
Kata Isyraq dalam bahasa Arab berarti iluminasi dan sekaligus juga cahaya pertama pada pagi hari, seperti cahaya matahari dari timur (syarq). Timur tidak hanya berarti timur secara geografis tetapi awal cahaya, yakni realitas. Filsafat Isyraqiyah berarti “ketimuran” dan “iluminatif.” Ia adalah pengetahuan dengan pertolongan, yang manusia dapat menyesuaikan dirinya sendiri dalam alam semesta dan akhirnya menjangkau bahwa Timur adalah tempat kediaman yang azali.
Suhrawardi melihat filsafat yang benar sebagai hasil dari perkawinan antara “latihan intelektual teoritik melalui filsafat dan pemurnian hati melalui Sufisme”. Makna pencapaian pengetahuan tertinggi yang ia anggap iluminasi, sekaligus mentransformasikan dan melimpahnya pengetahuan seseorang. Filsafat sebagai suatu aktivitas mental, yang lepas dari realisasi spiritual dan kehidupan batin dan filsafat Islam lebih lanjut menjadi sophia yang senantiasa dimiliki dalam tradisi-tradisi ketimuran, yaitu suatu hikmah yang hidup, pengalaman, pemikiran dan juga penalaran.
“Pandangan Suhrawardi Tentang Cara-Cara Memperoleh Penget
ahuan”
Suhrawardi menegaskan pandangannya tentang bagaimana pengetahuan diperoleh yang terdiri dari tiga tangga. Tangga pertama ditandai dengan aktivitas sebagian filosof: ia harus “memisahkan dunia”. Tangga kedua ditandai dengan pengalaman-pengalaman tertentu: filosof mencapai pancaran-pancaran suatu “Cahaya Tuhan” (al-nur al-Ilahi). Tangga ketiga ditandai dengan perolehan pengetahuan yang tak terbatas dan tak terikat, yaitu pengetahuan iluminasi (al-ilm al-isyraqi).
Filsafat Iluminasi terdiri dari tiga tingkat yang berkaitan denganpersoalan pengetahuan – bagaimana mempersiapkan, mengalaminya, menerimanya melalui iluminasi, menyusunnya dalam suatu pandangan sistematik tentangnya. Ditambah dengan suatu tingkat tambahan yang terdiri dari proses mengungkapkan hasil-hasil pengalaman iluminasi dan pencarian tentangnya dalam bentuk tulisan.
Secara lebih rinci bahwa tangga pertama adalah aktivitas yang melaluinya filosof mempersiapkan dirinya sendiri bagi pengetahuan iluminasi, suatu jalan hidup tertentu yang harus ia ikuti untuk sampai pada kesiapan menerima “pengalaman”. Tahap kedua adalah tangga iluminasi. Tahap ketiga adalah tahap konstruksi.
Awal tahap pertama diawali dengan aktivitas-aktivitas seperti men
gasingkan diri selama empat puluh hari, berhenti makan daging, dan mempersiapkan diri untuk menerima inspirasi dan ilham. Aktivitas-aktivitas semacam itu masuk dalam kategori praktik-praktik asketik dan mistik, meskipun tidak sama pesis dengan pernyataan-pernyataan dan penghentian-penghentian jalan sufi yang ditetapkan, atau tarekat sufi, sebagaimana dikenal dalam karya-karya mistis yang ditemui Suhrawardi.
Melalui aktivitas-aktivitas semacam itu, filosof dengan kekuatan intuitifnya, dalam dirinya, terdapat suatu bagian “Cahaya Tuhan” (al-bariq al-ilahi), dapat menerima realitas keberadaannya dan mengakui kebenaran intuisinya sendiri melalui “ilham” dan “penyingkapan diri” (musyahadah wa mukasyafah). Atas dasar itu, tahap pertama ini terdiri dari: (1) suatu aktivitas; (2) suatu kondisi (yang ditemui seseorang, karena kita tahu bahwa setiap orang mempunyai intuisi dan dalam diri setiap orang ada bagian tertentu cahaya Tuhan); (3) ilham pribadi.
Tahap pertama mengantarkan kepada tahap kedua, dan CahayaTuhan memesuki wujud manusia. Cahaya ini mengambil bentuk serangkaian “cahaya penyingkap” (al-anwar al-sanihah) dan melalui “cahaya-cahaya penyingkap” pengetahuan yang berperan sebagai pengetahuan yang sebenarnya (al-‘ulum al-haqiqiyah) dapat diperoleh.
Tahap ketiga adalah tahap pembangunan suatu ilmu yang benar (al’ilm al-shahih). Tahap terakhir adalah menurunkan filsafat iluminasi dalam bentuk tulisan. [“PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN ALIRAN ILUMINASIONIS (SUHRAWARDI)”, Penulis FATIMATUZZAHRO, PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM, SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH, JAKARTA SELATAN]
Referensi:
- Drajat, Amroeni. 2005. Suhrawardi: Kritik Falsafah Peripatetik. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
- Nasr, Seyyed Hossein. 1996. Intelektual Islam: Teologi, Filsafat dan Gnosis. Yogyakarta: CIIS Press.
- Ziai, Hossein. 1998. Suhrawardi dan Filsafat Illuminasi: Pencerahan Ilmu Pengetahuan. Bandung: Zaman Wacana Mulia
Sumber: fatimatuzzahrofadhil.blogspot.com
[Mendidik Manusia Seutuhnya dengan “10 Kecerdasan Holistiknya”: Kecerdasan Spiritualitas Kesejatian dan Etika Nurani]

-
-
Mukhaer Pakkanna mantap pak… Ini lbh inspiratif dari debat capres yg membosankan… Sy segera cari bukunya di Sadra Institute..
-
Achmad Badawi Sadu sadu sadu.
