Kisah Seigniorage~
@Yudhie Haryono
Pada mulanya adalah ketamakan. Selanjutnya kudeta dan penyesatan. Itulah yang terjadi di Indonesia: hilangnya gagasan dan semangat experience-based economics; semangat untuk melaksanakan nilai-nilai kerakyatan, nasionalisme dan pembebasan yang direalisasikan melalui program-program ekonomi dan politik yang dilandaskan pada semangat anti penjajahan asing, dengan menyusun suatu piranti pemikiran bernama ekonomi nasional.
Ekonomi nasional disusun melalui program proteksi dan industrialisasi, lewat program Rentjana Urgensi Perekonomian (RUP) yang di dalamnya terdapat Program Benteng, di mana usaha-usaha lokal dan dalam negeri, dan usahawan dalam negeri akan dilindungi dan dikembangkan dengan sokongan pemerintah. RUP dimaksudkan untuk mengawali industrialisasi dengan jalan mengkaitkan kegiatan-kegiatan industri besar dengan industri kecil.
Sektor industri besar akan berfungsi sebagai determinan pertumbuhan yang strategis, khususnya untuk menjalankan program subtitusi impor, dan dengan itu akan meletakkan lendasan bagi peekonomian nasional yang sesungguhnya.
Program tersebut dilanjutkan dengan prinsipal penguatan haluan ekonomi-politik yang diarahkan pada model ekonomi terpimpin, untuk mewujudkan suatu perekonomian nasional yang kuat dan mandiri, melalui jalan industrialiasi. Program ini dijalankan di bawah program semeseta delapan tahun berencana di bawah payung kebijakan ekonomi terpimpin dan program landreform (reforma agraria).
Para pemikir ekonomi Indonesia dan para pendiri bangsa seperti Mohammad Hatta, Sjafruddin Prawiranegara, Semaoen, bahkan Soekarno, memikirkan program atas dasar antitesa ekonomi kolonial yang timpang dan eksploitatif, dan bukan atas dasar doktrin-doktrin teori ekonomi. Perkembangan pemikiran ekonomi Indonesia di awal kemerdekaan sampai masa demokrasi terpimpin, bisa dikategorikan sebagai experienced-based economics, di mana teorisasi ekonomi dibuat atas dasar fenomena sosial-politik, dan bukan pada doktrin ekonomi. Cita-cita membangun ekonomi nasional dilandaskan pada pengalaman dan pemahaman atas ekonomi kolonial, bukan semata-mata merujuk teori ekonomi yang sudah mapan.
Namun pendekatan ini dihancurkan bersamaan dengan kudeta Soeharto dengan Orde Baru dan golkarnya yang membawa ide neoliberal berbasis kurikulum ekonomi eksploitasi.
Kerakusan itulah yang menjadi dasar dan digunakan kaum neoliberal dalam mencengkeram kuasa global serta Indonesia. Mereka lalu menciptakan aturan “seigniorage and interest rate (bunga).” Teori seigniorage adalah cara perampokan kekayaan via selisih antara biaya pembuatan uang fiat dengan nilai yang diberikan kepada uang tersebut. Konsep seigniorage tidak bisa aktif-efektif sebagai alat rampok kecuali dikawinkam dengan teori lanjutan yaitu interest rate (bunga) dalam hutang-piutang.
Karenanya, petaka ujung seigniorage adalah pemberlakuan dollar sebagai mata uang yang berlaku di seluruh dunia, sementara negara-negara lain tidak diperbolehkan untuk mencetak dollar. Akibatnya, mamarika paling banyak menikmati keuntungan seigniorage.
Mamarika mencetak uang sesuai keinginannya dengan harga cetak yang sangat murah, untuk berbelanja di manapun mereka mau; mereka mengatur sirkulasinya demi kepentingannya; mereka mengakuisisi aset negara-negara berkembang dengan nilai jauh lebih rendah dari nilai aslinya.
Pada mulanya seigniorage hanyalah hasil ngobrol lima sekawan yang dikerjakan sambil ngopi di kedai kopi Sein di Austria. Mereka bermimpi bukan hanya ingin kaya, tetapi berlipat-ganda kekayaannya. Tanpa harus bekerja. Nick, Seigniorage, Rostow dan Euken adalah lima sekawan itu. Seignioragelah yang mencetuskan teori tukar barang dengan mata uang kertas. Lalu, ide itu dibawa Ropke dan Simon ke Universitas Chicago untuk dikembangkan, sekaligus menaunginya.
Kini, kita mengenalnya dengan sebutan Chicago School. Pada akhirnya Chicago School menyempurnakan konsep ekonomi neoliberal, konsep sistem ekonomi yang dipercaya sebagai solusi menekan tingkat depresi suatu negara. Tetapi, kenapa teori itu menjadi hilir bagi terpuruknya suatu negara? Kita akan bahas pada kultwit berikutnya yah.(*)
