KONTROVERSIDI GUNUNG PADANG DALAM PANDANGAN ILMIAH
Danny Hilman Natawijaya (Ketua Tim Peneliti TTRM)
Ilmiah itu jujur dan tidak sombong. Jujur berarti berpatokan pada data dan terbuka pada berbagaiinterpretasi dan pendapat yang berbeda. Tidak sombong karenakebenaran ilmiah tidak mutlak, interpretasi bisa salah atau berubahkarena ada data baru atau konsep baru. Penelitian yang jujur selalubenar karena thesis yang salah tidak masalah karena berarti sudahmembuktikan bahwa yang benar adalah anti-thesis.
Dalam dua tahun terakhir terjadikontroversi ilmiah di cagar budaya Situs Gunung Padang Cianjur JawaBarat. Sejalan dengan hiruk-pikuknya pro dan kontra, Gunung Padangmenjadi pusat perhatian nasional bahkan dunia sehingga popularitasnyanaik tajam. Penelitian ilmiah membuat Gunung Padang menjadi tujuanwisata favourit. Pengunjung yang tadinya puluhan sekarang menjadiribuan. Jadi efek penelitian positif, namun harus segera dilakukanpengelolaan supaya ledakan wisatawan tidak merusak situs. Selainitu itu, banyak orang yang dulu tidak tertarik kepada sejarah dankepurbakalaan menjadi antusias. Dunia arkeologi dan geologi pun jadilebih diminati.
Cagarbudaya Situs Gunung Padang adalahsitus megalitik yang tersusun dari batu-batu kekar kolom (columnarjoints) membentuk lima teras seluas 3 hektar di atas bukit. Semuasependapat bahwa batu-batu berbentuk kolom atau balok memanjangdengan penampang segi 8,5,4,3 itu terbentuk secara alamiah sebagaikekar-kekar (bidang-bidang rekahan) yang terjadi ketika cairan magmapanas mengalami pendinginan dan membeku menjadi batu. Namun diGunung Padang batu-batu kolom alamiah ini digunakan oleh manusiamenjadi sebuah konstruksi batuan yang unik, sering disebut sebagai‘punden berundak’ oleh para arkeolog .
Yang menjadi kontroversi sebenarnyamasalah fisik yang simpel bukan mengenai teori atau konsep yangabstrak. Ada tiga hal, yaitu tentang luasan penyebaran situs dipermukaan, tentang kondisi geologi di bawah permukaan situs, dantentang umur situs. Ada dua kelompok utama yang bersilang pendapat. Kelompok pertama berkeyakinan bahwa situs punden berundak megalitikhanya menempati area di puncak bukit tersebut seluas 3 hektar (KolomGATRA 8 Januari –Nina Lubis, Kolom GATRA 14 Januari-Lutfi Yondri) . Kemudian kelompok ini berkeyakinan bahwa bukit di bawah situsseluruhnya bentukan alamiah geologi. Kelompok ini utamanya mewakilihasil penelitian dari Arkenas dan Badan Geologi, jadi kita sebutsaja Kelompok ABG.
Kelompok kedua berpendapat bahwa situspunden berundak tersebut jauh lebih besar tidak hanya menempatipuncak tapi melampar sampai ke bawah bukit seluas 15-25 hektar. Jadikatakanlah mirip dengan situs Machu Pichu di Peru. Kemudian hasilpenelitian kelompok kedua mengatakan bahwa di bawah situs pundenberundak tersebut masih terdapat lapisan situs bangunan atau fituryang lebih tua, bahkan diduga mempunyai ruang-ruang dan lorong-lorongdi bawah tanah. Kelompok kedua ini tergabung dari para penelitiberbagai disiplin ilmu dan institusi dikenal sebagai Tim TerpaduRiset Mandiri (TTRM). Para ahli TTRM meneliti bersama secarasukarela karena hobi memakai dana seadanya dari sumbangan dan kocekkantong sendiri untuk operasional bukan untuk memenuhi programpemerintah. Tim ini difasilitasi oleh Kantor Staf Khusus Presiden,Sekretariat Negara untuk koordinasi, perijinan dan komunikasi denganinstansi-instansi terkait.
Di media massa dan masyarakat pangkalkontroversi ilmiah yang sebenarnya biasa-biasa saja ini menjadi biaskarena terdistorsi oleh bercamputnya banyak isyu macam-macam tentangperdebatan piramid, spekulasi keberadaan perangkat teknologi canggihdi dalam bukit, dikaitkan dengan hal-hal mistik, sampai dugaan ngawuradanya harta karun berupa emas berton-ton di dalam perut GunungPadang.
Kontroversi dibuat lebih riuh lagikarena satu kelompok menuduh kelompok lainnya melakukan perusakansitus dalam metoda penelitiannya. Selain itu perihal otoritas danprosedur ijin penelitianpun dipermasalahkan, padahal semua sudahdiatur dengan jelas dalam UUD Cagar Budaya 2010, buat apa dipersulit. Agak janggal kenapa itu terjadi, karena kedua Kelompok inimasing-masing didukung oleh para pakar senior yang seharusnya tidakperlu dipertanyakan atau diragukan keahliannya dibidang masing-masingdan tentu masing-masing pihak paham akan hal perijinan danpelestarian situs. Jadi kita fokus pada argumen-argumen ilmiahnyasaja.
LUASAN SITUS PUNDEN BERUNDAK
Kelompok ABG berpendapat bahwa situsGunung Padang hanya menempati area datar di puncak bukit saja karenamereka meng-klaim tidak melihat ada struktur punden berundak dilereng bukit, tapi hanya batu-batu kolom yang berserakan tidakberaturan sehingga dianggap lapisan hasil proses alamiah saja, yaitukarena pelapukan, erosi dan longsor. Ini kesimpulan yang logis kalaudiasumsikan ada tubuh batuan sumbat lava berstruktur kekar kolom sebagai sumber batu-batunya di bawah lapisan tanah dan bongkahbatu-batu kolom tersebut . Perlu diketahui bahwa lereng bukitdipenuhi pohon-pohon dan semak belukar; Sebagian lagi sudah dijadikankebun-kebun penduduk, sehingga sebenarnya tidak mudah untukmenyimpulkan status apakah batu-batu tersebut berserakan acak ataumemang (tadinya) ada struktur teras-teras. Butuh penelitian danpemetaan yang lebih detil dan komprehensif.
Lain halnya dengan TTRM, menurutintuisi seorang arsitek struktur teras-teras besar di atas bukitlogikanya harus ditopang sampai ke bawah agar dapat lestari sampairibuan tahun. Faktanya banyak sekali ditemukan batu-batu kolom dilereng-lereng sampai ke sungai-sungai di bawahnya, dan di beberapalokasi masih ditemukan teras-teras batu yang tersamar karena ditutupioleh semak belukar. Tanpa sengaja ketika Tim TTRM pada pertengahantahun 2012 melakukan pembersihan semak belukar untuk jalur lintasansurvey georadar (GPR=Ground Penetration Radar) tertampak jelasteras-teras batu kolom membentuk undak berundak dari atas sampai kebawah lereng pada lereng timur di bawah Teras 5 (pojok selatan). Pada bulan Juni-Juli 2013, temuan ini dilanjutkan dengan pembersihansemak belukar di lereng Timur untuk melihat penyebaran teras-terasbatu tersebut bekerjasama dengan Tim Badan Pengelola Cagar BudayaSerang. Hasilnya positif menampakan struktur teras-teras batumeskipun memang banyak juga bagian yang sudah berserakan tidakberaturan. Tapi arkeolog dari Kelompok ABG berkilah bahwateras-teras batu yang terlihat dibuat oleh para petani untukberladang, bukan bagian dari situs punden berundak.
Solusinya, para ahli sosial-sejarahdapat mencari kebenaran apakah dulu ada para petani yang membuatteras-teras batu di lereng bukit Gunung Padang dari batu-batu kolomyang berserakan. Para arkeolog yang berbeda pendapat, barangkalibisa dibantu oleh arsitek dan ahli lainnya, untuk sama-sama menelitidan mendiskusikan fakta-faktanya di lapangan. Dari kacamata geologi,untuk membantu perbedaan pendapat ini adalah dengan meneliti batuandasar di bawah lapisan tanah yang mengandung banyak batu-batu kolom. Apabila misalnya ternyata tidak ada batuan sumber di bawah lapisantanah maka mustahil batu-batu itu berserakan begitu saja secaraalamiah. Jumlah batu-batu kolom yang berserakan di lereng-lerengsampai ke sungai tersebut volumenya sangat besar . Artinya, kalaudianggap akibat longsoran, maka harus ada sumber batuan atau pangkallongsornya di bagian atas. Dan hal itu tidak ditemukan, selainargumen bahwa batu-batu kolom tersebut besar dan berat sekalisehingga tidak mudah untuk bergerak longsor sampai jauh, palingmerayap sedikit-sedikit ke bawah.
LAPISAN GEOLOGI versus LAPISAN BUDAYA
Untuk mengerti kontroversi harusmengerti hubungan batu kekar kolom dalam kaitannya denganstruktur geologi. Arah kekar kolom yang terbentuk ketika lavamembeku akan selalu tegak lurus terhadap permukaan pendinginannya(=”cold fronts”) atau persentuhan udara/air dengan permukaan luartubuh cairan magma. Artinya secara umum dapat dikatakan bahwa arahkolom akan tegak lurus permukaan magma atau bidang lapisan (kalausudah membeku jadi batu). Lapisan batuan gunung api berstrukturkekar kolom yang teratur disebut “collonade”.
Tentu ada banyak variasi proses alamyang dapat membuat orientasi kolom menjadi lebih acak. Misalnyaapabila lava panas masuk ke dalam air sehingga “cold fronts”nyamenjadi kurang teratur dan menghasilkan arah-arah kekar kolom yangterlihat acak juga. Lapisan kekar kolom yang berorientasi acakdisebut lapisan “entablature”. Apabila ‘intrusi’ magmaalirannya berubah arah dari vertikal menjadi horisontal maka strukturkolom yang terbentukpun akan terlihat seperti kipas, dari horisontalmenjadi vertikal mengikuti arah aliran/lapisannya.
Jadi pada prinsipnya hubungan arahorientasi batu kolom dan kedudukan lapisan batuannya dapat dijadikanpatokan untuk menentukan apakah batu-batu kolom yang tersusun dalamkondisi alamiah atau tidak. Ciri alamiah lain, permukaan kolom-kolombatunya bersinggungan rapat saling mengunci satu sama lain, dan tidakada material pengisi diantaranya.
Geolog Kelompok ABG berpendapat bahwaseluruh bentukan bukit Gunung Padang adalah alamiah, yaitu merupakantubuh intrusi vertikal batuan beku – sumbat lava yang berstukturkekar kolom (Kolom GATRA 8 Januari –Sutikno Bronto). Sumbat lavaadalah cairan magma yang naik vertikal melalui leher (utama) kepundangunung api purba dan membeku; kemudian badan gunung api disekelilingnya tererosi sehingga tersisa tubuh batuan sumbat lava,biasanya berbentuk silindris menjulang vertikal ke atas seperticontohnya “the Devil Tower Columnar Joints” di USA yang sangatterkenal. Dengan catatan, kekar kolom Devil Tower arahnya vertikal,mungkin dekat dengan “cold-front” diatasnya, yaitu bataspermukaan sumbat lava dengan udara di atas.
Hipotesa ini tidak didukung oleh bentukmorfologi bukit. Kemudian keberadaan sumbat lava hanya berdasarkansingkapan batuan gunung api yang sudah terubah oleh proses-proseshidrothermal di kaki bukit bagian utara yang diasumsikan terjadikarena dekat dengan leher kepundan gunung api purba itu.
Tidak adatubuh batuan sumbat lava yang tersingkap di Gunung Padang. Jugatidak ada data survey bawah permukaan yang menunjang bahwa sumbatlava tersebut benar-benar ada. Tapi walaupun apa yang dihipotesakanitu benar, data singkapan geologi hanya bisa diextrapolasikaninterpretasinya untuk bentukan geologi, tidak bisa dipakai untukmelihat apakah ada struktur non-geologi di atasnya. Untuk mengetahuiitu tetap diperlukan survey bawah permukaan.
Belakangan dalam acara seminar dariKelompok ABG yang diadakan Puslit Geoteknologi tanggal 15 Januari2014 di Kampus LIPI Bandung, geolog Kelompok ABG tersebut merubahkesimpulannya, dibilang bahwa sumbat lavanya bukan di bukit GunungPadang tapi di bawahnya lagi. Yang membentuk Gunung Padang adalahmaterial longsoran katanya, sambil menjelaskan bahwa studi geologinyamasih tahap pendahuluan butuh penelitian lanjutan sehingga saat inibelum dapat dipastikan apa sesungguhnya struktur/lapisan geologi yangmembentuk Gunung Padang.
Lubang eskavasi arkeologi yangdilakukan Arkenas pada tahun 2003 di Teras-1 menembus lapisanbatu-batu kekar kolom yang tersusun sangat rapih secara horisontal. Di acara seminar arkeolog ABG menerangkan bahwa lapisan susunan batukolom di bawah permukaan tanah ini adalah batuan alamiah/indukcolumnar joints yang menjadi sumber batuan dari batu-batu kolom yangdipakai membangun situs punden berundak di atasnya. Tapi tidak dapatmemberi penjelasan lebih lanjut jenis batuan alamiah tersebut apa;Apakah termasuk yang dimaksudkan dengan lapisan batuan longsorangunung api atau mengacu ke hipotesa sebelumnya, yaitu batuan sumbatlava berkekar kolom.
Lubang gali tim arkeologi TTRM dilereng Timur juga menemukan lapisan batuan yang sama. Kedudukanbatu kolomnya juga (hampir) horisontal dan berorientasi hampirbarat-timur, sama dengan yang ditemukan di bawah Teras-1 tersebut. Artinya dalam perspektif geologi lapisan ini akan ditafsirkan sebagai “collonade”. Susunan batu kolom di bawah tanah itu benar-benarrapih dan kompak tapi setiap kolomnya terbungkus oleh lapisanmaterial halus dengan ukuran diameter kolom sangat beragam, tidakseragam seperti batu kekar kolom di alam. Dengan matriks batuanyang sangat rapih dan kompak seperti itu jelas mustahil dikatakansebagai hasil longsoran. Tapi juga sulit untuk dikatagorikan sebagaibatu kekar kolom primer. Satu cara pembuktian lebih gamblang, harustahu struktur di bawah permukaannya; Apakah ada tubuh batuan intrusiyang vertikal di bawah Teras 1? karena kedudukan batu kekar kolomnyahorisontal.
Kelebihan TTRM dibanding Kelompok ABG,sudah melakukan survey geofisika bawah permukaan. Hasil surveygeoradar dan geolistrik yang melintas di dua galian arkeologitersebut memperlihatkan bahwa susunan batu-batu kolom di bawah tanahtersebut merupakan lapisan batuan horisontal di bawah Teras atausejajar permukaan di lerengnya, dengan tebal hanya beberapa meter. Jadi dari memahami hubungan antara kedudukan kekar kolom danlapisannya dapat lebih tegas disimpulkan bahwa lapisan batuan itubukan batuan alamiah primer berkekar-kolom tapi disusun oleh manusia.
Data bor memberikan data tambahan bahwalapisan batuan tersebut ternyata dilandasi oleh satu lapisanpasir-kerikilan lepas setebal puluhan sentimeter. Dalam penampanggeoradar atau radargram lapisan pasir kerikilan tersebut terlihatsebagai garis tebal hitam karena perubahan tajam “dielectricconstant” yang tinggi (lapisan kompak batu kolom) ke dielectricconstant rendah (lapisan pasir). Lintasan-lintasan georadar diseluruh teras memperlihatkan bahwa lapisan pasir tersebut melandasiseluruh teras-teras situs pada kedalaman sekitar 4-5 meter, sangatkonsisten.
Singkatnya dapat disimpulkan sangatkuat bahwa lapisan kedua susunan batu kolom yang dicirrikan olehukuran diameter sangat beragam, mempunyai sisipan atau terbungkusmaterial ukuran lempung, tersusun horisontal paralel dengan kedudukanlapisannya setebal beberapa meter di atas hamparan pasir dibuatmanusia atau merupakan lapisan situs budaya, bukan lapisan geologi. Konstruksi susunan batu-batu kolom tersebut terlihat lebih rapih dankompak dibanding yang terlihat pada situs megalitik di permukaantanah.
Lapisan kedua di bawah tanah inikemungkinan besar sama dengan yang tersingkap dipermukaan, yaitu padadinding tinggi yang memisahkan antara Teras 1 dan Teras 2, berupadinding batu berundak-undak tersusun sangat rapih oleh batu-batukolom yang difungsikan seperti batu bata. Suatu konstruksi bangunanyang sama sekali berbeda gaya konstruksinya dengan situs pundenberundak yang disusun lebih sederhana dan didekorasi oleh batu-batukolom yang diposisikan berdiri tegak. Jadi situs di permukaanpunkelihatannya harus dipetakan dan dipilah-pilah lagi karena mungkintidak berasal dari satu fasa/generasi.
Inilah perlunya kerjasama terpadukeahlian arkeologi dan geologi. Arkeologi meneliti aspek tinggalanbudayanya, geologi mengkaji unsur-unsur alamiahnya dan membantumembedakan mana alamiah mana tidak. Tidak bisa disalahkan apabilaarkeolog sukar membedakan susunan batu kolom alamiah dan yang disusunmanusia karena bisa sangat mirip kalau tidak paham geologi. Ahligeologi Kelompok ABG bukannya bodoh apabila salahmenginterpretasikan struktur bawah permukaan Gunung Padang karenamereka tidak punya data bawah permukaan dan tidak pernah juga melihatdengan mata-kepala sendiri singkapan bawah permukaan pada lubanggalian arkeologi.
SURVEY BAWAH PERMUKAAN
TTRM sudah melakukan survey geofisikabawah permukaan dengan sangat intensif dan komprehensif, meliputisurvey georadar, geolistrik (multi channel resistivity), geomagnet,dan seismik tomografi. Tim juga melakukan pengeboran di empat titikuntuk melihat stratifikasi batuan, kalibrasi pemindaian geofisika,dan mengambil sampel batuan. Lubang bor pertama di Teras 3 sampaikedalaman 29 meter, dua lubang bor lainnya di pinggir Teras 5 dansatu lubang bor di lereng timur, masing-masing mencapai kedalamansekitar 15 meter.
Bisa dikatakan bahwa kontroversi dimedia tentang apa yang ada di bawah permukaan Gunung Padang adalah‘kontroversi ilmiah yang semu’, karena yang di‘anti-thesis’kan oleh Kelompok ABG hanya berdasarkan opini umumdari mendengar berita hasil penelitian TTRM di media massa ataucuri-curi melihat gambar-gambar penampang geolistrik, georadar, danseismik tomografi. Kelompok ABG belum pernah melihat dan mendengarsecara utuh presentasi dari hasil penelitian mutakhir TTRM sehinggasebenarnya terlalu cepat untuk berbeda pendapat.
Lumrah saja kalau ada perbedaanpendapat antara seorang ahli dengan yang lainnya dalammenginterpretasikan hasil survey bawah permukaan, asal masing-masinginterpretasi dapat dijustifikasi secara ilmiah, dan itu hanya bisadilakukan kalau sudah sama-sama melihat datanya dulu secara utuh danmendiskusikan atau memperdebatkannya dalam forum ilmiah. Dalam forumyang benar, perbedaan interpretasi akan memperkaya dan mempertajamanalisa sehingga akan mendapatkan kesimpulan yang lebih baik, bukanmalah jadi bahan perpecahan.
Uraian ringkas dari survey pemindaiangeofisika bawah permukaan dan data bor adalah sebagai berikut. Terlihat ada lima lapisan dari atas sampai kedalaman 150 meter. Padapenampang geolistrik atau struktur lapisan berdasarkan nilairesistivitas. Survey geolistrik memetakan struktur bawah permukaanini dengan cara memasukkan arus listrik ke dalam bumi kemudianmerekam arus listrik yang kembali ke permukaan padaelektroda-elektroda yang terpasang dengan membawa data resistivitasbatuan/tanah yang dilaluinya di bawah permukaan. Resistivitas adalahsifat material untuk tidak menghantarkan arus listrik. Batuan keras,kompak dan padat seperti batuan beku andesit mempunyai nilairesistivitas sangat tinggi sedangkan batuan berpori atau beronggaatau didominasi lempung biasanya mempunyai resistivitas rendah.
Kandungan air adalah faktor yang sangat berpengaruh. Makin jenuhmakin rendah resistivitasnya karena air menghantarkan arus listrik.
Lapisan pertama yang mempunyai nilairesistivitas rendah adalah Situs punden-berundak yang terdiri darisusunan batu-batu kolom andesit-basaltik (“columnar joint rocks”)beralaskan tanah dan bongkah-bongkah batuan. Di bawahnya ada lapisankedua dengan resistivitas tinggi, yang merupakan batu-batu kekarkolom tersusun sangat kompak dan diantaranya terisi material haluspejal setebal beberapa meter sampai kedalaman sekitar 5 meter. Lapisan ketiga mempunyai resistivitas sedang, juga tersusun daribatu-batu kekar kolom yang sama tapi posisi kolomnya miring terhadapkedudukan lapisan. Pada radargram dari survey georadar terlihatsusunan batu kolom lapisan ketiga ini seperti ‘teranyam’ teratur. Kalau dalam geologi terlihat seperti struktur “cross bedding”dan perlapisan “onlap” dan “offlap”; Namun struktur inibiasanya terdapat pada pengendapan sedimen pasir karena media airatau angin bukan untuk balok-balok batu kekar kolom. Lapisan ketigatebalnya sekitar 10 meter sampai kedalaman 15 meter dari muka tanah.
Pada kedalaman 15 meter barulahpengeboran menembus formasi batuan alamiah/geologi berupa tubuhbatuan lava basaltik masif terkekarkan. Tebal lava mencapai lebihdari 15 meter. Setelah dilakukan grid lintasan geolistrik yang cukuprapat dengan resolusi tinggi (spasing elektroda 2 m) ternyata tubuh‘lidah’ lava ini tidak begitu saja menclok di atas bukit yangmemanjang utara-selatan tapi ditemukan leher ‘intrusi’batuanmagmanya di sebelah timur Teras 3 dan 4, tidak di bawah teras-terassitus. Leher intrusi ini kira-kira berdiameter sekitar 15-20 m.
Yang lebih menarik lagi, geometri luartubuh batuan lava terlihat tidak alamiah tapi seperti sudah dipahatatau dibentuk oleh manusia. Pada penampang geolistrik barat-timur permukaan lava ini berbentuk trapesium selaras dengan morfologibukit. Lapisan 1,2,3 di atasnya terlihat mengikuti dengan patuhbentuk permukaan lava ini dengan ketebalan yang konstan baik padalintasan-lintasan penampang arah barat-timur ataupun utara-selatan . Ladi lapisan lapisan ini datar di atas bukit di bawah situs megalitikdan miring sejajar dengan muka tanah di lereng barat dan timur danutaranya. Yang lebih menarik lagi, lapisan 1,2,3 ini terpancungtiba-tiba secara horisontal pada kedua sisi barat dan timur bukit.
Beda tinggi antara permukaan terassitus di atas dengan horison dimana lapisan 1,2,3 ini terpancungadalah sekitar 30 meter di semua lintasan geolistrik dari Teras-1sampai Teras-4, sangat konsisten. Di Teras-5 beda tingginya hanya 20meter. Dari fakta-fakta ini sangat sukar kalau tidak mustahil bagisiapapun untuk menginterpretasikan bahwa lapisan 1,2,3 adalahlapisan geologi. Jauh lebih masuk akal apabila diinterpretasikansebagai bangunan berbentuk trapesium memanjang utara-selatan; Jadibolehlah kalau dibilang mirip piramid terpancungnya Bangsa Maya diAmerika Selatan, dengan catatan bagian sisi selatannya berdindingtegak.
HUBUNGAN STRUKTUR DENGAN MORFOLOGI PERMUKAAN
Stratigrafi Gunung Padang yang berupabukit lava yang ‘laminasi’ oleh lapisan 1,2,3 dengan ketebalansama di atas dan dilereng-lerengnya menjawab teka-teki kenampakanbukit Gunung Padang yang dari observasi lapangan dan data topografidetil (TTRM mempunyai data Digital Elevation Map spasi 5 meter)mempunyai relief halus tidak tererosi oleh pola aliran sungai(=”stream head erosions”) kontras dengan bukit-bukit disekitarnya, termasuk relief kasar dari perbukitan yang lebih tinggiberbentuk bulan sabit, Emped-Karuhun, di selatan yang sudah tererositahap lanjut sampai ke level puncaknya . Ini menandakan bahwa batuanpenyusun bukit situs Gunung Padang jauh lebih muda umur (erosi) nya.
Struktur dan stratigrafi Gunung Padang menjawab anomali ini. Kalaulapisan-lapisan batuannya seumur dengan sekitarnya, yaitujutaan-puluhan juta tahun, maka lapisan-lapisan tersebut sudah banyakyang tererosi habis, mungkin sampai tersingkap ke tubuh batuanlavanya.
Menarik membaca analisa seorang geologdari Kelompok ABG yang membahas bentukan piramida alam yangdihasilkan oleh proses erosi alamiah (Kolom GATRA 14 Januari –BudiBrahmantyo). Ini adalah bentukan morfologi alam hasil prosesdestruktif. Prinsip geomorfologi ini biasa diajarkan dimata kuliahS-1 geologi. Salah sasaran kalau dikaitkan dengan kasus GunungPadang karena bukit Gunung Padang adalah bentukan morfologikonstruktif yang tahapan erosinya masih rendah. Geolog itu tidaksalah hanya mungkin belum melakukan analisis dari data topografiresolusi tinggi dan juga tidak tahu data stratigrafi bawahpermukaannya. “The devils is in details” kata pemeo duniaakademis di barat.
BUKTI ADA RUANG DAN LORONG
Didalam lapisan keempat atau tubuhbatuan lava berbentuk trapesium tersebut terlihat kenampakan lorongdan ruang besar. Bukti lorong dan ruang diinterpretasikan terutamadari anomali zona resistivitas yang ekstrim sampai puluhan ribu ohmmeter yang batasnya tegas dengan nilai resistivitas sekeliling yanghanya ribuan ohm meter (=tubuh batuan lava). Disamping itu adakenampakan zona anomali dengan resistivitas rendah hanya puluhan –ratusan ohm meter di dalam tubuh lava yang juga dapatdiinterpretasikan sebagai ruang atau lorong tapi sudah terisi tanahdan/atau air.
Memang anomali resistivitas ekstrim initidak harus ruang tapi bisa juga tubuh batuan yang amat sangat padat,tidak berpori. Tapi salah satu lintasan seismik tomografi padasalah satu zona yang diduga lorong memperlihatkan zona dengananomali seismik berkecepatan rendah (“low seismic velocity zone”) yang mengindikasikan ruang bukan padat. Metoda seismik tomografiadalah teknik pemindaian struktur bawah permukaan dengan menggunakansumber gelombang suara yang masuk ke dalam tanah sehingga akanmerambat dan terpantul kembali ke permukaan sehingga sinyal yangmembawa informasi struktur bawah permukaan berdasarkan kecepatanrambat gelombangnya yang berbeda diberbagai lapisan dapat direkamoleh sensor geofon yang terpasang di permukaan tanah. Mirip denganmetoda georadar, hanya dalam georadar dipakai sumber gelombangelektro magnetik. Dalam survey seismik dipakai sumber suara adalahpukulan palu besar dan bunyi petasan. Sangat aman dan dijamin tidakmerusak.
Bukti penunjang lain adalah daripengeboran. Ketika dilakukan dua kali pengeboran di dekat lokasidugaan ada ruang bawah tanah terjadi “water loss”, air yangdipaki untuk sirkulasi bor tiba-tiba amblas tidak balik lagi ke ataspada kira-kira kedalaman yang sama, 8-10 meteran. Yang pertama hanya“partial water loss” 1 drum air, yang kedua kalinya di lokasiberjarak 10 meter dari yang pertama terjadi “total water loss”air sirkulasi yang masuk tidak kembali lagi, banyak sekali, kira-kiravolumenya mencapai 30 meter kubik.
Sebagian ahli ada yang mengatakan bahwalorong dan ruang itu bisa saja gua alamiah, yaitu lorong lava (“lavatunnel) yang terjadi ketika cairan lava panas membeku bagian dalamnyamasih terdapat cairan panas yang mengalir membentuk lorong. Satusanggahan ilmiah yang masuk akal. Namun perlu diketahui juga bahwabentukan lorong dan ruang yang terlihat banyak yang sukar dijelaskanoleh proses alamiah ini, misalnya terlihat bentuk yang cenderung kekubus atau lorong yang tinggi dan sempit, atau ada seperti lorongmasuk dari samping luar. Kemudian posisi dan dimensi dari dugaanruang dan lorong ini dari cita rasa arsitek terlihat pas denganbentuk bangunannya. Jadi kalaupun asalnya “lava tunnel”kelihatannya sudah dibentuk ulang oleh manusia.
Mungkin uraian di atas masih agaksusah dicerna karena memang perlu banyak ilustrasi dan penjelasanlebih detil. Tapi mudah-mudahan dapat dipahami bahwa hasilpenelitian TTRM di Gunung Padang berdasarkan data yang sudah rincidan komprehensif bukan asal-asalan apalagi menuduh dilakukan olehpara peneliti abal-abal, Masya Allah.
UMUR LAPISAN
Yang lebih kontroversial lagi adalahhasil karbon dating TTRM untuk penentuan umur dari lapisan-lapisanfitur bangunan tersebut. Analisa radiometric dating dari sampelkarbon yang diambil dilakukan di Badan Tenaga Atom (BATAN) dan BETAAnalytic USA yang terakreditisasi secara internasional. Sampel-sampel diambil secara terpilih dan sistematik dari lubangeskavasi dan sampel bor dari permukaan sampai kedalaman 12 meter. Kelompok ABG tidak melakukan uji karbon dating untuk menentukan umursitus, kecuali umur relatif dari perkiraan berdasarkan perbandinganterhadap stratigrafi sejarah budaya yang ada. Jadi, sebenarnyakurang sebanding untuk dikontroversikan karena hanya TTRM yang punyadata umur absolut. Nanti orang bilang seperti membandingkan jerukdengan apel.
Ringkasan hasil analisa karbon datingadalah sebagai berikut. Hasil dating dari karbon yang terkandungpada lapisan tanah pertama memberikan kisaran umur kalender (sudahdikoreksi) 2500 sampai 3500 tahunan (500-1500 tahun Sebelum Masehi). Sampel karbon dari sisipan tanah diantara batu-batu kolom padalapisan kedua dan juga kandungan karbon pada hamparan pasir kerikilmemberikan kisarn umur kalender 6700 sampai 7000 tahunan (4700sampai 5000 tahun SM). Sampel tanah dari isian diantara batu-batukolom lapisan ketiga di bawahnya memberikan kisaran umur cukupbervariasi antara 13.000 sampai 25.000 tahun lalu (11.000 sampai23.000 tahun SM). Sedangkan umur dari sampel tanah timbun yangdiduga langsung di atas lapisan ketiga adalah sekitar 10.000 tahun. Umur-umur lapisan terlihat konsisten. Variasi umur karbon pada tanahdi lapisan ketiga patut dicurigai mempunyai ketidakpastian besarkarena berbagai faktor, bukan diinterpretasikan sebagai kisaran umuryang sebenarnya. Tapi paling tidak umurnya harus lebih tua daritanah yang menimbunnya, yaitu 10.000 tahun lalu.
Penentuan umur metoda karbon datingharus benar-benar teliti dan tahu sampel apa yang diambil, bukanperkara mudah. “Batch” analisa karbon dating yang sudahdilakukan belum yang terbaik karena pemilihan sampel-sampel lokasinyamasih hanya pada beberapa lubang galian dan sampel bor. Kitabertekad melakukan analisa dengan sebaik mungkin karena dampak darihasil analisa umur sangat besar. Mengatakan bahwa ada bangunankonstruksi maju dengan umur lebih dari 10.000 tahun sama saja denganbilang bahwa sejarah peradaban manusia yang diyakini para ahli bukansaja di Indonesia tapi di seluruh dunia salah atau perludimodifikasi. Jadi tidak pelak lagi bahwa setiap kelemahan dalamanalisa nanti akan dicecar habis oleh para ahli se-dunia. Bukannyamereka berniat jahat, tapi sifat dunia ilmiah pada dasarnya skeptis,tidak mudah percaya sebelum benar-benar teruji, apalagi inimenyangkut satu konsep besar yang sudah mendarah daging diyakiniumat.
IMPLIKASI HASILPENELITIAN
Pengetahuan dunia saat ini hanyamengakui bahwa perkembangan peradaban manusia baru mulai sejaksekitar 11.000 tahun lalu. Produk peradaban maju baru terlihatsetelah 6000 tahun lalu (4000 tahun SM) seperti peninggalan BangsaSumeria di Mesopotamia. Kontras dengan masa sejarah yang relatifpendek, dunia ahli geologi dan arkeologi menggetahui bahwa manusiamodern sudah ada sejak sekitar 195.0000 tahun lalu. Artinya, duniameyakini bahwa manusia tetap dalam zaman primitif, hidup berburu dantidur di hutan dan gua-gua selama 185.000 tahun lamanya; Tapitiba-tiba sejak 10.000 tahun lalu tanpa sebab yang diketahui mendadakpintar.
Temuan konstruksi bangunan besar yanglebih tua dari 10.000 tahun seperti di Gunung Padang kontradiktifdengan dogma ilmiah saat ini. Apalagi untuk Indonesia yang masasejarahnya baru dimulai sejak 400 Masehi. Tidak heran kalau seorangsejarawan dari Kelompok ABG ini mengatakan bahwa temuan ini mustahilkarena kalau data populasi masyarakat Cianjur diektrapolasikan kezaman pra-sejarah maka hanya sedikit orang nya sehingga tidak mungkinmampu membuat bangunan besar (GATRA..). Pemikiran logis tapiterlalu lugu karena hanya benar jika diasumsikan masyarakatpra-sejarah tidak pergi dari Cianjur atau musnah karena suatu bencanabesar.
Konsep siklus bencana alam katastrofibukan hal baru dalam geologi. Bencana katastrofi yang palingterkenal terjadi dalam masa hidup manusia modern adalah letusankatastrofi Toba sekitar 70.000 tahun lalu yang diduga hampirmemusnahkan seluruh populasi manusia di dunia, konon yang tinggalhidup hanya beberapa ribu orang saja. Peristiwa ini konsisten dengankronologi penyebaran manusia di bumi yang dapat ditelusuri terjadisejak sekitar 70.000 tahun lalu, terkenal disebut sebagai “out ofafrica’ karena mulai menyebar dari Benua Afrika.
Hipotesa yang dikembangkan ketikamembentuk Tim Katastrofi Purba yaitu bahwa perkembanganperadaban/kebudayaan di dunia tidak menerus melainkan ‘siklus’artinya berkali-kali terputus atau hancur oleh berbagai bencana alamkatastrofi sehingga peradaban yang sudah maju bisa kembali menjadiprimitif lagi dan kemudian harus merangkak lagi untuk berkembang. Dengan kata lain sejarah awal perkembangan peradaban kita sejak11.000 tahun lalu boleh jadi bukan satu-satunya peradaban tapi hanyasiklus peradaban setelah terjadi bencana katastrofi.
Dalam sejarah Geologi Kuarter dikenalperioda “Younger Dryas (YD)” (12.900 – 11.600 tahun lalu) diakhir Zaman Pleistosen. Sejak puncak Zaman Glasial, 20.000 tahunlalu, bumi memanas dan es mencair. Namun suhu bumi turun tiba-tibakembali anjlog seperti zaman es pada awal YD selama 1300 tahun. YDdiakhiri dengan naiknya suhu bumi yang juga sangat cepat bahkan bisajadi instan sampai 5-10 derajat Celcius sehingga es mencair mendadakmenimbulkan banjir global. Disinyalir juga bahwa pembebananpermukaan bumi tiba-tiba oleh massa air dapat memicu gempa danletusan gunung api karena kestabilan kerak bumi terganggu. Penyebabterjadinya YD sampai sekarang belum diketahui, masih kontroversi. Diantaranya para peneliti dunia seperti Prof. Dr. Robert Scoch (USA)dan Graham Hancock (UK) yang hadir sebagai pembicara utama dalamSeminar Gunung Padang di Acara Gotra Sawala tanggal 5-6 Desember 2013mengajukan hipotesa bahwa penyebab terjadinya awal dan akhir YDadalah tumbukan meteor dan badai plasma matahari.
Perkara apakah peristiwa banjir globalpada akhir YD atau awal Zaman Holosen tersebut tersebut adahubungannya dengan banyaknya mitos bencana banjir besar di seluruhdunia, atau dengan banjir Nabi Nuh, atau barangkali juga banjir besaryang konon menurut naskah Timaeus dan Critiasnya Plato menenggelamkanKerajaan Atlantis, Wallahu alam… Barangkali topik ini bisadijadikan bahan banyak disertasi di bidang arkeologi, geologi kuarteratau penelitian iklim dan bencana purba.
Jadi materi dasar yang dikontroversikandalam penelitian Gunung Padang sebenarnya biasa saja, tidaksulit-sulit amat, tapi implikasinya terhadap ilmu pengetahuan memangluarbiasa. Bahkan kelihatannya thesis tentang peradaban maju dizaman es yang hilang karena bencana katastrofi masih dianggap tabuoleh dunia pengetahuan. Ini jelas riset yang berat, tidakmain-main.
Masih untung situs Gunung Padang bukansatu-satunya kasus. Ada Situs Gobekli Tepe di Turki, yaitu situsmegalitik besar yang asalnya tertimbun tanah di bawah bukit, miripdengan Gunung Padang tapi bentuk konstruksinya jauh berbeda. Bangunan Gobekli Tepe ini juga pembangunannya bertahap dari zaman kezaman. Lapisan yang paling tua yang sudah digali berumur sekitar11.600 tahun. Situs ini terdiri dari batu-batu menhir masif besaryang terukir sangat bagus di dalam lingkaran-lingkaran bangunan batu.Singkatnya bangunan Gobekli tepe tidak mungkin dibuat oleh masyarakatberbudaya primitif tapi sudah berbudaya tinggi. Menariknya, SitusGobekli Tepe juga ditimbun dengan tanah dan batu dengan sengaja padasekitar 9600 tahun lalu dengan alasan yang masih misterius, terutamakarena pekerjaan menimbunnya sama sulitnya dibanding denganmembangunnya. Inilah satu-satunya situs besar bangunan kuno di duniayang umurnya dapat disebandingkan dengan Situs Gunung Padang lapisanketiga.
Bayangkan, apabila keberadaan bangunandan umur-umurnya nanti dapat diverifikasi lebih lanjut dan diakuidunia, maka situs Gunung Padang akan menjadi monumen agung tertua,saksi dari perkembangan sejarah peradaban yang hilang.
PENUTUP DAN SARAN
Ilmiah itu cantik dan baik hati. Janganlah niat suci dikotori oleh permainan politik untuk kepentinganperorangan atau kelompok. Kitasemua berharap penelitian Gunung Padang dapat dituntaskan,mudah-mudahan dapat melibatkan lebih banyak lagi para ahli terbaikbangsa dari berbagai kalangan dan disiplin ilmu sehingga, InsyaAllah, Situs Gunung Padang dapat diwujudkan menjadi situs luarbiasa kebanggaan Indonesia hasil kerja keras putra bangsa. Harapanberikutnya, mudah-mudahan Gunung Padang bukan temuan terakhir tapiawal dari temuan-temuan besar selanjutnya yang siapa tahu ada yanglebih dahsyat. Wallahu alam bisawab.
