Quantcast
Channel: Bayt al-Hikmah Institute
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1300

Sepatu dari Pelepah Pisang

$
0
0

Kamis, 24 Desember 2015 16:50

Buat sebagian orang, pelepah pisang bisa jadi dianggap tidak berguna. Namun, di tangan kreatif, pelepah pisang bisa diubah menjadi produk yang memiliki nilai lebih. Seperti yang dilakukan Suminah, warga esa Harapan Makmur, Kecamatan Pondok Kumbang, Bengkulu yang kreatif membuat sepatu dari pelepah pisang.

Kreativitas Suminah sempat dicemooh warga kampung karena dianggap berbuat sia-sia. Namun, hal itu justru menjadi semangat Suminah untuk terus berinovasi dengan pelepah pisang.

Berkat ketekunannya, kini, sepatu pelepah pisang bermotif batik ‘bersurek’ khas Bengkulu telah menembus pasar internasional, dan turut memberdayakan penduduk Desa Harapan Makmur, Kecamatan Pondok Kumbang, di provinsi barat daya Sumatera itu.

“Saya sempat dikatakan orang gila oleh tetangga, karena potong-potong pelepah pisang kemudian dijemur di pinggir jalan. Mereka bertanya, buat apa? Seperti tidak ada kerjaan saja,” kata Suminah, Sabtu (7/11).

Ketertarikan ibu tiga anak ini pada pembuatan souvenir dan beragam kerajinan tangan, sebenarnya telah dimulai sejak 1995, ketika anak-anaknya masih kanak-kanak. Sebagai ibu rumah tangga, ia tidak mau berpangku tangan dan ingin menambah penghasilan keluarga, meski Suwarso bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Awalnya, Suminah membuat berbagai pernak-pernik, seperti tas manik-manik, gantungan kunci, bunga kertas, dompet, dari beragam bahan baku hingga tak segan memanfaatkan sampah plastik.

Namun, kedekatannya dengan alam karena semasa kecil lebih banyak bermain di sawah, kebun, dan hutan membuat ide kreatifnya muncul untuk menggunakan pelepah pisang.

Apalagi, perempuan kelahiran Nganjuk, 12 Agustus 1968 ini, sejak lama merasa gundah karena areal kebun pisang seluas setengah hektare yang dimiliki hanya dimanfaatkan untuk diambil buahnya saja. Kemudian, pada 2012, ia pun mulai mengembangkan beragam pernak-pernik berbahan pelepah pisang seperti tas, tempat tisu, gantungan kunci untuk memenuhi pesanan konsumen yang sifatnya terbatas seperti untuk acara pernikahan.

Namun, bisnis yang masih sederhana itu membuat Suminah tidak puas dan terus memutar otak untuk menemukan produk yang dapat menghasilan uang lebih banyak lagi. Berawal dari pelatihan yang diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bengkulu selama dua pekan, Suminah  berani membuat produk sepatu berbahan pelepah pisang.

Ia berkeyakinan, jika memiliki suatu produk berkualitas, unik dengan harga terjangkau maka akan mendapatkan pangsa pasar sendiri. “Saya diajarkan cara membuat sepatu, cara membuat pola dan mendesainnya. Saya amati, sepertinya ini bisa diterapkan dengan menggunakan bahan baku dari pelepah pisang, dan mulailah saya mencoba, karena selama ini hanya menggunakannya untuk produk yang kecil-kecil saja (mudah),” kata dia.

Namun ide Suminah itu tidak semudah ketika ingin diaplikasikan menjadi suatu produk jadi. Terdapat beragam kendala yang harus dihadapi ketika ingin mendapatkan bahan baku berkualitas. Saat itu menjadi periode terberat Suminah. “Terkadang, muncul bisikan menyuruh saya berhenti dan perasaan bahwa saya tidak akan berhasil,” ungkap Suminah.

Pelepah pisang yang memiliki serat bertekstur khusus yang menjadi keunggulan tersendiri ketika dibuat menjadi suatu produk karena menimbulkan efek unik. Di sisi lain, bahan ini juga memiliki kadar air yang tinggi serta sangat bergetah sehingga diperlukan suatu proses panjang untuk menjadi bahan baku yang benar-benar layak diolah menjadi sepatu.

“Saya sampai lupa, saking seringnya mencoba. Pelepah saya ambil dari kebun, saya potong-potong, kemudian dijemur, direndam, sampai berulang-ulang hingga benar-benar kering. Tapi faktanya masih lembab juga. Saya coba terus, sampai dikatakan tetangga tidak waras,” kata dia.

Namun, upaya tak kenal henti itu akhirnya menemukan muara dan Suminah pun menemukan formula dengan cara dikeringkan menggunakan oven. Setelah yakin dengan formula yang ada, Suminah pun mulai membuat sepatu pertamanya bermodalkan desain dan pola yang didapatkan saat pelatihan. Lambat tapi pasti, akhirnya produk yang dihasilkannya mulai dilirik konsumen.

“Awalnya yang banyak memesan kalangan ibu-ibu pejabat, ada juga ibu bupati dan gubernur. Tapi sekarang sudah meluas karena produk memang didesain mengikuti perkembangan mode,” kata dia.

Seiring dengan bertambah banyaknya pesanan, membuat Suminah harus merekrut tenaga kerja. Awalnya ia kesulitan, namun, dengan pendekatan akhirnya sejumlah tetangga mau memanfaatkan kesempatan ini. Kini, Suminah juga memberdayakan ibu-ibu di kampungnya yang sebagian besar petani untuk menjadi penyuplai barang baku pelepah pisang.

“Saya ajari mereka mengeringkan dan memilin pelepah pisang. Nanti mereka jual ke saya, berapa pun banyaknya akan diterima karena permintaan pasar selalu ada. Lumayan, ada sekitar 10 warga yang saat ini sudah mendapatkan penghasilan tambahan sekitar satu juta per bulan,” ujar dia.

Untuk lebih mahir lagi, beberapa dari mereka mau menimba ilmu pembuatan sepatu ke Balai Persepatuan Indonesia di Sidoarjo selama dua minggu. Sementara, Suminah yang bertindak sebagai pencari donator untuk membiayai mereka.

Rata-rata penduduk kampungnya itu sudah mahir memproses bahan baku, hanya saja untuk benar-benar membuat suatu produk jadi terbilang belum bisa karena terkendala ketersediaan bahan penolong, seperti kulit, heel, lem, insol, dan pengilap.

“Untuk bahan-bahan penolong ini harus dibeli di Jawa, karena tidak ada di Bengkulu. Lantaran itu, proses finishing masih saya yang melakukan. Tapi saya harap mereka pada akhirnya bisa membangun bisnisnya sendiri, karena pangsa pasar sangat terbuka. Saya sama sekali tidak takut tersaing, malah senang bisa membantu orang,” kata dia.

Ia mengenang, awalnya hanya bermodal sendiri sekitar Rp 200 ribu. Namun berkat keuletan, usaha sudah beromzet Rp 40 juta per bulan dan memiliki lima orang pekerja, serta memberdayakan 10 orang warga sekitar. Harga sepatu juga relatif terjangkau yakni berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu karena ada ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah. (IRIB Indonesia / Republika / Sl)

Sumber:

http://indonesian.irib.ir/artikel/ufuk/item/105366-sepatu-pelepah-pisang-bisa-raup-rp-40-juta-per-bulan

Link Terkait:

http://sarungpreneur.com/kerajinan-dari-pelepah-pisang-yang-mudah-dibuat/



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1300