Dalam buku Sejarah kelas 3 kurikulum 1994 ditulis bahwa PKI yang menjadi dalang peristiwa Gerakan 30 September 1965. Dimana peristiwa itu mengigatkan kita bahwa PKI selalu berusaha mencari kesempatan untuk melakukan Kudeta (perebutan kekuasaan).
Dalam buku tersebut juga disebutkan bahwa Aidit menugaskan Kamaruzaman alias Syam sebagai Ketua Biro Khusus PKI untuk merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasaan. Kemudian biro ini melakukan pembinaan terhadap perwira-perwira ABRI diantaranya adalah Brigjen Supardjo dan Letkol Untung dari TNI AD, Kolonel Sunardi dari TNI AL dan Letkol Anwas dari Kepolisian. PKI menyadari bahhwa hambatan untuk mencapai tujuannya adalah TNI AD.Oleh karena itu pada tanggal 30 September 1965 sebelum subuh tanggal 1 Oktober 1965 upaya penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira tinggi TNI AD dilancarkan. Di buku tersebut juga dipaparkan bahwa penumpasan pemberontakan G30S/PKI dilakukan oleh ABRI dan rakyat yang setia kepada Pancasila. Mayjen Soeharto sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategi Angkatan Darat) mengambil langkah-langkah untuk memulihkan kembali keadaan.
Kebutuhan akan rekonstruksi sejarah, yang terasa berkenaan dengan tumbuhnya kebingungan masyarakat awam mengenai sejarah G30S/PKI seperti yang telah mencuat melalui media massa. Ironisnya hampir seluruh informasi baru diekspos oleh media tersebut bertolak belakang dengan buku SMP kelas 3 1994. Pemaparan baru fakta dan opini dibalik G30S/PKI itu pada pokoknya ingin mengubah peran dan posisi Jendral Soeharto terhadap G30S/PKI yakni pemberantas yang cekatan dan jitu menjadi terlibat atau tersangka.
Adapun pemaparan baru tentang fakta dan opini di balik G30S/PKI itu, ingin merubah total peran dan posisi Soeharto terhadap G30S/PKI yakni sebagai pemberantas yang cekatan dan jitu mejadi terlibat atau tersangka.
Fakta-fakta tersebut antara lain:
1. Pengakuan Kol. A. Latief (gembong PKI) bahwa dua kali ia memberitahukan kepada Soeharto tentang rencana “penindakan” terhadap sejumlah jendral. Dalam bahasa laten menghadapkan Dewan Jendral kepada Presiden. Namun Soeharto yang pada saat itu Panglima Kostrad tidak mengambil inisiatif melapor kepada atasannya. Dia diam saja dan hanya manggut-manggut mendengar laporan itu. Latief menginformasikan rencana “penindakan” terhadap para Jendral itu dua hari dan enam sebelum hari H.
2. Fakta bahwa sebagai perwira tinggi dengan fungsi pemandu di bawah Pangab Jendral A. Yani, Soeharto tidak termasuk sasaran G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnya posisi Kostrad apabila Negara dalam keadaan bahaya. Kalau betul Soeharto tidak berada dalam Inner Cycle gerakan, kemungkinan besar ia termasuk dalam daftar korban yang dihabisi di malam tersebut.
3. Hubungan emosional cukup dan amat dekat Soeharto dengan para pelaku PKI yakni Untung dan Latief sedangkan Sjam termasuk kolega Soeharto di tahun-tahun sesudah Proklamasi.
4. Menurut penuturan Mayjen (Purn) Mursjid, 30 September malam menjelang 1 Oktober 1965 itu pasukan Yon 530/Brawijaya berada di sekitar Monas. Padahal tugas panggilan dari Pangkostrad Mayjen Soeharto adalah untuk defile 5 Oktober.
5. Mayjen (Purn) Suharjo, mantan Pangdam Mulawarman yang sama-sama dalam tahanan dengan Mayor (Purn) Soekardi, eks Wadan Yon 530/Brawijaya menceritakan bahwa surat perintah dari Pangkostrad kepada DanYon 530 itu dalam rangka penugasan yang disinggung Jendral Mursjid tadi, ternyata kemudian dibeli oleh Soeharto seharga Rp 20 juta.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Soekarno dan Soeharto
Ratna Sari Dewi (mantan istri Bung Karno) pernah menyatakan: “Sejak pagi 1 Oktober Soeharto sudah mempropaganda bahwa pelakunya PKI terkesan seperti dia sudah tahu semua, seakan telah direncanakan. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana ia bisa menguasai Indonesia? Harus diingat system komunikasi saat itu belum seperti sekarang. Teleponnya belum lancar dan tak ada yang punya telepon genggam. Bagaimana dia bisa memecahkan masalah yang terjadi pada malam 30 September dan segera bertindak begitu cepat? Kalau belum tahu rencana G30S/PKI ia tidak mungkin bisa melakukannya.”
Dari kutipan buku Sejarah SMP kelas 3 tersebut diatas dengan pengakuan Ratna Sari Dewi kita dapat menarik menarik kesimpulan bahwa Soeharto sudah mengetahui akan terjadi gerakan 30 September yang dilakukan PKI.
Hal ini dibuktikan, mengapa begitu cepat dia mengambil keputusan dan mengumumkan ke seluruh rakyat Indonesia melalui RRI, bahwa telah terjadi peristiwa penculikan oleh gerakan kontra Revolusioner yang menamakan dirinya G30S padahal, alat komunikasi pada saat itu belum secanggih sekarang.
Fakta-fakta lain yang mampu mengungkap kebenaran ini tidak hanya sebatas fakta internal. Lebih dari itu kebenaran yang mulai terkuak mengejutkan masyarakat awam adalah ternyata Soeharto juga mempunyai hubungan gelap dengan CIA. Hal ini terbukti dengan adanya satu kompi batalyon 454 Diponegoro Jawa Tengah dan satu kompi batalyon 530 Brawijaya Jawa Timur, yang secara terselubung digunakan Soeharto sebagai penggerak sekaligus penumpas G30S, ternyata merupakan pasukan raider elite yang menerima bantuan AS sejak 1962. Lebih dari itu penggerak Gestapu itu sendiri ternyata pernah di latih di AS.
Image may be NSFW. Clik here to view.Selain itu, Soeharto juga mempunyai konspirasi terhadap PKI. Hal ini dapat dibuktikan degan adanya dua fakta terpisah yang bila dirangkai akan menempatkan Soeharto terlibat perencanan mengkudeta Soekarno sekaligus pembunuhan Jendral. Pertama: Kesiapsiagaan batalyon 530 dan 454 yang terakhir ini malah sudah di binanya sejak menjabat Pangda Diponegoro. Kedua: ia mengabaikan laporan Latief bahwa sejumlah Jendral akan diculik.
Disinyalir, Soeharto sudah lama menjalin yang bekerjasama dengan tokoh-tokoh PKI dan berusaha untuk menghabisi Soekarno. Dalam teori konspirasi tersebut, ada tiga skenario yang dipakai Soeharto untuk membunuh Soekarno yaitu: pertama, Soekarno akan dibunuh dalam upacara hari Angkatan Bersenjata oleh batalyon 305. Kedua: penembakan di Istana, dan skenario yang ketiga Soekarno dipersiapkan diterbangkan ke Madiun bersama Aidit, agar dengan mudah Bung Karno dituduh sebagai dalang G30S karena pergi bersama Aidit. Yang lebih mengherankan mengapa Soeharto dari mempunyai persengkongkolan hendak menghabisi Soekarno dan membunuh sejumlah Jendral saingannya, secara tiba-tiba berbalik memukul PKI? Perubahan sikap yang mendadak inilah yang menyebabkan orang ragu untuk menuding Soeharto sebagai dalang G30S.
Dalam hal ini Herman Sarens menduga, diketahuinya rencana membunuh Soekarno dalam upacara hari Angkatan Bersenjata oleh pasukan batalyon 305, merupakan sebab perubahan skenario gerakan. Skenario kedua juga gagal karena mereka tidak menduga kalau Bung Karno pagi itu tidak berada di Istana.
Itu sebabnya serta merta dipakai skenario yang ketiga, yakni menempatkan Soeharto dan Aidit dalam satu paket dalang gerakan. Tentu ini keputusan yang tepat karena kabar terbunuhnya sejumlah Jendral telah mengundang reaksi positif di kalangan tentara yang anti Soekarno dan anti PKI. “Semua bisa berjalan rapi karena ada kekuatan besar di belakangnya.”
Menurut Katy sejak meletusnya G30S/PKI telah terjadi pembantaian terhadap setidaknya 250.000 nyawa, yang diduga terlibat PKI atau simpatisannya. Hal ini juga dibenarkan oleh Ralph Mc Gehee yaitu seorang mantan angota CIA yang bertugas di Jakarta. Pemberontakan ini dilakukan oleh Soeharto yang dibantu oleh CIA
Akan tetapi, bagi Soeharto sendiri ia telah memperoleh kemenangan yaitu ia tampil sebagai pemenang dalam pertarungan yang memilukan itu dengan hancurnya PKI. Artinya dengan hancurnya PKI Soeharto dapat berjalan sendiri tanpa ada lagi pihak lain yang mencoba untuk menyaingi, dan akhirnya sampailah ia berkuasa di Indonesia selama 32 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Baskara, T, Wardaya. 2006. Bung Karno Menggugat ‘Marhaen, CIA, Pembantaian massal 65, Sehingga G 30 S’. Yogyakarta: Galang Press
Beise, Kerstin. 2004. Apakah Soeharto Terlibat G 30 S. Yogyakarta: Ombak
Djarot, Eros, dkk. 2006. Siapa Sebenarnya Soeharto ‘fakta dan kesaksian para pelaku sejarah G 30 S / PKI’. Jakarta: Media kita
Ejang, Odih, Sukadi. 1997. Sejarah (Nasional dan Umum) kelas III: Kurikulum 1994. Bandung: Ganeca Exact
Sutrisno, Slamet. 2006. Kontraversi Dan Rekonstruksi Sejarah. Media Pressindo
Syamdani. 2001. Kontraversi Sejarah Di Indonesia. Jakarta: Gramedia Widia Sarana
Seorang ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Universitas Oxford, Inggris, Stephen Oppenheimer, mengungkapkan lewat bukunya yang merupakan catatan perjalanan penelitian genetis populasi di dunia, ia mengungkapkan bahwa peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara.
Sejarah selama ini mencatat bahwa induk peradaban manusia modern itu berasal dari Mesir, Mediterania dan Mesopotamia.
Tetapi, menurut dia, nenek moyang dari induk peradaban manusia modern berasal dari tanah Melayu yang sering disebut dengan Sundaland atau Indonesia.
Apa buktinya? Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia, kata Oppenheimer dalam diskusi di Gedung LIPI, Jakarta, ketika itu.
Pernyataan dia seolah mendukung sejumlah teori yang menyatakan beberapa temuan di Indonesia menjadi tonggak dari peradaban dunia.
Salah satu teori kontroversial mengenai Atlantis adalah yang menyebutkan kalau Indonesia merupakan lokasi sebenarnya benua dalam legenda ini. Wilayah semenanjung Melayu, termasuk Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dulunya merupakan satu benua besar yang disebut Sundaland.
Pada akhir zaman es terjadilah banjir besar akibat lelehan es yang menenggelamkan sebagian dataran Sundaland dan akhirnya membuat sebagian benua tersebut tenggelam, menyisakan daratan-daratan terpisah yang kita kenal sekarang. Banjir bandang inilah yang diyakini melahirkan legenda tentang Atlantis, yang disebarkan oleh para imigran di benua baru.
Setelah meneliti selama 30 tahun Profesor Arysio Santos menyimpulkan benua Atlantis adalah Indonesia, seperti yang dia ungkap dalam bukunya “Atlantis, The Lost Continent Finally Found’.
Sebuah gambar tangan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi. dinobatkan sebagai stensil tangan tertua di dunia. Usianya minimal 39.900 tahun, mengalahkan gambar tangan di El Castillo, Spanyol, yang berusia minimal 37.300 tahun.
Mengutip data tahun lalu, usia gambar tangan terungkap berkat kerja sama Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, Balai Peninggalan Cagar Budaya Makassar, Universitas Wollongong, serta Universitas Griffith di Australia sepanjang 2011-2013.
Arkeolog yang terlibat antara lain Max Aubert dari Universitas Griffth, Adam Brumm (Universitas Wollongong), T Sutikna dan EW Saptomo (Pusat Arkeologi Nasional), Budianto Hakim (Balai Arkeologi Makassar), dan Muhammad Ramli dari BPCB Makassar.
Situs Megalitikum Gunung Padang merupakan situs piramida peninggalan tertua di dunia. Terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia, situs ini dibuat sekitar 9.000 hingga 20.000 tahun lalu, mengalahkan piramida Mesir yang dibuat hampir 5.000 tahun lalu.
Hal ini diungkapkan oleh ahli Geologi Dr. Danny Hilman. Menurutnya, situs yang ditemukan sekitar 1914 ini merupakan salah satu situs peninggalan sejarah terbesar di Indonesia.
Situs ini terletak di antara gunung berapi, pohon pisang, dan perkebunan teh diatas 885 meter di atas permukaan laut, dan memiliki jarak sekitar 120 kilometer dari selatan Ibu Kota Jakarta.
Situs yang terdiri dari puing-puing vulkanik yang dimulai dari lereng gunung ini dianggap sakral oleh masyarakat lokal Sunda. Hilman sendiri juga mengatakan situs itu sepertinya memang dibangun untuk ibadah.
“Jika memang itu untuk melakukan ritual ibadah, orang-orang pra sejarah pasti harus mendaki sambil menumpuk batu-batu itu untuk dibuat piramida. Cara menumpuk memang cukup kuno dalam pembangunan,” katanya, seperti dilansir dari surat kabar Daily Mail, Kamis (2/4).
Hilman yang merupakan ahli geologi dari Pusat Geoteknik Indonesia mengatakan sebagian orang berpikir orang-orang prasejarah itu primitif, namun dari monumen yang mereka tinggalkan rupanya hal tersebut tidak benar.
Dia percaya, piramida seperti yang ada di Gunung Padang itu akan jadi bukti peradaban kuno maju di Jawa.
“Sebagian besar situs itu buatan manusia, mungkin dibangun oleh generasi beberapa abad sebelum kita,” katanya. (merdeka)
MAHDI-NEWS.COM | — Saya Menginginkan Seluruh Dunia Plus 5% , Fabian sangat bahagia karena dia akan menyampaikan sebuah pidato ke masyarakat besok. Dia selalu menginginkan kekayaan dan kekuasaan dan sekarang impiannya akan segera menjadi kenyataan.
Dia adalah seorang tukang emas, mengukir emas dan perak menjadi perhiasan, tetapi semakin lama semakin tidak puas karena harus bekerja keras dalam hidupnya. Fabian menginginkan kesenangan, dan juga tantangan, dan sekarang rencana barunya siap untuk dimulai.
Image may be NSFW. Clik here to view.Selama puluhan generasi, masyarakat terbiasa dengan sistem perdagangan barter.
Seseorang akan menghidupi keluarganya dengan memproduksi semua yang mereka butuhkan ataupun mengkhususkan diri dalam perdagangan produk tertentu. Kelebihan dari yang dia produksi, akan dia tukarkan dengan kelebihan barang lain yang diproduksi orang lain.
Pasar setiap hari ramai dan bersemangat, orang-orang berteriak dan melambaikan dagangannya. Sebelumnya pasar adalah tempat yang menyenangkan, tetapi sekarang jumlah orang terlalu banyak, pertengkaran pun semakin banyak. Tidak ada lagi waktu untuk ngobrol dan bercanda, sebuah sistem yang lebih baik mulai diperlukan.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Secara umum, orang-orang relatif bahagia, dan mereka menikmati buah dari hasil kerja keras mereka.
Di setiap komunitas dibentuk sebuah pemerintahan yang sederhana yang tugasnya menjaga agar kebebasan dan hak setiap anggota masyarakat dilindungi dan untuk memastikan bahwa tak seorang pun akan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak dia inginkan oleh siapapun juga.
INI ADALAH TUJUAN SATU-SATUNYA DARI PEMERINTAH (GOVERNMENT) DAN SETIAP ANGGOTA PEMERINTAH DIPILIH SECARA SUKARELA OLEH ANGGOTA KOMUNITAS YANG ADA.
Image may be NSFW. Clik here to view.Namun, ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan di perdagangan pasar sehari-hari… Apakah sebelah pisau senilai dengan dua keranjang jagung? Apakah seekor kerbau lebih berharga dari seekor ayam…? Orang-orang menginginkan sistem yang lebih baik.
Fabian mengiklankan diri kepada masyarakat, “Saya punya solusi atas masalah barter yang kita alami, dan saya mengundang kalian semua untuk sebuah pertemuan publik besok harinya.”
Besok harinya orang-orang pun berkumpul di tengah kota dan Fabian menjelaskan kepada mereka konsep tentang “uang”. Masyarakat yang mendengarkan pidatonya terkesan dan ingin mendengar lebih banyak.
“Emas yang saya produksi menjadi perhiasan adalah logam yang luar biasa. Dia tidak akan berkarat, dan bisa bertahan sangat lama. Saya akan membuat emas dalam bentuk koin dan kita akan menyebut setiap koin dengan nama dolar”
Fabian menjelaskan konsep tentang nilai, dan bahwa “uang” akan menjadi medium pertukaran barang, sebuah sistem yang lebih baik daripada barter.
Salah satu dari anggota pemerintah bertanya “Tetapi orang tertentu bisa menambang emas sendiri dan membuat koin untuk diri mereka sendiri”
Image may be NSFW. Clik here to view.
“Ini tidak boleh diterima” kata Fabian. “Hanya koin-koin yang disetujui pemerintah yang boleh digunakan, dan kita akan membuat stempel khusus di koin-koin tersebut.”
Ini kedengarannya masuk akal dan orang-orang pun mulai menyarankan agar setiap orang mendapatkan sama banyak. “Tetapi saya yang paling pantas mendapatkan lebih” kata si pembuat lilin. “Tidak, saya lah yang berhak mendapatkan lebih,” kata si petani. Dan pertengkaran pun dimulai.
Fabian membiarkan mereka bertengkar selama beberapa saat, kemudian berkata, “Karena tidak ada kesepakatan di antara kalian semua, biarlah saya yang menentukan angkanya buat Anda.
Tidak ada batasan berapa koin yang akan Anda dapatkan dari saya, semua tergantung kemampuan Anda untuk membayar. Semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin banyak yang harus Anda kembalikan tahun depan.”
“Lalu apa yang akan kamu dapatkan?” kata salah satu pendengar.
“Karena saya yang menyediakan jasa ini, yaitu suplai uang, maka saya berhak mendapatkan bayaran dari kerja kerasku. Untuk setiap 100 koin yang Anda dapatkan dari saya, Anda akan membayarkan kembali kepadaku sebanyak 105 koin tahun depannya. 5 koin ini adalah bayaranku, dan saya akan menyebutnya bunga.”
Kedengarannya tidak terlalu buruk, lagipula 5% sepertinya tidak banyak. Maka orang-orang pun setuju. Mereka sepakat untuk bertemu seminggu kemudian dan memulai sistem baru ini.
Image may be NSFW. Clik here to view.Fabian tidak membuang waktu. Dia membuat koin emas siang dan malam, dan seminggu kemudian dia pun siap dengan koinnya.
Orang-orang antri panjang di depan tokonya. Setelah dicek dan disetujui oleh pemerintah, koin emas Fabian resmi diedarkan. Sebagian orang hanya meminjam sedikit koin, setelah itu mereka segera pergi ke pasar mencoba sistem baru ini.
Masyarakat segera menyadari sisi baik dari sistem ini, dan mereka pun mulai menilai harga setiap barang dengan koin emas atau dolar. Orang-orang memberikan harga pada dagangannya sesuai dengan usaha untuk memproduksi barang tersebut. Barang yang mudah diproduksi harganya lebih rendah, dan barang yang sulit diproduksi harganya lebih mahal.
Image may be NSFW. Clik here to view.Alan adalah seorang tukang jam. Satu-satunya di kotanya. Jam yang dia buat sangatlah mahal, tetapi orang-orang bersedia membayar untuk mendapatkan jam yang dia buat.
Dan kemudian ada seorang lain yang juga mulai membuat jam dan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Alan pun terpaksa menurunkan harga jamnya. Kedua orang ini bersaing memproduksi jam dengan kualitas terbaik dengan harga yang lebih murah. Ini adalah asal muasal dari apa yang kita sebut kompetisi.
Hal yang sama terjadi juga kepada para kontraktor, operator transportasi, akuntan, petani, dan lainnya. Para pembeli selalu memilih transaksi yang menurut mereka paling menguntungkan, mereka memiliki kebebasan untuk memilih.
Tidak ada perlindungan buatan semacam lisensi ataupun cukai tarif untuk menghambat orang-orang memulai perdagangan. Standar hidup masyarakat mulai meningkat, dan tak lama kemudian orang-orang pun tidak bisa membayangkan sebuah sistem perdangan tanpa uang.
Image may be NSFW. Clik here to view.Setahun kemudian, Fabian pun mulai mendatangi orang-orang yang berhutang kepadanya.
Orang-orang tertentu memiliki koin emas lebih dari yang mereka pinjam, tetapi ini berarti ada orang lainnya yang memiliki lebih sedikit dari yang mereka pinjam, sebab jumlah koin yang dibuat pada awalnya memang terbatas jumlahnya.
Orang-orang yang memiliki koin lebih membayar kepada Fabian dan juga 5% bunganya, tetapi mereka kemudian meminjam lagi kepadanya untuk melanjutkan sistem perdagangan di tahun mendatang.
Sebagian orang mulai menyadari untuk pertama kalinya seperti apa rasanya hutang. Sebelum mereka bisa meminjam kembali kepada Fabian, kali ini mereka harus menjaminkan aset-aset kepadanya, dan mereka pun melanjutkan perdagangan selama setahun mendatang, mencoba mendapatkan 5 koin lebih untuk setiap 100 koin yang mereka pinjam dari Fabian.
Image may be NSFW. Clik here to view.Saat itu, belum ada seorang pun yang menyadari bahwa seluruh masyarakat, sekalipun mengembalikan semua hutang koin mereka, tetap tidak bisa melunasi hutang mereka kepada Fabian, karena kelebihan 5% koin emas yang merupakan kewajiban mereka tidak pernah diedarkan oleh Fabian.
Tak seorang pun selain Fabian yang mengetahui bahwa adalah hal yang mustahil bagi masyaratkat ini untuk bisa melunasi hutang mereka bila ditambahkan dengan bunga, uang yang tidak pernah dia edarkan.
Memang benar Fabian sendiri juga membuat koin untuk dirinya sendiri dan koin ini akan beredar di masyarakat, namun tidak mungkin dia sanggup mengkonsumsi 5% dari semua barang di masyarakat.
Di dalam toko emasnya, Fabian memiliki sebuah ruang penyimpanan yang sangat kuat, dan sebagian masyarakat merasa lebih aman kalau menitipkan koin emas mereka kepada Fabian untuk disimpan.
Fabian akan menagih sejumlah uang tertentu sebagai jasa penyimpanan untuk orang-orang tersebut. Sebagai bukti atas deposit emas mereka, Fabian memberikan mereka selembar kertas kwitansi.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Orang-orang yang membawa kwitansi dari Fabian ini bisa menggunakan kertas ini untuk membeli barang sama halnya seperti menggunakan koin emas. Dan lama-kelamaan kertas-kertas ini beredar di masyarakat sebagai uang sama seperti koin emas.
Tak lama kemudian, Fabian menemukan bahwa kebanyakan orang tidak akan menukarkan kembali kwitansi deposit mereka dengan koin emasnya.
Dia pun berpikir, “Saya memiliki semua emas di sini dan saya masih juga bekerja sebagai tukang emas. Ini benar-benar tak masuk akal. Ada ribuan orang di luar sana yang akan membayarkan bunga kepada saya atas koin-koin emas yang mereka titipkan kembali kepada saya yang bahkan tidak mereka tukarkan kembali.”
Memang benar, emas-emas mereka bukan milikku, tetapi emas-emas itu ada di dalam gudangku, dan itulah yang penting. Saya tidak perlu membuat koin sama sekali, saya bisa menggunakan koin-koin yang dititipkan kepadaku.
Mulanya Fabian sangat hati-hati, dia hanya meminjamkan sebagian kecil dari emas yang dititipkan orang kepadanya. Lama-kelamaan, karena terbukti tidak ada masalah, dia pun meminjamkan dalam jumlah yang lebih besar.
Suatu hari, seseorang mengajukan sebuah pinjaman yang nilainya sangat besar. Fabian berkata kepadanya “daripada membawa koin emas dalam jumlah sebesar itu, bagaimana kalau saya menulis beberapa lembar kwitansi emas kepadamu sebagai bukti depositmu kepadaku.”
Orang itu pun setuju. Dia mendapatkan hutang yang dia inginkan tetapi emasnya tetap di gudang Fabian! Setelah orang itu pergi, Fabian pun tersenyum, dia bisa meminjamkan emas kepada orang sambil mempertahankan emas di gudangnya sendiri.
Baik teman, orang tak dikenal, maupun musuh, membutuhkan uang untuk melanjutkan perdagangan mereka. Selama orang-orang bisa memberikan jaminan, mereka bisa meminjam sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan hanya menuliskan kwitansi, Fabian bisa meminjamkan emas-emasnya senilai beberapa kali lipat dari yang sebenarnya dia miliki.Segalanya akan baik-baik saja selama orang-orang tidak menukarkan kwitansi deposit emas mereka kepada Fabian.
Fabian memiliki sebuah buku yang menunjukkan debit dan kredit dari setiap orang. Bisnis simpan-pinjam ini benar-benar sangat menguntungkan baginya.
Image may be NSFW. Clik here to view.Status sosial Fabian di masyarakat meningkat secepat kekayaannya. Dia mulai menjadi orang penting, dia harus dihormati. Di dunia finansial, kata-katanya adalah ibarat sabda suci.
Tukang emas dari kota lain mulai penasaran tentang rahasia Fabian dan suatu hari mereka pun mengunjunginya. Fabian memberitahu apa yang dia lakukan, dan menekankan kepada mereka pentingnya kerahasiaan dari sistem ini.
Seandainya skema ini terekspos, bisnis mereka pasti akan ditutup, jadi mereka sepakat untuk menjaga kerahasiaan bisnis ini.
Masing-masing tukang emas ini kembali ke kota mereka dan menjalankan operasi seperti yang diajarkan oleh Fabian.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Orang-orang menerima kwitansi emas sama seperti emas itu sendiri, dan banyak emas yang masyarakat pinjam yang akan dititipkan kembali kepada Fabian.
Ketika seorang pedagang ingin membayar kepada pedagang lainnya, mereka bisa menuliskan sebuah instruksi kepada Fabian untuk memindahkan uang dari rekening mereka kepada rekening lainnya, yang akan dilakukan oleh Fabian dengan mudah dalam beberapa menit. Sistem ini menjadi sangat populer, dan kertas instruksi ini pun mulai dikenal dengan sebutan “cek.”
Pada suatu malam, para tukang emas dari berbagai kota ini mengadakan sebuah pertemuan rahasia dan Fabian mengajukan sebuah rencana baru. Besok harinya mereka rapat dengan pemerintah dan Fabian berkata, “Kertas kwitansi kami telah menjadi sangat populer.
Tak perlu diragukan, Anda para wakil rakyat juga menggunakan mereka dan manfaatnya jelas-jelas sangat memuaskan. Namun, sebagian kwitansi ini telah dipalsukan oleh orang-orang. Hal ini harus dihentikan!”
Para anggota pemerintah pun mulai khawatir. “Apa yang bisa kami lakukan? Tanya mereka. Jawaban Fabian “Pertama-tama, adalah tugas dari pemerintah untuk mencetak uang kertas dengan desain dan tinta yang unik, dan masing-masing uang kertas ini harus ditandatangani oleh Gubernur.
Kami para tukang emas akan dengan senang hati membayar biaya cetak ini, ini juga akan menghemat banyak waktu kami untuk menulis kwitansi.” Para anggota pemerintah berpikir “Ya, memang kewajiban kami untuk melindungi masyarakat dari pemalsuan uang dan nasehat dari Fabian ini kedengarannya memang masuk akal.” Dan mereka pun setuju untuk mencetak uang kertas ini.
Image may be NSFW. Clik here to view.
“Yang kedua”, kata Fabian, “sebagian orang juga pergi menambang emas dan membuat koin emas mereka sendiri. Saya menyarankan agar dibuat sebuah hukum agar setiap orang yang menemukan emas harus menyerahkannya. Tentu saja, mereka akan mendapat ganti rugi koin yang saya buat dan uang kertas baru.”
Ide ini pun mulai dijalankan. Pemerintah mencetak uang kertas baru dengan pecahan $1, $2, $5, $10, dan lainnya. Biaya cetak yang rendah ini dibayarkan oleh parang tukang emas.
Uang kertas ini jauh lebih gampang untuk dibawa dan dalam waktu singkat diterima oleh masyarakat. Namun, di luar faktor kenyamanan, ternyata uang kertas dan koin emas yang beredar hanyalah 10% dari nilai transaksi masyarakat. Kenyataan perdagangan menunjukkan bahwa 90% nilai transaksi dilakukan dengan cara pindah buku (cek).
Rencana berikut Fabian mulai berjalan. Sampai saat itu, orang-orang membayar Fabian untuk menitipkan koin emas (uang) mereka. Untuk menarik lebih banyak uang ke gudangnya, Fabian akan membayar para depositor 3% bunga atas emas titipan mereka.
Image may be NSFW. Clik here to view.Kebanyakan orang mengira Fabian meminjamkan kembali uang yang dititipkan kepadanya.
Karena dia meminjamkan kepada orang lain dengan bunga 5%, dan dia membayar para deposan 3%, maka keuntungan Fabian adalah 2%. Orang-orang pun berpikir jauh lebih baik mendapatkan 3% daripada membayar Fabian untuk menjaga emas (uang) mereka, dan mereka pun tertarik.
Volume tabungan meningkat dengan cepat di gudang Fabian. Dia bisa meminjamkan uang kertas $200, $300, $400, bahkan sampai sampai $900 untuk setiap $100 yang dia dapatkan dari deposan. Dia harus berhati-hati dengan ratio 9:1 ini, sebab menurut pengalamannya, memang ada 1 dari setiap 9 orang yang akan menarik emas mereka. Bila tidak ada cukup uang saat diperlukan, masyarakat akan curiga.
Dengan demikian, untuk $900 dolar pinjaman yang diberikan Fabian, dengan bunga 5% dia akan mendapatkan kembali $45. Ketika pinjaman + bunga ini dilunasi, Fabian akan membatalkan $900 di kolom debit pembukuannya dan sisa $45 ini adalah miliknya.
Dia dengan senang hati akan membayar bunga $3 untuk setiap $100 yang dititipkan deposan kepadanya. Artinya, keuntungan riil dari Fabian adalah $42! Bukan $2 yang dibayangkan kebanyakan orang. Para tukang emas di kota-kota lain melakukan hal yang sama. Mereka menciptkaan kredit (pinjaman) tanpa modal (emas) dan menagih bunga atas pinjaman mereka.
Para tukang emas ini tidak lagi membuat koin emas, pemerintahlah yang mencetak uang kertas dan koin dan memberikannya kepada para tukang emas ini untuk didistribusikan.
Satu-satunya biaya Fabian adalah ongkos cetak uang yang sangat murah. Di samping itu, dia juga menciptakan kredit tanpa modal dan menagih bunga atas pinjaman barunya ini.
Kebanyakan orang mengira suplai uang adalah operasi dari pemerintah. Mereka juga percaya bahwa Fabian meminjamkan uang dari para deposan kepada peminjam baru, tetapi rasanya agak heran mengapa orang lain bisa mendapatkan uang padahal uang para deposan masih tetap tak berkurang. Seandainya semua orang mencoba mengambil uang mereka pada saat yang bersamaan, skema penipuan ini akan terekspos.
Tak masalah bila sebuah pinjaman diajukan dalam bentuk uang kertas atau koin. Fabian tinggal mengatakan kepada pemerintah bahwa penduduk bertambah dan produksi baru memerlukan uang baru, yang akan dia dapatkan dengan biaya cetak yang sangat kecil.
Suatu hari seseorang pergi menemui Fabian. “Bunga yang Anda tagih ini salah,” katanya. “Untuk setiap $100 yang Anda pinjamkan, Anda meminta $105 sebagai kembalinya. $5 extra ini tidak mungkin bisa dibayarkan karena mereka bahkan tidak eksis.
”Petani memproduksi makanan, industri memproduksi barang, tetapi hanya Andalah yang memproduksi uang. Katakanlah hanya ada dua pedagang di negara ini, dan semua orang bekerja untuk salah satunya. Mereka masing-masing meminjam $100. Setahun kemudian, mereka harus mengembalikan masing-masing $105 kepada Anda (total $210).
Bila salah satu orang berhasil menjual habis dagangannya dan mendapatkan $105, orang yang tersisa hanya akan memiliki $95, dia masih berhutang $10 kepadamu, dan tidak ada uang yang beredar untuk melunasi $10 ini kecuali dia mengajukan pinjaman baru kepadamu. Sistem ini bermasalah!”
Image may be NSFW. Clik here to view.
“Untuk setiap $100 yang kamu pinjamkan, kamu seharusnya mengedarkan $100 kepada sang peminjam dan $5 untuk kamu belanjakan, jadi total uang yang beredar memungkinan si peminjam untuk membayar”
Fabian mendengarkan dengan tenang dan menjawab, “Dunia finansial adalah subjek yang rumit, anak muda, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahaminya. Biarkan saya saja yang memikirkan masalah ini, dan kamu mengurus urusanmu saja.
Kamu harus belajar untuk menjadi lebih efisien, meningkatkan produksimu, memotong ongkos pabrikmu dan menjadi pengusaha yang lebih cerdas. Saya siap membantu untuk urusan itu.”
Orang ini pun pergi meninggalkan Fabian, tetapi hatinya masih juga bimbang. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sistem kerja Fabian, dan pertanyaan yang dia ajukan masih belum dijawab.
Orang-orang menghormati Fabian dan kata-katanya. Dia adalah pakar, orang yang tidak setuju dengannya pastilah orang bodoh. Lihatlah betapa negara ini bertambah maju, produksi kita juga terus bertumbuh, kehidupan kita sudah jauh lebih baik.
Untuk menutup bunga dari uang yang mereka pinjam, para pedagang dan pengusaha meninggikan harga dagangan mereka. Karyawan senantiasa memprotes mereka dibayar terlalu rendah dan pemilik perusahaan senantiasa menolak membayar lebih. Petani tidak bisa mendapatkan harga jual yang adil dari produk pertanian mereka. Para Ibu rumah tangga terus merasa tidak puas karena harga barang di pasar dinilai terlalu tinggi.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Pada suatu ketika, orang-orang akhirnya mulai berdemonstrasi, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian orang tidak sanggup melunasi hutang mereka dan menjadi miskin. Teman dan saudara mereka pun tidak sanggup untuk menolong.
Mereka lupa kekayaan yang sebenarnya masih berlimpah di sekeliling mereka : tanah yang subur, hutan yang kaya, mineral yang berlimpah dan juga ternak-ternak yang sehat.
Yang mereka pikirkan sepanjang hari adalah uang yang rasanya selalu kurang. Mereka tidak pernah bertanya tentang sistem. Mereka percaya pemerintahlah yang sedang menjalankan sistem ini.
Sebagian kecil orang di masyarakat yang kelebihan uang mulai membentuk perusahaan mereka sendiri untuk meminjamkan uang mereka. Mereka menagih bunga 6% atas uang mereka, lebih baik dari 3% yang ditawarkan oleh Fabian. Namun orang-orang ini meminjamkan uang mereka sendiri, tidak seperti Fabian yang bisa meminjamkan uang / menciptakan kredit tanpa modal.
Perusahaan-perusahaan pembiayaan ini tetap membuat khawatir Fabian dan kawan-kawannya, jadi mereka pun membentuk perusahaan pembiayaan mereka sendiri. Dalam kebanyakan kasus, mereka membeli perusahaan-perusahaan pembiayaan saingan mereka tersebut. Pada akhirnya, semua perusahaan pembiayaan dimiliki ataupun dalam kendali mereka.
Situasi ekonomi terus memburuk. Para pegawai mulai yakin bos mereka mendapatkan terlalu banyak keuntungan. Pemilik perusahaan pun menilai pegawainya terlalu malas dan tidak cukup bekerja keras.
Semua orang mulai menyalahkan orang lain. Pemerintah bingung bagaimana menyelesaikan masalah ini. Masalah paling mendesak tentunya adalah bagaimana menolong orang yang paling miskin.
Pemerintah pun memulai sebuah program sosial dan memaksa anggota masyarakat untuk membayar sistem ini. Hal ini membuat marah sebagian orang, mereka percaya kepada gagasan lama bahwa membantu orang seharusnya adalah usaha suka rela, bukan paksaan.
Image may be NSFW. Clik here to view.“Peraturan ini adalah perampokan yang dilegalkan. Mengambil sesuatu dari seseorang, dengan menentang keinginan dari orang yang bersangkutan, apapun tujuannya, tidaklah berbeda dengan mencuri darinya.”
Namun orang-orang tak berdaya karena bila tidak membayar mereka akan dimasukkan ke dalam penjara. Program sosial ini selama beberapa waktu memang membantu keadaan, tetapi tak lama kemudian masalah kemiskinan muncul kembali dan uang yang diperlukan untuk menjalankan sistem ini pun terus bertambah. Ongkos sosial terus meningkat, demikian juga dengan skala pemerintahan.
Kebanyakan wakil rakyat adalah orang-orang yang tulus melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Mereka pun tidak menyukai gagasan terus-menerus meminta uang dari masyarakat. Akhirnya, mereka mencari pinjaman dari Fabian dan kawan-kawannya.
Mereka bahkan tidak mengetahui bagaimana mereka bisa membayar. Orang tua mulai tidak sanggup membayar biaya sekolah anak-anaknya. Sebagian orang tidak sanggup membayar biaya dokter dan obat-obatan. Operator transportasi pun mulai gulung tikar.
Satu demi satu usaha diambil alih pemerintah. Guru, dokter, dan banyak pekerjaan lainnya mulai menjadi tanggung jawab pemerintah.
Tidak banyak orang yang mendapatkan kepuasan di pekerjaannya. Mereka dibayar gaji yang wajar, tetapi kehilangan jati diri. Mereka menjadi budak dari sebuah sistem.
Tidak banyak ruang untuk inisiatif, sedikit penghargaan atas usaha pribadi, pendapatan mereka relatif tetap dan naik pangkat terjadi hanya kalau atasan mereka pensiun ataupun mati.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Di tengah keputusasaan, pemerintah akhirnya meminta nasehat dari Fabian. Mereka menganggapnya sebagai orang bijak dan selalu memiliki solusi atas permasalahan uang.
Fabian mendengar keluhan dari pemerintah dan akhirnya menjawab, “Banyak orang yang tidak bisa menyelesaikan persoalan mereka, mereka membutuhkan orang lain untuk melakukannya.
Tentu Anda setuju bahwa semua orang berhak atas kebahagiaan dan berhak atas semua kebutuhan pokok mereka bukan? Satu-satunya cara untuk menyeimbangkan situasi adalah mengambil dari yang kaya dan memberikan kepada yang miskin.
Kenalkan sebuah sistem baru yaitu pajak. Semakin banyak kekayaan seseorang, semakin banyak dia harus membayar pajak. Sekolah dan rumah sakit seharusnya gratis bagi mereka yang tidak sanggup membayar…”
Selesai memberikan nasehat, Fabian pun tidak lupa mengingatkan pemerintah, “Hm, jangan lupa Anda masih berhutang kepada saya. Tetapi baiklah, saya akan membantu Anda. Sekarang Anda hanya perlu membayar bunga kepada saya, Anda bisa menunda pembayaran hutang pokok kepada saya.”
Pemerintah mempercayai Fabian, dan mereka pun segera memperkenalkan pajak penghasilan, semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin tinggi pajak yang Anda bayarkan. Tak seorang pun anggota masyarakat yang setuju. Namun, sama seperti sebelumnya, mereka harus membayar atau masuk penjara.
Pedagang lagi-lagi harus menaikkan harga jual barangnya. Para pegawai kembali menuntut kenaikan gaji, bisnis-bisnis mulai gulung tikar, ataupun mulai mengganti tenaga manusia dengan mesin. Siklus ini berulang-ulang dan memaksa pemerintah memperkenalkan berbagai skema-skema sosial lainnya.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Pengaturan tarif dan perlindungan mulai diterapkan untuk menyelamatkan industri-industri tertentu dari kebangkrutan dan menyediakan lapangan kerja. Sebagian orang mulai bertanya-tanya apakah tujuan dari kegiatan produksi ekonomi adalah untuk memproduksi barang atau hanya untuk menyediakan lapangan kerja.
Seiring memburuknya keadaan, orang-orang mulai mengendalikan upah pegawai, kontrol biaya, dan segala macam kontrol-kontrol lainnya.
Pemerintah pun berupaya mendapatkan lebih banyak uang lewat pajak penjualan, pajak penghasilan, dan pajak-pajak yang lain. Sebagian orang mulai memperhatikan bahwa sejak petani menaman padi sampai beras sampai ke tangan Ibu rumah tangga, ada lebih dari 50 jenis pajak yang sudah dibayarkan.
“Pakar” mulai muncul dan sebagian mulai terpilih untuk bekerja di pemerintahan, namun tahun demi tahun berlalu dan mereka tidak berhasil menyelesaikan permasalahan apapun, kecuali bahwa pajak perlu “disesuaikan” yang mana dalam kebanyakan kasus artinya harus dinaikkan.
Fabian mulai menuntut pembayaran atas bunga pinjamannya, dan semakin lama semakin banyak porsi pajak yang digunakan untuk membayar kepadanya.
Kemudian mulai muncul apa yang disebut dengan partai politik, orang-orang di masyarakat mulai berargumentasi partai mana yang orang-orangnya bisa menyelesaikan permasalahan mereka. Mereka mulai bertengkar mengenai personalitas, idealisme, lambang partai dan berbagai hal lainnya kecuali asal muasal permasalahan mereka.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Di kota tertentu, bunga pinjaman yang harus dibayar sudah melebihi total penerimaan pajak tahunan yang bisa dikumpulkan. Bunga-bunga baru pun mulai diperhitungkan atas bunga yang belum dibayarkan.
Secara perlahan-lahan kekayaan riil dari negara mulai berpindah tangan ke Fabian dan kawan-kawannya dan mereka memiliki kendali yang semakin lama semakin besar atas kehidupan masyarakat. Namun, pengendalian mereka belum selesai. Mereka menyadari bahwa situasi tidak akan benar-benar aman sebelum semua orang berhasil dikendalikan.
Kebanyakan orang yang menentang sistem ini bisa dibuat diam dengan tekanan finansial, ataupun dengan ejekan publik. Untuk melakukan ini Fabian dan kawan-kawan membeli kepemilikan dari semua koran, TV, dan radio dan menyeleksi orang-orang apa yang boleh bekerja di dalamnya.
Kebanyakan dari orang-orang ini sebenarnya benar-benar ingin memperbaiki keadaan, tetapi mereka tidak menyadari bagaimana mereka sedang diperalat. Solusi mereka selalu terarah kepada akibat dari masalah, bukan penyebab dari masalah.
Image may be NSFW. Clik here to view.Ada bermacam-macam surat kabar, satu untuk sayap kanan, satu untuk sayap kiri, satu untuk kelas pekerja, satu untuk kaum pengusaha, dan seterusnya.
Tidak masalah koran yang mana yang Anda percayai, selama Anda tidak memikirkan penyebab awal dari permasalahan.
Rencana Fabian sudah hampir selesai, seluruh negara saat ini berhutang kepadanya. Melalui pendidikan dan media, dia mengendalikan pikiran masyarakat. Orang-orang hanya akan berpikir sejauh yang dia inginkan.
Setelah seseorang memiliki jauh lebih banyak uang dari yang sanggup dia gunakan, apa lagi yang akan menyenangkan hatinya? Bagi mereka yang memiliki mentalitas menguasai, jawabannya adalah kekuasaan, kekuasaan mutlak atas kemanusiaan.
Kebanyakan tukang emas akhirnya mengarah ke sana. Mereka mengetahui rasanya kaya raya, dan perasaan itu tidak lagi cukup untuk memuaskan mereka. Mereka membutuhkan tantangan dan kesenangan baru, dan kekuasaan atas massa adalah permainan berikut.
Mereka percaya mereka adalah kelompok superior atas lainnya. “Adalah hak dan kewajiban kami untuk mengatur. Masyarakat tidak tahu apa yang baik untuk mereka. Mereka perlu dikendalikan dan diatur. Mengatur adalah takdir dari kami.”
Di seluruh penjuru negeri, Fabian dan kawan-kawan memiliki banyak perusahaan pembiayaan. Memang, masing-masing perusahaan dimiliki secara pribadi. Secara teori mereka adalah saingan masing-masing. Namun, kenyataan yang sebenarnya adalah mereka semua saling bekerja sama dengan seksama.
Setelah berhasil membujuk pemerintah, mereka mendirikan sebuah institusi yang mereka sebut dengan Bank Sentral. Mereka bahkan tidak perlu mengeluarkan modal untuk mendirikannya, mereka menciptakan kredit dengan menggunakan uang deposit masyarakat.
Image may be NSFW. Clik here to view.Institusi ini tampak sebagai badan yang meregulasikan suplai uang dan merupakan bagian dari pemerintah. Tetapi anehnya, tidak ada wakil pemerintah yang diizinkan untuk duduk di badan Direktur di dalamnya.
Pemerintah tidak lagi meminjam secara langsung dari Fabian, pemerintah sekarang meminjam dengan cara menerbitkan surat hutang kepada Bank Sentral. Jaminan dari surat hutang ini adalah penerimaan pajak tahun berikut.
Ini adalah bagian dari rencana Fabian, menyingkirkan kecurigaan orang kepadanya dengan membuat kesan seolah-olah suplai uang dikendalikan oleh pemerintah. Kenyataannya, di balik layar, dialah yang memegang kendali.
Secara tidak langsung, dialah yang mengendalikan pemerintah. Tidak penting siapa yang terpilih sebagai wakil rakyat di pemerintahan. Fabianlah yang memegang kendali atas uang, darah dan nyawa dari perdagangan sebuah bangsa.
Pemerintah selalu mendapatkan uang yang mereka inginkan, tetapi bunga selalu dikenakan pada setiap pinjaman. Semakin lama semakin banyak orang yang memerlukan bantuan sosial pemerintah, dan tak lama kemudian pemerintah sadar bahwa mereka kesulitan bahkan hanya untuk membayar bunga saja, apalagi hutang pokok.
Sebagian orang mulai bertanya, “Uang adalah sistem yang diciptakan manusia. Bukankah seharusnya sistem ini bisa diubah agar uang menjadi pelayan, bukan sebaliknya?” Namun semakin lama jumlah orang-orang ini semakin sedikit dan suara mereka hilang di tengah sebuah masyarakat yang tidak lagi peduli.
Pemerintahan berubah, partai yang berkuasa juga bisa berubah, namun kebijakan utama tidak. Tidak masalah siapa yang menjadi pemerintah, rencana besar Fabian semakin lama semakin mendekati kenyataan dari tahun ke tahun. Kebijakan pemerintah tidak lagi ada artinya.
Rakyat mulai dikenai pajak mendekati ambang batas mereka, mereka tidak lagi sanggup membayar. Waktunya sudah hampir matang bagi Fabian untuk aksi finalnya.
10% dari suplai uang masih dalam bentuk uang kertas dan koin. Ini harus dimusnahkan sama sekali tetapi tidak boleh menimbulkan kecurigaan publik. Selama masyarakat masih memiliki uang (kertas maupun koin), mereka bebas untuk membeli dan menjual sesuka hati mereka, mereka masih memiliki sedikit kontrol atas kehidupan mereka.
Image may be NSFW. Clik here to view.Tidaklah selalu nyaman untuk membawa uang tunai dan koin. Cek juga tidak bisa diterima bila sudah keluar dari sebuah komunitas tertentu. Oleh karena itu, sebuah sistem yang lebih baru perlu dipikirkan. Sekali lagi Fabian memiliki jawabannya. Organisasinya akan menerbitkan sebuah kartu plastik yang memiliki data pemegangnya: nama, foto, dan nomor penduduk.
Saat kartu ini akan digunakan, pedagang akan menyambungkan komputernya untuk mengecek kredit dari kartu tersebut. Seandainya tidak ada masalah, pemegang kartu ini boleh membeli barang seharga limit tertentu.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Awalnya orang akan diizinkan untuk berhutang sedikit. Seandainya uang ini dibayarkan dalam sebulan, maka tidak ada bunga yang perlu dibayarkan. Ini tidak masalah untuk kelas pegawai, tetapi bagaimana ini bisa berlaku juga untuk para pedagang dan pengusaha?.
Mereka harus mempersiapkan mesin-mesin, kemudian menjalankan proses manufaktur dari barang yang akan mereka produksi, membayar gaji pegawai, menjual barang dagangannya dan membayar kembali hutang mereka. Bila melewati satu bulan, mereka akan dikenai bunga 1.5% per bulan dari nilai hutang mereka. Total 18% setahun.
Pengusaha tidak memiliki jalan lain selain menambahkan 18% ke dalam nilai jual dagangan mereka. Namun kelebihan uang / kredit (18%) ini tidak pernah dipinjamkan kepada siapapun. Di seluruh negeri, para pengusaha disuruh menjalani misi mustahil untuk membayar kembali $118 untuk setiap $100 yang mereka pinjam, tetapi kelebihan $18 ini tidak pernah diedarkan oleh Bank sejak awal.
Namun Fabian dan kawan-kawan menikmati status yang semakin penting di masyarakat. Mereka menjadi orang-orang penting yang terhormat. Pengumuman dan pendapat mereka tentang finansial dan ekonomi bahkan bisa disetarakan dengan sabda suci spiritual.
Di bawah beban bunga yang terus bertambah, banyak perusahaan kecil menengah yang mulai bangkrut. Lisensi-lisensi khusus diperlukan untuk menjalankan operasi-operasi tertentu, jadi perusahaan-perusahaan yang tersisa memiliki semakin banyak hambatan dalam berusaha.
Fabian memiliki dan mengendalikan semua perusahaan besar beserta ratusan anak perusahaan mereka. Perusahaan-perusahaan itu tampak seperti saingan satu sama lain, tetapi dialah yang ada di balik semua perusahaan itu.
Para kompetitor perlahan-lahan dipaksa gulung tikar. Tukang kayu, konstruksi, listrik dan industri-industri kecil menengah menjalani takdir yang sama, dibeli oleh perusahaan raksasa milik Fabian yang memiliki proteksi dan perlakuan khusus dari pemerintah.
Fabian menginkan kartu plastik ini untuk menggantikan semua uang kertas dan koin. Rencananya adalah saat semua uang kertas dan koin ditarik, hanya bisnis yang menggunakan kartu komputerlah yang akan beroperasi.
Dia mengetahui bahwa suatu ketika orang-orang akan kehilangan kartu mereka dan tidak bisa membeli ataupun menjual sebelum identitas mereka bisa dibuktikan.
Dia ingin agar dibuatkan sebuah hukum : sebuah hukum yang mengharuskan semua orang untuk memiliki sebuah nomor identifikasi yang ditato di dalam tangan mereka.
Nomor ini cuma akan terlihat dengan sinar tertentu, yang dihubungkan dengan komputer. Setiap komputer akan dihubungkan dengan sebuah komputer pusat yang memungkinan Fabian mengetahui segala transaksi mengenai semua orang…
* * *
Terminologi yang digunakan saat ini untuk melukiskan sistem finansial di atas adalah “Fractional Reserve Banking.” (Cadangan Terbatas Perbankan).
Cerita yang Anda baca di atas, tentu saja fiksi. Namun, bila Anda merasa terganggu karena cerita ini sangat mirip dengan kenyataan hidup kita, dan Anda ingin mengetahui siapa Fabian ini sebenarnya dalam kehidupan nyata, titik mulai yang baik untuk Anda pelajari adalah para tukang emas di Inggris pada abad 16 dan 17 Masehi.
Sebagai contoh, Bank of England didirikan pada tahun 1694. Raja William saat itu berada dalam kesulitan finansial yang besar karena perang melawan Perancis. Para tukang emas kemudian “meminjamkan” 1,2 juta pound (nilai yang amat besar pada zaman itu) dengan syarat tertentu.
Bunga yang dikenakan adalah 8%. Jangan lupa bahwa di Magna Carta sebenarnya dikatakan bahwa mengenakan dan mengumpulkan bunga (riba) atas pinjaman akan dikenakan hukuman mati. Raja William dipaksa memberikan izin kartel resmi kepada para tukang emas, sebuah hak untuk menciptakan kredit.
Sebelum itu, operasi untuk menerbitkan lebih banyak kwitansi emas daripada emas yang sebenarnya dimiliki adalah tindakan ilegal. Namun sejak izin kartel itu keluar, tindakan itu menjadi legal.
Di tahun 1694, W.Petterson mendapatkan hak kartel atas Bank of England.
Image may be NSFW. Clik here to view. MAHDI-NEWS.COM | — Para ekonom senantiasa membohongi publik bahwa resesi dan depresi adalah bagian alami dari siklus bisnis. Namun kenyataan yang sebenarnya tidaklah seperti itu. Resesi dan depresi selalu terjadi bila Bank Sentral memanipulasi jumlah uang beredar, yang tujuan akhirnya adalah memastikan semakin banyak kekayaan yang ditransfer dari masyarakat ke tangan mereka. Bank Sentral sendiri merupakan metamorfasa dari pedagang uang di zaman dahulu… Image may be NSFW. Clik here to view.48 S.M. : Julius Caesar mengambil kembali hak untuk untuk membuat koin emas dari tangan pedagang uang di zamannya untuk kepentingan masyarakat. Dengan suplai uang baru yang berlimpah, dia memulai banyak proyek konstruksi dan pekerjaan umum. Dengan jumlah uang yang banyak, Caesar memenangkan hati dari rakyatnya. Tetapi para pedagang uang membencinya dan karena itu Caesar dibunuh. Setelah kematian Caesar, suplai uang berkurang, pajak naik, demikian juga korupsi. Pada akhirnya suplai uang di Roma berkurang sampai 90%, yang menyebabkan rakyat jelata kehilangan tanah dan rumahnya.
30 : Yesus Kristus untuk pertama kalinya menggunakan kekerasan untuk mengusir para pedagang uang keluar dari bait Allah. Ketika orang Yahudi membayar pajak Ibadah di Yerusalem, mereka harus membayar dengan koin khusus, setengah shekel (setengah ounce perak murni) Koin jenis itu adalah satu-satunya koin perak murni tanpa gambar Raja, karenanya bagi Yahudi itu adalah satu-satunya koin yang bisa diterima oleh Tuhan. Sayangnya koin ini jumlahnya tidak banyak, para pedagang uang mengumpulkan hampir semuanya, dan harga dari koin ini menjadi sangat mahal karenanya. Mereka memaksa orang-orang Yahudi untuk membayar mahal koin ini dan mendapatkan keuntungan yang besar. Yesus mengusir para pedagang uang ini karena tindakan monopoli mereka yang merusak kesucian rumah Allah. Beberapa hari kemudian, Yesus disalib.
1024 : Para pedagang uang memegang kendali suplai uang di Inggris dan secara umum disebut sebagai tukang emas. Uang kertas mulai diedarkan dalam bentuk kwitansi deposit emas dari masyarakat kepada para tukang emas karena kebanyakan orang menyimpan emas mereka kepada tukang emas. Kertas-kertas kwitansi ini pun mulai diperdagangkan dan digunakan dalam perdagangan sehari-hari karena lebih nyaman dan mudah dibawa daripada koin emas dan perak. Lama kelamaan para tukang emas ini memperhatikan bahwa hanya sebagian kecil dari para deposannya yang akan datang mengambil kembali emas mereka, dan mereka mulai mengambil keuntungan dari sistem ini. Mereka mengedarkan lebih banyak kwitansi daripada emas yang sebenarnya mereka miliki dan tidak ada orang yang benar-benar menyadari tindakannya. Para tukang emas meminjamkan emas dalam bentuk kwitansi melebihi emas yang sebenarnya mereka miliki dan menagih bunga atas pinjamannya kepada orang-orang. Ini adalah awal lahirnya sistem yang kita sebut sebagai Fractional Reserve Banking, sistem di mana para tukang emas bisa meminjamkan lebih banyak uang daripada yang sebenarnya mereka miliki. Perlahan-lahan kepercayaan diri mereka terus bertambah dan akhirnya mereka bahkan bisa meminjamkan 10 kali lipat uang (emas) yang mereka miliki di deposit. Para tukang emas ini juga menemukan bahwa dengan mengendalikan suplai uang di sebuah masyarakat, mereka bisa menciptakan siklus ekonomi dengan mempermudah dan mempersulit pinjaman secara berkala. Caranya adalah pada suatu ketika mempermudah pinjaman kepada orang-orang, menyebabkan jumlah uang beredar bertambah di masyarakat, kemudian berpindah ke mempersulit ataupun menghentikan pinjaman kepada orang-orang, mengambil kembali suplai uang yang beredar dan menyebabkan sebagian orang kesulitan membayar. Mengapa mereka melakukan ini? Sederhana saja, akibat dari siklus ini adalah akan ada sebagian orang yang tidak sanggup membayar. Karena tidak bisa mendapatkan pinjaman baru, orang-orang yang tidak sanggup membayar ini akan menyatakan bangkrut dan dipaksa menjual aset-aset mereka kepada para tukang emas dengan harga murah. Sampai saat ini pun kita mengalami siklus ini. Siklus boom and bust, resesi, depresi, ini hanya kata-kata untuk membodohi dan menutupi penipuan kejahatan dari para pedagang uang.
1100 : Raja Henry I menggantikan Raja William II menjadi raja Inggris. Dia mengambil kembali dari para pedagang uang hak untuk mendistribusikan uang di masyarakat. Uang yang dia gunakan adalah dalam bentuk yang sama sekali berbeda, sebatang kayu! Nama uang ini adalah talley stick, yang kemudian merupakan salah satu uang yang bertahan paling lama, 726 tahun sampai tahun 1826 (sekalipun bentuk uang lain juga muncul bersamaan di antara masa itu).
1225 : St. Thomas Aguinas lahir, dan pada zaman itu Dia memimpin Gereja Katolik untuk melarang pengenaan bunga (riba) atas uang. Konsep ini adalah mengikuti ajaran Aristoteles bahwa tujuan dari uang adalah untuk melayani anggota masyarakat dan memfasilitasi perdagangan barang. Pengenaan bunga atas uang akan melenceng dari tujuan tersebut karena bunga menciptakan beban tambahan terhadap penggunaan uang. Oleh karena itu, ajaran Gereja di abad pertengahan Eropa melarang pengenaan bunga atas pinjaman uang.
1509 : Raja Henry VIII menggantikan Raja Henry VII menjadi raja Inggris. Pada masa itu dia memperlonggar aturan pengenaan bunga atas pinjaman uang. Para pedagang uang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan segera mengekspansi bisnis perdagangan uang mereka. Pada masa ini juga Gereja Inggris memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma, yang masih tetap melarang pengenaan bunga atas pinjaman uang.
1553 : Ratu Mary I menggantikan Putri Jane Grey menjadi Ratu Inggris. Pada masa ini, Ratu memperketat kembali aturan bunga pinjaman uang. Para pedagang uang yang marah segera membalas dengan cara memperketat suplai uang dengan menahan emas dan perak mereka dan menyebabkan ekonomi Inggris lumpuh.
1558 : Ratu Elizabeth I naik tahta, dan memutuskan bahwa untuk mengendalikan suplai uang dia harus mengedarkan koin emas dan perak sendiri, dan berhasil mengambil kendali suplai uang dari para pedagang uang. 1609 : Para pedagang uang di Belanda mendirikan Bank Sentral pertama dalam sejarah di Amsterdam.
1642 : Pedagang uang membiayai Oliver Cromwell untuk melancarkan revolusi di Inggris, supaya mereka bisa memegang kendali atas suplai uang kembali. Dalam perang yang penuh darah, Cromwell akhirnya menggulingkan Raja Charles I dan memberikan hukuman mati kepadanya tahun 1649. Para pedagang uang segera mengkonsolidasikan kembali kekuatan mereka dan selama beberapa dekade berikut memprakarsai berbagai perang dengan biaya yang sangat tinggi untuk kerajaan Inggris. Mereka juga mengambil kepemilikan atas sebidang properti di tengah kota London yang saat ini dikenal dengan nama City of London.
1688 : Para pedagang uang di Inggris bekerja sama dengan rekan mereka yang lebih sukses di Belanda, melancarkan sebuah invasi ke Inggris. Dipimpin oleh William of Orange, mereka merebut tahta kerajaan Inggris. William of Orange kemudian menjadi raja Inggris dengan sebutan Raja William III tahun 1689.
1694 : Selama 50 tahun yang penuh dengan peperangan, pemerintah Inggris akhirnya kesulitan dalam pembiayaan dan harus meminjam kepada para pedagang uang. Para pedagang uang bersedia meminjamkan uang mereka dengan syarat mereka akan diberikan hak untuk mendirikan sebuah bank swasta dengan hak menciptakan kredit. Nama dari bank ini adalah Bank of England, yang dinamai demikian dengan tujuan satu-satunya adalah untuk membohongi publik bahwa seolah-olah itu adalah milik pemerintah. Modal awal yang seharusnya disetor untuk mendirikan bank ini adalah 1,25 juta pound dalam bentuk koin emas, nyamun kenyataannya hanya 750 ribu pound yang benar-benar disetor oleh para pedagang uang ini. Namun hal ini tidak menghalangi mereka untuk segera memulai pinjaman kepada kerajaan Inggris dengan mengenakan bunga atas setiap sen yang mereka pinjamkan. Salah satu Direkturnya pernah mengatakan, “Bank ini mendapatkan keuntungan dari uang-uang yang dia ciptakan tanpa modal, dan semua pinjamannya harus dijamin dengan pajak yang harus dibayar oleh rakyat Inggris.” Tak lama kemudian, Bank of England segera menyerang talley stick, bentuk uang lain yang masih beredar pada masa itu.
1698 : Selama empat tahun pertama Bank of England, rencana mereka untuk mengendalikan suplai uang berkembang dengan pesat. Hutang awal yang sebelumnya cuma 1,25 juta pound sekarang sudah bertambah menjadi 16 juta pound! Ini adalah peningkatan sebesar 1280% hanya dalam 4 tahun. Mengapa mereka melakukan ini? Sederhana, sebagai contoh bila uang yang beredar di sebuah negara adalah 5 juta pound, dan Bank Sentral kemudian menerbitkan 15 juta pound baru dan mengedarkannya di masyarakat dalam bentuk pinjaman, maka ini akan melemahkan nilai dari 5 juta pound yang sebelumnya ada. 5 juta pound itu sekarang hanyalah 25% dari perekonomian. Dengan demikian bank mengontrol 75% dari sirkulasi uang di negara tersebut. Ini adalah tahap I dari skema kerja mereka. Hal ini sekaligus menciptakan inflasi yang merupakan pengurangan nilai uang yang dimiliki setiap orang karena masyarakat tersebut dibanjiri dengan uang baru dari Bank Sentral. Karena nilai uangnya bertambah kecil, maka orang-orang mulai pergi ke bank untuk mengajukan pinjaman modal untuk menjalankan usaha dan lain-lain. Saat Bank Sentral merasa cukup puas dengan tingkat hutang dari masyarakat tersebut, mereka akan mulai mengetatkan suplai uang dengan mempersulit pinjaman. Ini adalah tahap II dari skema kerja mereka. Tahap III, duduk manis dan menunggu sebagian debitur gagal bayar / bangkrut, ini akan memberikan kesempatan kepada bank untuk menyita kekayaan riil, bisnis, properti dll, dengan membayar harga murah kepada pemilik sebelumnya. Inflasi tidak pernah memberikan efek jelek terhadap bank, mereka adalah satu-satunya grup yang mendapatkan manfaat darinya, sebab bila mereka kekurangan uang mereka tinggal mencetak lebih banyak.
1757 : Benjamin Franklin (salah satu pemimpin revolusi Amerika) menuju Inggris dan menghabiskan 18 tahun berikut di sana sampai menjelang perang Revolusi. 1760 : Mayer Amschel Bauer mengganti namanya menjadi Mayer Amschel Rothschild dan mendirikan House of Rothschild. Dia menemukan bahwa memberikan pinjaman kepada pemerintah jauh lebih menguntungkan daripada memberikan pinjaman kepada individu, sebab nilai pinjaman kepada pemerintah lebih besar dan hutangnya dijamin oleh pajak dari rakyat negara yang bersangkutan. Kemudian dia melatih kelima anaknya seni penciptaan uang ini.
1764 : Benjamin Franklin ditanya oleh Bank of England mengapa koloni mereka, Amerika, bisa bertambah makmur dan dia menjawab “Gampang saja. Di Amerika kami menerbitkan uang kami sendiri. Kami menyebutnya Colonial Scrip. Kami menerbitkannya sesuai dengan proporsi permintaan dari perdagangan dan industri yang memproduksi semua barang dari produsen ke konsumen. Dengan mengendalikan mata uang kami sendiri, kami mengendalikan daya beli mata uang kami, dan kami tidak berhutang kepada siapapun.” Mendengar penjelasan ini, parlemen Inggris segera mengeluarkan aturan Currency Act tahun 1764. Mereka melarang koloni mereka untuk mengeluarkan mata uang sendiri dan semua pajak diharuskan untuk dibayarkan dalam bentuk koin emas maupun perak. Dalam autobiografinya, Franklin berkata, “Dalam waktu satu tahun, kondisi Amerika berbalik dengan sebelumnya, depresi mulai terjadi, dan orang-orang kehilangan pekerjaan mereka… Negeri koloni ini sebenarnya dengan senang hati bersedia membayar sedikit pajak atas produksi teh dan lainnya seandainya uang mereka tidak diambil oleh Inggris” Hilangnya hak koloni untuk mengeluarkan mata uang mereka sendiri dari tangan Raja George III dan para bankir internasional inilah yang menyebabkan perang revolusi. Kontrol atas sistem keuangan Amerika ini kemudian berganti tangan selama 8 kali sejak 1764.
1775 : Tanggal 19 April, dimulainya perang revolusi di Lexington, Massachusetts. Saat itu koloni sudah tidak punya koin emas dan perak karena habis untuk membayar pajak kepada kerajaan Inggris. Akibatnya, pemerintahan kolonial mencetak uang kertas untuk membiayai perang. Saat perang dimulai, suplai uang Amerika berjumlah 12 juta dolar. Di akhir perang, jumlahnya menjadi 500 juta dolar, dan akibatnya mata uang ini menjadi tak berharga.
1781 : Menjelang akhir dari perang revolusi Amerika, Konggres sudah putus asa akan persediaan uang. Jadi mereka mengizinkan kepala pengawas finansial, Robert Morris, untuk membuka sebuah bank swasta, dengan harapan bisa mengatasi masalah kekurangan uang. Morris adalah orang kaya yang mendapatkan rezekinya di masa revolusi dengan berdagang material perang. Bank Sentral pertama di Amerika ini disebut dengan Bank of North America, yang diizinkan untuk beroperasi selama 4 tahun, yang dioperasikan dengan cara yang serupa dengan Bank of England. Mereka bisa mempraktekkan fractional reserve banking, menciptakan uang yang tidak mereka miliki, meminjamkannya kepada orang lain dengan mengenakan bunga atas pinjamannya.
1785 : Walaupun berjanji untuk mengatasi masalah suplai uang, tetapi kenyataannya Robert Morris tidak berhasil melakukan apapun selain menciptakan keuntungan untuk pribadinya, dan hak kartel banknya pun tidak diperpanjang Konggres. 1791 : Bank Sentral kedua berhasil didirikan atas lobi dari Robert Morris, Alexander Hamilton, dan Thomas Willing. Nama dari bank ini adalah First Bank of the United States, yang sebenarnya sama persis dengan Bank of North America. Mereka mendapatkan kartel selama 20 tahun dan berhak memonopoli pengadaan uang dari Amerika. 80% dari sahamnya dikuasai oleh swasta dan 20% lainnya oleh pemerintah. Namun, sama seperti Bank of England maupun Bank of North America, para pemegang saham swasta ini sebenarnya tidak menyetor penuh modal mereka, mereka menggunakan uang deposit dari pemerintah untuk menciptakan kredit bagi mereka sendiri untuk membeli 80% saham mereka. Pemegang saham swasta di bank ini tidak pernah diumumkan, namun secara umum dipercayai bahwa Rothschildlah yang ada di baliknya. Pada tahun 1790, saat Alexander Hamilton sedang mengajukan pendirian bank ini kepada Konggres, Mayer Amschel Rothschild di Frankfurt, Jerman, mengatatakan hal ini, “Biarkan saya yang mengontrol uang sebuah negara, maka saya tidak peduli siapa yang menulis hukum di negara tersebut.”
1796 : Selama 5 tahun sejak pendiriannya, pemerintah Amerika sudah meminjam 8,2 juta dolar dari Bank Sentral ini, dan harga barang-barang sudah melonjak sebanyak 72%. Saat itu presiden Thomas Jefferson berkata, “Saya berharap kita bisa mengamandemen konstitusi kita untuk mengambil hak meminjam dari pemerintahan federal.” 1798 : M.A. Rothschild mengirim anaknya, Nathan, yang saat itu berumur 21 tahun ke Inggris. Dengan modal 20.000 pound, dia mendirikan sebuah bank di sana.
1800 : Di Perancis, Bank of France didirikan. Tetapi Napoleon memutuskan untuk tidak berhutang kepada bankir. Dia berkata “Bila pemerintah tergantung pada para bankir untuk mendapatkan uang, maka bankirlah dan bukan pemerintah yang sedang memegang kendali. Tangan yang memberi di atas tangan yang menerima. Uang tidak mengenal nasionalisme, para bankir tidak memiliki patriotisme, satu-satunya tujuan mereka adalah keuntungan.”
1803 : Presiden Thomas Jefferson bersepakat dengan Napoleon, Amerika akan memberikan 3 juta dolar emas sebagai ganti atas sisi Barat sungai Missisipi. Ini dikenal sebagai pembelian Louisiana. Napoleon menggunakan uang ini untuk membentuk pasukan, dan mulai menaklukkan Eropa. Bank of England segera bangkit membiayai perang melawan Napoleon dan mendapatkan keuntungan besar dari perang tersebut. Prussia, Austria, dan Rusia semuanya terbenam dalam hutang dalam usaha untuk menghentikan Napoleon.
1807 : Nathan Rothschild menyelundupkan emas dari Perancis menuju Spanyol untuk membiayai serangan Duke of Wellington terhadap Napoleon.
1811 : Masa 20 tahun kartel First Bank of the United States berakhir. Nathan Rothschild mengancam “Bila aplikasi kartel ini tidak diperpanjang, Amerika akan terlibat dalam perang yang mengerikan.” Presiden keempat Amerika saat itu, James Madison, sangat membenci bankir, dan bersama dengan Wakil Presiden, George Clinton, mereka berhasil menghalangi Senat untuk memperpanjang kartel bank.
1812 : Seperti yang dijanjikan Nathan Rothschild, akhirnya Inggris menyerang Amerika. Namun, karena pada saat yang bersamaan Inggris masih sibuk berperang melawan Napoleon, sampai perang berakhir tahun 1814, Amerika belum berhasil dikalahkan. 1814 : Napoleon kalah dan dibuang ke sebuah pulau di Italy, Elba.
1815 : Napoleon berhasi melarikan diri dan kembali ke Perancis. Dia berhasil mengumpulkan kembali pasukan, tetapi akhirnya kalah kembali dari Duke of Wellington di perang Waterloo. Nathan Rothschild mengirim salah satu orang kepercayaannya, Rothworth untuk memantau perang tersebut. Begitu hasil perang akhir diketahui, Rothworth segera kembali ke Inggris untuk memberitahu kepada Nathan. Nathan mengetahui kabar ini 24 jam lebih cepat daripada Wellington sendiri di London. Nathan segera menuju bursa saham London dan menjual besar-besaran. Para pedagang yang lain percaya ini adalah pertanda bahwa Napoleonlah yang memenangkan perang dan mereka pun ikut menjual dalam kepanikan. Pasar benar-benar goncang, dan semua orang mulai menjual surat hutang pemerintahan Inggris, tetapi Rothschild diam-diam membeli kembali dalam jumlah besar saat harga surat hutang itu jatuh beberapa jam kemudian. Surat-surat hutang ini bisa dikonversikan dengan saham Bank of England, dengan cara itulah Rothschild mengambil alih Bank of England, dan sejak saat itu mengendalikan suplai uang di Inggris. Nathan Rothschild mengatakan bahwa selama 17 tahunnya di Inggris, dia berhasil melipatgandakan 20.000 pound yang dia bawa sebesar 2500 kali lipat menjadi 50 juta pound! Sebagian orang bertanya, mengapa bankir menyukai perang? Sederhana saja, bankir membiayai kedua belah pihak yang berperang. Perang adalah generator hutang terbesar dari sebuah negara. Sebuah negara bersedia meminjam berapapun juga agar bisa memenangkan perang. Hasil akhir sebenarnya sudah diketahui dari awal. Sang pecundang akan dibiayai secukupnya, dan pihak yang dibiayai besar-besaran akan memenangkan perang. Bagaimana bankir memastikan uang mereka bisa kembali? Semua pinjaman diberikan hanya ketika mereka mendapatkan jaminan pemerintah bahwa hutang yang mereka berikan akan dibayarkan saat perang dimenangkan.
1816 : Konggres Amerika kembali mengizinkan Bank Sentral swasta didirikan. Kali ini namanya “Second Bank of the United States.” Bentuk dan pemegang sahamnya adalah lagi-lagi sama dengan First Bank of the United States. 1826 : Talley stick ditarik dari peredaran uang di Inggris.
1828 : Perekonomian Amerika yang sudah dimanupulasi gila-gilaan oleh Bank Sentralnya menyebabkan banyak orang bangkit melawan mereka. Anggota Senat Andrew Jackson menyampaikan kampanye menuju Presiden dengan target utama membubarkan Bank Sentral. Jackson memenangkan pemilihan Presiden dan langsung beraksi menyingkirkan orang-orang suruhan bankir yang menjabat di pemerintahan. Dia memecat 2.000 orang dari total 11.000 pegawai pemerintahan Federal saat itu.
1832 : Walaupun para bankir membiayai lebih dari 3 juta dolar untuk calon yang mereka sukai, Henry Clay, Jackson tetap terpilih kembali sebagai Presiden Amerika. Motto kampanyenya “Jackson and No Bank!” Presiden Jackson dalam pidato kemenangannya mengatakan “Bahaya korupsi ini cuma terhalangi, belum benar-benar mati.”
1833 : Presidan Jackson menunjuk Roger Taney sebagai Sekretaris Keuangan Negara, dan menginstruksikannya memulai penarikan deposit pemerintah di Second Bank of the United States. Kepala Second Bank of the United States, Nicholas Biddle, menggunakan pengaruhnya di Senat untuk menolak rencana Roger, dan mengancam memprakarsai sebuah depresi bila kartel mereka tidak diperpanjang. Biddle berkata, “Tidak ada hal lain selain penderitaan masif yang bisa mempengaruhi Konggres… Saya sama sekali tidak ragu, bila tiba saat itu, mereka akan memperpanjang kartel ini.” Kemudian Second Bank of the United States memperketat peredaran uang di Amerika, mereka memanggil kembali pinjaman mereka dan menolak memberikan pinjaman baru. Kepanikan dan kekacauan finansial pun muncul, dan Amerika memasuki masa depresi. Apa yang dilakukan Biddle sekali lagi membuktikan kepada dunia seperti apa Bank Sentral sebenarnya. Biddle tanpa rasa malu malahan menyalahkan Presiden Jackson, bahwa Presidenlah yang menyebabkan depresi.
1835 : Konggres memutuskan untuk membatalkan pengambilan deposit negara dari Second Bank of the United States. 1836 : Kartel Second Bank of the United States tidak diperpanjang. Nicholas Biddle ditangkap dan dituntut atas tuduhan penipuan.
1838 : Pada tanggal 8 Januari Jackson membayar pembayaran terakhir hutang pemerintah. (Dia adalah satu-satunya Presiden Amerika yang pernah melunasi hutang pemerintah dalam sejarah Amerika sampai hari ini) Seorang pembunuh bayaran, Richard Lawrence mencoba menembak Jackson, namun tidak berhasil. Di pengadilan dia divonis tidak bersalah atas dalih dia sudah gila. Setelah bebas, Lawrence terang-terangan mengatakan di publik dia bekerja untuk sekelompok orang berkuasa di Eropa yang berjanji akan melindunginya bila dia tertangkap. Ketika ditanya apa pencapaian terpenting yang pernah dilakukan dalam hidupnya, Jackson berkata “Penutupan Bank Sentral” Perlu waktu 75 tahun bagi para keluarga bankir untuk bangkit kembali dan mendirikan bank sentral berikut, Federal Reserve. Kali ini mereka menggunakan keturunan langsung mereka sendiri, Jacob Schiff, keturunan dari Rothschild.
1850 : Jacob (James) Rothschild ditaksir memiliki kekayaan sebesar 600 juta Franc, lebih banyak 150 juta Franc dari seluruh bankir di Perancis dijadikan satu.
1852 : Perdana Menteri Inggris, William Gladstone, mengatakan “Sejak saya bertugas di sini, saya mulai menyadari ternyata pemerintah tidak berkuasa atas masalah finansial. Mereka memang tidak direncanakan untuk berkuasa, pekerjaan sebenarnya mereka adalah melindungi dan menutupi “Kekuatan Kaya.”
1861 : Perang Sipil Amerika dimulai. Penyebab perang bukan masalah perbudakan seperti yang sering dikatakan orang. Negara bagian Utara berperang dengan Negara bagian Selatan karena sengketa tarif perdagangan tidak adil yang diterapkan Utara yang memaksa Selatan harus mengimpor barang dari Eropa dengan harga yang lebih mahal. Eropa pada akhirnya juga menghentikan impor dari Negara bagian Selatan. Para bankir melihat kesempatan besar untuk memecah belah dan menaklukkan Amerika, mereka membiayai Napoleon III Perancis untuk menaklukkan Meksiko di sebelah Selatan dan pada saat yang sama Inggris menempatkan pasukan mereka di Kanada (Utara). Presiden Lincoln, yang menyadari dirinya sedang dalam masalah besar, bersama dengan Sekretaris Keuangan Salomon Chase, pergi ke New York dan mencoba mendapatkan pinjaman dari bankir. Para bankir menawarkan pinjaman dengan bunga antara 24 sampai 36 persen, Lincoln menolak dan kembali ke Washington. Lincoln kemudian bertanya kepada salah satu Kolonelnya, Dick Taylor, bagaimana cara membiayai perang ini. Taylor mengatakan padanya untuk pergi ke Konggres dan keluarkan sebuah peraturan pemerintah tentang penerbitan mata uang kertas sendiri. Uang kertas ini adalah mata uang resmi dari negara, dan semua orang diwajibkan untuk menerimanya sebagai alat tukar.
1862 : Lincoln mulai mencetak 450 juta dolar mata uang baru. Uang ini menggunakan tinta hijau di sisi belakangnya untuk membedakan diri dari uang kertas lainnya saat itu, oleh karena itu dolar mulai disebut dengan nama “Greenbacks” Uang ini tidak dikenai bunga dan dapat digunakan untuk membayar pasukan dan membeli persediaan barang mereka. Presiden Lincoln adalah presiden terakhir Amerika yang bisa menerbitkan mata uang tanpa hutang… Mengenai masalah uang, Lincoln berkata “Pemerintahlah yang seharusnya mencetak dan mengedarkan uang sesuai dengan kemampuan belanja dari pemerintah dan daya beli dari masyarakat. Dengan mengadopsi prinsip ini, rakyat bisa dibebaskan dari bunga pajak yang sangat memberatkan. Uang akan menjadi pelayan manusia, bukan majikannya.” Mengenai pernyataan dari Lincoln ini, The Times dari London kemudian menuliskan sebuah propaganda, yang datang dari para bankir, “Seandainya kebijakan dari benua Republik Amerika Utara ini benar-benar diterapkan, pemerintah akan memiliki uang mereka tanpa ongkos. Mereka bisa melunasi hutang mereka dan menjadi negara bebas tanpa hutang. Mereka akan memiliki semua uang yang mereka butuhkan untuk menjalankan perdagangan. Mereka akan menjadi makmur melebihi negara manapun di dunia. Pemerintahan itu harus dihancurkan atau dia akan menghancurkan semua monarki di muka bumi.” 1863 : Tsar Alexander II Rusia memberikan sebuah bantuan tak terduga kepada Lincoln. Tsar mengatakan bahwa bila Inggris ataupun Perancis mengintervensi perang sipil, dan membantu Negara bagian Selatan, Rusia akan menganggap ini sebagai deklarasi perang. Untuk membuktikan kata-katanya, Rusia mengirimkan sebagian kapal perangnya menuju San Fransico. Bantuan ini, tentu saja bukan karena Tsar orang yang baik hati. Tsar melihat maksud dari para bankir besar, dan diapun telah menolak pendirian bank sentral di Rusia seperti yang diminta oleh bankir elit Eropa. Dia menyadari bahwa bila Amerika jatuh ke tangan Inggris atau Perancis, maka mereka akan berada dalam kendali Bank Sentral lagi. Ekspansi sedemikian besar dari kekaisaran bankir, cepat atau lambat akan mengancam Rusia. 1865 : Lincoln ditembak seorang pembunuh bayaran. Hanya ada satu kelompok yang memiliki alasan dan keinginan untuk menyingkirnya, Bankir Internasional. Mereka sangat khawatir atas ambisi kredit dari Presiden Amerika tersebut. Tak lama kemudian, para bankir kembali memperjuangkan pendirian bank sentral. Mereka juga ingin menghapuskan greenbacks, dan menghidupkan kembali mata uang standar emas, yang memang mereka miliki. Ini bertentangan dengan kebijaksanaan Lincoln yang menerbitkan greenbacks, yang dibacking hanya oleh niat baik dan kredit dari Amerika. Para bankir ingin mengendalikan semua mata uang dan kredit dari semua negara di dunia. Dalam waktu 8 tahun sejak kematian Lincoln, mereka berhasil menerapkan sistem standar emas kembali di Amerika Serikat. 1866 : Para pemilik bank sentral Eropa menginginkan agar bank sentral Amerika segera didirikan dan mata uang Amerika harus dibacking oleh emas. Emas adalah komoditi yang tidak tersedia banyak dan oleh karenanya lebih gampang untuk dimonopoli. Lebih baik dibandingkan dengan perak, yang tersedia secara berlimpah di Amerika. Pada 12 April, atas prakarsa bankir elit Eropa, Konggres mengizinkan Sekretaris Keuangan untuk memperketat suplai uang untuk menarik kembali mata uang greenbacks. Akibatnya, suplai uang berkurang drastis: * 1866 : $1.800.000 dalam peredaran : $50.46 per kapita * 1867 : $1.300.000 dalam peredaran : $44.00 per kapita * 1876 : $ 600.000 dalam peredaran : $14.60 per kapita * 1886 : $ 400.000 dalam peredaran : $ 6.67 per kapita Dalam waktu 20 tahun sejak 1866, 2/3 suplai uang Amerika ditarik oleh bankir dan menyebabkan kehilangan daya beli sebesar 760% bagi rakyat Amerika. Uang sulit didapat karena pinjaman bank ditarik dan pinjaman baru tidak diberikan. 1872 : Ernest Seyd dikirim ke Amerika oleh Rothschild, pemilik Bank of England. Dia diberikan $100.000 yang dipakai untuk menyuap sebanyak anggota Konggres yang dia bisa. Misinya adalah mendemoneterisasi perak, yang ditemukan secara berlimpah di sisi Barat Amerika dan mengancam keuntungan Rothschild. 1873 : Ernest Seyd tampaknya menggunakan uangnya dengan “bijak”, Konggres meluluskan sebuah peraturan baru “Coinage Act,” yang menyebabkan pembuatan koin perak dihentikan sama sekali. 1874 : Koin emas adalah bentuk mata uang satu-satunya di Amerika. 1876 : Atas manipulasi suplai uang di Amerika, 1/3 angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan keresahan sosial mulai timbul. Sebagian orang mulai menuntut untuk kembali ke Greenbacks ataupun ke uang perak. Hasilnya, Konggres membentuk “Komisi Perak Amerika Serikat” untuk menginvestigasi masalah tersebut. Tampaknya komisi ini mengetahui para bankirlah yang ada di balik masalah ini. Dalam salah satu laporannya, mereka menulis: Zaman kegelapan dalam sejarah disebabkan oleh berkurangnya uang dan jatuhnya harga… Tanpa uang, peradaban tidak bisa dimulai, dan ketika suplai uang terus berkurang, akhirnya peradaban akan berakhir. Di era awal Kerajaan Romawi, jumlah uang metal adalah 1.800.000.000,- di akhir abad ke-15 suplai uang tinggal 200.000.000,- Dalam sejarah kita tidak bisa menemukan masa yang lebih gelap daripada masa dari Kerajaan Romawi ke Zaman Kegelapan. Sekalipun mendapatkan laporan dari komisi ini, Konggres tidak bertindak. 1877 : Kerusuhan mulai terjadi dari Pittsburgh sampai Chicago. Para bankir berkumpul dan memutuskan bahwa mereka akan tetap dengan kebijakan mereka. Mereka tahu bahwa walaupun keadaan memang kacau, tetapi mereka tetap orang yang sedang memegang kendali. Dalam rapat Asosiasi Bankir Amerika, mereka menekankan kepada semua anggotanya untuk menolak semua gagasan untuk kembali ke Greenbacks. 1878 : Tanggal 28 Febuari Konggres mengesahkan “Sherman Law.” Hukum ini memperbolehkan pembuatan terbatas koin perak. Namun tidak berarti semua orang yang membawa perak ke Amerika bisa menjadikannya dolar perak. Uang Amerika masih tetap dibacking oleh emas paska Ernest Seyd. Beredarnya uang tambahan dalam perekonomian, yang diikuti oleh mulai diberikannya pinjaman oleh bankir, karena mereka sudah yakin atas kendali mereka, mengakhiri masa depresi paska perang sipil. 1881 : Wakil partai Repulik, James Garfiel terpilih sebagai Presiden Amerika. Bankir tidak menyukainya, dia adalah mantan Ketua Komite Pengawas dan juga anggota departemen Banking and Currency. Garfield mengetahui dengan pasti penipuan para bankir terhadap orang Amerika. Pada hari pelantikannya, dia berkata, “Siapa yang mengendalikan volume uang di sebuah negara adalah tuan sebenarnya dari industri dan perdagangan… dan ketika Anda sadar bahwa keseluruhan sistem ini sebenarnya mudah untuk dikendalikan, oleh sekelompok kecil orang di atas, Anda tak perlu diberitahu lagi dari mana datangnya periode deflasi dan depresi.” Tanggal 2 Juli Presiden Garfiels mati ditembak. 1891 : Para bankir menciptakan booming perekonomian selama satu dekade dan kemudian memprakarsai sebuah masa depresi supaya mereka bisa membeli ribuan rumah dan lahan pertanian dengan harga beberapa sen per dolar. Mereka juga menyiapkan sebuah rencana untuk menjatuhkan perekonomian dalam waktu dekat. Dalam salah satu memo kepada Asosiasi Bankir Amerika, yang ditemukan dalam catatan Konggres duapuluh tahun kemudian, terbaca : “Pada tanggal 1 September 1894, kami tidak akan memperpanjang masa pinjaman kami atas pertimbangan apapun. Pada 1 September, kami akan meminta kembali uang kami. Kami akan menyita jaminan yang gagal bayar. Kami akan mengambil alih 2/3 lahan pertanian di sebelah Barat Missisipi, dan ribuan kavling lainnya di Timur Missisipi, dengan harga yang kami buka… Para petani akan menjadi penyewa, sama seperti di Inggris…” 1896 : Isu sentral dari pemilihan Presiden kali ini adalah seputar penerbitan lebih banyak perak sebagai uang. Wakil Partai Demokrat William Bryan maju sebagai anti standar emas dan menginginkan perak sebagai uang. Bankir mendukung wakil Partai Republik, William Mckinley yang membela standar emas. Mckinley menyuruh para manufaktur dan industrialis mengancam kepada pegawai mereka bahwa bila Bryan yang terpilih, semua pabrik akan tutup dan tidak akan ada pekerjaan. Taktik ini berhasil, Mckinley mengalahkan Bryan. 1898 : Paus Leo XIII mengatakan hal ini tentang bunga pinjaman, “Di satu sisi ada sekelompok orang yang memegang kekuasaan karena mereka memiliki kekayaan besar, yang mengendalikan semua pekerja dan perdagangan, yang memanipulasi untuk kepentingan pribadi semua suplai uang, yang bahkan lebih berpengaruh daripada pemerintah sendiri, di sisi yang lain ada sekelompok besar lainnya yang tidak berdaya dan hidup menderita. Bunga pinjaman (riba), yang sudah berkali-kali dilarang oleh Gereja, masih dipraktekkan hari ini walaupun dengan bentuk yang berbeda, supaya sekelompok kecil orang kaya bisa mendapatkan keuntungan dari orang miskin yang hidup hanya sedikit lebih baik dibanding seorang budak.” 1907 : Di awal tahun 1900-an, para bankir mulai tidak sabar untuk mendirikan sebuah bank sentral pribadi di Amerika. Rothschild, Jacob Schiff, dalam sebuah pidatonya kepada Departemen Perdagangan New York, berkata, atau lebih tepatnya, mengancam: “Kecuali kami mendapatkan hak pendirian Bank Sentral dengan kendali kredit yang kuat, bila tidak negara ini akan menjalani penderitaan dan kepanikan finansial terbesar dalam sejarahnya.” Agen dari Rothschild, J.P. Morgan yang akan melaksanakan misi ini. Bapak dari J.P. Morgan, Julius Morgan, adalah agen finansial Amerika untuk Inggris, dan setelah kematiannya, J.P. Morgan mulai bermitra dengan Edward Grenville, mantan Direktur Bank of England. Inilah tahun saat para bankir mulai melancarkan serangan. J.P. Morgan dan beberapa temannya memprakarsai kejatuhan bursa saham. Mereka mengetahui ada banyak bank-bank kecil yang meminjamkan terlalu banyak, sebagian bahkan cuma memiliki cadangan 1% berkat sistem penipuan fractional reserve banking. Dalam beberapa hari, orang-orang yang antri menarik simpanan mereka dari bank menjadi pemandangan biasa. Morgan kemudian maju ke publik dan mengumumkan bahwa dia akan menalangi bank-bank ini. Namun apa yang tidak dia katakan adalah uang untuk melakukannya adalah datang dengan cara mencetak uang baru. Ajaibnya, Konggres mengizinkannya! Morgan mencetak $200.000.000 uang kertas nyaris tanpa modal, yang tidak dibacking oleh emas sama sekali, yang bisa digunakan orang-orang untuk membeli barang-barang dan jasa, dan sebagian masuk ke bank cabangnya untuk dipinjamkan ke orang lain dengan mengenakan bunga! Hasilnya, masyarakat umum mulai kembali percaya kepada uang kertas. Tapi yang terpenting adalah mulai saat itu kekuasaan perbankan mulai terkonsolidasi ke tangan sekelompok kecil bank skala besar. 1908 : Dengan berakhirnya kepanikan finansial, J.P. Morgan dipuji sebagai pahlawan oleh Presiden Woodrow Wilson, yang dengan sombongnya berkata, “Semua kekacauan akan bisa dihindari bila kita mengangkat 6 atau 7 orang seperti J.P. Morgan sebagai komite untuk mengatasi masalah keuangan negara kita. Roosevelt juga menandatangani peraturan pembentukan “Komisi Moneter Nasional”, yang bertujuan mempelajari masalah perbankan dan memberikan rekomendasi kepada Konggres. Tak perlu ditanya, anggota komisi ini dipenuhi oleh J.P. Morgan dan kroni-kroninya. Ketua komisi ini adalah Senator Nelson Aldrich dari Rhode Island, salah satu keluarga bankir terkaya di Amerika. Putrinya kemudian menikah dengan John D. Rockefeller Jr., yang kemudian melahirkan 5 anak laki-laki (termasuk Nelson Rockefeller yang menjadi Wakil Presiden tahun 1974 dan David Rockefeller yang menjadi Ketua Council of Foreign Relations) Senator Aldrich kemudian menghabiskan waktu 2 tahun untuk belajar ke Eropa, yang mana dia berkonsultasi dengan Bank Sentral Inggris, Perancis, dan Jerman, atau lebih tepatnya berkonsultasi kepada Rothschild, Rothschild, dan Rothschild. 1910 : Senator Aldrich kembali ke Amerika. Tak lama kemudian dia mengadakan sebuah pertemuan rahasia dengan beberapa keluarga terkaya di Amerika ke Pulau Jekyll, dekat Georgia. Di grup ini, hadir juga Paul Warburg, yang digaji $500.000 pertahun oleh perusahaan milik Rothschild : Kuhn, Loeb & Company. Uang ini akan digunakan untuk melobi Konggres untuk mendirikan sebuah bank sentral di Amerika. Hadir juga di pertemuan itu Jacob Schiff. Rothschild, Warburg, dan Schiff, yang keturunannya sudah saling dikawinkan pada dasarnya telah menjadi keluarga yang sama. Pertemuan itu sedemikian rahasia sehingga pada saat itu hanya nama depan yang boleh digunakan para partisipan untuk mencegah para pelayan mengetahui identitas mereka. Belasan tahun kemudian, salah seorang partisipan, Frank Vanderlip, Presiden dari National Citibank dan representatif dari keluarga Rockefeller, mengkonfirmasi pertemuan itu. Dia berkata, “Pertemuan itu harus dirahasiakan, karena bila diketahui orang-orang bahwa kami berkumpul dan merancang sebuah Undang-Undang perbankan, maka Undang-Undang itu dipastikan tidak akan diluluskan oleh Konggres.” Pada masa itu masalah dari bankir elit tersebut adalah ada terlalu banyak bank di Amerika (mendekati 20.000). Pada tahun 1913 hanya 29% bank yang merupakan bank Nasional dan total deposit yang mereka kumpulkan hanya 57% dari pangsa pasar. Seperti yang dikatakan oleh John Rockefeller, “Kompetisi itu Dosa!” Senator Aldrich bertahun-tahun kemudian mengakui di sebuah majalah, “Sebelum Undang-Undang ini disahkan, para Bankir New York cuma bisa mendominasi di kota New York. Sekarang kami mendominasi cadangan uang di seluruh Amerika.” Jadi salah satu tujuan dari para konspirator itu adalah mengontrol bank-bank kecil menengah. Hal kedua yang perlu diketahui adalah saat itu perekonomian sedemikian kuat sehingga kebanyakan ekspansi korporasi dibiayai oleh keuntungan usaha mereka, bukan lewat pinjaman bank. Sepuluh tahun pertama di abad itu, 70% sumber pendanaan korporat datang dari keuntungan usaha mereka. Dan para bankir tidak suka dengan hal itu. Setelah pertemuan selama 9 hari di Pulau Jekyll, akhirnya mereka berhasil merancang sebuah paket Undang-Undang yang mereka sebut “Aldrich Bill”. Mereka segera mengumpulkan 5 juta dolar untuk mendirikan sebuah yayasan pendidikan dan membiayai para professor Universitas untuk mendukung Undang-Undang itu. Bank Sentral baru ini pada dasarnya sama saja dengan Bank of the United States, yang akan mendapatkan hak monopoli atas mata uang Amerika dan bisa menciptakan kredit tanpa modal. Dan untuk memberikan kesan ke publik bahwa dia seolah-olah dikendalikan oleh pemerintah, para Dewan Gubernur di Bank Sentral akan ditunjuk oleh Presiden dan disetujui oleh Senat. Hal ini tidak masalah buat para bankir karena mereka tahu mereka selalu bisa membeli suara para politisi, hanya orang-orang yang mereka inginkan yang akan duduk di Dewan Gubernur. 1913 : Calon partai Demokrat Woodrow Wilson yang dibiayai besar-besaran oleh para bankir memenangkan pemilu. Saat kebanyakan anggota Senat lainnya sedang libur untuk merayakan hari Natal, pada tanggal 22 Desember Senat Amerika menyetujui pendirian Federal Reserve, Bank Sentral Amerika. Menarik untuk diketahui beberapa minggu sebelumnya, Konggres menyetujui sebuah Undang-Undang untuk mengenakan pajak penghasilan kepada rakyat Amerika. Undang-Undang ini dilobi oleh Senator Aldrich, yang kemudian dikenal sebagai Amandeman ke-16. Undang-Undang ini sangat penting, karena pada dasarnya sistem Federal Reserve akan membawa Amerika ke jurang hutang pemerintahan Federal yang tak terbatas. Satu-satunya jaminan bahwa bunga dari pinjaman bisa dilunasi adalah dengan mengenakan pajak kepada rakyat , seperti yang sudah mereka lakukan di Bank of England. Berikut adalah pemegang saham dari Federal Reserve: • Rothschild Bank of London • Rothschild Bank of Berlin • Warburg Bank of Hamburg • Warburg Bank of Amsterdam • Lehman Brothers of New York • Lazard Brothers of Paris • Kuhn Loeb Bank of New York • Israel Moses Seif Banks of Italy • Goldman, Sachs of New York • Chase Manhattan Bank of New York Perlu Anda ketahui juga Presidan cuma menunjuk 2 dari 7 Dewan Gubernur Federal Reserve. Masa jabatan Presiden cuma 4 tahun, tetapi masa jabatan Dewan Gubernur adalah 14 tahun! Memang perlu juga Senat untuk menyetujui penunjukan ini, tetapi seperti yang selalu kita lihat, suara mereka selalu bisa dibeli karena bankirlah yang membiayai kampanye mereka. Berikut empat tahap bagaiman Federal Reserve menciptakan uang tanpa modal: 1. Federal Open Market Committee menyetujui pembelian surat hutang pemerintah Amerika. 2. Surat hutang itu dibeli Federal Reserve. 3. Federal Reserve akan membayar surat hutang ini dengan kredit elektronik ke rekening bank pemerintah. 4. Bank menggunakan deposit ini sebagai cadangan uang. Mereka kemudian bisa meminjamkan uang tersebut sampai sebesar 10 kali lipat deposit tersebut, semuanya dengan bunga. Sebagai contoh, Federal Reserve membeli surat hutang sebesar 1 juta dolar. Uang ini pada akhirnya bisa menjadi 10 juta dolar di rekening bank. Jadi 10% dari uang-uang baru ini datang dari Federal Reserve, dan 90% lainnya diciptakan oleh bank. Untuk mengurangi jumlah uang beredar, proses ini dibalik. Federal Reserve akan menjual surat hutang yang mereka pegang ke publik dan uang kemudian mengalir keluar dari rekening si pembeli. Pinjaman dari bank akan dikurangi sebesar 10 kali lipat dari jumlah uang tersebut. Jadi bila Federal Reserve menjual 1 juta dolar surat hutang, pada akhirnya akan ada pengurangan 10 juta dolar uang beredar di masyarakat. Sebenarnya apa manfaat sistem ini bagi para bankir? (yang sebelumnya berkumpul di Pulau Jeckyll) 1. Ini mencegah usaha reformasi perbankan di masa mendatang, Federal Reserve akan menjadi satu-satunya produsen uang di Amerika. 2. Ini mencegah sistem uang tanpa hutang oleh pemerintah, seperti Greenbacks yang diterbitkan Lincoln. 3. Ini mendelegasikan kepada para bank hak untuk menciptakan 90% suplai uang berkat system fractional reserve banking, yang mana semua uang itu bisa dipinjamkan dengan mengenakan bunga. 4. Ini menciptakan kontrol suplai uang dan keuntungan pribadi di tangan mereka. 5. Ini menciptakan bank sentral pribadi yang bebas dari campur tangan politik. 1914 : Permulaan perang dunia I. Rothschild Jerman meminjamkan uang kepada Jerman, Rothschild Inggris meminjamkan kepada Inggris, dan Rothschild Perancis meminjamkan uang kepada Perancis. Satu tahun sejak diluluskannya Undang-Undang Federal Reserve, salah satu Representatif Chales Lindbergh Sr., mengatakan bahwa Federal Reserve menciptakan “siklus bisnis” dan memanipulasinya untuk keuntungan pribadi. Dia berkata, “Untuk menciptakan harga tinggi, Federal Reserve hanya perlu untuk menurunkan suku bunga…, menciptakan ekspansi kredit dan kenaikan harga saham, kemudian saat para pedagang dan pengusaha mulai terbiasa dengan keadaan ini… mereka akan menaikkan suku bunga dan mulai menuai rezeki.” Mereka bisa menyebabkan pendulum naik dan turun dengan lambat dan teratur dengan merubah suku bunga secara perlahan, ataupun menciptakan kekacauan dan fluktuasi besar dengan merubah suku bunga dalam rentang yang lebih lebar. Apupun pilihan mereka, mereka selalu memiliki informasi dalam yang bisa mereka gunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Ini adalah keuntungan paling kuat, paling berbahaya yang pernah diberikan kepada sekelompok pihak swasta oleh Pemerintah. Sistem ini benar-benar privat, dirancang dengan tujuan satu-satunya adalah memberikan keuntungan maksimal dengan menggunakan uang orang lain. Mereka selalu tahu terlebih dahulu kapan akan terjadi kepanikan. Mereka juga selalu tahu kapan harus mengakhiri kepanikan. Inflasi dan deflasi sama menguntungkannya bagi mereka yang bisa mengendalikan keuangan. 1915 : J.P. Morgan menjadi agen penjualan “Dewan Material Perang” bagi Inggris dan Perancis yang sedang berperang, dan menjadi konsumen terbesar di planet ini, menghabiskan 10 juta dolar per hari. Selain dia, Presiden Woodrow Wilson juga menunjuk Bernard Baruch menjadi kepala “Dewan Industri Perang.” Menurut sejarahwan James Perloff, Bernard Baruch dan keluarga Rockefeller mendapatkan keuntungan sekitar 200 juta dolar pada masa Perang Dunia I. Kebanyakan orang percaya untuk menjaga efektifitas suplai uang, uang harus dibacking oleh benda berharga seperti emas. Namun, siapa yang akan mengontrol emas? Wakil partai Republik, Charles Lindbergh berkata, “Federal Reserve sudah mendominasi kepemilikan emas dan sertifikat emas.” 1916 : Presiden Wilson mulai menyadari tingkat kerusakan yang dia lakukan kepada Amerika dengan menciptakan Federal Reserve. Dia berkata, “Kita telah menjadi salah satu pemerintahan terburuk yang ada dalam peradaban, bukan lagi pemerintahan yang memilik kebebasan berpendapat, bukan lagi pemerintahan yang dijalankan oleh mayoritas suara, tetapi sebuah pemerintahan yang didominasi oleh sekelompok kecil orang. Sebagian orang-orang besar di Amerika, di dunia perdagangan dan manufaktur, sedang takut akan sesuatu. Mereka tahu ada sebuah kekuatan yang begitu terorganisir, begitu tak terlihat, begitu rumit, yang mana mereka sebaiknya tidak bicara terlalu keras kalau ingin mengutukinya.” 1917 : Jacob Schiff menghabiskan 20 juta dolar untuk membiayai Revolusi Rusia. Keluarga bankir ini masih belum memaafkan Tsar Rusia karena dua dosa besar yang dia lakukan, tidak mengizinkan pendirian bank sentral di Rusia dan dukungan Tsar kepada Lincoln saat perang sipil. Secara umum orang mempercayai bahwa Komunisme adalah kebalikan dari Kapitalisme, jadi mengapa para kapitalis mendukungnya? (Revolusi Rusia) Menurut Gary Allen, seorang peneliti, “Kalau Anda mengerti bahwa sosialisme bukanlah program bagi-bagi kekayaan, melainkan sebuah metode untuk mengkonsolidasikan kekayaan, maka paradox mengapa orang-orang super kaya mempromosikan sosialisme tidak lagi sebuah paradox. Sebaliknya itu benar-benar masuk akal. Komunisme, atau lebih tepatnya sosialisme, bukanlah pergerakan yang dimulai oleh kalangan kelas bawah, melainkan oleh kaum elit ekonomi.” 1919 : Bulan Januari Konferensi Perdamaian Paris dimulai paska Perang Dunia I. Para bankir menempatkan Pemerintahan Dunia (World Government) sebagai agenda utama mereka. Paul Warburg dan Bernard Baruch menghadiri bersama Presiden Wilson. Sayangnya, dunia belum siap dengan gagasan penghilangan batas negara, jadi rencana mereka untuk sementara gagal. Rencana Pemerintahan Dunia ini disebut dengan Liga Bangsa-Bangsa. Walaupun ada negara yang menerimanya, Konggres Amerika menolaknya. Tanpa dukungan dan persetujuan dari Departemen Keuangan, para bankir gagal mendirikan Liga Bangsa-Bangsa. 1920 : Warren Harding terpilih sebagai Presiden Amerika. Ini adalah awal dari dekade “roaring twenties,” (masa booming bursa saham). Walaupun terpuruk dalam hutang akibat Perang Dunia I dan mengumpulkan hutang 10 kali lebih banyak dibandingkan saat perang sipil, perekonomian Amerika tumbuh dengan pesat. Selain itu, emas mengalir masuk selama perang dan berlanjut selama 1920-an. Alasan pertumbuhan ini adalah Presiden Harding mengurangi pajak domestik, dan meningkatkan tarif import ke tingkat sangat tinggi. 1921 : Penemu bola lampu, Thomas Alfa Edison, mengkritik Federal Reserve dalam sebuah artikel di harian New York Times pada 6 Desember, “Bila sebuah negara bisa menerbitkan surat hutang, maka dia juga bisa menerbitkan mata uang. Elemen yang membuat sebuah surat hutang baik, juga akan membuat mata uangnya baik… Benar-benar gila mengatakan sebuah negara bisa menerbitkan 30 juta dolar surat hutang tetapi tidak boleh menerbitkan 30 juta dolar mata uang. Dua-duanya adalah janji untuk membayar, tetapi yang satu menguntungkan si pemberi riba, satunya lagi menguntungkan rakyat banyak.” 1922 : Kutipan Presiden Theodore Roosevelt yang meninggal tahun 1919 muncul di harian New York Times tanggal 27 Maret, “Para bankir Internasional dan Standard Oil Rockefeller mengendalikan mayoritas surat kabar dan mereka mengusir para pegawai yang menolak bersekongkol untuk menutupi korupsi dan kekuatan tak terlihat mereka di pemerintahan.” Menurut Walikota New York, John Hylan, “Penguasa sebenarnya dari Republik ini adalah Standard Oil Rockefeller bersama sekelompok kecil bankir internasional. Kelompok ini menjalankan pemerintahan Amerika demi kepentingan pribadi mereka. Mereka mengontrol kedua belah partai politik, menulis platform politik, dan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin… Mereka mengontrol mayoritas surat kabar dan majalah di negeri ini.” 1923 : Presiden Warren Harding mati secara misterius. Penyebabnya mungkin keracunan maupun stroke, tetapi jenasahnya tidak pernah diotopsi. Wapres Calvin Coolidge menggantikannya dan melanjutkan kebijakan penurunan pajak dan peningkatan tarif import. Kebijakan mereka berhasil mengurangi beban hutang pemerintah Federal selama Perang Dunia I sebesar 38% menjadi tinggal 16 milyar dolar. Sejak saat itu Federal Reserve mulai membanjiri perekonomian dengan kredit murah, suplai uang tumbuh 62%. 1924 : Menjelang kematiannya, Woodrow Wilson berkata, “Saya secara tak sengaja telah menghancurkan negaraku.” 1927 : Bulan Juli, Gubernur Bank of England Montagu Norman, Benjamin Strong dari Federal Reserve, dan Dr. Hjalmar Scharcht dari Reichsbank (Jerman) mengadakan pertemuan. Montagu Norman ingin agar emas Inggris yang mengalir ke Amerika selama Perang Dunia I dikembalikan ke Inggris. 1929 : Bulan April, Paul Warburg mengirimkan peringatan ke kroni-kroninya bahwa depresi sudah direncanakan pada akhir tahun ini. Para pemain raksasa Wall Street seperti John D. Rockefeller, J.P. Morgan, Joseph Kennedy, Bernard Baruch, dll keluar sama sekali dari bursa saham dan menyimpan uang mereka dalam bentuk uang tunai maupun emas. Bulan Agustus, Federal Reserve mulai memperketat suplai uang. Pada 24 Oktober bankir besar New York memanggil kembali piutang 24 jam mereka. Artinya broker saham dan pelanggan mereka harus menjual saham mereka untuk menutupi hutang mereka, tak peduli berapun harga saham saat itu. Bursa saham crash pada hari itu (The Black Thursday). Federal Reserve mengklaim mereka akan melindungi negara dari depresi dan inflasi, namun mereka terus mengurangi suplai uang. Antara 1929 sampai 1933, mereka mengurangi suplai uang sebesar 33%. Dalam beberapa minggu sejak crash, 3 milyar dolar kekayaan menguap. Dalam waktu satu tahun, 40 milyar dolar menghilang. Tentu saja, uang ini tidak benar-benar hilang, dia cuma berpindah tangan ke sekelompok kecil orang, seperti yang sudah mereka rencanakan. Sebagai contoh Joseph Kennedy (Bapak dari John F. Kennedy), pada tahun 1929 kekayaannya adalah 4 juta dolar. Pada tahun 1935, kekayaannya sudah mencapai lebih dari 100 juta dolar. Para bankir dan kroni-kroninya yang sebelumnya sudah membeli emas sebelum crash mengirimkan emas tersebut ke London. Artinya uang kerugian dari kebanyakan rakyat Amerika tidak menghilang, uang tersebut cuma berpindah tangan. Uang tersebut kemudian digunakan di negara lainnya, terutama lebih dari 30 milyar dolar untuk membangun kembali Jerman atas kehancuran yang terjadi pada masa Perang Dunia I dan untuk mempersiapkan Perang Dunia II. Menurut Louis McFadden, Ketua dari House Banking & Currency Committee antara tahun 1920 – 1931, “Pasca Perang Dunia I, Jerman jatuh ke tangan Bankir Internasional. Bankir tersebut membeli dan mengontrol industri, tanah, hasil produksi, dan fasilitas publik lainnya. Mereka juga membiayai Adolf Hitler untuk mengancam pemerintahan Bruening yang mulai membangkang.” 1930 : Charles Dawes (agen dari Rothschild dan Wakil Presiden pada masa kepresidenan Calvin Coolidge antara 1925-1929), Owen Young (agen Rothschild, pendiri RCA dan Komisar General Electric antara 1922-1939), dan Hjalmar Schacht (Presiden Reichsbank) mendirikan Bank for International Settlements (BIS). BIS adalah “bank sentralnya bank sentral.” IMF dan World Bank bertransaksi dengan pemerintah, sedangkan BIS hanya bertransaksi dengan bank sentral. Semua pertemuan dilakukan secara tertutup dan melibatkan bank sentral utama dari seluruh dunia. Misalnya mantan Gubernur Federal Reserve, Alan Greenspan, akan pergi ke kantor pusat BIS di Basel, Swiss, 10 kali per tahun untuk menyelenggarakan pertemuan pribadi. BIS memiliki kekuasaan besar dan kebal dari kendali pemerintah. Kekebalan mereka antara lain: 1. Kekebalan diplomatik bagi anggota dan barang yang mereka bawa. 2. Tidak ada pajak kepada mereka, termasuk gaji. 3. Penjagaan selevel kedutaan bagi gedung dan kantor BIS di seluruh dunia, termasuk Cina dan Meksiko. 4. Tidak diperkenankan untuk diselidiki oleh pemerintah. 5. Bebas dari semua restriksi imigrasi. 6. Bebas untuk menyimpan semua jenis komunikasi. 7. Bebas dari semua yurisdikasi legal, mereka bahkan memiliki pasukan kepolisian sendiri. Dewan Gubernur BIS, hanya lima yang dipilih, sisanya adalah anggota permanen, yaitu: • Nout H E M Wellink, Amsterdam (Chairman of the Board of Directors) • Hans Tietmeyer, Frankfurt am Main (Vice-Chairman) • Axel Weber, Frankfurt am Main • Vincenzo Desario, Rome • Antonio Fazio, Rome • David Dodge, Ottawa • Toshihiko Fukui, Tokyo • Timothy F Geithner, New York • Alan Greenspan, Washington • Lord George, London • Hervé Hannoun, Paris • Christian Noyer, Paris • Lars Heikensten, Stockholm • Mervyn King, London • Guy Quaden, Brussels • Jean-Pierre Roth, Zürich • Alfons Vicomte Verplaetse, Brussels Profesor dari Georgetown dan sejarahwan, Carrol Quigley, dalam buku yang dia tulis pada tahun 1975, Tragedy And Hope, mengatakan, “Kekuatan dari kapitalisme finansial memiliki sebuah rencana yang lebih jauh, yaitu menciptakan sebuah sistem finansial dunia yang dikendalikan oleh tangan swasta yang mana orang-orang ini juga dapat mendominasi sistem politik dan ekonomi dari setiap negara secara keseluruhan. Sistem ini akan dikendalikan dengan model feodal oleh bank sentral di seluruh dunia yang menjalankan rencana ini secara bersama-sama.” Puncak dari sistem ini adalah Bank for International Settlement di Basel, Swiss (tuan rumah konggres pertama Zionist Dunia, dipimpin oleh Theodor Herzl tahun 1897), sebuah bank swasta yang dimiliki dan dikendalikan oleh para bank sentral yang juga adalah perusahaan swasta. “Setiap bank sentral… berencana untuk mendominasi pemerintahannya lewat kemampuannya untuk mengendalikan pinjaman, memanipulasi nilai tukar, mempengaruhi tingkat aktivitas perekonomian, dan mempengaruhi para politisi kooperatif dengan memberikan imbalan ekonomi di dunia bisnis.” Sebagian Senator yang dipimpin Henry Cabot Lodge berjuang untuk menghalangi Amerika terlibat di Bank Sentral Dunia ini. Pada akhirnya Federal Reserve tetap mengirimkan anggotanya dalam pertemuan di Swiss, sampai tahun 1994 baru Amerika secara resmi menjadi anggotanya. 1932 : Louis McFadden mengatakan, “Di negara ini kita memiliki sebuah institusi paling korup yang pernah ada di dunia. Yang saya maksudkan adalah Federal Reserve… Institusi iblis ini telah memiskinkan rakyat Amerika dan membangkrutkan pemerintah. “ 1933 : Presiden Franklin D. Roosevelt memerintahkan penyitaan emas rakyat Amerika, kecuali untuk koin emas koleksi. Rakyat diberikan pilihan, menyerahkan koin emas mereka, dengan dibayar harga resmi $20,66 per ounce, atau membayar denda $10.000 dan dipenjara 10 tahun. Kebijakan penyitaan ini sedemikian tidak popular, dan penggagasnya bahkan tidak pernah diumumkan. Tak seorangpun anggota Konggres yang mengaku menulisnya. Roosevelt pun membantah dia yang menulisnya. Sekretaris Keuangan William Woodin, mengklaim tidak pernah menggagas kebijakan ini, dan hanya berkata, “Itu adalah apa yang diinginkan para pakar.” 1934 : Pada 20 Juni, mantan Perdana Menteri Inggris David Lloyd berkata “Inggris adalah budak dari kekuatan finansial internasional.” 1935 : Harga ofisial emas dinaikkan menjadi $35 per ounce. Namun mulai sekarang hanya pemerintahan luar negeri yang boleh menukarkan dolar dengan emas. Dari mana harga emas ditentukan di dunia? Sejak 1919, tempatnya adalah di kantor bank N.M. Rothschild & Sons di London, pada jam 11 pagi setiap hari. Warburg dan kawan-kawannya, yang membeli emas di harga $20,66 sebelum bursa saham crash, sekarang mengirimkan emas kembali ke Amerika dengan harga $35. Para pedagang uang memiliki sebuah pepatah emas, “Siapa yang memiliki emas, dialah yang membuat aturan.” Presiden Roosevelt memerintahkan pendirian sebuah gedung untuk penyimpanan emas hasil sitaan pemerintah, tempatnya disebut dengan Fort Knox. 1936 : Tanggal 3 Oktober, Louis McFadden mati diracun. Ini adalah percobaan pembunuhan ketiga kepadanya. Dua kali sebelumnya adalah racun dan tembakan, namun gagal membunuhnya. 1938 : Sejak Federal Reserve mengontrol ekonomi Amerika sejak 25 tahun lalu, dengan dalih menciptakan kestabilan moneter, mereka sudah menyebabkan tiga siklus kejatuhan ekonomi termasuk masa Depresi Besar (the Great Depression). Ekonom pemenang hadiah Nobel Milton Friedman berkata, “Persediaan uang, harga barang dan hasil produksi menjadi lebih tidak stabil sejak Federal Reserve didirikan. Masa-masa paling sulit tentu saja, adalah 1920-21, 1929-33, dan 1937-38. Tidak ada 20 tahun lainnya di sejarah Amerika yang terdapat 3 petaka ekonomi sebesar ini. Tidak ada depresi yang pernah terjadi di negara manapun yang tidak diikuti oleh pengurangan suplai uang, dan tidak ada pengurangan suplai uang yang tidak diikuti oleh depresi.” 1941 : Sir Josiah Stamp, Direktur Bank of England tahun 1928-1941, mengatakan hal tersebut tentang perbankan, “Sistem perbankan modern menciptakan uang tanpa modal. Proses ini kemungkinan adalah ciptaan paling luar biasa yang pernah ditemukan. Perbankan dilahirkan dalam ketidaksetaraan dan dosa. Bankir memiliki dunia. Anda bisa mengambil apapun dari mereka, tetapi biarkan hak untuk menciptakan uang di tangan mereka, maka dengan sebatang pena mereka akan menciptakan cukup uang untuk membeli semuanya kembali… Ambillah kekuasaan besar ini dari tangan mereka maka semua kekayaan besar seperti yang saya miliki akan lenyap, dan akan ada sebuah dunia yang lebih baik untuk hidup. Tetapi bila Anda ingin terus menjadi budak dari bank dan membayar harga dari perbudakan, biarkanlah para bankir terus menciptakan uang dan mengontrol kredit.” 1944 : Pendapatan Amerika saat ini sebesar 183 milyar dolar, namun 103 milyar dolar dibelanjakan untuk Perang Dunia II. Angka ini adalah 30 kali lipat belanja saat Perang Dunia I. Pembayar pajak Amerika bahkan menanggung 55% dari total belanja sekutunya dalam perang. Di Bretton Woods, New Hampshire, International Monetary Fund (IMF) dan International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) (yang kemudian berganti nama menjadi World Bank tahun 1975) didirikan. Amerika berpartisipasi penuh di dalamnya. Arsitek dari sistem Bretton Woods, dan juga IMF, adalah Harry Dexter White dan John Maynard Keynes. Harry yang meninggal kemudian tahun 1946, terindentifikasi sebagai seorang mata-mata Rusia dengan nama samaran “Jurist” pada tanggal 16 Oktober 1950 di memo FBI. Sedangkan John Maynard Keynes sendiri adalah seorang warga Negara Inggris. Apa yang dirancang kedua orang ini pada dasarnya adalah sama dengan National Banking Act tahun 1864 dan Federal Reserve Act tahun 1913, cuma sekarang dilakukan pada skala yang lebih besar. Mereka menciptakan sebuah kartel perbankan yang berisi para bank sentral dunia (yang dikuasai oleh swasta), yang secara perlahan mendikte kebijakan kredit dari negara-negara anggotanya. Bila Federal Reserve menciptakan mata uang Federal Reserve Notes, IMF menciptakan mata uang dunia yang mereka sebut Special Drawing Rights (SDR). Negara-negara anggotanya secara perlahan dipaksa menerima mata uang mereka untuk dikonversikan ke SDR. IMF dikontrol oleh Dewan Gubernur, yang merupakan kepala dari bank sentral ataupun kepala dari departemen keuangan yang didominasi oleh bank sentral. Kekuatan suara di IMF pada dasarnya ada di tangan Federal Reserve (Amerika) dan Bank of England (Inggris). 1945 : “Liga Bangsa-Bangsa”, yang sekarang disebut sebagai “Perserikatan Bangsa-Bangsa” (United Nations) didirikan. Perang Dunia II berhasil memberikan kelelahan fisik, emosional, dan mental kepada berbagai negara paska perang. Cetak biru untuk menciptakan Pemerintahan Dunia seperti yang diinginkan bankir mulai terbentuk. 1946: Bank of England dinasionalisasikan. Kelihatannya memang merupakan langkah raksasa, tetapi kenyataannya sama sekali tidak berbeda dengan sebelumnya. Pemerintah memang menguasai saham dari Bank of England, tetapi mereka tidak mempunyai uang untuk membayar sahamnya. Jadi para pemegang saham tidak mendapatkan uang dari pemerintah Inggris, dan sebagai gantinya mereka mendapatkan surat hutang dari pemerintah. Keuntungan dari operasional bank ini akan digunakan untuk membayar bunga dari surat hutang ini. Jadi, walaupun Bank of England sekarang dimiliki pemerintah, kenyataannya suplai uang Inggris masih ada di kendali pihak swasta, 97% dalam bentuk pinjaman yang dibebani bunga, yang diciptakan bank komersial swasta. Hasilnya, bank ini masih dikendalikan dan dijalankan oleh orang-orang dunia perbankan komersial. Anggota dari Dewan Direktur, yang membuat dan menjalankan kebijakan, semuanya berasal dari dunia perbankan, asuransi, ekonom, dan korporat besar. Walaupun Bank of England disebut sebagai Bank Sentral, dia pada dasarnya adalah badan yang meregulasi dan mendukung sistem yang sudah ada. Kadang-kadang mereka disebut sebagai “pemberi pinjaman terakhir” (lender of the last resort), yang mana salah satu tugasnya adalah memberikan dukungan dana bila ada bank atau institusi finansial yang berada dalam kesulitan dan dana mereka dirush. 1950 : Semua negara yang terlibat dalam Perang Dunia II melipatgandakan hutang mereka. Antara 1940 dan 1950, hutang pemerintahan federal Amerika naik dari 43 milyar dolar menjadi 257 milyar (naik 598%). Hutang Jepang naik 1348%, hutang Perancis naik 583%, dan hutang Kanada naik 417%. James Paul Warburg di depan Senat tanggal 7 Febuari mengatakan “Kita akan memiliki Pemerintahan Dunia, tidak masalah Anda suka atau tidak. Satu-satunya pertanyaan adalah apakah Pemerintahan Dunia ini akan dicapai lewat penaklukkan atau persetujuan.” Ini adalah saat para bankir membuat perencanaan pemerintahan global berisi tiga langkah untuk melakukan sentralisasi sistem ekonomi di seluruh dunia. Ketiga langkah ini adalah: 1. Bank Sentral mendominasi ekonomi setiap negara di seluruh dunia. 2. Sentralisasi ekonomi regional seperti Perserikatan Eropa (European Union) dan persekutuan dagang Amerika Utara (NAFTA). 3. Sentralisasi ekonomi dunia melalui Bank Sentral Dunia, sebuah mata uang dunia, dan mengakhiri kemerdekaan nasional lewat penghilangan semua tarif semacam GATT. 1953 : Presiden Eisenhower memerintahkan audit atas Fort Knox. Fort Knox memiliki lebih dari 700 juta ounce emas, 70% cadangan emas dunia. Walaupun menurut hukum federal setiap tahun harus diadakan audit terhadap Fort Knox, tetapi itu adalah terakhir kalinya Fort Knox diaudit. 1963 : Presiden John F. Kennedy menandatangani Executive Order No. 11110 yang mengembalikan kekuasaan mencetak uang kepada pemerintah, tanpa melalui Federal Reserve. Order ini memberikan hak kepada Departemen Keuangan untuk menerbitkan sertifikat perak atas semua koin perak, ataupun dolar perak yang ada di Departemen Keuangan. Artinya untuk setiap ounce perak yang dimiliki pemerintah Amerika, pemerintah bisa menerbitkan mata uang baru tanpa beban hutang untuk diedarkan. 22 November 1963 Kennedy mati ditembak. 1969 : Konggres menyetujui hukum yang mengizinkan Federal Reserve menerima SDR dari IMF sebagai cadangan uang Amerika dan boleh menerbitkan Federal Reserve Note untuk ditukarkan dengan SDR. 1971 : Semua emas murni secara diam-diam dipindahkan dari Fort Knox, dijual kepada bankir internasional dengan harga $35 per ounce, dipercaya emas ini disimpan di London. Presiden Nixon mencabut standar emas dolar Amerika (dolar tidak lagi dibacking oleh emas) dan membatalkan peraturan anti kepemilikan emas dari era Roosevelt. Jadi mulai sekarang rakyat Amerika boleh memiliki emas kembali. Hasilnya harga emas meroket. Dalam waktu 9 tahun, sampai 1980, emas naik menjadi $880 per ounce, 25 kali lipat harga jual Fort Knox kepada para bankir internasional. 1974 : Sebuah penerbit New York mengklaim keluarga Rockefeller memanipulasi Federal Reserve agar menjual emas Fort Knox dengan harga murah kepada spekulator Eropa. 3 hari setelah berita ini diterbitkan, sang pembocor informasi, sekretaris dari Nelson Rockefeller, Louise Auchincloss Boyer, secara misterius mati karena jatuh dari jendela apartemennya dari lantai 10 di New York. 1975 : Edith Roosevelt, cucu dari Theodore Roosevelt mempertanyakan mengapa pemerintah tidak melakukan apapun untuk mengklarifikasi masalah kehilangan emas di Fort Knox. Pemerintahan Amerika bersikukuh tidak akan melakukan audit emas yang masih ada di Fort Knox. 1981 : Presiden Ronald Reagan mulai menjabat, teman-teman konservatifnya menyarankan untuk kembali ke sistem moneter standar emas, untuk mengendalikan belanja pemerintah. Reagan menunjuk sebuah grup yang dia sebut “Gold Comission” untuk melakukan studi terhadap masalah ini dan melaporkan kembali kepada Konggres. 1982 : “Gold Comission” melaporkan hal sebagai berikut, “Departemen Keuangan Amerika tidak memiliki emas lagi. Semua emas di Fort Knox dimiliki oleh Federal Reserve, sebuah kelompok bankir swasta, sebagai jaminan atas hutang Nasional Amerika. 1983 : Pemerintah Ekuador, supaya bisa mendapatkan pinjaman 1,5 milyar dolar dari IMF, mereka harus menalangi pinjaman swasta yang berhutang kepada bank-bank swasta. Untuk memastikan Ekuador memiliki kemampuan untuk membayar kembali, IMF mendikte kebijakan untuk menaikkan harga listrik dan utilitas lainnya. Saat tindakan itu juga tidak menyelesaikan masalah, IMF menyuruh Ekuador memecat 120.000 tenaga kerja di instansi tersebut. Ekuador dipaksa melakukan hal-hal berikut oleh IMF, menaikkan harga gas sebesar 80% sebelum November 2000, menjual kepemilikan sistem pengairan mereka ke operator luar negeri, memberikan hak kepada British Petroleum (BP) untuk membangun dan memiliki pipa minyak yang melewati Andes, dan menghilangkan lebih banyak pekerja dan mengurangi gaji mereka sebesar 50%. 1987 : Edmond de Rothschild mendirikan World Conservation Bank yang dirancang untuk mentransfer hutang dari negara dunia ketiga (negara miskin) ke bank tersebut dan sebagai gantinya negara dunia ketiga akan memberikan tanah mereka kepada bank tersebut. Ini dimaksudkan agar Rothschild bisa mengontrol negara dunia ketiga yang memiliki 30% luas tanah di bumi. 1988 : Tiga cabang dari Bank Sentral Dunia (World Bank, BIS, dan IMF) melalui BIS mewajibkan bankir dunia untuk menaikkan cadangan mereka menjadi 8% dari liabilitas pada tahun 1992. Hal ini akan meningkatkan persyaratan modal di level atas dari sistem fractional reserve lending. Untuk mengumpulkan uang ini, para bankir dunia harus menjual saham mereka yang mengakibatkan kejatuhan bursa saham di dunia. Sebagai contoh di Jepang, salah satu negara dengan modal cadangan paling rendah, nilai dari bursa saham mereka jatuh 50% dan nilai dari real estate komersial mereka jatuh 60% hanya dalam waktu 2 tahun. Maksud dari gagasan ini adalah supaya IMF bisa menciptakan lebih banyak lagi SDR yang tidak dibacking oleh apapun, dan supaya negara-negara miskin bisa meminjam darinya. Negara-negara ini secara bertahap akan berada dalam kendali IMF setelah mereka mulai kesulitan membayar beban bunga, dan harus meminjam lebih banyak dan lebih banyak lagi. IMF kemudian bisa memilih negara mana yang boleh meminjam dan negara mana yang akan kelaparan. Mereka bisa menggunakan kontrol ini untuk mendapatkan aset-aset seperti utilitas sebagai pembayaran atas hutang sampai suatu hari mereka memiliki negara tersebut 1991 : Pada Konferensi Bilderberg tanggal 6-9 Juni di Baden-Baden, Jerman, David Rockefeller mengucapkan hal ini, “Kami sangat berterima kasih kepada Washington Post, New York Times, majalah Time, dan penerbit-penerbit besar lain yang Direkturnya telah menghadiri pertemuan-pertemuan kami dan menepati janji mereka selama 40 tahun terakhir. Akan menjadi hal yang mustahil bagi kita untuk mengembangkan rencana kami di dunia, bila kita mendapatkan sorotan dari publik selama tahun-tahun ini.” 1992 : Negara-negara debitur miskin yang berhutang pada World Bank, membayar 198 juta dolar lebih banyak daripada yang mereka terima kepada bank sentral – bank sentral negara maju. Pinjaman mereka cuma akan memberikan bantuan sesaat untuk mengatasi kemiskinan yang disebabkan oleh pembayaran pinjaman sebelumnya. Tahun ini hutang luar negeri Afrika sudah mencapai 290 milyar dolar, dua setengah kali lipat lebih banyak dibanding tahun 1980, yang menyebabkan terbengkalainya sekolah, perumahan, tingkat kematian balita yang sangat tinggi, penurunan kesehatan rakyat, dan pengangguran masal. Boris Yeltsin lewat Washington Post berkata “Dana bantuan dari luar negeri langsung disedot kembali ke rekening bank-bank Barat hanya untuk melunasi hutang sebelumnya.” Tahun ini rakyat Amerika membayar Federal Reserve bunga sebesar 286 milyar dolar, uang yang dicetak oleh Federal Reserve tanpa modal. 1996 : Pernahkah Anda berpikir mengapa produksi dunia tampak berpindah ke Cina? Dalam sebuah laporan berjudul “Ekonomi Cina Menuju Abad 21”, prediksi pendapatan per kapita Cina tahun 2010 adalah sebesar $735, hanya sedikit di atas definisi negara pendapatan rendah versi World Bank. 1997 : Empat hari setelah diangkat sebagai Perdana Menteri, Ketua Bendahara Inggris Gordon Brown menegaskan kembali bahwa Bank of England bebas dari segala kontrol politik pemerintah. Dalam bukunya “The Grand Chessboard”, Zbigniew Brzezinski mengungkapkan bahwa Jerman adalah pemegang saham terbesar di World Bank. Kalau Anda masih ingat bahwa keturunan Rothschildlah yang mengendalikan Jerman paska Perang Dunia I, tidak sulit untuk menebak siapa yang mengendalikan World Bank sekarang. 1998 : IMF memprakarsai penghilangan subsidi minyak dan bahan pangan untuk penduduk miskin di Indonesia. Pada saat yang bersamaan juga menuntut pemerintah menalangi hutang untuk para debitur yang gagal bayar untuk menyelamatkan kroni-kroni bankir mereka. Sebuah dokumen yang bocor dari World Bank, “Master Plan for Brazil.” Isinya adalah 5 persyaratan untuk memastikan tenaga kerja publik yang fleksibel. Kelima persyaratan itu adalah: • Pengurangan gaji / tunjungan. • Pengurangan pensiun. • Peningkatan jam kerja. • Pengurangan stabilitas pekerjaan. • Pengurangan kesempatan kerja. 1999 : Di Brazil, perusahaan listrik yang sudah diprivatisasi “Rio Light” menyebabkan pemutusan listrik yang serius di Brazil. Setelah privatisasi Rio mengurangi 40% tenaga kerjanya. Tidak masalah, untuk apa peduli, sebab harga sahamnya kemudian naik 33%! 2000 : IMF mengharuskan Argentina memotong defisit anggaran pemerintah dari $5,3 milyar menjadi $4,1 milyar setahun kemudian, 2001. Saat itu tingkat pengangguran sudah mencapai 20% dari populasi. Tak lama kemudian mereka meningkatkan taruhan dan menyarankan untuk menghilangkan defisit sama sekali. Gagasan mereka adalah menyuruh pemerintah memotong program tenaga kerja darurat dari $200 menjadi $160 per bulan untuk rakyat Argentina. Mereka juga meminta pengurangan gaji sebesar 12 – 15% dari semua pegawai negeri dan memotong uang pensiun sebesar 13%. Desember 2001, kelas menengah Argentina yang sudah muak mencari sisa makanan di jalanan mulai membakar kota Buenos Aires. Di bulan Januari, pemerintah mendevaluasi mata uang Peso, menyapu bersih kebanyakan daya beli tabungan rakyatnya. Kurang puas karena tidak bisa merampas lebih banyak lagi, Presiden World Bank, James Wolfensohn dengan sedih berkata, “Hampir semua utilitas sudah diprivatisasi…” Bagaimana mereka mengontrol kekacauan dalam populasi ini? Sebuah contoh, seorang supir bus, umur 37 tahun dengan lima anak, kehilangan pekerjaan dari sebuah perusahaan yang masih berhutang 9 bulan gaji kepadanya. Dalam sebuah demonstrasi menentang ketidakadilan yang terjadi, polisi militer menembak mati dia. Di Tanzania, hampir 1,3 juta penduduk meninggal karena AIDS. World Bank dan IMF memutuskan bahwa pemerintah harus merubah kebijakan rumah sakit gratis dan sekolah gratis bagi rakyat mereka. Kemudian mereka menyatakan terkejut pendaftaran murid baru turun menjadi 66%. IMF dan World Bank sudah menata ekonomi Tanzania sejak 1985. Pada masa itu per kapita Tanzania turun dari $309 menjadi $210, standar aksara turun dan tingkat kemiskinan naik tajam di populasi. Saat 1985, Tanzania masih sebuah bangsa sosialis. Juni 2000 World Bank dengan sombongnya mengatakan, “Satu warisan dari sosialisme adalah kebanyakan orang percaya negara memiliki peranan fundamental untuk meningkatkan pembangunan dan menyediakan pelayanan sosial.” Di Bolivia, kerusuhan terjadi setelah World Bank meningkatkan secara drastis harga air bersih. Menurut World Bank hal itu mutlak diperlukan untuk menyediakan uang untuk perbaikan dan ekspansi. Ini omong kosong. Di Inggris, setelah Wessex Water diprivatisasi (dibeli oleh Enron), kualitas air menurun dan harga terus meningkat. 2001 : Profesor Joseph Stiglitz, mantan Ketua Ekonom World Bank, dan mantan Ketua Penasehat Bill Clinton, mengakui di publik “Empat Langkah Strategi” World Bank untuk memperbudak negara demi keuntungan bankir. Langkah Satu : Privatisasi. Pemimpin nasional akan ditawarkan 10% komisi untuk menjual aset-aset nasional. Uang akan disimpan dengan aman di rekening mereka di Swiss. Langkah Dua : Liberisasi Pasar Modal. Stiglitz menyebutnya siklus uang panas. Dana dari luar negeri harus dibiarkan bebas masuk untuk berspekulasi di real estate dan mata uang. Saat keadaan tampak menjanjikan, uang ditarik keluar untuk menciptakan kekacauan ekonomi. Negara bersangkutan kemudian akan meminta bantuan dari IMF dan IMF kemudian mensyaratkan untuk menaikkan suku bunga bank antara 30% sampai 80%. Ini terjadi di Indonesia, Brazil, dan juga negara-negara Asia dan Latin lainnya. Suku bunga tinggi ini menyebabkan kemiskinan bangsa, menurunkan nilai properti, menghancurkan produksi industri dan mengeringkan tabungan nasional. Langkah Tiga : Penentuan Harga Pasar. Harga makanan, air, dan gas dinaikkan yang menyebabkan keresahan sosial yang berujung ke kerusuhan. Ini dikenal dengan istilah “kerusuhan IMF”. Kerusuhan akan menyebabkan pelarian modal dan kebangkrutan pemerintah. Ini menguntungkan korporasi luar negeri karena aset-aset negara tersebut sekarang bisa dibeli dengan harga amat murah. Langkah Empat : Perdagangan Bebas. Ini adalah tahap di mana korporasi internasional akan memasuki pasar Asia, Latin Amerika, dan Afrika pada saat mereka sendiri tetap mengenakan tarif masuk bagi produk agrikultur negara dunia ketiga. Mereka mengenakan harga yang sangat tinggi untuk obat bermerek dan menyebabkan tingkat kematian dan penyakit yang sangat tinggi. Akan ada banyak orang yang kalah dalam sistem ini, dan sangat sedikit pemenang, para bankir. Sesungguhnya penjualan utilitas seperti listrik, air, telepon, dan gas adalah prasyarat untuk mendapatkan pinjaman oleh negara berkembang. Aset-aset ini diperkirakan senilai 4 trilyun dolar. Bulan September, Stiglitz diberikan hadiah Nobel bidang ekonomi. 2002 : Pada tanggal 12 April semua surat kabar utama Amerika menulis cerita bahwa Presiden Hugo Chavez mengundurkan diri karena “tidak popular dan diktator.” Kenyataannya dia diculik dalam kudeta. Namun karena mendapatkan simpati dari tentara, kudeta tersebut gagal dan dia kembali ke kantor besok harinya. Menariknya dia memiliki sebuah bukti video bahwa saat dia dikurung ada militer Amerika di lokasi tersebut. Chavez, yang dibenci oleh media Barat, memberikan susu dan perumahan kepada orang miskin, memberikan tanah tak terpakai dari perkebunan kepada orang-orang yang tidak memiliki tanah. Dosa besar dia adalah meningkatkan pajak royalty atas penemuan minyak baru, dari 16% menjadi 30%, yang menyebabkan keuntungan ExxonMobil dan operator minyak internasional lainnya menurun. Dia juga memegang kendali penuh atas perusahaan minyak negara, PDVSA, yang sebelumnya secara de facto juga dikendalikan para perusahaan minyak internasional. Chavez juga menjadi Presiden dari OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). Bukannya mengikuti Strategi Empat Langkah versi World Bank, yang menurunkan gaji pekerja demi keuntungan bankir, Chavez malahan meningkatkan gaji minimum pekerja sebesar 20%. Salah seorang Menterinya, Miguel Bustamante Madriz, yang menyadari bahaya yang sedang melanda mereka karena tidak mengikuti apa yang dilakukan Argentina, mengatakan “Amerika tidak akan membiarkan kami tetap berkuasa. Kami adalah perkecualian atas globalisasi versi mereka. Kalau kami berhasil, kami akan menjadi contoh bagi semua orang di benua Amerika.” 2006 : Amerika dan Inggris berperang di Afganistan dan Irak, dan merencanakan untuk menginvasi Iran. Seperti yang saya katakan, generator terbesar hutang adalah perang. Tindakan ini akan mendorong Amerika ke jurang kehancuran finansial total. Terjemahan artikel : Andrew Hitchcock Theyownitall SUMBER :http://www1.mahdi-news.com/2015/08/04/masa-lalu-uang-masa-depan-dunia-1/http://www1.mahdi-news.com/2015/08/09/masa-lalu-uang-masa-depan-dunia-bab-2/
SUNDA itu adalah SU-NA-DA, DISTORSI Sejarah dalam Perjalanan Waktu
Religi
18MAR 2012
Image may be NSFW. Clik here to view.
Kalimat “Sunda” dari kitab “Sastrajendra Hayuningrat” dibentuk oleh tiga suku kata yaitu SU-NA-DA yang artinya adalah “matahari”, yang mengandung arti “Sejati-Api-Besar” atau “Api Besar yang Sejati atau bisa juga berarti Api Agung yang Abadi”.
SU-NA-DA
– SU = Sejati/ Abadi
– NA = Api
– DA = Besar/ Gede/ Luas/ Agung
Maksud dan maknanya adalah matahari atau “Sang Surya” ( Panon Poe/ Mata Poe/ Sang Hyang Manon ). Sedangkan kata “Sastrajendra Hayuningrat” (Su-Astra-Ajian-Ra-Hayu-ning-Ratu) memiliki arti sebagai berikut;
– Su = Sejati/ Abadi
– Astra = Sinar/ Penerang
– Ajian = Ajaran
– Ra = Matahari ( Sunda ), ( Greek ) Mesir
– Hayu = Selamat/ Baik/ Indah
– ning = dari
– Ratu = Penguasa (Maharaja)
Dengan demikian “Sastrajendra Hayuningrat” jika diartikan secara bebas adalah “Sinar Sejati Ajaran Matahari – Kebaikan dari Sang Ratu” atau “Penerang yang Abadi Ajaran Matahari – Kebaikan dari Sang Maharaja” atau boleh jadi maksudnya adalah “Sinar Ajaran Matahari Abadi atas Kebaikan dari Sang Penguasa/ Ratu/ Maharaja Nusantara”.
“Sunda” menurut saya sama sekali mungkin bukan nama etnis/ ras/ suku yang tinggal di pulau Jawa bagian barat dan bukan juga nama daerah, karena sesungguhnya “Sunda” adalah nama ajaran atau kepercayaan / kebudayaan tertua ( Ancient ), yang keberadaannya jauh sebelum ada jenis kepercayaan apapun yang dikenal sekarang, terpikir dari cerita cerita mitos atau legenda pewayangan yang dipelosok dunia ini saya yakin hampir mirip. Cerita Zeus , Barata Yuda, sampai dengan mitos The Lost Atlantis.
“Sunda” merupakan cikal-bakal ajaran tentang “cara hidup sebagai manusia beradab hingga mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi ( adi-luhung ). Selain itu Sunda juga yang mengawali lahirnya sistem pemerintahan dengan pola karatuan ( kerajaan ) yang pertama di dunia, terkenal dengan konsep SITUMANG ( Rasi-Ratu-Rama-Hyang ) dengan perlambangan “anjing” ( tanda kesetiaan ).
Ajaran/ kepercayaan Sunda (Matahari) pada mulanya disampaikan oleh Sang Sri Rama Mahaguru Ratu Rasi Prabhu Shindu La-Hyang / Sang Hyang Tamblegmeneng ( bapak dari Da Hyang Su-Umbi = Dayang Sumbi ) putra dari Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manikmaya yang lebih dikenal sebagai Aji Tirem ( Aki Tirem ) atau Aji Saka Purwawisesa. Inti ajaran Prabhu Sindhu atau Sintho (di Jepang) dan di India menjadi HINDU (Hindus) adalah ajaran ‘budhi-pekerti’ dan ketata-negaraan yang disebut sebagai La-Hyang Salaka Domasdan La-Hyang Salaka Nagara. ( sumber wiki )
Ajaran Sunda lebih dikenal dengan sebutan Sundayana (yana = way of life, aliran, ajaran, agama) artinya adalah “ajaran Sunda atau kepercayaan Matahari” yang dianut oleh bangsa Galuh, khususnya di Jawa Barat.
Sundayana disampaikan secara turun-temurun dan menyebar ke seluruh dunia melalui para Guru Agung ( Guru Besar/ Batara Guru ), masyarakat Jawa-Barat lebih mengenalnya dengan sebutan Sang Guru Hyang atau dengan sebutan “Guriang” yang artinya “Guru Hyang” juga, dari cerita itu ada sambung menyambung dengan Salaka Domas, Salaka Nagara Kalimasada ( 2 kalimat shadat ), dst… heheh masi di cari juga belon ada di wiki euy.. yu sama sama cari sejarahnya.
Inti dari ajaran Sunda adalah “welas-asih” atau cinta-kasih, dalam bahasa Arab-nya disebut “rahman-rahim”, sebab adanya rasa welas-asih ini yang menjadikan seseorang layak disebut sebagai manusia. Artinya, dalam pandangan kepercayaan Sunda ( bangsa Galuh ) jika seseorang tidak memiliki rasa welas-asih maka ia tidak layak untuk disebut manusia, lebih tepatnya sering disebut sebagai Duruwiksa ( Buta ) mahluk biadab.
Sundayana terbagi dalam tiga bidang ajaran dalam satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah ( Kemanunggalan ) yaitu;
Tata-Salira/ Kemanunggalan Diri; berisi tentang pembentukan kualitas manusia yaitu, meleburkan diri dalam “ketunggalan” agar menjadi “diri sendiri” (si Swa) yang beradab, merdeka dan berdaulat atau menjadi seseorang yang tidak tergantung kepada apapun dan siapapun selain kepada diri sendiri.
Tata-Naga-Ra/ Kemanunggalan Negeri; yaitu memanunggalkan masyarakat/ bangsa (negara) dalam berkehidupan di Bumi secara beradab, merdeka dan berdaulat. Pembangunan negara yang mandiri, tidak menjajah dan tidak dijajah.
Tata-Buana/ Kemanunggalan Bumi; ialah kebijakan universal ( kesemestaan ) untuk memanunggalkan Bumi dengan segala isinya dalam semesta kehidupan agar tercipta kedamaian hidup di Buana.
Sesuai dengan bentuk dan dasar pemikiran ajaran kepercayaan Matahari sebagai sumber cahaya maka tata perlambangan wilayah di sekitar Jawa-Barat banyak yang mempergunakan sebutan “Ci” yang artinya “Cahaya”, dalam bahasa India disebut sebagai deva/ dewa ( cahaya ) yaitu pancaran ( gelombang ) proton yang lahir dari Matahari berupa warna-warna. Terdapat lima warna cahaya utama ( Pancawarna ) yang menjadi landasan filosofi kehidupan bangsa Galuh penganut ajaran Sunda :
Cahaya Putih di timur disebut Purwa, tempat Hyang Iswara.
Cahaya Merah di selatan disebut Daksina, tempat Hyang Brahma.
Cahaya Kuning di barat disebut Pasima, tempat Hyang Mahadewa.
Cahaya Hitam di utara disebut Utara, tempat Hyang Wisnu.
Segala Warna Cahaya di pusat disebut Madya, tempat Hyang Siwa.
Lima kualitas “Cahaya” tersebut sesungguhnya merupakan nilai “waktu” dalam hitungan “wuku”. Kelima wuku (wuku lima) tidak ada yang buruk dan semuanya baik, namun selama ini Sang Hyang Siwa (pelebur segala cahaya/ warna) telah disalah-artikan menjadi “dewa perusak”, padahal arti kata “pelebur” itu adalah “pemersatu” atau yang meleburkan atau memanunggalkan. Jadi, sama sekali tidak terdapat ‘dewa’ yang bersifat merusak dan menghancurkan. Mungkin nyambung ga ya dari sini juga adanya perintah Shalat 5 Waktu… mengapa harus 5 ?? ( jangan 100% percaya teliti ajah sendiri … ini hanya pendapat saya doang ).
“Ajaran Sunda” dalam cerita pewayangan dilambangkan dengan Jamparing Panah Chakra, yaitu ‘raja segala senjata’ milik Sang Hyang Wisnu yang dapat mengalahkan sifat jahat dan angkara-murka, tidak ada yang dapat lolos dari bidikan Jamparing Panah Chakra.
– Jamparing = Jampe Kuring
– Panah = Manah = Hati (Rasa Welas-Asih)
– Chakra atau Cakra = Titik Pusaran yang bersinar / Roda Penggerak Kehidupan (‘matahari’).
– Secara simbolik gendewa (gondewa) merupakan bentuk bibir yang sedang tersenyum.
Panah Chakra di Jawa Barat biasa disebut sebagai “Jamparing Asih” maksudnya adalah “Ajian Manah nu Welas Asih” ( ajian hati yang lembut penuh dengan cinta-kasih ). Maksud utama dari Jamparing Panah Chakra atau Jamparing Asih itu ialah “ucapan yang keluar dari hati yang welas asih dapat menggerakan roda kehidupan yang bersinar”. Keberadaan Panca Dewa kelak disilib-silokakan ( dilambangkan ) ke dalam kisah “pewayangan” dengan tokoh-tokoh baru melalui kisah Ramayana ( Ajaran Rama ) serta kisah Mahabharata pada tahun +/-1500 SM.
Yudis-ti-Ra, Bi-Ma, Ra-ju-Na, Na-ku-La, dan Sa-Dewa. Kelima cahaya itu kelak dikenal dengan sebutan “Pandawa” singkatan dari “Panca Dewa” ( Lima Cahaya ) yang merupakan perlambangan atas sifat-sifat kesatria negara. Istilah “wayang” itu sendiri memiliki arti “bayang-bayang”, maksudnya adalah perumpamaan dari kelima cahaya tersebut.
Selama ini cerita wayang selalu dianggap ciptaan bangsa India, hal tersebut mungkin “benar” tetapi boleh jadi “salah”. Artinya kemungkinan terbesar adalah bangsa India telah berjasa melakukan pencatatan tentang kejadian besar yang pernah ada di Bumi Nusantara melalui kisah pewayangan dalam cerita mitos Ramayana dan Mahabharata. Simple logik nya India dikenal sebagai bangsa Chandra ( Chandra Gupta ) yang berarti Bulan sedangkan Nusantara dikenal sebagai bangsa Matahari ( Ra-Hyang ), dalam hal ini tentu Matahari lebih unggul dan lebih utama ketimbang Bulan. India diterangi atau dipengaruhi oleh ajaran dan kebudayaan Nusantara. Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa bukti ( jejak ) peninggalan di Bumi Nusantara telah banyak dilupakan, diselewengkan hingga dimusnahkan oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga pada saat ini kita sulit untuk membuktikannya melalui “kebenaran ilmiah”.
Berkaitan dengan persoalan “Pancawarna”, bagi orang-orang yang lupa kepada “jati diri” ( sebagai bangsa Matahari ) di masyarakat Jawa-Barat dikenal peribahasa “teu inget ka Purwa Daksina…!” artinya adalah “lupa kepada Merah-Putih” ( lupa akan kebangsaan/ tidak tahu diri/ tidak ingat kepada jati diri sebagai bangsa Galuh penganut ajaran Sunda ).
Banyak orang Jawa Barat mengaku dirinya sebagai orang “Sunda”, mereka mengagungkan “Sunda” sebagai genetika biologis dan budayanya yang membanggakan, bahkan secara nyata perilaku diri mereka yang lembut telah menunjukan kesundaannya ( sopan-santun dan berbudhi ).
Sebagaian Masyarakat Jawa Barat tidak menyadari ( tidak mengetahui ) bahwa perilaku lembut penuh tata-krama sopan-santun dan berbudhi itu terjadi akibat adanya “ajaran” ( kepercayaan Sunda ) yang mengalir di dalam darah mereka dan bergerak tanpa disadari. Untuk mengatakan kejadian tersebut para leluhur menyebutnya,
“nyumput buni di nu caang” ( tersembunyi ditempat yang terang ) artinya adalah mentalitas, pikiran, perilaku, seni, kebudayaan, filosofi yang mereka lakukan sesungguhnya adalah hasil didikan kepercayaan Sunda tetapi si pelaku sendiri tidak mengetahuinya.
Inti pola dasar ajaran Sunda adalah “berbuat baik dan benar yang dilandasi oleh kelembutan rasa welas-asih”. Pola dasar tersebut diterapkan melalui Tri-Dharma ( Tiga Kebaikan ) yaitu sebagai pemandu ‘ukuran’ nilai atas keagungan diri seseorang/ derajat manusia diukur berdasarkan dharma ( kebaikan ).
Dharma Bakti, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap diri, keluarga serta di lingkungan kecil tempat ia hidup, manusianya bergelar “Manusia Utama”.
Dharma Suci, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap bangsa dan negara, manusianya bergelar “Manusia Unggul Paripurna” ( menjadi idola ).
Dharma Agung, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap segala peri kehidupan baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, yang tercium, yang tersentuh dan tidak tersentuh, segala kebaikan yang tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, manusianya bergelar “Manusia Adi Luhung” ( Batara Guru ).
Dalam agama Islam bisa jadi arti ini adalah tingkatan dari Syariat, Tarikat, Hakikat yang jika semua sudah tercapai menjadi Ma’rifat.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri-Dharma ini kelak menjadi pokok ajaran “Budhi-Dharma” ( Buddha ) yang mengutamakan budhi kebaikan sebagai bukti dan bakti rasa welas-asih terhadap segala kehidupan untuk mencapai kebahagiaan, atau pembebasan diri dari kesengsaraan.
Ajaran ini kelak dilanjutkan dan dikembangkan oleh salah seorang tokoh Mahaguru Rasi Shakyamuni – Sidharta Gautama ( ‘Sang Budha’ ), seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu di Nepal – India.
Pembentukan Tri-Dharma Sunda dilakukan melalui tahapan yang berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya yaitu :
Dharma Rasa, ialah mendidik diri untuk dapat memahami “rasa” ( kelembutan ) di dalam segala hal, sehingga mampu menghadirkan keadaan “ngarasa jeung rumasa” ( menyadari rasa dan memahami perasaan ) / Empaty. Dengan demikian dalam diri seseorang kelak muncul sifat menghormati, menghargai, dan kepedulian terhadap sesama serta kemampuan merasakan yang dirasakan oleh orang lain ( pihak lain ), hal ini merupakan pola dasar pembentukan sifat “welas-asih” dan manusianya kelak disebut “Dewa-Sa”.
Dharma Raga, adalah mendidik diri dalam bakti nyata ( bukti ) atau mempraktekan sifat rasa di dalam hidup sehari-hari ( *bukan teori ) sehingga kelak keberadaan/ kehadiran diri dapat diterima dengan senang hati ( bahagia ) oleh semua pihak dalam keadaan “ngaraga jeung ngawaruga” ( menjelma dan menghadirkan ). Hal ini merupakan pola dasar pembentukan perilaku manusia yang dilandasi oleh kesadaran rasa dan pikiran. Seseorang yang telah mencapai tingkatan ini disebut “Dewa-Ta”.
Dharma Raja, adalah mendidik diri untuk menghadirkan “Jati Diri” sebagai manusia “welas-asih” yang seutuhnya dalam segala perilaku kehidupan “memberi tanpa diberi” atau memberi tanpa menerima ( tidak ada pamrih ). Tingkatan ini merupakan pencapaian derajat manusia paling terhormat yang patut dijadikan suri-teladan bagi semua pihak serta layak disebut ( dijadikan ) pemimpin.
Ajaran Sunda berlandas kepada sifat bijak-bajik Matahari yang menerangi dan membagikan cahaya terhadap segala mahluk di penjuru Bumi tanpa pilih kasih dan tanpa membeda-bedakan. Matahari telah menjadi sumber utama yang mengawali kehidupan penuh suka cita, dan tanpa Matahari segalanya hanyalah kegelapan. Oleh sebab itulah para penganut ajaran Sunda berkiblat kepada Matahari ( Sang Hyang Tunggal ) sebagai simbol ketunggalan dan kemanunggalan yang ada di langit.
( Disini adalah benang merah yang kurang cocok dengan Ajaran Islam dimana kepercayaan Sunda berkesan menyembah Matahari ). Mungkin karena itu Allah menurunkan Rasul Rasul Nya setelah adanya Kepercayaan Sunda.
Sundayana menyebar ke seluruh dunia, terutama di wilayah Asia, Eropa, Amerika dan Afrika, sedangkan di Australia tidak terlalu menampak. Oleh masyarakat Barat melalui masing-masing kecerdasan kode berbahasa mereka ajaran Matahari ini diabadikan dalam sebutan SUNDAY ( hari Matahari ), berasal dari kata “Sundayana” dan bangsa Indonesia lebih mengenal Sunday itu sebagai hari Minggu.
Di wilayah Amerika kebudayaan suku Indian, Maya dan Aztec pun tidak terlepas dari pemujaan kepada Matahari, demikian pula di wilayah Afrika dan Asia, singkatnya hampir seluruh bangsa di dunia mengikuti ajaran leluhur bangsa Galuh Agung ( Nusantara ) yang berlandaskan kepada tata-perilaku berbudhi dengan rasa “welas-asih” ( cinta-kasih ).
Oleh bangsa Barat ( Eropa dan Amerika ) istilah Sundayana ‘diubah’ menjadi Sunday ( hari matahari ) sedangkan di Nusantara dikenal dengan sebutan “Surya” yang berasal dari tiga suku kata yaitu Su-Ra-Yana, bangsa Nusantara memperingatinya dalam upacara “Sura” ( Suro ) yang intinya bertujuan untuk mengungkapkan rasa menerima-kasih serta ungkapan rasa syukur atas “kesuburan” negara yang telah memberikan kehidupan dalam segala bentuk yang menghidupkan baik berupa makanan, udara, air, api ( kehangatan ), tanah.
Pengertian Surayana pada hakikatnya sama saja dengan Sundayana sebab mengandung maksud dan makna yang sama.
– SU = Sejati
– RA = Sinar/ Maha Cahaya/ Matahari
– YANA = way of life/ ajaran/ ageman/ agama
Maka arti “Surayana” adalah sama dengan “Kepercayaan Matahari yang Sejati” dan dikemudian hari bangsa Indonesia mengenal dan mengabadikannya dengan sebutan “Sang Surya” untuk mengganti istilah “Matahari”.
5000 tahun sebelum penanggalan Masehi di Asia dalam sejarah peradaban bangsa Mesir kuno menerangkan ( menggambarkan ) tentang keberadaan ajaran Matahari dari bangsa Galuh, mereka menyebutnya sebagai “RA” yang artinya adalah Sinar/ Astra/ Matahari/ Sunda.
“RA” digambarkan dalam bentuk “mata” dan diposisikan sebagai “Penguasa Tertinggi” dari seluruh ‘dewa-dewa’ bangsa Mesir kuno yang lainnya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bangsa Mesir kuno-pun menganut dan mengakui Sundayana ( Kepercayaan Matahari ) yang dibawa dan diajarkan oleh leluhur bangsa Galuh.
Disisi lain bangsa Indonesia saat ini mengenal bentuk dan istilah “mata” ( eye ) yang mirip dengan gambaran “AMON-RA” bangsa Mesir kuno, sebutan “amon” mengingatkan kita kepada istilah “panon” yang berarti “mata” yang terdapat pada kata “Sang Hyang Manon” yaitu penamaan lain bagi Matahari di masyarakat Jawa Barat jaman dahulu ( *apakah kata Amon dan Manon memiliki makna yang sama ? )
Selain di Asia ( Mesir ) bangsa Indian di Amerika-pun sangat memuja Matahari ( sebagai simbol leluhur, dan mereka menyebut dirinya sebagai bangsa “kulit merah” ) bahkan masyarakat Inca, Aztec dan Maya di daerah Amerika latin membangun kuil pemujaan yang khusus ditujukan bagi Matahari, hingga mereka menggunakan pola penghitungan waktu yang berlandas pada peredaran Matahari, mirip dengan di Nusantara ( pola penanggalan Saka = Pilar Utama = Inti / Pusat Peredaran = Matahari ).
Masyarakat suku Inca di Peru ( Amerika Latin ) membangun tempat pemujaan kepada Matahari di puncak bukit yang disebut Machu Picchu. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa secara umum konsep “meninggikan dengan pondasi yang kokoh” dalam kaitannya dengan “keagungan“ ( tinggi, luhur, puncak, maha ) merupakan landas berpikir yang utama kepercayaan Sunda.
Secara filosofis, pola bentuk ‘bangunan’ menuju puncak meruncing ( gunungan ) itu merupakan perlambangan para Hyang yang ditinggikan atau diluhurkan, hal inipun merupakan silib-siloka tentang perjalanan manusia dari “ada” menuju “tiada” ( langit ), dari jelma menjadi manusia utama hingga kelak menuju puncak kualitas manusia adiluhung ( maha agung ).
Demikian pula yang dilakukan oleh suku Maya di Mexico pada jaman dahulu, mereka secara khusus membangun tempat pemujaan ( kuil/pura ) kepada Matahari ( Sang Hyang Tunggal ).
Pada jaman dahulu hampir seluruh bangsa di benua Amerika ( penduduk asli ) memuja kepada Matahari, dan hebatnya hampir semua bangsa menunjukan hasil kebudayaan yang tinggi. Kemajuan peradaban dalam bidang arsitektur, cara berpakaian, sistem komunikasi ( baik bentuk lisan, tulisan, gaya bahasa, serta gambar ), adab upacara, dll. Kemajuan dalam bidang pertanian dan peternakan tentu saja yang menjadi yang paling utama, sebab hal tersebut menunjukan kemakmuran masyarakat, artinya mereka dapat hidup sejahtera tentram dan damai dalam kebersamaan hingga kelak mampu melahirkan keindahan dan keagungan dalam berkehidupan ( berbudaya ).
Sekitar abad ke XV kebudayaan agung bangsa Amerika latin mengalami keruntuhan setelah datangnya para missionaris Barat yang membawa misi Gold, Glory dan Gospel. Tujuan utamanya tentu saja Gold (emas/ kekayaan) dan Glory (kejayaan/ kemenangan) sedangkan Gospel (agama) hanya dijadikan sebagai kedok politik agar seolah-olah mereka bertujuan untuk “memberadabkan” sebuah bangsa.
Propaganda yang mereka beritakan tentang perilaku biadab kepercayaan Matahari dan kelak dipercaya oleh masyarakat dunia adalah bahwa, “suku terasing penyembah matahari itu pemakan manusia”, hal ini mirip dengan yang terjadi di Sumatra Utara serta wilayah lainnya di Indonesia. Dibalik propaganda tersebut maksud sesungguhnya kedatangan para ‘penyebar agama’ itu adalah perampokan kekayaan alam dan perluasan wilayah jajahan ( imperialisme ), sebab mustahil bangsa yang sudah “beragama” harus ‘diagamakan’ kembali dengan ajaran yang tidak berlandas kepada nilai-nilai kebijakan dan kearifan lokalnya.
Dalam pandangan penganut kepercayaan Sunda ( bangsa Galuh ) yang dimaksud dengan “peradaban sebuah bangsa ( negara )” tidak diukur berdasarkan nilai-nilai material yang semu dan dibuat-buat oleh manusia seperti bangunan megah, emas serta batu permata dan lain sebagainya, melainkan terciptanya keselarasan hidup bersama alam ( keabadian ).
Prinsip tersebut tentu saja sangat bertolak-belakang dengan negara-negara lain yang kualitas geografisnya tidak sebaik milik bangsa beriklim tropis seperti di Nusantara dan negara tropis lainnya. Leluhur Galuh mengajarkan tentang prinsip kejayaan dan kekayaan sebuah negara sebagai berikut :
“Gunung kudu pageuh, leuweung kudu hejo, walungan kudu herang, taneuh kudu subur, maka bagja rahayu sakabeh rahayatna”
(Gunung harus kokoh, hutan harus hijau, sungai harus jernih, tanah harus subur, maka tentram damai sentausa semua rakyatnya)
“Gunung teu meunang dirempag, leuweung teu meunang dirusak”
(Gunung tidak boleh dihancurkan, hutan tidak boleh dirusak)
Kuil ( tempat peribadatan ) pemujaan Matahari hampir seluruhnya dibangun berdasarkan pola bentuk “gunungan” dengan landasan segi empat yang memuncak menuju satu titik. Boleh jadi hal tersebut berkaitan erat dengan salah satu pokok ajaran Sunda dalam mencapai puncak kualitas bangsa ( negara ) seperti Matahari yang bersinar terang, atau sering disebut sebagai “Opat Ka Lima Pancer” yaitu, empat unsur inti alam ( Api, Udara, Air, Tanah ) yang memancar menjadi “gunung” sebagai sumber kehidupan mahluk.
Menilik bentuk-bentuk simbolik serta orientasi pemujaannya maka dapat dipastikan bahwa piramida di wilayah Mesir-pun sesungguhnya merupakan kuil Matahari ( Sundapura ). Walaupun sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa piramid itu adalah kuburan para raja namun perlu dipahami bahwa raja-raja Mesir kuno dipercaya sebagai Keturunan Matahari/ Utusan Matahari/ Titisan Matahari/ ataupun Putra Matahari, dengan demikian mereka setara dengan “Putra Sunda” ( Utusan Sang Hyang Tunggal ).
Untuk sementara istilah “Putra Sunda” bagi para raja Mesir kuno dan yang lainnya tentu masih terdengar janggal dan aneh sebab selama ini sebutan “Sunda” selalu dianggap sebagai suku, ras maupun wilayah kecil yang ada di pulo Jawa bagian barat saja, istilah “Sunda” seolah tidak pernah terpahami oleh bangsa Indonesia pun oleh masyarakat Jawa Barat sendiri.
Tidak diketahui waktunya secara tepat, Sang Narayana Galuh Hyang Agung ( Galunggung ) mengembangkan dan mengokohkan ajaran Sunda di Jepang, dengan demikian RA atau Matahari begitu kental dengan kehidupan masyarakat Jepang, mereka membangun tempat pemujaan bagi Matahari yang disebut sebagai Kuil Nara ( Na-Ra / Api-Matahari ) dan masyarakat Jepang dikenal sebagai pemuja Dewi Amate-Ra-Su Omikami yang digambarkan sebagai wanita bersinar ( Astra / Aster / Astro / Astral / Austra ).
( Huehueuhe disambung sambung Australia -> Austra Mulia ) ????
Tidak hanya itu, penguasa tertinggi “Kaisar Jepang” pun dipercaya sebagai titisan Matahari atau Putra Matahari ( Tenno ) dengan kata lain para kaisar Jepang-pun bisa disebut sebagai “Putra Sunda” ( Anak/ Utusan/ Titisan Matahari ) dan hingga saat ini mereka mempergunakan Matahari sebagai lambang kebangsaan dan kenegaraan yang dihormati oleh masyarakat dunia.
Dikemudian hari Jepang dikenal sebagai negeri “Matahari Terbit” hal ini disebabkan karena Jepang mengikuti jejak ajaran leluhur bangsa Nusantara, hingga pada tahun 1945 ketika pasukan Jepang masuk ke Indonesia dengan misi “Cahaya Asia” mereka menyebut Indonesia sebagai “Saudara Tua” untuk kedok politiknya.
Secara mendasar ajaran para leluhur bangsa Galuh dapat diterima di seluruh bangsa ( negara ) karena mengandung tiga pokok ajaran yang bersifat universal ( logis dan realistis ), tanpa tekanan dan paksaan yaitu :
Pembentukan nilai-nilai pribadi manusia (seseorang) sebagai landasan pokok pembangunan kualitas keberadaban sebuah bangsa ( masyarakat ) yang didasari oleh nilai-nilai welas-asih ( cinta-kasih ).
Pembangunan kualitas sebuah bangsa menuju kehidupan bernegara yang adil-makmur-sejahtera dan beradab melalui segala sumber daya bumi ( alam / lingkungan ) di wilayah masing-masing yang dikelola secara bijaksana sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
Pemeliharaan kualitas alam secara selaras yang kelak menjadi pokok kekayaan atau sumber daya utama bagi kehidupan yang akan datang pada sebuah bangsa, dan kelak berlangsung dari generasi ke generasi ( berkelanjutan ).
Demikian ajaran Sunda ( Sundayana / Surayana / Agama Matahari ) menyebar ke seluruh penjuru Bumi dibawa oleh para Guru Hyang memberikan warna dalam peradaban masyarakat dunia yang diserap dan diungkapkan ( diterjemahkan ) melalui berbagai bentuk tanda berdasarkan pola kecerdasan masing-masing bangsanya.
Ajaran Sunda menyesuaikan diri dengan letak geografis dan watak masyarakatnya secara selaras ( harmonis ) maka itu sebabnya bentuk bangunan suci ( tempat pemujaan ) tidak menunjukan kesamaan disetiap negara, tergantung kepada potensi alamnya. Namun demikian pola dasar bangunan dan filosofinya memiliki kandungan makna yang sama, merujuk kepada bentuk gunungan.
Di Indonesia sendiri simbol “RA” (Matahari/ Sunda) sebagai ‘penguasa’ tertinggi pada jaman dahulu secara nyata teraplikasikan pada berbagai sisi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Hal itu diungkapkan dalam bentuk ( rupa ) serta penamaan yang berkaitan dengan istilah “RA” ( Matahari ) sebagai sesuatu yang sifat agung maupun baik, seperti :
Konsep wilayah disebut “Naga-Ra / Nega-Ra”
Lambang negara disebut “Bende-Ra”
Maharaja Nusantara bergelar “Ra-Hyang”
Keluarga Kerajaan bergelar “Ra-Keyan dan Ra-Ha-Dian ( Raden )”.
Konsep ketata-negaraan disebut “Ra-si, Ra-tu, Ra-ma”
Penduduknya disebut “Ra-Hayat” (rakyat).
Nama wilayah disebut “Dirganta-Ra, Swarganta-Ra, Dwipanta-Ra, Nusanta-Ra, Indonesia (?) ”
dan masih banyak lagi, silahkan riset sendiri ya :)
Kemaharajaan ( Keratuan / Keraton ) Nusantara yang terakhir, “Majapahit” kependekan dari Maharaja-Pura-Hita ( Tempat Suci Maharaja yang Makmur-Sejahtera ) dikenal sebagai pusat pemerintahan “Naga-Ra” yang terletak di Kediri – Jawa Timur sekitar abad XIII ( 13 ) masih mempergunakan bentuk lambang Matahari, sedangkan dalam panji-panji kenegaraan lainnya mereka mempergunakan warna “merah dan putih” ( Purwa-Daksina ) yang serupa dengan pataka (‘bendera’) Indonesia saat ini.
Tidak terlepas dari keberadaan ajaran Sunda ( Matahari ) dimasa lalu yang kini masih melekat diberbagai bangsa sebagai lambang kenegaraan ataupun hal-hal lainnya yang telah ber-ubah menjadi legenda dan mitos, tampaknya bukti terkuat tentang cikal-bakal ( awal ) keberadaan ajaran Matahari atau kepercayaan “Sunda” itu masih tersisa dengan langgeng di Bumi Nusantara yang kini telah beralih nama menjadi Indonesia.
Di Jawa Kulon ( Barat ) sebagai wilayah suci tertua ( Mandala Hyang ) tempat bersemayamnya Leluhur Bangsa Matahari ( Pa-Ra-Hyang ) dikenal dengan kata Parahyangan hingga saat ini masih menyisakan penandanya sebagai pusat ajaran Sunda ( Matahari ), yaitu dengan ditetapkannya kata “Tji” ( Ci ) yang artinya CAHAYA di berbagai wilayah seperti Ci Beureum ( Cahaya Merah ), Ci Hideung ( Cahaya Hitam ), Ci Bodas ( Cahaya Putih ), Ci Mandiri ( Cahaya Mandiri ), dan lain sebagainya.
Namun sayang banyak ilmuwan Nusantara khususnya dari Jawa Barat malah menyatakan bahwa “Ci” adalah “cai” yang diartikan sebagai “air”, padahal jelas-jelas untuk benda cair itu masyarakat Jawa Barat jaman dulu secara khusus menyebutnya sebagai “Banyu” dan sebagian lagi menyebutnya sebagai “Tirta”
(*belum diketahui perbedaan diantara keduanya). Mari kita riset bersama… sejarah itu emang perlu diketahui biar ga ilang kepada keturunan keturunan kita kelak.
Sebutan “Ci” yang kelak diartikan sebagai “air” ( cai / nyai ) sesungguhnya berarti “cahaya / kemilau” yang terpantul di permukaan banyu ( tirta ) akibat pancaran “sinar” ( kemilau ). Masalah “penamaan / sebutan” seperti ini oleh banyak orang sering dianggap sepele, namun secara prinsip berdampak besar terhadap “penghapusan” jejak perjalanan sejarah para leluhur bangsa Galuh Agung pendiri kepercayaan Sunda ( Matahari ). Nah ini dia salah satu case yang dinamakan Distorsi SEJARAH.
Percaya Atau tidak.. ini artikel hanyalah penapsiran sepihak, selebihnya tergantung si pembaca, ingin tidak nya mempelajari arti pengetahuan dari sejarah.
Artikel ini semata mata tidak untuk mengajak kita mempercayai dan menyembah matahari. Simple logic, kepercayaan ini sudah di revisi melalui Utusan Allah Swt dengan baragam pesan pesan wahyu yang turun ke Dunia melalui Rasul Rasul Nya.
Maka dari itu apakah kita masih berpaling dari sebuah kebenaran dengan adanya distorsi sejarah kepercayaan / Religi umat manusia di dunia ???
Saya yakin dan mutlak, Agama yang terakhir diturunkan oleh Sang Khaliq adalah agama Islam, yang dalam Kitab nya ( Al-Quran ) Allah berjanji untuk melindungi / memelihara Ayat ayat Al-Quran tanpa adanya distorsi sejarah. ( QS:15:9 )
Dari sini mengapa harus 9 -> ini adalah sebuah angka bilangan terakhir bukan ? saya bilang YES !
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
—
Surah Al-Hijr (bahasa Arab:الحجر, al-Hijr, “Al-Hijr”) adalah surah ke-15 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 99 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Al-Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami oleh kaum Tsamud pada zaman dahulu yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam ( Syria ). Nama surah ini diambil dari nama daerah pegunungan itu, berhubung nasib penduduknya yaitu kaum Tsamud diceritakan pada ayat 80 sampai dengan 84, mereka telah dimusnahkan Allah, karena mendustakan Nabi Shaleh dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dalam surah ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth dan kaum Syu’aib . Surah ini juga mengandung pesan bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan mengalami kehancuran.
Pada zaman kuno (masa pra-Islam) orang Sunda memiliki konsep tersendiri tentang jagat raya. Konsep tersebut merupakan perpaduan antara konsep Sunda asli, ajaran agama Budha, dan ajaran agama Hindu. Uraian mengenai hal ini antara lain terdapat dalam naskah lontar Sunda Kropak 420 dan Kropak 422 yang kini tersimpan sebagai koleksi Perpustakaan Nasional di Jakarta. Kedua naskah yang ditulis pada daun lontar dengan menggunakan aksara dan bahasa Sunda kuna itu berasal dari kabuyutan Kawali, termasuk daerah Kabupaten Ciamis sekarang.
Dulu di kabuyutan Kawali tersimpan sejumlah naskah lontar Sunda dan barang pusaka lainnya peninggalan kerajaan Sunda. Lokasi tersebut selain pernah menjadi ibu kota Kerajaan Sunda-Galuh, juga menjadi tempat pengungsian sejumlah pejabat dan rakyat Kerajaan Sunda-Pajajaran, setelah ibu kota kerajaan mereka (Pakuan Pajajaran) di sekitar Kota Bogor sekarang diserang dan diduduki oleh pasukan Islam Banten-Cirebon. Bersama dengan naskah-naskah lontar lainnya, kedua naskah lontar tersebut diserahkan oleh Bupati Galuh R.A. Kusumadiningrat (memerintah tahun 1839-1886) kepada Museum Gedung Gajah (Museum Nasional sekarang) pada perempatan ketiga abad ke-19.
Kosmologi Sunda kuna membagi jagat raya ke dalam tiga alam, yaitu bumi sangkala (dunia nyata, alam dunia), buana niskala (dunia gaib, alam gaib), dan buana jatiniskala (dunia atau alam kemahagaiban sejati). Bumi sangkala adalah alam nyata di dunia tempat kehidupan makhluk yang me miliki jasmani (raga) dan rohani (jiwa). Makhluk demikian adalah yang disebut manusia, hewan, tumbuhan, dan benda lain yang dapat dilihat baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
Buana niskala adalah alam gaib sebagai tempat tinggal makhluk gaib yang wujudnya hanya tergambar dalam imajinasi manusia, seperti dewa-dewi, bidadara-bidadari, apsara-apsari, dll. Jumlah dan ragam makhluk tersebut banyak dan bisa bergabung satu dengan lainnya serta berkedudukan lebih tinggi daripada manusia. Buana niskala yang disebut juga kahyangan yang terdiri atas surga dan neraka.
Naskah Kropak 422 menyebutkan Pwah Batari Sri, Pwah Lengkawati, Pwah Wirumananggay, dan Dayang Trusnawati sebagai penghuni buana niskala. Di samping itu, penghuni buana niskala lainnya di antaranya 9 dewi, seperti Dewi Tunyjung Herang, Dewi Sri Tunyjung Lenggang, Dewi Sari Banawati, dan 45 bidadari yang disebutkan namanya, antara lain Bidadari Tunyjung Maba, Bidadari Naga Nagini, Bidadari Endah Patala, Bidadari Sedajati.
Buana jatiniskala adalah alam kemahagaiban sejati sebagai tempat tertinggi di jagat raya. Penghuninya adalah zat Maha Tunggal yang disebut Sang Hyang Manon, zat Maha Pencipta yang disebut Si Ijunajati Nistemen. Zat inilah yang tingkat kegaiban dan kekuasaannya paling tinggi. Dialah pencipta batas, tetapi tak terkena batas. Dengan demikian, tiap-tiap alam mempunyai penghuninya masing-masing yang wujud, sifat, tingkat, dan tugas/kewenangannya berbeda.
Kosmologi Sunda kuna berbeda dengan kosmoligi Islam. Dalam ajaran Islam jagat raya digambarkan terdiri dari 5 alam, yaitu alam roh, alam rahim, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat. Kosmologi menurut konsep Islam cenderung didasarkan pada urutan kronologis kehidupan manusia (dan makhluk lainnya). Alam roh dan alam rahim yang merupakan alam gaib menjadi tempat kehidupan manusia sebelum lahir ke dunia (alam dunia), sementara alam barzah dan alam akhirat yang juga merupakan alam gaib menjadi tempat kehidupan manusia sesudah mengalami kematian. Kehidupan manusia di alam dunia sangat menentukan kehidupannya di alam kubur dan alam akhirat.
Jika kosmologi Islam mencerminkan gambaran urutan kronologis kehidupan manusia, kosmologi Sunda kuna mencerminkan gambaran jenis penghuninya dan tingkat kegaibannya. Karena itu kosmologi Sunda kuna menggambarkan pula tinggi-rendah kedudukannya, baik kosmosnya maupun penghuninya. Kosmologi Sunda kuna tidak mengungkapkan adanya alam yang dihuni oleh roh manusia sebelum lahir ke alam dunia (bumi sakala). Walaupun tempat hidup manusia di alam dunia, tapi setelah kematian ada dua kemungkinan tempatnya, yaitu (1) kembali ke alam dunia dalam wujud yang derajatnya lebih rendah (menjadi hewan, tumbuhan atau benda lainnya sesuai dengan kepercayaan reinkarnasi) dan (2) menuju alam niskala, bahkan terus ke alam jatiniskala (menyatu dengan kehidupan dewa dan kemudian mahadewa).
Yang menentukan tempat seseorang sesudah kematian adalah sikap, perilaku, dan perbuatannya selama hidup di dunia. Jika sikap, perilaku, dan perbuatannya buruk, bertentangan dengan perintah dan sesuai dengan larangan ajaran agama, ia akan kembali lagi ke alam dunia dalam wujud yang lebih rendah derajatnya (kepercayaan reinkarnasi) atau masuk ke dalam siksa neraka. Jika sikap, perilaku, dan perbuatannya baik, sesuai dengan perintah dan bertentangan dengan larangan ajaran agama, ia (rohnya) akan naik menuju alam niskala yang menyenangkan (surga) dan bahkan ke alam jatiniskala yang paling menenteramkan. Kejadian tersebut disebut moksa dan merupakan jalan ideal yang selalu didambakan oleh manusia. Dalam hal ini prinsip dampak kehidupan sesudah manusia mati mengandung kesejajaran dengan konsep Islam, yaitu bertalian dengan situasi dan kondisi kehidupan manusia di alam akhirat ditentukan oleh sikap, perilaku, dan perbuatannya di alam dunia.
Sehubungan dengan adanya jalan ideal yang menghubungkan bumi sakala (alam dunia) dengan buana niskala dan buana jatiniskala (alam akhirat), maka dalam naskah lontar Kropak 420 diutarakan secara panjang lebar tentang ciri-ciri dan sifat kehidupan di bumi sakala, sedangkan dalam Kropak 422 dikemukakan ciri-ciri dan sifat kehidupan di buana niskala dan buana jatiniskala yang menggiring manusia agar memilih jalan ideal yang lurus menuju buana niskala yang berupa surga yang menyenangkan, bahkan buana jatiniskala yang paling tinggi derajatnya.
Kropak 420 membuka penuturannya dengan pernyataan dan pertanyaan, “Lampah tunggal na rasa ngeunah, paduum na bumi prelaya, maneja naprewasa, ka mana eta ngahingras?” (Berjalan teriring rasa senang, saling bagi saat dunia binasa, tembus memancarkan sinar. Ke manakah harus meminta tolong?).
Jawaban atas pertanyaan tersebut dijelaskan oleh Pwah Batara Sri, penghuni Kahyangan (buana niskala), “Ka saha geusan ngahiras, di sakala di niskala, manguni di kahyangan, mo ma dina laku tuhu, na jati mahapandita,” (Kepada siapakah mohon pertolongan, baik di sakala maupun di niskala, terlebih lagi di kahyangan, kecuali dalam perilaku setia, pada kodrat mahapandita).
Mahapandita adalah pandita (pemimpin/ahli agama) yang hidup di bumi sakala dan paling tinggi tingkatannya. Ia mengemukakan ciri-ciri kehidupan di bumi sakala bahwa, “Samar ku rahina sada, kapeungpeuk ku langit ageung, kapindingan maha linglang, ja kaparikusta ku tutur, karasa ku sakatresna, kabita ku rasa ngeunah, kawalikut ku rasa kahayang, bogoh ku rasa utama, beunang ku rasa wisisa.” (Samar oleh keadaan pagi hari, tertutup oleh langit yang luas, terhalangi keluasan langit sebab terjebak oleh cerita, terasa oleh segala kecintaan, tergiur oleh rasa nikmat, tergugah lagi oleh keinginan, senang oleh perasaan luar biasa, terpikat oleh perasaan mulia).
Ajaran moral keagamaan dibahas dalam bentuk dialog antara pendeta utama dengan Pwah Batara Sri (penguasa alam Kahyangan) dan Pwah Sanghyang Sri (penjaga alam kasurgaan). Ditekankan bahwa setiap makhluk yang ada di jagat raya, baik di bumi sakala maupun di buana niskala, hendaknya mampu menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan kadar bayu (kekuatan), sabda (suara), dan hedap (iktikad) yang diterima dari Sang Pencipta. Manusia pun hendaknya mampu menyeimbangkan bayu, sabda, dan hedapnya masing-masing melalui berbagai kegiatan tapa (pengabdian) lahir dan batin agar kelak bisa kembali ke kodratnya bagaikan dewa.
Selain itu, dalam melaksanakan tapa manusia hendaknya diiringi oleh penuh rasa keikhlasan, jangan rakus, jangan mengambil hak yang lain supaya tidak tersesat kembali ke bumi sakala dan mengalami sengsara. Apabila hendak berbuat kebajikan, janganlah setengah hati! Itulah kodrat pendeta dan hakikat pertapaannya yang dilakukan tak kenal siang dan malam. Perhatikanlah orang yang benar! Carilah orang yang menjalankan tapa! Semoga berhasil berbuat kebaikan.
Janganlah menjalankan tapa yang salah! Yaitu tapanya orang yang suka menyiksa badan, berlebihan dalam hal kekuasaan, terperdaya oleh isi hati, dan tersesat karena berahi. Itulah perilaku yang tak bermanfaat. Menjadi pendeta, janganlah hanya mengaku-aku, melainkan hendaknya disertai kekuasaan sejati.
Nasihat pendeta utama yang lain adalah “Mulah cocolongan bubunian, jadi budi nupu manglahangan, ngagetak ngabigal, mati-mati uwang sadu, ngajaur nu hanteu dosa, hiri dengki nata papag, pregi ngajuk ngajalanan,” (Janganlah mencuri sembunyi-sembunyi, berpikiran tamak menghalangi, menggertak merampok, suka membunuh orang suci, memeras yang tak berdosa, iri dengki melukai memukul, berani mengawali berutang). Adapun berbagai kenikmatan dunia antara lain lumut rumput dan berbagai umbi, berbagai dedaunan tak pernah kurang, ilalang arak dan berbagai buah-buahan (lukut jukut sarba beuti, tangtarukan tada kurang, kusa madi sarba pala).
Adapun ciri dan sifat kehidupan di buana niskala dan buana jatiniskala, tempat tinggalnya para dewa-dewi, batara-batari, Sanghyang Manon, dan makhluk halus lainnya mencerminkan kehidupan tingkat tinggi yang tak dibatasi oleh keperluan dan kepentingan duniawiah, sebagaimana diutarakan pada teks Kropak 422 yang berjudul Jatiraga. Penjelmaan yang paling sempurna, menurut naskah ini, adalah umat manusia. Karenanya manusia diwajibkan untuk berusaha berbuat amal kebaikan agar kelak sukmanya bisa kembali ke kodrat sejati di Kahyangan (surga). Sementara manusia yang terlalu terbawa nafsu angkara murka, akan menjadi raksasa serakah, tamak, dan rakus terhadap hak-hak yang lain. Sukma mereka hanya bisa kembali ke alam niskala sebagai penghuni neraka. Kalaupun mendapat keringanan dari penjaga neraka, sukma itu harus mengalami reinkarnasi di bumi sakala yang bisa jadi derajatnya lebih rendah dari manusia.
Bahwa yang berada di buana jatiniskala itu (Si Ijunajati) terlalu tangguh dan kuasa, karena dia adalah pemilik keesaan, kebijakan, kekuasaan, kesentosaan, pengabdian, tenaga, ucapan, dan nuraninya sendiri. Rumusannya adalah, “Ah ini Si Ijunajati. Ah lain kasorgaanna, Sang Hyang Tunggal Premana. Muku ita leuwih, ja tunggal tunggal aing, premana premana aing, muku ita leuwih, ja wisisa wisisa aing, muku ita leuwih teuing, ja hurip hurip aing, tapa tapa aing, bayu bayu aing, sabda sabda aing, hdap hdap aing.” (Ah inilah Si Ijunajati. Ah bukan surga yang dikuasai oleh, Sang Hyang Tunggal Premana. Kalaulah itu tangguh, sebab keesaan keesaanku sendiri, kebijakan kebijakanku sendiri, kalaulah itu unggul, sebab kekuasaan kekuasaanku sendiri, kalaulah itu terlal u berkuasa, sebab kesentosaan kesentosaanku sendiri, pengabdian pengabdianku sendiri, tenaga tenagaku sendiri, ucapan ucapanku sendiri, nurani nuraniku sendiri).
“Ah wisisa teuing aing, hamwa waya nu wisisa manan aing, hamwa waya nu leuwih manan aing, hamwa waya nu diwata manan aing, tika hanteu nu ngawisisa aing, ka pangikuna aci jatinistmen.” (Ah begitu berkuasanya aku, tak mungkin ada yang berkuasa melebihi aku, tak mungkin ada yang unggul melebihi aku, tak mungkin ada yang suci lebih dariku, sehingga mustahil ada yang menguasaiku, sebagai pengikut hakikat kebenaran sejati).
Batara Jatiniskala berkuasa di mana-mana dan wujud kekuasaannya luar biasa sehingga, “Wijaya ta sira hasta, na bumi tan hana pretiwi, na dalem tan hana angkasa, na rahina tan hana aditya, na candra tan hana wulan, na maruta tan hana angin, na tija tan hana maya, na akasa tan hana pemaga, na jati tan hana urip.” (Berhasillah dia memerintah, pada bumi tanpa tanah, pada ruangan tanpa udara, pada siang hari tanpa matahari, pada purnama tanpa bulan, pada tiupan tanpa angin, pada cahaya tanpa bayangan, pada angkasa tanpa langit, pada kodrat tanpa kehidupan).
Salah satu kelompok penghuni buana niskala teridentifikasi berwujud jenis wanita, seperti dewi, apsari, bidadari. Hakikat kewanitaan, menurut naskah ini, adalah kekuasaan yang berada di tangan Sang Hyang Sri dengan ciri-cirinya, “Ti nu wisisa leuwih, ti nu leuwih bidito, ti nu bidito hurip, ti nu hurip adras, ti nu adras indah, ti nu indah alit, ti nu alit niskala, ti nu niskala rampis, ti nu rampis diwata, ti nu diwata.” (Dari yang berkuasa unggul, dari yang unggul mengasuh, dari yang mengasuh sejahtera, dari yang sejahtera tak tampak, dari yang tak tampak indah, dari yang indah halus, dari yang halus gaib, dari yang gaib sempurna, dari yang sempurna bersifat kedewaan, dari yang bersifat kedewaan).
Berdasarkan seluruh uraian di atas tampak bahwa konsep kosmologi Sunda Kuna bukan hanya dimaksudkan untuk pengetahuan semata-mata mengenai struktur jagat raya, melainkan lebih ditujukan sebagai media agar kehidupan manusia jelas tujuan akhir-nya, yaitu kebahagiaan dan ketenteraman hidup di buana niskala dan buana jatiniskala yang abadi.
Oleh EDI S. EKADJATI – Pikiran Rakyat, Kamis, 2 Juni 2005
Penulis Ketua Badan Pengurus Pusat Studi Sunda dan Guru Besar pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Unpad.
Oman Abdurahman kang Ucep Jamhari,pertanyaan Ki Hasan sangat penting untuk dijawab, krn ini menyangkut kejujuran dalam mengutip tulisan orang. Setahu sy, di masa pak Edi S. Ekadjati masih hidup, belum ada isu “Sadahurip” dan isu Sundaland juga belum muncul. Akan lebih baik jika kang Ucep mencantumkan judul asli tulisan alm prof Edi S. Ekadjati tsb, kemudian kalau mau ditafsirkan oleh kang Ucep sbg tulisan yg berkaitan dgn Sundaland atau Sadahurip (Sabda Hurip) ya dijelaskan saja bahwa itu adalah penafsiran kang Ucep. Kalau seperti yang sekarang seolah-olah tulisan alm prof Edi S. Ekadjati tsb mendukung isu “Awal Peradaban Kosmologi Sabda Hurip Sundaland”. Jadi kutip mengutip pun perlu kehati-hatian.
Ucep Jamhari Pak Oman, Ki Hasan@ mksh koreksinya. Mengenai Judul dan Gambar Sadahurip bukan thn 2005 terkuaknya oleh Team Turangga seta. Ide saya keduanya antara judul dan sadahurip yang memunculkan di status ini krn mnrut pendapat sy ada relevansi dan nyambung.
Oman Abdurahman pak Ucep Jamhari, saya tidak mempermasalahkan kapan judul dan gambar Sadahurip terkuak. Yang menjadi persoalan disini adalah pak Ucep mengutip tulisan alm Prof Edi S Ekadjati tapi judul tulisan beliau tidak disertakan. Alih-alih menyertakan judul tulisan Prof Edi S. Ekadjati, malah pak Ucep menambahkan judul sendiri, sehingga seolah-olah tulisan prof tsb mendukung judul yang dibubuhkan pak Ucep. Kalau pak Ucep berpendapat tulisan tsb nyambung silahkan saja, hanya harus diberi keterangan, bahwa soal nyambungnya itu adalah tafsiran pak Ucep. Demikian pak, mudah2an jelas
Ki Hasan Kang Ucep Jamhari, catatan kaki di bawah artikel, akan mengelirukan pembaca, seolah-olah judul diatas adalah judul artikel yang ditulis almarhum Pak Edi Ekadjati. Kalaupun mau dikutip dalam tulisan kita, sebaiknya dicantumkan dalam referensi saja, untuk mendukung argumen kita.
Ki Hasan Ya kalau kita mau ngasih komentar atau berargumen tulis saja diawalnya, kemudian disambung kutipan artikel sepenuhnya tanpa mengubah apapun. Supaya pembaca bisa membedakan dengan jelas mana komentar Kang Ucep Jamhari, mana artikel Pak Edi Ekajati. Maaf bukan apa-apa, supaya tidak terjadi salah pemahaman bagi pembaca saja.
Yana Sastra Hampir rata-rata pergaulan masyarakat Bangsa Indonesia dan negara berkembang kalau BICARA TANPA DASAR facta konkrit berupa manuscript tulisan karuhun dari batu/kulit macan/ kertas, teori-teori kaum akademis dan kitab-kitab suci nya, akan dianggap pembicAraan TIDAK SAH hanya sekedar KATANYA / MITOS, mungkin akan di sebut MANUSIA GOBLOG/ BELEGUG, HEBAT YA berarti MUNUSIA Indonesia KAUM INTELEK.
Tapi kenapa negara NKRI dan negara berkembang lainnya masih jadi negara BERKEMBANG SAJA / NEGARA DUNIA KETIGA.
Sementara dalam pergaulan antar masyarakat di USA / RUSSIA/ EROPA / JEPANG tidak pernah SECUIL PUN lawan bicara / berargument dan si pembicara meminta DASAR facta konkrit berupa manuscript tulisan karuhun dari batu/kulit macan/ kertas, teori-teori kaum akademis dan kitab-kitab suci nya dan lain lain atribut.
Bangsa USA/ RUSSIA/ EROPA sangat MENGHARGAI IDEA MURNI, BERSIH, JUJUR, LOGIKA, TERBUKA, TIDAK SELINGKUH, SADAR HUKUM dan MEMATUHI dari HATI – HATI setiap MASYARAKATNYA, untuk bekerja memproduksi pembangunan bangsanya.
MAKA HASILNYA PRODUK MASYARAKAT dengan IDEA MURNI, BERSIH, JUJUR, LOGIKA, TERBUKA, TIDAK SELINGKUH, SADAR HUKUM dan MEMATUHI dari HATI – HATI setiap MASYARAKATNYA , TERBUKA BERPENDAPAT / BERARGUMENTASI BUKAN INGIN MENANG SENDIRI / KERAS KEPALA.
HASILNYA ADALAH :
“NEGARA MENJADI MAJU MEMBERIKAN KESEJAHTERAAN SECARA ADIL MAKMUR ,
MENJADI NEGARA INDUSTRI SUPER POWER, BAHKAN MENJADI NEGARA ADI KUASA”
Yana Sastra kg Ucep idea murninya tumpahkan di FB, tidak perlu jiplak facta konkrit berupa manuscript tulisan karuhun dari batu/kulit macan/ kertas, teori-teori kaum akademis dan kitab-kitab suci nya. Rahayu
Oman Abdurahman Kang Ucep Jamhari, apa tulisan alm Prof Edi S. Ekadjati yg dikutip diatas tidak punya judul? Saya yakin ada judulnya. Alangkah baiknya kalau judul tulisan tsb jg sekalian disertakan. Trims
Ki Hasan Kang Yana Sastra, sepanjang yang saya baca dalam diskusi ini, tidak aya seorangpun yang meminta bukti ini-itu, juga tidak ada yang melarang beropini. Silahkan saja, semua orang boleh beropini. Yang ada, hanya minta konfirmasi, sehubungan isi artikel sepenuhna tulisan Pak Edi Ekadjati, seperti keterangan yang ada di bawah artikel, sementara judulnya berbeda, dan dikaitkan dengan wacana Sadahurip yang berkembang baru-baru ini, setelah beliau lama meninggal. Itu saja, simpel. Pertanyaan seperti ini wajar, cukup pake nalar sehat saja, gak perlu berlebihan, kesana-kemari.
Ucep JamhariKi Hasan@, Kalau saya sudah mengikuti keinginan bapak, sebaiknya ditutup…. sudah Clear kok… Bapak kalau mau adu kekuatan diskusi yang panjang sebaiknya di Kampus saja kurang baik saya sudah pake judul asli eeeh malah menyinggung lagi, kaya ada muatan politis…… Forum Jaring sosial adalah forum bebas…liberal… semua orang mempunyai hak yang dijamin oleh Pripacy masing2… Nuhun tos tutup wae…
Yana Sastra Ki Hasan, maksud nya saya berlebihan ke sana kemari , saya biasa saja hanya menyarankan “kebebasan berpikir itu penting” dari pada terpatok sama bab, ayat-uyut, sub bab, dalam masyarakat terbuka. Kita jangan di brainwashed dg hafalan-hafalan berpatokan akademis dlm dialog bebas, cerdaskan masyarakat dg idea murni / opininya di hati mereka. Sunda mottonya igaliter/ sawala/ demokrasi .Rahayu
Carita Para Nabi urang Sunda
Euweuh nu apal, ngan pernah aya nu apal, nu ngarana Dongeng
(Dongeng / Nyata)
Lemah Sunda (Nusa Jawa) geus kolot umurna, nu ngajadikeun nusa Jawa sanajan leutik tapi leuwih rame di banding Sumatera, Kalimantan jeung Papua, tur jadi nusa paling padet Sadunya, taya lian nu jadi sabab musababnamah nyaeta lemah patilasan para Nabi)
1. Nabi Adam (KL : 23.000 SM) : Adam Lain mangrupa Ngaran tapi Gelar anu diberekeun pikeun mahluk nu anyar hirup, Adam hartina “Mahluk nu agung, panuluy mahluk nu aya saacana”. Nabi Adam hirup ngayuga paduduan jeung Hawa (hawa oge mangrupa Gelar) di hiji tempat handapeun gunung Gede (Paseuk Bumi – Suka Bumi kiwari ). Boga pangaweruh nu luar biasa, sagala apal, nya apal oge kana carita mahluk saacana. Satuluyna nyieun puseur kahirupan disisi walungan cikapundung, meh mangrupa Kadaton di luhur Talaga, ari ngaran Talagana nyaeta “Talaga Banda”. Satuluyna anak-anak Adam sumebar ka Lebak Sagara, nyieun pangwangunan tur rupa-rupa kadaton (nu kiwari jadi laut Jawa)
2. Nabi Suta (KL : 20.000 SM): sok disebut oge Syits, minangka gelar pikeun budak anu alus budina, hirup di hiji tempat handapeun gunung “Talaga Wasa” (Tumenggung kiwari). Katurunan nabi Suta sumebar ka sakuliah alam dunya, ka asup ka nusa Majeti (hiji daratan lega nu ilang di kautan Pasifik)
3. Nabi Idris (KL : 17.000 SM): Idris mangrupa Gelar ka hiji manusa anu motekar kana kadirgantaraan, bisa nyeiun rupa-rupa banda nu bisa ngapung, tur nyieun rupa-rupa tutulisan oge buku-buku. Idris hirup di salah sahiji tempat segi tiga antara “Talaga Banda jeung Talaga Wasa”, sisieun walungan gede, nu kiwari kakeueum ku laut Jawa.
4. Nabi Hidir (KL : 13.000 SM) : Mangrupa Gelar pikeun hiji urang manusa nu bisa maca totonden. Hirup di hiji tempat di sisi basisir lau kidul. (Karang Nini – Pangandaran Kiwari)
5. Nabi Enoh (KL : 11.000 SM): Enoh mangrupa gelar pikeun anak tukang kaen. Enoh hirup dihiji tempat, handapeun gunung Patuha.
Dina mangsa Enoh ieu umat manusa geus nincak 12.000 taun, satuluyna dunya nglaman oyag tur peteng, dunya kakeueum ku Bala cai.
6. Nabi Ayub (KL : 6.000 SM): Mangrupa gelar pikeun hiji manusa nu kawilang jembar. Hirup di hiji tempat nu kiwari disebut “Cilacap”. Mangrupa jalma nu bisa ngabukbak leuweung jadi huma, nya huma jadi sawah, kalawan entep teu ngaruksak alam jeung teu nimbulkeun longsor sumawona banjir.
7. Nabi Daud (KL : 4.500 SM): ngaran aslina Dawa, Daud mangrupa gelar pikeun manusa nu bisa nyieun rupa-rupa elmu itung, palintangan (pabentangan) ngitung arah angin, pikeun rupa-rupa tatanen, urang sejena sok nyarebut DEWA. Mimiti ayana gelar Dewa teh mangrupa sesebutan pikeun Raja Daud anu kuat. Remen nyenyepeng regang “Iteuk” salaku jimat, remen gelut jeung sato MAUNG, nu antukna boga babaturan MAUNG (salaku ingon-ingon kukutan), Daud kakoncara oge pernah ngelehkeun prajurit buta nu awakna jarangkung badag nu jangkungna 3 meter satengahan. Parajurit buda di elehkeun ku Daud ngan make Regang “Iteuk” tina Jati jeung Batu tur elmu “Pamaung”. Timimiti harita katelah ayana (Regang/Tongkat Raja) jeung mimiti mucunghulna simbul Maung. Raja Daud hirup di handapeun gunung Cereme. (ajaran nabi Daud ieu nu dipikukuh jadi Sunda Wiwitan)
8. Nabi Sulaeman (KL : 4.000 SM) : Mangrupa gelar pikeun manusa nu ngaraja di wetan, boga kadaton karajaan nu kawilang pang megahna sa dunya, hirup dihiji tempat di gunung Sireum, satuluyna milih hiji tempat tengah lebak pikeun Kadaton karajaan (Sleman-Jawa tengah Kiwari) boga Surau pangendahna sadunya (candi Prambanan kiwari). Ngadenge beja di Yaman (katurunan Sam) aya karajaan Kulon nu ngawasa daerah kulon, sumembah ka panon poe, nya tuluy ditaklukeun ku cara dipindahkeun kadatona, nya jadi Barabadara (borobudur kiwari), nya tuluy kawin nyieun katadon di pasir Baka (candi Ratu Boko kiwari). Karajaan Sulaeman runtuh ku sabab diserang ku urang Yahudi wetan nu kulitna hideung jeung buukna galing. Nu pangancurna nyaeta Istana ratu Boqo di tugar tur di duruk, sedengkeun surau Sulaeman, dijadikeun pura sesembahan kana Arca, utamana Arca Samiri Balamin. Satuluyna loba rajakaya Sulaeman di bawa kana ratusan kapal nu sandar di Palang tritis, di barawa ka Pilistina (Daerah Bulan Sabit kiwari “Israel-Palestina). Satuluyna urang-urang Yahudi nu kungsi ngagempur kadaton Boko, beunang di usir ku katurunan Daud nu sejena nu nyindek di Galuh.
Benarkah pulau Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah SAW semasa hidup, serta telah dilalui dan disinggahi para pedagang dan pelaut Arab di masa itu? Pernyataan ini diungkap Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction” yang di seminarkan November 2011 lalu.
Syed Muhammad al Naquib al Attas lahir di Bogor, 5 September 1931 adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini dari Malaysia. Ia menguasai teologi, filsafat, metafisika, sejarah, dan literatur.
Ia juga menulis berbagai buku di bidang pemikiran dan peradaban Islam, khususnya tentang sufisme, kosmologi, filsafat, dan literatur Malaysia.
Sumber Wikipedia menyebutkan, tahun 1962 Al-Attas menyelesaikan studi pasca sarjana di Institute of Islamic Studies di McGill University, Montreal, Kanada, dengan thesis Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century Acheh.
Al-Attas kemudian melanjutkan studi ke School of Oriental and African Studies, University of London di bawah bimbingan Professor A. J. Arberry dari Cambridge dan Dr. Martin Lings. Thesis doktornya (1962) adalah studi tentang dunia mistik Hamzah Fansuri.
Pada 1987, Al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Melalui institusi ini Al-Attas bersama sejumlah kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, ia terkenal kritis terhadap Peradaban Barat.
Kesimpulan Al-Attas ini berdasarkan inductive methode of reasoning. Metode ini, ungkap al-Attas, bisa digunakan para pengkaji sejarah ketika sumber-sumber sejarah yang tersedia dalam jumlah yang sedikit atau sulit ditemukan, lebih khusus lagi sumber-sumber sejarah Islam dan penyebaran Islam di Nusantara memang kurang.
Ada dua fakta yang al-Attas gunakan untuk sampai pada kesimpulan di atas.
Pertama, bukti sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai yang di dalamnya terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah saw menyuruh para sahabat untuk berdakwah di suatu tempat bernama Samudra, yang akan terjadi tidak lama lagi di kemudian hari. Hikayat Raja-raja Pasai antara lain menyebutkan sebagai berikut:
“…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda: “Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin Samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (sediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu”
Dasarnya tentu sangat kuat baik secara teologis maupun secara antropologis. Menurutnya, Hamzah Fansuri, Nurruddin Ar-Raniry, Syamsuddin As-Sumatrani, Syech Abdurrauf As-singkili yang terkenal dengan nama Syeikh di Kuala atau Syiah Kuala adalah sekian diantara ulama besar Aceh yang pernah ada di zaman keemasan kesultanan Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam.
Bahkan, sekian diantara Wali Songo memiliki garis hubungan pendidikan atau lulusan (alumni) yang berguru di Samudera Pasai sebagai pusat peradaban Islam Asia tenggara kala itu. Bahkan beberapa diantaranya ada yang memiliki hubungan keturunan dengan Aceh penyebar Islam di tanah Jawa.
Sumber wikipedia menyebutkan, bahwa asal-usul penamaan pulau “Sumatra” sendiri berasal dari keberadaaan sebuah kerajaan benama Samudera Pasai (terletak di pantai pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang. (Nicholaas Johannes Krom, De Naam Sumatra, BKI, 100, 1941.)
Kedua, berupa terma “kāfūr” yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata ini berasal dari kata dasar “kafara” yang berarti menutupi. Kata “kāfūr” juga merupakan nama yang digunakan bangsa Arab untuk menyebut sebuah produk alam yang dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut dengan kapur barus.
Masyarakat Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur barus/pohon karas (cinnamomum camphora) dan juga karena “menutupi” bau jenazah sebelum dikubur.
Produk kapur barus yang terbaik adalah dari Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang terletak di pantai barat Sumatra.
Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah dari para pedagang dan pelaut yang kembali dengan membawa produk-produk dari wilayah tersebut (pasai) dan dari laporan tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yang telah mereka singgahi.
Menurut berita-berita luar yang juga diceritakan dalam Hikayat Raja-raja Pasai (Pase) kerajaan ini letaknya di kawasan Selat Melaka pada jalur hubungan laut yang ramai antara dunia Arab, India dan Cina. Disebutkan pula bahwa kerajaan ini pada abad ke XIII sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di kawasan itu.
Kembali menurut Al-Attas, ia menyebutkan, ada empat faktor penyebab minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara.
Pertama, sumber dan karya ilmiah sejarah Islam yang ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat karena tidak banyak dari mereka yang pandai membaca tulisan Jawi.
Kedua, banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan.
Ketiga, biasanya sumber-sumber sejarah yang ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis sebagai artifak sastra, sebagai karya dongeng atau legenda, yang hanya bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik, dan tidak bisa diterima sebagai sumber sejarah yang sempurna dan benar.
Keempat, karena minimnya sumber dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya menggunakan sumber, kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari Barat. Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya bahan-bahan dan informasi yang terdapat dalam berbagai sumber sejarah Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.
Prof. Dr. Abdul Rahman Tang, Akademis dan dosen pasca sarjana di Departemen Sejarah dan Peradaban, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences di International Islamic University Malaysia, selaku pembanding menyatakan kajian sejarah Islam Nusantara yang dilakukan al-Attas dalam buku tersebut sebagian besar bersifat spekulatif.
Salah satu fakta spekulatif tersebut adalah hadits yang terdapat dalam Hikayat Raja Raja Pasai.
Menurutnya, fakta-fakta tersebut bisa valid jika telah menjalani proses “verification of fact”. Namun Al-Attas tidak melakukan proses ini terhadap hadits yang disebutkan di dalam hikayat raja-raja pasai tersebut.
Muslim China warga Malaysia ini mempertanyakan tentang hadits ini dan mengkhwatirkan implikasinya terhadap pemikiran masyarakat Nusantara. Menurutnya, al-Attas melakukan inductive methode of reasoning secara tidak konstruktif. Sedang Dr. Syamsuddin Arif, dosen IIUM asal Jakarta, selaku pembicara kedua dalam acara bedah buku tersebut mengungkapkan kesimpulan al-Attas di atas logis dan sesuai dengan fakta.
Hal ini berdasarkan perjalanan pelaut dan pedagang Arab pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang pergi ke China. Untuk mencapai negeri China melalui laut tak ada rute lain kecuali melalui dan singgah wilayah Nusantara.
Lebih lanjut Arif mengemukakan berbagai teori dan pendapat tentang kapan, dari mana, oleh siapa, dan untuk apa penyebaran Islam di Nusantara beserta bukti-bukti dan fakta-fakta yang digunakan untuk mendukung pendapat-pendapat tersebut. Arif juga menjelaskan ilmuwan siapa saja yang memegang dan yang menentang pendapat-pendapat tersebut.
Di akhir makalahnya, Arif mempertanyakan pendapat J.C. Van Leur yang pertama kali menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotivasi oleh kepentingan ekonomi dan politik para pelakunya.
Van Leur dalam bukunya “Indonesian Trade and Society” berpendapat, sejalan dengan melemahnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Sumatera dan khususnya di Jawa, para pedagang Muslim beserta muballigh lebih berkesempatan mendapatkan keuntungan dagang dan politik.
Dia juga menyimpulan adanya hubungan saling menguntungkan antara para pedagang Muslim dan para penguasa lokal.
Pihak yang satu memberikan bantuan dan dukungan materiil, dan pihak kedua memberikan kebebasan dan perlindungan kepada pihak pertama.
Menurutnya, dengan adanya konflik antara keluarga bangsawan dengan penguasa Majapahit serta ambisi sebagian dari mereka untuk berkuasa, maka islamisasi merupakan alat politik yang ampuh untuk merebut pengaruh hingga menghimpun kekuataan.
Menurut catatan M. Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:
1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.
2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.
3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri.
Dari catatan-catatan, nama-nama dan lembaga-lembaga seperti tersebut di atas, Prof. A. Hasjmy berkesimpulan bahwa, sistem pemerintahan dalam Kerajaan Islam Samudera Pasai sudah teratur baik, dan berpola sama dengan sistem pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah Sultan Jalaluddin Daulah (416-435 H).
Nama Samudera dan Pasai sudah populer disebut-sebut baik oleh sumber-sumber Cina, Arab dan Barat maupun oleh sumber-sumber dalam negeri seperti Negara Kertagama (karya Mpu Prapanca, 1365) pada abad ke 13 dan ke-14 Masehi. Dan tentang asal usul nama kerajaan ini ada berbagai pendapat.
Menurut J.L. Moens, kata Pasai berasal dari istilah Parsi yang diucapkan menurut logat setempat sebagai Pa’Se. Dengan catatan bahwa sudah semenjak abad ke VII M, saudagar-saudagar bangsa Arab dan Parsi sudah datang berdagang dan berkediaman di daerah yang kemudian terkenal sebagai Kerajaan Islam Samudera Pasai .
Image may be NSFW. Clik here to view.
Mohammad Said, salah seorang wartawan dan cendikiawan Indonesia pengarang buku ACEH SEPANJANG ABAD yang berkecimpung dengan penelitiannya tentang kerajaan ini dan kerajaan Aceh, dalam prasarannya yang berjudul “Mentjari Kepastian Tentang Daerah Mula dan Cara Masuknya Agama Islam ke Indonesia”, berkesimpulan bahwa istilah PO SE yang populer digunakan pada pertengahan abad ke VIII M seperti terdapat dalam laporan-laporan Cina, adalah identik atau mirip sekali dengan Pase atau Pasai.
Pendapat ini adalah sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Prof. Gabriel Ferrand dalam karyanya (L’Empire, 1922, hal.52-162), dan pendapat Prof. Paul Wheatley dalam (The Golden Khersonese, 1961, hal.216), yang didasarkan pada keterangan para musafir Arab tentang Asia Tenggara. Kedua sarjana ini menyebutkan bahwa sudah sejak abad ke-7 Masehi, pelabuhan-pelabuhan yang terkenal di Asia Tenggara pada masa itu, telah ramai dikunjungi oleh para pedagang dan musafir-musafir Arab. Bahkan pada setiap kota-kota dagang itu telah terdapat fondachi-fondachi atau permukiman-permukiman dari pedagang-pedagang yang beragama Islam. Wallahu’alam bissawab..
Referensi:
Islamic Studies Forum for Indonesia) Kuala Lumpur, Malaysia
Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan. Dan salah satunya adalah kecamatan Tugurejo. Uniknya di kecamatan ini terdapat candi peninggalan di jaman kuno, yaitu Candi Tugurejo. Jika dilihat dari prasasti yang ada di situ terlihat ada tulisan bahasa Belanda menandakan tahun 1938. Dan di candi itu juga mengalami pemugaran tahun 1984-1985 dan dibuat mirip dengan Candi Gedong Songo.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Menurut penuturan warga sekitar di tugu candi ini konon adalah tapal batas antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran. Entah benar atau tidak penulis mengiyakan saja penuturan warga tersebut, karena penulis juga bukan pakar sejarah atau arkeolog.
Image may be NSFW. Clik here to view.Candi Tugurejo memiliki dua gapura atau dua pintu masuk. Dan di samping kanan kiri terdapat relief yang menyimbolkan sosok perempuan dan sosok brahmana. Di sekitar candi yang paling bawah terdapat ruang yang nampaknya dapat digunakan untuk semedi. Dan menurut penuturan warga ada juga orang dari luar wilayah kecamatan Tugurejo yang melakukan ritual ibadah di candi itu. Candi Tugurejo berbeda dengan Pura Giri Natha yang ada di wilayah Lempong Sari. Kalau Pura Giri Natha lebih sering digunakan ibadah oleh warga Semarang yang beragama Hindu.
Image may be NSFW. Clik here to view.Dan faktanya di sekitar wilayah Candi Tugurejo ini malah banyak yang menganut agama Islam, bahkan ada yang mendirikan pondok pesantren di wilayah kecamatan Tugurejo.
Image may be NSFW. Clik here to view.Untuk dapat menuju lokasi Candi Tugurejo dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi. Dan masuk wilayah ini tidak dipungut biaya sepeser pun. Kalau sekedar ingin melepas penat dan foto bersama di sekitar candi boleh-boleh saja yang penting tidak diperkenankan corat coret atau melakukan perusakan terhadap bangunan.
Image may be NSFW. Clik here to view.Berdasarkan catatan Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa I sarga 3, pada sekitar tahun 536 Masehi ditepian sungai musi, telah ada sebuah pelabuhan Internasional.
Pelabuhan ini, menjadi sarana pengiriman barang berupa tanaman gaharu, rempah wangi, pala, dan kapur barus, ke berbagai Negara seperti Yaman, Mesir, Cina, India, Persia dan sebagainya.
Pelabuhan Internasional ini merupakan sebuah wilayah otonom, yang bernama Sriwijaya, dan daerah ini berada di bawah kendali Kerajaan Melayu, Sribuja.
Sriwijaya dan utusan Rasulullah
Pada sekitar tahun 628 M, penguasa Sriwijaya kedatangan utusan dari Tanah Arab, bernama Akasyah bin Muhsin al-Usdi. Akasyah diutus oleh Nabi akhir zaman, Muhammad Rasulullah, untuk menyampaikan dakwah Islam, kepada Penguasa Sriwijaya.
Utusan Rasulullah ini, mendapat sambutan yang baik, oleh Penguasa Sriwijaya ketika itu. Salah satu alasannya, Islam adalah ajaran monotheisme, yang memiliki kemiripan dengan keyakinan yang dianut sebagian bangsawan Sriwijaya.
Keyakinan Monotheisme di Kerajaan Sriwijaya, dikenal sebagai Ajaran Braham (ajaran monotheime peninggalan Nabi Ibrahim). Keberadaan ajaran Braham pada saat itu, bisa terliihat pada catatan Fa Xian/Fa Shien sepulang dari India di era tahun ke-7 Kaisar Xiyi (411M)…
“Kami tiba di sebuah negeri bernama Yapoti (Jawa dan atau Sumatera) di negeri itu Agama Braham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya.“
Hal ini, semakin diperkuat dengan adanya pendapat yang mengatakan, pada sekitar tahun 607 Masehi, telah ada Kerajaan Sriwijaya (Sriboza) yang bercorak Brahminik (Early Indonesian Commerce : A Study of the Origins of Srivijaya, by Wolters, 1967 dan Maritime Trade and State Development in Early South East Asia, by K.R. Hall, 1985)
Untuk kemudian dakwah Islamiyah di tanah Sriwijaya ini terus berlanjut, terutama dilakukan oleh Para Pedagang dari jazirah Arab.
Bahkan salah seorang Penguasa Sriwijaya, yang bernama Sri Indrawarman, diperkirakan seorang muslim, yang menjalin persahabatan dengan Khalifah Islam, Umar bin Abdul Aziz.
Sebagian penduduk Kerajaan Sriwijaya, jika diselusuri secara genealogy, ternyata ada yang masih terhitung kerabat Kerajaan Persia.
Hal ini tergambar di dalam kitab sejarah melayu, yang mengisahkan pemimpin wilayah Palembang, Demang Lebar Daun, merupakan anak cucu Raja Sulan, keturunan dari Raja Nusirwan ‘Adil bin Kibad Syahriar (King Anushirvan “The Just” of Persia, 531-578 M).
Ada dugaan keberadaan keluarga Kerajaan Persia ini, dikarenakan terjadinya konflik internal di Persia, sepeningal Raja Nusirwan ‘Adil, yang berakibat, sebagian Bangsawan Persia mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya.
Para pelarian politik Persia ini, dimanfaatkan oleh para penguasa Sriwijaya, untuk dijadikan instruktur di angkatan perang-nya. Bahkan dalam upaya memperkuat pasukannya, Kerajaan Sriwijaya mendirikan pangkalan militer di daerah Minanga yang berada di tepian sungai komering.
Pada tahun 669 Masehi, Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hiyang Sri Jayanaga. Sang Raja, dikenal seorang yang sangat berwibawa, dan dengan kekuatan angkatan perang-nya, yang sangat terlatih. Sriwijaya mulai menaklukkan beberapa daerah disekitarnya. Bahkan kemudian Kerajaan induknya, Kerajaan Sribuja berhasil dikuasai.
Pelarian politik juga berasal dari wilayah Cina. Kedatangan mereka ini disebab-kan terjadinya peristiwa pemberontakan petani-petani muslim Cina terhadap kekuasaan Dinasti T’ang di masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M).
Kaum muslimin banyak mati dibunuh dalam pemberontakan itu, sehingga mereka yang selamat melarikan diri ke berbagai negara, termasuk ke kota Palembang, yang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.
Keberadaan Pelarian Politik asal Persia dan Cina, Kemudian Para Pedagang Arab yang sekaligus juga juru dakwah Islam, serta berdirinya pusat-pusat pengajaran agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya, menunjukkan bahwa negeri ini, merupakan daerah yang sangat pluralis, dimana penduduknya terdiri atas berbagai suku dan ras, serta memiliki keyakinan yang beragam.
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan :
1. Keberadaan Akasyah bin Muhsin al-Usdi di Sriwijaya, diperkirakan setelah perjanjian Hudaibiyah tahun 6H. Pada masa itu, Rasulullah memperkenalkan Islam melalui surat yang beliau kirimkan, kepada para penguasa, pemimpin suku, tokoh agama nasrani dan lain sebagainya.
2. Pendapat yang mengatakan Akasyah bin Muhsin al-Usdi di Sriwijaya, pada sekitar tahun 2H, nampaknya perlu diteliti lebih mendalam lagi. Hal ini disebabkan, berdasarkan fakta sejarah, pada saat tersebut, kaum muslimin sedang berkosentrasi menghadapi kaum kafir Quraish. Jadi terasa agak aneh, jika ada sahabat yang berada jauh dari kota madinah.
1. Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia, tahun 625 Masehi. Perjalanan dakwahnya dilanjutkan ke dari Indonesia ke kawasan Nusantara, melalui: Timur Leste, Brunai Darussalam, Sulu, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, Kampuchea. (Sumber: H.Zainal Abidin Ahmad, Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang, Bulan Bintang, 1979; Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.31; S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39)
2. Ja’far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia,sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.33)
3. Ubay bin Ka’ab, berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.35)
4. Abdullah bin Mas’ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay Archipelago)
5. ‘Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal, dan putera-puteranya Mahmud dan Isma’il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. sekitar tahun 625 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.38)
6. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah. sekitar tahun 623 M/ 2 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39; Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama Di Palembang, 1986; R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929; T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968)
7. Salman Al-Farisi, berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39)
8. Zaid ibn Haritsah, berdakwah di Kerajaan Lamuri/Lambari (Lambharo/Lamreh, Aceh) pada tahun 35 H (718 M).
9. Wahab bin Abi Qabahah, telah mengunjungi Riau dan menetap selama 5 tahun di sana sebelum pulang ke Madinah. Dipetik dari kitab ‘Wali Songo dengan perkembangan Islam di Nusantara’, oleh Haji Abdul Halim Bashah, terbitan Al Kafilah Enterprise, Kelantan, 1996, m/s 79, bab 9, ISBN 983-99852-8-0
Image may be NSFW. Clik here to view.Menurut A. Hasmy (1995) dan Ambary (1993), berdasarkan studi filologis atas Kitab Idrahul-Haq Fi Mamlakah Ferlak, penetrasi Syiah terjadi sejak awal perkembangan Islam ketika pada 172 H/764 M, karena tekanan politik penguasa Bani Abbasiyah, kelompok yang terdiri dari orang-orang Persian, Arab dan India bermigrasi ke Nusantara yang kemudian mendirikan Kesultanan Islam Peureulak di Aceh /840 dengan Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah sebagai sultannya yang pertama.
Geneologi lengkapnya menurut MUI Kabupaten Aceh Timur adalah Sayyid Abdul Aziz bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad al-Diba’ bin Imam Ja’far al-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zaenal Abidin bin Imam Husein bin Imam Ali dan Fatimah binti Muhammad Rasulullah.
Dimasti sayyid tersebut berkuasa hanya sampai lima generasi, karena pada tahun 306/918 kaum sunni berhasil menumbangkan Kesultanan Syi’ah Peureulak dan mengangkat Alaidin Malik Abdulkadir Syah Johan Berdaulat sebagai sultan dari Dinasti Makhdum, yakni keturunan bangsawan penduduk pribumi, hingga pada masa Sultan Makhdum Alaidin Abdulmalik Syah Johan Berdaulat yang memerintah pada tahun 334-361/946-973.
Kaum syi’ah bangkit kembali melakukan pemberontakan yang apada akhirnya wilayalahKesultanan Peureulak dibagi dua, yakni: Peureulak Pesisir dengan ibukotanya bandar Peurelak dan Sultannya Alaidin Sayyid Maulana Mahmud Syah (365-377/976-988); dan Peurelak Pedalaman untuk kaum sunni dengan ibukotanya bandar Khalifah dan sultannnya makhdum Alaidin malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (365-402/976-1012).
Pada 375/986 Kerajaan Sriwijaya menyerang Kesultanan Peureulak dan dalam peperangan tersebut Sayyid Maulanan Mahmud Syah syahid, sehingga dengan demikian Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Berdaulat dari kaum Sunni menjadi penguasa tunggal Kesultanan Peureulak hingga generasi ke-14. Pada akhirnya Kesultanan Peureulak digabungkan ke dalam Kesultanan Samudra Pasai (1285-1478 M) dengan Malik al-Saleh sebagai sultannya yang pertama. Setelah runtuhnya Kesultanan Samudra Pasai, kemudian berdiri Kesultanan Aceh Darrussalam.
Proses difusi Islam di Nusantara secara massif terjadi sejak abad ke-12 M. Islam berangsur-angsur melampaui daerah pantai Sumatra dan Semenanjung Melayu, ke pantai utara pulau Jawa dan beberapa pulau di bagian Timur nusantara, hingga pada abad ke-16 sampai ke-18 berdiri kesulatan Demak, Mataram, Banten, Makassar dan Ternate Tidore. Para sufi -terutama keturunan Ahlul-bayt Nabi memainkan peranan yang signifikan dalam proses Islamisasi Nusantara.
Para sufi di Jawa pada abad ke-15 sampai ke-16 dikenal sebagai Wali Songo. Kesembilan Wali tersebut -kecuali Sunan Kalijaga dan Sunan Muria- secara geneologis adalah keturunan Ahlul-Bayt Nabi yang dikenal sebgai Sayyid Hadrami (berasal dari Hadramaut, Yaman).
Menurut Bruinessen (1995) dan al-Baqir (1998), semua sayyid Hadrami, adalah keturunan dari Imam Syiah keenam, Imam Ja’far as-Shadiq, melalui cicitnya Ahmad Muhajir, keturunan Nabi yang menetap di Hadramaut. Sayyid Ahmad Muhajir berasal dari Kota Basrah (Irak), karena tekanan politik rezim Bani Abbasiah, ia bersama kelaurga dan pengikutnya bermigrasi ke Hadramaut pada paruh pertama abad ke-4 H/10M.
Di Hadramaut, Ahmad Muhajir berhadapan dengan kaum khawarij yang ekstrim dan membenci Syiah sehingga ia melakukan taqiyah dengan mengikuti mazhab syafi’i.
Proses adaftasi kultural (taqiyyah) tersebut dalam perkembangannya sejarahnya membentuk tradisi keagaman sinkretik anata faham syiah dengan faham sunni mazhab syafi’i, hingga pada abad ke 7 H / 13 M. para sayyyid Hadrami lebih berorientasi kepada mistisme Islam (tassawuf).
JUMADI KUSUMA, alumni Antropologi FISIP Universitas Padjajaran Bandung
Rujukan:
1. Hasmy, A. 1995 Aceh: Kerajan Islam Pertama di Asia Tenggara. Dalam Lima puluh tahun Aceh membangun. banda Aceh: Majelis Ulama Indonesia Provinsi Istimewa Aceh.
2. 1983. Syiah dan ahlussunah saling rebut pengaruh dan kekuasan sejak awal sejarah Islam di kepulauan Nusantara.
3. Al-Baqir, M. 1986. Pengantar tentang kaum alawiyyin. Dalam A.S.A. haddad, Thariqah menuju kebahagiaan, bandung:Mizan.
4. Bruinessen, M.V. 1995.Kitab Kuning, peantren, dan tarekat; Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. bandung:Mizan.
Kisah dua petarung republik dari Lasykar BBRI yang nama mereka diabadikan untuk dua jalan di pusat kota Cianjur.
Ahmad Yanuana Samantho: “RP Soeroso (Banteng Soeroso) yang namanya diabadikan jadi nama jalan Suroso di Cianjur, adalah pahlawan kemerdekaan, anggota TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Makamnya kini ada di Tamam Makam Pahlawan Dreded, B0ndongan di Bogor. Dia adalah adik nenek saya. Ayahnya bernama Raden Soemarsono, yang makamnya di halaman rumahnya di Gang Banteng Soeroso, Cibalagung, Ciomas Kota Bogor. Ketika masih kecil saya sering lihat Lukisan pinsil wajah Kakek Banteng Soeroso dipajang di Rumah nenek (Eyang Uti) saya dan di rumah mbah Buyut Sumarsono di Cibalagung Bogor. Sekarang entah kemana lukisan foto beliau tersebut. Adakah anggota keluarga lain yang masih menyimpannya?
Image may be NSFW. Clik here to view.JALAN Muhamad Ali di Cianjur itu nyaris tiap hari dipenuhi lalu lalang khalayak. Dari pedagang kaki lima hingga anak-anak sekolahan. Di pinggir-pinggirnya deretan sepeda motor terparkir bersanding dengan angkot-angkot berwarna merah yang berhenti seenaknya. Menurut Helmy Adam, kendati merupakan jantung kota, kawasan ini memang termasuk area macet . “ Terlebih pada malam di hari-hari libur, kawasan ini sangat padat sekali, “ ujar lelaki kelahiran Cianjur 30 tahun lalu itu.
Menurut Mulyadi (75), sekitar 65 tahun lalu kawasan tersebut tentu saja tak seramai sekarang. Banyak sudut kota yang kini menjadi bangunan, dulunya adalah hamparan tanah kosong. Toko-toko (sebagian besar dikelola oleh orang-orang Tionghoa) pun jumlahnya masih bisa dihitung, apalagi kendaraan yang lalu lalang. “ Itu juga kebanyakan sado (sejenis delman),” ujar sesepuh Cianjur tersebut.
Bahkan begitu lenggangnya, pada sekitar tahun 1946-1947, anak-anak muda dari Lasykar Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) cabang Cianjur selalu menggunakan kawasan itu sebagai tempat untuk latihan baris berbaris. BBRI sendiri sejatinya adalah organ perjuangan nasional yang didirikan oleh dr.Muwardi di Jakarta pada 1946 dan berpindah ke Solo usai Jakarta diduduki oleh Belanda. Organ yang memiliki ideologi sepaham dengan garis perjuangan Tan Malaka tersebut lantas membentuk cabang di banyak kota, termasuk Cianjur.
Kecil tapi Bernyali Besar
Di Cianjur, BBRI dipimpin oleh Muhamad Ali (namanya kemudian disematkan kepada nama jalan tempat ia secara rutin melatih baris berbaris para pemuda BBRI Cianjur). Sebelum berangkat latihan baris berbaris, mereka biasanya berkumpul dulu di sebuah rumah yang terletak di wilayah Pasar Suuk. Kini wilayah yang masih menyisakan beberapa batang pohon mahoni tua itu dinamai sebagai Jalan Barisan Banteng (Barba).
Sepengetahuan Mulyadi, Muhamad Ali sendiri merupakan lelaki kelahiran Kampung Sukasari di Ciranjang (terletak di luar wilayah Cianjur menuju Bandung). Karena itu, tidak aneh jika saat ini, di Kecamatan Ciranjang terdapat juga jalur jalan yang diberi nama Jalan Muhamad Ali.
Mulyadi mengenang sosok Muhamad Ali sebagai pemuda yang memiliki tubuh kecil dan berjalan agak terpincang-pincang. Itu disebabkan karena ia mempunyai cacat di kaki kirinya( bisa jadi akibat terkena polio). Namun keberanian Muhamad Ali melebihi badannya yang kecil. Karena itu ia disegani kawan-kawannya dan ditakuti oleh lawan-lawannya terutama militer Belanda. “ Ia diibaratkan banteng-nya Cianjur-lah saat itu…” ujar Mulyadi.
Sayang, perjuangan belum selesai Muhamad Ali keburu meninggal. Belum jelas benar, apakah ia meninggal karena ditembak militer Belanda atau karena sakit.
Banteng Kedua
Image may be NSFW. Clik here to view.Sepeninggal Muhamad Ali, BBRI diserahkan kepada pemuda lain bernama Soeroso. Ia merupakan “banteng kedua” di Lasykar BBRI. Mulyadi menyatakan, sejatinya pemuda Soeroso bukanlah asli berasal dari Cianjur. Ia merupakan warga Jawa Tengah (belum diketahui berasal dari kota mana) yang hijrah ke Cianjur. Sosoknya dikenal sebagai pemuda pemberani dan kharismatik, sehingga ia diangkat menjadi pemimpin perlawanan terhadap militer Belanda oleh anak-anak muda asli Cianjur.
Dalam buku Pertempuran Konvoy Sukabumi-Cianjur 1945-1946, Kolonel (Purn) Eddie Soekardi menyebut nama Soeroso sebagai pimpinan gerilyawan kota yang berhasil mengganggu pergerakan Bataliyon 3/3 Gurkha Rifles (suatu kesatuan elit militer Inggris yang diperkuat orang-orang Gurkha ) dari Bandung ke Sukabumi.
Bersama gerilyawan-gerilyawan lain dari Yon 3 Resimen III TRI, Lasykar Hizbullah dan Sabilillah, Lasykar BBRI pimpinan Soeroso melakukan penyerangan lewat aksi hit and run terhadap Yon 3/3 Gurkha Rifles yang diperkuat oleh tank Sherman, panser wagon, brencarrier dan truk-truk berisi pasukan. Kendati hanya menggunakan molotov cocktail (bom sederhana yang terbuat dari botol yang diisi bensin dan disertai sumbu) dan beberapa pucuk senjata saja, mereka melakukan serangan terstruktur dari sudut-sudut pertokoan dan lorong-lorong rumah yang berderet sepanjang pusat kota Cianjur.
“ Bagi para serdadu Gurkha Rifles, situasi itu cukup membingungkan. Mereka hanya bisa bertahan dan membalas serangan tersebut sekenanya dari balik kendaran-kendaraan tempur mereka… ” kata sesepuh Divisi Siliwangi yang meninggal pada September lalu itu.
Ketidakberdayaan salah satu satuan elit militer Inggris dalam Perang Dunia II sempat dicatat oleh sumber Inggris sendiri. Dalam The Fighting Cock: The Story of The 23rd Indian Division, Kolonel A.J.F Doulton memuji pergerakan taktis gerilyawan Indonesia yang sempat membuat para serdadu Gurkha panik dan terpukul. “ Ini menjadi suatu bukti, orang-orang Indonesia mengalami kemajuan dan semakin militan…” tulis Doulton.
Sang Banteng Perlaya
Tahun 1948, akibat Perjanjian Renville, Divisi Siliwangi ditarik dari Jawa Barat menuju kantong-kantong baru mereka di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun tidak semua kekuatan republik “patuh” terhadap kesepakatan tersebut. Secara sengaja, sebagian dari mereka memutuskan untuk bertahan di Jawa Barat dan tetap melakukan perlawanan terhadap pendudukan Belanda. Salah satu kekuatan republik yang bertahan dan tetap menjalankan perlawanan tersebut adalah Lasykar BBRI pimpinan Soeroso.
Ditinggalkannya Cianjur oleh sebagian besar unsur-unsur pasukan Divisi Siliwangi tidak menjadikan perlawanan di kota tersebut menjadi lemah. Alih-alih menghentikan perlawanan, pasca “kosongnya” Cianjur dari pasukan Siliwangi, serangan dari kekuatan-kekuatan republik yang tertinggal malah semakin militan dan radikal. Menurut salah seorang mantan gerilyawan Indonesia bernama Yusup Supardi (90), sisa-sisa pasukan republik memilih basis perlawanan mereka dari pinggir-pinggir kota.
“ Saat itu kami membuat suatu kesepakatan bahwa wilayah Cianjur kota adalah daerah pendudukan dan harus diserang,”ungkap mantan anggota Yon Kala Hitam Divisi Siliwangi itu.
Dan memang, pihak NICA (Pemerintah Sipil Hindia Belanda) di Cianjur saat itu dibuat tidak tenang dengan berbagai upaya penyergapan dan penyerangan yang terjadi hampir tiap hari. Soeroso dan pasukannya adalah salah satu kekuatan republik yang rajin “menyambangi” wilayah kota Cianjur. Dengan modal senjata seadanya, hampir tiap malam, mereka melakukan aksi teror terhadap asrama militer Belanda yang berada di wilayah Kampung Tangsi (sekarang menjadi Gang Pangrango) dan induk pasukan mereka yang bermarkas di Joglo (sekarang menjadi gedung Komando Distrik Militer 0608 Cianjur, Toserba Slamet, gedung Markas Corps Polisi Militer).
Merasa terganggu dengan serangan-serangan pasukan Soeroso ini, maka militer Belanda kemudian melancarkan suatu operasi intelijen untuk menjebak “Banteng Cianjur” tersebut. Maka disebarlah telik sandi mereka ke pinggiran kota dan pelosok desa. Setelah semua informasi terkumpul, intelijen militer Belanda lantas membuat skenario penangkapan. Singkat cerita, “diutuslah” oleh militer Belanda seorang telik sandi ( yang berpura-pura sebagai pejuang) ke markas BBRI. Untuk membahas strategi perjuangan selanjutnya, sang telik sandi itu mengundang Soeroso untuk menemui sekumpulan gerilyawan kota di wilayah Satoe Doeit (sekarang masuk dalam wilayah Jalan Soeroso). Tanpa kecurigaan, Soeroso menyanggupi undangan tersebut dan datang ke Satoe Doeit.
Saat asyik menikmati santap siang di sebuah warung makan, tiba-tiba tanpa dinyana oleh Soeroso, satu peleton KNIL diam-diam mengepung tempat tersebut. Soeroso yang sadar dirinya ada dalam bahaya lantas melakukan perlawanan, dan berhasil lolos dari penyergapan militer Belanda. Ia kemudian berlari ke arah barat.
Sayang, begitu sampai di depan Wisma Tedja (sekarang berada di Jalan Ir. H. Djuanda) ia sudah terlanjur masuk dalam incaran teleskop senjata seorang sniper militer Belanda. “Banteng Kedua” itu lantas terjengkang dihantam peluru musuh dan perlaya seketika. Jasadnya kemudian dibawa oleh penduduk setempat dan dimakamkan di kawasan Panembong. (hendijo)
Keterangan foto:
1. Jalan Muhamad Ali, dulu dijadikan tempat latihan Lasykar Banteng Cianjur (foto:hendijo)Image may be NSFW. Clik here to view.
2. Jalan Suroso, diambil dari nama pejuang yang ditembak sniper militer Belanda (foto:hendijo)Image may be NSFW. Clik here to view.
3. Wisma Tedja, tempat pejuang Suroso gugur ditembak mati oleh militer Belanda (foto:hendijo)
Nama Lelaki Yang Gugur Oleh Sniper Belanda Di Cianjur, Jalan Suroso dikenal sebagai kawasan super macet. Selain di sana terdapat bekas kantor Polres Cianjur , juga di ujung jalan ini lalu lintas dipadatkan oleh jejeran angkutan kota, sado (sejenis bendi), becak dan ojek yang ngetem di depan Pasar Induk.
Kendati hanya sepelemparan batu jaraknya dari pusat kota, namun tak ada satu batang hidung polisi lalu lintas pun yang “berkenan” untuk hadir mengamankan situasi kacau balau tersebut. Mereka kesannya acuh tak acuh saja (kalau tidak mau dikatakan tidak peduli sama sekali).
Jauh ke belakang, tepatnya 68 tahun lalu di suatu sudut jalan ini, Soeroso terjengkang dihantam sebutir peluru dari senjata seorang penembak runduk militer Belanda. Lelaki kelahiran Jawa Tengah itu lantas tewas seketika dan mayatnya diamankan sekaligus dimakamkan oleh kawan-kawannya di wilayah Panembong.
Soeroso adalah pengikut loyal Tan Malaka. Karena loyalitasnya itu, ia kemudian diangkat sebagai pimpinan Lasykar Barisan Banteng wilayah Cianjur, menyusul kematian mendadak sang pemimpin terdahulu yang bernama Mochamad Ali (nama ini juga telah diabadikan sebagai salah satu nama jalan yang membelah pusat kota Cianjur) .
Usai dipimpin Soeroso, Barisan Banteng (di Cianjur ada kawasan namanya Jalan Barba=Barisan Banteng) menjadi lebih militan dan radikal. Itu dibuktikan dengan seringnya militer Belanda yang bermarkas di wilayah Joglo (sekarang menjadi Toserba Slamet, Markas Polisi Militer dan Kodim 0608) menjadi bulan-bulanan mereka hampir setiap malam. Untuk mengantisipasi situasi supaya tidak semakin kacau, maka militer Belanda kemudian mengadakan operasi intelijen untuk menjebak “jawara Barba Cianjur” tersebut.
Maka dibuatlah skenario: untuk membahas perjuangan selanjutnya, Soeroso diundang oleh seseorang (dicurigai yang mengundang ini adalah telik sandi NICA) ke wilayah Satoe Doeit (sekarang masuk dalam wilayah Jalan Suroso). Saat asyik menikmati santap siang di sebuah rumah makan, tiba-tiba satu peleton KNIL menyergap sekaligus mengepung Soeroso.
Tanpa banyak bicara, ia lantas melawan dan berhasil meloloskan diri dari kepungan militer Belanda tersebut. Sayang, begitu sampai di pertigaan Ampera (sekarang tepat di depan Pasar Induk dan Studio Radio Sturada), ia sudah terlanjur masuk dalam incaran teleskop senjata seorang sniper…(hendijo) [Diposkan by Samuel Tirta]
POSTED BY ADMIN POSTED ON 9:02 PM WITH NO COMMENTS
Jalan Suroso merupakan kawasan super macet di Cianjur pada jam-jam sibuk. Maklumlah, di jalan ini terdapat Pasar Induk yang menjadi tempat beraktivitas utama sehari-hari masyarakat di sana. Hal ini diperparah dengan jejeran angkutan kota, sado, becak, hingga ojek yang ngetem di Pasar Induk. Selain itu, tidak adanya petugas kepolisian yang melancarkan lalu lintas juga menambah buruk lalu lintas di jalan ini.
Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan dalam kisah sejarah lokal. Bagi mahasiswa jurusan sejarah, tentu tahu apa yang saya maksud dengan sejarah lokal ini. Sejarah lokal adalah sejarah Indonesia yang tidak masuk dalam tabulasi periodisasi sejarah nasional, karena sifat kedaerahannya – kurang lebih begitulah maksudnya. Dalam kesempatan kali ini, saya ingin bercerita tentang sejarah kenapa jalan ini bisa dinamai Jalan Suroso ini?
Ada yang tahu? Jadi sekira 68 tahun silam, di salah satu sudut jalan ini, seorang Indonesia mati ditembak oleh penembak jitu serdadu Belanda. Nama Indonesian ini adalah Soeroso (ejaan sekarang Suroso). Siapa Soeroso ini?
Soeroso merupakan pengikut setia Tan Malaka. Loyalitas ini membuatnya diangkat sebagai pemimpin Lasykar Barisan Banteng kawasan Cianjur, terlebih pemimpin sebelumnya Mochamad Ali (juga diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Cianjur) meninggal mendadak. Masa kepemimpinannya, ia menggerakkan Lasykar Barisan Banteng dengan lebih radikal dan militan. Ini dibuktikan dengan makin kerapnya markas militer Belanda di kawasan Joglo (kini Toserba Slamet, Markas PM, dan Kodim 0608) dijadikan bulan-bulanan hampir tiap malam.
Belanda mengambil langkah antisipasi supaya keadaan tidak makin kacau dengan menjebak pria yang dijuluki Jawara Barba Cianjur ini. Skenario yang dibuat adalah mengundang Soeroso ke wilayah Satoe Doeit oleh seorang Indonesia pengkhianat yang diduga antek NICA. Di tengah-tengah makan siangnya, tempat pertemuan ini digerebek satu peleton tentara NICA. Tidak berbasa-basi, Soeroso melawan untuk meloloskan diri dari kepungan militer Belanda.
Dia berhasil kabur sampai di pertigaan Ampera (kini deipan persis Pasar Induk dan Studio Radio Sturada), ketika seorang penembak jitu Belanda tengah mengekernya dari balik teleskop senjata snipernya. Dan dorr… Soeroso terjengkang ke tanah. Mati seketika ia! Teman-temannya langsung mengamankan jasad pria kelahiran Jawa Tengah itu untuk dimakamkan di Panembong.
Artikel Militer Indonesia ini ditulis ulang dari artikel Garuda Militer.
Gedung ini didirikan pada tahun 1879, oleh pengusaha Belanda bernama Wilhem Gustaf Wissner. Di gedung ini pernah digunakan sebagai tempat pergerakan nasional pada tahun1935, pernah digunakan sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang milik Belanda, pernah juga digunakan untuk menyambut dan mempertahankan kemerdekaan RI pada tahun 1945. Kemudian pada tahun 1958 dihibahkan oleh pemiliknya kepada Umar Bin Usman Albawahab menjadi Museum Perjuangan Bogor.
Museum ini didirikan oleh para pejuang Bogor untuk mewariskan semangat juang serta nilai-nilai 45 kepada generasi saat.
Di gedung ini, bukti-bukti perjuangan pejuang kemerdekaan tersimpan rapi di antaranya: berbagai koleksi senjata yang pernah digunakan untuk melawan penjajah, replika keheroikan pertempuran di Bogor antara tahun 1945 – 1950, dan ada kata-kata penggugah, di salah satu batu nisan, yang menjadi symbol kebangkitan rasa nasionalisme.
“Achmad Daniel dan Banteng Soeroso yang gugur di Cibeber, Aminta, Mochtar dan Soemirat gugur di Karangtengah, Bantamer gugur di Cipelang, Tahromi gugur di Gunungpuyuh, Atje gugur/hilang di Kalibata dan lain-lain tak dikenal. Dari rekan-rekanmu eks siswa SMP/Tjoe Gakko Bogor, November 1987”
Lokasi Museum
Jalan Merdeka No 56, Bogor, Jawa Barat, Telp 0251-9135879
Jadwal Kunjungan
Sabtu s.d. Kamis, pkl 09.00 – 14.00
Harga Tiket
Dewasa: Rp 2.000,- Anak-anak: Rp 1.000,-
Transcript of “Musium perjoeangan bogorgg”
1. MUSIUM PERJOEANGAN BOGORIKHSAN MA FAQIHM.G.GHAZALI IRVANFADEL ADITYA RISTIAQFAIZSYAHREZARIZKI
2. MENU LATAR PROGRAM FASILITASBELAKANG MUSIUM HARGA TIKETLOKASI TRANSPORTASIMUSIUM ORGANISASI JADWAL KOLEKSI KESIMPULAN KUNJUNGAN
3. Latar Belakang dan Sejarah LATAR Museum Perjuangan Bogor didirikan atas hasil musyawarah para tokoh pejuang Bogor dengan maksud untuk mewariskan semangat dan jiwa juang serta nilai-nila 45 kepada generasi sekarang dan yang akan datang. Gedung ini dibangun pada tahun 1879 milik seorang pengusaha Belanda yang bernama Wilhelm Gustaf Wissner. Gedung ini diantaranya digunakan sebagai tempat pergerakan nasional pada tahun 1935, tahun 1942 sebagai gudang oleh tentara Jepang untuk menyimpan barang-barang milik intermiran Belanda, dan juga digunakan untuk menyambut dan mempertahankan kemerdekaan RI pada tahun 1945. Pada tanggal 20 Mei 1958 gedung ini dihibahkan dari pemiliknya yang terakhir yaitu Umar Bin Usman Albawahab menjadi Museum Perjuangan Bogor. Museum Perjoangan Bogor sebenarnya memiliki makna khusus bagi para pejuang yang pernah membela kemerdekaan 1945 silam. Bukti-bukti perjuangan pejuang kemerdekaan tersimpan rapi di Museum Perjoangan Bogor. “Pahlawan terbaring bersimpah darah, sunyi tanpa sepatah kata, hening tiada keluh dan kesah untuk nusa bangsa dan negara. Dipersembahkan kepada para pahlawan muda remaja yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Para siswa SMP/Tjoe Gakko Bogor.
4. Achmad Daniel dan Banteng Soeroso yang gugur diCibeber, Aminta, Mochtar dan Soemirat gugur diKarangtengah, Bantamer gugur di Cipelang, Tahromi gugur diGunungpuyuh, Atje gugur/hilang di Kalibata dan lain-lain yangtak dikenal. Dari rekan-rekanmu eks siswa SMP/Tjoe GakkoBogor, November 1987”Kata-kata di atas tertanam kuat di salah satu batu nisan yangberdiri tegak di halaman depan Museum Perjoangan Bogor danmenjadi saksi bisu kekokohan pejuang dari Kota Hujan saatmerebut kemerdekaan serta mengusir penjajah dari bumiPajajaran.Bahkan, kata-kata itu menjadi simbol rasa nasionalisme bagibeberapa orang yang pernah ikut berjuang merebutkemerdekaan. Museum Perjoangan pun menjadi simbolkebangkitan rasa nasionalisme bagi siapa pun yang mencobadatang ke museum di Jalan Merdeka ini.
5. TIKETHARGA Dewasa =Rp.2.000,00 Anak-anak =Rp.1.000,00 Rombongan =Discount 20 %
6. TRANPORTASIJarak tempuh dari Bandar Udara : 70 kmJarak tempuh dari pelabuhan : 50 kmJarak tempuh dari terminal : 7 km (terminal bisBogor, Baranangsiang)Jarak dari stasiun KA : 3 km (stasiun KA Bogor)
7. LOKASI MUSEUMJalan Merdeka No.56, Bogor, Jawa BaratTelepon : 0251- 9135879Faks : 0251- 326377
9. ORGANISASIJumlah Pegawai 8 orang terdiri dari:Kurator = 1 orangKonservator = 1 orangPreparator = 1 orangBimbingan edukasi = 1 orangTenaga fungsional = 1 orangBagian administrasi = 1 orangBagian keamanan = 1 orangCleaning service = 1 orang,
10. PROGRAM MUSEUMBimbinganPameran kelilingWorkshopSeminar
11. KOLEKSIBerbagai koleksi mata uang, senjata, baik tradisionalmaupun modern yang pernah digunakan untukbertempur melawan penjajah, tersimpan rapi danmenjadi koleksi khusus di museum yang diresmikan10 November 1957 oleh Komandan Korem061/Suryakancana Letkol Isak Juarsa.Tak hanya koleksi senjata dari berbagai ukuran yangmasih terawat. Berbagai replika keheroikanberagam pertempuran yang pernah terjadi diwilayah Bogor kurun waktu 1945-1950 jugatersimpan rapi di museum tersebut.
Kisah dua petarung republik dari Lasykar BBRI yang nama mereka diabadikan untuk dua jalan di pusat kota Cianjur
JALAN Muhamad Ali di Cianjur itu nyaris tiap hari dipenuhi lalu lalang khalayak. Dari pedagang kaki lima hingga anak-anak sekolahan. Di pinggir-pinggirnya deretan sepeda motor terparkir bersanding dengan angkot-angkot berwarna merah yang berhenti seenaknya. Menurut Helmy Adam, kendati merupakan jantung kota, kawasan ini memang termasuk area macet . “ Terlebih pada malam di hari-hari libur, kawasan ini sangat padat sekali, “ ujar lelaki kelahiran Cianjur 30 tahun lalu itu.
Menurut Mulyadi (75), sekitar 65 tahun lalu kawasan tersebut tentu saja tak seramai sekarang. Banyak sudut kota yang kini menjadi bangunan, dulunya adalah hamparan tanah kosong. Toko-toko (sebagian besar dikelola oleh orang-orang Tionghoa) pun jumlahnya masih bisa dihitung, apalagi kendaraan yang lalu lalang. “ Itu juga kebanyakan sado (sejenis delman),” ujar sesepuh Cianjur tersebut.
Bahkan begitu lenggangnya, pada sekitar tahun 1946-1947, anak-anak muda dari Lasykar Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) cabang Cianjur selalu menggunakan kawasan itu sebagai tempat untuk latihan baris berbaris. BBRI sendiri sejatinya adalah organ perjuangan nasional yang didirikan oleh dr.Muwardi di Jakarta pada 1946 dan berpindah ke Solo usai Jakarta diduduki oleh Belanda. Organ yang memiliki ideologi sepaham dengan garis perjuangan Tan Malaka tersebut lantas membentuk cabang di banyak kota, termasuk Cianjur.
Kecil tapi Bernyali Besar
Di Cianjur, BBRI dipimpin oleh Muhamad Ali (namanya kemudian disematkan kepada nama jalan tempat ia secara rutin melatih baris berbaris para pemuda BBRI Cianjur). Sebelum berangkat latihan baris berbaris, mereka biasanya berkumpul dulu di sebuah rumah yang terletak di wilayah Pasar Suuk. Kini wilayah yang masih menyisakan beberapa batang pohon mahoni tua itu dinamai sebagai Jalan Barisan Banteng (Barba).
Sepengetahuan Mulyadi, Muhamad Ali sendiri merupakan lelaki kelahiran Kampung Sukasari di Ciranjang (terletak di luar wilayah Cianjur menuju Bandung). Karena itu, tidak aneh jika saat ini, di Kecamatan Ciranjang terdapat juga jalur jalan yang diberi nama Jalan Muhamad Ali.
Mulyadi mengenang sosok Muhamad Ali sebagai pemuda yang memiliki tubuh kecil dan berjalan agak terpincang-pincang. Itu disebabkan karena ia mempunyai cacat di kaki kirinya( bisa jadi akibat terkena polio). Namun keberanian Muhamad Ali melebihi badannya yang kecil. Karena itu ia disegani kawan-kawannya dan ditakuti oleh lawan-lawannya terutama militer Belanda. “ Ia diibaratkan banteng-nya Cianjur-lah saat itu…” ujar Mulyadi.
Sayang, perjuangan belum selesai Muhamad Ali keburu meninggal. Belum jelas benar, apakah ia meninggal karena ditembak militer Belanda atau karena sakit.
Banteng Kedua
Sepeninggal Muhamad Ali, BBRI diserahkan kepada pemuda lain bernama Soeroso. Ia merupakan “banteng kedua” di Lasykar BBRI. Mulyadi menyatakan, sejatinya pemuda Soeroso bukanlah asli berasal dari Cianjur. Ia merupakan warga Jawa Tengah (belum diketahui berasal dari kota mana) yang hijrah ke Cianjur. Sosoknya dikenal sebagai pemuda pemberani dan kharismatik, sehingga ia diangkat menjadi pemimpin perlawanan terhadap militer Belanda oleh anak-anak muda asli Cianjur.
Dalam buku Pertempuran Konvoy Sukabumi-Cianjur 1945-1946, Kolonel (Purn) Eddie Soekardi menyebut nama Soeroso sebagai pimpinan gerilyawan kota yang berhasil mengganggu pergerakan Bataliyon 3/3 Gurkha Rifles (suatu kesatuan elit militer Inggris yang diperkuat orang-orang Gurkha ) dari Bandung ke Sukabumi.
Bersama gerilyawan-gerilyawan lain dari Yon 3 Resimen III TRI, Lasykar Hizbullah dan Sabilillah, Lasykar BBRI pimpinan Soeroso melakukan penyerangan lewat aksi hit and run terhadap Yon 3/3 Gurkha Rifles yang diperkuat oleh tank Sherman, panser wagon, brencarrier dan truk-truk berisi pasukan. Kendati hanya menggunakan molotov cocktail (bom sederhana yang terbuat dari botol yang diisi bensin dan disertai sumbu) dan beberapa pucuk senjata saja, mereka melakukan serangan terstruktur dari sudut-sudut pertokoan dan lorong-lorong rumah yang berderet sepanjang pusat kota Cianjur.
“ Bagi para serdadu Gurkha Rifles, situasi itu cukup membingungkan. Mereka hanya bisa bertahan dan membalas serangan tersebut sekenanya dari balik kendaran-kendaraan tempur mereka… ” kata sesepuh Divisi Siliwangi yang meninggal pada September lalu itu.
Ketidakberdayaan salah satu satuan elit militer Inggris dalam Perang Dunia II sempat dicatat oleh sumber Inggris sendiri. Dalam The Fighting Cock: The Story of The 23rd Indian Division, Kolonel A.J.F Doulton memuji pergerakan taktis gerilyawan Indonesia yang sempat membuat para serdadu Gurkha panik dan terpukul. “ Ini menjadi suatu bukti, orang-orang Indonesia mengalami kemajuan dan semakin militan…” tulis Doulton.
Sang Banteng Perlaya
Tahun 1948, akibat Perjanjian Renville, Divisi Siliwangi ditarik dari Jawa Barat menuju kantong-kantong baru mereka di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun tidak semua kekuatan republik “patuh” terhadap kesepakatan tersebut. Secara sengaja, sebagian dari mereka memutuskan untuk bertahan di Jawa Barat dan tetap melakukan perlawanan terhadap pendudukan Belanda. Salah satu kekuatan republik yang bertahan dan tetap menjalankan perlawanan tersebut adalah Lasykar BBRI pimpinan Soeroso.
Ditinggalkannya Cianjur oleh sebagian besar unsur-unsur pasukan Divisi Siliwangi tidak menjadikan perlawanan di kota tersebut menjadi lemah. Alih-alih menghentikan perlawanan, pasca “kosongnya” Cianjur dari pasukan Siliwangi, serangan dari kekuatan-kekuatan republik yang tertinggal malah semakin militan dan radikal. Menurut salah seorang mantan gerilyawan Indonesia bernama Yusup Supardi (90), sisa-sisa pasukan republik memilih basis perlawanan mereka dari pinggir-pinggir kota.
“ Saat itu kami membuat suatu kesepakatan bahwa wilayah Cianjur kota adalah daerah pendudukan dan harus diserang,”ungkap mantan anggota Yon Kala Hitam Divisi Siliwangi itu.
Dan memang, pihak NICA (Pemerintah Sipil Hindia Belanda) di Cianjur saat itu dibuat tidak tenang dengan berbagai upaya penyergapan dan penyerangan yang terjadi hampir tiap hari. Soeroso dan pasukannya adalah salah satu kekuatan republik yang rajin “menyambangi” wilayah kota Cianjur. Dengan modal senjata seadanya, hampir tiap malam, mereka melakukan aksi teror terhadap asrama militer Belanda yang berada di wilayah Kampung Tangsi (sekarang menjadi Gang Pangrango) dan induk pasukan mereka yang bermarkas di Joglo (sekarang menjadi gedung Komando Distrik Militer 0608 Cianjur, Toserba Slamet, gedung Markas Corps Polisi Militer).
Merasa terganggu dengan serangan-serangan pasukan Soeroso ini, maka militer Belanda kemudian melancarkan suatu operasi intelijen untuk menjebak “Banteng Cianjur” tersebut. Maka disebarlah telik sandi mereka ke pinggiran kota dan pelosok desa. Setelah semua informasi terkumpul, intelijen militer Belanda lantas membuat skenario penangkapan. Singkat cerita, “diutuslah” oleh militer Belanda seorang telik sandi ( yang berpura-pura sebagai pejuang) ke markas BBRI. Untuk membahas strategi perjuangan selanjutnya, sang telik sandi itu mengundang Soeroso untuk menemui sekumpulan gerilyawan kota di wilayah Satoe Doeit (sekarang masuk dalam wilayah Jalan Soeroso). Tanpa kecurigaan, Soeroso ditemani seorang kawannya bernama Slamet menyanggupi undangan tersebut dan datang ke Satoe Doeit.
Saat asyik menikmati santap siang di sebuah warung makan, tiba-tiba tanpa dinyana oleh Soeroso dan Slamet, satu peleton KNIL diam-diam mengepung tempat tersebut. Sadar ada dalam bahaya, mereka lantas melakukan perlawanan. Namun karena kekuatan musuh terlampau besar, Soroso dan Slamet memutuskan untuk mundur. Dalam gerakan mundur inilah sebutir peluru menembus tubuh Slamet dan menyebabkan ia tewas di simpangan jalan Satoe Doeit (sekarang menjadi Jalan Slamet). Sementara itu Soeroso berhasil lolos dari penyergapan militer Belanda. Ia kemudian berlari ke arah barat.
Sayang, begitu sampai di depan Wisma Tedja (sekarang berada di Jalan Ir. H. Djuanda) ia sudah terlanjur masuk dalam incaran teleskop senjata seorang sniper militer Belanda. “Banteng Kedua” itu lantas terjengkang dihantam peluru musuh dan perlaya seketika. Jasadnya kemudian dibawa oleh penduduk setempat dan dimakamkan di kawasan Panembong. (hendijo)
Tedjabayu SudjojonoKalau saja setiap yang mampu menulis di sini, ceritakan ddaerahnya dan kuatlah Oral History yang bisa dijadikan mozaik2 sejarah bangsa yang semakin lengkap. Bravo Mas Hendi Jo!
Aris MustariTambahan info Kang Hendi Jo, Nama Laskar BBRi yang diabadikan menjadi nama jalan di Cianjur, Jalan SLAMET (jalan disamping Gedung DKC Cianjur) itu juga Laskar BBRI yang gugur di hari yang sama dengan SOEROSO. sekedar tambahan info, semoga berkenan kang. Salut untuk Kang Hendi Jo.
Peter Apollonius RohiFenty, cucu dokter Moewardi dari anaknya yang pertama dulu pernah magang sebentar di koran saya.. Dulu mereka tinggal di kompleks MPR RI Meruya..
Aris MustariPami materina nu kapungkur tea mah tos parupus narasumber abdina ge kang, tapi upami bd ngangkat pejuang nu gugur di laut aru mah, upami teu lepat masih aya istrina pa atjep hanafiah kang. Kabar nu update na ngkin diwartosan deui
Ahmad Yanuana SamanthoRP Soeroso yang namanya diabadikan jadi nama jalan di Cianjur, adalah pahlawan kemerdekaan, anggota TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Makamnya kini ada di Tamam Makam Pahlawan Dreded, B0ndongan di Bogor. Dia adalah adik nenek saya. Ayahnya bernama Raden Soemarsono, makamnya di halaman rumahnya di Gang Banteng Soeroso, Cibalagung, Ciomas Kota Bogor.
Bangsa Indonesia memiliki sejumlah tokoh atau pelaku sejarah yang memiliki peran besar dalam perjuangan dan kemerdekaan bangsa ini. Di antaranya adalah KH Abdullah bin Nuh, seorang kiai kharismatik asal Cianjur, pendiri Pesantren al-Ghozali Bogor.
Siapa sebenarnya sosok kiai pejuang satu ini? Menurut guru besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Susanto Zuhdi, nama KH Abdullah bin Nuh cukup dikenal luas di masyarakat Jawa Barat, terutama mereka yang berasal dari kalangan pesantren maupun kampus.
Mama, demikian panggilan hormat para santri kepada tokoh kiai pejuang yang dilahirkan di Kampung Bojong Meron, Kota Cianjur, pada 30 Juni 1905 ini. Ayahnya bernama Raden H Mohammad Nuh bin Idris dan ibunya Nyi Raden Aisyah bin Raden Sumintapura. Kakek almarhum dari pihak ibu adalah seorang wedana di Tasikmalaya.
Lebih terperinci, silsilah keturunan KH Abdullah bin Nuh adalah sebagai berikut: KH Abdullah bin Nuh putera RH Idris, putera RH. Arifin, putera RH Sholeh putra, RH Muhyiddin Natapradja, putra R Aria Wiratanudatar V (Dalem Muhyiddin), putra R Aria Wiratanudatar IV (Dalem Sabiruddin), putra R Aria Wiratanudatar III (Dalem Astramanggala), putra R Aria Wiratanudatar II (Dalem Wiramanggala), putra R AnaWiratanudatar I (Dalem Cikundul).
Di masa kanak-kanak, KH Abdullah bin Nuh dibawa bermukim di Makkah selama dua tahun. Di Tanah Suci ini ia tinggal bersama nenek dari KH Mohammad Nuh, bernama Nyi Raden Kalipah Respati, seorang janda kaya raya di Cianjur yang ingin wafat di Makkah.
Sekembali dari Makkah, KH Abdullah bin Nuh belajar di Madrasah al-I’anah Cianjur yang didirikan oleh ayahandanya. Kemudian ia meneruskan pendidikan ke tingkat menengah di Madrasah Syamailul Huda di Pekalongan, Jawa Tengah. Bakat dan kemampuannya dalam sastra Arab di pesantren ini begitu menonjol. Dalam usia 13 tahun, ia sudah mampu membuat tulisan dan syair dalam bahasa Arab. Oleh gurunya, artikel dan syair karya Abdullah dikirim ke majalah berbahasa Arab yang terbit di Surabaya.
Setamat dari Syamailul Huda, ia melanjutkan pendidikan ke Madrasah Hadramaut School di Jalan Darmo, Surabaya. Di sekolah ini, ia tidak hanya menimba ilmu agama, tetapi juga digembleng gurunya Sayyid Muhammad bin Hasyim dalam hal praktek mengajar, berpidato dan kepemimpinan. Saat menimba ilmu di sini pula, ia diberi kepercayaan untuk menjadi guru bantu.
Selama di Hadramaut School, KH Abdullah bin Nuh mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya, antara lain: mengajar, berdiskusi, keterampilan berbahasa dan lainnya. Di Surabaya pula Abdullah menjadi seorang redaktur majalah mingguan berbahasa Arab, Hadramaut.
Kemahirannya dalam bahasa Arab mengantarkan KH Abdullah bin Nuh dikirim ke Universitas al Azhar, Kairo, Mesir. Di sana ia masuk ke Fakultas Syariah dan mendalami fiqih Mazhab Syafii. Setelah dua tahun belajar di Al Azhar, KH Abdullah bin Nuh berhasil mendapat gelar Syahadatul ‘Alimiyyah yang memberinya hak untuk mengajar ilmu-ilmu Keislaman.
Periode tersebut berlangsung sekitar tahun 1926 dan 1928. Kepergiannya ke sana adalah atas ajakan gurunya yakni Sayyid Muhammad bin Hasyim ke Kairo untuk melanjutkan pendidikan di bidang ilmu fiqih di Universitas Al-Azhar. Selepas menyelesaikan pendidikan di Kairo, Abdullah kembali ke kampung halamannya dan mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Nyi Raden Mariyah (Nenden Mariyah binti R Uyeh Abdullah), yang terbilang masih kerabat dekatnya.
Nama KH Abdullah bin Nuh sendiri tidak dapat dipisahkan dari nama al-Ghazali. Kiai, cendekiawan, sastrawan dan sejarawan ini bukan hanya dikenal sebagai penerjemah buku-buku al-Ghazali, tetapi juga mendirikan sebuah perguruan Islam bernama “Majlis al-Ghazali” yang berlokasi di Kota Bogor.
KH Abdullah bin Nuh terkenal dengan pemikirannya yang mendalam tentang al-Ghazali. Pertama, ia mengajar rutin kitab Ihya’Ulumuddin dalam pengajian mingguan yang dihadiri banyak ustadz-ustadz di Bogor, Sukabumi, Cianjur dan sekitarnya. Kedua, sejak kecil ia mendapat pelajaran dari ayahnya Muhammad Nuh bin Idris, kitab-kitab Imam al-Ghazali, di antaranya Ihya’ Ulumuddin. Ketiga, ia menamakan pesantrennya dengan nama Pesantren al-Ghazali.
Salah seorang putra KH Abdullah bin Nuh, KH Mustofa menceritakan, ayahnya memang mendapat pendidikan agama yang serius sejak kecil. Ketika umur belia, ia telah menghafal kitab nahwu Alfiyah Ibn Malik. Ia juga pintar bergaul, santun dan ramah. Keluarganya menanamkan percakapan bahasa Arab di rumah sejak kecil, hingga ia menguasai bahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, KH Abdullah bin Nuh juga menguasai bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis secara autodidak.
Kemampuannya dalam bahasa Arab memang mengagumkan. KH Abdullah bin Nuh mampu menggubah syair-syair dalam bahasa Arab. Ia juga menulis sejumlah buku dalam bahasa Arab. Mantan Menteri Agama RI, M Maftuh Basyuni, yang pernah menjadi mahasiswanya di Jurusan Sastra Arab Universitas Indonesia, menceritakan bagaimana tingginya kemampuan bahasa Arab KH Abdullah bin Nuh.
Di awal tahun 1960-an, Maftuh Basyuni sempat membantu dosennya itu dalam menyiapkan naskah-naskah radio berbahasa Arab. Naskah yang disiapkan Maftuh selalu mendapat koreksi yang sangat teliti dari Abdullah bin Nuh. “Ia sangat membimbing dan memberi semangat dalam mengkoreksi. Padahal, banyak sekali kesalahan yang saya buat,” kata Maftuh.
Dalam konteks pergerakan kebangsaan, KH Abdullah bin Nuh juga tidak lepas dari perjuangan tersebut. Pada masa mudanya, ia juga gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan tanah air dari penjajah Belanda. Ia pernah menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1943-1945, wilayah Cianjur, Sukabumi dan Bogor.
Sejarah mencatat bahwa PETA lahir pada bulan Nopember 1943, lalu diikuti lahirnya Hizbullah beberapa minggu kemudian dimana para alim ulama kemudian masuk menjadi anggotanya. Tahun 1943 tersebut benar-benar merupakan tahun penderitaan yang amat berat khususnya bagi umat Islam dan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Boleh dikatakan bahwa saat itu adalah salah satu ujian paling berat bagi bangsa Indonesia. Pada akhir tahun 1943 itulah KH Abdullah bin Nuh masuk PETA dengan pangkat Daidanco yang berasrama di Semplak Bogor.
Tahun 1945-1946, ia memimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada tahun 1948-1950, ia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Yogyakarta.
Kiprah KH Abdullah di tingkat nasional menjadikannya sebagai tokoh yang sangat diperhitungkan. Tidak hanya oleh kawan-kawan seperjuangannya, tetapi juga oleh Belanda yang kembali masuk Indonesia, dengan membonceng NICA. Ia pun menjadi salah seorang tokoh yang hendak diciduk oleh Belanda. Ketika ibukota negara pindah ke Yogyakarta pada 4 Juni 1946, ia pun turut serta hijrah ke Yogyakarta, sekaligus menghindari upaya penangkapan oleh Belanda. Di ibukota negara yang baru ini, kiprah KH Abdullah pun terekam tidak hanya di bidang pemerintahan, tetapi juga di bidang lainnya. Ia merupakan penggagas Siaran Bahasa Arab pada RRI Yogyakarta.
Dalam masa revolusi fisik ini, ia juga tercatat menjadi salah seorang pendiri Sekolah Tinggi Islam, yang kini dikenal dengan Universitas Islam Indonesia (UII). Dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini, ia menikah kembali. Perempuan yang dinikahinya adalah Mursyidah binti Abdullah Suyuti, yang merupakan salah seorang murid KH Abdullah di STI.
Dari pernikahannya dengan Mursyidah, ia dikaruniai enam orang anak. Sementara dari pernikahannya dengan istri pertamanya, Nyi Raden Mariyah, ia mendapatkan lima orang anak. Masa perjuangan kemerdekaan dilalui KH Abdullah hingga 1950 di Kota Yogyakarta. Kemudian, ia dan keluarganya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta, dan menjalani kehidupan di Ibukota ini hingga tahun 1970. Selama di Jakarta yaitu pada tahun 1950-1964, Abdullah memegang jabatan sebagai Kepala Siaran Bahasa Arab pada RRI Jakarta. Kemudian ia menjabat sebagai Lektor Kepala Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Setelah itu, ia kemudian pindah dan menetap di Bogor hingga akhir hayatnya. Kiai pejuang ini wafat pada 26 Oktober 1987, setelah kurang lebih 17 tahun bermukim di Bogor dan mengabdikan ilmu agamanya bagi masyarakat sekitar. Saat tinggal di Bogor, ia mendirikan sebuah majelis ta’lim bernama al-Ghazali. Majelis yang berkembang menjadi sebuah yayasan pendidikan ini hingga saat ini masih berdiri dengan dipimpin oleh putra bungsunya, KH Mustofa. Yayasan al-Ghazali tidak hanya menyelenggarakan kegiatan pengajian rutin, tetapi juga membuka madrasah dan sekolah Islam dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga menengah atas.
Selama masa hidupnya, KH Abdullah bin Nuh juga sering menyempatkan diri untuk menghadiri pertemuan dan seminar-seminar tentang Islam di beberapa negara, antara lain Arab Saudi, Yordania, India, Irak, Iran, Australia, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Ia juga aktif dalam kegiatan Konferensi Islam Asia Afrika sebagai anggota panitia dan juru penerang yang terampil dan dinamis.
Selama hidupnya, tokoh NU yang telah mendunia dan memiliki persahabatan dengan raja Yordania dan para pemimpin mancanegara lainnya ini telah banyak menulis buku baik dalam Bahasa Arab, Indonesia maupun Sunda, terjemahan maupun pemikirannya. Buku terjemahannya yang paling dikenal yaitu Minhajul ‘Abidin (Menuju Mukmin Sejati) dari karya Imam al-Ghazali, sedangkan buku karangannya yang paling dikenal dan terus dipelajari oleh para santrinya di beberapa pesantren yang berada di Bogor, Cianjur dan Sukabumi, yaitu Ana Muslim.
Dalam memahami pemikirannya, kita perlu merunut tulisan-tulisan yang telah ia terbitkan. Pada tahun 1925 ia menulis prosa yang berjudul Persaudaraan Islam (diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh istrinya, Ibu Mursyidah). Dalam tulisan ini nampak jelas keinginan KH Abdullah bin Nuh supaya kaum muslimin di dunia ini bersatu padu menjadi suatu kekuatan yang dilandasi oleh rasa persaudaraan, tanpa membedakan suku, ras dan bahasa.
Diantaranya ia menyatakan: ”Anda saudaraku, karena kita sama-sama menyembah Tuhan yang satu. Mengikuti Rasul yang satu. Menghadap kiblat yang satu. Dan terkadang kita berkumpul di sebuah padang luas, yaitu Padang Arafah. Kita sama-sama lahir dari hidayah Allah. Menyusu serta menyerap syariat Nabi Muhammad Saw. Kita sama-sama bernaung dibawah langit kemanusian yang sempurna. Dan sama-sama berpijak pada bumi kepahlawanan yang utama”.
Ia sangat merindukan kaum muslimin di dunia ini bersatu padu dan tidak mudah diadu domba oleh mereka yang ingin menghancurkan akidah Islam. Memang, kadangkala kita terlena dalam menghabiskan energi untuk berdebat tentang perbedaan ilmu. Padahal ilmu bukan untuk diperdebatkan, tapi untuk diamalkan.
Tampaknya ia sangat resah dan merasa prihatin dengan terpecah-pecahnya umat Islam di dunia ini sehingga kaum yang memusuhinya dengan mudah mengadu domba diantara kita. Setiap aliran dalam Islam dimaknai oleh pengikutnya sebagai aliran yang paling benar, sedangkan yang lainnya salah.
Sekalipun ia mantan pimpinan Daidanco yang nota bene berbasis kemiliteran, tapi ia sangat menghendaki dalam penyelesaian masalah penuh dengan kelembutan. Ia selalu lembut dalam menghadapi berbagai masalah, tetapi sangat keras kalau sudah menyangkut pelecehan akidah.
Lebih dari 20 buku telah dihasilkan oleh KH Abdullah bin Nuh dalam berbagai bahasa. Di antara karyanya yang terkenal adalah : (1) Kamus Indonesia-Inggris-Arab (bahasa Indonesia), (2) Cinta dan Bahagia (bahasa Indonesia), (3) Zakat dan Dunia Modern (bahasa Indonesia), (4) Ukhuwah Islamiyah (bahasa Indonesia), (5) Tafsir al Qur’an (bahasa Indonesia), (6) Studi Islam dan Sejarah Islam di Jawa Barat hingga Zaman Keemasan Banten (bahasa Indonesia), (7) Diwan ibn Nuh (syiir terdiri dari 118 kasidah, 2731 bait), (8) Ringkasan Minhajul Abidin (bahasa Sunda), (9) Al Alam al Islami (bahasa Arab), (10) Fi Zhilalil Ka’bah al Bait al Haram (bahasa Arab), (11) Ana Muslimun Sunniyun Syafi’iyyun (bahasa Arab), (12) Muallimul Arabiyyah (bahasa Arab), (13) Al Islam wa al Syubhat al Ashriyah (bahasa Arab), (14) Minhajul Abidin (terjemah ke bahasa Indonesia), (15) Al Munqidz min adl-Dlalal (terjemah ke bahasa Indonesia), (16) Panutan Agung (terjemah ke bahasa Sunda).
Ada sejumlah sarjana yang menulis tentang KH Abdullah bin Nuh. Di antaranya adalah Prof Dr H Ridho Masduki yang menulis disertasi doktor tentang “Pemikiran Kalam dalam Diwan Ibn Nuh”. Drs. H. Iskandar Engku, menulis tesis master tentang “Ukhuwah Islamiyah Menurut Konsep KH Abdullah bin Nuh.” E. Hidayat, menulis skripsi untuk sarjana S-1 tentang “KH Abdullah bin Nuh, Riwayat Hidup dan Perjuangannya.” Dudi Supiandi, menulis tesis master tentang “Pemikiran KH Abdullah bin Nuh tentang Pendidikan Islam.” (Akhsan Ustadzi/Red: Mahbib)
Sumber : Buku Sembilan Mutiara Hikmah karya Ahmad Ubaidillah Pagentongan Bogor
——————-
KH Abdullah bin Nuh bin Idris :
(oleh Ahmad Y. Samantho, salah seorang MUrid KH Abdullah bin Nuh, 1982-1986)
Ketika saya masih remaja, usia 16 tahun dan duduk di kelas 1 di SMAN Negeri 1 Bogor tahun 1981, saya adalah seorang cucu yang sangat disayangi oleh nenek saya. Saya memanggil beliau Eyang Uti (Eyang Putri). Kebetulan Eyang Uti tinggal sendiri di rumahnya di desa Cibalagung, Kec. Ciomas Bogor. Telah sekian lama sejak saya masih berusia 2 tahun (1967) Eyang Kakung (Akung) wafat dan dimakamkan dekat rumahnya di Cibalagung. Maka sejak kecil saya sering menginap di rumah Uti menemani beliau dalam waktu-waktu liburan atau senggang saya. Oleh EYang Uti yang saya sayangi dan menyangi saya itulah saya dikenalkan dengan seorang ulama yang mengajar di dan pemimpin di Majlis Ta’lim Al-Ihya, di Batu Tapak, Ciomas Bogor. Saya sering diajak Uti mengaji di majelis ta’lim tersebut mengikuti pengajian-pengajian ilmu-ilmu ke-Islaman dan tasawuf dari Mama Ajengan KH Abdullah bin Nuh. Dari Mama Ajengan KH Abdullah bin Nuh itulah saya mendapatkan pemahaman-pemahaman dasar saya dalam beragama Islam. Kesantunan akhlak, kelembutan tutur kata, kearifan dan keluasan wawasan ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu lainnya membuat saya mulai mencintai beliau dan mencintai apa-apa yang diajarkannya. Selama 3 tahun lebih saya mengaji kepada beliau setiap hari Ahad di Majlis Ta’lim Al-Ihya atau di Majelis Ta’lim Al-Ghazali di Kebon Kopi Bogor. Saya menjadi ‘santri kalong’ (santri yang tak tinggal di pondok pesantren) menjadi murid beliau dan murid dari ustadz-ustadz murid beliau lainnya.
KH Abdullah bin Nuh tergolong pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang seangkatan dengan Mohammad Natsir ( ketua Partai Islam Masyumi) dan KH Wahid Hasyim (Ketua Nahdatul Ulama / NU) ayahanda mantan presiden RI ke-4, KH Abdurahman Wahid. KH Abdullah bin Nuh seangkatan dengan kedua mantan tokoh partai Masyumi tersebut, walaupun usianya lebih tua setahun dari Natsir dan lebih tua 7 tahun dari tahun dari KH Wahid Hasyim. Kedua tokoh Masyumi dan NU itu adalah sahabatnya. Namun sikapnya sebagai seorang ulama sufi yang sangat tawadhu (rendah hati) lebih menonjol daripada ketokohannya yang setara dengan KH. Mohammad Natsir dan KH Wahid Hasyim, sehingga beliau tak segan-segan untuk sowan bersilaturahmi dengan sahabat-sahabatnya yang lebih muda darinya.
KH Abdullah bin Nuh dilahirkan di kota Cianjur pada tanggal 30 Juni 1906 atau 1324 Hijriah. Ayahnya Kyai Haji Raden Nuh bin Idris adalah ulama besar di Cianjur, yanag memiliki pesantren dan sekolah yang bernama “I’anatut Thalibil Muslimim”. Sejak kecil KH Abdullah bin Nuh dididik oleh orang tuanya, antara lain di sekolahnya tersebut. Kecerdasan dan ketekunan Abdullah luar biasa, sehingga pada usia 8 tahun telah mampu berbicara bahasa Arab. Salah satu kitab rujukan tata bahasa Arab, Alfiah telah dikuasainya pada usia tersebut.
Setelah memperoleh pendidikan dasarnya di sekolah yang didirikan ayahnya di Cianjur, Abdullah remaja kemudian melanjutkan pelajarannya pada sebuah Madrasah Arabiyah di Semarang, Syamailul Huda. Seorang Ulama keturunan Hadramaut, Syeikh Syayid Muhammad bin Hasyiom bin Thahir al-Alawy al-Hadda al-Hadrami menjadi gurunya. Abdullah bin Nuh menjadi murid kesayangan sang gurubtersebut kerena ketekunannya dan kecerdasan otaknya.
Pada tahun 1992, Ketika Abdullah bin Nuh berusia 17 tahun, dia diajak pindah oleh gurunya ke Surabaya. Walaupun masih muda, karena ilmunya dapat diandalkan, maka gurunyanya mengambilnya sebagai assisten dan partner dalam mendirikan sebuah sekolah agama di sana. Sekolah yang dikenal dengan nama “Hadramaut Schoool” itu membiasakan latihan berpidato, berdiskusi dan belajar keterampilan berbahasa kepada murid-muridnya, terutama bahasa Arab dan bahasa Inggris. Namun bukab hanya 2 bahasa itu yang menjadi bidang studi di sana, juga bahasa Belanda, Perancis, Jepang dan Jerman. Di sana Abdullah bin Nuh punbekerja sebagai redaktur majalah Minggu Hadramaut, edisi bahasa Arab pada tahun 1922-1926).
Abdullah bin Nuh menguasai 2 bahasa pertama: Arab dan Inggris. Karena kekagumangirunya, pada tahun 1926, Abdullah dikirim ke Kairo Mesir untukbelajar agama dan bahasa dengan lebih mendalam bersama 15 orang sahabatnya dari Surabaya. Di Jamiatul Azhar Mesir, Abdullah bin Nuh memperoleh kesempatan menangguk ilmu pengetahuan pada seorang Allamah Syaikh Ahmad Dirgham dan memperoleh Syahadatul ‘Alimiyah. Kepadanya diberikan hak untuk mengajarkan ilmu yang telah diraihnya di Mesir (1926-1928).
Pada usia yang relatif muda, sekitar 22 tahun (1928) Abdullah pulang dari Mesir, kembali ke Indonesia dan memilih Kota Bogor sebagai tempat tinggal sementara. Di Bogor, selain menjar pada sejumlah Madrasah Islam, sekolah Dasar dan sekolah lanjutan di Cianjur dan Bogor, secara khusu dia [un mendidik dan membentuk kader-kader ulama. Karena kemampuannya beberapa bahasa dunia, Abdullah juga menjadi guru di MULO Bogor (kini SMAN 1 Kota Bogor) dan mendirikan koordinator sekolah skolah agama di Bogor dan Cianjur, yang dinamakan organisasi Penolong Sekolah Agama (PSA).
Lebih kurang setahun setelah tentara Jepang masuk ke Indonesia, di bulan November 1943, Sudara Tua Dai Nippon merangkul kalangan pesantren dan para ulama untuk membentuk tentara PETA (Pembela Tanah Air). Abdullah bin Nuh pun measuk menjadi anggotanya dan sempat menduduki jabatan komandan (daidanco) pada 1943-1945, untuk wilayah Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Keadaan saat itu sangatlah kritis, banyak para ulama dan pejuang yang ditangkapi oelh Jepang,adalah Syaikh Syayyid Muhammad bin Hasyim di Surabaya, salah seorang guru dari KH Abdullah bin NUh. Di Tasik Malaya, Jawa Barat, seorang ulama besara KH Zaenal Mustopa, juga mengalami nasib yang sama. Akhirnya para pejuang PETA pun memberontak melawan Jepang. Panggilan jihad fi sabilillah tersebut mengajaknya untuk tetap berada di medan pertempuran dengan memimpin Badan Keamanan Rakyat/Tentara Keamanan Rakyat (BKR/TKR) sekitar tahun 1945-1946 di Cianjur.
Ketika keadaan makin gawat, setelah proklamasi kemerdekaan RI dan gerakan revolusi penrjuangan kemerdekaaan mewabah ke seluruh Nusantara, sampai-sampai ibukota RI pun dipndahkan ke Yogyakarta pada tahun 1946, Abdullah bin Nuh pun pindah ke Yogya. Sebelumnya pada saat aksi agresi militer Belanda kedua, saat itu Abdullah bin Nuh telah aktif menjadi wartawan APB (Arabian Pers Borad) dan anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat, cikal bakalnya MPR-DPR di Indonesia di Yogyakarta. Ketika dia hadir di kota Malang menghadiri sidang KNIP, saat pualnnya dengan ereta api, rombongan wartawan APB tersebut ditawan oleh Belanda di Bekasi dan diperiksa dengan teliti sampai jauh malam. Ahmad Sjahri, staf redaksi, diculik dari kantor APB siang harinya oleh poisi NICA Belanda pada tanggal 7 bualn 11, 1946. Abdurahman bin Nuh (Sudara kandung Abdullah bin Nuh, wartawan APB di Bandung ditembak mati di Cianjur sesudah diperiksa beberapa menit saja pada tahun 1948; Abdullah bin Nuh sendiri telah pula ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, tetapi dia dapat meloloskan diri dan bersembunyi, lalu dengan nama samaran lain dia menuju Jakarta dan berlindung di rumah Muhammad Asad Shahab, pimpinan APB di jalan Kencana 30 selama 2 bulan.
Beberapa anggota Angkatan Perang RI dan pegawai mendapat rugas dari pemerintah RI di Yogya untuk pergi memantau ke dareah-dareh pendudukan Belanda. Untuk mengelabui mata-mata pihak Belanda, maka kepada beberapa kawan dari mereka itu oleh APB diberikan kartu pers APB da menyamar sebagai wartawan.
Hubungan APB dengan semua harian dan pers nasional Jakarta atau di daerah RI sangat erat dan baik. Dalam halmini semuanya dapat bekerja sama bahu-membahu melawanmpropaganda Belana via Pers dan kantor berita Belanda dan siaran radio Nirom-nya. Selama itu pimpinan APB, Mumahhammad Asa Shahab, berusaha mengirimkan delegasi Indonesia di Jakarta dengan memberangkatkan Abdullah bin Nuh ke Yogya dengan pesawat terbang KTN (Komisi Tiga Negara) sebagai anggota delegasi Indonesia dengan nama samaran. Abdullah bin Nuh berhasil dengan selamat tiba di Yogya. Di Yogya dia diberi tugas memimpin siaran luar negeri berbahasa Arab.
Bersama kawan-kawan seperjuangan lainnya, Abdullah bin NUh ikut andil dalam mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta, Pimpinan Desk Siaran Khusus dalam bahasa Arab dipercayakan kepada Abdullah bin Nuh. Kemudian Abdullah bin Nuh lama sekali menjabat sebagai kepala seksi siaran laur negarai berbahasa Arab di RRI Pusat di jakrata, untuk menggalang dukungan internasional terhadap kemerdekaan RI yang baru saja diproklamasikan. Jasanya sangat besar sekali dalam mengumandangkan semangat perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI melalui siaran gerbahasa Arab itu. Di Yogya, KH Abdullah bin Nuh juga ikut mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang menjadi cikal bakal Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta. Tahun 1945-1950 beliau menjabat sebagai lektor Muda Luar Biasa pada UII Yogyakarta di samping sebagai Kepala Seksi Siaran Bahasa Arab pada Radio Republik Indoebsia (RRI) Yogyakarta.
Beberapa waktu kemudian, taktakla ibukota RI kembali ke Jakarta, tahun1949, Abdullah bin Nuh pun ikut pindah ke Jakarta. Dari tahun 1950-1970 beliau menetap di Jakarta dan bekerja sebagai guru dan sering memberikan ceramah di berbagai majelis talim. Selain itu belilau juga memimpin siaran Jurnalistik-pers-radio berbahasa Arab di RRI Jakarta (1950-1964), dan aktif di Arab Pers Board bersama sahabatnya Muhammad Asad Shahab. KH Abdullah bin Nuh pun aktif sebagai dosen Bahasa Arab dan Lektor Kepala pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1960-1967) menjadi wartawan, mengelola dan memimpin Majalah Pembina, menjadi ketua Lembaga Penelitian Islam (Islaic Research Institute) dan Ketua Yayasan Ukhuwah Isalamiyah di Jakarta.
Rupanya Kota Hujan Bogor menjadi daya tarik tersendiri baginya. tahun 1970 dia kembali menetap di Bogor. Terpanggil oleh Jihad di bidang pendidikan dan dakwah Isalmiyah, dia kembali ke dunia Pesantren. Di kota ini masyarakat Bogor menerimanya sebagai sesepuh para ulama sehingga kerap di daulat oleh umat untuk menjadi penasehat dan pembina di beberapa majelis talim. Beliau mendirikan Al-Ghazaly di Kota Paris Bogor, Majelis Al-Ihya di Batu Tapak Bogor, Majelis al Husna di layung Sari Bogor, Majelis najus Salam di Sukaraja, Kab. Bogor. Beliau tinggal di rumah kediamannya di kompleh Islamic Center Al-Ghazaly, Jl. Cempaka no.14, Kota Bogor.
Di samping berbagai kesibukannya di dalam negeri, beliau pun menyempatkan diri untuk menghadiri erbagai pertemuan Islam internasional di beberapa negara, antara lain Aran Saudi, Yordania, Irak, Iran, Australia, Bangkok, Sinagpura, dll.
Karya tulisnya yang terkenal luas adalah Kamus Bahasa Arab-Indonesia-Inggris. Beliau juga menulis beberapa buku ilmiah seperti: Minhajul Abidin (terjemahan dari karya Imam al Ghazaly Ihya Ullumuddin), Keutamaan keluarga Rasulullah SAW, Zakat Modern, Cinta dan Bahagia,Ana Muslim, Ranungan dll. karya tulis beliau yang belum sempat diterbitkan. Dari berbagai penelitian yang pernah beliau lakukan, beliau berencana menyusun buku dan menerbitkan buku Sejarah masuknya Islam ke Nusantara. Penulis sempat mendapatkan copy/stensilan tulisan belai terakhir ini.
Berbicara tentang pengalaman jurnalistiknya di Arabian Pers Board (APB), KH Abdullha bin Nuh bercerita tentang kesannya sebagai berikut: ” Sewaktu saya di Yogya (1945) maka nama APB itu sering sering saya sebut di IBC (Indonesia Broadcasting Corporation/ RRI) untuk siaran ke luar negari yang dipimpin atas bantuan almarhum Usatadz Umar Arifin dan almarhum Ustadz Hadi Addaba dan Usatadz Muhammad bin Ahmad Assegaf. Itu berjalan kira-kira 2 tahun sampaibterjadinya penyerahankedaulatan dari Belanda kepada Indonesia (Desember 1949). Kepala siaran Bahasa Arab dipimpin oleh saya, Abdullah bin Nuh, sedangkan bahasa Inggrius oleh oleh saudara Abdul Khayyi,adapun bahasa Perancis dikepalai oleh wanita Indonesia bersuku Jawa.
“Berita-berita APB sering saya kutip dan siarkan dalam siaran seksi bahasa Arab. Konon, suara saya sampai ke Timur tengah dan mendapat sambutan dari dunia dari dunia Arab khususnya dan Dunia Islkam pada Umumnya. Karena hebatnya RRI Siaran Bahasa Arab, sehingga Belanda pernah mengancam agar RRI menghetikan siaran anti Belandanya. Berhubung RRI tetap meyiarkannya, maka pernah RRI Yogyakarta diserang oleh pesawat tempur Belanda dan dibom, tetapi meleset, Studio RRI Yogyakarta Luput dari pemboman, sedangkan yang terkena adalah Gedung Bank Indoensia.”
“Pada waktu Belanda menyerbu Yogyakarta, maka saya dapat peringatan, bahwa saya sedang dicari oleh Belanda dan sya dianjurkan agar mencari jalan lain. Ada seorang yang sedang berjalan bernama Abdullah Majene asal Ujung pandang ditangkap Belanda, disangkanya saya yang menyamar dengan nama lain. tapi saya sendiri berhasil lolos. Saya mula-mula ke Yogya berjalan kaki selama 50 hari, kemudia setelah dapat bekal dari pemerintah Pusat, saya kembali lagi ke Jawa barat dengan beberapa teman dan berjalan kakai selama 49 hari menuju Cianjur. Selama saya berjalan kaki dari Jawa Barat ke jawa tengah, lalu kembali ke Jawa barat, belum pernah, saya merasa lapar. Itulah sedikit kenangan dan pengalaman saya selama Revolusi fisik.” Ujat KH Abdullah bin Nuh kepada Solichin Salam, mantan wartawan APB dan Harian Berita Buana dengan disaksikan Muhammad Asad Shahab, di kediamannya di Jl. Cempaka 14 Kota nParis Bogor, pada hari Jum’at, 9 Mei 1986. “Pernah saya dikurung Belanda 3 kali, tetapi berhasil selamat. dari Cianjur ke Sukabumi, dan di sana ada seorang famili saya perwira Polisi NICA mengatakan, sebaiknya saya ke Jakarta saja, sebab saya sedang dicari-cari Belanda. Dia menitipkan saya pada sebuah Jip militer NICA yang menjuju Jakarta, dan saya turun di Kramat jakarta, terus berjalan menuju kantor APB. Setelah saya berada 3 bulan di Jakarta, saya ditunjuk oleh pemerintah RI untuk berangkat ke Yogyakarta dengan peswat KTN (Komisi Tiga Negara) dengan nama Abdullah tanpa ‘bn Nuh’. Saya lolos lagi dari kejaran dan incaran Tentara Belanda.” lanjutnya.
Pada usianya yang begitu sepuh (82 tahun), menjelang wafatnya, beliau pernah berniat mengumpulkan dan mempersatukan para ulama dari berbagai penjru tanah air, seraya memperingati Maulid nabi Muhammad SAW. beberapa bulan sebelumbeliau wafat, pada sekitar bulan Juni 1987 serombongan ahasiswa-mahasiswi aktifis Mesjid Salman ITB Bandung datangbersilaturahmi kepada KH Abdullah bin Nuh di rumhanya di Islamicx Center al Ghazaly, Jl. Cempaka 14, “Kota Paris” Kota Bogor. Saya, Ahmad yanuana Samantho, yang memabawa rombongan aktifis mahasiswa Mesjid Salman ITB itu berziarah kepada beliau. walaupun sudah dalam keadaan sakit, belaiu berkenan mereima kami. kepada kami, mama Ajengan KH Abdullah bin Nuh berwasiat agar kami tekun dan giat menuntut ilmu pengetahuan dan mengusai berbagai bahasa asing, terutama Arab agar mamahi Al Qur’an, juga ilmu pengetahuandan Teknologi agar tak dijajah lagi oleh bangsa bangsa asing.
Beliau mengaku sudah sangat rindu ingin berjumpa dengan al-Mahdi. ketika Habib Al-Jufri Kwitang bertanya kepada beliau, siapakan al-Mahdi itu?. (Man Huwa al-Mahdi), KH Abdullah bin Nuh menjawab: “Nabi Muhammad SAW”, Rupanya itulah isyarat bahwa beliau akan segere meningggalkan dunia yang fana ini. walau keinginannya untuk mengumpulkan para ulama se Nusantara tidak tercapai,tetapimpada hari belaiu tutup usis: 3 rabiul Awwal 1408 (26 Oktober 1987) pukul 19-15 WIB di rumah kediamannya di Jl. Cemaka 14 tak sedikt ulama-ualam terkemuka yang datang melayat beliau.
Demikianlah sebagian pokok-pokok tugas dan peranan yang dapat dimainkan oleh para jurnalis Islam. Tugas-tugas tersebut sangat mulia, dan insya-Allah bila dijalani dengan keikhlasan kepada Allah SWT maka itu adalah termasuk jihad fi Sabilillah (perjuangan di jalan Allah). Peran dan tugas-tugas tersebut tentunya tak kalah hebatnya dengan tugas perjuangan jihad fi sabilillah di medan perang. Jurnalis Muslim sejati adalah juga seorang pejuang dan ulama-intelektual, seorang pembaharu, pencerah pemikiran ummat. Setara dengan para ulama, kiranya Hadits Rasulullah SAAW berikut, tentang pahala/balasan terhadap hasil karya tulis para jurnalis Islami “Di akhirat nanti, tinta para ulama (termasuk jurnalis Islami. Pen.) akan ditimbang dengan bobot yang lebih berat daripada darah para syuhada.” Wallahu ‘a’lam bi shawab. ***
Sumber: Ahmad Yanuana Samantho, JURNALISTIK ISLAMI, Panduan Praktis bagi Para Aktifis Islam”, penerbit Harakah, Mizan, Jakarta, 2002.
———————–
K.H. R. Abdullah Bin Noeh lahir di Cianjur tanggal 30 Juni 1905 dan wafat di Bogor tanggal 26 Oktober 1987. Selain maha guru para ulama ia juga merupakan seorang sastrawan, pendidik, dan pejuangkemerdekaanImage may be NSFW. Clik here to view.Indonesia. Sejak kedl mendapat pendidikan agama Islam yang sangat keras dari ayahnya, yakni K.H. R. Muhammad Nuh bin Muhammad Idris. Juga seorang ulama besar, pendiri Sekolah AI’ Ianah Cianjur. Dalam pengawasan ketat ayahnya ini, Abdullah kecil belajar agama dan bahasa Arab setiap hari. Sehingga dalam waktu relatif masih muda, ia sudah mampu berbicara bahasa Arab. Di samping mampu pula menalar kitab alfiah (kitab bahasa arab seribu bait) serta swakarsa belajar bahasa Belanda dan Inggris. Berbekal ilmu yang telah dikuasainya itu, Abdullah bin Nuh muda mengajar di Hadralmaut School. Sekaligus menjadi redaktur majalah Hadralmaut, sebuah mingguan berbahasa Arab yang terbit di Surabaya, Jawa Timur sejak tahun 1922 hingga tahun 1926. Setelah itu ayahnya mengirim Abdullah untuk menimba i1mu di Fakultas Syariah Universitas AI-Azhar, Kairo, Mesir. Setelah dua tahun lamanya Abdullah belajar di AI -Azhar, Kairo, Mesir, untuk kemudian kembali ke tanah air dan aktif mengajar di Cianjur serta Bogor. Hal itu dilakukannya sejak tahun 1928 hingga tahun 1943.
H. R. Abdullah putra K.H. R. Nuh; putra Rd. H. Idris, putra Rd. H. Arifin, putra Rd. H. Sholeh, putra Rd. H. Muhyiddin Natapradja, putra Rd. Aria Wiratanudatar V (Dalem Muhyiddin), putra Rd. Aria Wiratanudatar IV (Dalem Sabiruddin), putra Rd. Aria Wiratanudatar III (Dalem Astramanggala), putra Rd. Aria Wiratanudatar II (Dalem Wiramanggala), putra Rd. Anawiratanudatar I (Dalem Cikundul).
CIANJUR DAN I’ANAH
Cianjur ialah sebuah kota yang sejak dahulu telah terkenal para ulama dan para pahlawannya, Para Ulama giat menyebarkan ilmunya. Tak kenal lelah dan tanpa mengharapkan upah. Para pahlawannya gigih, berani dalam melaksanakan perjuangan, tanpa pamrih gaji. Kesemuanya hanyalah mengharapkan keridhoan Allah SWT dan rahmat-Nya.
Pada tahun 1912 dikota Cianjur berdirilah sebuah Madrasah yang bernama Al-l’anah ; pendirinya ialah juragan Rd. H. Tolhah Al Kholidi, sesepuh Cianjur pada waktu itu. Dalam pembinaannya ia dibantu oleh seorang Cucunya AI-Haafidh (yang hafal AI Qur’an) As-Sufi (yang menguasai kitab Ihya ‘Ulumuddin) K.H.R. Nuh, seorang ‘Aalim besar keluaran Makkah Almukarromah, murid seorang ulama besar yang ilmunya barokah, menyebar keseluruh dunia Islam, yang bermukim di kota Makkah AI-Mukarromah, yaitu : K.H.R. Mukhtar Al-thoridi, putra Jawa (Bogor)
Nadhir (Guru kepala) nya waktu itu adalah Syekh Toyyib Almagrobi, dari Sudan. Bertindak sebagai pembantu (guru bantu) adalah Rd. H. Muhyiddin adik ipar Juragan Rd. H. Tolhah AI-Kholidi. Murid pertamanya adalah : Rd. H. M. Sholeh Almadani.
Syekh Toyyib Almagrobi mengajar di AI-I’anah hanya 2 (dua) tahun, karena ia diusir oleh.pemerintah Belanda. Maka untuk mengisi kekosongan, Nadhir AI-I’anag dipegang oleh AI Ustadz Rd. Ma’mur keluaran pesantren Kresek Garut (Gudang Alfiyah) dan lulusan Jami’atul Khoer Jakarta (Gudang Bahasa Arab). Di antara murid-muridnya ialah:
Dari AI I’anah Almubarokah inilah muncul para pahlawan dan sastrawan Muslim yang namanya tidak akan sirna, tetap tercantum dalam lembaran sejarah, di antaranya ialah Rd. Abdullah bin Nuh. Ia telah menguasai bahasa Arab sejak usia 8 (delapan) tahun (penjelasan ia sendiri sewaktu hidup kepada salah seorang muridnya).
Image may be NSFW. Clik here to view.Rd. Abdullah bin Nuh adalah juara Alfiah, ia sanggup menghafal Al-fiah lbnu Malik dari awal sampai akhir dan dibalik dari akhir ke awwal (demikian menurut AI-Ustadz Rd. Abubakar sesepuh Cianjur). Walhasil: kecerdasan, bakat dan watak Rd. Abdullah bin Nuh semenjak duduk di bangku Madrasah AI-I’anah sudah nampak jelas keunggulannya.
Selain belajar di AI-I’anah, Rd. Abdullah bin Nuh tidak henti-hentinya menggali dan menimba ilmu dari ayahnya. (Ia pernah berkata kepada salah seorang muridnya : “Mama mah tiasana maca Kitab lhya teh khusus ti bapa Mama” begitu dengan logat Cianjurnya). Jadi jelas, Kota Cianjur adalah Gudang Ulama, pabrik para pahlawan dan pusat para santri. Maka tidak heran kalau kota Cianjur sejak dahulu penuh dikunjungi oleh para peminat ilmu Syari’at Islam dari seluruh pelosok Jawa Barat, dari daerah Priangan Sarat sampai ke Timur seperti : Bandung, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.
PEKALONGAN DAN SYAMAILUL HUDA
Pekalongan sebuah kota kecil yang mungil, berhasil mencetak kader-kader Muslim yang militan dan berwatak, membina mental pemuda -pemuda Islam yang berjiwa pahlawan dan bercita-cita tinggi menuju Indonesia Merdeka dengan landasan Kalimatullahi Hiyal ‘Ulya.
Di kota Pekalongan telah berdiri sebuah madrasah Arabiyyah yang benama “Syamailul Huda” yang terletak di JI. Dahrian (sekarang JI. Semarang). Madrasah tersebut mempunyai sebuah internat (pondok pesantren) dipinggiran JI. Raya, di tengah-tengah keramaian manusia, bahkan tepat berhadap-hadapan dengan sebuah gedung bioskop. Nakhoda madrasah tersebut ialah seorang Sayyid keturunan Hadrol Maut bernama: Sayyid Muhammad bin Hasyim bin Tohir AI-‘Alawi Al-Hadromi. Ia seorang ‘Alim yang berjiwa besar, bercita¬cita tinggi, berpandangan luas. Ia tak mengenal payah dan lelah, tak ingin melihat putra-putri Islam tidak maju. Ia bersemboyan: “sekali maju tetap maju, bekerja dengan semangat, disertai ikhlas niat, pasti dapat dengan selamat “.
Di Madrasah dan internat inilah Sayyid Muhammad bin Hasyim mendidik, menerapkan ajaran Islam, menggemleng pemuda-pemuda yang berwatak, calon pahlawan/ Da’i/ Muballig dan Ulama.
Syamailul Huda dan internatnya, laksana Masjidil Harom dan Darul Arqom pada zaman Rosulullah saw. Pemuda-pemuda didikan Rosulullah saw di Darul Arqom, kadar Islamnya kuat, keyakinannya bulat, akhlaqul karimahnya mengkilat, terlihat sinarnya memancar dari pribadi-pribadi para sahabat dikala itu, mereka berpegang teguh kepada amanah Rosulullah S.A.W Hidup terpuji di mata masyarakat bangsa, mati syahid perlaya di medan laga membela agama Allah SWT.
Pada tahun 1918 putra-putra Cianjur, murid-murid pilihan dari madrasah AI-I’anah berangkat ke Pekalongan menuju Syamailul Huda. Putra-putra pilihan itu ialah
Ia-ia inilah yang termasuk murid-murid dakhiliyyah yang bermukim di Internat (Pondok Pesantren) Syamailul Huda bersama-¬sama dengan teman-temannya yang berjumlah sekitar 30 orang (dari Ambon, Menado, Surabaya, Singapura, dan Malaysia/ daratan Malaka). Sahabat karib Rd. Abdullah bin Nuh pada waktu itu, yang masih ada sekarang, Al Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits (kelahiran Ambon) yang tinggal di alamat, JI. Surabaya No. 69 Pekalongan, Jawa Tengah Ia lebih tua usianya dan Rd. Abdullah bin Nuh, ia dilahirkan di Ambon pada tahun 1904 (waktu di Syamailul Huda Rd. Abdullah bin Nuh kelas 3, AI Ustadz Said kelas 4).
Banyak sekali kata-kata mutiara yang diucapkannya. Ia memulai percakapan dengan kata-kata: “Waktu saya berziarah ke rumah Abdullah kebetulan waktu sholat Maghrib, saya tahu persis keadaan dalam rumahnya, hanya dua kamar yang sempit dan satu kamar mandi yang darurat. Padahal kalau melihat ilmunya, dan banyak murid-muridnya, dia itu orang besar, sudah tidak sesuai lagi. Tidak seperti orang-orang besar sekarang mobil-mobil banyak, gedung-gedungnya mewah, dengan rumah saya saja sudah jauh berbeda “(rumah AI Ustadz Said itu gedung dan besar sekali).
Ia (AI Ustadz Said) melanjutkan dengan ucapan ia: “Maka dari gambaran suasana rumahnya yang sangat sederhana itu, Masya Allah – Masya Allah – Masya Allah, Abdullah sedang syugul lillahi Ta’ala, dia AZ-Zaahid”
1. Inilah Ulama, ini waktu, mencari seperti itu tidak ada ;
2. Abdullah tetap Abdullah sebagai Kiyai ;
3. Ini hidup yang benar ;
4. Ini thoriq (jalan) yang benar ;
5. Abdullah saudara saya
Ada beberapa Amanat-amanat ia kepada putra-putri AI-Ustadz Abdullah bin Nuh:
AI Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits memberi julukan kepada Rd. Abdullah bin Nuh dengan julukan: Al Ustadz , AI-‘Aalim ; Al-Adiib ; Azzahid ; Al-Mutawadli ; AI-Haliim.
Madrasah Syamailul Huda ialah Samudra tempat menimba tinta mas Ilmu Ilahi. Internatnya laksana ladang tempat mendulang berlian llmu Agama Allah SWT. Maka tidak sedikit pentolan-pentolan Ulama dan pahlawan yang dihasilkan dari Madrasah tersebut. Di antaranya yang berhasil dengan gemilang dan menonjol sekali Rd. Abdullah bin Nuh, putra Cianjur, sehingga ia menjadi kesayangan gurunya. Rd. Abdullah bin Nuh sewaktu duduk di kelas 4 kelas terakhir Syamailul Huda, telah turut aktif mengaji bersama-sama dengan para guru Madrasah tersebut. Jadi Rd. Abdullah bin Nuh sudah lebih dahulu maju dari teman-teman kakak kelasnya.
SURABAYA DAN HADROL MAUT SCHOOLNYA
Kota Surabaya ialah kota yang terkenal arek-areknya pada zaman revolusi fisik dan jadi kebanggaan masyarakat Surabaya para patriotnya, dari kota 19 sampai kedesa-desa. Kira-kira pada akhir tahun 1922 AI-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim pindah ke Surabaya ; Rd. Abdullah bin Nuh dibawa dan dikembangkan bakatnya.
Di Kota Surabaya pada waktu itu ada sebuah gedung besar dan tinggi letaknya dekat jembatan besar di Jln. Darmokali (dulu Noyo Tangsi). Penulis melihat di muka gedung itu sebelah atas ada tulisan tahun 1914 waktu didirikannya. Di gedung inilah Sayyid Muhammad bin Hasyim mendirikan sekolah “Hadrolmaut School” untuk menyebar ilmunya dan melatih anak-anak didik yang dibawanya dari Pekalongan, dalam rangka mengembangkan bakat dan penampilan kemampu§n anak-anak didiknya tersebut.
Hadrolmaut Shool di Surabaya laksana Masjid Quba di Madinah sewaktu Rosulullah saw mulai menginjakkan kakinya dibumi Madinatul Munawwaroh: Tempat Rosulullah saw, mempersaudarakan ummat yang berbeda-beda bakat dan adat istiadat, tempat mempersatukan kaum Muslimin yang bermacam-macam faham dan pendapatnya, tempat Rosulullah saw mengatur siasat; bermasyarakat dan lain-lain.
Gedung “Hadrolmaut School” ialah tempat Rd. Abdullah bin Nuh dan teman-temannya dididik, dibina, digembleng cara praktek mengajar, berpidato, memimpin dan lain-lain yang dipertukan. Rd. Abdullah bin Nuh di samping diperbantukan mengajar di sekolah tersebut, ia tidak henti-hentinya menyerap dan menerima bermacam-macam ilmu Agama dan Umum, mempelajari beraneka ragam bahasa dari gurunya. Demikianlah keadaan Rd. Abdullah bin Nuh di kota Surabaya, ia berjiwa arek-arek Suroboyo yang paling lincah berjuang. Dengan ilmunya yang mendalam, jiwa yang suci dan kemauannya yang kuat, maka ia terpilih sebagai siswa yang akan dibawa ke Mesir oleh gurunya besama-sama dengan teman-temannya, sebanyak 15 orang.
Teman Rd. Abdulah bin Nuh yang bersama-sama belajar di Mesir yang masih ada di Kota Surabaya sekarang, dialah AI-Ustadz Abdul Razak AI-‘Amudi di kompleks IAIN Wonocolo. Ialah yang menyandang gelar: Syahadatul Aalimiyah dari “Jami’atul Azhar” dan Deblum Daril ‘Ulumil ‘Ulya dari Madrasah Darul ‘Ulumul ‘Ulya.
MESIR DAN AL-AZHARNYA
Bertepatan dengan didudukinya Kota Makkah AL-Mukarromah oleh kaum Wahabiyyin dan keluarnya Malik Husen meninggalkan Makkah pada tahun 1343 H (± tahun 1925 M), AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh bersama sama teman-temannya yang 15 orang itu dibawa gurunya ke Mesir untuk melanjutkan pelajarannya. Perguruan Tinggi di Mesir pada waktu itu hanya dua :
di Fakultas ini, lama belajarnya 6 tahun mendapat gelar : Syahadatul ‘Alimiyah dan kalau belajar 3 tahun mendapat gelar :Syahadatul Ahliyyah.’
Madrasah Darul’ Ulum AI-‘Ulya (AI-Adaab)
Lama belajar 4 tahun mendapat gelar: Deblum Daril ‘Ulumil ‘Ulya Syarat-syarat masuk Jami’atul Azhar di antaranya harus hafal AI-Qur’an 30 Juz. Tetapi murid-murid yang dibawa oleh AI-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim yang 15 orang itu mendapat prioritas diterima dengan hafal beberapa surat. Pengecualian ini menunjukkan kebesaran dan keberkahan murid-murid AI-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim. AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh bersama-sama dengan teman-temannya mula-mula bertempat tinggal di Syari’ul Hilmiyyah, lalu berpindah ke Syari’ul Bi’tsah Bi Midanil Abbasiyah. Pelayannya orang-orang Yaman.
Siang dan malam AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh tidak henti-hentinya belajar. Waktu adalah betul-betul berharga bagi betiau. Keluar dari Jami’atul Azhar ia pulang hanya mengganti pakaian, memakai pantalon, berdasi dan memakai torbus, terus mengikuti pengajian-pengajian di luar AI-Azhar. Mahasiswa AI-Azhar mempunyai ciri khas ialah berjubah dan bersorban dibalutkan dikepala (udeng).
AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh di Mesir sudah tidak mempelajari bahasa Arab lagi, karena ia ketika masih di Indonesia sudah benar-benar pandai dan ahli, mengusai berbagai bahasa. Ia di Mesir hanya belajar fak Fiqih (ini menurut cerita ia kepada salah seorang muridnya, katanya dalam bahasa Sunda Mama mah di Mesir teh mung diajar ilmu fiqih wungkul”. Selanjutnya ia bertanya: “Dupi salira kitab-kitab fiqih naon anu parantos diaos? Dijawab oleh muridnya dengan menyebutkan beberapa kitab Fiqih. Setelah sampai menyebut kitab Iqna, maka ia berkata: “Mama mah tamatna Iqna teh di Mesir, ari salira mah tamat Iqna teh di Indonesia.”
Dengan berkah ketekunan dan kesungguh-sungguhan, maka AI-Ustadz Abdullah bin Nuh di Mesir telah kelihatan sebagai seorang Pelajar yang paling cakap di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. AI-Ustadz Abdur Rozzaq berpendapat: “Sebabnya Abdullah itu mempunyai kelainan daripada teman-¬temanya yang semasa, karena dia mendapatkan banyak ilmu dari hasil muthola’ah. Muthola’ah satu kitab saja sampai 10 kali. Inilah syarat muthola’ah kata AI-Ustadz Abdullah bin Nuh. Di antara kitab yang didawamkan muthola’ah ialah kitab: ARAB 2 AI-Ustadz Abdullah bin Nuh belajar di Mesir hanya selama dua tahun, dikarenakan putra gurunya yang ia temani tidak merasa betah dan gurunya pulang ke Hadrolmaut, maka AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh pun pulang ke Indonesia. Inilah riwayat hidup singkat ia masa belajar/ tholabul’ilmi atau masantren.
MADRASAH P.S.A.
Pada tahun 1927 AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh pulang dari Mesir ke Indonesia (Cianjur. Pada akhir tahun 1927 pergi ke Bogor (Ciwaringin). Ia mengajar: 1. Di Madrasah Islamiyyah yang didirikan oleh Mama Ajengan Rd. Haji Manshur.2.Para Mu’allim yang berada di sekitar Bogor dikepalai oleh Mualim H. Muhammad Arsyad Bin H. Imammudin dari bojong neros bogor. Pada awal tahun 1928 ia pindah ke Semarang tetapi tidak lama yaitu hanya 2 (dua) bulan, kemudian kembali ke Bogor. Lalu pulang lagi ke Cianjur dan ia membantu (jadi guru bantu) mengajar di AI-I’anah, waktu itu nadhirnya AI-Ustadz Rd. H.M. Sholeh AI-Madani (sekitar tahun 1930). Setelah itu ia pergi lagi ke Bogor kedua kalinya dan bertempat tinggal di Panaragan. Pekerjaan ia adalah:
Mengajar para kyai
Jadi korektor Percetakan IHTIAR (Inventaris S.I.)
Pada tahun 1934 di Bogor (di Ciwaringin) didirikan Madrasah P.S.A. (Penolong Sekolah Agama). Maksud didirkannya PSA adalah untuk mempersatukan madrasah-madrasah yang ada di sekitar Bogor yang berada di bawah asuhan Mama Ajengan Rd. H. Manshur dengan mualim H. Muhammad Arsyad bin H. Imammudin.
Susunan Pengurus P.S.A. ialah :Ketua, Mama Ajengan Rd. H. Mansur, Sekretaris M.B. Nurdin (Marah Bagindo), Inspektur K. Usman Perak. Ketua Dewan Guru/ Direktur. AI-Ustadz Rd.H.Abdullah bin Nuh, Pembantu/ Sekretaris Rd. Ali Basah beserta H. Muhammad Arsyad Selain memimpin madrasah-madrasah, juga AI-Ustadz mengajar di MULO (SLTP). Pada tahun 1939 Madrasah P.S.A, pindah ke jalan Bioskop (JI, Mayor Oking, yang sekarang dipakai Mesjid) Dari tahun 1939 s.d 1942 ia tetap bertempat tinggal di Panaragan dan setiap hari mengajar ngaji para Kyai. Walaupun AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh ilmunya telah begitu banyak, tetapi selama di Bogor ia masih terus menambah ilmunya dari seorang ulama (Mufti Malaya) yaitu Sayyid ‘Ali bin Thohir dan Haji Muhammad Arysad dari bojong neros.
Sejarah mencatat bahwa PETA lahir pada bulan Nopember 1943, lalu diikuti lahirnya HIZBULLAH beberapa minggu kemudian di mana para alim ulama kemudian masuk menjadi anggota organisasi itu. Tahun 1943 tersebut benar benar merupakan tahun penderitaan yang amat berat khususnya bagi umat Islam dan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Boleh dikatakan bahwa saat itu adalah salah satu ujian paling berat bagi bangsa Indonesia. Pada akhir tahun 1943 itulah AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh masuk PETA dengan pangkat DAIDANCO yang berasrama di Semplak Bogor.
Lalu pulang lagi ke Cianjur dan ia membantu (jadi guru bantu) mengajar di AI-I’anah, waktu itu nadhirnya AI-Ustadz Rd. H.M. Sholeh AI-Madani (sekitar tahun 1930). Setelah itu ia pergi lagi ke Bogor kedua kalinya dan bertempat tinggal di Panaragan. Pekerjaan ia adalah: 1. Mengajar para kyai. 2. Jadi korektor Percetakan IHTIAR (Inventaris S.I.)
Pemimpin-pemimpin umat ini, para alim ulama di sana-sini ditangkap oleh Dai Nippon, di antaranya Hadlorotnya Syekh Hasyim Asy’ari pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng. Ia dipenjarakan di Bubutan, Surabaya. Di Jawa Barat perlakuan serupa dilakukan terhadap KH. Zainal Mustofa, Tasikmalaya, bahkan sampai gugurnya karena di siksa Dai Nippon. Ia adalah Pemimpin Pondok Pesantren Sukamanah, Tasikmalaya. Tanggal 6 Agustus 1945 senjata dahsyat bom atom dijatuhkan Amerika Serikat di atas kota Hiroshima, disusul kemudian tanggal 9 Agustus born atom gelombang kedua dijatuhkan pula di atas Nagasaki. Sekutu mengumandangkan kemenangannya. Bangsa Indonesia saat itu sangat optimis dengan tekuk lututnya Jepang terhadap sekutu. Ternyata pada tanggal 17 Agustus 1945 beberapa hari setelah pemboman terhadap kedua kota itu kita bangsa Indonesia memperoleh hikmah, yaitu kemerdekaan yang diperoklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Apakah ini bukan rohmat dari Allah SWT?
Cobaan demi cobaan telah dan akan selalu kita hadapi. Pada tanggal 19 September 1945 di Surabaya terjadi peristiwa besar yang merupakan titik awal yang menyulut semangat kepahlawanan rakyat Surabaya. Beberapa personil Belanda yang saat itu membonceng sekutu berhasil menyamar sebagai Missi Sekutu mengibarkan bendera merah putih biru di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya. Kemudian personil Belanda lainnya setelah tiba di Tanjung Priok merayap keseluruh pelosok Jawa di antaranya ke Bandung, Yogya, Magelang dan Surabaya. ini merupakan tantangan berat lagi bagi bangsa Indonesia. Namun rakyat tiada mengenal mundur atau menyerah. Begitu pula AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh terus melanjutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan memimpin barisan Hizbutlah dan BKRI TKR di kota Cianjur bersama-sama dengan barisan lainnya hingga pertengahan tahun 1945.
Pada tanggal 21 Romadhon 1363 H/ 29 Agustus 1945 M, di Jakarta dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNlP) dan sekaligus melangsungkan sidang pertamanya. Ketua KNIP ditetapkan Mr. Kasman Singodimedjo, salah seorang bakes Daidanco PETA Jakarta. Anggota KNIP di antaranya adalah AI-¬Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh. Pada tanggal 4 Juni 1946 Pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta.[pagebreak]
YOGYAKARTA DAN P.T.I. NYA (SEKARANG UII) Yogyakarta adalah sebuah kota kecil yang mendadak menjadi ibukota Repbulik Indonesia dan pusat segala kegiatan politik. Semenjak awal 1946, situasi politik terus meningkat dan ketegangan serta pergolakan terjadi di mana-mana. Yogyakarta amat berat memikul beban nasional di atas pundaknya. Namun AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh adalah benar-benar seorang ulama pejuang yang pandai membagi waktu. Walaupun tugas ia sangat berat, sebagai tentara yang mewakili Jawa Barat dan anggota KNIP lainnya, namun ia masih sempat mendirikan RRI Yogyakarta siaran bahasa Arab dan kemudian mendirikan STI (Sekolah Tinggi Islam/ UII) bersama dengan KH. Abdul Kohar Muzakkir.
Yang lebih unik lagi ialah tidak melupakan tugas kekiyaian, yaitu mengajar ngaji. Hasil didikan ia waktu di Yogyakarta di antaranya adalah Ibu Mursyidah dan AI-Ustadz Basyori Alwi, yang telah berhasil membuka Pesantren yang megah di JI. Singosari No.90 dekat kota Malang, dan banyak lagi Asatidz tempaan ia.
Pada bulan Desember 1948 Yogyakarta bezet (diduduki tentara Belanda). Tentara RI mundur dari Kota Yogya dan terjadilah perang gerilya selama 6 bulan, mulai dari Desember 1948 s.d. Juni 1949. Perang gerilya ini dilakukan pula oleh para pejabat, walaupun dia itu adalah seorang Menteri. Pada bulan Juni itulah (tepatnya tanggal 5) AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh menikah dengan Ibu Mursyidah, salah seorang puteri didiknya yang telah disebut tadi.
Tanggal 29 Juni 1949 setelah tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta, pasukan Republik Indonesia yang sedang bergerilya bersama rakyat masuk kembali ke Yogyakarta. Itu berarti bahwa, Yogyakarta kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia. Sejarah pertama kali mencatat, yaitu tanggai 17 Desember 1946, Bung Karno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat dengan mengambil tempat di Keraton Yogyakarta. Kemudian di akhir tahun 1949 Pemerintah RI pindah ke Jakarta, dan saat itu pulalah AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh bersama ibu Mursyidah (istrinya) hijrah ke Jakarta.
JAKARTA DAN UI-NYA
Setelah melalui liku-liku hidup dan mengarungi pasang surutnya gelombang perjuangan, keluarga AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh menetap di Jakarta selama lebih kurang 20 tahun, yaitu mulai tahun 1950 s.d. 1970, Di Jakarta inilah ia menjadikan ibu kota sebagai arena pengabdiannya kepada Allah SWT dan kepada hamba-Nya. Ia mengajar mengaji para asatidz/ Mu’allimin, memimpin Majlis-majlis Ta’lim, menjabat sebagai Kepala Seksi Bahasa Arab pada Studio RRI Pusat. Selain itu juga aktif dalam kantor berita APB (Arabian Press Board). Kemudian pernah pula menjadi Dosen UI (Universitas Indonesia) bagian Sastra Arab, pemimpin Majalah Pembina dan Ketua Lembaga Penyelidikan Islam.
Di samping itu pada tahun 1959 sebelum kepindahan ke Kota Bogor, ia telah aktif memimpin pengajian-pengajian di Bogor, yaitu :1. Majlis Ta’lim Sukaraja (AI-Ustadz Rd. Hidayat) 2. Majlis Ta’fim Babakan Sirna (AI-Ustadz Rd. Hasan) 3. Majlis Ta’lim Gang Ardio (KH. Ilyas) 4. Majlis Ta’lim Kebon Kopi (Mu’allim Hamim) Dan akhirnya pada tanggal 20 Mei 1970 Mama hijrah dari Jakarta ke Bogor.
MAMA DAN “AL-GHAZALY”
YIC “AI-Ghazaly” ialah Pusat Pendidikan Islam (Pesantren, Majlis Ta’lim, sekolah umum dan madrasah Diniyah). “AI-Ghazaly” sudah tidak asing lagi bagi Ummat Islam warga Bogor. YIC “AI-Ghazaly” memiliki empat lokasi yaitu: AG I di Kotaparis , AG II di Cimanggu (H. Firdaus), AG III di Cimanggu Perikanan dan AG IV di Cibogor. YIC “AI-Ghazaly” adalah Mazro’atul Akhiroh (ladang akherat) Mama. Tempat Mama memberikan pelajaran kepada para Ustadz dan kyai-kyai yang berada di sekitar Bogor, bahkan ada pula yang datang dari Jakarta, Cianjur, Bandung dan Sukabumi. Majlis-majlis Ta’lim yang ada dalam asuhan Mama adalah : AI-Ghazaly (Kotaparis) AI-Ihya(Batu Tapak) Al-Khaeriyah (Bojong Neros) AI-Husna (Layungsari) Nurul Imdad (Babakan Fakultas, belakang IPB) Nahjussalam (Sukaraja).
Kesemuanya itu adalah tempat pengabdian Mama setelah usianya lanjut. Bagi Mama tiada hari tanpa kuliah shubuh. Kegiatan rutin setiap minggunya adalah hari Senin s.d. Kamis di Majlis Ta’lim AI-Ihya, Jumat s.d. Ahad di AI-Ghazaly, sedangkan Ahad siang (ba’da dzuhur) di Nahjussalam Sukaraja.
Selain itu, Mama juga mengadakan pengajian khusus untuk para pemuda dan pelajar, mahasiswa/ mahasiswi. Demikian kegiatan Mama di “AI-Ghazaly” yang tidak mengenal istirahat.
MAMA DAN “NAHJUSSALAM”
Nahjus Salam ialah Pesantren idaman Mama yang belum terlaksana dengan sempurna dan tentunya.wajib kita tanjutkan sampai tuntas. Jauh sebelum merencanakan “Nahjus Salam”, Mama pernah mengutarakan keinginannya kepada salah seorang muridnya: “Mama ingin sekali punya Pesantren”. Kemudian muridnya itu bertanya: “Didaerah mana Mama ingin mendirikan Pesantren itu? Di Bogor Timur, Ciluar atau di Cianjur?” Mama menjawab: Di Sukaraja. Muridnya masih penasaran, kemudian melanjutkan pertanyaannya: “Kenapa ingin di Sukaraja?” Ia menjawab: Ingin dekat dengan makam eyang Mama (Kanjeng Dalem) Melaksanakan amanat Mama Ajengan Manshur (Bilamana Mama Ajengan Manshur wafat, harus diteruskan oleh ia). Ingin istirahat total Penulis pada waktu itu tidak memperhatikan akan arti dan kandungan obrolan Mama yang sebenarnya mendalam serta penuh dengan isyarat itu.
Maka pada hari Sabtu tanggal 1 Muharram 1404 H, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1983, dimulailah pembangunan fisik Pesantren Nahjus Salam yang diprakarsai oleh para putera Almarhum Rd. H. Jamhur Ciwaringin Tanah Sewa beserta sesepuh dan warga Sukaraja AI-Ustadz Hasanuddin. Bangunan Pesantren tersebut selesai pada akhir bulan Rajab tahun itu juga. Peresmian yang langsung diisi oleh Mama dilaksanakan hari Jum’at tanggal 25 Rajab 1404 H/ 27 April 1984, dan hari Ahad tanggal 12-Sya’ban (lebih kurang 2 minggu setelah peresmian) dimulai pengajian di Nahjus Salam.
Keinginan Mama selalu terkabul, sukses dan Barokah. Maunahnya mutai nampak dan terlihat oleh khalayak ramai. Padahal menurut penulis setelah mengamati dan selalu memperhatikan gerak-geriknya, Mama memiliki keutamaan (kelebihan) ilmu, dan maunahnya telah terlihat dan terasa sejak Mama mulai menetap di Bogor. Pernah penulis alami ketika pada suatu kejadian yang membuktikan tentang itu.
Kira-kira tahun 1973 Mama bersama penulis berziarah kepada seorang kyai yang telah dianggap wali oleh para Ulama yang tahu tentang keadaan kyai itu. Ada tiga keanehan menurut penulis yang sangat mencolok pada pribadi Mama saat itu: Pertama: Bukan Mama yang masuk ke kamar Kyai yang sedang sakit berat itu, tetapi justru kyailah yang datang menemui Mama di ruang tamu. Ke dua: Mama memohon didoakan oleh Kyai itu, tetapi keadaan sebaliknya yang terjadi, yakni Kyailah yang meminta didoakan. Akhirnya Mamalah yang berdoa. Kyai bersama penulis mengamini. Ke tiga: Ketika Mama permisi, kyai itu mengantarkan sampai ke pintu gerbang pekarangan rumahnya, sedangkan Kyai itu tidak pernah melakukannya terhadap siapapun.
Dengan ketiga hal yang menurut penulis mengandung keanehan itu, membuktikan bahwa derajat Mama sudah lain dari pada yang lain. Obrolan Mama mengenai “ingin istirahat total” ini merupakan isyarat bahwa kepulangan Mama ke Rahmatullah telah mendekat. Karena hanya wafatnya hamba kekasih Allahlah yang termasuk dan boleh dikatakan “Istirahat Total”. Permohonan Mama ingin istirahat total dikabulkan oleh Allah SWT.
Pada hari senin malam selasa, jam 19.15 WIB ba’da Isya, tanggal 26 Oktober 1987 bertepatan dengan tanggal 4 Robi’ul Awwal 1408 H ia pulang ke Rahmatullah. “Innaa Lillaahi wa Inna Ilaihi Rooji’uuna”. Thoriqoh Mama ada tiga: 1. Mengajar2. Muthola’ah 3. Mengarang.
Di mana saja Mama tinggal, Mama betah, asal Mama bisa menjalankan yang tiga itu dengan tenang. Jadi jelaslah, pindahnya Mama dan satu daerah ke daerah lain adalah termasuk : yang mudah-mudahan pulangnya Mama ke Rahmatullah pun demikian adanya, hijrah kepada keridhoan Allah SWT.
AMANAHNYA
Di dalam mengarungi dunia yang penuh dengan godaan dan sarat dengan fitnah, Mama memberikan amanah kepada penulis tentang cara menghadapi manusia-manusia di abad modern ini, yaitu harus berpendirian. Khumul = Tidak ternama Malamih = Manampakkan roman muka Tawakal kepada Allah SWT. Insya Allah selamat dari godaan dan fitnah.
AHLUL BAIT MAMA / KETURUNAN
Ibu Cianjur dan putra-putrinya:
Ibu Cianjur Ny. Rd. Mariyah (Alm.) putra-putrinya adalah:
Rd. Ahmad (Tangerang)
Rd. Wasilah (Almarhumah, Jakarta)
Rd. Hj. Romlah (Kotaparis, Bogor)
Rd. Hilal (Sukaraja, Bogor)
Rd. Hamid (Australia)
Ibu Bogor dan putra-putrinya :
Ibu Bogor adalah Dra. Hj. Mursyidah (Ummul Ghazaliyyin), Putra-putrinya adalah :
Rd. Aminah (almarhumah)
Rd. Aisyah (almarhumah)
Rd. Hj. Mariyam
Rd. Zahro (almarhumah)
Rd. Zulfa
Rd. H. Toto Mustofa
Ulama Kharismatik itu telah pulang ke Rahmatullah Akan menerima keridhoan Allah Kita yang ditinggalkan Wajib melanjutkan Amanat Mama kita laksanakan Thoriqoh Mama kita jalankanMudah-mudahan riwayat hidup Mama yang ringkas ini menjadi cermin untuk kita semuanya kaum muslimin-muslimat, baik tua maupun muda.
Karya-karya tulis
Karya-karya tulis dengan bahasa Indonesia yang berbentuk buku di antaranya, yaitu:
Al-Islam
Islam dan Materialisme
Islam dan Komunisme
Islam dan Pembahasan
Keutamaan Keluarga Rosulullah
Islam dan Dunia Modern
Risalah As-Syuro
Ringkasan Sejarah Wali Songo
Riwayat Hidup Imam Ahmad Muhajir
Sejarah[3][3] – Islam di Jawa Barat Hingga Zaman Keemasan Banten
Pembahasan Tentang Ketuhanan
Wanita Dalam Islam
Zakat dan Dunia Modern
Karya-karya tulis dengan bahasa Arab yaitu berbentuk natsar (karangan bebas) dan syi’ir (puisi)
Selain mengarang K.H.R. Abdullah bin Nuh juga menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan Sunda.
Kitab-kitab yang ia terjemahkan kebanyakan karangan Imam AI-Ghazaly yang ia kagumi. Di antara terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia adalah:
Renungan;
O’Anak;
Pembebasan dari Kesesatan;
Cinta dan Bahagia;
Menuju Mukmin Sejati (Minhajul-Abidin, karangan terakhir imam Ghazaly.
Adapun yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Sunda di antaranya berjudul: 1. Akhlaq; 2. Dzikir Sebagai seorang Ahli bahasa Arab, K.H.R. Abdullah bin Nuh menyempatkan diri menyusun kamus bersama sahabatnya H. Umar Bakry, di antara kamusnya adalah:
Kamus Arab – Indonesia;
Kamus Indonesia – Arab – Inggris;
Kamus Inggris – Arab – Indonesia;
Kamus Arab – Indonesia – Inggris;
Kamus Bahasa Asing (Eropa), berkisar hubungan: – diplomatik politik- ekonomi, dll.
Tokoh
KH Abdullah bin Nuh, Ulama Produktif yang Mendunia
Satu Islam, Yogyakarta – Beberapa kalangan Islam mengkritik wacana Islam Nusantara karena mereka berangkat dari asumsi bahwa Islam dibudayakan. Hal itu terjadi karena mereka beranggapan agama dan budaya merupakan dua hal yang bertentangan.
Pernyataan ini disampaikan Dr Haidar Bagir pada seminar yang diselenggarakan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengambil tema “Melacak Jejak Islam dan Islam Nusantara: Mencari Hubungan Organik Antara Islam dan Kebudayaan” pada Kamis 13 Agustus 2015.
“Ada yang beranggapan bahwa agama itu netral atau dalam arti kata budaya bukan domain agama. Jika baik diambil, jika buruk ditolak,” tutur Haidar Bagir.
Lebih lanjut Haidar mengatakan, ada yang beranggapan bahwa budaya itu sakral. Oleh karena itu budaya merupakan bagian dari agama. Kelompok ini memandang bahwa mengapropriasikan agama dengan budaya itu wajib.
“Ada yang hendak saya tawarkan di sini, yaitu budaya itu sakral,” kata Haidar Bagir.
Haidar mengatakan jika dilihat dari perspektif irfan aliran wahdatul wujud, maka budaya merupakan tajalli Allah Swt. Allah yang Dzat berbeda dengan makhluk-Nya.
“Semua wujud itu berpartisipasi dalam wujud Tuhan. Tuhan yang suci di dalam tanazzulnya bermanifestasi, memiliki kemiripan sifat dengan makhluk. Tapi dalam dzat, Dia seratus persen munazzah. Makanya dikatakan laisa kamitslihi syaik,” ujarnya.
Maksudnya, lebih lanjut kata Haidar, laisa kamitslihi syaik ada tasybih dan tanzil sekaligus. Makna ayat itu adalah tidak ada sesuatupun yang sama dengan sesuatu yang mirip dengan Tuhan.
“Dalam tasawuf mitsl ini adalah insan al-kamil atau Muhammad saw. Manusia yang diciptakan atas forma Tuhan,” terangnya.
Rasullah saw adalah manusia yang mengapropriasi sifat-sifat Allah Swt secara sempurna. “Mitsl itu maksudnya Allah itu tidak sama dengan manusia kamil yang paling dekat dengan Allah Swt,” ujarnya.
Karena cinta-Nya, Allah itu bertanazzul. Dalam hierarki wujud, Allah menghasilkan karya dari yang paling tinggi tingkatannya yaitu insan al-kamil sampai ke benda-benda berupa batu.
Dikatakan Haidar, dalam Islam, semua benda itu hidup. Oleh karena itu alam semesta itu punya unsur-unsur kekuatan. Hal ini sesuai dengan teori butterfly effect, yaitu benda yang satu (tertentu) pun bisa memiliki pengaruh terhadap alam semesta.
“Unsur alam semesta itu bisa memengaruhi unsur alam semesta yang lain,” ujarnya.
Haidar mengatakan, budaya itu sakral dan budaya harus disaring dengan syariat. “Tapi jangan gampang-gampang mengatakan unsur lokal itu bertentangan dengan syariat,” ujarnya.
Unsur wahdatul wujud, menurut Haidar, menjadi spirit dari budaya lokal yang bertebaran di bumi Nusantara. Allah bertajalli kemana-mana, kepada benda-benda dan termasuk bertajalli kepada budaya.
“Allah bertajalli kepada budaya Arab dengan cara tertentu, Allah bertajalli kepada budaya Cina. Bertajalli ke orang Cina membentuk budaya Cina, bertajalli ke orang Arab membentuk budaya Arab, bertajalli kepada orang India membentuk budaya India, bertajalli kepada orang Parsi membentuk budaya Parsi, bertajalli kepada orang Melayu membentuk budaya Melayu,” terang Haidar Bagir.
Dikatakannya, Allah bertajalli kepada makhluk sesuai kesiapannya. Orang Indonesia memiliki kesiapan tertentu yang akan menyaring tajalli Allah sehingga membentuk budaya Indonesia. Tajalli yang diterima orang Indonesia terkait Islam, adalah Islam yang sesuai dengan kesiapan orang Indonesia.
Islam Nusantara termasuk Islam yang sesuai dengan kearifan di beberapa tempat lainnya, bisa menyumbangkan sesuatu kepada Islam. Menurut Haidar, makin banyak seseorang belajar local wisdom maka makin lengkaplah pemahamannya tentang Allah Swt karena budaya sebagai salah satu lokus atau madzhar Allah dalam menampilkan diri.
Bayangkan bola dalam genggaman tangan seperti gambar di atas dapat memberikan listrik untuk rumah anda selama 100 tahun lebih atau sebesar bola basket dapat mengaliri Listrik sebuah Kota selama setahun atau bahkan sebuah pesawat terbang yang dapat terbang selama 3 bulan tanpa mendarat dan mengisi bahan bakar — Ini semua bukanlah bagian dari fantasi sebuah film Hollywood tetapi akan menjadi kenyataan dalam 5 – 10 tahun lagi.
Bahan bakar yang kami maksud adalah Thorium yang memilki densitas energi terpadat sehingga 1 ton Thorium yang hanya sebesar bola basket dapat menjadi bahan bakar pembangkit listrik berdaya 1000 MW selama 1 tahun. Bandingkan dengan uranium yang membutuhkan 200 ton atau batubara yang membutuhkan 3,5 juta ton. – dan yang lebih menggembirakan bahwa indonesia memilki Cadangan Thorium untuk 1000 tahun. — Bahan bakar dalam reaksi fisi sesungguhnya adalah Elemen Bahan Nuklir (Nuclear Fuel) karena tidak ada yang di bakar dalam reaksi nuklir.
Revolusi energi berikutnya adalah Thorium Energy, sebuah sumber energi yang bersih, menghasilkan limbah nuklir yang sangat kecil, tidak dapat di persenjatai, tidak mengeluarkan emisi apapun dan karena densitas energi yang sangat tinggi maka energi yang dihasilkan sangat murah.
Thorium akan mengakhiri pengunaan bahan bakar berbasis fosil seperti minyak dan batubara selamanya karena di masa depan kendaraan, kapal laut bahkan pesawat terbang dapat memakai Thorium sebagai bahan bakar.
DR. Carla Rubbia, pemenang hadiah Nobel Fisika dan Direktur CERN,lembaga Riset Nuklir Eropa mengatakan dalam Konprensi Thorium Internasional 2013 :
“there is more than 4500 times more energy available to us in Thorium than there is in all the fossil resources combined, that ought to make Thorium Energy sustainable..” (Carla Rubbia).
“Ada lebih dari 4500 kali lebih banyak energi yang terkandung dalam Thorium daripada seluruh sumberdaya energi fossil di gabungkan, yang membuat Energi Thorium berkelanjutan.. “(Carla Rubbia)
Menurut Rubbia cadangan Thorium di Bumi cukup untuk memberikan kebutuhan energi dunia selama 20.000 tahun kedepan…bukan main-main ini adalah pernyataan seorang peraih hadiah Nobel.
Berakhir sudah tarif listrik PLN yang setiap tahun naik terus, karena tarif listrik dapat turun lebih dari 30% dan tidak akan naik selama anda hidup.
Ini semua bukan fantasi tapi akan menjadi kenyataan dalam waktu kurang dari 10 tahun dari sekarang.
Apakah Thorium ?
Thorium adalah sebuah unsur dengan no atom 90 yang mempunyai sifat radioaktif yang dapat dipakai sebagai bahan bakar reaktor nuklir. Karena Thorium bukan inti fisile maka untuk menggunakan Thorium harus memakai Uranium tetapi ini hanya untuk awal memicu reaksi karena setelah itu Thorium yang disebut inti fertile (subur) dapat membelah dan menghasilkan Uranium 233 atau dapat dilakukan penembakan dengan Neutron sehingga Thorium membelah. — untuk yang ingin lebih detail membaca tentang siklus Thorium sebagai bahan bakar Nuklir silahkan membaca dokumen IAEA (Thorium Fuel Cycle – Potential annd Chalengges)
Tidak seperti Uranium yang terbilang langka, Thorium terdapat dalam jumlah cukup banyak di dalam bumi di banding emas, perak, dan timah hampir di setiap negara di dunia terdapat Thorium. Di Indonesia, Thorium dapat di temukan di Bangka Belitung sebagai ikutan timah dan menurut Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) ada sekitar 121.500 ton cadangan Thorium di Babel (hanya Babel belum seluruh Indonesia) yang dapat memberikan daya 121 Gigawatt selama 1000 tahun (saat ini total produksi listrik Indonesia masih di bawah 40 Gigawatt). – Bicara tentang kemandirian energi dan ketahanan energi inilah jawabannya bukan batubara yang akan habis dalam 20 tahun atau gas yang akan habis dalam 38 tahun.
Sejarah Thorium dan Molten Salt Reactor
Hampir semua bahan bakar PLTN di dunia adalah Uranium dalam bentuk padat dengan pendingin air atau yang disebut Light Water Reactor (LWR) yang memiliki 3 variant yang disebut : Pressurised Water Reactor (PWR), Boiling Water Reactor (BWR) dan Super Critical Water Reactor (SCWR) – PWR dan BWR adalah yang terbanyak di pakai di dunia.
Sejak awal penelitian Nuklir selalu di danai oleh militer, sejakManhattan Project yang menciptakan bom atom Hiroshima-Nagasaki, karenakan kebutuhan untuk menciptakan bom nuklir yang lebih dahsyat dan unsur terpenting adalah Plutonium yang tidak di dapat di alam hanya didapat melalui proses fisi nuklir — jadi sesungguhnya reaktor LWR hanyalah sebuah pabrik plutonium terselubung. Sebagai contoh 1000 MW reaktor PWR menghasilkan sekitar 230 kg/tahun Plutonium yang cukup untuk membuat 30 bom atom skala Hiroshima.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Adalah Dr Alvin Weinberg, salah satu anggota Manhattan Project yang mengusulkan mempergunakan Thorium sebagai bahan bakar reaktor daya sipil (PLTN) yang memiliki efisiensi lebih dari 90% dibanding uranium yang hanya dibawah 3% ditambah reaksi fisi thorium tidak menghasilkan Plutonium sehingga lebih aman tetapi ternyata hal ini justru yang tidak membuat Thorium menarik bagi pihak militer yang masih membiayai riset nuklir saat itu sehingga penelitian Thorium di hentikan pada tahun 1969.
Pada saat itu, Weinberger telah menciptakan sebuah reaktor khusus sipil dengan tingkat keamanan yang jauh lebih tinggi yang sangat berbeda dengan LWR yang sesungguhnya di ciptakan oleh Weinberg juga tetapi di desain untuk kepentingan Militer khususnya Kapal Selam (USS Nautilius). Reaktor baru ini disebut Molten Salt Reactor(MSR) karena mempergunakan pendingin garam cair dan bahan bakar cair yang sangat cocok untuk thorium dan sebelum akhirnya di tutup telah beroperasi di Oak Ridge National Laboratory selama 20,000 jam tanpa masalah.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Sejak itu berkakhirlah pamor Thorium/MSR sampai tidak pernah lagi ada pembahasan MSR dalam dunia fisika nuklir, bahkan sampai sekarang MSR tidak pernah di ajarkan di Fakultas Tehnik Nuklir di Dunia. sampai kejadian setelah Fukushima pada tahun 2011 para ahli nuklir mulai mengkaji ulang desain reaktor pendingin air dan berbahan bakar padat. Pemikiran untuk memakai bahan bakar cair mulai muncul kembali dan tentunya salah satu yang sudah terbukti adalah MSR.
Jadi yang harus di pertegas adalah Revolusi Energi yang di maksud adalah ketika Thorium dipakai sebagai bahan bakar cair untuk Molten Salt Reaktor — bukan reaktor jenis lainnya. Secara implisit pengertian Thorium Energy adalah dengan pemanfaatan Reaktr jenis Molten Salt dan selanjutkan akan kami tulis TMSR — Variant MSR yang dikembangkan saat ini di sebut juga LFTR (Liquid Flouride Thorium Reactor).
Beberapa keunggulan TMSR vs LWR
Walaupun desain MSR selama lebih dari 50 tahun tidak ada yang melirik tetapi ketika pada tahun 2000 berbagai ahli dan pelaku industri nuklir berkumpul untuk membahas desain reaktor nuklir generasi ke IV dan MSR terpilih sebagai salah satu dari 6 reaktor yang di setujui sebagai reactor generasi ke IV yang handal dan satu-satunya yang sudah terbukti.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Beberapa keunggulan MSR dengan bahan bakar thorium dan garam cair (TMSR) dibanding reaktor LWR pada umumnya antara lain :
TERBUKTI : reaktor daya TMSR 30 MW sudah pernah di operasikan oleh Oak Ridge National Laboratory selama 20,000 jam (1965 – 1969) tanpa masalah. MSR adalah satu-satunya reaktor Generasi IV yang sudah terbukti.
TEKANAN NORMAL : reaktor TMSR bekerja dalam tekanan normal (1 ATM) sehingga tidak membutuhkan struktur pelindung yang berat yang membuat konstruksi TMSR jauh lebih murah.– Sementara reaktor LWR bekerja pada tekanan 144 ATM atau setara pada kedalaman 1,5 km dibawah laut, ketebalan betonnya saja 1,5 meter. Tekanan yang tinggi dapat menimbulkan ledakan bila terjadi kebocoran atau meltdown seperti pada kasus Fukushima
LIMBAH LEBIH KECIL : TMSR mengkonsumsi lebih dari 90% bahan bakar dibanding LWR yang hanya 3% sehingga sisa limbah radioaktif sangat kecil dengan tingkat radioaktif jauh lebih kecil di banding Uranium dan Plutonium dan limbah tersebut dapat di campur lagi sebagai bahan bakar TSMR – Sebagai perbandingan 1000 MW PLTN LWR menghasilkan limbah 35 ton sementara TSMR hanya 170 Kg.
LEBIH EFISIEN : Karena TMSR bekerja pada tempartur yang cukup tinggi sekitar 800 C dibanding LWR yang hanya 300 C maka TMSR dapat mengkoversi panas menjadi listrik jauh lebih efisien di banding LWR dengan tingkat konversi mendekati 50% bahkan jauh lebih baik daripada batubara dan gas yang membuat tingkat keekonomisan sangat tinggi.
ANTI MELTDOWN : Karena bahan bakar dan pendingin TMSR sudah dalam keadaan cair (melt) maka TMSR tidak mungkin terjadi meltdown. Reaksi fisi TMSR dapat berhenti dalam sekejap (dalam hitungan menit) tanpa adanya decay heat yang berkepanjangan. Tidak seperti LWR bahkan setelah control rod dimasukan untuk menghentikan reaksi fisi tetapi decay heat pada tempratur 900 C masih tetap berlangsung yang menyebabkan akumulasi gas Hidrogen dapat menyebabkan terjadi meltdown dan ledakan yang meruntuhkan struktur pelindung — seperti kasus Fukushima.
PASSIVE SAFETY : Ketika terjadi hilangnya listrik atau bencana lainnya maka garam cair akan meluncur ke tempat penampungan di bawah tanah secara otomatis tanpa bantuan listrik atau manusia secara gravitasi dan karena tidak adanya pemanasan maka dalam waktu singkat garam cair akan mengeras menjadi kristal sehingga aman. — hal inilah yang di sebut “passive safety” atau “walk away safety” yang hampir menjadi kriteria utama semua jenis reaktor generasi ke IV, tentunya bagi jenis LWR hal ini sangat sulit di laksanakan dengan mudah, karena prinsip LWR adalah pendingin air, maka untuk melaksanakan fungsinya pompa air harus bekerja.
MODULARITY : Sejak awal prinsip desain TMSR dibuat sangat sederhana dengan pemikiran dapat di fabrikasi di pabrik lalu di angkut kelokasi dibanding dibuat di lokasi hampir semua PLTN saat ini yang di bangun di lokasi. – Hal ini bertujuan membuat biaya yang murah (karena fabrikasi) dan pembangunan yang cepat. Di perkirakan di butuhkan hanya 24 bulan untuk membangun 1000 MW dibanding 5 – 7 tahun untuk LWR. – Modularity saat ini menjadi bagian dari design philosphy dari Advanced Reactor program yang di biayai oleh AS.
SCALABILITY : Hal ini juga merupakan prinsip desain TSMR sejak awal. Dengan bahan bakar cair dan reaktor yang sederhana membuat TSMR dapat di buat sangat kecil atau sangat besar. Bayangkan saat itu saja (1957) Weinberger sudah mendesain reaktor TMSR dengan daya 2,5 MW untuk propulsi mesin jet bomber yang dapat terbang nonstop selama beberapa bulan tapi sayang program tersebut di batalkan karena alasan politis. – Saat ini beberapa perusahaan startup Thorium banyak yang mendesain dengan reaktor skala kecil seperti 25 MW, 50 MW dan 250 MW yang di tujukan untuk negara2 berkembang. Hal ini tidak mungkin di lakukan oleh reaktor LWR konvensional. Sangat ideal untuk Indonesia bagian Timur yang konsumsi listrik rendah.
TIDAK BUTUH AIR : Hampir semua PLTN memakai pendingin air oleh sebab itu harus dibangun di pinggir laut atau sungai besar. Karena TSMR memakai garam cair bukan air sebagai pendingin maka TMSR tidak harus di bangun di pinggir laut atau sungai karena tidak membutuhkan air dalam jumlah besar, sehingga dapat di posisikan di tengah daratan seperti wilayah Kalimantan Tengah atau di perbatasan Kalimantan.
LOAD FOLLOWING : Mungkin salah satu keunggulan TMSR yang pastinya akan di sukai oleh PLN adalah Load Following karena bahan bakarnya cair maka daya yang di hasilkan dapat di naikan dan di turunkan dalam waktu cepat. Hal ini berguna khususnya pada waktu-waktu beban puncak yang biasanya hanya berlangsung tidak lebih dari 2 jam. Sebagian besar pembangkit listrik PLN adalah base load (PLTU dan PLTA) dimana sulit untuk menaikan dan menurunkan daya dengan cepat sehingga PLN harus memakai pembangkit listrik seperti Genset diesel atau Gas yang biayanya mahal untuk mensuplai daya pada beban puncak – Artinya TMSR memiliki kemapuan base load dan load following yang tidak di miliki oleh jenis reaktor bahan bakar pada seperti LWR dan HTGR.
KEEKONOMISAN TERTINGGI : Salah satu keunggulan yang terpenting adalah keekonomisan yang tinggi. Karena prinsip Modularity, Scalability menjadikan TMSR sebagai desain reaktor yang paling sederhana menjadikan biaya pembangunan murah bahkan lebih murah dari PLTU di perkirakan rata-rata dibawah USD 2,5 Juta per MW bandingkan dengan LWR yang di kisaran 7 – 8 Juta per MW . Di tambah harga thorium juga sangat murah dan efisiensi yang tinggi maka biaya produksi listrik TMSR tidak akan lebih dari USD 3 sen/kwh, sementara rata-rata biaya produksi listrik PLN saat ini di atas 10 – 12 sen dan tarif listrik di kisaran 9 sen maka dari tahun ke tahun subsidi listrik naik terus dan mungkin dapat membuat PLN menjadi untung karena selama rugi terus – Bayangkan pemerintah tidak perlu lagi mensubsidi PLN bahkan tarif listrik mungkin dapat turun.
Walaupun perusahaan Nuklir besar yang membangun PLTN saat ini mencoba mendesain generasi berikut reaktor jenis PWR generasi berikutnya (Next Gen) dengan beberapa fitur pasive safety, modularitydan keekonomisan yang lebih tinggi seperti , AP1000 (Westinghouse), Areva EPR (Areva), ACP 100 (CNNC china), Korea SMART, NuSclae (NuScale), M-Power (Babcock & Wilcox), dan banyak lagi, tetapi tetap pada akhirnya tidak dapat menandingi TMSR dari sisi keselamatan dan keekonomisan – TMSR akan menjadi reaktor yang termurah biayanya.
Analoginya adalah ketika tahun 80’an pertama muncul Personal Computer dan saat itu ada berbagai jenis operating sistem yang meniru Microsoft DOS dan Apple yang sudah muncul terdahulu dengan Apple II nya. Bahkan ketika Microsoft merelis windows pada tahun 1985 banyak yang mencemooh termasuk Apple tapi 10 tahun kemudian Windows menguasai 87% pasar operating system termasuk apple akhirnya menyerah dan membiarkan aplikasi Windows dapat di pakai di Mac OS.
Saya yakin hal yang sama akan terjadi dengan reaktor nuklir. Paska beroperasinya TMSR pada 2020 tidak akan ada lagi pihak yang akan membangun reaktor yang bukan TMSR dan tidak ada lagi yang akan memakai Uranium sebagai bahan bakar hanya akan ada 2 pilihan : Thorium atau Limbah Nuklir.
Fungsi lainnya dari TMSR
Di karenakan tempratur yang di hasilkan reaktor TMSR sangat tinggi mendekati 800 C maka panas ini dapat di manfaatkan antara lain :
PRODUKSI AIR BERSIH : Instalasi Desalinisasi (ID) air laut menjadi air tawar membutuhkan listrik yang sangat besar karena sebagian besar memakai teknologi Reverse Osmosis (RO), oleh sebab itu biasanya ID membangun pembangkit listrik sendiri. – Perbedaan dengan TSMR adalah proses desalinisasi memanfaatkan panas bukan melalui RO, sangat sederhana seperti memanaskan air di ketel lalu uapnya di dinginkan — sehingga dari sisi cost akan sangat kompetitif dibanding ID dengan proses RO karena panas yang di pakai tidak ada biaya alias gratis. — info lebih lanjut klik disini.
Image may be NSFW. Clik here to view.
PRODUKSI HIDROGEN : Panas yang di hasilkan dapat juga di pakai untuk menghasikan hidrogen yang dapat dipakai untuk menggantikan CNG sebagai bahan bakar kendaraan. — dibeberapa negara Eropa, Amerika dan Jepang kendaraan umum seperti bus banyak yang memakai Hidrogen di banding CNG atau dapat menggantikan premium. Biaya per liter Hydrogen (H2) di perkirakan hanya sepertiga harga bahan bakar minyak (premium/pertamax) atau seperempat harga gas CNG — info lebih lanjut klik disini
Image may be NSFW. Clik here to view.
Jadi jelas sekali bahwa bukan saja TMSR dapat menghasilkan listrik tetapi juga menghasilkan beberapa manfaat lainnya yang tidak dapat di lakukan oleh pembangkit listrik lainnya.
Perkembangan TMSR saat ini
Sejak terjadinya Fukushima pembahasan tentang TMSR mulai hidup kembali bahkan sebuah forum International, International Thorium Energy Organisation sudah di bentuk dan melakukan konprensi internasional, International Thorium Energy Confenrences (IThEC) setiap tahun sejak 2010. Bahkan Sekjen Badan Dunia Energi Nuklir, IAEA,Hans Blix dan Carlo Rubbia, pemenang Hadiah Nobel Fisika dan juga menjabat Direktur CERN yang keduanya hadir sebagai pembicara pada IThEC 2013 untuk memberikan dukungan terhadap Thorium yang di sampaikan sebagai sumber energi masa depan — Hadirnya kedua tokoh Nuklir yang terpandang tersebut menunjukan bahwa Thorium Energy bukanlah lagi sebuah wacana tetapi merupakan sebuah realita yang akan terjadi dalam waktu dekat. (interview Hans Blix tentang Thorium Energy dan Presentasi Carlo Rubbia pada IThEO 2013 dapat di lihat dengan mengklik namanya di atas)
Image may be NSFW. Clik here to view.
China dan India menjadikan TMSR menjadi program energi nasional danberlomba untuk menjadi yang pertama. China telah menunjuk Chinese Acedemy of Scince (CAS) sebagai pimpinan proyek TMSR. Ambisi China menjadi negara pertama yang mengoperasikan TSMR secara komersial, target mereka pada tahun 2020 TSMR dengan daya listrik 100 MW sudah dapat beroperasi dan 1000 MW pada 2030. – Presentasi DR.HongJie XU kepala Shanghai Institute of Applied Physics (SINAP) pada International Thorium Conference 2013 (klik disini)
Komitmen China untuk mengurangi penemaran udara jelas sekali dengan mengurangi penggunaan PLTU batubara dan menggantikannya dengan Nuklir dan Hydro. Saat ini China mengoperasikan 26 PLTN dan 24 PLTN dalam konstruksi belum lagi yang masih dalam pengembangan seperti TMSR. Pada akhir 2030 di rencanakan 150 GWe akan di hasilkan oleh PLTN yang jauh lebih besar dibanding Amerika. – China mengoperasikan beberapa jenis tipe reaktor yang sebagian besar adalah turunan PWR yang Generasi III+ tetapi adalah TSMR yang Generasi IV dimana harapan kemandirian energi China di gantungkan.
China berambisi untuk menjadi negara pertama yang mengoperasikan TMSR dan akan menjadikan reaktor export untuk negara-negara berkembang — untuk merealisasikan ambisi tersebut jelas terlihat. Pada tahun 2011 CAS di berikan anggaran USD 350 Juta sebagai anggaran tahap awal dengan komitmen USD 1 Milyar selama 5 tahun dan CAS sampai saat ini telah merekrut lebih dari 300 Sarjana S3 dalam berbagai bidang. CAS juga telah melakukan kerjasama dengan Kementrian Energi AS, Oak Ridge National Laboratory tempat di mana MSR pertama di buat dan Fakultas Tehnik Nuklir MIT. – Jelas dengan komitmen yang tinggi seperti ini Kami yakin China akan berhasil mengoperasikan TMSR pertama sebelum 2020. – (berita)
Image may be NSFW. Clik here to view.
Ada sekitar 25 perusahaan 12 negara di Dunia yang saat ini melakukan pengembangan TMSR termasuk China dan India tetapi sebagian besar adalah dibiayai oleh Swasta, hanya China dan India yang menjadi program Nasional. Program Nasional TMSR di India di motori oleh Bhabha Atomic Research Center (BARC) sebuah lembaga penelitian nuklir terkemuka di India yang berada di Mumbay tempat Konperensi Thorium International 2015 di adakan tahun ini. Program TSMR di China di motori oleh Chinese Academy of Science (CAS)yang berpusat di Shanghai. Di Eropa, beberapa universitas membentuk konsorsium untuk mengembangkan program TSMR yang disebut SAMOFAR yang di motori oleh Tehnical University Delf, Belanda.
Salah satu pendukung energi Nuklir adalah Bill Gates, ia menghabiskan lebih dari 10 tahun dan Milyaran Dollar untuk membiayai berbagai teknologi energi bersih mulai dari teknologi baterai, Photovoltaic sampai Reaktor Nuklir dengan tujuan untuk membantu negara-negara terkebelakang seperti di Afrika untuk mendapatkan listrik murah dan bersih untuk mengangkat negara tersebut dari kemiskinan. – Video Bill Gates on Energy | TED Talk.
Pada akhirnya Gates menilai jawaban dari persoalan energi hanya ada pada Reaktor Nuklir Generasi berikutnya yang disebut SMR (Small Modular Reactor). Untuk itu Gates menginves dananya di Terrapoweryang mendesain reaktor Reaktor Nuklir baru yang diberi nama Travelling Wave Reactor (TWR) yang mempergunakan bahan bakar limbah nuklir (depleted uranium) – Walaupun TWR adalah reaktor jenis berbeda dengan MSR tetapi memiliki karakteristik yang sama yang disebut SMR.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Pola bisnis mempergunakan limbah nuklir, yang menjadi masalah bagi negara-negara nuklir bukan hanya Terrapower yang melakukan tetapi beberapa perusahaan lainnya seperti Copenhagen Atomics danSteenkampskraal Thorium yang memakai Reaktor MSR yang juga dapat memanfaatkan limbah Nuklir sebagai bahan bakar. – Sehinggga MSR dapat menjadi solusi bagi industri Nuklir yang selama ini tidak ada jalan keluar selain di simpan dalam kolam air di kompleks reaktor atau di bunker di dalam tanah.
Ketika China pada tahun 2020 mengoperasikan TSMR maka saat itu adalah hari kematian energi fossil, seperti batubara, minyak bumi, gas bumi bahkan Jenis reaktor turunan LWR lainnya tidak akan ada yang memakai lagi. Karena dari sisi keekonomisan jelas tidak akan tertandingi dari jenis pembangkitan energi lainnya sampai mungkin teknologi Cold Fusion muncul.
Kalo memang bagus mengapa tidak ada yang pakai ?
Kalo benar bahwa TMSR lebih murah, lebih aman dan menghasilkan limbah nuklir lebih sedikit dari Uranium/LWR mengapa saat ini tidak ada satupun juga PLTN TMSR yang beroperasi? ini adalah pertanyaan seorang pejabat ESDM. Sebenarnya ini adalah pertanyaan wajar tapi untuk menjawabnya tidak dapat diberika jawaban secara langsung. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini.
Pertama bahwa TSMR adalah reaktor yang terbukti (proven) hal itu tidak dapat dibantah seperti telah Kami jelaskan di atas telah bekerja selama 20,000 jam antara tahun 1965 – 1969.
Kedua, mengapa tidak ada yang memakai saat ini ?
Seperti Kami jelaskan di atas, pada awal pengembangan teknologi nuklir adalah berlatar belakang perang dingin antara AS/NATO vs Soviet/Warsawa yang mana alat deterent (pengancaman) yang di pergunakan adalah senjata nuklir oleh sebab itu kedua belah pihak berlomba mengumpulkan plutonium yang tidak bisa di dapat di alam dengan membangun pabrik plutonium yang tidak lain adalah reaktor daya LWR — sementara reaktor TSMR tidak menghasilkan Plutonium sehingga tidak menjadi pilihan.
Tapi setelah perang dingin selesai tahun 80’an dan senjata nuklir di kurangi, mengapa TSMR tidak juga muncul? — setelah lebih dari 30 tahun Industri Nuklir yang mengandalkan reaktor LWR dan sejenisnya yang mengunakan Uranium padat sudah cukup besar dan mapan, mulai dari konstruksi, pembuatan bahan bakar sampai jasa pemeliharaan, tentunya mereka tidak ingin ada perubahan mendasar dalam Industri Nuklir apalagi bahan bakar cair. Ini adalah sebuah pemikiran yang pastinya dilakukan oleh Industri manapun juga dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Mengambil contoh lain. Kita tahu bahwa ada 2 jenis voltase di dunia, 110V dan 220 volt. Indonesia saat ini memakai 220 volt tetapi sekitar tahun 70’an Indonesia sempat memakai voltase 110 volt dan selama beberapa tahun kemudian secara perlahan terjadi transisi menjadi 220 sehingga saat ini seluruh Indonesia sudah menjadi 220 Volt. Tetapi mengapa Amerika sampai saat ini masih mempertahankan 110 volt sementara seluruh dunia, termasuk Eropa dan Jepang memakai 220V sejak dulu. Bila di kaji secara teknis, sistim 220 jauh lebih unggul dibanding 110V dari segala aspek termasuk keamanan bagi manusia.
Di mulai 100 tahun yang lalu ketika terjadi perang antara Nikola Tesla yang menjagokan listrik AC dan Thomas Edison yang menjagokan listrik DC. Perang ini di menangkan Tesla ketika dengan akhirnya memenangkan tender pembangunan PLTA Niagara Falls (1895) dengan memakai sistim AC (alternting Current) yang saat ini dipakai di dunia, melawan Edison yang menawarkan DC (Direct Current). Tetapi sayangnya jaringan listrik ke pelanggan masih di dominasi oleh Edison sehingga ketika Tesla meminta untuk merubah menjadi 220, Edison dan Industri alat2 listrik di Amerika menolak, sehinga Tesla mengganti voltase jaringan menjadi 110 – Padahal secara tegas Tesla sebagai pencipta listrik AC mengatakan bahwa yang terbaik adalah voltase 220. – baca lebih lanjut Power War : AC vs DC.
Lain hal dengan Eropa yang mulai membangun jaringan listrik belakangan pada awal 1920, belajar dari pengalaman di AS dan mengikuti nasehat Tesla sebagai pencipta listrik AC maka seluruh jaringan listrik di Eropa berbasis 220V sampai sekarang. Dan sampai awal 1950’an Amerika selalu mempengaruhi dunia2 berkembang seperti Asia untuk memilih 110 dibanding 220 karena alasan sederhana. Saat itu semua alat2 listrik amerika berbasis 110 dan alat2 listrik eropa berbasis 220 maka dibalik pemilihan voltase ada sebuah industri besar yang akan ikut masuk. – Walaupun saat ini hampir semua pabrik alat2 listrik memproduksi 110 maupun 220.
Bahkan bila Kami katakan bahwa Tesla, 100 tahun yang lalu telah menciptakan pembangkit yang mengambil listrik dari atmosfir alias gratis dan mentrasmisikan listrik tersebut secara wireless anda mungkin tidak akan percaya.. tapi ini kenyataan dan anehnya di tolak bahkan instalasi tersebut di hancurkan dan dokumennya dibakar oleh JP Morgan karena masalah sepele tidak dapat menagih bayaran listrik bila listrik di transmisikan secra wireless — Silahkan google “Wanderclyffe Tower” atau membaca tulisan saya tentang hal itu , Energy Gratis, Mungkinkah ?
Semoga dari penjelasan ini jelas terlihat bahwa bila sudah menyangkut sebuah industri yang mapan, lebih sering pengambilan keputusan tidak berdasarkan keunggulan teknologi dan kepentingan pengguna (masyarakat umum) tetapi lebih kepada keuntungan perusahaan dan untuk mempertahankan dominasi status quo mereka akan mempengaruhi pengambil kebijakan — Jelas sekali bahwa 220V jauh lebih unggul dan aman tetapi mengapa sampai sekarang Amerika masih memakai 110V.. Nah bila anda dapat menjawab pertanyaan itu maka anda akan paham mengapa Thorium/Molten Salt Reactor yang jauh lebih aman dan murah di banding Uranium/LWR tidak ada yang pakai sampai saat ini.. jelas bukan jawabannya.
Tetapi semua ini akan berubah karena sudah banyak ilmuwan, Universitas dan banyak perusahaan yang mulai mengangkat TMSR ke permukaan lagi. Tinggal masalah waktu bahwa TSMR akan menjadi pembangkit listrik masa depan.. dan itu dalam waktu dekat tidak lebih dari 10 tahun lagi.
Untuk yang ingin tahu secara teknis dan jelas tentang pertarungan politik di Industri Nuklir saat itu yang akhirnya di menangkan oleh Kubu Uranium dapat saksikan presentasi video berikut (klik disini).
Bagaimana dengan Indonesia ?
Di Indonesia, tidak banyak ahli Nuklir yang menyadari tentang TMSR. Bahkan ESDM dan BATAN dalam Buku Putih PLTN 5000 MW, menargetkan Indonesia akan mengoperasikan PLTN pertama pada 2030 dengan pilihan Pressurised Water Reactor (PWR) — yang harus di ingat adalah Buku Putih tersbut adalah perencanaan 15 tahun dari sekarang yang mana saat itu PWR sudah menjadi teknologi usang (apalagi isu proliferasi yang bertambah kuat – PWR menghasilkan Plutonium) yang tidak akan lagi dipakai setelah kemunculan MSR atau reaktor generasi ke IV lainnya.
Seharus sebuah perencanaan jangka panjang di atas 5 tahun tidak saja melihat teknologi apa yang ada sekarang tetapi mempertimbangkan apa yang sedang dalam pengembangan. — Ingat hanya di butuhkan waktu 10 tahun untuk teknologi seluler menggantikan dominasi fixed line telephone dan 5 tahun kemudian seluler dapat mengakses internet — Bila saja pihak Telkom berpikir seperti ESDM dan BATAN dan tidak mendirikan PT Telkomsel pada tahun 1995 ketika seluler baru saja muncul, sangat mungkin saat ini PT Telkom sudah bangkrut. Karena faktanya Income terbesar PT Telkom adalah dari Telkomsel.
Dari sisi bahan bakar menurut data BATAN sendiri dalam Buku Putih PLTN, Indonesia hanya memiliki Cadangan Uranium 63.000 ton yang hanya cukup untuk 7 PLTN berdaya 1000 MW selama 40 tahun – sementara di buku yang sama BATAN menulis bahawa cadangan Thorium ada sekitar 121.500 (1 ton/tahun untuk 1000 MW) artinya cukup untuk 121 PLTN TMSR berdaya 1000 MW selama 1000 tahun. – Jelas thorium adalah pilihan yang rasional di banding Uranium.
Dari sisi keekonomisan BATAN dan ESDM masih menghitung biaya pembangunan PLTN pada kisaran USD 7 Juta/ MW padahal dalam dokumen IAEA tentang Small-Modular-Reactor (SMR), di perkirankan reaktor generasi IV SMR akan di desain dengan target biaya di kisaran USD 3 juta / MW. Professor B. Joseph Lassiter dari Harvard Business School membuat analisa bila Nuklir akan memberikan dampak kepada pengurangan emisi rumah kaca maka Nuklir harus lebih murah dari PLTU batubara dan PLTG yang saat ini biaya listriknya termurah di Amerika USD 2,5 sen/Kwh. Untuk itu ia membandingkan 3 kategori reaktor nuklir, Gen III+ keluarga LWR (AP1000, NuScale), Gen IV Non-MSR (Terrapower, Prism) dan Gen IV MSR (ThorCon, Transatomic,Terresterial Energy) — Hasilnya adalah Gen IV turunan MSR pada 2025 akan lebih murah biayanya daripada PLTU batubara dan dengan pengembangan teknologi MSR akan menjadi lebih murah dari 2,5 sen/kwh pada tahun 2050. – Tentunya bila kita melakukan perencanaan jangka panjang teknologi dalam pengembangan seperti Gen IV ini harus di masukan kedalam kosideran.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Karena ketidaktahuan tentang adanya teknologi Nukir yang jauh lebih aman dibanding LWR maka Dewan Energi Nasional (DEN) dalam dokumen Kebijakan Energi Nasional menempatkan Nuklir sebagai opsi terakhir. – Hal ini karena kekuatiran terhadap : Kecelakan (meltdown) dan radiasi yang sesungguhnya lebih banyak isu daripada faktanya, seperti pernah saya tulis dalam tulisan saya sebelumnya PLTN antara isu dan fakta. Tapi sayang dari pihak BATAN maupun ESDM tidak ada yang memberikan keterangan pembelaan terhadap PLTN sehingga kalimat “opsi terakhir” masuk dalam dokumen Kebijakan Energi Nasional.
Pada tahun 2030 China dan India sudah mulai akan mengoperasikan TMSR 1000 MW dan pada saat itu sangat mungkin China akan sudah akan menjual TSMR ke Indonesia dengan harga murah — Bila Indonesia ingin memiliki kemandirian energi melalui penguasaan teknologi nuklir inilah saatnya sebagaimana di amanatkan oleh Presiden Soekarno ketika meresmikan reaktor nuklir pertama di Bandung pada tahun 1965, satu tahun sebelum Jepang memiliki reaktor Nuklir. Tetapi 57 tahun kemudian setelah memiliki 3 reaktor eksperimen, 2 lembaga Nuklir (BATAN dan BAPETEN) dan 2 fakultas nuklir (ITB, UGM) Indonesia masih bermimpi memiliki PLTN.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Masalah ini sebenarnya sangat sederhana saja. Perintahkan BUMN yang begerak dalam bidang Nuklir, PT INUKI (Industri Nuklir Indonesia) untuk bekerjasama dengan salah satu perusahaan yang sedang melakukan pengembangan MSR yang sebagian besar adalah startup dan membutuhkan suntikan dana — sama seperti yang di lakukan oleh Nurtanio yang bekerjasama dengan CASA ketika membuat pesawat pertamanya CN-212 yang berhasil melambungkan Nurtanio dalam waktu singkat menjadi Industri Pesawat Terbang kelas Dunia. Maka bila hal ini dilakukan dalam masa pemerintahan ini, saya yakin sebelum 2025 Indonesia sudah akan memiliki PLTN MSR skala 50 – 100 MW yang patennya di miliki bersama oleh Indonesia.
Selanjutnya Kami mengusulkan TMSR atau PLTN Thorium disebut PLTT (Pembangkit Listrik Tenaga Thorium) untuk membedakan dengan PLTN (LWR) yang selalu identik dengan Uranium/Plutonium.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Sebagai penutup, bahwa tanpa di sadari Masyarakat dunia termasuk Indonesia sudah memanfaatkan Thorium Power sejak lebih dari 100 tahun tepatnya sejak tahun 1910 yaitu : Petromax yang sesungguhnya adalah sebuah reaktor bertenaga Thorium. Artikelnya dapat di baca diPETROMAX : Reaktor bertenaga Thorium.
Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi dan masukan bagi para pengambil keputusan di Indonesia untuk dapat mengkaji ulang perencanaan energi masa depan Indonesia, khususnya Nuklir.
Jakarta 10 Juli 2015
Bob S. Effendi
———————-
Untuk yang ingin mempelajari lebih dalam tentang Thorium Energy, saya berikan link ke beberapa video di paling bawah tulisan ini.
Gallery :
Image may be NSFW. Clik here to view.
Gambar diatas memperlihatkan berita di koran ketika reaktor MSR menjadi Critical (sampai pada titik dimana reaktor siap bekerja secara stabil) pada 2 Juni 1965. Salah satu kalimat yang menarik adalah :
“The MSRE will now be operated at gradually increasing power levels. Then it will be shutdown for examination. Then it will be started up again…”
kalimat ini sangat signifikan bagi ahli nuklir menceritakan bagaiman dengan mudah daya reaktor dapat di naikan dan reaktor dapat di berhentikan dengan mudah kemudian di start kembali sesuatu yang tidak dapat dilakukan dengan mudah oleh reaktor LWR.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Karena Angkatan Laut memulai program Kapal bertenaga Nuklir, Angkatan Udara AS juga tidak mau ketinggalam maka antara tahun 1947 – 1951 US Airforce membuat program Nuclear Energy for the Propulsion of Aircraft (NEPA) dan salah satu Institusi yang mendapatkan kontrak untuk menciptakan mesin pesawat tersebut adalah Oak Ridge National Laboratory yang saat itu di pimpin oleh Weinberger yang kemudian membuat program Aircraft Nuclear Propulsion. Desain mesin nya memakai reaktor Molten Salt Reactor 2,5 MW dengan bahan bakar Thorium secara teori dapat terbang selama 3 bulan nonstop, desain ini sudah di approve oleh Airforce sayangnya keburu program thorium di hentikan. — Bayangkan reaktor MSR dapat di buat sekecil itu (lihat gambar) yang tidak mungkin di lakukan oleh reaktor LWR atau sejenisnya.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Bill Gates ingin bekerjasama dengan China untuk mengembangkan Reaktor Nuklir MSR dikarenkan proses licensing di Amerika yang cukup rumit dan memakan waktu lama. Sementara Gates ingin mengoperasikan reaktor sebelum 2020.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Untuk mendorong pengembangan, penelitian dan promosi Thorium Energy, berbagai pihak dari multisektor membentuk Thorium Working Group Indonesia, yang terdiri dari personil PT INUKI, Fak Tehnik Fisika UGM, Bapeten dan BATAN. (penulis : no 2 dari kanan)
Image may be NSFW. Clik here to view.
PT INUKI telah bekerjasama dengan ThorCon Power dalam pengembangan MSR yang rencananya akan di bangun di Indonesia. Pemilihan ThorCon adalah karena pemanfaatan galangan kapal sebagai fabrikasi reaktor yang dapat mendorong industri maritim.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Desain reaktor MSR milik ThorCon yang dibuat secara modular dengan teknologi galangan kapal sehingga dapat dibuat secara cepat dan dapat meningkatkan kapasitas kemampuan galangan kapal Indonesia – Reaktor 1000 MW di desain untuk dapat masuk kedalam kapal ukuran ULCC (550,000 DWT) sehingga reaktor secara utuh dapat di angkut dengan kapal ke lokasi.
Image may be NSFW. Clik here to view.
Resources
Video
1) Dokumenter pendek (11 menit) tentang Thorium (klik disini)
TERVERIFIKASI (HIJAU)Pelaku industri migas dan energi terbarukan, konsultan ICT, pemerhati pertahanan, trainer & motivator, aktifis sosial dan konservasi keanekaragaman hayati
Selengkapnya…
Mantap Pak, tapi saya mau tanya maksudnya TMSR tidak butuh air itu seperti apa? Bukankah untuk menghasilkan saturated steam kita juga butuh air dalam jumlah banyak dan peralatan berputar juga butuh pendingin lubrikasi berupa air? Atau mungkin sudah ada teknologi turbin generator khusus untuk pembangkit seperti ini? Mohon pencerahanya
Wow… tulisan Pak Bob S. effendi sangat menarik, sesuatu yg belum pernah saya bayangkan sebelumnya, krn saya tidak tahu di bidang ini. Tapi apapun itu, jika risikonya bisa dikendalikan, hemat saya layak dijadikan alternatif, luar biasa, tunggu apalagi…
Tolong analogi Microsoft vs. Applenya direvisi karena kurang akurat. Sistem operasi yang digunakan oleh Apple untuk komputer mereka yang pertama, Apple I, memang dibuat oleh Microsoft, tetapi itu justru sebelum DOS lahir, atau lebih tepatnya dibeli oleh Microsoft dari tangan seorang pengembang. Setelah komputer Apple Computer generasi berikutnya: Apple II dan Lisa lahir pada tahun 1978, baru Microsoft mengembangkan dan melisensikan DOS sebagai IBM DOS kepada IBM pada tahun 1981.
Lalu tentang Apple yang menyerah oleh dominasi Microsoft Windows. Ini juga kurang tepat. Apple tidak pernah menyerah. Lihat keadaannya sekarang. Ketika industri PC rata-rata penjualannya turun 10%-11% per tahun, Macintoshnya Apple malah terus naik rata-rata 6% per tahun. Kapitalisasi saham Apple Inc. di pasar modal malah lebih besar dari akumulasi saham Exxon & Microsoft.
Selamat pagi pak,,. sangat bermanfaat,,kabarnya China sudah melangkah setapak lebih awal ya pak.. semoga Indonesia menyusul segera…Tulisan sangat informatif…salam hangat dan selamat HL
menurut rencananya paska 2020 sudah akan beberapa reaktor thorium beroperasi dalam skala kecil… 100 MW baru sekitar 2025 kita akan melihat dalam skala di atas 250 MW
Butuh studi kelayakan yang mendalam. Terutama studi kelayakan “emosi” masyarakat. Apriori, fobia, dan pesimisme jadi ganjalan terbesar. Jika jembatan Suramadu pernah dipreteli sekrupnya untuk dijual kiloan, rel kereta dipotong untuk diuangkan, apa jadinya jika partisi reaktor nanti dicolong masyarakat yang “peduli”? Just kidding. PLTN? Saya sih yes. :-)
Carita Parahiyangan merupakan suatu naskah Sunda kuno yang berbahasa Sunda kuno, yang dibuat pada akhir abad ke-16 M, yang menceritakan sejarah tanah sunda, mengenai kerajaan Sunda, yaitu isatana (keraton) galuh dan istana (keraton) pakuan. Naskah ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta.
Naskah Carita Parahiyangan terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang tiap lembarnya berisi 4 baris. Huruf yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah aksara Sunda kuno.
Naskah ini pertama kali diteliti oleh K.F. Holle, kemudian C.M Pleyte. Naskah ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Purbacaraka sebagai tambahan laporan mengenai u Tulis dibogor, dan selanjutnya oleh beberapa sarjana sunda.
Naskah Carita Parahiyangan ini menceritakan sejarah sunda dari awal kerajaan Galuh pada zaman Wretikandayun sampai runtuhnya Pakuan Pajajaran (ibukota kerajaan Sunda) akibat serangan kesultanan Banten, Cirebon dan Demak.
Naskah parahiyangan ini banyak sekali menyebut nama tempat yang merupakan kekuasaan kerajaan Sunda. Nama-nama tempat ini ada yang tetap hingga kini.
Naskah Bujangga Manik
Naskah Bujangga Manik adalah naskah primer, yang merupakan peninggalan dari naskah berbahasa Sunda yang sangat berharga. Naskah ini ditulis dalam daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari 8 suku kata. Naskah ini seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.
Yang menjadi tokoh dan yang menulis naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari kerajaan Sunda. Walaupaun ia seorang prabu (keluarga raja/ bangsawan) dari keraton Pakuan Pajajaran, ia lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi.
Bujangga Manik melakukan perjalanan 2 kali ke negeri Jawa. Pada perjalanan kedua, ia singgah di Bali untuk beberapa lama serta ke pulau Sumatra dan akhirnya ia bertapa di sekitar gunung Patuha sampai ia meninggal.
Bujangga Manik dalam naskah ini menyebut negri Majapahit, Malaka, dan Demak, hal ini dapat diperkirakan bahwa naskah ini ditulis pada akhir abad ke14 M, atau awal abad ke15 M.
Naskah ini sangat berharga karena menggambarkan topografi pulau jawa pada awal abad ke15 M. Lebih dari 400 nama tempat tinggal dan sungai disebut dalam naskah ini dan berbagai nama tempat yang masih digunakan hingga kini.
Naskah ini sekarang tersimpan di perpustakaan Bodleian, di Oxford sejak tahun 1627 M.
Amanat Galunggung
Amanat Galunggung adalah nama yang diberikan untuk sekumpulan naskah yang ditemukan di kabuyutan ciburuy, kabupaten Garut, dan merupakan salah satu naskah tertua di Nusantara.
Naskah ini ditulis pada abad 15 M pada daun lontar dan daun nipah, menggunakan bahasa dan aksara Sunda kuno. Naskah ini berisi nasehat mengenai etika dan budi pekerti Sunda, yang disampaikan Rakeyan Darmasiksa, raja Sunda ke-25, penguasa Galunggung, kepada putranya, Ragasuci (sang Lumahing Taman).
Diantara isi dari naskah Amanat galunggung, adalah:
Harus dijaga kemungkinan orang asing dapat merebut tanah kabuyutan (tanah yang disakralkan).
Barangsiapa yang dapat mendudukan Galunggung sebagai tanah yang disakralkan akan memperoleh kesaktian, unggul perangt, berjaya dan mewariskan kekayaan sampai turun temurun.
Lebi berharga kulit lasun (musang) yang berada di tempat sampah daripada putra raja yang tidak mampu mempertahankan tanah airnya.
Jangan memarahi orang yang tidak bersalah.
Jangan tidak berbakti kepada leluhur yang telah mampu mempertahankan tanah air pada zamannya.
*) Nama “Amanat Galunggung” berasal dari filolog Saleh Danasasmita, yang turut mengjkaji naskah tersebut, kemudian turut mengompilasikan hasil kajiannya dalam “Sewaka Darma, SanghyangSiskandang Karesian, Amanat Galunggung.” (1987)
**) Di Kabuyutan Ciburuy Garut, hingga kini orang menyimpan naskah-naskah kuno, salah satunya yang ditemukan di kabuyutan itu, sebelum disimpan di perpustakaan nasional, Jakarta, adalah “Amanat Galunggung.”
Sanghiyang Siksa Kandang Karesian (1518 M)
Naskah ini ditulis pada tahun 1440 saka atau 1518 M, dalam bahasa Sunda kuno, yang ditulis dalam daun nipah. Naskah ini oleh sebagaian ahli dianggap sebagai pustaka ensiklopedik, yang sekarang tersimpan di Perpustakaan Nasional, kropak 630).
Isi naskah ini dibagi 2 bagian. Yang pertama disebut dasakreta selaku ”kundangeun urang rea” (ajaran akhlak untuk semua orang). Sedang yang kedua disebut darma pitutur, yang berisi ilmu pengetahuan (bahasa sunda = pangaweruh) yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar hidup berguna di dunia.
Meskipun dalam naskah ini berjudul karesian, isinya tidak hanya berkenaan dengan kaum agama, tetapi banyak bertalian dengan kehidupan menurut ajaran darma. Dan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan ada dalam darma pitutur, seperti apa yang diungkapkan dalam pengantarnya:
” Kitu keh urang janma ini lamun dek nyaho dipuhun suka lawan enak ma ingetkeun saur sang darma pitutur…., kalinganya, kita jarang dek ceta, ulah salah geusan nanya.”
Carita Purnawijaya
Carita Purnawijaya merupakan karya sastra Sunda yang menceritakan tentang perjalanan Purnawijaya ke Neraka.
Purnawijaya adalah yaksa (buta) yang mendapat pengajaran dari sang dewa utama mengenai bertingkah laku jahat. Setelah itu Purnawijaya diajak melihat neraka sehingga mengetahui siksa yang akan dijalani oleh manusia yang banyak dosa.
Naskah ini disimpan di Perpusnas (2 karopak 413 dan 423) menggunakan bahasa Sunda kuno dan tulisan Sunda kuno, yang diukir dalam daun palm, dan dibuat kirakira pada abad ke17 M. Naskah yang di karopak 423 ada 39 lembar.
Carita Ratu Pakuan
Suatu naskah yang berbentuk pantun yang di tulis oleh pujangga yang bernama Kairaga, dari gunung Srimanganti, Cikuray. Naskah ini diperkirakan ditulis pada akhir abad ke-17 M atau awal abad 18 M dalam bahasa Sunda, yang dapat ditemukan pada Karopak 410.
Naskah ini menceritakan dengan indah tentang kepindahan ratu Ambetkasih, istri Sribaduga maharaja Jayadewata dan selirnya, dari istana Galuh ke istana Pakuan.
NASKAH SETELAH ABAD KE-17 M (DI ERA ISLAM)
Naskah Wangsakerta
Naskah Wangsakerta merupakan hasil pertemuan para ahli sejarah dari hampir 90 daerah di Nusantara yang berlangsung pada tahun 1677 sampai dengan 1698 M di keraton Kasepuhan Cirebon.
Naskah Wangsakerta adalah suatu istilah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh timnya. Naskah ini ditemukan awal tahun 1970 M, selain menimbulkan kekaguman karena kelengkapannya, juga menimbulkan kontroversi dan keraguan. Para ahli sejarah banyak yang meragukan karena alasan: isinya terlalu histories (tidak umum sebagaimana naskah-naskah sezamannya), dan isinya cocok dengan naskah-naskah barat, dan mungkin tidak dibuat pada abad ke-17 M, disamping keadaan fisik naskah (kertas, tinta dan bangun aksara / huruf) yang kasar, tidak seperti naskah lama pada umumnya.
Pangeran Wangsakerta memenuhi permintaan ayahnya, Panembahan Girilaya, dari kesultanan Cirebon, agar sang pangeran menulis kisahkisah kerajaan Nusantara. Kemudian panitia dibentuk untuk mengadakan suatu gotrasawala (symposium / seminar) diantara para ahli sejarah di Nusantara, yang hasilnya kemudian ditulis menjadi naskah-naskah yang sekarang dikenal dengan Naskah Wangsakerta. Gotrasawala ini berlangsung tahun 1599 saka (atau 1677 M), dan penyusunan naskah ini menghabiskan waktu 21 tahun (selesai pada 1620 saka / 1698 M).
Hurup yang digunakan dalam naskah ini adalah hurup kawi dengan bahasa yang disebut jawa tengahan, tetapi menurut wangsakereta sendiri disebut Purwa Jawa (Jawa Kuno).
Di Perpustakaan kesultanan Cirebon mengoleksi 1703 judul naskah dan 1213 diantaranya berupa karya pangeran Wangsakerta dan timnya, mengenai kerajaan-kerajaan di Nusantara. Ada 47 jilid yang merupakan gabungan dari sejarah berbagai daerah, yaitu:
Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara, 25 jilid (sarga). Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara ini dibagi dalam 5 parwa (bab) yang masing-masing mempunyai judul tersendiri:
Pustaka Kathosana Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Rajyawarnana Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Kertajaya Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Rajakawasa Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Nanaprakara Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Pararatwan, 10 jilid.
Pustaka Nagara Kretabhumi, 12 jilid.
Naskah Wangsakerta kini tersimpan di Museum Sribaduga Maharaja, Bandung.
Babad Pajajaran
Babad Pajajaran ditulis di Sumedang pada tahun 1816 M, pada masa Pangeran Kornel.
Carita Purwaka Caruban Nagari
Naskah ini ditulis sekitar tahun 1720-an oleh Pangeran Arya dari Cirebon.
Carita Waruga Guru
Carita Waruga guru adalah suatu naskah berbahasa Sunda yang ditulis pada tahun 1750-an.
Kitab Waruga jagat
Suatu naskah yang berasal dari Sumedang
Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh,
Berasal dari Ciamis yang ditulis pada abad ke 18 M, dalam bahasa Jawa dan huruf Arab Pegon.
NASKAH KARYA ORANG LUAR, YANG BANYAK MENCERITAKAN TENTANG SEJARAH SUNDA KLASIK
Kidung Sunda / Kidung Sundayana
Kidung Sunda adalah sebuah tulisan / naskah dalam bahasa Jawa pertengahan yang berbentuk syair (tembang), yang kemungkinan berasal dari Bali. Dalam kidung ini diceritakan tentang kisah pencarian seorang permaisuri Hayam Wuruk dari Majapahit, dan tragedi perang bubat yang memilukan.
Kidung Sunda adalah sumber tertulis yang paling terinci dan paling penting dalam mengupas tentang peristiwa Bubat yang memilukan dan memalukan. Sebagai naskah kuno yang terdapat di Bali, Kidung Sunda memberikan yang relative adil dalam mengupas tragedy berdarah di bubat, penghianatan Gajah Mada dan kepahlawanan Sunda yang tanpa pantang menyerah.
Dari kisahnya, dengan gaya bahasanya yang lugas dan lancar, tidak berbelit-belit seperti karya-karya sastra, mengindikasikan adanya factor kebenaran, disamping ditulis oleh orang Bali yang relative independen dalam menganalisa kisah ini.
Kisah dalam Kidung Sunda memadukan unsur-unsur romantis dan dramatis yang memikat. Dengan penggunaan gaya bahasa yang hidup, para protagonis cerita ini bisa hidup. Dalam kisah ini, Kidung Sunda menceritakan Patih Anepaken, Patih Sunda yang begitu tegas dan tidak takut sedikitpun dalam menghadapi tentara Majapahit, meskipun hanya membawa perlengkapan seadanya, karena hanya mengantar penganten, dan dia tetap lantang meskipun berada di sarang / daerah Majapahit.
Kemudian cerita yang dikisahkan dalam Kidung Sunda juga bisa dikatakan logis dan masuk akal. Hal ini mengindikasikan bahwa peristiwa ini benar-benar terjadi. Karena penulis dari kisah ini cenderung lebih berpihak pada orang Sunda, maka Kidung Sunda jarang ditampilkan dalam buku-buku sejarah.
Summa Oriental
Summa Oriental merupakan karya Tome Peres, duta besar asal Portugis di Kerajaan Sunda. Ia banyak bercerita tentang kebesaran kerajaan Sunda di era Sri Baduga Maharaja Jayadewata (Prabu Siliwangi), yang ditulis sekitar tahun 1513 M. Dalam buku ini ia banyak menceritakan tentang keadaan kerajaan Sunda di era Sri Baduga Maharaja Jayadewata.
Bukti Terbaru G30S/PKI : Soeharto Dalang Pembunuhan Ahmad Yani?
Image may be NSFW. Clik here to view.
Jenderal Ahmad Yani
Kesaksian mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama HARYA SUDIRJA bahwa Bung Karno menginginkan Menpangad Letjen Achmad Yani menjadi Presiden kedua bila kesehatan Proklamator itu menurun, ternyata sudah lebih dahulu diketahui isteri dan putra-putri pahlawan revolusi tersebut.
“Bapak sendiri sudah cerita kepada kami (isteri dan putra-putri Yani) bahwa dia bakal menjadiPresiden.Waktu itu Bapak berpesan, jangan dulu bilang sama orang lain”, ujar putra-putri Achmad Yani : Rully Yani, Elina Yani,Yuni Yani dan Edi Yani – Sebelumnya diberitakan dalam acara diskusi “Jakarta – Forum Live, Peristiwa G-30S/PKI, Upaya Mencari Kebenaran” terungkap kesaksian baru, yaitu beberapa hari sebelum peristiwa kelam dalam sejarah republik ini meletus, Bung Karno pernah meminta Menpangad Letjen Achmad Yani menggantikandirinya menjadi presiden bila kesehatan proklamator itu menurun.
Kesaksian tersebut disampaikan salah satu peserta diskusi: Harya Sudirja. Menurut mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama ini, hal itu disampaikan oleh Letjen Achmad Yanisecara pribadi pada dirinya dalam perjalanan menuju Istana Bogor tanggal 11 September 1965. Putra-putri Achmad Yani kemudian menjelaskan, kabar baik itu sudah diketahui pihak keluarga 2 (dua) bulan sebelum meletusnya peristiwa berdarah G-30S/PKI. “Waktu itu ketika pulang dari rapat dengan Bung Karno beserta para petinggi negara, Bapak cerita sama ibu bahwa kelak bakal jadi presiden”, kenang Yuni Yani, putri keenam Achmad Yani. “Setelah cerita sama ibu, esok harinya sepulang main golf, Bapak juga menceritakan itu kepada kami putra-putrinya. Sambil tertawa, kami bertanya, “Benar nih Pak?” Jawab Bapak ketika itu, “Ya”, ucapnya. Menurut Yuni, berita baik itu juga mereka dengar dari ajudan Bapak yang mengatakan Bapak bakal jadi presiden. Makanya ajudan menyarankan supaya siap-siap pindah ke Istana.
Image may be NSFW. Clik here to view.Sedangkan menurut Elina Yani (putri keempat), saat kakaknya Amelia Yani menyusun buku tentang Bapak, mereka menemui Letjen Sarwo Edhie Wibowo sebagai salah satu nara sumber. “Waktu itu, Pak Sarwo cerita bahwa Bapak dulu diminta Bung Karno menjadi presiden bila kesehatan Proklamator itu tidak juga membaik. Permintaan itu disampaikan Bung Karno dalam rapat petinggi negara. Di situ antara lain, ada Soebandrio, Chaerul Saleh dan AH Nasution”, katanya. “Bung Karno bilang, Yani kalau kesehatan saya belum membaik kamu yang jadi Presiden”, kata Sarwo Edhie seperti ditirukan Elina.
Pada prinsipnya, tambah Yuni pihak keluarga senang mendengar berita Bapak bakal jadi Presiden. Namun ibunya (Alm.Nyonya Yayuk Ruliah A.Yani) usai makan malam membuat ramalan bahwa kalau Bapak tidak jadi presiden, bisa dibunuh. “Ternyata ramalan ibu benar. Belum sempat menjadi presiden menggantikan Bung Karno,Bapak dibunuh secara kejam dengan disaksikan adik-adik kami. Untung dan Eddy. “Kalau Bapakmu tidak jadi presiden, ya nangendi (bahasa Jawa artinya :kemana) bisa dibunuh”, kata Nyonya Yani seperti ditirukanYuni. Lalu siapa pembunuhnya ?
Menurut Yuni, Ibu dulu mencurigai dalang pembunuhan ayahnya adalah petinggi militer yang membenci Achmad Yani. Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mengapa Soeharto membenci A.Yani ? Yuni mengatakan,sewaktu Soeharto menjual pentil dan ban yang menangkap adalah Bapaknya. “Bapak memang tidak suka militer berdagang.Tindakan Bapak ini tentunya menyinggung perasaan Soeharto”.
“Selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatannya lebih tinggi dari Soeharto”, katanya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapaknya adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya.”Siapa orangnya, ini yang perlu dicari”, katanya.Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap sikap Bapak yang menentang upaya mempersenjatai buruh, nelayan dan petani. “Bapak dulu kan tidak suka rakyat dipersenjatai.
Yang bisa dipersenjatai adalah militer saja”, katanya. Menurut dia, penjelasan mantan tahanan politik G-30S/PKI Abdul Latief bahwa Soeharto dalang G-30S/PKI sudah bisa menjadi dasar untuk melakukan penelitian oleh pihak yang berwajib. “Ini penting demi lurusnya sejarah. Dan kamipun merasa puas kalau sudah tahu dalang pembunuhan ayah kami”, katanya.
Dia berharap, kepada semua pelaku sejarah yang masih hidup bersaksilah supaya masalah itu bisa selesai dengan cepat dan tidak menjadi tanda tanya besar bagi generasi muda bangsa ini. Kesaksian istri dan putra-putri A.Yani bahwa Bapaknyalah yang ditunjuk Bung Karno untuk jadi Presiden kedua menggantikan dirinya, dibenarkan oleh mantan Asisten Bidang Operasi KOTI (Komando Operasi Tertinggi), Marsekal Madya (Purn) Sri Mulyono Herlambang dan ajudan A.Yani, Kolonel (Purn) Subardi.
Apa yang diucapkan putra-putri Jenderal A.Yani itu benar. Dikalangan petinggi militer informasi tersebut sudah santer dibicarakan. Apalagi hubungan Bung Karno dan A.Yani sangat dekat, ujar Herlambang. Baik Herlambang maupun Subardi menyebutkan, walaupun tidak terdengar langsung pernyataan Bung Karno bahwa dia memilih A.Yani sebagai Presiden kedua jika ia sakit, namun keduanya percaya akan berita itu.
Image may be NSFW. Clik here to view.“Hubungan Bung Karno dengan A.Yani akrab dan Yani memang terkenal cerdas, hingga wajar jika kemudian ditunjuk presiden”,kata Herlambang. “Hubungan saya dengan A.Yani sangat dekat, hingga saya tahu betapa dekatnya hubungan Bung Karno dengan A.Yani”, ujar Herlambang yang saat ini sedang menyusun buku putih peristiwa G-30S/PKI. Menyinggung tentang kecurigaan Yayuk Ruliah A.Yani (istri A.Yani), bahwa dalang pembunuhsuaminya adalah Soeharto, Herlambang mengatakan bisa jadi seperti itu. Pasalnya 2 (dua) bulan sebelum peristiwa berdarah PKI, Bung Karno sudah menunjuk A.Yani sebagai penggantinya.
Tentu saja hal ini membuat iri orang yang berambisi jadi presiden.Waktu itu peran CIA memang dicurigai ada, apalagi AS tidak menyukai Bung Karno karena terlalu vokal. Sedangkan Yani merupakan orang dekat Bung Karno. Ditambahkan Herlambang, hubungan A.Yani dengan Soeharto saat itu kurang harmonis. Soeharto memang benci pada A.Yani. Ini gara-gara Yani menangkap Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban. Selain itu Soeharto juga merasa iri karena usia Yani lebih muda, sementara jabatannya lebih tinggi.
Terlebih saat A.Yani menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Bung Karno meningkatkan status KASAD menjadi Panglima Angkatan Darat. “Dan waktu itu A.Yani bisa melakukan apa saja atas petunjuk Panglima Tertinggi Soekarno, tentu saja hal ini membuat Soeharto iri pada A.Yani. Dijelaskan juga, sebenarnya mantan presiden Orde Baru itu tidak hanya membenci A.Yani,tapi semua Jenderal Pahlawan Revolusi. D.I.Panjaitan dibenci Soeharto gara-gara persoalan pengadaan barang dan juga berkaitan dengan penjualan pentil dan ban. Sedangkan kebenciannya terhadap MT. Haryono berkaitan dengan hasil sekolah di SESKOAD. Disitu Soeharto ingin dijagokan tapi MT.Haryono tidak setuju. Terhadap Sutoyo, gara-gara ia sebagai Oditur dipersiapkan untuk mengadili Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban itu.
Menurut Subardi, ketahuan sekali dari raut wajah Soeharto kalau dia tidak menyukai A.Yani. Secara tidak langsung istri A.Yani mencurigai Soeharto. Dicontohkan, sebuah film Amerika yang ceritanya AD disuatu negara yang begitu dipercaya pemerintah, ternyata sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan itu. Caranya dengan meminjam tangan orang lain dan akhirnya pimpinan AD itulah yang menjadi presiden. “Peristiwa G-30S/PKI hampir sama dengan cerita film itu”, kata Nyonya Yani seperti ditirukan Subardi.
Catatan penulis:
Saya ambil artikel ini dari berbagai sumber dan milis-milis dengan harapan klarifikasi dari para pembaca yang budiman. Sampai saat ini masih menggelayut pertanyaan di setiap kepala rakyat Indonesia tentang bagaimana fakta yang sebenarnya dari peristiwa kelam ini. Masih ada tokohtokoh dan narasumber dari kisah kelam sejarah masa lalu ini yang masih hidup.
Disinilah perlunya penuntasan 100% dan jawaban yang adil dan penyelidikan yang transparan bagi masalah yang menyangkut peristiwa G30S. Masih diperlukan penyelidikan lanjutan yang independen untuk menyingkap fakta-fakta seputar sejarah kelam ini.
JASMERAH : Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah! demikian kata Bung Karno.
Dalam pembelaannya, Kol. Latief menyatakan, bahwa tidak ada maksud untuk membunuh para jendral, tetapi hanya ingin menghadapkannya kepada Presiden Sukarno untuk mengklarifikasi tentang adanya berita tentang rencana kudeta oleh Dewan Jendral yang akan dilakukan pada tgl 5.Oktober 1965.
Belakangan terungkap, bahwa yang menyuruh agar membunuh para jendral ternyata Komandan pasukan yang bernama Doel Arif.
Lettu. Doel Arif adalah tokoh yang bertanggung jawab dalam menangkap jenderaljenderal Angkatan Darat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator G30S, ia adalah tokoh kunci. Ia bertanggung jawab terhadap operasi penculikan jenderal-jenderal pimpinan AD.
Belakangan terungkap, bahwa Doel Arif adalah seorang kepercayaan, malah dibilang anak kesayangan Ali Murtopo. Dan Ali Murtopo bersama Yoga Sugama adalah dua tokoh utama yang bersama Suharto sebagai Trio (Suharto-Ali Murtopo-Yoga Sugama) yang berperan menentukan dalam setiap langkah Suharto dalam melancarkan kudeta merangkak, dengan dukungan Blok Barat dibawah pimpinan CIA /AS menggulingkanpemerintahan Presiden Sukarno.
Nasib Lettu. Doel Arief, yang ditangani langsung oleh Ali Moertopo, hilang bak ditelan bumi, sampai sekarang tidak ada yang tahu.
Kenapa Suharto pantas diduga sebagai dalang dibalik G30S ?
Pada tanggal 21 September 1965, Kapten Soekarbi mengaku menerima radiogram dari Soeharto yang isinya perintah agar Yon 530 dipersiapkan dalam rangka HUT ABRI ke- 20 pada tanggal 5 Oktober 1965 di Jakarta dengan perlengkapan tempur garis pertama.
Setelah persiapan, pasukan diberangkatkan dalam tiga gelombang, yaitu tanggal 25,26,dan 27 September.
Pada tanggal 28 September pasukan diakomodasikan di kebun Jeruk bersama dengan Yon 454 dan Yon 328. Tanggal 30 September seluruh pasukan melakukan latihan upacara. Pukul tujuh malam semua Dan Ton dikumpulkan untuk mendapatkan briefing dari Dan Yon 530, Mayor Bambang Soepono. Dalam briefing tersebut disebutkan bahwa Ibu kota Jakarta dalam keadaan gawat. Ada kelompok Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan RI yang sah. Briefing berakhir pada pukul 00.00. Pukul dua pagi tanggal 1 Oktober, Kapten Soekarbi memimpin sisa Yon 530 menuju Monas. Di kompleks Monas mereka berkedudukan di depan istana. Pada saat itu, karena kedudukan mereka dekat Makostrad, pasukan pun sering keluar masuk Makostrad untuk ke kamar kecil. Karena tidak ada teguran dari Kostrad, berarti Kostrad tahu bahwa mereka ada di sana.
Pukul setengah delapan Kapten Soekarbi melapor pada Soeharto tentang keadaan ibu kota yang gawat serta adanya isu Dewan Jenderal. Namun Soeharto menyangkal berita tersebut.
Kapten Soekarbi sendiri mengaku tidak mengetahui terjadinya penculikan para Jenderal. Ia tetap merasa aman karena Pangkostrad Soeharto telah menjamin keadaan tersebut. Namun ia berpendapat bahwa Soeharto pasti lah tahu tragedi penculikan para Jenderal tersebut. Karena pada tanggal 25 September Kolonel Latief telah memberikanmasukan tentang keadaan yang cukup genting tersebut kepada Soeharto. Jadi sebenarnya mustahil apabila Soeharto tidak mengetahui tragedi tersebut.
Yang patut dipertanyakan lagi adalah mengapa Soeharto tidak melakukan pencegahan terjadinya tragedi tersebut. Kebiasaan dalam militer, apabila ada gerakan yang disinyalir akan membunuh atasan akan langsung dicegah. Namun kenyataanya Soeharto tidak sedikit pun mengambil sikap. Padahal apabila ditelusur ia sangat mampu mencegah kejadian tersebut. Pada saat itu, mereka sedang mempersiapkan HUT ABRI. Kostradlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan acara tersebut. Jadi semua pasukan di Jakarta berada di bawah kendali Kostrad. Seharusnya Soeharto bisa memerintahkan pasukan untuk mencegahnya.
Dalam cerita versi Soeharto dan Orde Baru disebutkan terdapat pasukan liar di sekitar Monas. Kesaksian Kapten Soekarbi juga mematahkan pernyataan tersebut. Soeharto sendiri yang mengirimkan radiogram pada Kapten Soekarbi untuk mendatangkan pasukannya ke Jakarta. Tentunya ia mengenali pasukan siapa yang berada di Monas kala itu. Kostrad pun mengetahui kehadiran Yon 530. Namun pada kenyataannya Soeharto membiarkan pernyataan yang mengatakan bahwa terdapat pasukan liar pada saat itu.
***
Kejanggalan lain tampak dalam beberapa pengakuan Soeharto adalah pengakuan dan perkiraannya tentang kedatangan Kolonel Latief saat menjengu anaknya, Tomy Soeharto di Rumah Sakit Gatot Subroto. Dalam versinya ia hanya mengaku hanya melihat Kolonel Latief di zaal dimana anaknya dirawat. Namun kejadian yang sebenarnya adalah mereka sempat berbincang-bincang. Pada saat itu Kolonel Latief melaporkan bahwa besok pagi akan ada tujuh jenderal yang akan dihadapkan pada presiden. Namun pada saat itu Soeharto tidak bereaksi. Ia hanya menanyakan siapa yang akan menjadi pemimpinnya. Tapi dari hasil wawancara Soeharto dengan seorang wartawan Amerika, ia mengatakan”…….Kini menjadi jelas bagi saya, bahwa Latief ke rumah sakit malam itu bukan untuk menengok anak saya, melainkan sebenarnya untuk mengecek saya. Rupanya ia hendak membuktikan kebenaran berita , sekitar sakitnya anak saya, ……”.
Sedangkan dalam majalah Der Spiegel (Jerman Barat) Soeharto berkata.”Kira-kira jam 11 malam itu, Kolonel Latief dan komplotannya datang ke Rumah Sakit untuk membunuh saya, tetapi tampaknya ia tidak melaksanakan berhubung kekhawatirannya melakukan di tempat umum.” Dengan demikian ada tiga versi yang dikeluarkan oleh Soeharto sendiri tentang pertemuannya dengan Kolonel Latief. Hal ini sangat lah memancing kecurigaan bahwa Soeharti hanyalah mencari alibi untuk menghindari tanggung jawabnya.
***
Penyajian adegan penyiksaan ke enam jenderal dalam film G/30/S/PKI ternyata juga dapat digolongkan sebagai salah satu kejanggalan cerita versi Soeharto. Serka Bungkus adalah anggota Resimen Cakrabirawa. Pada saat itu ia mendapat tugas ”menjemput” M.T Haryono. Ia turut menyaksikan pula penembakan keenam Jenderal di Lubang Buaya. Ia menyatakan bahwa proses pembunuhan keenam Jenderal tidak melalui proses penyiksaan seperti pada film G/30/S/PKI. Satu per satu Jenderal dibawa kemudian duduk di pinggir lubang setelah itu ditembak dan akhirnya masuk ke dalam Lubang. Serka Bungkus mengetahui adanya visum dari dokter yang menyatakan tidakada tindak penganiayaan. Namun sepengetahuannya Soeharto melarang mengumumkan hal itu.
Selain itu salah satu dokter yang melakukan visum, Prof. Dr. Arif Budianto juga menyatakan bahwa tidak ada pelecehan seksual dan pencongkelan mata seperti yang ditayangkan dalam film. Memang pada saat dilakukan visum ada mayat dengan kondisi bola matanya ’copot’. Tapi hal itu terjadi karena sudah lebih dari tiga hari terendam bukan karena dicongkel paksa. Karena di sekitar tulang mata pun tidak adabagian yang tergores.
Tentu kita tidak dapat menduga-duga apa tujuan dan motif Soeharto menyembunyikan hasil visum. Dalam hal ini ia terkesan ingin memperparah citra PKI agar dugaan bahwa PKI lah yang ada di belakang tragedi ini semakin kuat. Kebencian masyarakat pada PKI pun akan memuncak dengan melihatnya.
***
Satu hal yang paling menjadi kontroversi dari tragedi tersebut adalah banyaknya orang-orang yang dituduh mendukung PKI dan pada akhirnya dijebloskan ke penjara. Antara lain adalah Kolonel Latief, Letkol Heru Atmodjo, Kapten Soekarbi, Laksda Omar Dani, Mayjen Mursyid, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka ditahan tanpa melalui proses peradilan. Orang- orang tersebut kebanyakan mengetahui bagaimana sebenarnya hal itu terjadi. Seperti contohnya Kapten Soekarbi. Ia ditahan setelah membuat laporan tentang kejadian yang ia alami pada tanggal 30 September dan 1 Oktober 1965. Penahanan tanpa proses peradilan ini dapat disinyalir sebagaisebuah upaya yang dilakukan Soeharto agar saksi-saksi kunci tidak dapat menceritakan kejadian yang sesungguhnya pada khalayak. Ketakutan yang dialami Soeharto ini tentunya justru semakin memperkuat anggapan bahwa dialah dalang di balik peristiwa G/30/S/PKI.
Muhammad Bagir, MA. – Dosen Filsafat, Islamic College for Advanced Studies (ICAS)Dalam kehidupan modern, sering dibedakan antara kebenaran Tuhan dengan kebenaran manusia. Sehingga teologi harus diturunkan pada level kemanusiaan (antropomorfisme). Ketuhanan baru berarti, jika mampu menyelesaikan dan berangkat dari paradigma kemanusiaan. Sampai-sampai sekularisme mensyaratkan “hilangnya Tuhan” demi kemajuan dunia.
Kita tentu bertanya, bagaimana bisa ciptaan terbebas dari pencipta? Bisa kata Newton, sebab alam seperti jam yang memiliki mesin sendiri. Jadi, setelah Tuhan mencipta “jam” itu, maka Dia dianggap nganggur. Manusia dengan akalnya telah mampu melihat dan bahkan menguasai mesin (hukum alam) yang membuat jam berdetak. Maka dimana lagi tersedia ruang bagi Tuhan?
Adalah Muhammad Bagir MA, dosen filsafat dan tasawuf pada Islamic College for Advanced Studies (ICAS) Jakarta, yang menjadi salah satu garda depan, dari pihak yang mengritik paradigma ini. Melalui filsafat perenial, sebuah disiplin keilmuan yang menggabungkan antara rasionalitas filosofis dengan dimensi irfani dari tasawuf, ia mencoba mengklarifikasi salah paham akal modern, yang menciptakan degradasi makna berpikir, dari intelek (akal batin), kepada reason (rasio). Baginya, pemisahan antara akal dan jiwa inilah yang membuat manusia modern, menjadi tuhan-tuhan kecil diatas bumi, yang sayangnya tak mampu melepaskan diri dari jerat samsara (kesengsaraan), akibat kedunguan spiritualitas, dan arogansi egoisme. Meminjam Lukacs, manusia modern tengah mengalami transcendental homelessness : hilangnya hubungan harmonis dan keterkaitan batiniyah dengan dunia. Orang tidak lagi menemukan makna dan tujuan hidup, justru ketika berbagai alat kemanusiaan telah dikuasai. Berikut ini wawancara Cahaya Sufi dengan dosen kelahiran Singapura dan lulusan Universitas Qum Teheran tersebut.
Menurut Mas Bagir, bagaimana tasawuf bisa menjelaskan, bahwa ketika berada di jalan Tuhan, maka kita bisa menyelesaikan masalah dunia (kemanusiaan)?
Kita lihat dalam Kristen dulu ya. Dalam Kristen, the word (kalimat) itu mendaging, meat, flesh. Antropomorfisme. Maknanya, Tuhan turun dalam form manusia. Ketika Tuhan turun dalam form manusia, sepertinya Tuhan merasakan kesengsaraan manusia. Dia mau menunjukkan, bahwa Aku dalam form manusia bisa menyelamatkan kalian dari kesengsaraan. Tuhan berkata, bahwa ketika manusia terhubung dengan Aku, mereka bisa selamat, salvation. Sementara dalam Islam kan teo-morfisme, bukan antropomorfisme. Tuhan tidak “mendaging” dalam manusia, tetapi manusia melangit. Jadi teo-morfisme merupakan tajalli Tuhan. Perbedaannya ada tapi tidak mencari mana yang benar mana yang salah. Disini manusia jadi tajalli-nya Tuhan. Berarti manusia jadi refleksi. Dan ketika manusia menjadi tajalli Tuhan, dirinya sendiri sudah tidak ada lagi. Jadi dalam Islam, manusia bisa menghilangkan individualisme untuk mencapai pada the divine (ketuhanan).
Apa kaitannya dengan individualisme?
Semua suffering, masalah dunia di hidup kita kan karena individualitas kita. Karena kita mengakui “aku”, dalam Buddhism kan gitu juga. Kalau aku-nya hilang, ya nggak akan ada masalah. Misalnya kalau kita bawa dalam preposisi: ada subjek ada predikat. Predikat bisa gembira, sedih, aku sedih, aku gembira, aku stress. Coba kalau subjek (aku) -nya hilang, nggak ada apa-apa lagi kan? Kita boleh saja sedih, sakit, tetapi karena “aku” tak ada, maka tak ada yang merasakan segala kesakitan itu.
Nah disini bedanya ilmu akhlak dan metafisik. Misalnya, akhlak takabur. Dalam ilmu akhlak dijelaskan, definisi takabur itu apa, efek yang akan merusak jiwa kita gimana? Jadi kita harus gantikan pada predikat yang positif. Disini ilmu akhlak lebih konsentrasi pada predikat. Tapi selagi ada subjek, tetap ada predikat kan? Sementara irfan dan tasawuf konsentrasi pada subjek. Hilangkan subjek dong. Ketika subjek hilang, Subjek dengan “S” besar muncul. Aku (Ana) yang besar, maka predikat-predikatnya muncul kan, Asmaul husna. Itu namanya tajalli. Dengan cara itu manusia selamat dari segala kesengsaraan dalam kehidupan individualisnya.
Bagaimana cara untuk menghilangkan “aku”?
Harus ada ilmu. Ilmu yang selama ini kita pelajari ada dua macam. Ada accumulatif knowledge, ada yang annihilatif knowledge. Accumulatif itu kan akumulasi. Kita semakin banyak mencari ilmu. Ketika terjadi akumulasi, maka harus ada subjek, dan subjek ini mengakumulasi knowledge. Aku ‘alim, aku mengetahui, aku lebih pintar. Tetapi annihilation, nihilasi (fana’), ilmu yang menghilangkan subjek. Misalnya, laa ilaahaillallah, tiada Tuhan selain Allah. Kenapa? Karena Dia mutlak. Sesuatu yang mutlak, jelas tidak terbatas. Sesuatu yang tidak terbatas, tidak mengizinkan dua realitas. Ketika dia terbatas, pasti ada yang lain. Jadi konsep tauhid juga berkata seperti itu. Tidak ada realitas, selain Dia menghilang semuanya. Kalau hilang subjek ya sudah. Kita akan melihat seluruh alam ini dengan kaca mata Dia, bukan kaca mata individualis lagi. Jadi kalau ada masalah, kita kan sering lari darinya, dan masuk masalah lain. Yang harus kita lakukan seharusnya beyond, melampaui. Apa yang bisa bawa kita keluar dari masalah.
Karena masyarakat modern kan, kalau ingin menyelesaikan masalah ekonomi ya dengan ekonomi, politik dengan politik, dsb. Nah kalau pendekatan spiritual, misalnya kalau kita menghadapi masalah politik, yang kita lakukan adalah “penghancuran kedalam” ya?
Ya, karena kalau sudah hancur aku-nya, yang muncul kan tajalli-nya Allah. Contoh, Banyak teman-teman yang tanya sama saya, “Saya takut mau suluk”. Kenapa? “Kalau saya suluk, mungkin saya akan tinggalkan dunia ini”. Seorang istri akan bimbang kalau suaminya tinggalkan dia, tidak perdulikan nafkah, anak-anak.
Seolah-olah Tuhan itu di barat, dan dunia di timur ya. Kalau ke barat ya harus ninggalin timur? Makanya saya terus bilang, “Bu, kalau orang suluk, dia akan hilang egonya, individualnya, ananiyah-nya. Yang akan tajalli itu Tuhan. Ketika Tuhan tajalli, Tuhan al-‘alim, Tuhan al-raziq, Tuhan arrahman. Lalu ibu akan berinteraksi dengan siapa? Jadi suami ibu nggak ada, yang ada hanya Yang Pengasih dan Penyayang. Pasti dia al-raziq. Ketika dia kerja, kasih uang, dia sebagai al-raziq, bukan sebagai manusia yang memberi nafkah pada isteri. Nah banyak orang melupakan hal ini. Ketika manusia menyatu dengan Tuhan, orang pikir kalau kita mau suluk, kita akan tinggalkan semuanya. Padahal dalam al-Qur’an Allah itu kan wahuwa ma’akum, Dia bersama dengan kalian, ainamaa kuntum, dimana saja kalian berada. Jadi kalau kita menjadi manifestasi Tuhan, kita bukan hanya dengan keluarga, kita bersama dengan semua manusia, pohon, alam, dsb. Contoh. Nabi Muhammad saw. sampai sekarang hadir bersama kita. Nabi Muhammad saw. bukan keberadaan temporal. Sampai sekarang ia bersama kita. Assalamu’alaika ayyuhan Nabi. Jadi bukan terputus dari kehidupan, justru semakin terkait dengan kehidupan.[pagebreak]Nah, ada juga problem Mas. Masyarakat kan sering memisahkan akal dengan hati. Artinya, mungkin bisa dijelaskan perbedaan fungsional antara reason (rasio) dengan intelek (qalbu)? Kalau reason, kan berada di wilayah ilmu hushuli, konseptual. Padahal ilmu konseptual sebenarnya produksi manusia sendiri. Tapi kalau intelek itu ilmu hudhuri, dimana subjek dan objek tidak terpisah. Antara yang mengetahui dan yang diketahui tidak pernah terpisah. Dia menyatu. Seperti, saya sadar dengan diri saya sendiri. Aku tahu aku. Aku subjek, aku juga objek kan. Demikian juga, aku lapar. Lapar itu satu objek pengetahuan, kita tahu. Subjek ilmu, saya kan. Tapi lapar bukan berada diluar saya, tetapi didalam diri saya sendiri. Bukan identitas saya juga, tetapi sebagian dari aspek saya.
Kalau Maulana Rumi menceritakan perbedaan itu. Diceritakan ada kompetisi melukis, menggambar taman bunga. Satu group minta kanvas, kuas, dan cat yang paling bagus. Sementara group lain hanya minta cermin. Setelah jadi dilihat, oh ini lukisannya bagus, lukisan di kanvas, persis seperti taman, tapi cuma satu dimensi saja. Sementara cermin kan refleksi, oh ini persis sekali. Nah, kalau filsuf itu melukis realitas, dengan konsep, ide dan pemahamannya. Kalau seorang ‘arif, realitas dimasukkan dalam hatinya, cermin itu qalbu-nya. Realitasnya ada didalam cermin, jadi tidak terpisah dari dia. Makanya dalam hadist, “Bumi tidak bisa menempatkan Aku, langit juga tidak bisa, kecuali qalbu mu’min”. Nah dimana kita menempatkan Tuhan yang tidak terbatas? Dengan merefleksikan Dia tentunya.
Cermin itu didalam manusia?
Qalbu itu cermin. Allah ada disitu. Qalbu kan divine, bukan human. Gimana qalbu bisa menempatkan Tuhan yang tidak terbatas, kecuali kalau qalbu itu sendiri adalah Tuhan. Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu, maksudnya ya Tuhan yang mengenal diri-Nya sendiri. Nggak mungkin manusia kenal Tuhan. Jadi Tuhan itu mengenal diri-Nya sendiri.
Intelek seperti itu. Kalau ilmu hushuli kan konsep, melukis realitas. Kalau ilmu hudhuri, kita masukkan realitas dalam hati. Kalau kita melihat politik dengan kaca mata Tuhan gimana? Nabi melihat politik dengan kaca mata Tuhan gimana? Jadi Nabi setiap ada permasalahan selalu bertanya kepada Allah, itu bahasa teologisnya. Tetapi sebenarnya, Aku adalah Dia. Jadi bukan politik humanis lagi, tapi politik divine. Disini filsafat perennial, tasawuf, atau irfan, mau menghidupkan divinity (ketuhanan) dalam diri manusia. Ketika Tuhan hadir, kan alaa bi dzikrillahi tathmainnul qulub. Salah satu nama Tuhanpun al-Mu’min, Yang Memberi Keamanan. Jadi ketika Dia hadir, Dia akan memberi keamanan pada semunya. Khan ada hadist, al-mu’min miratul mu’min (mukmin adalah cermin bagi mukmin). Disini yang bercermin bukan antara dua manusia mukmin, tetapi antara mukmin manusia dengan al-Mukmin (Tuhan).
Di Paramadina saya pernah ditanya, “Tuhan dengan manusia kan beda?” Saya jelaskan, dalam al-Qur’an ada ayat tentang Nabi Muhammad, innama ana basyarun mistlukum (Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kalian). Saya bertanya pada Bapak itu, “Pak, disini jelas bahwa Muhammad itu seperti manusia, seperti kalian, mistlukum. Seperti, jadi sebenarnya bukan persis manusia. Lalu kalau begitu, Muhammad itu apa?”
Maksudnya?
Tuhan mau menyelamatkan manusia di bumi ini. Tetapi kalau Tuhan menurunkan manusia, sama kan, kualitas, kharakter. Jadi nggak bakal selamat. Maka yang harus membimbing manusia itu harus Aku, kata Tuhan. Makanya Aku akan jadikan manusia, khalifah: cermin Aku sendiri. Jadi Tuhan, mau membimbing manusia tanpa meninggalkan langit, caranya bagaimana? Bahasa simbolisnya kan. Kalau Tuhan turun, langit kosong dong. Khan di al-Qur’an, fi al-samaai Ilaahun fi al-ardli Ilaahun (di langit Tuhan, di bumi Tuhan). Satu cara untuk Tuhan turun ke bumi, tanpa meninggalkan langit itu, taruh cermin dibawah, namanya khalifatullah. Dia sendiri yang datang. Al-Haadi, Yang Memberi Petunjuk.
Cara atau metodologi dalam kedua ilmu yang berbeda itu seperti apa Mas? Al-Ghazali berkata, bahwa pencarian kebenaran tidak hanya melalui rasio, tetapi juga eksperimental ruhaniyah. Apakah seperti itu?
Mereka yang belum menyadari kehadiran intelek, paling tidak memiliki panca indera, dan rasio. Indera kita gunakan untuk melihat, afalaa tadabbarun, kamu lihat langit dan bumi, dan kamu kontemplasi. Rasio untuk berpikir. Sementara proses pemikiran kan berada dibawah bimbingan wahyu, dari Dia juga. Jadi tidak terputus dari Tuhan. Nah kita gunakan semua ini, untuk diarahkan pada kesadaran intelektus tadi. Ada beberapa langkah yang harus kita lakukan.
Pertama, kita harus menempatkan diri kita dalam ruang agama. Tidak mungkin diluar agama. Sekarang di Barat ada yang nggak pakai agama, spiritual universal. Kata mereka, kalau sudah terikat oleh agama, maka tidak universal lagi. Padahal kalau kita terikat pada satu agama, kita makin universal. Karena tidak mungkin ada universal tanpa partikular. Contoh. Orang bilang kalau sudah ada batin, nggak butuh dhahir lagi. Bisa nggak saya bilang, saya kenal atas, tapi bawah saya nggak tahu? Nggak bisa kan. Kenal atas karena kenal bawah. Dhahir itu ada, karena ada batin kan, demikian sebaliknya. Nah, dalam agama ada jalan esoteris, jalan yang menghubungan manusia dengan al-Haq. Manusia harus ikut jalan itu. Itu syarat yang berada diluar diri manusia.
Kedua, cara yang ada dalam diri manusia. Yakni himmah (aspirasi yang tinggi). Kata Syeh Ahmad Mustafa al-Alawy, dalam buku Sufi Abad ke-20 (Mizan), syarat minimal jika manusia ingin menuju Tuhan adalah himmah, aspirasi yang tinggi untuk mendekatkan diri pada-Nya. Misal, dalam satu tempat yang gelap, maka satu lubang cahaya yang dikit saja, itu sudah cukup. Kalau nggak ada lubang, semua tertutup, kita nggak bisa melampaui ruang yang gelap.
Kata hadist Qudsy, “Jika hamba-Ku mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta”.
Ya. Ketika ada aspirasi baru ada respon, Jadi adzkuruunii adzkurukum, jika kau mengingat Aku, maka Aku pun mengingatmu. Setelah himmah, maka harus ada iman. Iman kepada agama. Agama terbentuk dari wahyu, dan wahyu sebenarnya manifestasi dari Dia, jadi iman kepada Dia sebenarnya. Ini yang subjektif, himmah dan iman. Sementara yang objektif tadi, agama dan jalan dalam agama. Seorang sufi berkata, “Dari Tuhan kepada manusia ada jalannya. Tapi dari manusia ke Tuhan, nggak ada jalannya”. Jadi kalau ada orang tenggelam, yang melempar tali itu siapa? Orang yang dikapal atau yang tenggelam? Jadi jalan dari kapal ke laut ada, tapi kalau sebaliknya tidak ada. Oleh karena itu syariat dari Tuhan, bukan manusia yang membuat syariat. Jalan thariqah pun harus dari Tuhan. Karena kita kan berada di luar, mau kedalam. Apa kita buat jalan sendiri? Nggak mungkin. Itu yang saya maksudkan, agama harus ada “jalan kedalam”, dari batin agama itu sendiri.
(Anonim dari Blog http://atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com/2013/10/jawa-jewish-yahudi-dan-benang-merah.html):
“Sengaja saya melengkapi olah pikir dari KH. MH. Ainun Najib, Utusan Kaisar Tiongkok, KH. Fahmi Basya, kelompok peneliti muda Turangga Seta dan pendapat saya sendiri dalam hipotesa dibawah ini.”
Emha Ainun Najib bercerita:
“Anda tidak akan paham bila menemukan peta Indonesia Raya dijadikan center display di sebuah web Israel dan Amerika Serikat (www.us-israel.org). Juga agak miris melihat tanda warna merah pada daerah tertentu dari Nusantara” ujar Kyai (“mbeling”) MH. Ainun Najib.”
“Di Belanda November 2008 saya ngobrol panjang dengan pemimpin Yahudi internasionalRabi Awraham Suttendorp yang sangat mengenal Indonesia lebih detail dari kebanyakan orang Indonesia sendiri, sebagaimana di kantor Perdana Menteri Israel Anda bisa dolan (“main”) ke sana dan melirik ruangan khusus yang berisi segala macam data tentang Indonesia segala bidang yang di-update setiap minggu.”
“Israel juga punya situs berbahasa Indonesia. Kepada Rabi saya tanyakan kenapa disain tengah atas atau puncak mahkota keagamaan yang beliau pakai memimpinperibadatan di Synagogue (rumah ibadah Yahudi) sama dengan disain bagian atasrumah-rumah di Pulau Jawa bagian Utara. Kenapa ibukota Israel tidak Tel Avivsaja tapi Java Tel Aviv. Kenapa kantor-kantor Yahudi di berbagai Negara pakaikata Java. Apa pula hubungan dua konsonan yang sama itu: J dan W. Jewish dan Jawa.
“Mana yang lebih tua: Jewish atau Jawa. Kalau Sampeyan keturunan Nabi Ibrahim, apakah nenek moyang kami manusia Nusantara yang seluruhnya berpuluh abad yang lalu disebut Jawa atau Jawi adalah ‘keponakan’nya Ibrahim ataukah lebih tua dari Ibrahim.Dari dunia Jawa dimunculkan sedikit informasi bahwa beberapa waktu yang akandatang akan terjadi hasil “taruhan” antara Yahudi (Jewish) dengan Jawa (bukanJawa non-Sunda non-Batak dalam pengertian 100 tahun terakhir): ‘Kalau Yahudi yang memenangkan persaingan memimpin dunia, maka mereka akan ajak Jawa menjadi rekanan kerja. Kalau Jawa yang ‘juara’ mereka akan berguru kepada Jawa.’
(Dan hari ini kompetisi Jawa vs Jewish ini sedang terjadi dimana skor terunggul masih dipegang Jewish alias Yahudi alias Israel-imbuh admin NHD/Nusantara Historical Discovery). Hari ini mayoritas asset moneter global dan segala jenis modal perekonomian, bank dunia, dan institusi-institusi keuangan primer dunia dipegang oleh turunan beliau (Yahudi Israel), dan strategi pengelolaannya sampai ke Kongres Amerika Serikat berada di genggaman turunan yang lain dari beliau juga.
“Sejumlah futurolog ekonomi menganjurkan anak-anak kecil sekarang mulailah diajari berbahasa Arab karena akan menjadi bahasa utama dunia: pergilah cari kerja ke Negeri koalisi 16 Pangeran di Jazirah Arab. Bahasa Ibrani tak perlu dipelajari, karena para fungsionaris dari Israel mungkin lebih pandai berbahasa Arab dibanding Raja Saudi dan lebih mlipis berbahasa Indonesia dibanding orang Indonesia” imbuh MH. Ainun Najib.
“Perlu diketahui, harta kekayaan yang ada (yang tersimpan di Federal Reserve USA, Herritage Foundation, UBS, Swiss, Inggris, Rusia dan 400 Bank besar di dunia) ini berkaitan dengan (sejarah penyatuan kekayaan hasil pernikahan) Nabi Sulaiman dan Ratu Syeba (Bilqis/Ratu Boko?), dan setelah Sulaiman wafat, maka kekayaan ini dikelola oleh mereka yang berdarah Sulaiman di tanah Nusantara ini, termasuk PB X. Jadi kalau mau dikata, mereka ini adalah keturunan Yahudi juga, dan (asal) para turunan raja-raja yang ada di dunia (saat) ini, adalah keturunan yang berhubungan darah dengan Raja Sulaiman ini, yang notabene Yahudi juga.”
Namun sejarah mencatat adanya cloning (penggandaan/pembajakan) berupa dokumen keuangan ini yang kemudian diputar dan dikelola oleh organisasi di bawah Freemason, yang dilakukan secara arus keras untuk kepentingan mereka, sedang para pemegang fisik asli bergerak secara tersembunyi. Saat ini sudah mencapai tahap krusial, tatatan dunia baru pasti terjadi, mereka yang memegang perputaran uang menggunakan dokumen telah diputihkan. Namun rencana mereka membuat negara-negara kecil setelah perang dunia ke-2 telah berjalan, termasuk Indonesia yang boleh dikatakan sebenarnya “kudeta” kepada Kerajaan saat berdirinya.
Ini yang menyebabkan absurd, dan negara kita adalah negara dagelan saat ini, Sorry Indonesia di mata para sesepuh (Nusantara) tidak pernah benar disebut negara, karena bukan negara, namun pemerintahan administratif, sama seperti Belanda dan Jepang saat menduduki Nusantara kita ini” tukas Sang Utusan Tiongkok ini (Benyamin Fulford ??).
Di sisi lain jejak Jewish dari Babi Sulaiman/Solomon King, ditemukan jejaknya secara teoritis hipotetis oleh Hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, mantan dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bahwa sebenarnya “Candi Borobudur” adalah bangunan yang dibangun oleh “Tentara Nabi Sulaiman” termasuk di dalamnya dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Al Qur’an sebagai “Arsy Ratu Saba”. Menutut Fahmi Basya, sejatinya PRINCE OF SABA atau “RATU BALQIS” adalah“RATU BOKO” yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa. Sementara patung-patung di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebaga imodel dan berambut keriting. Dalam literatur Bani Israel dan Barat, bangsaYahudi dikenal sebagai bangsa tukang dan berambut keriting, tetapi faktanya justru Suku Jawa yang menjadi bangsa tukang batu (Masonry) dan berambut keriting (perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ).
Kesimpulan hipotetis Fahmi Basya, bahwa “SUKU JAWA” disebut juga sebagai “BANI LUKMAN” karena menurut karakternya suku tersebut sesuai dengan ajaran LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Al Quran. Argument Fahmi Basya: “Dan satu-satunya nabi yang termaktub dalam Al Quran, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan negerinya diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan “SU” yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah.”
Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan di dalam Al Quran dijadikan Khalifah di Bumi (menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis [?] sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan adalah raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung.
Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah “SYAILENDRA”. Menurut Dr. Daoed Yoesoef, nama Syailendra berasal dari kata Saila dan Indra. Saila = Gunung, dan Indra = Raja. (Negeri yang dikelilingi oleh gunung berapi aktif satu-satunya di dunia hanya INDONESIA, dan penguasanya disebut RAJA GUNUNG dan sebutan sebelumnya ialah RAJA API untuk Ravhana.
Jadi sebenarnya Bani Israel yang sekarang menjajah Palestina bukan keturunan Israel asli yang hanya terdiri 12 suku, tapi mereka menamakan diri suku ke 13 yaitu Suku Khazar (asalnya dari Asia Tengah/Khazaria/Georgia/di Utara Iran, selatannya Rusia, ed.) hasil perkawinan campur Bani Israel yang mengalami diaspora dengan penduduk lokal, suku Khazar ini mayoritas di seluruh dunia.
Sedang Yahudi asli menghilang yang dikenal sebagai suku-suku yg hilang “The Lost Tribes”, di mana mereka pergi ke timur dan banyak yang menuju ke “THE PROMISED LAND” yaitu negara INDONESIA ini. Kembali sebagai penguasa asset dunia Yahudi Israel yang kini dikuasai kaum Yahudi Khazar Israel menguasai 100% perekonomian dunia menjadikan mereka tuan dari perbudakan baru (yang tidak terlihat) yaitu menghisap produktivitas manusia yang ditukarkan dengan uang yang mereka atur nilai tukarnya sekehendak hati mereka. Dengan demikian semakin giat anda kerja nilai tukarnya senantisa melorot hingga tak terpenuhi impian anda sedangkan keuntungan mereka (pembuat uang) semakin meroket bertambah kaya dan arogan berkuasa.
Hanya dengan mengenali kejahatan mereka maka kejahatan mereka dapat dihentikan dan menggantikan peran mereka. Hanya Bangsa Indonesia yang punya perjanjian sakti Green Hilton Agreement (GHA) 1963 antara JF Kennedy dengan Soekarno yang dapat membuka mata manusia dunia atas kejahatan yang ada di balik sandiwara ekonomi-politik-sosial-budaya-keamanan di panggung mimpi dunia saat ini (yang kekal nanti di akherat).
Kekuatan terpendam dari tuntutan bangsa Indonesia tentang EMAS yang dikangkangi Yahudi Khazar Israel (yang diaku-akunya sebagai modal bisnis mereka) melalui gugatan GHA 1963 inilah yang dapat menghentikan ketidak-adilan, peperangan, keserakahan dan perilaku a-susila/ a-moral/ anti-sosial manusia di hari ini, dengan membuka kebobrokan Yahudi Israel dan sekutunya maka kepercayaan masyarakat ekonomi dunia akan runtuh dan meninggalkan mereka menuju ke pemilik yang baru.
Dan pemilik itu tak lain adalah Bangsa Melayu Nusantara (Indonesia). Efek domino dari gugatan ini adalah berhenti beroperasinya FED dari gugatan modal mereka 57.147 ton emas 24 karat, lalu diikuti gugatan kepada Herritage Foundation yang memiliki saham di lebih dari 400 bank sentral dan bank besar di dunia, mereka akan bangkrut dalam satu malam, Armagedon pun terjadi esok paginya bagi orang-orang serakah yang masih berharap bisa menindas orang dalam perbudakan 500 tahun terakhir dan armagedon berakhir dengan kelelahan dan kepasrahan untuk mengikuti system ekonomi tolong menolong tanpa bunga uang riba.
Yang pertama menyebabkan Yahudi Khazar Israel senantiasa cemas akan gerakan di Indonesia yang mulai menyatu-nyatukan puzzle-puzzle sejarah yang kian nyata dibuktikan dari temuan arkeologi, temuan catatan-catatan sejarah hingga gugatan atas siapa arsitek kekacauan dunia saat ini.
Inilah yang menyebabkan Israel dan sekutunya menempatkan Indonesia sebagai target intelejen dan perang psikologis-nya. agar Bangsa Melayu Nusantara ini tidak terbangun atas kesadaran siapa jati dirinya yang bisa merusak status quo zona kenyaman mereka memperbudak manusia bangsa Melayu Nusantara dan dunia atas nama ekonomi kapitalis liberal dan elemen doktrin pendukungnya (seperti republik, demokrasi, emansipasi, tatanan dunia baru dsb.).
Sedangkan di satu-sisi mereka ingin mempertahankan posisinya sebagai Yahudi jadi-jadian yang diterima keturunan Suku Yahudi asli yang tersisa serta intregritas masyarakat dan hukum dunia, dengan membawa budaya dari asal-usul nenek moyang asli Yahud idari Asia Timur, Melayu Nusantara, inilah kenapa symbol-simbol budaya Jawa dibawa kepada instrument keagaamaan mereka.
Sikap ini diambil untuk menutupi kebohongan mereka tentang asal-usul suku Yahudi Khazar Israel sesungguhnya hingga kebinasaan mereka kelak.
Yahudi asli mengetahui dengan pasti dan jelas bahwa cepat atau lambat mereka akan pulang ke negerinya yaitu JAVA the Promised Land karena di sana mereka akan bertemu saudara tuanya bangsa Lemuria, suatu benua tersembunyi di muka bumi ini yang hanya terbuka bila mereka berhasil menguasai cara berpikir Jawa yang akan membuka pintu gerbang “Star Gate” menuju teknologi ultra-canggih yang dimiliki oleh negeri fatamorgana di Selatan laut Jawa ini.
Negeri Lemuria masih ada hingga kini dan berhubungan dengan penguasa Jawa trah Sulaiman terakhir dan keyakinan Yahudi kuno inilah yang ditunggangi Yahudi Khazar Israel untuk menguasai tanah Indonesia tanpa diketahui maksudnya sama si Empunya negeri.
Semua yang ada didunia telah dikuasai Yahudi Khazar Israel kecuali SATU yaitu KEABADIAN di dunia dan mereka ingin menguasai TEKNOLOGI bangsa Lemuria yang diyakini dapat menghindari Kiamat dari Tuhan sebagaimana yang mereka idam-idamkan untuk menghindari siksa api neraka.
Teknologi Lemuria sebanding dengan teknologi Atlantis yang telah terkubur ratusan meter dibawah tanah Indonesia akibat prahara bencana letusan gunung berapi di sekelilingnya. Keunggulan teknologi Lemurian tak terbayangkan oleh manusia yang hidup di sisi benua lainnya, padahal mereka eksis tapi tak mau diketahui manusia di sisinya.
Salah satu kemampuan mereka adalah pengendalian pikiran (yang kata orang kita disebut santet),berbicara dengan telepati, berbicara dengan binatang, menembus batas dimensi jin dan setan hingga mereka mampu berinteraksi dan hal ini yang dikatakan orang kita terhadap aksi agen Lemurian di sekitar “Star Gate” sebagai hal ghaib, sakral, mistis semua ini buah dari ilmu yang mereka warisi dari Nabi Sulaiman (Attala)yang mempermaisuri ratu Lemuria.
Teknologi Lemuria lainnya adalah tele-transportasi (memindahkan materi tanpa pesawat), teknologi anti-materi dan re-strukturisasi materi yang menyebabkan tubuh mereka mampu mengikuti perjalanan berjelajah dengan kecepatan cahaya dalam perjalanan antar galaksi (hal ini hanya diberikan Allah kepada para Nabi-Nya dan terakhir adalah peristiwa Isra-Miraj Nabi Muhammad SAW).
Teknologi reaksi nuklir air sebagai bahan bakar, teknologi heksagram yang memberikan manfaat keseimbangan fungsi organ tubuh dan usia yang panjang dengan perawatan yang tepat.
Yahudi Khazar bukan bangsa yang bodoh mereka sedikit mewarisi kecerdasan Nabi-Nabi Allah dari hasil pernikahan paksa dengan wanita dari 12 suku asli Yahudi yang kini telah menjelma menjadi warga Afrika, Ambon, Papua hingga Austronesia. Sedikit yang diinformasikan asal-usul keturunan Yahudi asli mereka, karena para leluhur mereka takut akan adanya pengejaran oleh para ksatria templar (Templar Knight/Tentara Bayaran Perang Salib Eropa, yang hendak membunuh mereka hingga mereka diselamatkan oleh kapal-kapal saudagar Nusantara yang berlabuh di Andalusia dan pelabuhan lain di Spanyol.
Kelak pengejaran ini berubah menjadi perampokan dengan dalih 3G; Gold, Gospel, Glory didukung politik Yahudi Khazar yang telah berubah wujud baru organisasi berstruktur modern yang dipelopori keturunan ambisius mereka bernama Rohtschild, pendiri gerakan persaudaraan persekutuan manusia dan setan: Illuminati dan melengkapinya dengan mendirikan front humas mereka: Freemason, agar sepak terjang berdarah dalam sejarah +2100 tahun peradaban manusia sebelumnya tertutup oleh aksi pura-pura membela kemanusiaan dan sejarah tertulis yang mereka karang sendiri.
Apakah segala perbuatan Yahudi Khazar ini diketahui leluhur Nusantara? Ya pasti, karena para leluhur Nusantara yang merupakan pemimpin asli dari garis keturunan Nabi Sulaiman dibantu saudaranya Lemurian melakukan hijrah sementara ke alam trans-media disebut moksa bersama pengikut setianya.
Menurut para aktifis Tutangga Seta: “Kemampuan bangsa Lemurian dalam menghilangkan pandangan daratan seluas 2 juta kilometer persegi dari pantauan deteksi canggih NASA dan alat super canggih yang mereka miliki adalah kemampuan olah hologram raksasa dan kemampuan menghilangkan 2/3 Pulau Jawa dari pandangan manusia awam adalah kemampuan olah elektro-magnetik (kini sebagianorang awam menyebutnya daerah angker karena banyak orang yang tersesat tanpa disadarinya dalam pandangan 1 meter mereka telah berpindah sisi dimensi yang tak terlihat orang awam).
Benua Lemurian juga menyerap benda asing yang melintasinya pada interval terbuka maka orang Barat menyebutnya misteri segitiga Bermuda. Teknologi Lemuria ini yang dicari Illuminati dan Negara sekutu atas petunjuk informasi dari setan dan jin murtad yang didukung sedikit mahluk sebelum Lemurian yang telah berada di galaksi lain yang berkomunikasi dengan bahasa sandi “Crop Circle” yang menginformasikan berita dari sinyal-sinyal korespondensi Lemurian yang disadap UFO dan diteruskan kepada rezim Illuminatidi dimensi bumi yang lain.”
Trah Atlantis terakhir adalah Raja Prabu Siliwangi yang “dihilangkan” dan kelak mengawal keluarnya Sang Imam Mahdi pemimpin spiritual penunjuk arah bagi manusia yang beriman kepada Allah dari kepanikan Armagedon.
Intelejen Lemuria kini ini banyak berbaur di tengah masyarakat Jawa dan Indonesia, oleh karenanya banyak cerita misteri hari ini terdengar suara-suara derap kaki tentara, ringkik kuda dan tetabuhan pengiring namun masyarakat awam tak dapat melihat. Kemampuan komunikasi dengan hewan mempermudah mereka melacak keberadaan musuh Nusantara, hal ini yang mendorong Barat mempropagandakan dorongan pertumbuhan ekonomi dengan industri perusak hutan-hutan di Jawa dan Nusantara agar agen intelejen Lemuria semakin terjepit dan minim informasi.
Agen Illuminati sengaja menyebarkan cerita yang menakut-nakuti manusia awam agar mereka menjauhkan diri dari kunjungan Lemurian yang kerap mendadak.
Ketakutan Illuminati-Zionis dan Negara-negara Sekutu untuk tidak menyerang langsung Indonesia (yang mayoritas muslim terbanyak di dunia) bukan terletak pada segan kepada Bangsa ini tetapi karena mereka yakin 1000% akan kalah di medan perang Nusantara. Kenapa? Bangsa Indonesia hari ini dipandang seperempat mata oleh Illuminati dan Sekutu karena mereka telah dilemahkan dari dalam yaitu buta identitas, mengejar harta dunia, merusak akidah agama Islam-Indonesia, merusak moral dan persatuan dan krisis harga diri, tapi yang sangat ditakuti adalah campur tangan trah Attala (dikenal berhasrat militansi tinggi dan berpengetahuan spiritual tinggi) yang hingga kini belum “turun arena” dan didukung sekutunya bani Lemurian dengan persenjataan teknologi sangat tinggi (belum terbayangkan) berjumlah 3 milyar pasukan siap tempur dan didukung angkatan perang antar galaksi di mana bermukim makhluk khalifah ciptaan Allah Yang Maha Besar (surah Ar-raar) yang ingin jihad fisabillilah bersama saudara mudanya di bumi.
Mereka (muslim-ET: Extra Terrestrial) berpegang pula pada Al-Qur’an dan hadist akan tibanya Kiamat dan diawali dari armagedon=goro-goro=kekisruhan terbesar di jagat raya, yang menentukan puncak keimanan mahluk hidup berakal kepada Sang Maha Penciptanya: Allah SWT. Perang ini adalah perang makhluk berakal dari semua dimensi ciptaan Allah.
Agen Illuminati melacak keberadaan “Star Gate” di Pulau Jawa khususnya guna menguasai system pertahanan Lemuria. Illuminati mengimbangi teknologi pertahanan kubah elektro-magnet Lemuria-Attala yang akan melindungi Jawa khususnya dan Malaya Nusantara umumnya dari serangan udara/laut dari Sekutu yang diyakini 100% pasti gagal.
Karena tahu kelemahannya maka Illumianti menyebarkan teknologi pangan transgenik (MGO Food industry) yang akan mereka gunakan sebagai ultimatum terakhir bila Bangsa Indonesia kelak memaksakan melakukan gugatan terhadap system perekonomian Illuminati dengan menggugat Green Hilton Agreement pada tahap awalnya.
Bila pada saatnya mereka belum mampu menemukan “Star Gate” dan takdir mendekati mereka, maka Illuminati akan menggunakan teknologi HAARP (gelombang Radio listrik microwave) untuk membinasakan manusia trah “Attala Nusantara” ini dengan mengaktifkan zat radioaktif yang ada d itubuh orang Indonesia hari ini dari bahan pangan transgenik yang mereka makan sehari-hari, maka serangan pembantaian bukan seperti strategiperang di Afganistan, Irak, Suriah dan lainnya yang menggunakan perang ekternalnamun perang armagedon kelak akan menggunakan senjata biologis yang mereka tanam bertahun-tahun di dalam tubuh musuhnya (tanpa disadari) memakan, meminum dan menghirup udara beracun, di mana hancurnya tubuh itu tak akan mampu dilindungi oleh kubah pelindung elekto-magnet Lemuria-Attala sekalipun.
Hanya bagi orang yang mampu berpuasa tak makan dan tak minum di bawah kubah pelindung yang kelak akan bertahan hidup hingga jaman kemashyuran dengan datangnya Nabi Isa AS. menyudahi perdebatan manusia terpanjang tentang agama mana yang paling benar dan diterimaTuhan.
Penempatan pangkalan militer dan pasukan AS beserta sekutunya. Mengelilingi Nusantara.
Inilah olah pikir kenapa ke-absurd dunia terjadi di hari ini tanpa ada pihak yang berani menentangnya dari sekutu setan ini karena kita lebih takut kepada setan dan realita kebenaran tersembunyi tentang AGAMA kita masing-masing dibandingtakutnya kita kepada TUHAN.
Akankah kita rela mempertahankan kebusukan berkehidupan yang melelahkan, menyakitkan dan mengkhawatirkan ini dibanding kehidupan sehat dunia-akherat karena EGO KITA tidak mau memakan obat PIL PAHIT KEBENARAN yang dapat memperbaiki kehidupan kita lebih TERHORMAT dari hanya menjadi BUDAK SETAN ABADI DUNIA-AKHERAT???
ini adalah pengetahuan yang akan sulit diterima oleh akal manusia, pengetahuan ini sama seperti angin yang meniup kulit kita tanpa melihat zatnya tapi ada karena terasa. Jujur saya menambahkan kalau pasukan Negeri Lemuria memang masih ada hingga kini dan sebagian berganti-ganti tempat. Mereka hadir ketika ada pengrusakan ALAM NUSANTARA Seperti Hutan atau alam yang mereka keramatkan diataranya tambang minyak,emas dan tambang2 lainnya. Pasukan ini kerap kali hadir dengan armada yang canggih dan semua pasukannya mengenakan pakaian merah darah, seperti merah baret KOPASUS. Termasuk pimpinan. Anehnya pakaian mereka ada lencana GARUDA di dada kiri dengan bintang emas. Hubungan pimpinan ini tidak lepas dengan RATU PANTAI SELATAN dan seluruh pemimpin Indonesia seperti SOEKARNO.. Sungguh, kekayaan yang tidak dapat anda bayangkan saat ini, yaitu emas batangan gambar SOEKARNO. Saudara2 kita diluar Pulau Jawa seperti eks daerah Kesultanan di Indonesia,meyakini kelak akan kembalinya kejayaan Indonesia,saat dunia dilanda KRISIS dan Nilai Uang sudah tdk bernilai!!!!