Kerajaan Kalingga, Dari Odisha India hingga Jepara, Indonesia
Kalingga berasal dari ,nama sebuah kerajaan di india selatan, yang didirikan oleh beberapa kelompok orang lain dari india yang berasal dari Odisha, mereka melarikan diri karena daerah Kalingga yang dihancurkan oleh Maharaja Ashoka pada tahun 265 SM. Awal mula kerajaan ini dan siapa pendirinya tidak diketahui dengan pasti. Kerajaan ini dibubarkan pada abad ke-7.seiring dengan ekspansi Sriwijaya ke Jawa. Benudhar Patra adalah pengajar dan peneliti sejarah dari Universitas Chandigarh, Punjab, India. Dia banyak menulis tentang kajian Sejarah Orissa atau Odisha Kuno. Odishsa adalah salah satu wilayah di India Selatan dekat Madrass, Pantai Koromandel. Pada lima ratus tahun Sebelum Masehi lebih dikenal dengan nama Kalingga.
Kalinga dalam makalah Benudhar Patra yang berjudul Kontak Maritim Kalingga dengan Jawa , adalah salah satu kerajaan di India pada masa pra-Islam, yang menjalin kontak intensif dengan negara-negara kepulauan Nusantara. Hampir di semua pulau besar Nusantara, Kalinga memiliki jejak peninggalannya. Dari Sumatra, Jawa, Bali, hinga Borneo semuanya memiliki jejak-jejak peninggalan Odisha.
Pedagang-pedagang Odisha atau Kalingga pada masa itu adalah yang pertama kali menyebut wilayah Nusantara sebagai Suvarnadvipa alias Pulau Emas. Berita-berita dari pedagang-pedagang Odisha ini yang kemudian berkembang menjadi dongeng dari mulut ke mulut melalui jalur-perdagangan kuno. Konon dongeng itu sampai ke ujung barat benua besar dan dikenal dengan nama El Dorado. Beberapa peneliti sejarah India senior seperti RD Banarjee dan RK Mookerji, adalah peneliti yang banyak menulis tentang sejarah “India Kolonial”. Sejarah pada tahap awal Masehi yang disimpan berkembangnya pemerintahan dan kebudayaan India sampai wilayah-terjauh di Timur dan Tenggara. Salah satu yang mengembangkan armada laut besar pada masa itu adalah Kerajaan Kalinga.
RK Mookerji mencatat beberapa hal penting dalam sejarah penguasaan kolonial India adalah kompilasi orang-orang Kalinga yang mengatur Pulau Jawa. Mookerji memperkirakan hal itu terjadi pada sekitar tahun 75 masehi. Penanggalan ini sesuai dengan tradisi lokal di Pulau Jawa yang mengundang orang lain dari luar alias Aji Saka atau Adi Saka pada estimasi tahun 78 penanggalan Romawi atau penanggalan Kristen. Angka tahun ini adalah angka yang digunakan oleh Sultan Agung dari Mataram untuk menentukan tahun Jawa yang dikenal juga dengan nama tahun Saka.
Perbedaan waktu yang sedikit berbeda antara versi Babat Tanah Jawa dengen peneliti sejarah dari India adalah hal yang biasa dalam penelitian teks-teks sejarah yang berkaitan dengan penanggalan. RK Mookerji sendiri menilai itu selama ini penelitian sejarah di India tidak terlalu peduli dengan masa Kerajaan Kalinga. Kalinga, dengan teknologi pada masanya mampu melewati Samudra Hindia yang terkenal dengan badai dan para perompaknya. Hanya kekuatan armada laut yang besar yang bisa menjelaskan kemampuan Kerajaan Kalingga meminta pesisir utara Pulau Jawa. John Crawford, peneliti sejarah Inggris di jaman Raffles (1820) bahkan mengutip tentang Hindu yang ada di Pulau Jawa yang berasal dari Kerajaan Kalinga India. Crawfurd direkam itu Kalinga atau Kalingga dalam ucapan orang Jawa, adalah satu-satunya nama kerajaan di India yang diterima dengan penyebutan yang benar. Nama itu sangat terkenal dan satu-satunya yang disediakan dalam catatan lama mereka.
RD Banarjee mengupas dengan lebih luas istilah Keling atau Kiling yang diminta oleh orang-orang dari Kepulauan Melayu, sangat jelas berasal dari Kalinga. Nama kuno kerajaan Kalinga yang terletak di Wilayah Telugu saat ini. Letaknya ada di pantai timur India antara Sungai Mahanadi dan Sungai Godavari. Saat penyebutan saat ini menjadi sebutan umum untuk orang-orang India hal itu tidak mengherankan. Sejarawan lain seperti K Sridharan, lebih jauh dari orang-orang Kalinga pada waktu itu bisa melewati perjalanan laut yang luar biasa. Begitu menetap di kepulauan-kepulauan Nusantara mereka membangun koneksi yang diselesaikan dengan negara asalnya.
Salah satu buktinya adalah catatan Sejarah Melayu yang menulis tentang sejarah asal usul orang Palembang. Seorang pangeran bernama Vichitra telah turun dari langit dan muncul di gunung di Palembang dan menjadi penguasa di sana setelah menikah dengan putri lokal bernama Sundari. Dari perkawinan itu mereka memiliki dua anak yang selanjutnya menjadi penerus penguasa Palembang. Sumber lain seperti Catatan Dinasti Tang bertambah 618 hingga 906 masehi mengutip istilah Ho Ling untuk utusan-utusan dari Jawa yang datang ke negeri Cina. Letak di mana kerajaan itu masih menjadi pembahasan para ahli sejarah. Satu versi mengenai Kerajaan Kalingga terletak di sekitar satu di desa di wilayah Jepara yang disebut sebagai desa Keling.
Catatan Dinasti Tang inilah yang menulis artikel Ratu Sima. Diceritakan ratu ini naik tahta pada 674 Masehi. Beberapa ahli mempekirakan ini bersamaan dengan Kerajaan Tarumanegara di Pulau Jawa bagian barat, dan Kutai Kertanegara di Kalimantan bagian Tenggara. WP Groeneveldt, peneliti Belanda yang juga seorang pendeta, meminta catatan Dinasti Tang ada dua versi. Versi yang pertama adalah versi yang disebut sebagai sejarah lama Dinasti Tang (618-907), dan yang kedua, yang disebut sebagai catatan Dinasti Tang yang lebih baru yang lebih lengkap penulisannya tentang perijinan-perizinan dari Jawa. Nama Jawa sudah disebut untuk istilah terminasi Kaling atau Keling.
Salah satu peninggalan Kerajaan Kalinga adalah pramanati Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu tepatnya di kawasan Grobogan Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti ini ditulis dengan huruf Sanskrit Pallawa yang bercerita tentang mata air bersih dan bersih. Selain itu, tulisan ini juga memiliki gambar seperti kendi, trisula, kapak, kelas, chakra dan bunga teratai yang merupakan tiruan keeratan hubungan manusia dengan para dewa.
Kerajaan Kalingga telah mengetahui hubungan dagang di tempat yang disebut pasar. Kegiatan ekonomi lainnya antara bertani, menghasilkan kulit, kura-kura, emas, perak, badak tanduk, dan gading dan membuat keributan. Kehidupan masyarakat Kalingga damai. Ini karena di Kalingga tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi tersebut, masyarakat Kalingga memperhatikan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran roster Kuchga yang sudah dikenal menulis dan astronomi.