Alumni ITB Rumuskan Konsep NeoBerdikari

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) merumuskan konsep neoberdikari sebagai pembaruan atas ajaran Presiden I Soekarno tentang berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) untuk mewujudkan negara berdaulat dan berdaya saing unggul.
“Karena itu diperlukan perumusan kembali untuk mandat nasionalisme berdikari secara terbarukan dan bersifat implementatif tanpa mengabaikan hakikat yang dinginkan oleh Bung Karno,” kata Anggota Dewan Pengarah IA-ITB Pusat Syahganda Nainggolan di Jakarta, Selasa.
Perumusan itu akan diuraikan dalam seminar nasional bertajuk “Neoberdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Berdaya Saing, dan Menyejahterakan Rakyat” di Jakarta, Rabu (5/3).
Forum seminar itu sebagai antitesis terhadap neoliberalisme yang berkembang di Indonesia.dan dimaksudkan untuk menggali semangat terhadap pemikiran maupun konsep nasionalisme yang pernah dikenalkan oleh Bung Karno melalui agenda berdikari.
“Konsep yang menjadi populer dari pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1965, itu tentu amat relevan dengan kondisi kekinian,” kata Syahganda yang juga Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC).
Menurut dia, Bung Karno meletakkan tiga pilar berdikari guna membangun karakter kemandirian bangsa yaitu di bidang politik, ekonomi, serta kebudayaan.
Ketiga pilar itu, kata Syahganda, jelas memiliki relevansi dengan upaya menciptakan kepribadian masa depan Indonesia yang berdaulat, berdaya saing tinggi, sekaligus dapat menyejahterakan kehidupan rakyat baik kini ataupun ke depan.
Ia menjelaskan upaya mengukuhkan neoberdikari itu juga merupakan kritik atau antitesis atas berlakunya model pembangunan Indonesia yang sejauh ini justru berciri neoliberalistik, dengan mengutamakan peran dan modal kapitalisme asing namun terbukti hanya membuat kesengsaraan nasib seluruh rakyat.
“Bahkan, karena kita berkiblat pada sikap yang neoliberal terkait pembangunan ekonomi nasional, kemiskinan dan kesengsaraan rakyat terus bertambah dari waktu ke waktu, sehingga rakyat praktis tidak dihargai dan dilibatkan keberadaaanya,” ujarnya.
Syahganda menyebutkan kemajuan ekonomi dan potensi atas sumber-sumber ekonomi bangsa terus dikuasai oleh pihak asing yang bekerja sama dengan segelintir elit nasional.
“Jadi, yang menikmati semata-mata kekuatan asing atau sekadar menguntungkan kapitalisme internasional, termasuk menjadikan sedikit orang yang ikut mengeruk keuntungan di tanah air tetapi dengan melupakan kemajuan harkat ekonomi rakyat dan bangsa,” katanya.
Seminar neoberdikari IA ITB Pusat ini akan diisi pembicara utama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin. Sedangkan pembicara yang diundang di antaranya Ketua Komisi IV DPR RI R yang juga Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI Tjatur Sapto Edy, pengusaha Hilmi Panigoro, serta dua pakar meliputi manajemen dan ekonomi asal ITB yakni Mathiyas Thaib dan Perdana Wahyu Santosa.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/03/04/n1wu8w-alumni-itb-rumuskan-konsep-neoberdikari
Alumni ITB Rumuskan Kembali Konsep Neoberdikari untuk Hadapi Gelombang Neolib
Selasa, 04 Maret 2014 , 16:30:00 WIB
![]() SYAHGANDA/NET
|
|
RMOL. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, merupakan jargon sekaligus konsep bernegara yang digelorakan Bung Karno saat memperingati Kemerdekaan 17 Agustus 1965. Tahun berganti, era bergulir, konsep itu ternyata masih relevan hingga kini.
“Karena itu diperlukan perumusan kembali untuk mandat nasionalisme berdikari secara terbarukan dan bersifat implementatif, tanpa mengabaikan hakikat yang dinginkan oleh Bung Karno sendiri,” kata Dewan Pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB), Syahganda Nainggolan, dalam keterangan beberapa saat lalu (Selasa, 4/3).
Dengan dasar pemikiran itu, lanjut Syahganda, Rabu besok (5/3), IA ITB akan menggelar seminar nasional mengenai pembangunan bangsa bertajuk “Neoberdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Berdaya Saing, dan Menyejahterakan Rakyat”. Forum seminar ini sebagai antitesis terhadap neoliberalisme yang berkembang di Indonesia.
Menurut Syahganda, seminar tersebut dimaksudkan untuk menggali semangat terhadap pemikiran maupun konsep nasionalisme, terutama yang pernah dikenalkan oleh Bung Karno. Bung Karno meletakkan tiga pilar berdikari untuk membangun karakter kemandirian bangsa yaitu di bidang politik, ekonomi, serta kebudayaan.
“Ketiga pilar itu, jelas memiliki relevansi dengan upaya menciptakan kepribadian masa depan Indonesia yang berdaulat, berdaya saing tinggi, sekaligus dapat menyejahterakan kehidupan rakyat baik ini ataupun ke depan,” ungkap Syahganda.
Syahganda menjelaskan, upaya mengukuhkan neoberdikari itu juga merupakan kritik atau antitesis atas berlakunya model pembangunan Indonesia yang sejauh ini justru berciri neoliberalistik, dengan mengutamakan peran dan modal kapitalisme asing namun terbukti hanya membuat kesengsaraan nasib seluruh rakyat.
“Bahkan, karena kita berkiblat pada sikap yang neoliberal terkait pembangunan ekonomi nasional, kemiskinan dan kesengsaraan rakyat terus bertambah dari waktu ke waktu, sehingga rakyat praktis tidak dihargai dan dilibatkan keberadaaanya,” ujarnya.
Akibat itu pula, Syahganda menyebutkan kemajuan ekonomi dan potensi atas sumber-sumber ekonomi bangsa terus dikuasai oleh pihak asing yang bekerjsama segelintir elit nasional.
“Jadi, yang menikmati semata-mata kekuatan asing atau sekadar menguntungkan kapitalisme internasional, termasuk menjadikan sedikit orang yang ikut mengeruk keuntungan di tanah air tetapi dengan melupakan kemajuan harkat ekonomi rakyat dan bangsa,” ungkapnya.
Seminar neoberdikari IA ITB Pusat ini akan diisi pembicara utama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin. Sedangkan pembicara yang diundang di antaranya Ketua Komisi IV DPR RI R yang juga Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI Tjatur Sapto Edy, pengusaha Hilmi Panigoro, serta dua pakar meliputi manajemen dan ekonomi asal ITB yakni Mathiyas Thaib dan Perdana Wahyu Santosa.
Alumni ITB rumuskan Neoberdikari
Selasa, 4 Maret 2014 19:04 WIB | 2607 Views
Pewarta: Budi Setiawanto
Sum Memimpin IA ITB 2011-2015 Jakarta (ANTARA News) – Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) merumuskan konsep neoberdikari sebagai pembaruan atas ajaran Presiden I Soekarno tentang berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) untuk mewujudkan negara berdaulat dan berdaya saing unggul.
“Karena itu diperlukan perumusan kembali untuk mandat nasionalisme berdikari secara terbarukan dan bersifat implementatif tanpa mengabaikan hakikat yang dinginkan oleh Bung Karno,” kata Anggota Dewan Pengarah IA-ITB Pusat Syahganda Nainggolan di Jakarta, Selasa.
Perumusan itu akan diuraikan dalam seminar nasional bertajuk “Neoberdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Berdaya Saing, dan Menyejahterakan Rakyat” di Jakarta, Rabu (5/3).
Menurut Syahganda, Bung Karno meletakkan tiga pilar berdikari guna membangun karakter kemandirian bangsa yaitu di bidang politik, ekonomi, serta kebudayaan.
Ia menjelaskan upaya mengukuhkan neoberdikari itu juga merupakan kritik atau antitesis atas berlakunya model pembangunan Indonesia yang sejauh ini justru berciri neoliberalistik, dengan mengutamakan peran dan modal kapitalisme asing namun terbukti hanya membuat kesengsaraan nasib seluruh rakyat.
“Bahkan, karena kita berkiblat pada sikap yang neoliberal terkait pembangunan ekonomi nasional, kemiskinan dan kesengsaraan rakyat terus bertambah dari waktu ke waktu, sehingga rakyat praktis tidak dihargai dan dilibatkan keberadaaanya,” ujarnya.
Syahganda menyebutkan kemajuan ekonomi dan potensi atas sumber-sumber ekonomi bangsa terus dikuasai oleh pihak asing yang bekerja sama dengan segelintir elit nasional.
Seminar neoberdikari IA ITB Pusat ini akan diisi pembicara utama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Pembicara yang diundang di antaranya Ketua Komisi IV DPR RI R yang juga Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI Tjatur Sapto Edy, pengusaha Hilmi Panigoro, serta dua pakar meliputi manajemen dan ekonomi asal ITB yakni Mathiyas Thaib dan Perdana Wahyu Santosa.
]Editor: Aditia Maruli
http://www.antaranews.com/berita/422185/alumni-itb-rumuskan-neoberdikari
Link Terkait :
‘Indonesia Harus Berdikari’


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dalam segala bidang, seperti ekonomi, politik, dan budaya.
“Indonesia harus percaya diri untuk berdikari tidak hanya dalam bidang ekonomi namun di bidang politik dan budaya,” katanya dalam diskusi seri ke-I bertajuk “Neo Berdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Bedaya Saing dan Menyejahterakan Rakyat” di Jakarta, Rabu (5/3).
Diskusi tersebut diadakan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung dan direncakan hingga seri ke-X.
Din mengatakan saat ini ada kritik pada peradaban global dari kelompok mantan kepala negara dan kepala pemerintahan yaitu menyimpulkan dunia menghadapi kerusakan global bersifat akumulatif.
Dia menjelaskan kelompok itu menyimpulkan terlalu banyak kebebasan menjadi penyebab kerusakan global sehingga perlu kontrol atas kerusakan itu. “Kelompok ini mengajukan adanya tanggung jawab. Saat ini yang terjadi di dunia terjadi arus liberalisasi di bidang ekonomi, politik, dan budaya,” ujarnya.
Menurut dia saat ini di bidang ekonomi ada ratifikasi perdagangan bebas yang menyeret negara berkembang pada pola perdagangan tidak adil. Hal itu menurut dia menyebabkan munculnya negara superior dan inferior yang memunculkan ketidak adilan global.
“Ada fakta dan gejala negara gagal sehingga ditunggu adanya pemikiran alternatif,” ujarnya.
Din mengatakan kiritik ideologi kapitalis sudah muncul dan mendesak kehadiran peran negara dalam semua sisi kehidupan masyarakat. Negara menurut dia harus memberi perlindungan dan menjadi pelayan bagi masyarakat.
“Negara tidak boleh tidak hadir dan jangan buka lebar kapitalisme karena berbahaya,” tegasnya
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/05/n1ym30-indonesia-harus-berdikari
