Quantcast
Channel: Bayt al-Hikmah Institute
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1300

Naskah Sanghyang Hayu

$
0
0

Adalah Naskah Sanghyang Hayu yang merupakan naskah berbahan nipah abad XVI Masehi, beraksara Sunda buhun, yang mengulas selain pedoman hidup dan ajaran keagamaan pada masanya, juga mengungkap tuntunan perilaku bagi pemimpin ideal yang disegani, dihormati, serta dicintai rakyat atau bawahannya. Dalam naskah itu, dipaparkan lima belas unsur penting yang harus dimiliki pemimpin, yang terangkum ke dalam lima kelompok, sebagaimana dikemukakan Darsa (1998).

(1) Budi-guna- pradana (bijak-arif-saleh).
(2) Kaya-wak-cita (sehat/kuat-bersabda-hati. (3) Pratiwi-akasa-antara (bumi- angkasa-antara.
(4) Mata-tutuk-talinga (penglihatan-ucapan-pendengaran.
(5) Bayu-sabda-hedap (energi-ucapan/sabda-itikad/kalbu dan pikiran). Semuanya berhubungan satu sama lain yang membangun sikap dan karakter pemimpin ideal.

Pemimpin yang baik dan ideal, menurut naskah Sanghyang Hayu, juga harus berpegang teguh kepada prinsip astaguna ”delapan kearifan” agar kepemimpinannya berjalan selaras, baik, dan harmonis. Pertama, animan (lemah lembut), pemimpin harus memiliki sifat lemah lembut, dalam arti tidak berperilaku kasar. Kedua, ahiman (tegas), bersikap tegas, dalam pengertian tidak plin-plan (panceg haté). Ketiga, mahiman (berwawasan luas), memiliki berbagai macam pengetahuan dan berwawasan tinggi agar tidak kalah dari bawahannya. Keempat, lagiman (gesit/cekatan/terampil), dituntut terampil dan gesit serta cekatan dalam bertindak atau melakukan suatu pekerjaan. Kelima, prapti (tepat sasaran), memiliki ketajaman berpikir serta tepat sasaran karena jika keliru atau berspekulasi akan menghambat suatu pekerjaan. Keenam, prakamya (ulet/tekun), memiliki keuletan dan ketekunan yang sangat tinggi. Ketujuh, isitna (jujur), dituntut memiliki kejujuran, baik dalam perkataan, pemikiran, maupun perbuatan, agar dipercaya orang lain (rekan kerja/bisnis/perusahaan/negara lain) dan bawahannya. Dengan demikian, terjalin kesepahaman yang harmonis. Kedelapan, wasitwa (terbuka untuk dikritik), memiliki sikap legowo dan bijaksana sehingga mau menerima saran dan terbuka untuk dikritik jika berbuat salah atau menyimpang dari aturan (Darsa, 1998).

Naskah Sunda berbahan lontar beraksara dan berbahasa Sunda buhun Sanghyang Siksakandang Karesian, mengulas dan mengungkap sepuluh pedoman yang harus dimiliki serta dilaksanakan pemimpin dalam rangka membina serta memimpin bawahannya, yang dikenal dengan sebutan dasa prasanta. Pertama, guna (bijaksana/ kebajikan), perintah yang diberikan dipahami manfaat dan kegunaannya oleh bawahannya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Kedua, ramah (bertindak seperti orang tua yang bijak dan ramah atau bestari) atau keramahan menumbuhkan rasa nyaman dalam bekerja dan beraktivitas. Ketiga, hook (sayang atau kagum), perintah dianggap sebagai representasi kekaguman atas prestasi dari orang yang diperintahnya. Keempat, pésok (memikat hati atau reueus/bangga), harus mampu memikat hati bawahannya dan merupakan kebanggaan juga bagi bawahannya. Kelima, asih (kasih, sayang, cinta kasih, iba), perintah harus dilandasi dengan perasaan kemanusiaan yang penuh getaran kasih. Keenam, karunya (iba/sayang/belas kasih), sebenarnya hampir sama dengan asih, tetapi dalam karunya/karunia perintah harus terasa sebagai suatu kepercayaan. Ketujuh, mupreruk (membujuk dan menentramkan hati), seyogianya mampu membujuk dan menentramkan hati dengan cara menumbuhkan semangat kerjanya. Kedelapan, ngulas (memuji di samping mengulas, mengoreksi), melalui cara bermacam-macam. Kesembilan, nyecep (membesarkan hati dan memberikan kata-kata pendingin yang menyejukkan hati). Kesepuluh, ngala angen (mengambil hati), mampu menarik hati dan simpati sehingga tersambung ikatan silaturahmi yang kental dan harmonis. Dasa Prasanta tersebut, apabila kita cermati, kaidahnya berpijak kepada kuantitas dan kualitas hubungan antarmanusia, tetapi tidak dalam kondisi yang kaku dan otoriter. Proses komunikasinya tetap menggunakan asas silih asih, silih asah, dan silih asuh.

Kepemimpinan yang baik dan ideal menurut kedua naskah itu ialah, pemimpin yang mampu berperan sebagai leader, manager, entertainer, entrepreneur, commander, designer, dan teacher .

Diktup dari (Catatan Bu Elis Suryani & Bapak Undang A. Darsa Dosen Univ. Padjadajaran.

Tabé pun, salam baktos _/|\_

Komentar
Rustam Effendi
2

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Ricky Andriawan Mardjadinata
Ricky Andriawan Mardjadinata Panggeuing pangémut-ngémut ka Karuhun urang sadaya Kang..

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Raga Rupaksa
Raga Rupaksa saestu… galindeng keun bayu sabda hidep/hedap den
1

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Ricky Andriawan Mardjadinata
Ricky Andriawan Mardjadinata Kedah dibukakeun turun mandepun ku pangersa Aki.._/|\_

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Arya Rangga Galuh
Arya Rangga Galuh Bener…tipe nu aya dina Astaguna luhung ku kahadean
2

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Dida Firman Hidayat
Dida Firman Hidayat Ngurah sadrah, atining surti, manunggaling galih pikir, astu wadya diri, lan satya wiwaha dharma.
1

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Achdiat Satjaprawira
Achdiat Satjaprawira Naon bentenna sareng “Dasa Pasanta” dina Parigeuing,, hhe..
1

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Rahwana
Rahwana katampi ku astakalih pedaranana…
1

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Arya Rangga Galuh
Arya Rangga Galuh Dasa pasanta mah mun teu lepat 10 etika panyebatan kanu dipikolot jeng ka sahandapeun
1

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m

Masami Toyosu
1

Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

 · Balas · 3m


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1300