peradaban dunia terbagi atas 7 zaman dengan masing-masing bencana yang menghancurkannya. Ketujuh zaman tersebut didiami oleh ras manusia yang berbeda, yang hingga kini sisanya masih bisa ditemukan berdasarkan ciri fisik tertentu. C. Jinaradjasa dalam buku “First Principle of Theosophy” (Madras, 1922) tampak menghubungkan ajaran Budha, Darwin, dan Budha dalam penentuan periode tersebut. Terbukti dari kepercayaannya atas keberadaan strata berdasarkan ciri fisik manusia, yang uniknya menempatkan bangsa Arya sebagai ras yang lebih “sempurna” dibandingkan Lemurian atau Atlantean.

…The Aryan or Caucasian races we have probably the highest forms, not only in beauty of structure, but also for quick response to external stimuli and high sensitiviness to the finer philosophical and artistic thougts and emotions…

IMG_0002_Fotor

Menurut Jinaradjasa, bangsa Lemuria mendiami benua Australasia (Gabungan Asia dan Australia) sekitar 1.000.000 tahun yang lalu. Nama Lemuria sendiri berasal dari seorang Naturalis bernama Scalter yang mempercayai keberadaan benua Australasia berdasarkan keberadaan  Monyet Lemur yang tersebar di sepanjang kawasan Pasifik. Ditambahkannya, sisa dari keturunan Lemuria ini bisa dilihat pada penduduk asli  Ethiopia dan kepulauan Pasifik.

C.W. Leadbeater menyebutkan bahwa orang-orang ras Polinesia (Lemuria) inilah yang pertama kali menduduki pulau Jawa. “Mereka belum memiliki indra perasa pada lidahnya dan dipercaya melakukan dosa buruk antara lain melakukan hubungan sex dengan binatang-binantang dengan monyet-monyet sebagai saksi bisunya,” tambah Leadbeater.

Kedatangan bangsa Lemuria disusul oleh kedatangan penduduk Atlantis yang membawa beserta mereka kepercayaan-kepercayaan jahat dari negara mereka. Pandangan Leadbeater dalam hal ini sejalan dengan mitos Atlantis Plato yang menyebutkan penduduk Atlantis sebagai pemilik peradaban tinggi namun pendosa sehingga mendapat azab dari Zeus.  Jinaradjasa mengutip Flower dan Lydekker menyebutkan bahwa keturunan Bangsa Atlantis adalah mereka dengan ciri fisik orang-orang Mongolia atau China. Mereka mendiami benua raksasa yang dahulunya terletak di samudera Atlantis (cukup masuk akal).

Benua ini tenggelam pada tahun 9564 S.M. , menghasilkan legenda “Banjir Besar” yang masih dikenal hingga sekarang. Ketika Atlantis tenggelam, munculah padang pasir seperti Sahara di Afrika dan Gobi di Asia.

IMG_0005b

IMG_0005_Fotor

IMG_0006

Leadbeater menyebutkan bahwa pendatang dari Atlantis di Pulau Jawa menyembah dewa-dewa yang kejam dan menjijikan, oleh karena itu penduduk terus menerus dituntut untuk melakukan persembahan-persembahan lewat pengorbanan manusia. Ini mungkin menjelaskan adanya situs-situs punden berundak yang tersebar di jawa, tempat persembahan kepada dewa. Para penduduk terus hidup dalam bayangan kekuasaan jahat tanpa mampu melarikan diri darinya. Mereka dipimpin oleh seorang Imam Agung yang sangat fanatik dalam kepercayaanya terhadap dewa-dewa jahat. Di sisi lain ia juga sangat mencintai Pulau Jawa sehingga ia beranggapan bahwa hanya dengan jalan pengorbanan darah setiap hari dan pengorbanan nyawa manusia setiap minggu dan hari perayaan tertentu, pulau Jawa bisa bebas dari bencana alam. Menurutnya, kemarahan dewa ditunjukan salah satunya dengan letusan gunung berapi yang kerap terjadi di Jawa. Untuk menjaga agar sistem pengorbanan ini tetap terlaksana, ia menempatkan penjaga-penjaga gaib (hantu-hantu) di berbagai tempat di pulau Jawa, terutama di kawah-kawah dan gunung berapi.

Selanjutnya sejalan dengan teori professor Veth,  penjajahan Atlantis atas Jawa mulai berakhir ketika pulau didatangi oleh bangsa Melayu utamanya dari Kamboja. Setelah itu, Jawa mengalami kolonialisasi oleh bangsa kulit putih dari Kalinga (India), yang mana masih meninggalkan jejak hingga saat ini.

Bangsa kulit putih tersebut merupakan kelompok bangsa Arya di bawah komando Chakshusha Manu dan Vaivasvata Manu yang tiba sekitar tahun 1200 SM. Awalnya pendatang Hindu ini berprofesi sebagai pedagang-pedagang yang cinta damai dan bertempat tinggal di pantai hingga lama kelamaan membentuk negeri-negeri kecil. Ketika kekuasaan mereka semakin kuat, mereka mulai memaksakan pengaruh dan penerapan hukum-hukum Hindu kepada penduduk asli pulau Jawa. Namun pengaruh Hindu tidak berhasil menghilangkan prosesi-prosesi keagamaan jahat yang selama ini dipraktikan oleh penduduk asli. Mereka tetap melakukan kegiatan tersebut secara rahasia. Karena tidak berhasil menghilangkan praktek gelap ini, Vaivasvatu Manu mengajukan kepada Raja India Karishka untuk mengirimkan ekspedisi ke Jawa tahun 78 M.

Pemimpin ekspedisi itu dikenal sebagai Aji Saka. Misinya adalah memusnahkan semua upacara jahat dan kanibalisme serta menerapkan kembali berlakunya hukum dan budaya Hindu seperti sistem Kasra, vegetarisme, epos Hindu, dan abjad Jawa. Untuk melawan warisan kutukan yang dulunya disimpan Raja Atlantis di Pulau Jawa, Aji Saka menanam benda-benda yang dapat menetralisir kekuatan jahat. Dalam bahasa Jawa, benda-benda tersebut dikenal sebagai “Tumbal”. Tidak hanya itu, Aji Saka juga memindahkan gunung-gunung dan memberikan nama-nama Sansekerta pada mereka. Salah satunya adalah sebuah gunung di Japara yang paling tinggi dan dulunya disebut Mahameru, dinamainya sebagai Mauria yang diambil dari nama Dinasti Maurya (322 SM.). Raja Ashoka adalah salah satu anggota dinasti Maurya.

Catatan-catatan orang Cina pada waktu itu melaporkan mengenai sebuah semburan lumpur yang menyembur di Grobogan, di sebelah selatan Gunung tersebut/ Semburannya itu demikian tingginya sehingga pelaut-pelaut tersebut dapat melihatnya.

Lagi di dekatnya Tuban (yang berarti “memancar”), catatan itu mengatakan bahwa ada sumur berapa mil dari pantai yang mengeluarkan demikian banyak air segar, sehingga air laut di dekatnya dapat diminum karena tak lagi asin rasanya.

Aji saka memilih tempat penanaman tumbalnya yang paling penting dan paling kuat pada sebuah bukit yang rendah, bukit terakhir dari deretan bukit yang berhadapan dengan sungat Progo (Diambil dari nama daerah Praga di India).  Di atas lokasi penempatan tumbal itu nantinya akian dibangun sebuah monumen luar biasa oleh dinasti Shailendra – bernama Borobudur.

Borobudur dirancang oleh seorang bernama Gunadharma, seorang Hindu Budha dari perbatasan Nepal, sedangkan pelaksananya adalah orang Jawa. Pembangunan ini dipengaruhi sekte Budha bernama Vrajasana.

IMG_0003

Borobudur ditujukan sebagai tempat ziarah orang-orang Budha dari seluruh dunia.  Ketika Syailendra berkuasa, pulau Jawa dan Sumatra masih bersatu , adalah letusan gunung Krakatau pada tahu 915 yang memisahkan kedua pulau tersebut.  Sejak itu pedagang dari India dan Tiongkok mulai menggunakan selat sunda yang terbentuk di antara dua pulau.

Kerajaan Syailendra termasuk monumen Borobudur kebanggaanya mengalami kejatuhan setelah tertimbun  letusan gunung Merapi. Setelah itu keturunan Syailendra mengungsi ke Jawa Timur dan membangun kerajaan baru bernama Kediri.

Borobudur ditemukan kembali oleh Raffles di abad-19 yang kemudian direstorasi oleh pemerintah kolonial Belanda. Sejak itu Borobudur menjadi relik utama kaum Teosofi. Kaum yang mempercayai keunggulan ras arya ini sangat memuja Candi Borobudur, sehingga boleh dibilang mereka merupakan kelompok pertama yang mengadakan upacara Waisak di Borobudur.

Leadbeater berusaha menguatkan teorinya dengan mengatakan bahwa bangsa Arya yang tiba di Jawa berusaha untuk menjaga jarak dengan penduduk asli (Lemuria/Atlantean) namun tidak begitu sukses. Pemisahan pergaulan tersebut tetap memunculkan adanya perbedaan fisik, penggunaan bahasa dan tradisi antara kalangan Aristokrat Jawa dan orang-orang desa yang tinggal di pegunungan.

Demikianlah sedikit penggalan kepercayaan kaum Teosofis terhadap teori Atlantis dan sejarah Jawa menurut salah satu uskupnya, C.W. Leadbeater. Dari pandangannya tersebut setidaknya kita bisa mengambil  point penting bahwa kita jangan dulu bangga disebut keturunan bangsa Atlantis karena apabila kita konsisten dengan konteks cerita Plato, mereka adalah penduduk dengan  peradaban tinggi yang gemar melakukan banyak dosa  dan kesesatan sehingga mereka mendapat hukuman dewa. Kepercayaan ini masih tersisa oleh kepercayaan penduduk Jawa yang gemar memberikan persembahan-persembahan bernama “sajen” untuk memuaskan kehendak “dewa-dewa Jahat.”

Selain itu Leadbeater juga berusaha menjelaskan perilaku masyarakat Jawa yang gemar meng-kramatkan gunung-gunung dan tempat tertentu. “Dewa-dewa jahat” yang menguasai tempat tersebut harus dinetralisir  dengan menggunakan tumbal. Menurutnya kepercayaan terhadap Atlantis tidak selamanya perlu dibuktikan oleh bukti-bukti fisik situs semata, keberadaan mereka juga harus ditelusuri lewat peninggalan-peninggalan non fisik seperti “okultisme hitam” warisan Imam Agung Atlantis yang selama ini masih dipraktekkan sebagian masyarakat di pulau Jawa. Entah mengapa,  Perilaku orang-orang yang mengkeramatkan Gunung Padang seakan-akan menguatkan kepercayaanku terhadap pandangan tersebut.

Terakhir, buku Sejarah Gaib Pulau Jawa tampaknya harus dibaca semua orang yang mempercayai teori atlantis di Nusantara, bahwa baik bangsa Atlantis atau Lemuria ternyata sama-sama memiliki nama yang kurang baik di kalangan orang barat yang diwakili pandangan Leadbeater. Sekeras apapun kita menyuarakan keunggulan nenek moyang kita, orang lain akan tetap membanggakan nenek moyangnya. Sehingga pandangan Budi Dalton, seorang budayawan di Bandung yang mengatakan bahwa pengungkapan Gunung Padang akan menunjukan bahwa “Indonesia bukanlah bangsa ketiga seperti yang diyakini saat ini” adalah omong kosong menurutku.  Negara lain tidak peduli seberapa hebat nenek moyang kita atau seberapa kaya negara ini di masa lalu, yang mereka pedulikan hanyalah kemajuan masyarakatnya saat ini terutama dalam hal ekonomi.  Apabila pengungkapan sejarah atlantis di Nusantara bisa dengan otomatis menghapus hutang-hutang negara ini maka lain ceritanya…

Secara umum memang buku Leadbeater ini tidak ilmiah dan sangat bias sama seperti halnya teori-teori lain yang berusaha menjelaskan fenomena Atlantis. Semuanya hanya didasarkan asumsi-asumsi belaka tanpa bukti karena hingga saat ini tidak ada buku sejarah dunia yang mengakui keberadaan atlantis.

Mengenai sikapku terhadap Gunung Padang, aku mendukung segala penelitian terhadap situs tersebut selama dilakukan secara ilmiah oleh orang-orang yang kompeten, bukan oleh sekelompok pemburu atlantis yang gemar berspekulasi.

Sumber :

https://santijehannanda.wordpress.com/2013/12/07/teosofi-atlantis-gunung-padang-dan-nenek-moyang-orang-jawa/


Tjokroaminoto dan Orang-Orang di Sekelilingnya

PERSAHABATAN SOEKARNO DAN HENRY J. SCHRODER SEBAGAI SESAMA PEMEGANG SAHAM FED

$
0
0

Catatan Safari ANS

Bagi Soekarno, suatu bangsa, ras, atau golongan semua baik, sesama makhluk Tuhan. Yang tidak disukainya adalah tindakan politiknya yang tidak manusiawi. Itu tercermin dari konsep Nasakom-nya. Begitu juga dengan pertemanan dia dengan tokoh senior Isareal bangsa Yahudi, Henry J. Shroders yang sangat disegani sebagai pemegang saham Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat.

Persahabatan Soekarno dengan Henry J Shroder amat sangat dekat. Mereka berdua biasa ngobrol ngalor-ngidul sambil terkekeh bercanda soal dunia, soal planet bumi di Istana Bogor. Sembari ngobrol mereka berdua duduk santai di Istana Bogor, mereka berdua iseng membuat cangklong rokok dari tanduk rusa yang kelak menjadi tanda persahabatan bagi keduanya dan juga bagi penerusnya.

Dua sahabat beda ras dan suku ini, merancang dunia dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Henry J. Shroder adalah seorang jurnalis awal mulanya. Sedangkan Soekarno sudah menjadi Presden RI pertama dan pemegang harta amanah yang dititipkan oleh PB X yang oleh literatur Yahudi dianggap sebagai…

View original post 699 kata lagi


Situs Goa Langkop Gunung Salak Bogor

$
0
0

GOA LANGKOP
Gambar terkaitGoa langkop terletak diKampung Tapos Desa Sukaharja Kec.Cijeruk Kab.Bogor diperkirakan jarak tempuh dengan berjalan kaki menyusuri Bukit sepanjang 4 Km dengan waktu kurang

lebih 1 Jam. Linkungan alam ditumbuhi Semak Belukar dan  Pohon Kayu Besar ,Udaranya sedikit Lembab sehinga Tanah Agak Basah
Situs Goa Langkop merupakan temuan Arkeologi yang sudah tercatat pada Suaka Peninggalan  Sejarah dan Purbakala Serang ,sehinga situs ini telah di Lindungi,di Pelihara dan dibina menurut ketentuan Undang-Undang No 5 tahun 1993 dan sekarang telah masuk dalam daftar Inventaris dari Berbagai Benda Cagar Budaya yang di lindungi.
Keberadaan Situs secara Keseluruhan terdiri dari :


1.    Batuan Menhir .
2.    Batuan Berudak masing-masing mempunyai Teras.
3.    Goa yang berdinding Batu sebanyak 2 Buah.
4.    Batu kubur /Batu Alta
1.      Batu Menhir
Menhir berada pada Teras I dekat anak tangga dengan bentuk dan ukuran yang beragam,hasil pengamatan diLapangan Tinggi Menhir 67 Cm,Lebar 23Cm,Bentuk agak Kerucut.
2.      Batuan Berundak masing-masing mempunyai Teras,Ketinggian Teras ke satu dengan yang lain kurang dari 50 cm menuju kemulut goa,sebagian susunan batu ini masih tertata

dengan rapih (Teras ke II )sebagian sudah mengalami kerusakan (Teras ke 1),hampir tertutup Semak Belukar.
3.      Batu Kubur atau Batu Altra merupakan Papan Batu berupa Altra atau Batuan Pipih dekat Menhir.Menurut catatan dan kapercayaan pada tradisi megalit tempat ini merupakan

tempat Pemujaan atau Semedi /pertapaan.
4.      Goa yang dimaksud adalah Dinding Atap dari Batu yang menjorok kedalam setelah di amati  ternyata Goa ini terdapat 2 buah yang berukuran Besar dan Kecil,Kedua-duanya

berada pada teras ke-2 yang Pertama di sebelah Barat dan yang satunya di arah Timur Laut. Dengan rincian sebagai berikut      :
a.     Goa Pertama mempunyai ukuran panjang bagian luar 980 cm,Tinggi 380 cm ,Lebar mulut Goa 750 cm ,Panjang Goa 280 cm ,Lantai tersebut dari Papan Batu.
b.     Goa kedua Panjang Bagian Luar 620 cm ,Tinggi 190 cm, Tebal  Batu pada atas Mulut Goa 130 cm,Lebar mulut Goa 190 cm,Panjang Goa 150 cm,Lantai tanah dan Lembab.
Kaitanya antara keberadaan Menhir – Batu Altra dan Goa tidak dapat di pisahkan satu dengan lainya.karena umumnya posisi temuan ini  berada di tempat yang tinggi(Kaki Gunung

Salak) adanya . Asumsi tulisan Agus  Arif Munandar,bahwa Menhir sebagai pelambang Batu Tegak , mempunyai fungsi sebagai tempat Upacara Pemujaan , maka dengan demikian adanya

bukti bahwa Goa Langkop adalah sebuah warisan dari kondisi lama yang hidup pada masa Kebudayaan prasejarah ,jika mungkin dapat dikatakan sejaman pada masa Megalitik muda.
Kini keberadaan Goa Langkop tidak teurus,Alang-alang dan Semak Belukar menuntupi area ini struktur bangunan terhimpit oleh Pohon Besar sehingga tampak adanya penyempitan jalan

menuju Lokasi rusak berat serta jalan setapak licin sewaktu turun Hujan.
Hasil wawancara dengan Jupel Goa Langkop , pengunjung yang datang umumnya kalangan Mahasiswa yang berkaitan dengan studi  keilmuannya, kalangan Masyarakat sebagai Pecinta

Kesejarahan dan Instansi pemerintah yang menanggani masalah ini data kunjungan menunjukan kurang lebih 60-80 orang perbulan yang datang ke tempat ini.

 


Cara Sederhana Perbaiki Accu Mobil Rusak dengan Menggunakan Obat Sakit Kepala

$
0
0

Tips hemat kali ini akan membahas tentang aki, dan obat sakit kepala

Anda pasti tahukan obat sakit kepala (B*dr*x) ? ya obat sakit kepala, sakit gigi dan penurun demam ini ternyata memiliki keampuhan unik lainnya yaitu mampu memperbaiki aki motor/mobil yang sudak rusak/soak. Aneh memang, tapi ini terbukti ampuh. Bahkan Aki motor yang tidak berfungsi karena sel-sel dalamnya sudah aus rusak ternyata, setelah diberi Bodrex bisa aktif dan berfungsi kembali.

“Mungkin” reaksi campuran bahan kimia yang ada di dalam B*dr*x bisa me-reduksi-oksidasi larutan dalam aki sehingga bisa befungsi kembali. lucu ya kandungan bodrek yg terdiri dari Parasetamol,Propifenazon,Kofein sebagai analgesik penghilang rasa nyeri ini mampu menyembuhkan aki soak pula.

Cara penyembuhannya pun sangat mudah dan sederhana :
1). Siapkan Aki motor/mobil yang sudah soak
2). Buang dan kosongkan semua air di dalam setiap sel aki
3). Setelah kosong lalu tungkan air panas untuk membersihkan dan mengaktifkan sel-sel mati (2 atau 3 kali sampe air buangan terlihat bersih)
4). Setelah itu keringkan aki, sekitar 3 jam atau satu hari atau makin lama makin bagus
5). kemudian masukan air aki, setiap lobang diberi satu tablet obat sakit kepala yang sudah ditumbuk halus.
6). Diamkan satu hari sebelum aki siap digunakan

 


Viewing all 1300 articles
Browse latest View live